Oleh :
Kelompok 3
2021
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK M.N USIA 7 BULAN DENGAN HIDROSEFALUS DI
RUANGAN PEDIATRIC CARE UNIT (PICU/RPI)
NIDN/NIP/NIK NIDN/NIP/NIK
Mengetahui,
NIDN. 0905098601
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan dengan judul kasus ‘’Asuhan
Keperawatan pada Anak M.N usia 7 Bulan dengan Hidrosefalus di ruangan RPI
Rsup Prof Dr R.D Kandou Manado’’ dengan tepat waktu.
Resume disusun untuk memenuhi ujian seminar Profesi Ners. Selain itu, Asuhan
Keperawatan ini bertujuan menambah wawasan tentang kasus Hidrosefalus bagi
para pembaca dan juga bagi kelompok.
Kelompok mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Sri Wahyuni S.Kep., M.Kes
selaku konsuler asuhan keperawatan di ruangan RPI. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya resume
ini.
Kelompok menyadari asuhan keperawatan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
resume ini.
Kelompok III
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suharso,/2009).
Hardhi. 2015).
serebrospinal pada sistem saraf pusat. Kasus ini merupakan salah satu
masalah yang sering ditemui di bidang bedah saraf, yaitu sekitar 40%
hingga 50%. Penyebab hidrosefalus pada anak secara umum dapat dibagi
menjadi dua, prenatal dan postnatal. Baik saat prenatal maupun postnatal,
Scan dan MRI pada masa postnatal..Terapi pada kasus ini sebaiknya
tindakan operasi shunting namun terdapat pula pilihan atau terapi alternatif
masih tinggi karena berbagai komplikasi yang terjadi, salah satunya adalah
baik secara kongenital maupun akibat dari kondisi yang didapat. Gejala
bervariasi tergantung dari usia saat munculnya onset dan keadaan yang
adalah 0.5-1.8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%- 43% disebabkan oleh
bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam perbedaan ras.
Singapura pada anak 0-9 th : 0,5%, Malaysia: anak 5-12 th 15%, India:
Ulin Banjarmasin tahun 2015 dan 2016,di ruang bedah umun terdapat 12
medis yang baik ternyata sekitar 60% penderita masih memiliki sekuel
B. Tujuan
darah.
C. Manifestasi Klinik
A. Masa bayi, tahap awal
a. Tegang
b. Tidak berdenyut
4. Sutura terpisah
1. Iritabilitas (rewel)
2. Letargi
6. Dapat memperlihatkan:
d. Muntah
7. Kasus lanjut:
c. Gangguan kardiopulmonal
D. Masa kanak-kanak
2. Papiledema
3. Strabismus
5. Iritabilitas (rewel)
6. Letargi
7. Apatis
8. Konfusi (bingung)
9. Inkoherensi
D. Patofisiologi
Dua mekanisme pembentukan CSS adalah sekresi oleh pleksus koroid
dan rabas menyerupai cairan limfatik yang berasal dari cairan ekstraselular
infeksi).
Kesulitan
Herniasi falk serebri Penekanan pada Terpasang shunt
bergerak
saraf optikus
Kompresi batang Adanya port de entry dan
otak papiledema benda asing masuk
hipertemi
tidak efektif
F. Pemeriksaan penunjang
2) Pemeriksaan darah, dalam hal ini tidak ada pemeriksaan darah khusus
untuk hidrosefalus.
G. Komplikasi
3. Kecacatan neurologis.
H. Penatalaksanaan
berikut:
yaitu;
fungsi absorpsi.
3. Pengeluaran likuar (CSS) ke dalam organ ekstrakranial.
a. Penanganan sementara
dipantau secara ketat. Cara lain yang mirip dengan metode ini
liqour sekunder.
I. Pengkajian Fokus
e. Muntah-muntah.
