Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK M.N USIA 7 BULAN DENGAN HIDROSEFALUS DI


RUANGAN PEDIATRIC CARE UNIT (PICU/RPI)
RSUP PROF DR R.D KANDOW MANADO

Oleh :
Kelompok 3

No 1. Marwan Bahnan NIRM


No 2. Sitna Salahudin NIRM
No 3. Nurjana M. Saleh NIRM
No 4. Alfiane Like Ratulangi NIRM
No 5. Ria Indah Sari Paturusi NIRM
No 6. Fifin M Said NIRM
No 7. Anggraini Algaus NIRM
No 8. Melisa Irianty Muarif NIRM
No 9. Julfijai Hasan 2004058
No 10. Nurul Islami I Faizal NIRM
No 11. Siska Dauwango NIRM
No 12. Ulhiya Arivia Akuba NIRM
No 13. Eka Putri M Hatari NIRM
No 14. Ihlal La Ruda NIRM

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH


MANADO

2021

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK M.N USIA 7 BULAN DENGAN HIDROSEFALUS DI
RUANGAN PEDIATRIC CARE UNIT (PICU/RPI)

RSUP PROF DR R.D KANDOW MANADO

Telah disetujui oleh :

Clinical Teacher Clinical Instrusture

(Nama Lengkap & Gelar) (Nama Lengkap & Gelar)

NIDN/NIP/NIK NIDN/NIP/NIK

Mengetahui,

Ketua Prodi Ners STIKES Muhammadiyah Manado

(Ns. Hj. Silvia Dewi Mayasari Riu, S.Kep., M.Kep)

NIDN. 0905098601
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan dengan judul kasus ‘’Asuhan
Keperawatan pada Anak M.N usia 7 Bulan dengan Hidrosefalus di ruangan RPI
Rsup Prof Dr R.D Kandou Manado’’ dengan tepat waktu.

Resume disusun untuk memenuhi ujian seminar Profesi Ners. Selain itu, Asuhan
Keperawatan ini bertujuan menambah wawasan tentang kasus Hidrosefalus bagi
para pembaca dan juga bagi kelompok.

Kelompok mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Sri Wahyuni S.Kep., M.Kes
selaku konsuler asuhan keperawatan di ruangan RPI. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya resume
ini.

Kelompok menyadari asuhan keperawatan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
resume ini.

Manado, 5 Juli 2021

Kelompok III
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................


Lembar Persetujuan .........................................................................................
Kata Pengantar .................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar belakang .............................................................................................
B. Tujuan..........................................................................................................
BAB II KONSEP DASAR
A. Definisi ........................................................................................................
B. Etiologi ........................................................................................................
C. Manifestasi klinik ........................................................................................
D. Patofisiologi.................................................................................................
E. Pathways ......................................................................................................
F. Pemeriksaan penunjang ...............................................................................
G. Komplikasi ..................................................................................................
H. Penatalaksanaan...........................................................................................
I. Pengkajian Fokus..........................................................................................
J. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul.............................................
K. Intervensinya................................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian....................................................................................................
B. Analisa Data.................................................................................................
C. Diagnosa,Intervensi dan Rasionalnya .........................................................
D. Implementasi ...............................................................................................
E. Evaluasi,di buat untuk tiap diagnose ...........................................................
F. Jurnal Terkait (Telaah Jurnal, metode PICO)...............................................
Daftar Tabel .....................................................................................................
Daftar Gambar .................................................................................................
Daftar Lampiran................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
Daftar Pustaka ..................................................................................................
DAFTAR TABEL

Table 1.1 pathways hidrosefalus.......................................................................


Daftar Lampiran
Jurnal..............................................................................................................
Analisis jurnal.................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang

berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai

tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran

ruanganruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto

Suharso,/2009).

Hidrosefalus merupakan keadaan yang disebabkan gangguan

keseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan serebrospinal

dalamventrikel otak. Jika sistem produksi cairan serebrospinal lebih besar

daripada absorpsi, cairan serebrospinal akan terakumulasi dalam

sistemventrikel, dan biasanya peningkatan tekanan akan menghasilkan

dilatasi pasif ventrikel (Wong, 2008) Hidrosefalus merupakan

penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang menyebabkan dilatasi

sistem ventrikel otak, walaupun pada kasus hidrosefalus eksternal pada

anak-anak cairan akan berakumulasi di dalam rongga aragnoid (Amin,

Hardhi. 2015).

Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi

dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder,

sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan


tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-

sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007)

Hidrosefalus merupakan gangguan yang terjadi akibat kelebihan cairan

serebrospinal pada sistem saraf pusat. Kasus ini merupakan salah satu

masalah yang sering ditemui di bidang bedah saraf, yaitu sekitar 40%

hingga 50%. Penyebab hidrosefalus pada anak secara umum dapat dibagi

menjadi dua, prenatal dan postnatal. Baik saat prenatal maupun postnatal,

secara teoritis patofisiologi hidrosefalus terjadi karena tiga hal yaitu

produksi liquor yang berlebihan, peningkatan resistensi liquor yang

berlebihan, dan peningkatan tekanan sinus venosa ( Satyanegara,/2010 )

Hidrosefalus pada anak dapat didiagnosis dan diterapi sejak dini.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan melihat adanya empat tanda hipertensi

intrakranial. Pemeriksaan penunjang seperti USG dapat membantu

penegakan diagnosis di masa prenatal maupun postnatal, sedangkan CT

Scan dan MRI pada masa postnatal..Terapi pada kasus ini sebaiknya

dilakukan secepat mungkin. Pada kebanyakan kasus, pasien memerlukan

tindakan operasi shunting namun terdapat pula pilihan atau terapi alternatif

non-shunting seperti terapi etiologik dan penetrasi membran. Prognosis

ditentukan oleh berbagai macam faktor, di antaranya adalah kondisi yang

menyertai, durasi dan tingkat keparahan, serta respon pasien terhadap

terapi. Tingkat kematian pada pasien hidrosefalus dengan terapi shunting

masih tinggi karena berbagai komplikasi yang terjadi, salah satunya adalah

infeksi pasca operasi ( Satyanegara, 2010 ) Hidrosefalus bukanlah suatu


penyakit tunggal melainkan hasil akhir dari proses patologis yang luas

baik secara kongenital maupun akibat dari kondisi yang didapat. Gejala

klinis, perubahan dan prognosis jangka panjang dari hidrosefalus akan

bervariasi tergantung dari usia saat munculnya onset dan keadaan yang

menyertai serta yang menjadi penyebabnya. Sangat penting untuk

mempertimbangkan banyak hal yang mempengaruhi kondisi ini sehingga

penatalaksanaan yang paling tepat dapat direncanakan dan dilakukan

(Ibrahim S, Rosa AB, Harahap AR. 2012) Menurut Wong (2008)

hidrosefalus disebabkan oleh berbagai keadaan, dapat merupakan penyakit

kongenital (gangguan perkembangan janin dalam uterus atau infeksi

intrauteri) atau didapat (neoplasma, perdarahan, atau infeksi). Ropper dan

Robert (2005) mengatakan bahwa hampir 60-90% penderita hidrosefalus

disebabkan karena kongenital. Hidrosefalus kongenital disebabkan karena

adanya gangguan perkembangan janin dalam uterus atau infeksi intrauteri.

Infeksi yang dapat menyebabkan hidrosefalus adalah terinfeksi

Toxoplasma gondii pada saat hamil (Reeder, 2011). Insidensi hidrosefalus

antara 0.2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital

adalah 0.5-1.8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%- 43% disebabkan oleh

stenosis aqueductus serebri. Stenosis aquaductus serebri adalah

penyempitan pada bagian aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan

bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam perbedaan ras.

