Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ILMU DASAR KEPERAWATAN II

“Konsep Dasar Patologi dan Patofisiologi, Adaptasi, Jejas, dan Penuaan sel”

DOSEN PEMBIMBING
Yenni, M.Kep., Ns. Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh Kelompok 1 :


Agung Ali Imam .H 2010120201619
Annisa Nabila Furty 2010120201575
C.hendrawan Zalukhu 2010120201599
Desirwan Saputra 2010120201604
Syifa Fauziah 2010120201584

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES NANTONGGA
LUBUK ALUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah
sehingga, tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat berarti. Tanpa
pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Konsep Dasar
Patologi dan Patofisiologi, Adaptasi, Jejas, dan Penuaan sel” , yang disajikan berdasarkan
referensi dari berbagai sumber.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada penyusun
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga penyusun ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya
dalam pembuatan makalah ini
Penyusun menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun
teman-teman atau pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna..
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa meridhoinya dan
akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.

Lubuk alung, 23 April 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB 1.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................4
1.3. Tujuan.........................................................................................................................................5
1.4. Manfaat penulisan.......................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PENJELASAN..........................................................................................................................................6
1. PATOLOGI...................................................................................................................................6
A. Pengertian Patologi...................................................................................................................6
B. RUANG LINGKUP PATOLOGI.............................................................................................6
C. Pembagian Patologi...................................................................................................................7
2. patofisiologi.................................................................................................................................11
B. Pengertian Patofisiologi..........................................................................................................11
3. Adaptasi Sel.................................................................................................................................15
A. Pengertian Adaptasi Sel..........................................................................................................15
4. JEJAS SEL..................................................................................................................................17
A. Pengertian Jejas Sel................................................................................................................17
5. PENUAAN SEL..........................................................................................................................19
A. Pengertian Penuaan Sel...........................................................................................................19
B. PROSES PENUAAN..............................................................................................................19
BAB III..................................................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................................................21
Kesimpulan......................................................................................................................................21
SARAN...........................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................22
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berbagai macam keluhan dan gejala klinis disampaikan pasien dan dapat diamati oleh
seorang perawat. Agar keluhan dan gejala klinis dapat diketahui maka seorang perawat
memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai yaitu berupa ilmu patologi
keperawatan. Melalui penguasaan ilmu patologi maka segala bentuk proses yang terjadi
dalam tubuh manusia seperti perjalanan penyakit hingga pemahaman munculnya tanda dan
gejala akan mempermudah Saudara dalam memberikan asuhan keperawatan.akibat penyakit
yang dideritanya.

Sel normal merupakan mikrokosmos yang berdenyut tanpa henti, secara tetap
mengubah stuktur dan fungsinya untuk memberi reaksi terhadap tantangan dan tekanan yang
selalu berubah. Bila tekanan atau rangsangan terlalu berat, struktur dan fungsi sel cenderung
bertahan dalam jangkauan yang relatif sempit. Penyesuaian sel mencapai perubahan yang
menetap, mempertahankan kesehatan sel meskipun tekanan berlanjut. Tetapi bila batas
kemampuan adaptasi tersebut melampaui batas maka akan terjadi jejas sel atau cedera sel
bahkan penuaan dan kematian sel. Dalam bereaksi terhadap tekanan yang berat maka sel akan
menyesuaikan diri, kemudian terjadi jejas sel atau cedera sel yang akan dapat pulih kembali
dan jika tidak dapat pulih kembali sel tersebut akan mengalami penuaan dan kematian sel.
Dalam makalah ini akan membahas tentang mekanisme jejas, adaptasi dan penuaan sel.

Dengan demikian dapat dimengerti bahwa kompetensi yang akan dipelajari dalam
Bab ini sangat diperlukan oleh Saudara dalam memberikan asuhan keperawatan.
Menggunakan dasar-dasar ilmu ini maka asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien
menjadi rasional sehingga berhasil optimal. Bab ini mencakup beberapa materi meliputi:
Konsep patologi dan patofisiologi, adaptasi, jejas, dan penuaan sel serta penyakit
patofisiologi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan patologi dan patofisiologi?
2. Apa yang dimaksud dengan adaptasi,jejas, dan penuaan sel?
3. contoh penyakit patofisiologi?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari patologi dan patofisiologi
2. Untuk mengetahui konsep dasar daei adaptasi,jejas, dan penuaan sel

1.4. Manfaat penulisan


Agar pembaca dapat memahami kosep dasar dari materi yang disajikan serta contoh
nya.
BAB II
PENJELASAN

