Anda di halaman 1dari 10

61 | P a g e RELATIONSHIP OF NUTRITIONAL INTAKE FACTORS. . . . . .

H i n a d k k

HUBUNGAN FAKTOR ASUPAN GIZI, RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DAN


RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING DI
KABUPATEN KUPANG

¹Stevie B. G. J. Hina dan ²Intje Picauly


¹²Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana
Alamat Email Koordinator Penulis : intjepicauly@staf.undana.ac.id

ABSTRAK

P
rovinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di tahun 2018 memiliki prevalensi stunting sebesar
42.6% dan Kabupaten Kupang merupakan salah satu kabupaten lokus yang dikenal
sebagai wilayah dengan kejadian stunting yang cukup tinggi yaitu 41.4%. Puskesmas
Camplong adalah salah satu pusat kesehatan masyarakat yang ada di Wilayah Kabupaten
Kupang dan memiliki angka kejadian stunting yang tinggi. Data menunjukkan bahwa
peningkatan jumlah balita stunting sebesar 136 orang di tahun 2017 menjadi 801 orang anak di
tahun 2019 pada Wilayah Puskesmas Camplong. Berdasarkan peningkatan prevalensi anak
stunting tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan faktor
asupan gizi, riwayat penyakit infeksi dan riwayat ASI eksklusif dengan kejadian stunting di
Wilayah Kerja Puskesmas Camplong Kecamatan Fatuleu Kabupaten Kupang. Variabel
independent dalam penelitian ini adalah asupan gizi, riwayat penyakit infeksi dan riwayat ASI
eksklusif sedangkan variabel dependent adalah kejadian stunting. Pengambilan sampel dilakukan
dengan metode simple random sampling dengan sampel penelitian adalah keluarga yang
memiliki balita sebanyak 292 anak balita (146 kasus dan 146 kontrol). Penelitian ini
menggunakan metode case control dengan pendekatan retrospektif. Data yang terkumpul
selanjutnya dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil
penelitian menunjukan bahwa sebagian besar anak balita (66.1%) memperoleh ASI Eksklusif
dengan baik pada usia kurang dari enam (6) bulan atau mempunyai riwayat ASI Eksklusif
namun 58.1% dari mereka mempunyai riwayat pernah menderita penyakit infeksi dan memiliki
asupan gizi yang rendah sebanyak 63.9%. Berdasarkan hasil analisis penelitian diketahui bahwa
ada hubungan yang nyata antara riwayat ASI Eksklusif (p = 0,036), riwayat penyakit infeksi (p =
0,000) dan asupan gizi (p = 0,000) dengan kejadian stunting. Nilai odds ratio juga menunjukkan
bahwa ketiga (3) variabel bebas (riwayat ASI Eksklusif : 1.69; riwayat penyakit infeksi : 3.74%;
dan asupan gizi : 2.56%) menjadi faktor risiko terjadinya kejadian stunting.

Kata Kunci : asupan gizi, riwayat asi eksklusif, riwayat penyakit infeksi, pola konsumsi, kejadian
stunting

Jurnal PAZIH_PERGIZI PANGAN DPD NTT Vol. 10, No. 2 Oktober 2021 E-ISSN : 2745-6536
62 | P a g e RELATIONSHIP OF NUTRITIONAL INTAKE FACTORS. . . . . . H i n a d k k

RELATIONSHIP OF NUTRITIONAL INTAKE FACTORS,


HISTORY OF INFECTIONS AND EXCLUSIVE BREAST MILK WITH
INCIDENCE OF STUNTING IN KUPANG DISTRICT

¹Stevie B. G. J. Hina dan ²Intje Picauly


Public Health Study Program, Public Health Faculty
Nusa Cendana University
Author Adress : intjepicauly@staf.undana.ac.id