Hidrosefalus infantil, 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak,


50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4%

akibat tumor fossa posterior (Darsono, 2005).

Menurut penelitian WHO tahun 2012 untuk wilayah ASEAN jumlah

penderita Hidrosefalus di beberapa negara adalah sebagai berikut, di

Singapura pada anak 0-9 th : 0,5%, Malaysia: anak 5-12 th 15%, India:

anak 2-4 th 4%, di Indonesia berdasarkan penelitian dari Fakultas Ilmu

Kedokteran Universitas Indonesia terdapat 3%. Menurut data dari RSUD

Ulin Banjarmasin tahun 2015 dan 2016,di ruang bedah umun terdapat 12

kasus dan 14 kasus,sedangkan pada tahun 2017 Januari-Maret 4 kasus.

Secara statistik ditemukan bahwa dengan penanganan bedah dan

penatalaksanaan medis yang baik sekalipun, didapatkan hanya sekitar 40%

dari penderita hidrosefalus mempunyai kecerdasan yang normal dan

sekitar 60% mengalami cacat kecerdasan dan fungsi motorik yang

bermakna.Dari data statistik tersebut dapat dilihat bahwa walaupun dengan

penanganan bedah saraf dan pelaksanaan bedah saraf dan pelaksanaan

medis yang baik ternyata sekitar 60% penderita masih memiliki sekuel

gangguan yang cukup bermakna.

B. Tujuan

Asuhan Keperawatan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan


memperluas wawasan dalam bidang keperawatan khususnya pada
keperawatan Anak.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Hidrosefalus merupakan suatu keadaan dimana terdapat timbunan
cairan serebrospinalis yang berlebihan dalam ventrikel-ventrikel yang
disertai dengan kenaikan tekanan intracranial (Sarwono,2017) dalam
(Maryunani & Nurhayati, 2018). Hidrosefalus merupakan keadaan yang
disebabkan gangguan keseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan
serebrospinal dalam sistem ventrikel otak. Jika produksi CSS lebih besar
daripada absorpsi, CSS akan terakumulasi dalam sistem ventrikel, dan
biasanya peningkatan tekanan akan menghasilkan dilatasi asi ventrikel
(Wong, Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2017).
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intracranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel.
Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan
absorsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai
akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut
menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura
dan ubun-ubun (Putra, 2017).
B. Etiologi
Hidrosefalus terjadi apabila terdapat penyumbatan aliran cairan

serebrospinal pada salah satu tempat antara tempat pembentukan cairan

serebrospinal dalam system ventrikel dan tempat absorsi dalam ruang

subaraknoid. Pada bayi penyebab penyumbatan aliran cairan serebrospinal

yang sering terjadi adalah:


1) Kelainan kongenital: adanya stenosis akuaduktus sylvii (merupaka

penyebab terbanyak pada hedrosefalus bayi), spina bifida dan cranium

bivida, sindrom dandy walker, kista araknoid dan anomaly pembuluh

darah.

2) Infeksi: timbul pada paska meninginitis, TORCH.

3) Neoplasma: hidrosefalus terjadi karena obstruksi mekanis yang dapat

terjadi pada setiap aliran cairan serebrospinal, antara lain tumor

ventrikel III, tumor fossa posterior, limfoma dan lain-lain.

4) Perdarahan: perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat

menyebabkan fibrosis yang akan menimbulkan penyumbatan

(Maryunani & Nurhayati, 2018).

C. Manifestasi Klinik
A. Masa bayi, tahap awal

1. Pertumbuhan kepala cepat dan abnormal

2. Fontanel menonjol (terutama fontanel anterior) kadang-kadang

tanpa pembesaran kepala:

a. Tegang

b. Tidak berdenyut

3. Dilatasi vena-vena kulit kepala

4. Sutura terpisah

5. Tanda Macewen (bunyi perkusi: seperti pot retak)

6. Penipisan tulang tengkorak

B. Masa bayi, tahap lanjut

1. Pembesaran frontal, atau penonjolan dahi


2. Mata yang masuk ke dalam

3. Tanda Setting sun – sklera terlihat di atas iris

4. Refleks pupil lamban, respons terhadap cahaya tidak sama

C. Masa bayi, umum

1. Iritabilitas (rewel)

2. Letargi

3. Bayi menangis ketika digendong atau ditimang dan diam ketika

dibiarkan berbaring tenang

4. Refleks infantil awal mungkin masih ada

5. Respons yang normalnya terjadi tidak muncul

6. Dapat memperlihatkan:

a. Perubahan tingkat kesadaran

b. Opistotonos (sering berlebihan)

c. Spastisitas ekstremitas bawah

d. Muntah

7. Kasus lanjut:

a. Kesulitan menghisap dan minum susu

b. Tangisan yang melengking, singkat dan bernada tinggi

c. Gangguan kardiopulmonal

D. Masa kanak-kanak

1. Sakit kepala pada saat bangun tidur, perbaikan terjadi setelah

muntah atau dalam posisi tegak

2. Papiledema
3. Strabismus

4. Tanda-tanda traktus ekstrapiramidal (mis, ataksia)

5. Iritabilitas (rewel)

6. Letargi

7. Apatis

8. Konfusi (bingung)

9. Inkoherensi

10. Muntah [ CITATION Won08 \l 1033 ].

D. Patofisiologi
Dua mekanisme pembentukan CSS adalah sekresi oleh pleksus koroid

dan rabas menyerupai cairan limfatik yang berasal dari cairan ekstraselular

otak. Cairan serebrospinal bersirkulasi melalui seluruh sistem ventrikel,

kemudian diabsorpsi dalam rongga subaraknoid dengan mekanisme yang

tidak sepenuhnya dipahami. Diagnosis pranatal jelas memberikan dampak

terhadap prevalensi kelahiran hidrosefalus pada saat ini. Kemajuan

teknologi dalam pemeriksaan MRI dan CT Scan telah menghasilkan

informasi yang sangat berharga tentang patofisiologi berbagi penyakit.

Hidrosefalus disebabkan oleh berbagai keadaan; hidrosefalus dapat

merupakan penyakit kongenital (gangguan perkembangan janin dalam

uterus atau infeksi intrauteri), atau didapat (neoplasma, perdarahan, atau

infeksi).

Hidrosefalus merupakan gejala kelainan otak mendasar yang dapat

mengakibatkan gangguan absorsi CSS dalam ruang subaraknoid (masih

ada hubungan antar ventrikel; hidrosefalus komunikans), atau obstruksi


aliran CSS dalam ventrikulus (tidak ada hubungan antar ventrikel;

hidrosefalus nonkomunikans). Setiap gangguan keseimbangan antara

produksi dan absorsi CSS menyebabkan peningkatan akumulasi CSS

dalam ventrikel yang kemudian mengalami dilatasi dan menekan substansi

otak ke tulang kranial, peristiwa ini akan menimbulkan pembesaran

tengkorak selain dilatasi ventrikel [ CITATION Won08 \l 1033 ].


E. Pathways

Kelainan Infeksi Neoplasma Perdarahan


kongenital

Radang jaringan hydorcephalus Fibrosis leptomeningns


pada daerah basal otak
Obstruksi salah satu
tempat pembentukan
Obstruksi tempat
ventrikel III/IV Obtruksi oleh perdarahan
pembentukan/penyerapan LCS.

