Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah melimpahkan segala
rahmat dan hidayat, sehingga Makalah “Osteoporosis” ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu.
Adapun makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang diperoleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan Osteoporosis atau pengeroposan tulang serta
infomasi dari media massa yang berhubungan dengan tema. Akhir kata, tak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan mengarahkan
dalam penulisan makalah ini, juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung
sehingga dapat terselesaikannya makalah ini. Penulis berharap, makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua, dapat menambah wawasan kita mengenai penyakit tulang pada
lansia. Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Penulis
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………...
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….
1.3 Tujuan ………………………………………………………………
1.4 Manfaat ……………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Senam ……………………………………………………
2.2 Pengertian Senam …………………………………………………
2.3 Manfaat Senam …………………………………………………….
2.4 Pengertian Osteoporosis …………………………………………..
2.5 Penyebab Osteoporosis ……………………………………………
2.6 Stadium Osteoporosis ……………………………………………..
2.7 Gejala Osteoporosis ………………………………………………..
2.8 Faktor Risiko ....................................................................................
2.9 Pencegahan ………………………………………………………..
2.10 Komplikasi …………………………………………………………
2.11 Pengobatan …………………………………………………………
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………….
3.2 Saran ……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….
BAB I
PEMBAHASAN
Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindrom geriatric,
dalam arti insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang cukup significant.Dengan
bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang tulang ini
lebih nyata pada wanita disbanding pria. Tingkat hilang tulang ini sekitar 0,5 – 1% per
tahun dari berat tulang pada wanita pasca menopause dan pada pria > 80 tahun. Hilang
tulang ini lebih mengenai bagian trabekula disbanding bagian korteks, dan pada
pemeriksaan histologik wanita dengan osteoporosis spinal pasca menopause tinggal
mempunyai tulang trabekula < 14% (nilai normal pada lansia 14 – 24% ) (Peck, 1989).
Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh sel osteoklas) dan
pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang berjalan bersama-sama, sehingga
tulang dapat membentuk modelnya seseuai dengan pertumbuhan badan (proses
remodelling)> Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa proses remodelling ini akan
sangat cepat pada usia remaja (growth spurt). Terdapat berbagai factor yang
mempengaruhi pembentukan dan pengrusakan oleh kedua jenis sel tersebut. Apabila
hasil akhir perusakan (resorbsi/destruksi) lebih besar dari pembentukan (formasi) maka
akan timbul osteoporosis.
Kondisi ini tentu saja sangat mencemaskan siapapun yang peduli, hal ini terjadi
karena ketidaktahuan pasien terhadap osteoporosis dan akibatnya. Beberapa hambatan
dalam penanggulangan dan pencegahan osteoporosis antara lain karena kurang
pengetahuan, kurangnya fasilitas pengobatan, factor nutrisi yang disediakan, serta
hambatan-hambatan keuangan. Sehingga diperluan kerja sama yang baik antara
lembaga-lembaga kesehatan, dokter dan pasien. Pengertian yang salah tentang
perawatan osteoporosis sering terjadi karena kurangnya pengetahuan.
Peran dari petugas kesehatan dalam hal ini adalah dokter dan perawat sangatlah
mutlak untuk dilaksanakan. Karena dengan perannya akan membantu dalam mengatasi
peningkatan angka prevalensi dari osteoporosis. Perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan berperan dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan
tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan
osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan
kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya
dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang terakhir adalah peningkatan
kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal
ini akan memberi nilai posistif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan
penyakit osteoporosis agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang osteoporosis lebih dalam
sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit osteoporosis.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan
osteoporosis sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang osteoporosis serta dapat meningkatkan
kewaspadaan terhadap penyakit ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Senam mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1912, ketika senam pertama kali masuk
ke Indonesia pada jaman penjajahan Belanda. Masuknya olahraga senam ini bersamaan
dengan ditetapkannya pendidikan jasmani sebagai pelajaran wajib di sekolah-sekolah.