3. Pola Eliminasi
a. Sering berkeringat.
b. Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
a. Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b. Kelemahan umum, malaise.
c. Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
e. Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5. Pola Tidur dan Istirahat
a. Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
b. Mimpi buruk
6. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b. Perasaan terisolasi.
7. Pola Reproduksi Seksualitas
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b. Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
8. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a. Emosi tidak stabil
b. Ansietas, takut akan penyakitnya
c. Disorientasi, gelisah
9. Pola Sistem Kepercayaan
a. Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b. Agama yang dianut
10. Pola Persepsi Kognitif
a. Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b. Pengetahuan akan penyakitnya.
11. Pola Hubungan dengan Sesama
a. Hidup sendiri atau berkeluarga
b. Frekuensi interaksi berkurang
c. Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
J. Diagnose
3. nyeri akut
4. resiko infeksi
K. Intervensi
1. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial dan pemantauan
Tekanan Intrakranial
3. Manajemen nyeri
4. Pencegahan infeksi
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. M. N
2. Tempat tanggal lahir/usia : Desa Buluan/31 agustus 2020/ 7
bulan
3. Jenis kelamin : Laki - Laki
4. A g a m a : ISLAM
5. Pendidikan : -
6. A l a m a t : Desa Buluan, Kab Talaut, Kec
Makatar Timur
7. Tanggal masuk : 06/04/2021
8. Tangal pengkajian : 07/04/2021
9. Diagnosa Medik : Hidrosefalus post VP Shunt,
Hiperkalemi
10. Rencana therapi : .........................................................
STATUS
NO NAMA USIA HUBUNGAN
KESEHATAN
- - - -
II. KeluhanUtama/AlasanMasuk RS
Ibu mengatakan akan mengontrol kepala bayi
III. RiwayatSekarang
A. RiwayatKesehatanSekarang
B. RiwayatKesehatanLalu (Khususuntukanakusia 0 – 5 tahun)
1. Pre Natal Care
I. Pemeriksaan Kehamilan : 5 kali
II. Keluhan ibu selama hamil : Perdarahan : . . PHS : .........
Infeksi : ............... Ngidam : ............... muntah-muntah : 1 bulan
pertama
deman : Tidak
2. Natal
I. Tempat melahirkan : RS : Talaud Klinik : ...................... ;
Rumah
II. Lama dan jenis persalinan : Spontan................ Ferceps................
Operasi : SC
III. Penolong persalinan : Dokter & Bidan
IV. Cara untuk memudahkan persalinan : drips (-), obat perangsang
(-)
V. Komplikasi waktu lahir : robek perineum (-), infeksi nifas (-)
3. Post Natal
I. Kondisi bayi : BB lahir 4.200 gram, PB 60.............. cm
II. Apakah anak mengalami : penyakit kuning (-) kebiruan (-)
kemerahan (-) ; Problem menyusui : ( ya); BB tidak stabil ( -)
- Penyakit yang pernah dialami : Batuk (-), deman (ya), diare (-),
kejang (-) ; lain-lain : ( - )
- Kecelakaan yang dialami : jatuh (tidak) tenggelam ( tidak) ................lalu
lintas (tidak)
Keracunan (tidak)
- Genogram
Keterangan :
= klien
IV.RiwayatImunisasi
Reaksi setelah
No JenisImunisasi Waktu Pemberian
Pemberian
1. BCG
4. Campak
Lain-lain
V. RiwayatTumbuhKembang
A. PertumbuhanFisik
1. Berat badan : 15 kg
2. Tinggi badan : 75 cm
3. Waktu tumbuh gigi : belum tumbuh bulan; tanggalnya gigi..: thn
B. Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat :
C. Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahapan Usia Sampai Nutrisi Saat ini
VII. RiwayatPsikososial
- Apakah anak tinggal di : ( ya ) rumah sendiri
- Lingkungan berada di : ( ya ) desa
- Hubungan antar anggota keluarga : ( ya) harmonis, ( ) berjauhan
- Pengasuh anak : (ya ) orang tua, ( ) baby siter, ( ) pembantu ( )
nenek/kakek
VIII. Riwayat Spiritual
- Support system dalam keluarga : Ada
- Kegiatan keagamaan : berdoa dan beribadah bersama di
rumah
IX. ReaksiHospotalisasi
A. Pemahamankeluargatentangsakitdanrawatinap
6. Pembatasan pola
makan - -
7. Cara makan
- -
8. Ritual saat makan
- -
Dot Ngt
Dot Ngt
C. Eliminasi (bak/bab) :
SAAT
KONDISI SEBELUM SAKIT SAKIT
Popok Popok
1. Tempat pembuangan
2. Frekuensi (waktu)
3. Konsistensi 5x1 hari 7x 1 hari
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
Cair Cair
Tidak Tidak
D. Istirahat tidur :
SEBELUM SAAT SAKIT
KONDISI
SAKIT
1. Jam tidur
- Siang
- Malam 13; 00 – 16; 30 13.00- 15.40
2. Pola tidur
20.00 – 06.00 20.00 – 06.00
3. Kebiasaan sebelum
tidur
4. Kesulitan tidur Baik Terjaga
Menangis
Menangis
E. olahraga:
SEBELUM SAAT SAKIT
KONDISI
SAKIT
Tidak ada Tidak ada
1. Program olah raga
2. Jenis dan frekuensi Tidak ada Tidak ada
3. Kondisi setelah Tidak ada Tidak ada
olahraga
F. Personal Hygiene :
SEBELUM SAAT SAKIT
KONDISI
SAKIT
1. Mandi
- Cara
- Frekuensi Dibasahi disiram Di lap
- Alat mandi
2x sehari 1x ehari
2. Cuci rambut
- Frekuensi
- Cara Bak mandi bayi, Tissu basah
3. Gunting kuku sabun
- Frekuensi
- Cara
1x sehari
4. Gosok gigi Tidak pernah
- Frekuensi Di basahi
- Cara
2x seminggu
Tidak pernah
Di potong
menggunakan
gunting kuku
Tidak pernah
Tidak pernah
G. Aktivitas/MobilisasiFisik
SAAT
SEBELUM
KONDISI SAKIT
SAKIT
Tidak ada Tidak ada
1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadwal harian
3. Penggunaan alat bantu Tidak Tidak
aktivitas
4. Kesulitan pergerakan tubuh
Tidak Tidak
Pembesaran Pembesaran
kepala kepala
H. Rekreasi
SEBELUM SAAT SAKIT
KONDISI
SAKIT
Belum sekolah Belum sekolah
1. Perasaan saat sekolah
2. Waktu luang
3. Perasaan setelah rekreasi - -
4. Waktu senggang keluarga
- -
5. Kegiatan hari libur
- -
- -
- -
XI. PemeriksaanFisik
I. KeadaanUmumklien
II. Tanda-tanda vital :
- Suhu : 36,7 oC
- Nadi : 125 kali/menit
- Respirasi : 28........x/m
- Tekanan Darah : 100/86 mmHg
III. Antropometri :
- Tinggi badan : 75 cm
- Berat badan : 15 kg
- Lingkar lengan atas : 15 cm
- Lingkar kepala : 69 cm
- Lingkar dada : - cm
- Lingkar perut : - cm
- Skin Fold : - cm
2. Fungsi Cranial
I. NI : ( )
II. N II : visus …………lapangpandang …………………
III. N III, IV, VI : Gerakan bola mata ………………pupil :
isokor ( √ ), an isokor ( )
IV. N V : Sensorik ………………motorik……………………
V. N VII : Sensorik ………………otonom…………
motorik……………
VI. N VIII: Pendengaran : ………………keseimbangan
………………
VII. N IX : ………………..
VIII. NX : Gerakan uvula
……………..rangsangmuntah/menelan ( )
IX. N XI : Sternocledomastoideus : ……………trapesius
X. N XII : Gerakanlidah
I. SistemMuskolo Skeletal
Kepala : Bentuk kepala :bulat besar, gerakan : Normal
Vertebrae : Scoliosis ( ), Lordosis ( ), gerakan ( ), ROM ( ), fungsi
gerak …………
Pelvis : Gaya/jalan…………gerakan…………ROM …………
Trendelberg test…………Ortolani/Barlow
Lutut : Bengkak ( ), kaku ( ), gerakan ( ), MC Murray Test ( ),
Ballotement test ( ).