Hydrocephalus Peningkatan jumlah Jumlah cairan dalam ruang


nonkomunikas cairan serebrospinal sub araknoid

Pembesaran relatif kepala Peningkatan TIK Tindakan pembedahan

Kesulitan
Herniasi falk serebri Penekanan pada Terpasang shunt
bergerak
saraf optikus
Kompresi batang Adanya port de entry dan
otak papiledema benda asing masuk

Depresi saraf Disfungsi persepsi Risiko infeksi


kardiovaskular dan visual spasial
pernapasan Respon inflamasi

hipertemi

Penurunan kesadaran Otak semakin tertekan Kerusakan fungsi kognitif


dan psikomotroik

Hipotalamus semakin tertekan

Pembuluh darah tertekan Saraf pusat semakin tertekan

Aliran darah menurun Sakit kepala

Resiko perfusi serebral Nyeri akut

tidak efektif
F. Pemeriksaan penunjang

Diagnosis dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut:

1) Pemeriksaan fisik, meliputi dua hal. Pertama, pengukuran lingkar

kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat

pembesaran kapala yang progresif atau lebih dari normal. Kedua

adalah dengan transimulasi.

2) Pemeriksaan darah, dalam hal ini tidak ada pemeriksaan darah khusus

untuk hidrosefalus.

3) Pemeriksaan cairan serebrospinal. Analisis cairan serebrospinal pada

hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis untuk mengetahui kadar

protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa.

4) Pemeriksaan radiologi meiputi tiga hal. Pertama X-foto kepala; tampak

cranium yang membesar atau sutura yang melebar. Kedua, USG

kepala; dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup. Ketiga, CT-

Scan kepala; bertujuan untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel

sekaligus mengevaluasi struktur-struktur intraserepral lainya.

Diagnosis banding juga perlu ditegakkan dalam pemeriksaan

hidrosefalus. Pemebesaran kepala dapat terjadi pada hidrosefalus,

makrosefalik, tumor otak, abses otak, granuoma intracranial, dan

bematoma subdural perinatal hidranensefali (Putra, 2017).

G. Komplikasi

Potensial komplikasi hidrosefalus yang dapat terjadi menurut yaitu:

1. Anomali yang berhubungan.


2. Retardasi mental.

3. Kecacatan neurologis.

H. Penatalaksanaan

Adapun penatalaksanaan bayi yang mengalami hidrosefalus sebagai

berikut:

1) Perawatan bayi umum ditambah pencegahan dekubitus karena bayi

akan lebih banyak teentang.

2) Pemberian diamok (aseta zolami) untuk mengurangi cairan

serebrospinal 50-70 mg/kgBB/hari.

3) Pemasangan pirau ventrikulo peritoneal.

4) Penyuluhan pada orang tua tentang kesiapan menghadapi kenyataan

dan pencegahan komplikasi dekubitus.

Sedangkan tiga prinsip dalam pengobatan hidrosefalus dengan kedokteran,

yaitu;

1. Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian pleksusu

koroidalis, dengan tindakan reseksi (pembedahan) atau koagulasi,

akan tetapi hasilnya tidak memuaskan.

2. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat

absorpsi yakni menghubungkan ventrikel dengan ruang subarachnoid.

Misalnya, ventrikulosisternostomi pada stenosis akuaduktus silvius.

Pada anak hasilnya kurang memuaskan, karena sudah ada insufisiensi

fungsi absorpsi.
3. Pengeluaran likuar (CSS) ke dalam organ ekstrakranial.

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menajadi:

a. Penanganan sementara

1) Terapi konservatif medikamentosa; ditujukan untuk membatasi

evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dan

pleksus choroid (asetazolamid 100 mg/kgBB/hari; furosemid 1,2

mg/kgBB/hari) atau upaya meningkatkan resorpsinya (isorbid).

Terapi di atas hanya bersifat sementara sebelum dilakukan terapi

defenitif diterapkan atau bila ada harapan kemungkianan pulihnya

gangguan hemodinamik tersebut; sebaliknya terapi ini tidak efektif

untuk pengobatan jangka panjang mengingat adanya resiko

terjadinya gangguan metabolik.

2) Drainase liqouor eksternal; dilakukan dengan memasang kateter

ventrikuler yang kemudian dihubungkan dengan suatu kantong

drain eksternal. Keadaan ini dilakukan untuk penederita yang

berpotensi menjadi hidrosefalus (hidrosefalus transisi) atau yang

sedang mengalami infeksi. Keterbatasan tindakan ini adalah

adanya ancaman kontaminasi liqour dan penderita harus selalu

dipantau secara ketat. Cara lain yang mirip dengan metode ini

adalah puksi ventrikel yang dilakukan berulang kali untuk

mengatasi pembesaran ventrikel yang terjadi.


b. Penanganan Alternatif

Tindakan alternatif selain operasi pintas (shunting) diterapkan

khususnya bagi kasus-kasus yang mengalami sumbatan di dalam

sistem ventrikel termasuk juga saluran keluar ventrikel IV (misal;

stenosis akuaduktus, tumor fossa posterior, kista arakhnoid). Dalam hal

ini maka tindakan terapeutik semacam ini perlu dipertimbangkan

terlebih dahulu, walaupun kadang lebih rumit daripada memasang

shunt, mengingat restorasi aliran liqour menuju keadaan atau

mendeteksi normal selalu lebih baik daripada suatu drainase yang

artifisial. Penanganan yang dapat dilakukan antara lain:

1) Terapi etiologik; Penanganan terhadap etiologi hidrosefalus

merupakan strategi terbaik; seperti antara lain pengomtrolan kasus

yang mengalami intoksikasi vitamin S, reseksi radikal lesi massa

yang mengganggu aliran liqour, pembersihan sisa darah dalam

liqour atau perbaikan suatu malformasi. Pada beberapa kasus

diharuskan untuk melakukan terapi sementara terlebih dahulu

sebelum diketahui secara pasti lesi penyebab atau masih

memerlukan tindakan operasi shunting karena kasusu yang

mempunyai etiologi multifactor atau mengalami gangguan aliran

liqour sekunder.

2) Penetrasi membrane; Penetrasi dasar ventrikel III merupakan suatu

tindakan membuat jalan alternatif melalui rongga subarachnoid bagi

kasus-kasus stenosis akuaduktus atau gangguan aliran pada fossa


posterior (termasuk tumor fossa posterio). Selain memulihkan

fungsi sirkulasi liqour secara pseudofisiologi, ventrikulostomi III

dapat mebciptakan tekanan hidrostatik yang uniform pada seluruh

sistem saraf pusat sehingga mencegah terjadinya perbedaan tekanan

pada struktur-struktur garis tengah yang rentan.

c. Operasi pemasangan “pintas” (shunting)

Sebagian besar pasien hidrosefalus memerlukan tindakan operasi

pintas (hunting) bertujuan membuat saluran baru aliran likuor

(ventrikel atau lumbar) dengan kavitas drainase (seperti; peritoneum,

atrium kanan, pleura). Pada anak-anak lokasi kavitas yang terpilih

adalah rongga peritoneum, mengingat mampu menampung kateter

yang cukup panjang sehingga dapat menyesuaikan pertumbuhan anak

serta resiko terjadinya infeksi relatif lebih kecil dibanding rongga

jantung. Biasanya cairan LCS didrainasi dari ventrikel, namun

terkadang pada hidrosefalus komunikans ada yang didrain ke rongga

subarachnoid lumbar (Rukiyah & Yulianti, 2017).

I. Pengkajian Fokus

1. Pola Persepsi Kesehatan

a.       Adanya riwayat infeksi sebelumya.

b.      Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.

c.       Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.

d.      Adakah konsultasi rutin ke Dokter.

e.       Hygiene personal yang kurang.


f.       Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.