ABSTRACT

E
ast Nusa Tenggara Province in 2018 had a stunting prevalence of 42.6% and Kupang
Regency is one of the locus districts known as an area with a fairly high incidence of
stunting, namely 41.4%. The Camplong Public Health Center is one of the public health
centers in the Kupang Regency area and has a high incidence of stunting. The data shows that the
number of stunting toddlers increased by 136 people in 2017 to 801 children in 2019 in the
Camplong Health Center area. Based on the increase in the prevalence of stunting in children,
this study was conducted with the aim of knowing the relationship between nutritional intake
factors, history of infectious diseases and history of exclusive breastfeeding with stunting in the
Camplong Health Center Work Area, Fatuleu District, Kupang Regency. The independent
variables in this study were nutritional intake, history of infectious diseases and history of
exclusive breastfeeding, while the dependent variable was the incidence of stunting. Sampling was
done by simple random sampling method with the research sample being families with 292
children under five (146 cases and 146 controls). This study uses a case control method with a
retrospective approach. The collected data was then analyzed using univariate and bivariate
analysis with chi square test. The results showed that most children under five (66.1%) received
exclusive breastfeeding well at the age of less than six (6) months or had a history of exclusive
breastfeeding but 58.1% of them had a history of suffering from infectious diseases and had low
nutritional intake as many as 63.9 %. Based on the results of the research analysis, it was found
that there was a significant relationship between history of exclusive breastfeeding (p = 0.036),
history of infectious diseases (p = 0.000) and nutritional intake (p = 0.000) with incidence of
stunting. The odds ratio value also shows that the three (3) independent variables (history of
exclusive breastfeeding: 1.69; history of infectious disease: 3.74%; and nutritional intake: 2.56%)
are risk factors for stunting.

Key words : nutritional intake, history of exclusive breastfeeding, history of infectious diseases,
consumption patterns, incidence of stunting

Jurnal PAZIH_PERGIZI PANGAN DPD NTT Vol. 10, No. 2 Oktober 2021 E-ISSN : 2745-6536
63 | P a g e RELATIONSHIP OF NUTRITIONAL INTAKE FACTORS. . . . . . H i n a d k k

PENDAHULUAN
Stunting adalah masalah kekurangan gizi yang berdampak cukup serius terhadap
kualitas sumberdaya manusia. Pendapat ini sejalan dengan yang disampaikan oleh
Kemenkes (2019) bahwa kekurangan gizi pada masa janin dan anak usia dini akan
berdampak pada perkembangan otak dan rendahnya kemampuan kognitif yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar dan keberhasilan pendidikan.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka stunting di
Indonesia. Hal ini terlihat dari turunnya prevalensi balita stunting di Indonesia dari 37,2%
pada tahun 2013 menjadi 30,8% pada tahun 2018. Prevalensi baduta stunting juga
mengalami penurunan dari 32,8% pada tahun 2013 menjadi 29,9% pada tahun 2018
(Riskesdas, 2018). Namun demikian, penurunan angka tersebut masih jauh dari yang
ditargetkan jika dibandingkan dengan batasan (cut off point) WHO yaitu 20%.
Hasil riskesdas (2018) juga menunjukan bahwa Propinsi NTT merupakan salah satu
wilayah dengan prevalensi tertinggi di Indonesia. Kabupaten Kupang berada pada urutan
ke empat yang memiliki kejadian stunting tertinggi di Propinsi NTT dengan persentase
sebesar 27, 4% untuk balita pendek dan 19,8% untuk balita sangat pendek. Berdasarkan
Profil Kesehatan Masyarakat wilayah Puskesmas Camplong tahun 2019 diketahui bahwa
jumlah balita stunting sebesar 136 orang di tahun 2017, kemudian bertambah menjadi
801 orang anak tahun 2019. Peningkatan ini sudah tentu memunculkan banyak
pertanyaan terkait faktor penyebabnya. Menurut World Bank (2017) dan Unicef (1990)
bahwa tingginya kejadian stunting diwilayah tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor-
faktor/determinan. Beberapa faktor yang dicurigai adalah tidak adekuatnya makanan,
penyakit infeksi dan pola asuh.
Berdasarkan uraian latarbelakang tersebut, diketahui bahwa perlu dilakukan kajian
tentang “Determinan kejadian stunting” khususnya di wilayah kerja Puskesmas
Camplong Kecamatan Fatuleu Kabupaten Kupang”.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kejadian stunting di wilayah
kerja Puskesmas Camplong Kecamatan Fatuleu Kabupaten Kupang. Jenis penelitian ini
adalah analytical research dengan desain kasus kontrol (case control design) yaitu
penelitian analitik yang mempelajari tentang bagaimana faktor risiko berpengaruh
terhadap kejadian stunting di Wilayah Puskesmas Camplong, Kabupaten Kupang (Lokasi
Penelitian) dengan pendekatan retrospective (Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam

Jurnal PAZIH_PERGIZI PANGAN DPD NTT Vol. 10, No. 2 Oktober 2021 E-ISSN : 2745-6536
64 | P a g e RELATIONSHIP OF NUTRITIONAL INTAKE FACTORS. . . . . . H i n a d k k

penelitian ini adalah semua balita stunting yang tercatat diwilayah kerja Puskesmas
Camplong yaitu sebanyak 801 balita stunting dengan kisaran usia 12-59 bulan. Jumlah
sampel pada penelitian ini sebanyak 292 anak balita ( 146 kasus dan 146 kontrol).
Sedangkan instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan lembaran isian data tentang
food recall. Data primer yang dikumpulkan adalah data tentang pola konsumsi, asupan
gizi, riwayat ASI Eksklusif dan riwayat penyakit infeksi yang selanjutnya dikenal sebagai
variabel independen atau variabel bebas (X). Sedangkan data tentang kejadian stunting
selanjutnya disebut sebagai variabel dependent atau variabel terikat (Y). Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2019 di wilayah kerja Puskesmas Camplong.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dan
bivariat. Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi kelompok kasus
dan kontrol berdasarkan variabel bebas. Analisis bivariat dengan uji statistik chi square
(χ2) dan α=5% digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan yang bermakna antara
variabel bebas dan terikat. Selanjutnya juga diperoleh nilai besar risiko (Odd Ratio/OR)
dan nilai Confidence Interval (CI) 95% untuk melihat kemaknaan hubungan antara dua
variabel. Data kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Profil Anak Balita


Sunatra (2006) menjelaskan bahwa tujuan dikemukakannya karakteristik responden
adalah untuk memberikan gambaran yang ingin diketahui mengenai keadaan diri
responden yang menjadi sampel dalam penelitian. Hal ini berarti bahwa deskripsi
identitas responden merupakan salah satu teknik analisis data yang digunakan untuk
memberikan gambaran mengenai identitas responden dalam penelitian ini dengan cara
pengelompokan menjadi beberapa kelompok berdasarkan profil balita yaitu; pola
konsumsi, asupan gizi, riwayat ASI Eksklusif dan riwayat penyakit infeksi.

Tabel 1. Distribusi Balita Berdasarkan Variabel Independen yang Diteliti di Wilayah


Kerja Puskesmas Camplong Kecamatan Fatuleu Kabupaten Kupang
Variabel Independen Jumlah (n=292) Persentase (%)
Riwayat ASI Eksklusif
0. Tidak ASI Eksklusif 193 66,1
1. ASI Eksklusif 99 33,9
Riwayat Penyakit Infeksi
0. Sakit 171 58,6

Jurnal PAZIH_PERGIZI PANGAN DPD NTT Vol. 10, No. 2 Oktober 2021 E-ISSN : 2745-6536
65 | P a g e RELATIONSHIP OF NUTRITIONAL INTAKE FACTORS. . . . . . H i n a d k k

Variabel Independen Jumlah (n=292) Persentase (%)


1. Tidak sakit 121 41,4
Asupan Gizi
0. Kurang 166 56,8
1. Cukup 106 36,4
2. Baik 20 6,8

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar balita (66,1%) memiliki riwayat ASI
Eksklusif dibanding riwayat balita yang tidak memiliki riwayat ASI Eksklusif. Faktor
riwayat penyakit infeksi ditemukan bahwa balita lebih banyak (58,6%) mempunyai
dibanding balita yang tidak mempunyai sakit. Selanjutnya untuk asupan gizi diketahui
bahwa sebagian besar balita (56,8%) mempunyai asupan gizi yang kurang. Hal ini
ditandai dengan indikasi jenis pangan yang tidak beragam (56,8%) dan jumlah yang
dimakan juga tidak mencukupi kebutuhan tubuh (50,3%). Walaupun frekuensi makan
balita sampel sebagian besar (83,2%) pada kategori baik.

3.2. Hubungan Faktor Riwayat ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting

Air Susu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang
diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan
atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Perbup Sleman no. 38 tentang IMD
dan ASI Eksklusif, 2015).
Tabel 2. Hubungan Riwayat ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja
Puskesmas Camplong Kecamatan Fatuleu Kabupaten Kupang
Kejadian Stunting
Riwayat Stunting Tidak Stunting OR
P
ASI Eksklusif (95% CI)
n % n %
Tidak ASI Eksklusif 58 58,6 41 41,4 1,688
0,036
ASI Eksklusif 88 45,6 105 54.4 (1,034-2,755)

ASI Eksklusif merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. Dengan demikian, jika bayi tidak
memperoleh ASI Ekslusif dengan baik dan berkualitas maka pertumbuhan bayi akan
mudah terganggu. Hasil penelitian menemukan bahwa dari 99 anak balita terdapat 58,6%
anak balita yang tidak mempunyai riwayat pemberian ASI Eksklusif mengalami kejadian
stunting. Sesuai dengan hasil analisis diketahui bahwa riwayat pemberian ASI Eksklusif
berhubungan nyata dengan kejadian stunting. Berdasarkan nilai odd ratio diketahui

Jurnal PAZIH_PERGIZI PANGAN DPD NTT Vol. 10, No. 2 Oktober 2021 E-ISSN : 2745-6536
66 | P a g e RELATIONSHIP OF NUTRITIONAL INTAKE FACTORS. . . . . . H i n a d k k

bahwa anak balita yang tidak ada riwayat pemberian ASI Eksklusif mempunyai risiko
mengalami kejadian stunting sebesar 1,688 kali. Hasil penelitian ini sejalan dengan
beberapa hasil penelitian terdahulu yaitu Yunita Marliana (2017) dan Idris dkk (2016),
serta Widiaty dkk (2016) yang menemukan bahwa pemberian ASI Eksklusif berhubungan
dengan kejadian stunting pada anak balita.
Kementerian Kesehatan RI (2018) menyatakan bahwa pemberian ASI Eksklusif
selama 6 bulan memiliki banyak manfaat bagi bayi dan ibu. Manfaat bagi bayi
diantaranya adalah perlindungan terhadap infeksi gastrointestinal baik di Negara
berkembang dan di Negara industri. Menyusui juga dapat meningkatkan kecerdasan,
frekuensi kehadiran di sekolah, dan dikaitkan dengan pendapatan yang lebih tinggi ketika
kehidupan dewasa.

3.3. Hubungan Faktor Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting

Balita yang sering mengalami sakit atau infeksi lebih berisiko mengalami gizi
kurang. Antara kecukupan gizi dan penyakit infeksi terdapat hubungan sebab akibat yang
timbal balik dan sangat erat.Gizi buruk menyebabkan mudahnya terjadi infeksi karena
daya tahan tubuh yang menurun.
Tabel 3. Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja
Puskesmas Camplong Kecamatan Fatuleu Kabupaten Kupang
Kejadian Stunting
Riwayat Stunting Tidak Stunting OR
P
Penyakit Infeksi (95% CI)
n % n %
Sakit 108 63,1 63 36,9 3,744
Tidak Sakit 38 31,4 83 68,6 0,000 (2,285-6,136)

Frekuensi terbanyak yang ditunjukan pada balita yang stunting (sangat pendek)
dengan sering mengalami ISPA yang menyebabkan turunnya nafsu makan pada balita.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dari 171 anak balita terdapat 63,1% anak balita
yang sakit dan mereka mengalami kejadian stunting. Sesuai dengan hasil analisis
diketahui bahwa riwayat penyakit infeksi berhubungan nyata dengan kejadian stunting
(Tabel. 3). Berdasarkan nilai odd ratio diketahui bahwa anak yang mempunyai riwayat
penyakit infeksi mempunyai risiko mengalami stunting sebesar 3,744 kali. Hasil
penelitian ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian terdahulu yaitu Subroto dkk (2021)
dan Hairuddin (2018) yang menyatakan bahwa riwayat penyakit infeksi berhubungan
dengan kejadian stunting anak balita.