Kaki bengkak ( ) : gerakan …………kemampuan jalan …………tana
tarikan …………
Tangan : bengkak ( ), gerakan …………ROM…………
J. SistemIntugen
Rambut : warna : hitam , mudah tercabut (tidak )
Kulit ; warana: sawo matang, temperatur : kelembaban: lembab, bulu kulit:
warnah putih erupsi…………tahi lalat: tidak ada ruam : …………teksture
Kuku : warna : putih permukaan kuku : bersih, mudah patah ( - ),
kebersihan brsih
K. SistemEndokrin :
1. Kelenjar thyroid :
2. Ekskresi urine berlebihan …………poldipsi …………Poliphagi …………
3. Suhu tubuh yang tidak seimbang ……………………keringat berlebihan
……………………
4. Riwayat urine dikelilingi semut :
…………………………………………………
L. SistemPerkemihan:
Oedema palpebra : ( ), moon fase ( ), oedema anasarka ( )
Keadaan kandung kemih : ……………………
Nocturia ( ), dysuria ( ), kencing batu ( )
M. SistemReproduksi :
1. Wanita
- Payudara : putting…………aerola mammae…………cesar …………
- Labia mayora & minora bersih ( ), sekret ( ), bau ( )
2. Laki-laki
- Keadaan glans penis : uretra …………….. ; kebersihan
…………………
- Testis sudah turun ……………………
- Pertumbuhan rambut : kumis ……………………
janggut………………… ketiak
- Pertumbuhan jakun ……………………perubahan suara
N. SistemImun
- Alergi (cuaca ( ), debu ( ), bulu binatang ( ), zat kimia
…………………
XII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1. 0 - 6 tahun
Dengan menggunakan DDST
1. Motorik
kasar…………………………………………………………………
2. Motorik
halus…………………………………………………………………
3. Bahasa………………………………………………………………
……….
4. Personal social
……………………………………………………………..
2. 6 tahunkeatas
1. Perkembangan kognitif
2. Perkembangan psikoseksual
3. Perkembangan psikososial
XIII. Test Diagnostik :
Laboratorium : √
Foto Rontgen : √
CT Scan :√
Enternal : IVFD
B. Analisa Data
Ds : - Resiko Infeksi
Do : terpasang shunt Pembesaran pada
pada bagian kepala kepala
Usia bayi 7 bulan
Terpasang naso
gastritic tube (ngt) Tindakan
pembedahan
Tindakan invasive
Resiko infeksi
C. Diagnose, Intervensi,
NO . STANDAR LUARAN
.