2.    Pola Nutrisi Metabolik

a.         Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa

kali sehari makan.

b.         Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.

c.         Jenis makanan yang disukai.

d.        Napsu makan menurun.

e.         Muntah-muntah.

f.          Penurunan berat badan.

g.         Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.

h.         Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa

terbakar atau perih

3.    Pola Eliminasi
a.       Sering berkeringat.
b.      Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4.     Pola Aktivitas dan Latihan
a.       Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b.      Kelemahan umum, malaise.
c.       Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d.      Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
e.       Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5. Pola Tidur dan Istirahat
a.       Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
b.      Mimpi buruk
6. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a.       Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b.      Perasaan terisolasi.
7. Pola Reproduksi Seksualitas
a.       Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b.      Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
8.    Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a.       Emosi tidak stabil
b.      Ansietas, takut akan penyakitnya
c.       Disorientasi, gelisah
9.    Pola Sistem Kepercayaan
a.       Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b.      Agama yang dianut
10.    Pola Persepsi Kognitif
a.    Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b.    Pengetahuan akan penyakitnya.
11.    Pola Hubungan dengan Sesama
a.     Hidup sendiri atau berkeluarga
b.    Frekuensi interaksi berkurang
c.     Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
J. Diagnose

Untuk perumusan masalah keperawatan berpedoman pada buku Standar

Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Diagnosa keperawatan yang

dapat terjadi pada klien dengan Hidrosefalus

1. Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan indrosefalus

2. Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi

3. nyeri akut

4. resiko infeksi

K. Intervensi
1. Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial dan pemantauan

Tekanan Intrakranial

2. Manajemen Hipertermia dan Regulasi Temperatur

3. Manajemen nyeri

4. Pencegahan infeksi
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An. M. N
2. Tempat tanggal lahir/usia : Desa Buluan/31 agustus 2020/ 7
bulan
3. Jenis kelamin : Laki - Laki
4. A g a m a : ISLAM
5. Pendidikan : -
6. A l a m a t : Desa Buluan, Kab Talaut, Kec
Makatar Timur
7. Tanggal masuk : 06/04/2021
8. Tangal pengkajian : 07/04/2021
9. Diagnosa Medik : Hidrosefalus post VP Shunt,
Hiperkalemi
10. Rencana therapi : .........................................................

B. Identitas Orang Tua


1. Ayah :
I. Nama : M.K
II. Usia : 17 tahun
III. Pendidikan : SMP
IV. Pekerjaan/ Sumber Pengasilan.......................................................:
NELAYAN
V. Agama : ISLAM
VI. Alamat : Desa Buluan, Kab Talaut, Kec
Makatar Timur
2. Ibu
I. Nama : P.R
II. Usia : 17 tahun
III. Pendidikan : SMP
IV. Pekerjaan/ Sumber Pengasilan.......................................................:
IRT
V. Agama : ISLAM
VI. Alamat : Desa Buluan, Kab Talaut, Kec
Makatar Timur
C. Identitas Saudara Kandung

STATUS
NO NAMA USIA HUBUNGAN
KESEHATAN

- - - -

II. KeluhanUtama/AlasanMasuk RS
Ibu mengatakan akan mengontrol kepala bayi
III. RiwayatSekarang
A. RiwayatKesehatanSekarang
B. RiwayatKesehatanLalu (Khususuntukanakusia 0 – 5 tahun)
1. Pre Natal Care
I. Pemeriksaan Kehamilan : 5 kali
II. Keluhan ibu selama hamil : Perdarahan : . . PHS : .........
Infeksi : ............... Ngidam : ............... muntah-muntah : 1 bulan
pertama

deman : Tidak

III. Riwayat : terkena sinar ; Tidak terapi obat : ...................................


IV. Kenaikan BB selama hamil : ............. Kg
V. Imunisasi TT : 2 kali
VI. Golongan darah ibu ; B Golongan darah ayah : A

2. Natal
I. Tempat melahirkan : RS : Talaud Klinik : ...................... ;
Rumah
II. Lama dan jenis persalinan : Spontan................ Ferceps................
Operasi : SC
III. Penolong persalinan : Dokter & Bidan
IV. Cara untuk memudahkan persalinan : drips (-), obat perangsang
(-)
V. Komplikasi waktu lahir : robek perineum (-), infeksi nifas (-)

3. Post Natal
I. Kondisi bayi : BB lahir 4.200 gram, PB 60.............. cm
II. Apakah anak mengalami : penyakit kuning (-) kebiruan (-)
kemerahan (-) ; Problem menyusui : ( ya); BB tidak stabil ( -)

(Untuk semua usia)

- Penyakit yang pernah dialami : Batuk (-), deman (ya), diare (-),
kejang (-) ; lain-lain : ( - )
- Kecelakaan yang dialami : jatuh (tidak) tenggelam ( tidak) ................lalu
lintas (tidak)
Keracunan (tidak)

- Pernah : makanan (tidak) obat-obatan( - ) ; zat/substansi kimia ( - );


textil ( -)
- Konsumsi obat-obatan bebas
- Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : Lambat ( -),
sama ( - ), cepat (-)
C. RiwayatKesehatanKeluarga
- Penyakit anggota keluarga : alergi (tidak) asma (tidak)TBC (tidak)

Hipertensi (tidak) Penyakit jantung (tidak) stroke (tidak) anemia


(tidak)

Hernofillia (tidak) arthritis (tidak) migrant (tidak) DM (tidak)

Kanker (tidak) jiwa (tidak)

- Genogram

Keterangan :

= laki-laki = Perempuan = Hub


perkawinan

= klien
IV.RiwayatImunisasi
Reaksi setelah
No JenisImunisasi Waktu Pemberian
Pemberian
1. BCG

2. DPT (I, II, III)

3. Polio (I, II, III, IV)

4. Campak

5. Hepatisi Usis 7 hari Panas

Lain-lain

V. RiwayatTumbuhKembang
A. PertumbuhanFisik
1. Berat badan : 15 kg
2. Tinggi badan : 75 cm
3. Waktu tumbuh gigi : belum tumbuh bulan; tanggalnya gigi..: thn
B. Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat :

1. Berguling pertama kali :......................


2. Duduk :......................
3. Merangkak :......................
4. Berdiri :......................
5. Berjalan :......................
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : 4 bulan
7. Bicara pertama kali :......................
8. Berpakaian tanpa bantuan :......................
VI.RiwayatNutrisi
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : Tidak diberikan asi
2. Cara pemberian : setiap kali menangis (ya) terjadwal (ya)
3. Lama pemberian : -
B. Pemberian Susu
1. Alasan pemberian : pengeluaran asi tidak efektif
2. Jumlah pemberian : 3x1
3. Cara pemberian : dengan dot (ya)

C. Pola Perubahan Nutrisi Tiap Tahapan Usia Sampai Nutrisi Saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian

0 – 4 Bulan Susu formula (laktogen) 7 bulan

4- 12 Bulan Susu formula (laktogen) 7 bulan

Saat Ini Susu formula (laktogen) 7 bulan

VII. RiwayatPsikososial
- Apakah anak tinggal di : ( ya ) rumah sendiri
- Lingkungan berada di : ( ya ) desa
- Hubungan antar anggota keluarga : ( ya) harmonis, ( ) berjauhan
- Pengasuh anak : (ya ) orang tua, ( ) baby siter, ( ) pembantu ( )
nenek/kakek
VIII. Riwayat Spiritual
- Support system dalam keluarga : Ada
- Kegiatan keagamaan : berdoa dan beribadah bersama di
rumah
IX. ReaksiHospotalisasi
A. Pemahamankeluargatentangsakitdanrawatinap

- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS : karena kepala anak


semakin membesar dan rewel
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : ( √ ) Ya, ( )
Tidak
- Bagaimana perasaan orang tua saat ini : ( √ ) cemas, ( √ ) takut, (
√ ) khawatir, ( ) biasa
- Apakah orang tua akan selalu berkunjung : ( √ ) Ya, ( ) Kadang-
kadang, ( ) Tidak
- Siapa yang akan tinggal dengan anak : ( √ ) Ayah, ( √ ) Ibu, ( )
Kakak, Lain-lain...........
B. Pemahamananaktentangsakitdanrawatinap

- Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke RS : anak


belum bisa bicara
- Menurutmu apa penyebab kamu sakit :............................................
- Apakah dokter menceritakan keadaanmu ( ) Ya, ( ) Tidak
- Bagaimana rasanya di rawat di RS : ( ) Bosan, ( ) takut, ( )
senang , Lain-lain…...............
X. Aktivitassehari-hari
A. Nutrisi
SEBELUM SAAT SAKIT
KONDISI
SAKIT
1. Selera makan Baik Baik
2. Menu makan Susu formula Susu formula
3. Frekuensi makan
4. Makanan disukai
5. Makanan pantangan 3x1 3x1

6. Pembatasan pola
makan - -
7. Cara makan
- -
8. Ritual saat makan
- -

Dot Ngt

Orang tua berdoa Orang tua


berdoa
B. Cairan :
SAAT
KONDISI SEBELUM SAKIT SAKIT

Susu formula Susu formula


1. Jenis minuman
2. Frekuensi minum
3. Kebutuhan cairan 200 ml 200 ml
4. Cara pemenuhan
- -

Dot Ngt

C. Eliminasi (bak/bab) :
SAAT
KONDISI SEBELUM SAKIT SAKIT

Popok Popok
1. Tempat pembuangan
2. Frekuensi (waktu)
3. Konsistensi 5x1 hari 7x 1 hari
4. Kesulitan
5. Obat pencahar
Cair Cair

Tidak ada Tidak ada

Tidak Tidak
D. Istirahat tidur :
SEBELUM SAAT SAKIT
KONDISI
SAKIT
1. Jam tidur
- Siang
- Malam 13; 00 – 16; 30 13.00- 15.40
2. Pola tidur
20.00 – 06.00 20.00 – 06.00
3. Kebiasaan sebelum
tidur
4. Kesulitan tidur Baik Terjaga

Menangis

Menangis

Tidak ada Tidak ada

E. olahraga:
SEBELUM SAAT SAKIT
KONDISI
SAKIT
Tidak ada Tidak ada
1. Program olah raga
2. Jenis dan frekuensi Tidak ada Tidak ada
3. Kondisi setelah Tidak ada Tidak ada
olahraga

F. Personal Hygiene :
SEBELUM SAAT SAKIT
KONDISI
SAKIT
1. Mandi
- Cara
- Frekuensi Dibasahi disiram Di lap
- Alat mandi
2x sehari 1x ehari
2. Cuci rambut
- Frekuensi
- Cara Bak mandi bayi, Tissu basah
3. Gunting kuku sabun
- Frekuensi
- Cara
1x sehari
4. Gosok gigi Tidak pernah
- Frekuensi Di basahi

- Cara

2x seminggu
Tidak pernah
Di potong
menggunakan
gunting kuku

Tidak pernah

Tidak pernah

G. Aktivitas/MobilisasiFisik
SAAT
SEBELUM
KONDISI SAKIT
SAKIT
Tidak ada Tidak ada
1. Kegiatan sehari-hari
2. Pengaturan jadwal harian
3. Penggunaan alat bantu Tidak Tidak
aktivitas
4. Kesulitan pergerakan tubuh
Tidak Tidak
Pembesaran Pembesaran
kepala kepala

H. Rekreasi
SEBELUM SAAT SAKIT
KONDISI
SAKIT
Belum sekolah Belum sekolah
1. Perasaan saat sekolah
2. Waktu luang
3. Perasaan setelah rekreasi - -
4. Waktu senggang keluarga
- -
5. Kegiatan hari libur
- -

- -

- -

XI. PemeriksaanFisik
I. KeadaanUmumklien
II. Tanda-tanda vital :
- Suhu : 36,7 oC
- Nadi : 125 kali/menit
- Respirasi : 28........x/m
- Tekanan Darah : 100/86 mmHg

III. Antropometri :
- Tinggi badan : 75 cm
- Berat badan : 15 kg
- Lingkar lengan atas : 15 cm
- Lingkar kepala : 69 cm
- Lingkar dada : - cm
- Lingkar perut : - cm
- Skin Fold : - cm

IV. Sistem Pernafasan


1. Hidung : ( √ ) Simetris, ( √ ) pernafasan cuping hidung, ( - ) sekret,
(-) Polip, ( - ) epistaksis
2. Leher : pembesaran kelenjar ( - ), tumor ( - )
3. Dada :
- Bentuk dada normal ( √ ), barrel ( - ), pigeon chest ( - )
- Perbandingan ukuran AP dengan tranversal :
- Gerakan dada : simetris ( √ ), terdapat retraksi ( - ), alat bantu
pernapasan ( - )
- Suara napas : VF ( √ ), Ronchi ( - ), Wheezing ( - ), Stridor ( - ),
Rales ( - )
4. Apakah ada clubbing finger : -

V. Sistem Cardio Vaskuler


1. Conjungtiva anemia : ( - ), bibirpucat/cyanosis ( - ),
artericarotis : Kuat/lemah, Tekanan vena jugularis : tidak
2. Ukuranjantung : Normal ( √ ), membesar ( ), IC/apex ( )
3. Suarajantung : S 1 Normal.; S2 Normal
4. Capillary refilling time : <2 Detik
VI. Sistem Pencernaan
1. Sklera : Ikterus ( - ), Bibir : lembab, labia skizis ( - )
2. Mulut : stomatis ( - ), palatoskizis ( - ), jumlahgigi: belum ada
kemampuanmenelan : baik, lain-lain tidak
3. Gaster ; kembung ( - ), lien NormalginjalNormal, faeces:
normal
4. Anus : Lecet (tidak) Hemaroid (tidak)
VII. Sistem Indra
1. Mata
- Kelopak mata (normal) bulumata (ada) alis (ada)
- Visusu (Gunakansnellen chard) : tidak di kaji
- Lapangpandang : Normal
2. Hidung
- Penciuman ( √ ), perih di hidung ( - ), trauma ( - ), mimisan
(-)
- Sekret yang menghalangipenciuman : tidak ada
3. Telinga
- Keadaandauntelinga :Simetris , kanalalditoris : bersih ( √ ),
serumen ( )
- Fungsipendengaran : Normal

VIII. Sistem Indra


1. Fungsi Cerebral
a. Status mental :orientasi belum bicara lancer dayaingat: tidak
di kaji perhatian&perhitungan: belum bahasa : isyarat bayi
b. Kesadaran : eyes 4 motorik : 6 verbal : 5 dengan GCS 15
c. Bicaraekspresif (-) resipirate (-)

2. Fungsi Cranial
I. NI : ( )
II. N II : visus …………lapangpandang …………………
III. N III, IV, VI : Gerakan bola mata ………………pupil :
isokor ( √ ), an isokor ( )
IV. N V : Sensorik ………………motorik……………………
V. N VII : Sensorik ………………otonom…………
motorik……………
VI. N VIII: Pendengaran : ………………keseimbangan
………………
VII. N IX : ………………..
VIII. NX : Gerakan uvula
……………..rangsangmuntah/menelan ( )
IX. N XI : Sternocledomastoideus : ……………trapesius
X. N XII : Gerakanlidah