1. PATOLOGI

A. Pengertian Patologi
Patologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit yang disebabkan oleh karena
ada perubahan struktur dan fungsi sel dan jaringan tubuh. Patologi mempunyai tujuan utama
yaitu mengidentifikasi penyebab sebuah penyakit sehingga akan memberikan petunjuk pada
program pencegahan, pengobatan dan perawatan terhadap penyakit yang diderita pasien.
Istilah patologi berasal dari Yunani yaitu pathos artinya emosi, gairah atau menderita
sedangkan ology artinya ilmu. Jadi patologi adalah ilmu penderitaan atau ilmu penyakit. Ilmu
patologi berkembang sejak seorang ahli patologi yang bernama Rudolf Virchow (1821-1902)
menemukan bahwa bagian terkecil yang membentuk tubuh manusia adalah sel. Perubahan
perubahan sel yang diamati melalui mikroskop memberikan pengetahuan tentang penyakit
yang terjadi pada seseorang. Perubahan tersebut dapat menyebabkan kelainan struktur dan
gangguan fungsi tubuh yang berwujud penyakit.
Contoh kelainan struktur dan gangguan fungsi tubuh yang berwujud penyakit:

• Sel hepar yang mengalami infeksi virus hepatitis, maka sel dan jaringan hepar akan
mengalami perubahan perubahan. Susunan hepatoseluler menjadi kacau serta nampak
mengalami edema. Kondisi seperti itu menyebabkan fungsi hepar dalam metabolime
haemoglobin akan mengalami gangguan yang dapat diamati pada tubuh pasien dalam bentuk
ikterus.
• Sel saluran pencernaan yang mengalami perubahan karena sering terpapar zat
karsinogen yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi pasien setiap hari. Kondisi seperti
ini menyebabkan terjadinya perubahan struktur sel di colon dan akibatnya terbentuklah
neoplasma yang kita kenal yaitu kanker colon. Dengan demikian bila terjadi kelainan struktur
sel, organ atau jaringan maka akan terjadi perubahan atau gangguan fungsi sel, organ atau
jaringan tersebut.
• Kelainan struktur kelenjar pankreas maka akan terjadi perubahan fungsi pankreas
yang dapat kita amati seperti penurunan produksi insulin yang dikenal sebagai penyakit
Diabetes mellitus.

B. RUANG LINGKUP PATOLOGI


Ilmu patologi yang merupakan dasar dalam praktek klinik terdiri dari lingkup patologi klinis
dan patologi eksperimen yang dijelaskan berikut ini:

1. Patologiklinis
Patologi klinis lebih menekankan pada analisis penyakit dan mempelajari lebih mendalam
tentang sebab dan mekanisme penyakit serta pengaruh penyakit terhadap organ dan sistem
tubuh manusia.

2. Patologi eksperimental

Patologi eksperimental merupakan kegiatan pengamatan berbagai perlakuan pada suatu


sistem tubuh di laboratorium. Lazimnya menggunakan model binatang percobaan atau kultur
sel.

C. Pembagian Patologi
1. Patologi anatomi

Ilmu patologi yang mempelajari dan mendiagnosa penyakit berdasarkan hasil pemeriksaan
sel, organ atau jaringan tubuh. Sebagai contoh dalam mendiagnosa penyakit tumor yang
diderita pasien, maka dilakukan pemeriksaan patologi anatomi terhadap sel tumor sehingga
diketahui apakah tumor tersebut jinak atau tumor ganas.

Adapun jenis pemeriksaan yang dilakukan dalam Patologi anatomi terdiri pemeriksaan

a. Histopatologi

Bagian dari ilmu patologi anatomi yang mempelajari dan mendiagnosa penyakit berdasarkan
hasil pemeriksaan jaringan tubuh. Sebagai contoh yaitu pemeriksaan jaringan dengan cara
biopsi sehingga diperoleh diagnosa definitif.

Lampiran 1.1
Biopsi adalah prosedur medis berupa pengambilan sampel kecil dari jaringan untuk
diperiksa di bawah mikroskop. Biopsi dapat di lakukan dari hampir di seluruh tubuh,
termasuk hati, sumsum tulang, kulit dan ginjal serta paru. Biopsi dilakukan untuk
mengidentifikasi sel-sel abnormal dan untuk membantu mendiagnosa serta untuk mengukur
tingkat keparahan penyakit melalui beberapa jenis biopsi.
b. Sitopatologi

Bagian ilmu patologi anatomi yang mempelajari dan mendiagnosa penyakit berdasarkan hasil
pemeriksaan sel tubuh yang didapat atau diambil. Sebagai contoh adalah pemeriksaan sel
neoplasma untuk mengetahui tipe sel tersebut termasuk ganas atau jinak.

2. Patologi klinik

Ilmu patologi yang mempelajari dan mendiagnosa penyakit berdasarkan hasil pemeriksaan
biokimia tubuh sehingga bahan pemeriksaannya berupa urine, darah dan cairan tubuh
lainnya. Sebagai contoh dalam menentukan diagnosa penyakit gagal ginjal maka pemeriksaan
patologi klinik yang dilakukan menggunakan bahan urine pasien.

Kegunaan patologi klinik adalah sebagai berikut:

a. Membantu dalam menegakkan diagnosa penyakit.

b. Menetapkan diagnosa penyakit.

c. Memberi terapi yang adekuat pada pasien.

d. Memonitor perjalanan penyakit.

e. Membuat prognosa penyakit yang diderita pasien.

3. Patologi forensik

Ilmu patologi yang mempelajari dan menemukan sebab kematian pada kondisi tertentu.
Sebagai contoh menentukan penyebab kematian korban yang diduga bunuh diri. Pemeriksa
akan mempelajari apakah benar korban bunuh diri atau dibunuh terlebih dahulu kemudian
direkayasa seperti bunuh diri.

4. Patologi molekuler

Pengembangan ilmu patologi yang mempelajari dan mendiagnosa penyakit berdasarkan hasil
pemeriksaan struktur kimiawi molekul. Sebagai contoh dalam mendiagnosa penyakit sickle
cell yaitu penyakit dimana kondisi molekul haemoglobin dalam keadaan abnormal.

Beberapa ahli memberikan pembagian yang lebih praktis dalam mempelajari patologi
yaitu bahwa patologi dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut:

1. Patologi umum

Ilmu patologi yang mempelajari dan mendiagnosa penyakit berdasarkan mekanisme dan
karakteristik bentuk dari suatu penyakit. Sebagai contoh yaitu mempelajari kelainan
kongenital, radang dan tumor.
2. Patologi sistemik

Ilmu patologi yang mempelajari dan menjelaskan suatu penyakit tertentu berdasarkan
pengaruhnya terhadap organ tersebut. Sebagai contoh penyakit kanker paru yang akan
berpengaruh terhadap organ paru-paru. Pengetahuan dan teknik pemeriksaan penyebab
penyakit terus berkembang dengan penggunaan teknologi.

Untuk mengetahui perkembangan tersebut berikut ini akan diuraikan beberapa teknik
pemeriksaan patologi yang perlu Saudara ketahui.

1. Patologi makroskopik

Penggunaan mata telanjang dalam mempelajari suatu penyakit sebelum mikroskop digunakan
dalam patologi merupakan teknik yang hingga saat ini masih digunakan. Kelainan-kelainan
makroskopik dari berbagai penyakit sangat khas sehingga bila diinterpretasikan oleh ahli
patologi yang berpengalaman akan diperoleh kesimpulan berupa diagnosa yang tepat. Salah
satu pemeriksaan patologi makroskopik yang masih digunakan hingga saat ini seperti
pemeriksaan otopsi. Pemeriksaan otopsi adalah pemeriksaan bedah mayat berasal dari bahasa
Yunani yang berarti "lihat dengan mata kepala sendiri". Otopsi terdiri daridua jenis yaitu:

a. Otopsi klinis: Dilakukan untuk tujuan pembelajaran dan riset mencari penyebab medis
kematian juga untuk kasus kematian yang tidak diketahui atau tidak pasti.

b. Otopsi forensik: Dilakukan atas permintaan penegak hukum ketika penyebab kematian
mungkin menjadi masalah pidana.

Lampiran 1.2

2. Mikroskop cahaya

Pemeriksaan patologi yang lebih tepat saat ini dilakukan dibanding dengan pemeriksaan
makroskopik adalah pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop cahaya. Diperlukan
jaringan yang dipotong tipis sehingga cahaya mampu menembusnya dan bilamana diperlukan
dilakukan pengecatan untuk memperjelas perbedaan dari bagian jaringan atau sel yang akan
diamati.

Lampiran 1.3

3. Histokimiawi

Histokimiawi adalah ilmu yang mempelajari kondisi kimiawi sebuah jaringan setelah
mendapatkan perlakuan menggunakan reagen khusus. Dengan teknik ini secara mikroskopik
berbagai keadaan jaringan dan sel terlihat.

4. Mikroskop elektron

Penggunaan mikroskop elektron saat ini membuat pemeriksaan patologi menjadi lebih luas.
Pemeriksaan dapat dilakukan hingga tingkat organel serta menemukan adanya virus dalam
jaringan pun dapat dilakukan.

