YULIANA TOLA’BA
P4200215023
i
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil penelitian saya sendiri, bukan merupakan pemikiran orang
lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa tesis ini hasil
karya orang lain saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yuliana Tola’ba
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul
ESRD “ Maksud dan tujuan penyusunan tesis ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menempuh Program Strata Dua pada Program Magister Ilmu
Keperawatan.
kesulitan namun berkat bimbingan, pengarahan, bantuan dan motivasi dari berbagai
pihak sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan, untuk itu pada kesempatan
ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan hormat yang sebesar-
besarnya kepada:
iv
4. Dr.dr. Burhanuddin Bahar, MS selaku penguji I yang telah banyak memberikan
masukan , kritik serta saran yang bersifat membangun dalam penyusunan tesis
ini.
, kritik serta saran yang bersifat membangun dalam penyusunan tesis ini.
Makassar.
8. Prof. dr. Agus Tessy sebagai dokter penanggung jawab, Kepala Unit dan para
dalam penelitian ini sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
10. Ketua STIK Stella Maris beserta Staf yang telah memberikan kesempatan untuk
11. Direktur dan Staf RS Stella Maris Makassar yang telah memberikan kesempatan
12. Bapak, Bapak/Ibu mertuaku, sanak saudaraku yang penulis cintai yang selalu
tesis ini.
v
13. Suamiku Pertrus Natan Bussan, kedua anakku Vianney Putra Pratama dan Viony
Aurelia yang selalu memberikan semangat lewat doa dan cinta serta pengertian
dan dukungan baik moril maupun materiel selama mengikuti pendidikan hingga
14. Seluruh rekan perawat di Unit hemodialysis RS Stella Maris Makassar yang
dengan penuh pengertian dan telah banyak memberi semangat dan bantuan
Kiranya semua amal baik Bapak , Ibu , saudara/i sekalian mandapatkan balasan yang
Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya saran dan masukan demi
Peneliti
Yuliana Tola’ba
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ..……………………….. iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. iv
ABSTRAK …………………………………………………………………... vii
ABSTRACT ………………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………... xi
DAFTAR BAGAN…... ……………………………………………………... xii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………... xiii
DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………………. xiv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………..... 7
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………… 8
E. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………… 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….. 9
A .Tinjauan Literatur ............................ ……………………........... 9
1. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) ……………………………... 9
2. Hemodialysis ………………………………………………… 13
3. Quick of Blood (Qb) …………………………………………. 22
4. Adekuasi hemodialysis ………………………………………. 25
5. Hubungan Quick of Blood dengan Adekuasi HD……………. 30
6. Peran perawat Hemodialisis …………………………………. 31
7. Konsep Teori Calista Roy ………………………………….... 33
B. Kerangka Teori ………………………………………………… 42
ix
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN … 43
A. Kerangka Konseptual Penelitian ……………………………… 43
B. Variabel Penelitian ...................................................................... 44
C. Defenisi Operasional & Kriteria Objektif ................................... 45
D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 47
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 48
A. Desain Penelitian ………………………………………………. 48
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 48
C. Populasi dan Sampel ……………………………………………... 49
D. Tehnik Sampling ………………………………………………… 50
E. Instrumen , Metode, dan Prosedur pengumpulan Data ………….. 50
F. Analisa Data ……………………………………………………... 54
G. Etika Penelitian ………………………………………………….. 56
1. Prinsip Dasar Etika Penelitian ………………………………. 56
2. Prosedur Etik Sebelum Penelitian …………………………... 57
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………. 59
A. Hasil Penelitian …………………………………………………. 59
B. Pembahasan …………………………………………………..… 66
C. Keterbatasan Penelitian ……………………………………….… 75
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 76
A. Kesimpulan ………………………………………………........... 76
B. Saran ………………………………………………………….…. 76
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...…… 77
LAMPIRAN - LAMPIRAN ………………………………………………...... 81
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR BAGAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
BB = berat badan
Qb = quick of blood
ML = milliliter
HD = hemodialysis
RS = rumah sakit
DM = diabetes mellitus
Kg = kilogram
L = liter
Mmol = milimol
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
albumin >30 mg /hari atau ekivalen dengan penurunan fingsi ginjal dengan
bulan atau lebih (Lestariningsih, 2014). Penyakit ginjal kronik terdiri dari 5
stadium , pada stadium akhir disebut dengan penyakit ginjal tahap akhir atau
end state renal disease (ESRD) dengan nilai laju filtrasi glomerulus (LFG) <15
Penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) atau end state renal disease (ESRD)
Terapi pengganti ginjal dapat berupa transplantasi ginjal atau dialysis yang
terdiri atas hemodialysis dan peritoneal dialysis. Saat ini terapi pengganti yang
2009 lebih dari 380.000 penderita ESRD yang menjalani terapi hemodialysis
(USRDS, 2011, dalam Kandarini Y, 2012) dan pada tahun 2012 diperkirakan
1
Alliance tahun 2001 melaporkan sekitar 0.03% menderita ESRD dan sebanyak
sebanyak 2064 orang sehingga secara keseluruhan terdapat 17193 pasien yang
Barat adalah wilayah yang paling sedikit memiliki pasien baru yang menjalani
digunakan untuk membuang produk sisa metabolisme berupa larutan dan air
yang ada pada darah ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut
larutan dan air pada hemodialysis adalah difusi, osmosis dan ultrafultrasi
(Thom as 2002; Dewi 2010; Mutakin & Sari , 2011; Thomas 2014). Proses
2014) .