3. Fungsimotorik :massaotot …………tonus otot


…….kekuatanotot….
4. Fungsisensorik :suhu ……nyeri…………getaran…………
posisi…….. diskriminasi …………
5. Fungsicerebellum :koordinasi …………keseimbangan …………
6. Refleks :Biseps ………, trisep ………patella………
babinski………
7. Iritasimeningen : Kakudduk ( ), laseque sign ( ), Brudzinski
I/II ( )

I. SistemMuskolo Skeletal
 Kepala : Bentuk kepala :bulat besar, gerakan : Normal
 Vertebrae : Scoliosis ( ), Lordosis ( ), gerakan ( ), ROM ( ), fungsi
gerak …………
 Pelvis : Gaya/jalan…………gerakan…………ROM …………
Trendelberg test…………Ortolani/Barlow
 Lutut : Bengkak ( ), kaku ( ), gerakan ( ), MC Murray Test ( ),
Ballotement test ( ).
 Kaki bengkak ( ) : gerakan …………kemampuan jalan …………tana
tarikan …………
 Tangan : bengkak ( ), gerakan …………ROM…………
J. SistemIntugen
 Rambut : warna : hitam , mudah tercabut (tidak )
 Kulit ; warana: sawo matang, temperatur : kelembaban: lembab, bulu kulit:
warnah putih erupsi…………tahi lalat: tidak ada ruam : …………teksture
 Kuku : warna : putih permukaan kuku : bersih, mudah patah ( - ),
kebersihan brsih
K. SistemEndokrin :
1. Kelenjar thyroid :
2. Ekskresi urine berlebihan …………poldipsi …………Poliphagi …………
3. Suhu tubuh yang tidak seimbang ……………………keringat berlebihan
……………………
4. Riwayat urine dikelilingi semut :
…………………………………………………
L. SistemPerkemihan:
 Oedema palpebra : ( ), moon fase ( ), oedema anasarka ( )
 Keadaan kandung kemih : ……………………
 Nocturia ( ), dysuria ( ), kencing batu ( )
M. SistemReproduksi :
1. Wanita
- Payudara : putting…………aerola mammae…………cesar …………
- Labia mayora & minora bersih ( ), sekret ( ), bau ( )
2. Laki-laki
- Keadaan glans penis : uretra …………….. ; kebersihan
…………………
- Testis sudah turun ……………………
- Pertumbuhan rambut : kumis ……………………
janggut………………… ketiak
- Pertumbuhan jakun ……………………perubahan suara
N. SistemImun
- Alergi (cuaca ( ), debu ( ), bulu binatang ( ), zat kimia
…………………
XII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1. 0 - 6 tahun
Dengan menggunakan DDST

1. Motorik
kasar…………………………………………………………………
2. Motorik
halus…………………………………………………………………
3. Bahasa………………………………………………………………
……….
4. Personal social

……………………………………………………………..

2. 6 tahunkeatas
1. Perkembangan kognitif
2. Perkembangan psikoseksual
3. Perkembangan psikososial
XIII. Test Diagnostik :

 Laboratorium : √

 Foto Rontgen : √

 CT Scan :√

 MRI, USG, EEG, ECG, dll.


XIV.Terapisaatini (ditulisdenganrinci)

Enternal : IVFD

Parenteral : IVFD Kaen I B (H5) 52 ml/jam

Injeksi ceftriaxone 2x 750 mg iv (2)


Injeksi omeprazole 2x 15 mg iv

Injeksi asam tranexamat 3x 150 mg iv

Injeksi paracetamol 4x 225 mg iv

Ventilasi O2 sungkup 6 Lpm

B. Analisa Data

DATA ETIOLOGI PROBLEM


Ds : - Pembesaran pada Nyeri Akut
Do : Pasien tampak kepala
meringis
Pasien tampak
gelisah Penekanan saraf
Kepala tampak
membesar ukuran
kepala 78 cm Tindakan
Pasien terpasang shunt pembedahan
pada bagian kepala
Skala nyeri
P : pemasangan shunt
Q : seperti di tusuk Nyeri akut
R : di kepala
S:3
T : saat menangis

Ds : - Resiko Infeksi
Do : terpasang shunt Pembesaran pada
pada bagian kepala kepala
Usia bayi 7 bulan
Terpasang naso
gastritic tube (ngt) Tindakan
pembedahan

Tindakan invasive

Resiko infeksi
C. Diagnose, Intervensi,

NO . STANDAR LUARAN
.

DIAGNOS KRITERIA HASIL SKORING INTERVENSI (SIKI)


A (SLKI)

1. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi selama 7 jam, maka nyeri


berhubungan menurun . dengan  Observasi
dengan post Kriteria hasil : Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
op - Meringis (menurun) 4 kualitas, intensitas nyeri
pembedahan - Gelisah (menurun) 4 Identifikasi skala nyeri
ditandai  Terapi
dengan Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu
pasien ruangan)
tampak Fasilitasi istirahat dan tidur
meringis  Edukasi
Jelaskan penyebab, peroide dan pemicu nyeri
 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
2. Resiko Setelah dilakukan intervensi selama 7 jam, maka Observasi
Infeksi di resiko infeksi menurun . dengan Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
tandai Kriteria hasil : Terapeutik
dengan - Kemerahan (menurun) 5 Batasi jumlah pengujung
prosedur - Nyeri (menurun) 5 Berikan perawatan kulit pada daerah edema
pembedahan - Demam (menurun) 5 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Bengkak (menurun) 5 dan lngkungan pasien
Pertahankan teknik aseptic
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotok
D. Implementasi
07/04/2021

NO JAM TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON PARAF


DX
1 10.00 Kompres hangat di bagian kepala anak Ibu menerima
2 11.00 Kolaborasi pemberian obat Injeksi paracetamol 4x225 mg
(iv)
Injeksi ceftriaxone 2x 750 mg
(iv)
Injeksi omeprazole 2x 15 mg (iv)
Injeksi asam tranexamat 3x 15
mg (iv)
1 11.30 Menjelaskan penyebab nyeri pada keluarga Injeksi vitamin K 4 mg (iv)
Nyeri terjadi akibat
pemasangan benda asing pada
11.35 Mengkaji skala nyeri bagian tubuh anak
P : pemesangan shunt
Q : nyeri seperti di tusuk
R : nyeri pada bagian kepala
S : skala nyeri 3-4
T : saat menangis
11.55 Observasi nyeri non verbal
Pasien tampak menangis saat
12.00 Menjelaskan cara mencuci tangan dengan benar terasa nyeri
pada keluarga Cuci tangan 6 langkah keluarga
Monitor tanda- tanda infeksi melakukan dengan baik
Menjelaskan gejala infeksi pada keluarga
08/04/2021
NO JAM TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON PARAF
DX
1 13.00 Kolaborasi pemberian obat Injeksi paracetamol 4x225 mg
(iv)
Injeksi ceftriaxone 2x 750 mg
(iv)
Injeksi omeprazole 2x 15 mg (iv)
Injeksi asam tranexamat 3x 15
mg (iv)
Injeksi vitamin K 4 mg (iv)
Nyeri terjadi akibat
pemasangan benda asing pada
2 13.30 Monitor tanda- tanda infeksi bagian tubuh anak
Ibu menerima
Membersihkan anak dengan cara mengelap
bagian tubuh menggunakan tissue basah

14.00 Mengkaji skala nyeri P : pemesangan shunt


Q : nyeri seperti di tusuk
R : nyeri pada bagian kepala
S : skala nyeri 3-4
T : saat menangis
09/04/2021

NO JAM TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON PARAF


DX
1 13.00 Kolaborasi pemberian obat Injeksi paracetamol 4x225 mg
(iv)
Injeksi ceftriaxone 2x 750 mg
(iv)
Injeksi omeprazole 2x 15 mg (iv)
Injeksi asam tranexamat 3x 15
mg (iv)
Injeksi vitamin K 4 mg (iv)
Nyeri terjadi akibat
pemasangan benda asing pada
2 13.30 Monitor tanda- tanda infeksi bagian tubuh anak
Ibu menerima
Membersihkan anak dengan cara mengelap
bagian tubuh menggunakan tissue basah

14.00 Mengkaji skala nyeri P : pemesangan shunt


Q : nyeri seperti di tusuk
R : nyeri pada bagian kepala
S : skala nyeri 3
T : saat menangis
E. Evaluasi

EVALUASI
NO
JAM PARAF
DX SKORING
URAIAN
P T H
1. 08/04/ S : -
2021 O : pasien tampak tidak meringis
14.00 A : nyeri akut
- Nyeri (menurun) 2 5 4
- Meringis (menurun) 2 5 4
- Gelisah (menurun) 2 5 4
P : monitor skala nyeri
P : pemasangan shunt
Q : nyeri seperti di tusuk
R : di bagian kepala
S : skala nyeri 3
T : saat menangis

2. 15.00 S:-
O : tampak terpasang shunt
A : resiko infeksi
- Kemerahan (menurun) 3 5 4
- Nyeri (menurun) 3 5 4
- Demam (menurun) 3 5 4
- Bengkak (menurun) 3 5 4
P : monitor tanda-tanda infeksi
EVALUASI
NO
JAM PARAF
DX SKORING
URAIAN
P T H
1. 09/04/ S : -
2021 O : pasien tampak tidak meringis
14.00 A : nyeri akut
- Nyeri (menurun) 2 5 4
- Meringis (menurun) 2 5 4
- Gelisah (menurun) 2 5 4
P : monitor skala nyeri
P : pemasangan shunt
Q : nyeri seperti di tusuk
R : di bagian kepala
S : skala nyeri 3
T : saat menangis

2. 15.00 S:-
O : tampak terpasang shunt
A : resiko infeksi
- Kemerahan (menurun) 3 5 4
- Nyeri (menurun) 3 5 4
- Demam (menurun) 3 5 4
- Bengkak (menurun) 3 5 4
P : monitor tanda-tanda infeksi
F. Analisa Jurnal
Aplikasi Teori Konsep Keperawatan Jean Watson Terhadap Anak “S” Dengan
Hidrocefalus Di Kelurahan Sumur Dewa Kecamatan Selebar Wilayah Kerja
Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu
P(Problem)
Hidrosefalus merupakan penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel
otak, sehingga kepala menjadi besar. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter
bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula
oleh sebab postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui
sejak lahir, dan 50% pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero
2:2000 bayi, dan Kirakira 12% dari semua kelainan konginetal. Hidrosefalus
sering menyebabkan distosia persalinan. Dan setelah lahir dan tetap hidup akan
menjadi masalah pediatri dan sosial. Pasien hidrosefalus merupakan pasien
yang sangat menderita dan memerlukan perawatan khusus dan benar karena
ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan
kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus
(Cathlyn, 2013).
I(Intervention)
intervensinya sebagai berikut : beri dorongan sikap penerima terhadap anak
(misalnya di peluk, berbicara dan menyenangkan anak), Bantu orang tua untuk
ikut merawat anaknya, libatkan orang tua sebanyak mungkin, jelaskan setiap
prosedur perawatan dan pengobatan. Dorong sikap positif dari orang tua, beri
perjelaskan sikap negative, diskusikan sikap indentifikasi frustasi ajarkan cara
penyelesaiannya dengan koping yang baru. Bantu orang tua untuk dapat
menerima kenyataan tentang perubahan dan perkembangan anak, yakinkan
orang tua bahwa anak membutuhkan kasih sayang dan keamanannya,
demonstrasikan perawatan yang di perlukan pasien kepada keluarga
(bagaimana mengecek fungsi shunt, posisi anak), berikan kesempatan untuk
mengulang, dan beri penjelasan tentang pengobatan, sampai dengan perawatan
selang shunt
C(Compration)
Untuk membandingkan antara yang sistematik dengan yang terencana
berkaitan dengan fasilitas yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut penulis
melakukan evaluasi keperawatan pada kasus ini, 1 diagnosa yang penulis
angkat, dapat diatasi dengan baik dalam jangka waktu 4 hari, semua tujuan
keperawatan yang ada di tujuan dan keriteria hasil dapat tercapai.
O(Outcome)
Setelah penulis melakukan aplikasi teori model Jean Watson pada kasus
hidrosefalus selama 4 hari perawatan, maka penulis menarik kesimpulan
bahwa: Pengkajian yang dilakukan pada An. S sesuai dengan focus pengkajian
Menurut Jean Watson, diagnose yang diangkat dalam kasus yakni masalah
utama resiko gangguan Resiko gangguan Biophisical needs berhubungan
dengan Komplikasi Post Operasi hidrosefalus. Hasil dari pasien, tahap evaluasi
dari diagnose keperawatan yang penulis implementasikan selama 4 hari
berhasil dilakukan, teori Model Jean Watson efektif di aplikasikan pada anak
dengan khasus Hidrpsefalus, ditemukan kelebihan dan kekurangan Teori
Model Jean Watson
Keunggulan aplikasi teori Jean Watsonz
Seperti kita ketahui bahwa teori Jean Watson fokus pada cara merawat
keluarga yang sakit, dimana nantinya orang tua mampu melakukan perawatan
pada anak anaknya yang sakit Hydrocephalus dengan tujuan untuk peningkatan
kesehatan. Keunggulan teori ini dalam berkaitan dengan kasus Hydrocephalus
adalah orang tua An “S” faktor penyebab Hydrocephalus yaitu bisa karena
Kista Araknoid, Anomalia pembuluh darah, infeksi, neoplasma, dan
perdarahan
Kelemahan aplikasi teori Jean Watson
Kelemahan teori Jean Watson ini menurut penulis adalah kurang lengkapnya
poin poin dalam pengkajian yang mencakup kajian tentang pasien dengan
penyakit Hydrocephalus secara spesifik karena terlihat jelas aplikasi teori
keperawatan ini hanya berfokus pada perawatan pasien yang sakit sehingga
penulis sedikit kesulitan untuk menentukan diagnosa keperawatan prioritas
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus di lakukan sejak
tanggal 7 april 2021 samapai tanggal 9 april, klien masuk rumah sakit tanggal 6
april 2021 dari IGD sebelumnya, pengkajian keperawatan di lakukan di ruangan
RPI/PICU pada tanggal 7 april 202, keluhatn utama ibu mengatakan anaknya
rewel
Masalah keperawatan utama adalah nyeri akut berhubungan dengan post
op pembedahan. Nyeri akut adalah pealaman sensorik atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan akut atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.(Tim Pokja SDKI PPNI edisi 1, 2016). Karena pada saat
pengkajian di dapatkan data subjektif ibu klien mengatakan anaknya rewel
sedangkan data objektif pasien tampak meringis, gelisah, kepala tampak besar
dengan ukuran kepala 78cm, pasien terpasang shunt pada bagian kepala. Keadaan
umum klien: sedang, kesadaran kompos mentis, TD: 100/86mmHg, R: 28x.m,
Nadi: 125x/m, SB: 36,7OC.