Dengan sendirinya senam sebagai bagian dari penjaskes juga diajarkan di sekolah.
Senam yang diperkenalkan pertama kali pada waktu itu adalah senam sistem Jerman.
Sistem ini menekankan pada kemungkinan-kemungkinan gerak yang kaya sebagai alat
pendidikan. Lalu pada tahun 1916 sistem itu digantikan oleh sistem Swedia (yang
menekankan pada manfaat gerak), sebuah sistem yang dibawa dan diperkenalkan oleh
seorang perwira kesehatan dari angkatan laut kerajaan Belanda, bernama Dr. H. F.
Minkema. Lewat Minkema inilah senam di Indonesia mulai tersebar, terutama ketika ia
pada 1918 membuka kursus senam swedia di kota Malang untuk tentara dan guru.
Namun demikian, cikal bakal penyebaran olahraga senam dianggap berawal dari
Bandung. Alasannya adalah karena sekolah pertama yang berhubungan dengan senam
didirikan di Bandung, pada thun 1922 di buka MGSS (Militaire Gymnastiek en
Sporschool). Mereka yang lulus dari sekolah tersebut selanjutnya menjadi instruktur
senam Swedia di sekolah-sekolah. Melihat perkembangannya yang baik, MGSS
kemudian membuka cabang-cabangnya antara lain di Bogor, Malang, Surakarta, Medan
dan Probolinggo.
Peristiwa penting dalam olahraga senam di jaman kemerdekaan terjadi pada tahun 60-
an. Peristiwa penting pertama adalah didirikannya induk organisasi senam Indonesia pada
14 Juli 1963. Induk organisasi tersebut disebut PERSANI, yang merupakan singkatan dari
Persatuan Senam Indonesia. Ketua PB Persani pertama adalah Bapak R. Suhadi. Peristiwa
penting kedua terjadi pada tahun 1964, di mana cabang senam menjadi salah satu cabang
olahraga yang dipertandingkan dalam GANEFO (Games of the New Emerging Forces)
yang bisa diartikan sebagai pekan olahraga negara-negara yang baru muncul. Sebagai
mana diketahui, Ganefo adalah produk pemikiran politik Soekarno (Presiden pertama RI)
untuk menggalang kekuatan negara-negara baru di percaturan international, serta
sekaligus sebagai balasan atas tindakan IOC yang memecat Indonesia dari
keanggotaannya.
Negara yang berpartisipasi pada cabang senam tersebut adalah Cina, Rusia, Korea,
Mesir, dan tuan rumah Indonesia. Adapun cabang senam yang dipertandingkan adalah
senam artistik. Itulah tonggak awal perkembangan senam di Indonesia hingga sekarang.
Dari peristiwa Ganefo itulah senam artistik mulai dikenal luas di Indonesia, sehingga
pada tahun 1969, senam dipertandingkan untuk pertama kalinya di PON VII di Surabaya.
Namun demikian, karena kekhususan alat serta minimnya sumber daya manusia yang
terlibat, perkembangan cabang olahraga senam di Indonesia seolah berjalan lamban. Ini
bisa dilihat dari prestasi pesenam Indonesia yang tidak pernah mampu berbicara di tingkat
dunia, paling-paling hanya di tingkat SEA Games. Dilihat dari penyebarannya di tingkat
nasional senam juga terbilang lamban, karena hingga saat ini (1999), hanya 18 daerah
tingkat I yang sudah memiliki Pengurus Daerah (Pegda), itupun dengan catatan hanya 10
Pengda yang tercatat aktif.
Dalam latihan senam semua anggota tubuh (otot-otot) mendapat suatu perlakuan atau
perkenaan, otot-otot tersebut terdiri dari :
Selain itu senam mempengaruhi gaya atau style yang dimaksud adalah penampilan
dalam bergerak pada manusia, adapun gaya tersebut adalah gaya person yaitu suatu
gaya yang dipengaruhi bentuk tubuh atau posture manusia, gaya konfermasi yaitu
gaya peran yang dipengaruhi oleh peranan, dan gaya budaya (culture) yaitu gaya yang
dipengaruhi oleh lingkungan atau budaya.
Apabila orang melakukan senam, peredaran darah akan lancer dan meningkat jumlah
atau volume darah. Dan 20% darah terdapat di otak, maka akan terjadi proses indorfin.
Hingga terbentuk hormone norepinefrin yang menimbulkan :
1. Rasa gembira
2. Rasa sakit hilang
3. Adiksi ( kecanduan gerak )
4. Menghilangkan depresi
Apabila orang dalam melakukan senam secara teratur akan terjadi keseimbangan
antara :
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi osteoporosis adalah tulang yang keropos,
yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa masa tulangnya rendah atau
berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan
tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang.
1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan
lebih cepat dari pada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30-35
tahun.
2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun
(osteopenia).
3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan
sentuhan atau benturan ringan.
4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat
patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak, bahkan mengalami stress dan
depresi.
Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun
tanpa keluhan. Jikakepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur,
akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang.
Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau gejala
sebagai berikut :
Factor risiko osteoporosis dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang tidak dapat
dikendalikan dan yang dapat dikendalikan. Berikut ini actor risiko yang tidak dapat
dikendalikan :
1. Jenis kelamin
Kaum wanita mempunyai factor risiko terkena osteoporosis lebih besar
disbanding kaum pria. Hal ini disebabkan pengaruh ormon estrogen yang
mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun.
2. Usia
Semakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin besar karena secara
alamiah tulang semakin rapuh sejalan dengan bertambahnya usia.
Osteoporosis pada usia lanjut terjadi karena berkurangnya masa tulang yang
juga disebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium.
3. Ras
Semakin terang kulit seseorang, semakin tinggi risiko terkena osteoporosis.
Karena itu, ras Eropa Utara ( Swedia, Norwegia, Denmark ) dan Asia berisiko
lebih tinggi terkena osteoporosis dibanding ras Afrika hitam. Ras afrika
memiliki masa tulang lebih padat disbanding ras kulit putih Amerika. Mereka
juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga tekanan pada tulang pun
besar. Ditambah dengan kadar hormone estrogen yang lebih tinggi pada ras
Afrika.
4. Pigmentasi dan tempat tinggal
Mereka yang berkulit gelap dan tinggal diwilayah katulistiwa, mempunyai
risiko terkena osteoporosis yang lebih rending disbanding ras kulit putih yang
tinggal diwilayah kutub seperti Norwegia dan Swedia.
5. Riwayat keluarga
Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau mempunyai masa
tulang yang rendah, maka keturunannya cenderung berisiko tinggi terkena
osteoporosis.
6. Sosok tubuh
Semakin mungil seseorang, semakin berisiko tinggi terkena osteoporosis.
Demikian juga seseorang yang memiliki tubuh kurus lebih berisiko terkena
osteoporosis disbanding yang bertubuh besar.
7. Menopause
Wanita pada masa menopause kehilangan hormone estrogen karena tubuh
tidak lagi memproduksinya. Padahal hormone estrogen dibutuhkan untuk
pembentukan tulang dan mempertahankan masa tulang. Semakin rendahnya
hormon estrogen seiring dengan bertambahnya usia, akan semakin berkurang
kepadatan tulang sehingga terjadi pengeroposan tulang, dan tulang mudah
patah. Menopause dini bisa terjadi jika pengangkatan ovarium terpaksa
dilakukan disebabkan adanya penyakit kandungan seperti kangker, mioma dan
lainnya. Menopause dini juga berakibat meningkatnya risiko terkena
osteoporosis.
1. Aktivitas fisik
Seseorang yang kurang gerak, kurang beraktivitas, otot-ototnya tidak
terlatih menjadi kendor. Otot yang kendor akan mempercepat menurunnya
kekuatan tulang. Untuk menghindarinya dianjurkan melakukan olahraga
teratur minimal tiga kali dalam seminggu ( lebih baik dengan beban untuk
memperkuat tulang ).
2. Kurang kalsium
Kalsium penting bagi pembentuk tulang, jika kalsium tubuh kurang
maka tubuh akan mengeluarkan hormone yang akan mengambil kalsium dari
bagian tubuh lain, termasuk yang ada ditulang. Kebutuhan akan kalsium harus
disertai dengan asupan vitamin D yang di dapat dari sinar matahari agi, tanpa
vitamin D kalsium tidak mungkin diserap usus.
3. Merokok
Para perokok berisiko terkena osteoporosis lebih besar disbanding
bukan perokok. Telah diketahui bahwa wanita perokok mempunyai kadar
estrogen lebih rendah dan mengalami masa menopause 5 tahun lebih cepat
disbanding wanita bukan perokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok
berpengaruh buruk pada tubuh dalam hal penyerapan dan pengguanaan
kalsium. Akibatnya, pengeroposan tulang /osteoporosis terjadi lebih cepat.
4. Minuman keras / beralkohol
Alcohol berlebihan dapat menyebabkan luka-luka kecil pada dinding
lambung. Dan ini menyebabkan perdarahan yang membuat tubuh kehilangan
kalsium ( yang ada dalam darah ) yang dapat menurunkan masa tulang dan
pada gilirannya menyebabkan osteoporosis.
5. Minuman soda
Minuman bersoda ( softdrink ) mengandung fosfor dan kafein
(caffein). Fosfor akan mengikat kalsium dan membawa kalsium keluar dari
tulang, sedangkan kafein meningkatkan pembuangan kalsium lewat urin.
Untuk menghindari bahaya osteoporosis, sebaiknya konsumsi soft drink harus
dibarengi dengan minum susu atau mengkonsumsi kalsium ekstra.
6. Stress
Kondisi stress akan meningkatkan produksi hormone stress yaitu
kortisol yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kadar hormone kortisol yang
tinggi akan meningkatkan pelepasan kalsium kedalam peredaran darah dan
akan menyebabkan tulang menjadi rapuh dan keropos sehingga meningkatkan
terjadina osteoporosis.
7. Bahan kimia
Bahan kimia seperti pestisida yang dapat ditemkan dalam bahan
makanan ( sayuran dan buah-buahan ), asap bahan bakar bermotor, dan limbah
industri seperti organoklorida yang dibuang sembarangan di sungai dan tanah,
dapat merusak sel-sel tubuh termasuk tulang. Ini membuat daya tahan tubuh
menurun dan membuat pengeroposan tulang.
2.9 Pencegahan
Berikut hal-hal yang dapat mencegah osteoporosis, yaitu :
Berikut ini latihan olahraga yang boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis :
Jalan kaki secara teratur, karena kemungkinan sekitar 4,5 km/jam selama 50 menit,
lima kali dalam seminggu. Ini diperlukan untuk mempertahankan kekuatan tulang.
Jalan kaki lebih cepat ( 6 km/jam ) akan bermanfaat untuk jantung dan paru-paru.
Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat “dumble” kecil untuk
menguatkan pinggul, paha, punggung,lengan dan bahu.
Latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kesigapan.
Latiahn untuk melengkungkan unggung ke belakang, dapat dilakukan dengan duduk
dikursi, dengan atau penahan. Hal ini dapat menguatkan otot-otot yang menahan
punggung agar tetap tegas, mengurangi kemungkinan bengkok, sekaligus memperkuat
pungung.
Untuk pencegah osteoporosis,latihan fisik yang dianjurkan adalah latihan,fisik yang
bersifat pembebanan,terutama pada daerah yang mempunyai risiko tinggi terjadi
osteoporosis dan patah tulang.jangan lakukan senam segera sesudah makan.beri waktu
kira-kiara 1 jam perut kosong sebelum mulai dan sesudah senam
Di anjurkan untuk berlatih senam tiga kali seminggu,minimal 20 menit dan maksimal
60 menit.sebaiknya senam di kombinasikan dengan olahraga jalan secara
bergantian,misalnya hari pertama senam,hari kedua jalan kaki,hari ke tiga senam,hari
keempat jalan kaki,hari ke lima senam,hari keenam dan hari ketujuh istirahat.
Jalan kaki merupakan olahraga yang paling mudah,murah dan aman,serta sangat
bermanfaat.gerakannya sangat mudah dilakukan,melangkahkan salah satu kaki ke
depan kaki yang lain secara bergantian.lakukanlah jalan kaki 20-30 menit,paling
sedikat 3 kali seminggu. Di anjurkan berjalan lebih cepat dari biasa,disertai ayunan
lengan.
Setiap latihan fisik harus diawali dengan pemanasan untuk :
Menyiapkan otot dan urat agar meregang secara perlahan dan mantap sehingga
mencegah terjadinya cedera
Menigkatkan denyut nadi,pernpasan dan suhu tubuh sedikit demi sedikit
Menyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan gerak dan
Menimbulkan rasa santai.
Lakukan selama 10 menit dengan jalan di tempat,gerakan kepala,bahu ,siku dan
tangan,kaki,lutut dan pinggul. Kemudian lakukan peregangan selam kira-kira 5
menit.latihan peregangan akan menghasilkan kelenturan otot dan kemudahan gerakan
sendi.
Latihan ini di lakukan secara berhatii-hati dan bertahap,jangan sampai menyebabkan
cedera.biasanya di mulai dengan peregangan otot-otot lengan,dada,punggung,tungkai
atas dan bawah,serta otot-otot kaki.
Latihan inti,kira-kira 20 menit,merupakan kumpulan gerak yang bersifat ritmis atau
berirama agak cepat sehingga mempunyai nilai latihan yang bermanfaat.
Utamakan gerakan,tarikan dan tekanan pada daerah tulang yang sering mengalami
osteoporosis,yaitu tulang punggung,tulang paha,tulang panggul dan tulang
pergelangan tangan.
Kemudian lakukan juga latihan beban. Dapat dibantu dengan bantal pasir,dumbble,
atau apa saja yang dapat digenggam dengan berat 300-1000 gram untuk 1
tangan,mulai dengan beban ringan untuk pemula,dan jangan melebihi 1000 gram.
Beban untuk tulang belakang dan tungkai sudah cukap memudai dengan beban dari
tubuh itu sendiri.
Setelah latihan inti harus di lakukan pendinginan dengan memulai gerakan
peregangan seperti awal pemanasan dan lakukan grakan menarik napas atau ambil
napas dan buang napas secara teratur.
Jika masih memungkinkan. Lakukan senam lantai kira-kira 10 menit.latihan ini
merupakan gabungan peregangan,penguatan dan koordinasi. Lakukan dengan lembut
dan perlahan dalam psisi nyaman, rileksdan napas yang teratur (santoso,2009).
2.11 Pengobatan
Alendronat berfungsi:
Supaya diserap dengan baik, alendronat harus diminum dengan segelas penuh air
pada pagi hari dan dalam waktu 30 menit sesudahnya tidak boleh makan atau
minum yang lain. Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian
atas, sehingga setelah meminumnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30
menit sesudahnya. Obat ini tidak boleh diberikan kepada orang yang memiliki
kesulitan menelan atau penyakit kerongkongan dan lambung tertentu
Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang
belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau
semprot hidung.
Tambahan fluorida bisa meningkatkan kepadatan tulang. Tetapi tulang bisa
mengalami kelainan dan menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya tidak dianjurkan.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Anderson, Sylvia Price. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume
II. ECG. Jakarta : 2006
http://nggieczn.blogspot.com/2011/05/senam.html