Jurnal PAZIH_PERGIZI PANGAN DPD NTT Vol. 10, No. 2 Oktober 2021 E-ISSN : 2745-6536
67 | P a g e RELATIONSHIP OF NUTRITIONAL INTAKE FACTORS. . . . . . H i n a d k k

Penyakit menular merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


mikroorganisme, seperti virus, bakteri, parasit, atau jamur, dan dapat berpindah ke orang
lain yang sehat. Beberapa penyakit menular yang umum di Indonesia dapat dicegah
melalui pemberian vaksinasi serta pola hidup bersih dan sehat. Oleh karena itu,
diharapkan keluarga yang mempunyai anak balita harus lebih memperhatikan kebersihan
diri dan lingkungan sekitar tempat tinggal anak dan keluarga.
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang dari
waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari
satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia (Putri, 2010). Setiap tahun, infeksi
menewaskan 3,5 juta orang yang sebagian besar terdiri dari anak-anak miskin dan anak
yang tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2014).
Penyakit infeksi rentan terjadi dan sering dialami pada balita. Dimana balita
merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, dan salah satu masalah
yang sering dialami pada balita adalah diare dan ISPA. Menurut WHO (2015)
melaporkan terdapat 6,1% kematian balita didunia yang disebabkan oleh penyakit infeksi
diare dan ISPA. Penelitian ini menemukan bahwa beberapa penyakit yang diderita oleh
balita antara lain malaria, diare dan ISPA/influenza/radang tenggorokan. Namun ada juga
balita mengalami beberapa gejala sakit yaitu demam, batuk, dan pilek. Beberapa balita
yang mengalami sakit biasanya frekuensi sakit hanya berkisar 2 hari paling cepat dan
yang paling lama sampai berkisar 2 minggu sakit, serta ada juga yang sakit berulang
hampir setiap bulan.

3.3. Hubungan Faktor Riwayat Asupan Gizi dengan Kejadian Stunting

Asupan zat gizi merupakan kebutuhan yang berperan dalam proses pertumbuhan
terutama dalam perkembangan otak. Kemampuan seseorang untuk dapat
mengembangkan saraf motoriknya adalah melalui pemberian asupan gizi yang seimbang
(Aramico,dkk., 2017). Asupan gizi merupakan salah satu faktor lain yang menentukan
kebugaran jasmani. Asupan gizi digunakan untuk sumber energi dalam melakukan
aktifitas atau pekerjaan.
Tingkat Kebugaran Jasmani berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar
siswa. Siswa yang mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang baik akan memiliki daya
tahan, daya konsentrasi, dan ketersediaan tenaga untuk melakukan aktivitas belajar
(Ridwan,dkk., 2017).

Jurnal PAZIH_PERGIZI PANGAN DPD NTT Vol. 10, No. 2 Oktober 2021 E-ISSN : 2745-6536
68 | P a g e RELATIONSHIP OF NUTRITIONAL INTAKE FACTORS. . . . . . H i n a d k k

Tabel 4. Hubungan Asupan Gizi dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas
Camplong Kecamatan Fatuleu Kabupaten Kupang
Kejadian Stunting
Stunting Tidak Stunting OR
Asupan Gizi P
(95% CI)
n % n %
1. Kurang 107 64,5 59 35,5
2,585
2. Cukup 30 28,3 76 71,7 0,000
(1,717-3,891)
3. Baik 9 45,0 11 55,0

Hasil penelitian menemukan bahwa dari 166 anak balita terdapat 64,5% anak balita
yang tidak mempunyai asupan gizi kurang mengalami kejadian stunting dibanding anak
balita yang mempunyai asupan gizi cukup dan baik. Sesuai dengan hasil analisis
diketahui bahwa asupan gizi berhubungan nyata dengan kejadian stunting. Berdasarkan
nilai odd ratio diketahui bahwa anak balita yang asupan gizinya tidak baik atau kurang
mempunyai risiko mengalami kejadian stunting sebesar 2,585 kali. Hasil ini sesuai
dengan hasil penelitian dari Prakhasita (2018) yang mengatakan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara asupan gizi dengan kejadian stunting pada anak balita (p value =
0,002). Berdasarkan hasil wawancara bersama responden diketahui bahwa beberapa balita
dilokasi penelitian terbiasa mengkonsumsi nasi dan kuah sayur saja, serta ada balita yang
hanya mau makan bubur saja sampai umur 2 tahun, bahkan ada balita yang terbiasa
mengkonsumsi nasi dan kopi, serta dikarenakan pengolahan makanan yang kurang
bervariasi dari ibu balita.
Jumlah makan sangat penting untuk memenuhi asupan gizi harian anak. Adanya
asupan energi dan protein yang cukup memungkinkan pertumbuhan yang optimal pada
anak balita. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mugianti, dkk (2018)
menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi energi dengan
kejadian stunting dan hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2012)
dalam Mugianti, dkk (2018) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara tingkat asupan energi dengan kejadian stunting. Hal ini dikarenakan asupan yang
tidak adekuat, terutama dari total energi, berhubungan langsung dengan pertumbuhan
anak.

Jurnal PAZIH_PERGIZI PANGAN DPD NTT Vol. 10, No. 2 Oktober 2021 E-ISSN : 2745-6536
69 | P a g e RELATIONSHIP OF NUTRITIONAL INTAKE FACTORS. . . . . . H i n a d k k

PENUTUP

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Determinan kejadian stunting pada anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Camplong Kecamatan Fatuleu Kabupaten Kupang adalah faktor asupan gizi, riwayat
penyakit infeksi, dan riwayat pemberian ASI Eksklusif.
2. Faktor proteksi terhadap kejadian stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Camplong
Kecamatan Fatuleu Kabupaten Kupang adalah asupan gizi, riwayat penyakit infeksi,
dan riwayat pemberian ASI Eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hairuddin Angkat. 2018. Penyakit Infeksi dan Praktek Pemberian MP-ASI
Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36 Bulan di Kecamatan Simpang
Kiri Kota Subulussalam. Jurnal Dunia Gizi. Vol 1, No 1 (2018)
Putri, Z. F. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirih (piper betlel)
terhadap Propionibactenium Acne dan Staphylococcus Aureus Multireisten.
Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan. Republik Indonesia
Sitti Zaenab, Ema Alasiry, dan Irfan Idris. 2016. Effect of Exclusive Breastfeeding on the
Babies’ Growth at Public Health Center Poasia in Kendari City. JST Kesehatan,
Januari 2016, Vol.6 No.1 : 97 – 102. ISSN 2252-5416.
Trio Subroto, Linawati Novikasari, Setiawati Setiawati. 2021. Hubungan Riwayat
Penyakit Infeksi Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-59 Bulan. Jurnal
Kebidanan Malahayati. Vol 7, No 2 (2021)
UNICEF. 1990. The State of The World’s Children. New York : Oxford Univesity
Press.
Wahyu Widayati, Detty Siti Nurdiati, Anjarwati Anjarwati. 2016. Pengaruh pemberian
ASI Eksklusif terhadap status gizi dan perkembangan bayi di puskesmas gamping
II. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah. Vol 12, No 1 (2016). ISSN :
1858-0610 (print) | 2477-8184 (online).
.WHO. 2017. Stunted Growth and Development. Geneva. Diakses dari
https://www.who.int/gho/publications/world_health_statistic/2018/en/........
pada 09 Februari 2020.
World Health Organization. 2014. World health statistics. Diperoleh Tanggal 1
November 2018. http://www.who.int/gho/publications/world health statistics.
World Health Organization (WHO) 2015. Commission on Ending Childhood Obesity.
Geneva, World Health Organization, Departement of Noncommunicable disease
surveillance.

Jurnal PAZIH_PERGIZI PANGAN DPD NTT Vol. 10, No. 2 Oktober 2021 E-ISSN : 2745-6536
70 | P a g e RELATIONSHIP OF NUTRITIONAL INTAKE FACTORS. . . . . . H i n a d k k

Yunita Marliana. 2017. Pengaruh Pemberian Asi Eksklusif Terhadap Perkembangan Bayi
Di Desa Kekait Kecamatan Gunung Sari. Jurnal : Jurnal Kesehatan Prima.
Volume : 11, No.1, Februari 2017, Halaman : 50-56. ISSN Print : 1978 – 1334,
ISSN Online : 2460 – 8661.

Jurnal PAZIH_PERGIZI PANGAN DPD NTT Vol. 10, No. 2 Oktober 2021 E-ISSN : 2745-6536

Anda mungkin juga menyukai