Skala nyeri

P : pemasangan shunt

Q : seperti di tusuk

R : di kepala

S:3

T : saat menangis

Nyeri adalah campuran dari fisik emosional dan prilaku. Stimulus menghasilkan
nyeri di kirimkan implus melalui serabut saraf perifer. Serabut saraf masuk ke
medula spinalis dan jalan salah satu dari beberapa rute saraf yang akhirnya sampai
pada massa abu-abu pada medula spinalis. disana pesan nyeri yang berinteraksi
dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai
otak untuk di transmisi tanpa sumbatan korteks serebral. (Sartono, dkk.2019).

Masalah keperawatan yang kedua resiko infeksi ditandai dengan


prosedur pembedahan. Resiko infeksi merupakan berisiko mengalami peningkatan
terserang organisme patogenik (Tim Pokja SDKI PPNI,2016). Karena pada saat
pengkajian didapatkan data objektif terpasang shunt pada bagian kepala bayi usia
7 bulan dan terpasang naso gastritic tube (NGT). Keadaan umum klien: sedang,
kesadaran kompos mentis, TD: 100/86mmHg, R: 28x.m, Nadi: 125x/m, SB:
36,7OC.
Infeksi adalah invasi tubuh pathogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Resiko infeksi merupakan keadaan dimana seorang individu
berisiko terserang oleh agen patogenik dan oportunistik (virus, jamur, bakteri,
protozoa atau parasite lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-sumber
eksogen dan endogen (potter dan perry)
Diagnosa yang pertama, kode (D.0077) Nyeri Akut berhubungan dengan
post op pembedahan. SLKI nyeri berkurang, dengan Kriteria Hasil : meringis
(menurun), gelisah (menurun), SIKI Observasi : Identifikasi lokasi,karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Identifikasi skala nyeri. Terapi: control
lingkungan yang memperberat rasa nyeri (suhu ruangan), fasilitasi istirahat dan
tidur. Edukasi: jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri. Kolaborasi
pemberian analgetik

Pada diagnose yang kedua, kode (D.0142) resiko infeksi ditandai dengan prosedur
pembedahan. SLKI tingkat infeksi menurun, dengan kriteria hasil: kemerahan
(menurun), nyeri (menurun), demam (menurun), dan bengkak (menurun). SIKI
Observasi Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik. Terapeutik: Batasi
jumlah pengujung, Berikan perawatan kulit pada daerah edema, Cuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lngkungan pasien, Pertahankan
teknik aseptic. Edukasi: Jelaskan tanda dan gejala infeksi, Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar. Kolaborasi: Kolaborasi pemberian antibiotic

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.


Tindakan keperawatan dimulai pada tanggal 7 April 2021 jam 10:00 wita. Pada
Diagnosa yang pertama, Nyeri Akut berhubungan dengan post op pembedahan.
SLKI nyeri berkurang, dengan Kriteria Hasil : meringis (menurun), gelisah
(menurun), SIKI Observasi : Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri. Identifikasi skala nyeri. Terapi: control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu ruangan), fasilitasi istirahat dan tidur. Edukasi:
jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri. Kolaborasi pemberian analgetik.

Pada diagnose yang kedua tindakan keperawatan dimulai pada tanggal 7 April
2021 jam 11:00 wita, resiko infeksi ditandai dengan prosedur pembedahan. SLKI
tingkat infeksi menurun, dengan kriteria hasil: kemerahan (menurun), nyeri
(menurun), demam (menurun), dan bengkak (menurun). SIKI Observasi Monitor
tanda dan gejala infeksi local dan sistemik. Terapeutik: Batasi jumlah pengujung,
Berikan perawatan kulit pada daerah edema, Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lngkungan pasien, Pertahankan antibi aseptic. Edukasi:
Jelaskan tanda dan gejala infeksi, Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
Kolaborasi: Kolaborasi pemberian antibiotic.

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses yang digunakan untuk
menilai keberhasilan asuhan keperawatan. Evaluasi pada setiap tindakan
berdasarkan diagnose yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode SOAP.
Pada diagnose keperawatan yang pertama nyeri akut berhubungan dengan post op
pembedahan pada hari rabu tanggal 7 April 2021. S : -, O : pasien tampak
meringis, TD: 100/86mmHg, R: 28x.m, Nadi: 125x/m, SB: 36,7OC.
P : pemasangan shunt,
Q : nyeri seperti di tusuk,
R : di bagian kepala,
S : skala nyeri 4,
T : saat menangis.
A : nyeri akut , Nyeri (menurun), Meringis (menurun), Gelisah (menurun).
P :lanjut intervensi, monitor skala nyeri

Pada diagnose yang kedua resiko infeksi ditandai dengan prosedur pembedahan.
Pada hari rabu tanggal 7 April 2021. S : -. O : tampak terpasang shunt

A : resiko infeksi

- Kemerahan (menurun)
- Nyeri (menurun)
- Demam (menurun)
- Bengkak (menurun)
P : lanjut intervensi, monitor tanda-tanda infeksi
Menurut suryanti dalam jurnalnya pengalaman menjelaskan asuhan keperawatan
pada pasien hidrosefalus dengan melakukan intervensi berupa dorongan sikap
penerima terhadap anak (misalnya di peluk, berbicara dan menyenangkan anak),
Bantu orang tua untuk ikut merawat anaknya, libatkan orang tua sebanyak
mungkin, jelaskan setiap prosedur perawatan dan pengobatan. Dorong sikap
positif dari orang tua, beri perjelaskan sikap negative, diskusikan sikap
indentifikasi frustasi ajarkan cara penyelesaiannya dengan koping yang baru.
Bantu orang tua untuk dapat menerima kenyataan tentang perubahan dan
perkembangan anak, yakinkan orang tua bahwa anak membutuhkan kasih sayang
dan keamanannya, demonstrasikan perawatan yang di perlukan pasien kepada
keluarga (bagaimana mengecek fungsi shunt, posisi anak), berikan kesempatan
untuk mengulang, dan beri penjelasan tentang pengobatan, sampai dengan
perawatan selang shunt
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada tahap pengkajian dilakukan dengan metode wawancara dan
observasi: ibu klien mengatakan anaknya rewel
2. Setelah dilakukan pengkajian dan Analisa kasus muncul 2 diagnosa
yaitu 1 nyeri akut berhubungan dengan post op pembedahan dan
diagnose 2 resiko infeksi ditandai dengan prosedur pembedahan.
Intervensi yang direncanakan pada kasus terdiri dari: diagnose pertama
nyeri akut berhubungan dengan post op pembedahan terdapat 5
rencana keperawatan yang ditetapkan, diagnose yang kedua resiko
infeksi ditandai dengan prosedur pembedahan terdapat 8 rencana
keperawatan yang ditetapkan. Implementasi keperawatan untuk
diagnose pertama nyeri akut berhubungan dengan post op pembedahan
dan diagnose kedua resiko infeksi ditandai dengan prosedur
pembedahan, semua tindakan yang direncanakan dilakukan kepada
klien
3. Hasil evaluasi keperawatan didapatkan bahwa diagnosa keperawatan,
nyeri akut berhubungan dengan post op pembedahan belum teratasi,
diagnosis keperawatan resiko infeksi ditandai dengan prosedur
pembedahan teratasi sebagian
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran bagi mahasiswa/i di kampus STIKES
MUHAMMADIYAH MANADO, khususnya pada Keperawatan
ANAK terutama pada pembelajaran tentang Asuhan Keperawatan.
2. Bagi rumah sakit
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi
yang diperlukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan
khususnya di ruang RPI/PICU
3. Bagi perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
perawat yang melakukan tindakan darurat lebih menekankan
keperawatan secara cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai