A
DENGAN POST SC DI RUANG LILY
RSUD BATARA GURU BELOPA
Ns. Dewiyanti , S.Kep., M.Kes
DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga tugas praktek klinik ini bisa selesai tepat
pada waktunya.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada CI Akademik yang telah memberikan kesempatan
bagi saya untuk melakukan praktek klinik Keperawatan Maternitas di RSUD Batara Guru Belopa
dengan “Asuhan Keperawatan Post SC” maupun kepada semua pihak Rumah Sakit dan CI Klinik
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas praktek klik
ini.
Saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan, sehingga saya
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya tugas praktek klinik yang
lebih baik lagi. Akhir kata saya berharap agar tugas praktek klinik ini bisa memberikan banyak
manfaat bagi para pembaca
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................................I
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I KONSEP DASAR MEDIS .......................................................................................1
A. Definisi.................................................................................................................................................1
B. Klasifikasi Post SC..............................................................................................................................1
C. Etiologi.................................................................................................................................................5
D. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................................................7
E. Penatalaksanaan Medis........................................................................................................................7
F. Komplikasi...........................................................................................................................................7
G. Pathway................................................................................................................................................9
BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS......................................................10
A. Pengkajian............................................................................................................................................10
B. Diagnosa...............................................................................................................................................13
C. Intervensi..............................................................................................................................................13
D. Implementasi........................................................................................................................................16
E. Evaluasi................................................................................................................................................16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS..........................................................................................17
A. Pengkajian Keperawatan......................................................................................................................17
B. Diagnosa Keperawatan........................................................................................................................24
C. Intervensi Keperawatan........................................................................................................................24
D. Implementasi Keperawatan..................................................................................................................29
E. Evaluasi Keperawatan..........................................................................................................................33
BAB IV PENUTUP........................................................................................................................................37
A. Kesimpulan..........................................................................................................................................37
B. Saran ................................................................................................................................................. . 37
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................38
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan keperawatan kasus : Asuhan keperawatan pada pasien Ny.A dengan Post SC di
ruang Lily RSUD Batara Guru Belopa Tahun 2024
Disusun Oleh : Sitti Mulyani Yasier
NIM : 032023077
Program : Profesi
Progran Studi : Profesi Ners
Menyetujui,
(.....................................) (..............................................)
iii
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut(Kusuma, 2015). Sectio Caesarea adalah jalan
alternatif menyambut kelahiran seorang bayi melalui operasi praktis. Pembedahan dilakukan
pada perut dan rahim ibu. Sectio Caesarea dilakukan sebagai tindakan penyelamatan terhadap
kasus-kasus persalinan normal yang berbahaya. Oleh karena itu tindakan ini hanya di lakukan
ketika proses persalinan alamiah melalui vagina tidak memungkinkan karena risiko medis
tertentu (Wahyudi, 2016).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut. (amru sofian,2015). Post Partum adalah suatau masa
antara kelahiran sampai dengan organ-organ reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa
hamil. (Reeder, 2015). Post Partum merupakan masa pemulihan kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum kehamilan.
Lama Post Partum ini antara 6-8 minggu. (Solehati & Kosasih, 2015 yang melaporkan
penelitian tahun 2002 oleh Mochtar)
B. Klasifikasi Medis
Klasifikasi Sectio Caesarea menurut (Hary Oxorn dan Wiilliam R. Forte, 2010).
1. Segmen bawah : Insisi melintang Karena cara ini memungkinkan kelahiran per
abdominam yang aman sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun
dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun rongga Rahim terinfeksi, maka
insisi melintang segmenn bawah uterus telah menimbulkan revolusi dalam pelaksanaan
obstetric.
2. Segmen bawah : Insisi membujur Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus
sama seperti insisi melintang, insisi membujur dibuat dengan scalpel dan dilebarkan
dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera pada bayi.
3. Sectio Caesarea klasik Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan scalpel kedalam
dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting yang berujung
tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi sering dilahirkan dengan bokong
dahulu. Janin serta plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis. Pada
4
masa modern ini hamper sudah tidak dipertimbangkan lagi untuk mengerjakan Sectio
Caesarea klasik. Satu-satunya indikasi untuk prosedur segmen atas adalah kesulitan teknis
dalam menyingkapkan segmenn bawah.
4. Sectio Caesarea Extraperitoneal Pembedahan Extraperitoneal dikerjakan untuk
mennghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang menngalami infeksi luas
dengan mencegahh peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal. Ada beberapa metode
Sectio Caesarea Extraperitoneal, seperti metode Waters, Latzko, dan Norton, T. tekhnik
pada prosedur ini relative lebih sulit, sering tanpa sengaja masuk kedalam vacuum
peritoneal dan isidensi cedera vesica urinaria meningkat. Metode ini tidak boleh dibuang
tetapi tetap disimpan sebagai cadangan kasus-kasus tertentu.
Histerektomi Caesarea Pembedahan ini merupakan Sectio Caesarea yang dilanjutkan
denngan pengeluaran uterus. Jika mmuungkin histerektomi harus dikerjakan lengkap
(histerektomi total). Akan tetapi, karena pembedahan subtoral lebih mmudah dan dapatt
dikerjakan lebih cepat, maka pemmbedahan subtoral menjadi prosedur pilihan jika terdapat
perdarahan hebat dan pasien terjadi syok, atau jika pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-
sebab lain. Pada kasus-kasus semacam ini lanjutan pembedahan adalah menyelesaikannya
secepat mungkin.
C. Etiologi
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan
letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul ), ada sejarah kehamilan
dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada
primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yang disertai penyakit
( jantung, DM ). Gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan
sebagainya)
2. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, 8 9 kegagalan persalinan vakum atau forceps
ekstraksi. (Nurarif & Hardhi, 2015). Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio
caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram.
Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio
caesarea sebagai berikut:
5
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang
yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuranukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan
dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu
bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan
lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1). Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah , Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
6
b) Presentasi muka , Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala
yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27- 0,5
%.
c) Presentasi dahi , Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada
posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
g. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin,
2002).
D. Pemeriksaan Penunjang
1. LAB
2. Pemeriksaan Fisik
3. Urinalisasi
E. Penatalaksanaan Medis
1. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antibiotik berupa :
a. Anti-alergi (antihistamin)
b. Antibiotik
2. Tindakan non farmakologis
a. Pemberian cairan
b. Diet
c. Mobilisasi
d. Kateterisasi
7
F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio Caesarea adalah komplikasi
pembiusan, perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea, syok perdarahan, obstruksi usus,
gangguan pembekuan darah, dan cedera organ abdomen seperti usus, ureter, kandung kemih,
pembuluh darah. Pada Sectio Caesarea juga bisa terjadi infeksi sampai sepsis apalagi pada
kasus dengan ketuban pecah dini. Dapat juga terjadi komplikasi pada bekas luka operasii
(Anggi, 2015).
Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi yaitu infeksi jahitan
pasca Sectio Caesarea, infeksi ini terjadi karena banyak factor, seperti infeksi intrauteri,
adanya penyakit penyerta yang berhubungan dengan infeksi misalnya, abses tuboofaria,
apendiksitis akut/perforasi. Diabetes mellitus, gula darah tidak terkontrol, kondisi
imunokompromised misalnya, infeksi HIV, Tuberkulosis atau sedang mengkonsumsi
kortikosteroid jangka panjang, gisi buruk, termasuk anemia berat, sterilitas kamar operasi dan
atau alat tidak terjaga, alergi pada materi benang yang digunakan daan kuman resisten
terhadap antibiotic. Akibat infeksi ini luka bekas Sectio Caesarea akan terbuka dalam minggu
pertama pasca operasi. Terbukanya luka bisa hanya kulit dan subkulit saja, bisa juga sampai
fascia yang disebut dengan bust abdomen. Umumnya, luka akan bernanah atau ada eksudat
dan berbahaya jika dibiarkan karena kuman tersebut dapat menyebar melalui aliran darah.
Luka yang terbuka akibat infeksi itu harus dirawat, dibersihkan dan dilakukan kultur dari
caiiran luka tersebut. (Valleria, 2016).
8
G. Pathway
Fetal Distress
Sectio Caesarea
Intoleransi
aktivitas
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan 9
tubuh
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk
melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
1) Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan
diagnosa keperawatan.
2) Keluhan utama
a) Riwayat kesehatan
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
(2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan
secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
(3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
3) Pola-pola fungsi kesehatan
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan
untuk menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas
10
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,
pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan
dan nyeri.
d) Pola eliminasi
Meliputi berapa kali BAB, konsistensi, warna, bau, dan klien dengan post
sectio caesarea, untuk BAK melalui dawer kateter yang sebelumnya telah
terpasang.
e) Pola Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan.
f) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
g) Pola penanggulangan stress
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i) Pola persepsi dan konsep diri
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
k) Pola keyakinandan spiritual
Klien yang menganut agama islam selama keluar darah nifas/masa nifas tidak
diperbolehkan melaksanakan ibadah.
4) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Apatis.
c) Tanda-tanda vital
kepala.
konjungtiva merah segar atau merah pucat, sklera putih atau kuning.
d) Hidung : Ada polip atau tidak, bersih atau kotor.
atau tidak.
k) Payudara
: Perlu dikaji bentuk payudara, puting susu menonjol
atau tidak, pengeluaran ASI.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia terhadap
gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan respons dari seorang individu,
keluarga, kelompok, atau komunitas
Diagnosa :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, biologis
(00132).
C. Intervensi
Diagnosa SLKI SIKI
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji secara
berhubungan dengan agen keperawatan selama 3 x 24 jam komprehensif
cidera fisik, biologis. diharapkan suhu tubuh menurun tentang nyeri,
dengan kriteria : meliputi: Lokasi,
1. Klien dapat mengetahui karakteristik, dan
penyebab nyeri, onset onset, durasi,
nyeri. frekuensi, kualitas,
2. Klien mampu intensitas/beratnya
menggunakan teknik nyeri, dan faktor-
13
nonfarmakologi untuk faktor presipitasi.
mengurangi nyeri, dan 2. Ajarkan
tindakan pencegah nyeri. menggunakan
3. Klien melaporkan nyeri teknik
berkurang dengan nonfarmakologi
menggunakan (misalnya: Nafas
managemen nyeri. dalam, teknik
4. Menunjukkan tingkat distraksi, atau
nyeri massage).
3. Evaluasi tentang
keefektifan dari
tindakan dari nyeri
yang telah
digunakan.
4. Tingkatkan istirahat
yang cukup.
Pemberian analgetik
4. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
analgetik.
14
3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1.Diskusikan tentang
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam perawatan insisi, gejala
kurang informasi tentang pola nafas dapat teratasi dengan infeksi, dan pentingnya
perawatan melahirkan kriteria hasil : diet nutrisi.
caesarea 1. Klien mengatakan paham 2. Jelaskan tentang
tentang perawatan pentingnya periode
melahirkan caesarea. istirahat terencana.
2. Klien mampu 3. Jelaskan bahwa lochea
melaksanakan prosedur dapat berlanjut selama
yang dijelaskan secara 3-4 minggu, berubah
benar. dari merah ke coklat
3. Klien mampu sampai putih.
menjelaskan kembali apa 4. Jelaskan pentingnya
yang dijelaskan perawat latihan, tidak mulai
tentang perawatan latihan keras sampai
melahirkan caesarea. diizinkan oleh dokter.
5. Jelaskan tentang
perawatan payudara
dan ekspresi manual
bila menyusui.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan
bedasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan
15
lain.Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain
(Mitayani, 2009).
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada
hasil dan tujuan yang hendak dicapai. (Miyatani,
2009).
BAB III
16
1. PENGKAJIAN POST SC
I. Biodata :
A. Identitas pasien
Nama : Ny. A
Umur : 33 Thn
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Buntu Barana
Berapa Lama :-
17
II Riwayat Kehamilan Saat Ini
2. Masalah Kehamilan : Pasien Mengatakan tidak Memiliki Masalah Atau Keluhan Yang Tidak
Normal
Status Obstetrik : G2 P1 A0
BB/TB : 50 kg /158cm
V. Pemeriksaan Fisik
Abdomen
19
Palpasi Terdapat nyeri tekan area post SC, TFU 2 JBP.
Perkusi Thympani
Genetalia Terpasang kateter, bersih, lochea rubra.
Ekstremitas
VI.
Klien
Variabel
(Kanan/kiri)
Atas Bawah
BAK Saat Ini Pasien Terpasang Kateter dengan urine tertampung Kurang Lebih
2000cc,BAK Lancar Warnah jernih, Tidak Nyeri saat berkemih
b. Fakal : Kebiasaan BAB Sebelum Dirawat Pasien Mengatakan BAB 1x sehari dengan
konsistensi Lembek dan Berwarna kecoklatan
Frekuensi 2x1/Hari
Pola Tidur Saat Ini : Pasien mengatakan hanya tidur 3-4 jam sehari karena belum beradaptasi
dengan lingkungannya
20
Asupan Nutrisi : (Nasi Sayur,Ayam Buah )
Adaptasi Psikologi : Pasien Dapat Menerima Keadaan Yang di alaminya dan dapat
Menerima Bayinya
TD:110/70 mmHg
N : 84 kali/menit
T : 36,5 OC
RR : 20 kali/menit
21
II. Analisa Data
1 DS.
Ny.A mengatakan
nyeri pada luka bekas
post SC.
P : nyeri bertambah
ketika banyak
bergerak, Agen cidera fisik (post SC ) Nyeri akut
Q: nyeri seperti
ditusuk-tusuk,
R :nyeri dibagian
perut,
S :skala nyeri 5,
T :nyeri hilang timbul.
DO.
Ekspresi wajah
nampak menahan
nyeri.
TD: 120/80 mmHg
N : 82 kali/menit
T : 36,5 OC
RR : 22 kali/menit
2
DS.
Ny.A
- Pasien Mengatakan
Tidak Dapat
Beraktifitas, Sakit
saat Bergerak Hambatan Intoleransi Aktifitas
mobilitas fisik
- Pasien Mengatakan
Lemas
DO.
1. Pasien
22
Tampak Di
Bantu
Keluarga
Dalam
Beraktifitas
2. Pasien
Tampak
Terpasang
Cateter
3
DS.
1. Pasien
Mengatakan
ASI Kurang
Atau Tidak
Lancar
DO
Suplai ASI tidak Cukup Ketidakefektifan Pemberian
1. Tampak ASI
Ketidak
adekuat
asupan Susu
2. Bayi Tampak
Menangis
Pada Payudara
23
III. Diagnosa Keperawatan
5. Kolaborasi Dengan
Keluarga Untuk
Membantu ADL
Setelah dini
Dilakukan
Tindakan
Keperawata
n Selama
3x24 Jam di
2. harapkan
Hambatan
Mobilitas
Fisik Dapat
Teratasi
Dengan
Kriteria
Hasil :
1. Melapor
kan
Adanya
Peningk
atan
Mobilita
s
25
3
26
2. Memperl 2. Menyusi
ihatkan
Peningk 3. Merangsang Pengeluaran ASI
atan
Mobilita 4. Menghangatkan Payudara
s : Klien
Latihan 5. Melancarkan aliran ASI
Berjalan
6. Memperlancar dan Memperbanyak
3. Pasien Produksi ASI
Dapat
Berjalan
Dari
Tempat
Tidur Ke
kamar
Mandi
Setelah
Ketidakefektif Dilakukan 1. Kaji adanya Faktor
an Pemberian Tindakan penyebab kesulitan
ASI Keperawata Menyusui
Berhubungan n Selama
Dengan Suplai 3x24 Jam di 2. Ajarkan Bayi
ASI tidak harapkan Menghisap Putting
Cukup menyusui susu ibu
efektif
dengan 3. Berikan Kompres
kriteria Hangat Pada
hasil : Areola
28
Implementasi Keperawatan
Hasil :
TD :120/80 mmHg
N : 82 kali/menit
T : 36,5 OC
RR : 22 kali/menit
10.40
Hasil :
-membereskan tempat tidur pasien, mengganti laken,
stik laken sprei dan sarung bantal pasien untuk
memberikan rasa nyaman.
-membantu pasien mengganti baju
Hasil :
30
memberikan Kompres Hangat Pada Areola
hasil :
Hasil :
Hasil :
31
09.00 2. Hambatan 2. memberi pemahaman kepada keluarga pentingnya
mobilitas fisik melakukan aktivitas rutin sehari-hari
Berhubungan
Dengan Intoleran Hasil :
Aktivitas
Keluarga pasien memahami dengan baik apa yang
disampaikan
A. Evaluasi
32
No Dx Tgl/Jam Evaluasi
TD :110/70 mmHg
N : 84 kali/menit
T : 36,5 OC
RR : 20 kali/menit
P : Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
TD :120/80 mmHg
N : 80 kali/menit
T : 36,2 OC
RR : 20 kali/menit
33
A : Masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
No Dx Tgl/Jam Evaluasi
TD :100/70 mmHg
N : 75 kali/menit
T : 36,1OC
RR : 18 kali/menit
P : Intervensi dilanjutkan
TD :110/80mmHg
N : 75 kali/menit
T : 36,1OC
RR : 18 kali/menit
P : intervensi dilanjutkan
09 : 20
S : pasien mengatakan mampu beraktifitas mandiri
TD :120/80mmHg
N : 80 kali/menit
34
T : 36,6OC
RR : 20 kali/menit
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
No Dx Tgl/Jam Evaluasi
TD :100/70 mmHg
N : 75 kali/menit
T : 36,2OC
RR : 18 kali/menit
P : intervensi dilanjutkan
03/02/2024
S : pasien mengatakan ASI sudah keluar namun sedikit
09: 30
O:.terlihat pengeluaran ASI yang belum cukup
TD :110/80mmHg
N : 75 kali/menit
T : 36,5OC
RR : 18 kali/menit
P : intervensi di hentikan
35
mengatakan ASI sudah bisa keluar dengan optimal
TD :120/80mmHg
N : 84 kali/menit
T : 36,2OC
RR : 20 kali/menit
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
36
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut(Kusuma, 2015). Sectio Caesarea adalah jalan alternatif
menyambut kelahiran seorang bayi melalui operasi praktis.
Pembedahan dilakukan pada perut dan rahim ibu. Sectio Caesarea
dilakukan sebagai tindakan penyelamatan terhadap kasus-kasus
persalinan normal yang berbahaya. Oleh karena itu tindakan ini hanya
di lakukan ketika proses persalinan alamiah melalui vagina tidak
memungkinkan karena risiko medis tertentu (Wahyudi, 2016).
B. Saran
Dengan adanya asuhan keperawatan ini maka dapat memudahkan
kita untuk mengkaji lebih jauh lagi mengenai post sectio caesarea,
semoga pembaca dapat memahami maksud dan tujuan dari penulisan
asuhan keperawatan ini, diharapkan adanya kritik dan saran untuk
mengembangkan asuhan keperawatan ini agar menjadi lebih baik dari
sebelumnya
37
DAFTAR PUSTAKA
38