2
darah yang dapat dialirkan menuju dialiser dalam permenit maka semakin
banyak zat-zat toksik dan cairan yang dapat dikeluarkan dari tubuh pasien
nafas, sakit kepala, kaki kram, mual dan muntah, hipotensi dan pruritus
(Thomas, 2002).
hemodialysis yang ditandai dengan pasien merasa lebih baik dan nyaman serta
hemodialisis dapat dinilai dari kadar urea yang tidak opimal sehingga dapat
3
produktivitas pada pasien ESRD yang menjalani hemidialisis (Pourfarziani,
Kt/V. URR merupakan presentasi dari ureum yang dapat dibersihkan dalam
sekali tindakan hemodialysis. Kt/V merupakan rasio dari bersihan ureum dan
tubuh pasien. Target Kt/V untuk HD 3 x per minggu selama 3 - 4 jam adalah
1,4 minimal 1,2, target URR 70% minimal 65% dan Kt/V 1,8, URR 80%
pada 4004 pasien pada 127 senter dialysis di Iran untuk mengevaluasi adekuasi
kurang dari 1,2 (56,7%) dan URR< 65% (65,2%) sehingga disimpulkan bahwa
heodialisis.
semakin tinggi QB maka URR semakin tinggi yang artinya semakin banyak
ureum yang terbuang. Namun penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2010) di
mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara quick of blood dengan adekuasi
4
hemodialysis. Untuk mencapai adekuasi hemodialysis perawat perlu
hemodialysis.
memperhatikan berat badan (Kim et al, 2004) , ukuran lumen kateter, akses
(Daugirdas, Blake, & Ing , 2007; Dewi, 2010). Pada pasien ESRD yang
hemodialysis. Ketidak nyamanan yang sering dialami oleh pasien yang sedang
menjalani terapi hemodialysis antara lain hipotensi, nyeri dada, sakit kepala,
rasa kram, mual dan muntah, gatal, demam dan menggigil (Tambunan, 2015).
dengan durasi 3-5 jam setiap kali HD , jenis akses vaskuler 90% menggunakan
AV fistula (Cimino), 10% menggunakan akses vena femoral dan CDL untuk
pasien yang baru menjalani HD . Ukuran lumen cateter yang digunakan adalah
16, dan menggunakan dialyser jenis low flux. Kecepatan aliran dialisat (quick
150 – 280 ml/menit sesuai dengan kondisi pasien . Selama proses hemodialysis
5
berlangsung apabila pasien mengalami komplikasi maka perawat ruangan
laboratorium ureum, kreatinin pre dan post HD serta pemeriksaan darah rutin
hemodialysis diukur secara berkala setiap bulan sekali minimal 6 bulan sekali
(Nainggolan, 2015).
pada setiap pasien akan memberi pengaruh terhadap adekuasi HD pada setiap
of blood). Sampai saat ini belum ada penelitian tentang hubungan antara QB
quick of blood (QB) dengan adekuasi hemodialysis pada pasien ESRD yang
B. Rumusan Masalah
meningkat. Penyakit ginjal kronik terdiri dari beberapa tahap dan pada tahap V
yang disebut penyakit ginjal tahap akhir atau ESRD. Penatalaksanaan pada
dialysis dan transplantasi ginjal. Terapi pengganti yang banyak dipilih saat ini
6
adalah hemodialysis. Hemodialysis sangat efektif mengeluarkan cairan,
pasien.
hemodialysis untuk menjaga kondisi yang optimal dan terbaik bagi pasien
hemodialysis.
penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara quick of blood dengan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
7
b. Mengidentifikasi hubungan antara QB dengan adekuasi hemodialysis
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Aplikatif
adekuasi hemodialysis.
2. Manfaat teoritis
Penelitian ini dilakukan pada pasien ESRD yang sedang menjalani terapi
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab II menguraikan dasar dasar teori yang berkaitan dengan: Penyakit ginjal kronik
A. Tinjauan Literatur
fungsi ginjal yang abnormal >3 bulan , klasifikasi PGK termasuk individu
ginjal terdeteksi eksresi albumin >30 mg/hari atau ekivalen dengan penurunan
fungsi ginjal estimasi glomerular filtration rate / eGFR <60 ml/menit selama
(eGFR) dibedakan menjadi 6 stage (KDIGO, 2012) dapat dilihat pada tabel 1:
9
Klasifikasi PGK berdasarkan nilai laju fitrasi glomerulus (LFG) dapat
(Martakusumah, 2014 ):
antara satu negara dengan negara lainnya. Di Amerika Serikat pada tahun 2011
hipertensi 28% (Bailey, Wang, Zhu, & Rupnow, 2014). Penelitian yang
saluran kemih atau Nefropati Obstruksi (7%), karena Asam Urat (1%),
penyakit lupus (1%) dan penyebab lain-lain (18%). Berdasarkan data yang
diambil dari masing- masing Korwil di seluruh Indonesia Tahun 2014. Tiga
nefropati diabetik sebagai etiologi pasien Penyakit Ginjal Kronik yang harus
10
tertinggi adalah penyakit ginjal hipertensi 81 orang, nefropati diabetic 77 orang
kronik dari tahap awal sampai tahap lanjut. Menurut Bakri (2014) progresi
penyakit ginjal kronik melalui tiga fase yaitu terjadi injuri awal pada ginjal (1)
kerusakan nefron (2). Dengan hilangnya sebagian nefron, maka terjadi proses
adaptasi (3) pada nefron yang sisa dengan meningkatkan aktivitasnya baik
yang sangat berperan dalam progresi penykit ginjal kronik adalah proteinuria,
pada selektivitas barrier glomerulus yang berperan pada filtrasi protein akan
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, nefron yang sisa
jaringan parut dan aliran darah ke ginjal berkurang. Pelepasan renin akan
11
hipertensi (Mutakin & sari, 2011). Tekanan darah sistemik yang meningkat
total menurun lebih jauh sehingga ginjal tidak mampu membuang sisa
metabolisme dari tubuh yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan
metabolisme dalam darah yang tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal akan
muskuloskeletal, dan endokrin (Black & Hawks, 2014). Sampai pada LFG 60
% pasien masih belum ada keluhan (asimtomatik). Saat LFG <30% tampak
tanda dan gejala pada pasien seperti anemia, peningkatan tekanan darah,
pruritus, badan lemah, mual, muntah, nafsu makan kurang, mudah terkena
infeksi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pada LFG <15% terjadi
gejala dan komplikasi yang lebih serius dan pasien sudah membutuhkan terapi
dan transplantasi ginjal. Terapi dialysis terdiri dari hemodialysis dan peritonia
l dialysis. Saat ini terapi dialysis yang banyak dipilih adalah hemodialysis oleh
karena prosesnya yang lebih singkat dan lebih efisien terhadap pembersihhan
12
2. Hemodialisis
a. Pengertian
pasien dengan keadaan sakit akut atau memerlukan terapi dialysis jangka
pendek atau pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir (ESRD) yang
metabolisme berupa larutan dan air yang ada pada darah ketika ginjal tidak
hidup dan memperpanjang hidup pasien (Mutakin & Sari, 2011; Thomas,
2014)
b. Prinsip Hemodialisis
kreatinin sehingga zat ini akan melintasi membrane dari konsentrasi tinggi
melalui dialiser akan meningkatkan klirens dari zat terlarur dengan berat
13
molekul rendah seperti urea, creatinine, elektrolit dengan tetap
c. Komponen hemodialysis
1) Akses vaskuler
aliran darah yang cukup dari tubuh pasien menuju dialiser. Akses
jugularis dan femoralis) dan fistula yang terdiri dari arteri vena fistula
14
Pemakaian CDL memiliki resiko: cedera vaskuler seperti hematom,
kondisi pasien sudah membaik atau sudah ada akses vaskuler Arteri
pembedahan pada lengan bawah (arteri radialis dan vena cephalika atau
untuk pemasangan AVF sudah harus dilakukan pada pasien CKD stage
2014).
15
Gangguan pada pembuluh darah perifer dapat menyebabkan
/Qb antara 200 – 400 ml/menit kemudian ke venus blood line (VBL)
darah terdiri dari kanula inlet, arteri blood line, kompartemen darah
pada dialiser, venous blood line dan kanula outlet. Sirkuit darah
sirkut darah atau tertekuk pada kanula dan Arteri venous blood line
darah kecil, posisi kanula outlet yang tidak tepat. Tekana vena dan
arteri akan menurun apabila posisi kanula inlet tidak tepat, kanula inlet
16
tekanan arteri dan tekanan vena pada sirkuit darah akan menyebabkan
trup arteri dan buble trup vena . Apabila udara di buble trup vena akan
terdeteksi oleh sensor dari air detector, klem tertutup dan blood pump
(Dewi,2010).
3). Dialiser
17
ginjal buatan. Terdapat 2 jenis dialiser diantaranya adalah jenis hallow
fiber dan parallel plat. Jenis dialiser yang banyak digunakan saat ini
2011)
bersihan yang optimal. Saat ini tersedia 2 jenis membrane yaitu low
clearance yang baik terhadap zat terlarut dengan berat molekul sampai
18
arah dengan aliran darah dan dibatasi oleh membrane semipermeabel
jam) adalah 3-5 liter dan air 150 liter dengan kecepatan dialisat 500
normal.
Larutan Konsentrasi
Kalium (mmol / l) 0 - 4
Bikarbonat (mmol / l) 30 - 35
19
5). Proses Hemodialisis
(Pardede, 2013).
400 ml/menit (Price & Wilson , 2005, dalam Anna, 2010) Cairan
darah dari pasien, membuka normal salin dan membilas sirkuit darah
cukup pesat, namun tidak bisa dihindari akan masalah medis yang
20
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien yang sedang menjalani
(i) Hipotensi
(2). Kram
2015)
(5). Gatal
21
(6). Nyeri dada
(3). Arithmia
(6). Kejang
(7). Hemolysis
22
bahwa peningkatan kecepatan aliran darah sebesar 25% efektif dalam
of blood (QB).
ditentukan berdasarkan berat badan (Kim et al, 2004), ukuran lumen kateter,
akses vaskuler dan berat badan (Kallenbach,Gutch, Stoner & Corca, 2005).
lumen kateter yang tepat dapat membantu peningkatan aliran darah selama
dengan komplikasi intra dialysis yang dialami oleh pasien seperti hipotensi,
hipertensi , kram, mual, muntah, pusing, nyeri dada. Bila terjadi angina
bertahap sampai nyeri dada tidak dikeluhkan oleh pasien (Daugirdas, Blake,
berat badan pasien. Menurut Daugirdas, Blake, & Ing (2007) dosis
23
Qb = 4 x berat badan. Penelitian yang dilakukan Sudiharto, Mardiono &
berdasarkan berat badan terhadap rasio reduksi ureum didapatkan hasil pada
sesuai dengan berat badan sehingga URR mencapai ≥65%. Penelitian yang
darah atau QB yang optimal. Pada pasien yang sedang menjalani terapi
adalah Cateter double lumen, arteri vena fistula (Cimino) dan arteri venus
24
dengan memasukkan catheter doubel lumen (CDL). Fistula memungkinkan
darah arteri mengalir melalui pembuluh darah vena dengan kaliber besar dan
menerima jarum berlumen besar dengan ukuran 14-16 dan aliran darah yang
4. Adekuasi Hemodialisis
distribusi ureum dalam cairan tubuh pasien disebut juga Kt/V. K merupakan
klirens dialiser terhadap urea dalam liter/menit, t adalah lama dialysis dalam
menit dan V adalah volume distribusi urea dalam cairan tubuh. Rumus Kt/V
25
yang digunakan untuk menentukan dosis HD berikutnya (Dewi, 2010:
BB post HD
Keterangan:
Ln = logaritma natural
t = lamanya HD (jam )
BB = berat badan
Keterangan :
Ct = ureum post HD
hemodialisis adalah minimal 1,2 (URR 65%) target dosis yang disarankana
1,4, URR > 70% (Thomas, 2014; KDOQI, 2015) dan 1,8, URR 80% untuk
didapatkan hasil Kt/V < 1,2 (56%) dan URR <65% sebanyak 65%. Hasil
26
Quality Initiative (KDOQI). Dengan demikian dosis hemodialysis perlu
(berat badan dan usia). Pemberian dosis hemodialysis yang tinggi pada
perempuan dan laki-laki dengan berat badan yang sama akan lebih
mempunyai nilai V lebih rendah dari laki-laki. Hal ini terjadi karena
akan menghasilkan nilai Kt/V yang tinggi pada perempuan (Dewi, 2010).
banyak dibanding dengan pasien dengan ukuran tubuh yang lebih besar.
banyak di banding dengan pasien dengan usia >45 tahun. Berdasarkan hal
pada pasien dengan ukuran badan yang lebih kecil dan usia 20 – 45 tahun
(Dewi, 2010)
27
badan kering (dry weight) pasien yaitu berat badan post dialysis setelah
sebagain besar cairan dibuang melalui proses ultrafiltrasi, berat badan paling
rendah yang dicapai tanpa disertai keluhan dan gejala hipotensi (Reams &
mencapai 4-6%) dan berat bila peningkatan BB >6% dari berat badan
yang tidak optimal, waktu dialysis yang kurang dan kesalahan laboratorium
ureum sebanyak 150 ml/menit dan bersihan ureum 200 ml/menit dapat
28
diperoleh dengan kecepatan aliran darah 400 ml/menit (Daugirdas, Blake,
Ing, 2007).
aliran dialisat. Semakin cepat aliran dialisat maka efisiensi difusi ureum dari
dari ureum pada kecepatan aliran darah dan kecepatan aliran dialisat.
Dialiser dengan efisiensi tinggi memiliki nilai KOA > 700 ml/menit
yang berpengaruh terhadap nilai Kt/V dan URR adalah luas permukaan
pasien dan 2,4% dengan dialyser high flux pada pasien hemodialysis 3 kali
seminggu selama 4 jam. Diperoleh hasil 56, 7% pasien nilai Kt/V nya <1,2
(tidak adekuat). Kt/V pada pasien dengan low flux dialyser adalah 1,17 dan
pada pasien dengan high flux dialyser sebesar 1,36 sehingga disimpulkan
29
bahwa terdapat perbedaan Kt/V pada kedua jenis dialyser yang berbeda
blood atau kecepatan aliran darah, makin tinggi QB makin banyak darah
dipengaruhi oleh . bersihan ureum yang tidak optimal, waktu dialysis yang
diperoleh bersihan ureum sebanyak 150 ml/menit dan bersihan ureum 200
30
gilirannya akan mengurangi morbiditas dan mortalitas pasien ESRD yang
kram otot, sakit perut, dan dada, mual dan muntah dyspnea, pusing, lemah,
BFR pada tekanan darah , denyut nadi, cardiac output pada pasien
signifikan lebih tinggi pada BFR 200 ml/menit dibandingkan dengan BFR
31
proses hemodialysis adalah mempersiapkan pasien sebelum proses
al, 2008) . Menurut (Kallenbach et al, 2005) peran perawat selama proses
a. Persiapan Hemodialysis
b. Pre Hemodialisis
dibandingkan dengan berat badan setelah dialysis dan berat badan kering,
32
c. Intra Hemodialisis
komplikasi.
d. Post Hemodialysis
dosis HD selanjutnya.
aspek yang merupakan satu kesatuan. System adalah Suatu kesatuan yang
dari proses input, output, kontrol dan umpan balik (Roy, 1991 dalam
33
a. Input
yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya
pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang
tidak.
b. Kontrol
Alligood, 2006):
34
1) Subsistem regulator.
Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal
regulator subsistem.
2) Subsistem kognator.
analisa.
c. Output.
diukur atau secara subjektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam
35
yang adaptif atau respon yang mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat
36
Skematik keterkaitan konsep stimulus, proses, efektor dan
dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma
2006).
38
8) Fungsi syaraf/neurologis : Hubungan-hubungan neurologis
2006).
antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri
menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the
personal self.
Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,
39
ideal diri, moral-etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,
hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
kedudukannya.
d. Mode Interdependensi
dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi
dan menerima.
40
yang timbul akibat tindakan hemodialysis. Ketidak nyamanan yang sering
dialami oleh pasien yang sedang menjalani terapi hemodialysis antara lain
hipotensi, hipertensi, nyeri dada, sesak nafas, pusing, rasa kram, mual dan
muntah.
pengamatan dan pengaturan quick of blood (Qb) dengan tujuan agar pasien
41
B. Kerangka Teori
Etiologi GGK Hipetensi Iskemia/ nefrotoksin
1. Nefropati Diabetik
2. Glomerulonefritis
3. Nefropati Obstruksi 1. Aliran darah keginjal ↑
4. Asam Urat 2. Kerusakan sel tubulus
5. SLE 3. Kerusakan glomerulus
6. Penyebab lain
GFR ↓
ESRD
Proses difusi ↑
Ureum Darah ↓