5. Teknik biokimia

Salah satu teknik patologi yang sering dilakukan adalah pemeriksaan biokimia dengan tujuan
untuk mempelajari jaringan tubuh dan cairan tubuh. Sebagaimana diketahui bahwa berbagai
penyakit mempunyai dampak ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Dengan pemeriksaan
biokimia akan tergambar kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh pasien sehingga
terapi lebih tepat dapat diberikan. Pemeriksaan biokimia juga dapat melihat kandungan enzim
dalam serum untuk mempelajari kerusakan berbagai jaringan. Sebagai contoh pemeriksaan
enzim creatinin kinase dapat memberikan petunjuk bahwa terjadi kerusakan pada otot
jantung.

6. Teknik hematologi

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mempelajari kelainan darah mulai dari teknik yang
sederhana yaitu hitung sel sampai dengan pemeriksaan terkini dengan peralatan elektronik
untuk memeriksa faktor koagulasi darah.
Lampiran 1.4

7. Kultur sel

Berbagai media untuk melakukan kultur telah dikembangkan sehingga cakupan pemeriksaan
patologi semakin meluas. Pemeriksaan kultur banyak dilakukan karena mudahnya memonitor
respons sel pada berbagai media.

8. Mikrobiologi medis

Pemberian antibiotik yang tepat pada pasien yang mengalami infeksi akan mudah dilakukan
dengan bantuan pemeriksaan mikrobiologi medis. Organisme seperti jamur, bakteri, virus dan
parasit akan mudah dikenali di bawah mikroskop setelah bahan pemeriksaan dicat secara
khusus seperti pada nanah. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui sensitivitas bakteri
terhadap bermacam macam obat sehingga diketahui obat mana yang paling tepat diberikan
pada pasien.

2. patofisiologi

B. Pengertian Patofisiologi
Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari aspek dinamik dari proses penyakit.
Patofisiologi juga disebut ilmu yang mempelajari proses terjadinya perubahan atau gangguan
fungsi tubuh akibat suatu penyakit. Sebagai contoh patofisiologi udema pada penderita gagal
jantung adalah akibat dari proses terjadinya gangguan keseimbangan cairan dalam bentuk
retensi air dan natrium karena aliran darah balik ke jantung yang terhambat.

Untuk memahami patofisiologi udema pada penderita gagal jantung berikut ini
penjelasannya. Ketika terjadi kelemahan kontraksi jantung maka efektivitas alairan darah
menurun yang menyebabkan tubuh melakukan respons berupa:

1. Peningkatan sekresi renin Adanya peningkatan sekresi renin menyebabkan


terjadinya peningkatan sekresi aldosteron sehingga ginjal melakukan reabsorpsi natrium di
tubulus distal.
2. Sekresi hormon ADH (anti diuretik hormon) meningkat. Peningkatan sekresi
hormon ADH menyebabkan peningkatan reabsropsi airoleh ginjal di tubulus distal
meningkat.
3. Vasokontriksi di ginjal Vasokonriksi pembuluh darah ginjal mengakibatkan
glomerulo filtration rate/laju filtrasi glomerulus menurun sehingga reabsorpsi natrium dan air
di tubulus proksimal ginjal meningkat.

Berdasarkan ketiga respons di atas maka dapat dimengerti bahwa akan terjadi retensi
air dan natrium oleh ginjal. Sebagai akibatnya adalah meningkatnya volume plasma darah
yang selanjutnya terjadi transudasi cairan keluar sel dan berakhir dengan terjadinya udema.

2.1. edema

Untuk lebih jelasnya Saudara dapat mempelajarinya kembali dengan memperhatikan


skema patofisiologi udema pada pasien gagal jantung berikut ini.
2.2. patofisiologi gagal jantung

Jika kita lihat kembali definisi patofisiologi yaitu proses terjadinya perubahan atau
gangguan fungsi tubuh akibat suatu penyakit maka saat ini Saudara kiranya sudah dapat
memahami pembahasan patofisiologi menggunakan contoh proses terjadinya udema pada
gagal jantung di atas.

1. contoh lain yaitu patofisiologi terjadinya tukak lambung pada penderita yang
diketahui mengalami kondisi stres yang lama sebagai berikut.
2.3. patofisikologi tukak lambung

Berdasarkan skema di atas maka tukak lambung yang terjadi pada pasien diketahui
antara lain dari adanya riwayat peningkatan asam lambung dan konsumsi alkohol yang
menyebabkan:

1. Sel epitel lambung hancur Kondisi ini merangsang dikeluarkannya histamin oleh
sel epitel lambung yang hancur.

2. Vasodilatasi vascular di lambung Dikeluarkannya histamin akan merangsang


pembuluh darah di lambung mengalami vasodilatasi.