EVALUASI
NO
JAM PARAF
DX SKORING
URAIAN
P T H
1. 08/04/ S : -
2021 O : pasien tampak tidak meringis
14.00 A : nyeri akut
- Nyeri (menurun) 2 5 4
- Meringis (menurun) 2 5 4
- Gelisah (menurun) 2 5 4
P : monitor skala nyeri
P : pemasangan shunt
Q : nyeri seperti di tusuk
R : di bagian kepala
S : skala nyeri 3
T : saat menangis
2. 15.00 S:-
O : tampak terpasang shunt
A : resiko infeksi
- Kemerahan (menurun) 3 5 4
- Nyeri (menurun) 3 5 4
- Demam (menurun) 3 5 4
- Bengkak (menurun) 3 5 4
P : monitor tanda-tanda infeksi
EVALUASI
NO
JAM PARAF
DX SKORING
URAIAN
P T H
1. 09/04/ S : -
2021 O : pasien tampak tidak meringis
14.00 A : nyeri akut
- Nyeri (menurun) 2 5 4
- Meringis (menurun) 2 5 4
- Gelisah (menurun) 2 5 4
P : monitor skala nyeri
P : pemasangan shunt
Q : nyeri seperti di tusuk
R : di bagian kepala
S : skala nyeri 3
T : saat menangis
2. 15.00 S:-
O : tampak terpasang shunt
A : resiko infeksi
- Kemerahan (menurun) 3 5 4
- Nyeri (menurun) 3 5 4
- Demam (menurun) 3 5 4
- Bengkak (menurun) 3 5 4
P : monitor tanda-tanda infeksi
F. Analisa Jurnal
Aplikasi Teori Konsep Keperawatan Jean Watson Terhadap Anak “S” Dengan
Hidrocefalus Di Kelurahan Sumur Dewa Kecamatan Selebar Wilayah Kerja
Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu
P(Problem)
Hidrosefalus merupakan penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel
otak, sehingga kepala menjadi besar. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter
bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula
oleh sebab postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui
sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero
2:2000 bayi, dan Kirakira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus
sering menyebabkan distosia persalinan. Dan setelah lahir dan tetap hidup akan
menjadi masalah pediatri dan sosial. Pasien hidrosefalus merupakan pasien
yang sangat menderita dan memerlukan perawatan khusus dan benar karena
ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus
(Cathlyn, 2013).
I(Intervention)
intervensinya sebagai berikut : beri dorongan sikap penerima terhadap anak
(misalnya di peluk, berbicara dan menyenangkan anak), Bantu orang tua untuk
ikut merawat anaknya, libatkan orang tua sebanyak mungkin, jelaskan setiap
prosedur perawatan dan pengobatan. Dorong sikap positif dari orang tua, beri
perjelaskan sikap negative, diskusikan sikap indentifikasi frustasi ajarkan cara
penyelesaiannya dengan koping yang baru. Bantu orang tua untuk dapat
menerima kenyataan tentang perubahan dan perkembangan anak, yakinkan
orang tua bahwa anak membutuhkan kasih sayang dan keamanannya,
demonstrasikan perawatan yang di perlukan pasien kepada keluarga
(bagaimana mengecek fungsi shunt, posisi anak), berikan kesempatan untuk
mengulang, dan beri penjelasan tentang pengobatan, sampai dengan perawatan
selang shunt
C(Compration)
Untuk membandingkan antara yang sistematik dengan yang terencana
berkaitan dengan fasilitas yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut penulis
melakukan evaluasi keperawatan pada kasus ini, 1 diagnosa yang penulis
angkat, dapat diatasi dengan baik dalam jangka waktu 4 hari, semua tujuan
keperawatan yang ada di tujuan dan keriteria hasil dapat tercapai.