3. Peningkatan permeabilitas vascular Akibat pelebaran pembuluh darah maka terjadi


peningkatan permeabilitas pembuluh darah tersebut yang berujung pada kebocoran plasma.
Hal ini merupakan salah satu penyebab perdarahan lambung.

4. Sekresi pepsin Sel epitel lambung yang hancur akan menyebabkan jaringan mukosa
lambung hancur dan hal tersebut merangsang dikeluarkannya pepsin.

5. Peristaltik lambung meningkat Pepsin yang banyak dikeluarkan akan merangsang


peningkatan gerakan lambung sehingga perdarahan lambung menjadi lebih parah.

6. Disisi lain pepsin juga akan menghancurkan vena dan kapiler dilambung yang
mendukung terjadinya perdarahan lambung berlanjut.

7. Akhirnya terjadi tukak lambung karena mukosa lambung hancur juga terjadi
perdarahan.

2.4. tukak lambung

2. Berikut ini adalah contoh patofisiologi Diabetes Melitus

Tubuh manusia memerlukan bahan bakar berupa energi untuk menjalankan berbagai
fungsi sel dengan baik. Bahan bakar tersebut bersumber dari sumber zat gizi karbohidrat,
protein, lemak yang di dalam tubuh mengalami pemecahan menjadi zat yang sederhana dan
proses pengolahan lebih lanjut untuk menghasilkan energi. Proses pembentukan energi
terutama yang bersumber dari glukosa memerlukan proses metabolisme yang rumit. Dalam
proses metabolisme tersebut, insulin memegang peranan yang sangat penting yang bertugas
memasukkan glukosa ke dalam sel untuk selanjutnya diubah menjadi energi.

Pada keadaan normal, glukosa diatur sedemikian rupa oleh insulin yang diproduksi
oleh sel beta pankreas, sehingga kadarnya di dalam darah selalu dalam batas aman baik pada
keadaan puasa maupun sesudah makan. Kadar glukosa darah normal berkisar antara 70-140
mg/dl. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh beta pankreas pada pulau
Langerhans. Tiap pankreas mengandung 100.000 pulau langerhans dan tiap pulau berisikan
100 sel beta.

Insulin memegang peranan yang sangat penting dalam pengaturan kadar glukosa
darah dan koordinasi penggunaan energi oleh jaringan. Insulin yang dihasilkan sel beta
pankreas dapat diibaratkan anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke
dalam sel agar dapat dimetabolisrne menjadi energi. Bila insulin tidak ada atau insulin tidak
dikenali oleh reseptor pada permukaan sel, maka glukosa tak dapat masuk ke dalam sel
dengan akibat glukosa akan tetap berada dalam darah sehingga kadarnya akan meningkat.
Tidak adanya glukosa yang dimetabolisme menyebabkan tidak ada energi yang dihasilkan
sehingga badan menjadi lemah.

Pada keadaan DM, tubuh relatif kekurangan insulin sehingga pengaturan glukosa
darah menjadi kacauWalaupun kadar glukosa darah sudah tinggi, pemecahan lemak dan
protein menjadi glukosa melalui glukoneogenesis dihati tidak dapat dihambat karena insulin
yang kurang! resisten sehingga kadar glukosa darah terus meningkat. Akibatnya terjadi
gejala-gejaia khas DM seperti poliuri, polidipsi, polipagi, lemas, berat badan menurun. Jika
keadaan ini dibiarkan berlarut-larut, berakibat terjadi kegawatan Diabetes Mellitus yaitu
ketoasidois yang sering menimbulkan kematian.

3. Adaptasi Sel

A. Pengertian Adaptasi Sel


Adaptasi sel adalah penyesuaian sel atau jaringan yang bersifat reversibel yang
diakibatkan karena adanya suatu jejas sel. Sel mampu mengatur dirinya dengan cara
mengubah struktur dan fungsinya sebagai respon terhadap berbagai kondisi fisiologis maupun
patologis. Kemampuan ini disebut dengan adaptasi sel. Kegagalan adaptasi sel berakibat pada
cedera sel yang bisa bersifat reversible (dapat kembali normal) ataupun irreversible (tidak
kembali normal). Apabila cedera sel sangat berat sehingga tidak dapat kembali normal, sel
akan mati melalui 2 cara, yaitu apoptosis (bunuh diri, sebagai kematian sel yang alami) atau
nekrosis (rusak, sehingga mati)

Respons sel terhadap cedera yang tidak mematikan dan bersifat menetap (persistent).
Ada 4 cara yang dilakukan yaitu atrofi, hipertrofi, hiperplasia, dan metaplasia.

1. Atrofi. 
Pernahkah kalian melihat seorang yang lumpuh sehingga lengan atau kakinya mengecil?
Mengapa bisa mengecil? Salah satu sebabnya adalah otot-otot tidak pernah bergerak sehingga
sel-sel otot menyusut, baik itu dalam ukuran maupun fungsinya. Dengan kata lain, sel
tersebut mengalami atrofi. Perhatikan dan bandingkan gambar di bawah ini!

3.1. otot lengan atas mengecil karna jarang dipakai

Hampir semua sel pada organ tubuh dapat mengalami atrofi. Kulit, pembuluh darah,
saraf, ginjal, bahkan otak pun bisa mengalami atrofi. Penyebabnya bermacam-macam. Bisa
karena kurangnya oksigen, gangguan nutrisi, hilangnya persarafan, ataupun proses penuaan.
Seperti contoh di atas penyebabnya adalah aktivitas yang menurun dari sel-sel otot yang
menyebabkan atrofi sehingga disebut disuse atrophy. Ketika aktivitas/beban menurun,
kegiatan persarafan dan vaskularisasi di daerah tersebut akan menurun pula.

2. Hipertrofi dan Hiperplasia. 

Adaptasi yang ini kebalikannya dari atrofi. Perhatikan gambar di bawah. Hiperplasia
menunjukkan sel dengan ukuran normal tapi jumlah sel berlebih, sedangkan hipertrofi
menunjukkan jumlah sel normal ukurannya membesar. Adaptasi sel dapat juga berupa
kombinasi dari keduanya yaitu jumlah dan ukuran sel bertambah
Hipertrofi seringkali terjadi bersama dengan hiperplasia, bisa fisiologis bisa juga
patologis, terutama disebabkan oleh peningkatan kebutuhan fungsional organ tersebut atau
adanya rangsangan hormonal

3. Hiperplasia 

bisa bersifat fisiologis yang terbagi menjadi 2 yaitu hiperplasia fisiologis hormonal dan
kompensatorik. Selain itu hiperplasia bisa juga bersifat patologis. Salah satu contoh
hiperplasia fisiologis adalah proliferasi epitel kelenjar payudara pada pubertas dan selama
kehamilan. Kamu punya kutil? Nah, kutil adalah salah satu contoh hiperplasia patologis.

Kutil yang sering datang dan datang lagi disebabkan oleh peningkatan ekspresi berbagai
faktor transkripsi yang dipicu oleh human papilloma virus sehingga menghasilkan akifitas
mitotik. Pertumbuhan  tetap terkontrol pada proses hiperplasi, artinya jika faktor
pertumbuhan atau hormonal hilang maka hiperplasia berhenti. Beda dengan kanker,
meskipun tidak ada rangsang hormonal tapi hiperplasia terus berlangsung. Namun begitu,
perlu diingat bahwa hiperplasia patologis memiliki kecenderungan untuk terjadinya
keganasan atau kanker.

4. Metaplasia. 

Proses adaptasi sel dengan cara ini merupakan perubahan reversibel pada tipe sel dewasa
(epitelial atau mesenkimal) yang satu menjadi tipe yang lain. Metaplasia merupakan adaptasi
sel yang sensitif terhadap stres tertentu (yang berupa rangsangan kronis) digantikan oleh sel
dewasa tipe lain yang mampu bertahan. Contohnya, pada perokok akan terjadi perubahan sel
epitel silindris bersilia menjadi epitel gepeng bertingkat pada saluran pernafasan, tepatnya di
trakea dan bronkus.

4. JEJAS SEL

A. Pengertian Jejas Sel


Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau sebaliknya,
sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Di bawah ini merupakan
penyebab-penyebab dari jejas sel.

Etiologi jejas:

Hipoksia

a. Daya angkut oksigen berkurang: anemia, keracunan CO

b. Gangguan pada sistem respirasi

c. Gangguan pada arteri: aterosklerosis

Jejas fisik

a. Trauma mekanis: ruptura sel, dislokasi intraseluler

b. Perubahan temperatur: vasodilatasi, reaksi inflamasi


c. Perubahan tekanan atmosfer

d. Radiasi

Jejas kimiawi

a. Glukosa dan garam-garam dalam larutan hipertonis yang dapat menyebabkan gangguan
homeostasis cairan dan elektrolit

b. Oksigen dalam konsentrasi tinggi

c. Zat kimia, alkohol, dan narkotika

Agen biologik: virus, bakteri, fungi, dan parasit

Reaksi imunologik

a. Anafilaktik

b. Autoimun

Faktor genetik: sindroma Down, anemia sel sabit

Gangguan nutrisi: defisiensi protein, avitaminosis

Jenis-jenis jejas:

1. Jejas Reversible (oedem, cloudy swelling)

Contoh: degenerasi hidropik.

Degenerasi ini menunjukkan adanya edema intraselular, yaitu adanya peningkatan


kandungan air pada rongga-rongga sel selain peningkatan kandungan air pada mitokondria
dan retikulum endoplasma. Pada mola hidatidosa telihat banyak sekali gross (gerombolan)
mole yang berisi cairan. Mekanisme yang mendasari terjadinya generasi ini yaitu kekurangan
oksigen, karena adanya toksik, dan karena pengaruh osmotik.

2. Jejas Irreversible

Terdapat dua jenis jejas irreversible (kematian sel) yaitu apotosis dan nekrosis.
Apoptosis merupakan kematian sel yang terprogram. Sedangkan nekrosis merupakan
kematian sel/jaringan pada tubuh yang hidup di luar dari kendali. Sel yang mati pada nekrosis
akan membesar dan kemudian hancur dan lisis pada suatu daerah yang merupakan respons
terhadap inflamasi. Jadi, perbedaan apoptosis dan nekrosis terletak pada terkendali atau
tidaknya kematian sel tersebut.
5. PENUAAN SEL

A. Pengertian Penuaan Sel


PENUAAN SEL penuaan sesungguhnya merupakan proses dediffensiasi (de-growth)
dari sel, yaitu proses terjadinya perubahan anatomi maupun penurunan fungsi dari sel. Ada
banyak teori yang menjelaskan masalah penuaan.

Dalam makalah ini akan disampaikan tiga buah teori yaitu:

1. Teori pertama Teori pertama menyatakan bahwa semakin cepat suatu organisme hidup
maka semakin cepat pula mereka menua. Hal ini terjadi karena kehidupan cepat didefinisikan
sebagai proses differensiasi dari pertumbuhan yang cepat serta metabolisme yang tinggi
sehingga sel-sel lebih cepat mengalami penuaan.

2. Teori kedua Teori kedua menyatakan bahwa setiap sel tidak dapat mengelak dari
penumpukan sisa metabolit yang bersifat racun. Penumpukan tersebut secara berangsur-
angsur mengurangi kemampuan sel untuk berfungsi, sehingga akhirnya menjadi tua.

3. Teori ketiga Teori ketiga menyatakan bahwa penuaan terjadi sebagai akibat kondisi
lingkungan yang merugikan gen-gen yang berhubungan dengan sel badan atau sel-sel
somatic.

B. PROSES PENUAAN
Kini diketahui penuaan berkaitan erat dengan proses metabolisme molekuler. Sintesis
protein yang berlangsung dengan tepat sangatlah penting bagi sel-sel yang hidup. Namun
demikian ternyata proses prosesnya sangat rumit dan kompleks. Proses ini harus akurat dan
mempunyai mekanisme-mekanisme yang berkemampuan memeriksa kembali.

Kadang-kadang protein-protein yang tidak berfungsi secara tepat juga dibuat oleh sel-
sel, yang biasanya hal ini disebabkan oleh kesalahan pada DNA genetic atau kesalahan pada
waktu alih informasi dari gen ke protein, sehingga apabila tidak terjadi pembetulan atau
penghancuran dengan cepat, protein yang salah tersebut dapat menyebabkan kesalahan fungsi
metabolik. Proses penyalinan informasi genetic pada DNA ke molekul-molekul yang
mengarah atau berpartisipasi didalam sintesis protein (RNA yaitu asam ribonukleat) disebut
transkripsi.

Adapun factor-faktor yang mengakibatkan proses penuaan antara lain :

1. Factor internal Tertimbunnya produksi lipofuksin yang dikenal sebagai pigmen


penuaan diberbagai bagian tubuh. Terhentinya proses pertumbuhan dan proses perbaikan sel-
sel yang rusak. Kerusakan pada materi inti yang merupakan pusat control metabolism sel,
sehingga sel gagal melaksanakan fungsi yang semestinya. Terjadinya akumulasi substansi
tertentu pada sel yang boleh jadi sangat berbahaya bagi sel itu sendiri, sehingga
melumpuhkan system kekebalan yang secara alamiah dimiliki oleh tubuh setiap manusia
normal.
2. Factor eksternal (lingkungan) Beberapa obyek penelitian terpenting, untuk
menjelaskan proses penuaan adalah ragi, cacing, atau lalat buah. Pada dasarnya terdapat
model penuaan pada jamur atau binatang berderajat rendah itu, yang dapat ditarik pada model
seluler proses penuaan binatang menyusui, termasuk juga manusia. Pada jamur ragi, proses
reproduksi dengan menumbuhkan sel anakan, melambat dan berhenti pada usia tertentu.
Siklus ini mirip dengan siklus reproduksi manusia. Hal tersebut merupakan aspek biologis
dari penuaan, yang nyaris tidak berubah dalam proses evolusi.

3. Factor kalori Dalam penelitian ditemukan, pengurangan sumber kalori pada


medium tempat ragi tumbuh, yakni glukosa dari dua menjadi setengah persen, justru
memperpanjang umur sel ragi. Dimana, dengan lebih sedikitnya masukan kalori makin
panjang umur sel. Begitupun sebaliknya jika pemasukan kalori berlebihan maka akan
memperpendek umur sel

4. Korelasi metabolisme Proses penuaan sel terjadi akibat oksidasi DNA dan oksidasi
protein. Untuk gampangnya para peneliti membayangkan proses karat, akibat terjadinya
oksidasi logam. Jika proses metabolism berlangsung lambat, seperti pada kondisi kekurangan
glukosa pada jamur, jumlah radikal bebas yang diproduksi juga menurun. Sementara pada
situasi yang berkelimpahan makanan, produksi oksigen reaktif juga meningkat. Akibatnya,
proses oksidasi DNA dan protein atau juga pada unsur pembawa sinyal, yang tergantung pada
status oksidasi semakin cepat. Dampaknya sel juga menua dengan cepat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau sebaliknya,
sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal, sehingga mengalami jejas atau
cedera. Dan hal itu disebabkan oleh Hipoksia (kekurangan oksigen), factor fisik seperti
trauma, panas,dll, Bahan kimia dan obat-obatan yang berdampak terjadinya perubahan pada
beberapa fungsi vital sel. Adaptasi sel adalah penyesuaian sel atau jaringan yang bersifat
reversibel yang diakibatkan karena adanya suatu jejas sel.

Adapun macam-macam adaptasi sel yaitu atropi, hipertrofi, hyperplasia, dysplasia,


metaplasia. Proses penuaan sel adalah kerusakan progresif struktur dan fungsi makhluk
dewasa karena sudah tua yang akhirnya menyebabkan kematian organisme tersebut. akibat
kurangnya kemampuan dan fungsi ini mengakibatkan makhluk tersebut kurang tahan
terhadap penyakit menular atau sering terjadi gangguan vital yang dapat mempercepat
kematian jaringan sekitarnya. Adapun factor-faktor yang mengakibatkan terjadinya penuaan
sel yaitu factor internal, factor eksternal (lingkungan), factor kalori, dan korelasi metabolism.

Patologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyakit, perubahan struktur dan
fungsi sel serta jaringan tubuh dengan tujuan utama yaitu mengidentifikasi penyebab sebuah
penyakit. Patologi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu patologi anatomi yang terdiri dari
histopatologi dan sitopatologi kemudian patologi klinik, forensik dan molekuler. Pengetahuan
dan teknik pemeriksaan patologi terus berkembang dengan penggunaan teknologi. Beberapa
teknik pemeriksaan patologi saat ini yaitu pemeriksaan: Makroskopik, mikroskopik,
histobiokimia, mikroskop elektron, teknik biokimia, teknik haematologi, kultur sel dan
mikrobiologi medis

SARAN
Hindari hal-hal penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya jejas atau cedera sel agar
dapat terhindar dari penuaan atau bahkan kematian sel.
DAFTAR PUSTAKA

clark, david p. molecular biology, cancer and aging. cache river press, 1997. corwin,
elizabeth J. patofisiologi. jakarta: EGC, 2007.

cotran, robbins. buku saku dasar patologis penyakit. jakarta: EGC, 2009. kumar, robiins dan.
buku ajar patologi I. jakarta: EGC, 1992.

http://scele.ui.ac.id/file.php/1457/Pujasari_Adaptation_Injury_Death_of_Cells
Gibson, J.M. 1996.Mikrobiologi dan Patologi Modern – untuk perawat. Jakarta: EGC,
Penerbit Buku Kedokteran. Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC. Himawan Sutisna. 1996. Kumpulan Kuliah Patologi.
Jakarta: Bagian Patologi Anatomik FKUI. JCE Underwood. 1999. Patologi umum dan
sistematik. Jakarta: EGC. Kumar V, Cotran R.S, Robbins S.L. 2007. Buku Ajar Patologi

Robbins Edisi 7 Volume 1. Jakarta: EGC. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2006.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC.
Suyanto. 2013. Patologi I. Jakarta: PPSDM Kemenkes RI.

Anda mungkin juga menyukai