O(Outcome)
Setelah penulis melakukan aplikasi teori model Jean Watson pada kasus
hidrosefalus selama 4 hari perawatan, maka penulis menarik kesimpulan
bahwa: Pengkajian yang dilakukan pada An. S sesuai dengan focus pengkajian
Menurut Jean Watson, diagnose yang diangkat dalam kasus yakni masalah
utama resiko gangguan Resiko gangguan Biophisical needs berhubungan
dengan Komplikasi Post Operasi hidrosefalus. Hasil dari pasien, tahap evaluasi
dari diagnose keperawatan yang penulis implementasikan selama 4 hari
berhasil dilakukan, teori Model Jean Watson efektif di aplikasikan pada anak
dengan khasus Hidrpsefalus, ditemukan kelebihan dan kekurangan Teori
Model Jean Watson
Keunggulan aplikasi teori Jean Watsonz
Seperti kita ketahui bahwa teori Jean Watson fokus pada cara merawat
keluarga yang sakit, dimana nantinya orang tua mampu melakukan perawatan
pada anak anaknya yang sakit Hydrocephalus dengan tujuan untuk peningkatan
kesehatan. Keunggulan teori ini dalam berkaitan dengan kasus Hydrocephalus
adalah orang tua An “S” faktor penyebab Hydrocephalus yaitu bisa karena
Kista Araknoid, Anomalia pembuluh darah, infeksi, neoplasma, dan
perdarahan
Kelemahan aplikasi teori Jean Watson
Kelemahan teori Jean Watson ini menurut penulis adalah kurang lengkapnya
poin poin dalam pengkajian yang mencakup kajian tentang pasien dengan
penyakit Hydrocephalus secara spesifik karena terlihat jelas aplikasi teori
keperawatan ini hanya berfokus pada perawatan pasien yang sakit sehingga
penulis sedikit kesulitan untuk menentukan diagnosa keperawatan prioritas
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus di lakukan sejak
tanggal 7 april 2021 samapai tanggal 9 april, klien masuk rumah sakit tanggal 6
april 2021 dari IGD sebelumnya, pengkajian keperawatan di lakukan di ruangan
RPI/PICU pada tanggal 7 april 202, keluhatn utama ibu mengatakan anaknya
rewel
Masalah keperawatan utama adalah nyeri akut berhubungan dengan post
op pembedahan. Nyeri akut adalah pealaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan akut atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.(Tim Pokja SDKI PPNI edisi 1, 2016). Karena pada saat
pengkajian di dapatkan data subjektif ibu klien mengatakan anaknya rewel
sedangkan data objektif pasien tampak meringis, gelisah, kepala tampak besar
dengan ukuran kepala 78cm, pasien terpasang shunt pada bagian kepala. Keadaan
umum klien: sedang, kesadaran kompos mentis, TD: 100/86mmHg, R: 28x.m,
Nadi: 125x/m, SB: 36,7OC.
Skala nyeri
P : pemasangan shunt
Q : seperti di tusuk
R : di kepala
S:3
T : saat menangis
Nyeri adalah campuran dari fisik emosional dan prilaku. Stimulus menghasilkan
nyeri di kirimkan implus melalui serabut saraf perifer. Serabut saraf masuk ke
medula spinalis dan jalan salah satu dari beberapa rute saraf yang akhirnya sampai
pada massa abu-abu pada medula spinalis. disana pesan nyeri yang berinteraksi
dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai
otak untuk di transmisi tanpa sumbatan korteks serebral. (Sartono, dkk.2019).
Pada diagnose yang kedua, kode (D.0142) resiko infeksi ditandai dengan prosedur
pembedahan. SLKI tingkat infeksi menurun, dengan kriteria hasil: kemerahan
(menurun), nyeri (menurun), demam (menurun), dan bengkak (menurun). SIKI
Observasi Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik. Terapeutik: Batasi
jumlah pengujung, Berikan perawatan kulit pada daerah edema, Cuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lngkungan pasien, Pertahankan
teknik aseptic. Edukasi: Jelaskan tanda dan gejala infeksi, Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar. Kolaborasi: Kolaborasi pemberian antibiotic
Pada diagnose yang kedua tindakan keperawatan dimulai pada tanggal 7 April
2021 jam 11:00 wita, resiko infeksi ditandai dengan prosedur pembedahan. SLKI
tingkat infeksi menurun, dengan kriteria hasil: kemerahan (menurun), nyeri
(menurun), demam (menurun), dan bengkak (menurun). SIKI Observasi Monitor
tanda dan gejala infeksi local dan sistemik. Terapeutik: Batasi jumlah pengujung,
Berikan perawatan kulit pada daerah edema, Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lngkungan pasien, Pertahankan antibi aseptic. Edukasi:
Jelaskan tanda dan gejala infeksi, Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
Kolaborasi: Kolaborasi pemberian antibiotic.
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses yang digunakan untuk
menilai keberhasilan asuhan keperawatan. Evaluasi pada setiap tindakan
berdasarkan diagnose yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode SOAP.
Pada diagnose keperawatan yang pertama nyeri akut berhubungan dengan post op
pembedahan pada hari rabu tanggal 7 April 2021. S : -, O : pasien tampak
meringis, TD: 100/86mmHg, R: 28x.m, Nadi: 125x/m, SB: 36,7OC.
P : pemasangan shunt,
Q : nyeri seperti di tusuk,
R : di bagian kepala,
S : skala nyeri 4,
T : saat menangis.
A : nyeri akut , Nyeri (menurun), Meringis (menurun), Gelisah (menurun).
P :lanjut intervensi, monitor skala nyeri
Pada diagnose yang kedua resiko infeksi ditandai dengan prosedur pembedahan.
Pada hari rabu tanggal 7 April 2021. S : -. O : tampak terpasang shunt
A : resiko infeksi
- Kemerahan (menurun)
- Nyeri (menurun)
- Demam (menurun)
- Bengkak (menurun)
P : lanjut intervensi, monitor tanda-tanda infeksi
Menurut suryanti dalam jurnalnya pengalaman menjelaskan asuhan keperawatan
pada pasien hidrosefalus dengan melakukan intervensi berupa dorongan sikap
penerima terhadap anak (misalnya di peluk, berbicara dan menyenangkan anak),
Bantu orang tua untuk ikut merawat anaknya, libatkan orang tua sebanyak
mungkin, jelaskan setiap prosedur perawatan dan pengobatan. Dorong sikap
positif dari orang tua, beri perjelaskan sikap negative, diskusikan sikap
indentifikasi frustasi ajarkan cara penyelesaiannya dengan koping yang baru.
Bantu orang tua untuk dapat menerima kenyataan tentang perubahan dan
perkembangan anak, yakinkan orang tua bahwa anak membutuhkan kasih sayang
dan keamanannya, demonstrasikan perawatan yang di perlukan pasien kepada
keluarga (bagaimana mengecek fungsi shunt, posisi anak), berikan kesempatan
untuk mengulang, dan beri penjelasan tentang pengobatan, sampai dengan
perawatan selang shunt
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada tahap pengkajian dilakukan dengan metode wawancara dan
observasi: ibu klien mengatakan anaknya rewel
2. Setelah dilakukan pengkajian dan Analisa kasus muncul 2 diagnosa
yaitu 1 nyeri akut berhubungan dengan post op pembedahan dan
diagnose 2 resiko infeksi ditandai dengan prosedur pembedahan.
Intervensi yang direncanakan pada kasus terdiri dari: diagnose pertama
nyeri akut berhubungan dengan post op pembedahan terdapat 5
rencana keperawatan yang ditetapkan, diagnose yang kedua resiko
infeksi ditandai dengan prosedur pembedahan terdapat 8 rencana
keperawatan yang ditetapkan. Implementasi keperawatan untuk
diagnose pertama nyeri akut berhubungan dengan post op pembedahan
dan diagnose kedua resiko infeksi ditandai dengan prosedur
pembedahan, semua tindakan yang direncanakan dilakukan kepada
klien
3. Hasil evaluasi keperawatan didapatkan bahwa diagnosa keperawatan,
nyeri akut berhubungan dengan post op pembedahan belum teratasi,
diagnosis keperawatan resiko infeksi ditandai dengan prosedur
pembedahan teratasi sebagian
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran bagi mahasiswa/i di kampus STIKES
MUHAMMADIYAH MANADO, khususnya pada Keperawatan
ANAK terutama pada pembelajaran tentang Asuhan Keperawatan.
2. Bagi rumah sakit
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi
yang diperlukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan
khususnya di ruang RPI/PICU
3. Bagi perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
perawat yang melakukan tindakan darurat lebih menekankan
keperawatan secara cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA