Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah melimpahkan segala
rahmat dan hidayat, sehingga Makalah “Osteoporosis” ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu.

Adapun makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang diperoleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan Osteoporosis atau pengeroposan tulang serta
infomasi dari media massa yang berhubungan dengan tema. Akhir kata, tak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan mengarahkan
dalam penulisan makalah ini, juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung
sehingga dapat terselesaikannya makalah ini. Penulis berharap, makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua, dapat menambah wawasan kita mengenai penyakit tulang pada
lansia. Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Jombang, April 2015

Penulis

Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………...
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………….
1.3 Tujuan ………………………………………………………………
1.4 Manfaat ……………………………………………………………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Senam ……………………………………………………
2.2 Pengertian Senam …………………………………………………
2.3 Manfaat Senam …………………………………………………….
2.4 Pengertian Osteoporosis …………………………………………..
2.5 Penyebab Osteoporosis ……………………………………………
2.6 Stadium Osteoporosis ……………………………………………..
2.7 Gejala Osteoporosis ………………………………………………..
2.8 Faktor Risiko ....................................................................................
2.9 Pencegahan ………………………………………………………..
2.10 Komplikasi …………………………………………………………
2.11 Pengobatan …………………………………………………………
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………….
3.2 Saran ……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindrom geriatric,
dalam arti insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang cukup significant.Dengan
bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang tulang ini
lebih nyata pada wanita disbanding pria. Tingkat hilang tulang ini sekitar 0,5 – 1% per
tahun dari berat tulang pada wanita pasca menopause dan pada pria > 80 tahun. Hilang
tulang ini lebih mengenai bagian trabekula disbanding bagian korteks, dan pada
pemeriksaan histologik wanita dengan osteoporosis spinal pasca menopause tinggal
mempunyai tulang trabekula < 14% (nilai normal pada lansia 14 – 24% ) (Peck, 1989).

Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh sel osteoklas) dan
pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang berjalan bersama-sama, sehingga
tulang dapat membentuk modelnya seseuai dengan pertumbuhan badan (proses
remodelling)> Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa proses remodelling ini akan
sangat cepat pada usia remaja (growth spurt). Terdapat berbagai factor yang
mempengaruhi pembentukan dan pengrusakan oleh kedua jenis sel tersebut. Apabila
hasil akhir perusakan (resorbsi/destruksi) lebih besar dari pembentukan (formasi) maka
akan timbul osteoporosis.

Kondisi ini tentu saja sangat mencemaskan siapapun yang peduli, hal ini terjadi
karena ketidaktahuan pasien terhadap osteoporosis dan akibatnya. Beberapa hambatan
dalam penanggulangan dan pencegahan osteoporosis antara lain karena kurang
pengetahuan, kurangnya fasilitas pengobatan, factor nutrisi yang disediakan, serta
hambatan-hambatan keuangan. Sehingga diperluan kerja sama yang baik antara
lembaga-lembaga kesehatan, dokter dan pasien. Pengertian yang salah tentang
perawatan osteoporosis sering terjadi karena kurangnya pengetahuan.

Peran dari petugas kesehatan dalam hal ini adalah dokter dan perawat sangatlah
mutlak untuk dilaksanakan. Karena dengan perannya akan membantu dalam mengatasi
peningkatan angka prevalensi dari osteoporosis. Perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan berperan dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan
tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan
osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan
kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya
dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang terakhir adalah peningkatan
kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal
ini akan memberi nilai posistif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

 
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari osteoporosis?


2. Bagaimana penyebab, gejala, stadium, factor risiko pada klien osteoporosis?
3. Bagaimana cara pencegahan pada klien osteoporosis?

1.3 Tujuan

1. Meningkatkan pengetahuan mengenai pengertian, penyebab, gejala medis pada klien


osteoporosis.
2. Meningkatkan pengetahuan mengenai cara pencegahan pada klien osteoporosis.

1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan
penyakit osteoporosis agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang osteoporosis lebih dalam
sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit osteoporosis.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan
osteoporosis sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang osteoporosis serta dapat meningkatkan
kewaspadaan terhadap penyakit ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Senam

Senam mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1912, ketika senam pertama kali masuk
ke Indonesia pada jaman penjajahan Belanda. Masuknya olahraga senam ini bersamaan
dengan ditetapkannya pendidikan jasmani sebagai pelajaran wajib di sekolah-sekolah.
Dengan sendirinya senam sebagai bagian dari penjaskes juga diajarkan di sekolah.

Senam yang diperkenalkan pertama kali pada waktu itu adalah senam sistem Jerman.
Sistem ini menekankan pada kemungkinan-kemungkinan gerak yang kaya sebagai alat
pendidikan. Lalu pada tahun 1916 sistem itu digantikan oleh sistem Swedia (yang
menekankan pada manfaat gerak), sebuah sistem yang dibawa dan diperkenalkan oleh
seorang perwira kesehatan dari angkatan laut kerajaan Belanda, bernama Dr. H. F.
Minkema. Lewat Minkema inilah senam di Indonesia mulai tersebar, terutama ketika ia
pada 1918 membuka kursus senam swedia di kota Malang untuk tentara dan guru.

Namun demikian, cikal bakal penyebaran olahraga senam dianggap berawal dari
Bandung. Alasannya adalah karena sekolah pertama yang berhubungan dengan senam
didirikan di Bandung, pada thun 1922 di buka MGSS (Militaire Gymnastiek en
Sporschool). Mereka yang lulus dari sekolah tersebut selanjutnya menjadi instruktur
senam Swedia di sekolah-sekolah. Melihat perkembangannya yang baik, MGSS
kemudian membuka cabang-cabangnya antara lain di Bogor, Malang, Surakarta, Medan
dan Probolinggo.

Peristiwa penting dalam olahraga senam di jaman kemerdekaan terjadi pada tahun 60-
an. Peristiwa penting pertama adalah didirikannya induk organisasi senam Indonesia pada
14 Juli 1963. Induk organisasi tersebut disebut PERSANI, yang merupakan singkatan dari
Persatuan Senam Indonesia. Ketua PB Persani pertama adalah Bapak R. Suhadi. Peristiwa
penting kedua terjadi pada tahun 1964, di mana cabang senam menjadi salah satu cabang
olahraga yang dipertandingkan dalam GANEFO (Games of the New Emerging Forces)
yang bisa diartikan sebagai pekan olahraga negara-negara yang baru muncul. Sebagai
mana diketahui, Ganefo adalah produk pemikiran politik Soekarno (Presiden pertama RI)
untuk menggalang kekuatan negara-negara baru di percaturan international, serta
sekaligus sebagai balasan atas tindakan IOC yang memecat Indonesia dari
keanggotaannya.

Negara yang berpartisipasi pada cabang senam tersebut adalah Cina, Rusia, Korea,
Mesir, dan tuan rumah Indonesia. Adapun cabang senam yang dipertandingkan adalah
senam artistik. Itulah tonggak awal perkembangan senam di Indonesia hingga sekarang.
Dari peristiwa Ganefo itulah senam artistik mulai dikenal luas di Indonesia, sehingga
pada tahun 1969, senam dipertandingkan untuk pertama kalinya di PON VII di Surabaya.
Namun demikian, karena kekhususan alat serta minimnya sumber daya manusia yang
terlibat, perkembangan cabang olahraga senam di Indonesia seolah berjalan lamban. Ini
bisa dilihat dari prestasi pesenam Indonesia yang tidak pernah mampu berbicara di tingkat
dunia, paling-paling hanya di tingkat SEA Games. Dilihat dari penyebarannya di tingkat
nasional senam juga terbilang lamban, karena hingga saat ini (1999), hanya 18 daerah
tingkat I yang sudah memiliki Pengurus Daerah (Pegda), itupun dengan catatan hanya 10
Pengda yang tercatat aktif.

2.2 Pengertian Senam


Senam berasal dari kata yunani yaitu gymnastic, gymnos berarti telanjang dimana
pada zaman tersebut orang yang melakukan senam harus bertelanjang, dengan maksud
agar keleluasaan gerak dan pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau.
Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk mendapatkan :
1. Kekuatan otot merupakan kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan atau
kekuatan terhadap suatu tahanan.
2. Kelentukan persendian merupakan kemampuan untuk bergerak dalam ruang gerak
sendi.
3. Kelincahan gerak merupakan kemampuan seseorang untuk dapat merubah arah
posisi tertentu dengan kecepatan.
4. Keseimbangan gerak merupakan kemampuan seseorang mengendalikan organ –
organ syaraf otot dalam mencapai posisi seimbang.
5. Daya tahan ( endurance ) merupakan keadaan atau kondisi tubuh yang dapat
berlatih untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan
setelah menyelesaikan latihan.
6. Kesegaran jasmani merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari-hari
dengan giat dan dengan penuh kewaspadaan, tanpa mengalami kelelahan yang
berarti dan dengan energy yang cukup untuk menikmati waktu senggangnya dan
menghadapi hal-hal yang darurat yang tak terduga.
7. Stamina merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan terhadap kelelahan.

Dalam latihan senam semua anggota tubuh (otot-otot) mendapat suatu perlakuan atau
perkenaan, otot-otot tersebut terdiri dari :

1. Gross muscle digunakan untuk melakukan tugas-tugas berat


2. Fine muscle digunakan untuk melakukan tugas-tugas ringan atau halus.

Pengaruh senam dalam gerak manusia terdiri dari :

1. Tindakan ( action ) merupakan suatu perubahan pada perilaku gerak.


2. Gerak expressive yaitu gerak didapat secara spontan.
3. Gerak representative yaitu gerak yang sudah mengakar atau gerak yang tetap
tersimpan dalam memori.
4. Gerak intermediate yaitu gerak antara sifatnya belum menetap.
5. Gerak improvisasi
6. Gerak ritual.

Selain itu senam mempengaruhi gaya atau style yang dimaksud adalah penampilan
dalam bergerak pada manusia, adapun gaya tersebut adalah gaya person yaitu suatu
gaya yang dipengaruhi bentuk tubuh atau posture manusia, gaya konfermasi yaitu
gaya peran yang dipengaruhi oleh peranan, dan gaya budaya (culture) yaitu gaya yang
dipengaruhi oleh lingkungan atau budaya.

2.3 Manfaat Senam


Orang melakukan senam secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang
baik ( good hyscial fitness ).
Unsure – unsurnya terdiri dari :
1. Kekuatan otot
2. Kelentukan persendian
3. Kelincahan gerak
4. Keluwesan
5. Cardio fasculair fitness
6. Neuro musculair fitness

Apabila orang melakukan senam, peredaran darah akan lancer dan meningkat jumlah
atau volume darah. Dan 20% darah terdapat di otak, maka akan terjadi proses indorfin.
Hingga terbentuk hormone norepinefrin yang menimbulkan :

1. Rasa gembira
2. Rasa sakit hilang
3. Adiksi ( kecanduan gerak )
4. Menghilangkan depresi
Apabila orang dalam melakukan senam secara teratur akan terjadi keseimbangan
antara :

1. Osteoblast yaitu resorbsi tulang. Sel- sel osteoblast membuat tulang


lubang-lubang pada tulang, sehingga tulang menipis.
2. Osteoblast yaitu sel-sel membantuk tulang dengan mengisi lubang-lubang.

Apabila kegiatan senam berhenti, maka osteoblast berkurang, sehingga


pembentukan tulang berhenti dan akan terjadi osteophorosis yaitu keroposnya
tulang.

Apabila orang melakukan senam selalu melakukan stretching, maka otot-


ototnya akan tetap kenyal, sebab : ditengah-tengah serabut otot ada simpul syaraf
yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur atau recking, maka muscle spindle
akan bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik menarik, akibatnya otot menjadi
kenyal. Orang yang melakukan stretching akan menambah cairan sinoval, sehingga
persendian akan licin dan mencegah cedera.

2.4 Pengertian Osteoporosis

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi osteoporosis adalah tulang yang keropos,
yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa masa tulangnya rendah atau
berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan
tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang.

Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma,


Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang
yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan
tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang
dengan resiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).

Menurut National Institute of Health ( NIH ) 2001 Osteoporosis adalah kelainan


kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi
oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan
gabungan dari dua factor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang.
Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang mempunyai
struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi kekuatan dan
membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang juga terus mengalami perubahan karena
berbagai stress mekanik dan terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian
sel.
Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas, ketika
tulang menjadi makin besar, makin panjang makin tebal dan makin padat yang akan
mencapai puncaknya pada usia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya masa tulang mulai
terjadi setelah usia 30 tahun, yang akan makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan
akan berlangsung terus dengan bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah
yang mengakibatkan terjadinya penurunan masa tulang yang berakibat pada
osteoporosis.

2.5 Penyebab Osteoporosis

Beberapa penyebab Osteoporosis, yaitu :

1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormone estrogen ( hormone


utama pada wanita ), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam
tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun,
tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormone estrogen produksinya
mulai menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah
menopause. Hal ini berakibat menurunnya masa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu
5-7 tahun pertama setelah menopause.
2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan antara kecepatan hancurnya tulang
( osteoklas ) dan pembentukan tulang baru ( osteoblas ). Senilis berate bahwa keadaan
ini hanya terjadi pada usia lanjut diatas 70 tahun dan 2 kali lebih serin g menyerang
wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis skunder yang
disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Bisa disebabkan oleh gagal
ginjal kronis dan kelainan hormonal ( terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal ) serta
obat-obatan ( misalnya kortikosteroid, barbiturate, antikejang, dan hormone tiroid
yang berlebihan). Pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok dapat
memperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenile idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak
diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan
fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab
yang jelas dari rapuhnya tulang.
2.6 Stadium Osteoporosis

1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan
lebih cepat dari pada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30-35
tahun.
2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun
(osteopenia).
3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan
sentuhan atau benturan ringan.
4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat
patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak, bahkan mengalami stress dan
depresi.

2.7 Gejala Osteoporosis

Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun
tanpa keluhan. Jikakepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur,
akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang.

Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau gejala
sebagai berikut :

1. Tinggi badan berkurang


2. Bungkuk atau bentuk tubuh berubah
3. Patah tulang
4. Nyeri bila ada patah tulang.

2.8 Faktor Risiko Osteoporosis

Factor risiko osteoporosis dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang tidak dapat
dikendalikan dan yang dapat dikendalikan. Berikut ini actor risiko yang tidak dapat
dikendalikan :

1. Jenis kelamin
Kaum wanita mempunyai factor risiko terkena osteoporosis lebih besar
disbanding kaum pria. Hal ini disebabkan pengaruh ormon estrogen yang
mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun.
2. Usia
Semakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin besar karena secara
alamiah tulang semakin rapuh sejalan dengan bertambahnya usia.
Osteoporosis pada usia lanjut terjadi karena berkurangnya masa tulang yang
juga disebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium.
3. Ras
Semakin terang kulit seseorang, semakin tinggi risiko terkena osteoporosis.
Karena itu, ras Eropa Utara ( Swedia, Norwegia, Denmark ) dan Asia berisiko
lebih tinggi terkena osteoporosis dibanding ras Afrika hitam. Ras afrika
memiliki masa tulang lebih padat disbanding ras kulit putih Amerika. Mereka
juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga tekanan pada tulang pun
besar. Ditambah dengan kadar hormone estrogen yang lebih tinggi pada ras
Afrika.
4. Pigmentasi dan tempat tinggal
Mereka yang berkulit gelap dan tinggal diwilayah katulistiwa, mempunyai
risiko terkena osteoporosis yang lebih rending disbanding ras kulit putih yang
tinggal diwilayah kutub seperti Norwegia dan Swedia.
5. Riwayat keluarga
Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau mempunyai masa
tulang yang rendah, maka keturunannya cenderung berisiko tinggi terkena
osteoporosis.
6. Sosok tubuh
Semakin mungil seseorang, semakin berisiko tinggi terkena osteoporosis.
Demikian juga seseorang yang memiliki tubuh kurus lebih berisiko terkena
osteoporosis disbanding yang bertubuh besar.

7. Menopause
Wanita pada masa menopause kehilangan hormone estrogen karena tubuh
tidak lagi memproduksinya. Padahal hormone estrogen dibutuhkan untuk
pembentukan tulang dan mempertahankan masa tulang. Semakin rendahnya
hormon estrogen seiring dengan bertambahnya usia, akan semakin berkurang
kepadatan tulang sehingga terjadi pengeroposan tulang, dan tulang mudah
patah. Menopause dini bisa terjadi jika pengangkatan ovarium terpaksa
dilakukan disebabkan adanya penyakit kandungan seperti kangker, mioma dan
lainnya. Menopause dini juga berakibat meningkatnya risiko terkena
osteoporosis.

Berikut ini factor-faktor risiko osteoporosis yang dapat dikendalikan. Factor-


faktor ini biasanya berhubungan dengan kebiasaan dan pola hidup.

1. Aktivitas fisik
Seseorang yang kurang gerak, kurang beraktivitas, otot-ototnya tidak
terlatih menjadi kendor. Otot yang kendor akan mempercepat menurunnya
kekuatan tulang. Untuk menghindarinya dianjurkan melakukan olahraga
teratur minimal tiga kali dalam seminggu ( lebih baik dengan beban untuk
memperkuat tulang ).

2. Kurang kalsium
Kalsium penting bagi pembentuk tulang, jika kalsium tubuh kurang
maka tubuh akan mengeluarkan hormone yang akan mengambil kalsium dari
bagian tubuh lain, termasuk yang ada ditulang. Kebutuhan akan kalsium harus
disertai dengan asupan vitamin D yang di dapat dari sinar matahari agi, tanpa
vitamin D kalsium tidak mungkin diserap usus.
3. Merokok
Para perokok berisiko terkena osteoporosis lebih besar disbanding
bukan perokok. Telah diketahui bahwa wanita perokok mempunyai kadar
estrogen lebih rendah dan mengalami masa menopause 5 tahun lebih cepat
disbanding wanita bukan perokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok
berpengaruh buruk pada tubuh dalam hal penyerapan dan pengguanaan
kalsium. Akibatnya, pengeroposan tulang /osteoporosis terjadi lebih cepat.
4. Minuman keras / beralkohol
Alcohol berlebihan dapat menyebabkan luka-luka kecil pada dinding
lambung. Dan ini menyebabkan perdarahan yang membuat tubuh kehilangan
kalsium ( yang ada dalam darah ) yang dapat menurunkan masa tulang dan
pada gilirannya menyebabkan osteoporosis.
5. Minuman soda
Minuman bersoda ( softdrink ) mengandung fosfor dan kafein
(caffein). Fosfor akan mengikat kalsium dan membawa kalsium keluar dari
tulang, sedangkan kafein meningkatkan pembuangan kalsium lewat urin.
Untuk menghindari bahaya osteoporosis, sebaiknya konsumsi soft drink harus
dibarengi dengan minum susu atau mengkonsumsi kalsium ekstra.
6. Stress
Kondisi stress akan meningkatkan produksi hormone stress yaitu
kortisol yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kadar hormone kortisol yang
tinggi akan meningkatkan pelepasan kalsium kedalam peredaran darah dan
akan menyebabkan tulang menjadi rapuh dan keropos sehingga meningkatkan
terjadina osteoporosis.
7. Bahan kimia
Bahan kimia seperti pestisida yang dapat ditemkan dalam bahan
makanan ( sayuran dan buah-buahan ), asap bahan bakar bermotor, dan limbah
industri seperti organoklorida yang dibuang sembarangan di sungai dan tanah,
dapat merusak sel-sel tubuh termasuk tulang. Ini membuat daya tahan tubuh
menurun dan membuat pengeroposan tulang.

2.9 Pencegahan
Berikut hal-hal yang dapat mencegah osteoporosis, yaitu :

1. Asupan kalsium cukup


Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan vitamin D setiap hari,
bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya
tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis
yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan
untuk lansia 1200 mg perhari. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari makanan
sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli,tempe, tahu, keju dan kacang-
kacangan.

2. Paparan sinar matahari


Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan masa tulang. Berjemurlah dibawah sinar
matahari selama 20-30 menit, 3 kali seminggu. Sebaiknya berjemur dilakukan pada
pagi hari sebelum jam 9 dan sore hari sesudah jam 4. Sinar matahari mebantu tubuh
menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam penbentukan masa tulang.

3. Melakukan olahraga dengan beban


Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat
berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olahraga beban
misalnya senam aerobic, berjalan dan menaiki tangga. Olahraga yang teratur
merupakan upacaya pencegahan yang penting. Tinggalkan gaya hidup santai,
mulailah berolahraga beban yang ringan, kemudian tingkatkan intensitasnya.
Latihan yang tidak boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis adalah sebagai berikut
:
 Latihan atau aktivitas fisik yang berisiko terjadi benturan dan pembebanan pada
tulang punggung. Hindari latihan berupa lompatan, senam aerobic dan joging.
 Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan membungkuk kedepan dengan
punggung melengkung. Hal ini berbahaya karena dapat mengakibatkan cedera ruas
tulang belakang. Juga tidak boleh melakukan sit up, merah jari kaki, dan lain-lain.
 Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan menggerakkan kaki kesamping atau
menyilangkan dengan badan, juga meningkatkan resiko patah tulang, karena tulang
panggul dalam kondisi lemah.

Berikut ini latihan olahraga yang boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis :

 Jalan kaki secara teratur, karena kemungkinan sekitar 4,5 km/jam selama 50 menit,
lima kali dalam seminggu. Ini diperlukan untuk mempertahankan kekuatan tulang.
Jalan kaki lebih cepat ( 6 km/jam ) akan bermanfaat untuk jantung dan paru-paru.
 Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat “dumble” kecil untuk
menguatkan pinggul, paha, punggung,lengan dan bahu.
 Latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kesigapan.
 Latiahn untuk melengkungkan unggung ke belakang, dapat dilakukan dengan duduk
dikursi, dengan atau penahan. Hal ini dapat menguatkan otot-otot yang menahan
punggung agar tetap tegas, mengurangi kemungkinan bengkok, sekaligus memperkuat
pungung.
Untuk pencegah osteoporosis,latihan fisik yang dianjurkan adalah latihan,fisik yang
bersifat pembebanan,terutama pada daerah yang mempunyai risiko tinggi terjadi
osteoporosis dan patah tulang.jangan lakukan senam segera sesudah makan.beri waktu
kira-kiara 1 jam perut kosong sebelum mulai dan sesudah senam
Di anjurkan untuk berlatih senam tiga kali seminggu,minimal 20 menit dan maksimal
60 menit.sebaiknya senam di kombinasikan dengan olahraga jalan secara
bergantian,misalnya hari pertama senam,hari kedua jalan kaki,hari ke tiga senam,hari
keempat jalan kaki,hari ke lima senam,hari keenam dan hari ketujuh istirahat.
Jalan kaki merupakan olahraga yang paling mudah,murah dan aman,serta sangat
bermanfaat.gerakannya sangat mudah dilakukan,melangkahkan salah satu kaki ke
depan kaki yang lain secara bergantian.lakukanlah jalan kaki 20-30 menit,paling
sedikat 3 kali seminggu. Di anjurkan berjalan lebih cepat dari biasa,disertai ayunan
lengan.
Setiap latihan fisik harus diawali dengan pemanasan untuk :
 Menyiapkan otot dan urat agar meregang secara perlahan dan mantap sehingga
mencegah terjadinya cedera
 Menigkatkan denyut nadi,pernpasan dan suhu tubuh sedikit demi sedikit
 Menyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan gerak dan
 Menimbulkan rasa santai.
Lakukan selama 10 menit dengan jalan di tempat,gerakan kepala,bahu ,siku dan
tangan,kaki,lutut dan pinggul. Kemudian lakukan peregangan selam kira-kira 5
menit.latihan peregangan akan menghasilkan kelenturan otot dan kemudahan gerakan
sendi.
Latihan ini di lakukan secara berhatii-hati dan bertahap,jangan sampai menyebabkan
cedera.biasanya di mulai dengan peregangan otot-otot lengan,dada,punggung,tungkai
atas dan bawah,serta otot-otot kaki.
Latihan inti,kira-kira 20 menit,merupakan kumpulan gerak yang bersifat ritmis atau
berirama agak cepat sehingga mempunyai nilai latihan yang bermanfaat.
Utamakan gerakan,tarikan dan tekanan pada daerah tulang yang sering mengalami
osteoporosis,yaitu tulang punggung,tulang paha,tulang panggul dan tulang
pergelangan tangan.
Kemudian lakukan juga latihan beban. Dapat dibantu dengan bantal pasir,dumbble,
atau apa saja yang dapat digenggam dengan berat 300-1000 gram untuk 1
tangan,mulai dengan beban ringan untuk pemula,dan jangan melebihi 1000 gram.
Beban untuk tulang belakang dan tungkai sudah cukap memudai dengan beban dari
tubuh itu sendiri.
Setelah latihan inti harus di lakukan pendinginan dengan memulai gerakan
peregangan seperti awal pemanasan dan lakukan grakan menarik napas atau ambil
napas dan buang napas secara teratur.
Jika masih memungkinkan. Lakukan senam lantai kira-kira 10 menit.latihan ini
merupakan gabungan peregangan,penguatan dan koordinasi. Lakukan dengan lembut
dan perlahan dalam psisi nyaman, rileksdan napas yang teratur (santoso,2009).

4. Hindari rokok dan minuman beralkohol


Menghentikan kebiasaan merokok merupakan upaya penting dalam mengurangi
factor resiko terjadinya osteoporosis. Terlalu banyak minum alcohol juga bisa
merusak tulang.

5. Deteksi dini osteoporosis


Karena osteoporosis merupakan suatu penyakit yang biasanya tidak di awali
dengan gejala,maka langkaah yang paling penting dalam mencegah dan mengobati
osteoporosis adalah pemeriksaan secara dini untuk mengetahui apakah kita sudah
terkena osteoporosis atau belum,sehingga dari pemeriksaan ini kita akan tahu langkah
selanjutnya.
Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengukur kepadatan mineral tulang
adalah sebagai berikut :
a. Dual-energy X-ray absorptiomery (DEXA), menggunakan dua sinar-X berbeda, dapat
digunakan untuk mengukur kepadatan tulang belakang dan pangkal paha. Sejumlah
sinar-X dipancarkan pada bagian tulang dan jaringan lunak yang dibandingkan dengan
bagian yang lain. Tulang yang mempunyai kepadatan tulang tertinggi hanya
mengizinkan sedikit sinar-X yang melewatinya. DEXA merupakan metode yang
paling akurat untuk mengukur kepadatan mineral tulang. DEXA dapat mengukur
sampai 2% mineral tulang yang hilang tiap tahun. Penggunaan alat ini sangat cepat
dan hanya menggunakan radiasi dengan dosis yang rendah tetapi lebih mahal
dibandingkan dengan metode ultrasound.
b. Peripheral dual-energy X-ray absorptiometry (P-DEXA), merupakan hasil modifikasi
dari DEXA. Alat ini mengukur anggota badan seperti pergelangan tangan,tetapi tidak
dapat mengukur kepadatan tulang yang berisiko patah tulang seperti tulang belakang
atau pangkal paha.
c. Dual photon absorptiometry (DPA), menggunakan zat radioaktif untuk menghasilkan
radiasi. Dapat mengukur kepadatan mineral tulang belakang dan pangkal paha, juga
menggunakan radiasi sinar dengan dosis yang sangat rendah tetapi memerlukan waktu
yang cukup lama.
d. Ultrasound, pada umumnya digunakan untuk tes pendahuluan. Jika hasilnya
mengindikasikan kepadatan mineral tulang rendah maka dianjurkan untuk tes
menggunakan DEXA.
e. Quantitative computed tomography (QTC), adalah suatu model dari CT-scan yang
dapat mengukur kepadatan tulang belakang. Salah satu model dari QTC disebut
peripheral QCT (pQCT) yang dapat mengukur kepadatan tulang anggota badan seperti
pergelangan tangan. Pada umumnya pengukuran dengan QCT jarang dianjurkan
karena sangat mahal, menggunakan radiasi dengan dosis tinggi, dan kurang akurat
dibandingkan dengan DEXA, PDEXA, atau DPA.
2.10 Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan
mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi
vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter,
dan fraktur colles pada pergelangan tangan.
Selain itu osteoporosis juga dapat mengakibatkan kifosis. Kifosis adalah salah
satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana punggung yang seharusnya berberntuk
kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata melengkung ke depan melebihi batas
normal. Kelainan ini di masyarakat awam sering disebut sebagai “Bungkuk”. Kifosis
juga dapat dipengaruhi kelainan otot ,cacat lahiran bawaan,kekurangan vitamin D dan
kalsium.

2.11 Pengobatan

Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita,


terutama yang menderita osteoporosis, harus mengonsumsi kalsium dan vitamin
D dalam jumlah yang mencukupi.

Wanita paska menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan


estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa
memperlambat atau menghentikan penyakitnya

Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.

Alendronat berfungsi:

 mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause

 meningkatakan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul

 mengurangi angka kejadian patah tulang.

 Supaya diserap dengan baik, alendronat harus diminum dengan segelas penuh air
pada pagi hari dan dalam waktu 30 menit sesudahnya tidak boleh makan atau
minum yang lain. Alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian
atas, sehingga setelah meminumnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30
menit sesudahnya. Obat ini tidak boleh diberikan kepada orang yang memiliki
kesulitan menelan atau penyakit kerongkongan dan lambung tertentu

 Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang
belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau
semprot hidung.
 Tambahan fluorida bisa meningkatkan kepadatan tulang. Tetapi tulang bisa
mengalami kelainan dan menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya tidak dianjurkan.

 Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan


vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak
menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika
kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total.


Terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal, kecepatan resorpsi tulang
lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, menyebabkan penurunan massa
tulang total. Tulang secara progresif mengalami porus, rapuh dan mudah fraktur.

Osteoporosis dapat di cegah dngan cara :

 Asupan kalsium cukup


 Paparan sinar matahari
 Melakukan olah raga dengan beban
 Hidari rokok dan minuman beralkohol
 Deteksi dini osteoporosis

Latihan yang tidak boleh di lakukan oleh penderita osteoporosis :

 Latihan atau aktivitas fisik yang berisiko


 Latihan atau aktifitas fisik yang mengharuskan membungkukn kedepan
dengan punggung melengkung
 Latihan atau aktifitas fisik yang mengharuskan menggerakkan kaki kesamping
atau menyilangkan dengan badan

3.2 Saran

Sebagai perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan berperaan dalam


upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis,
penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga
dalam peninggkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan
pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam melaksanakan
pengobatan osteoporosis. Peran teakhir yang adalah peningkatan kerja sama dan
system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini akan
member nilai posistif dalam upaya peningkatan dejarat kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Penggunaan Bone Densitometry pada Osteoporosis. Tersedia.


(http://buk.depkes.go.id/index.php?
option=com_docman&task=doc_download&gid=268&Itemid=142 tanggal 19 April 2014)

Mansjoer, arif. Dkk.2009, kapita selekta kedokteran . Jakarta. Media aesculapius

Anderson, Sylvia Price. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume
II. ECG. Jakarta : 2006

http://nggieczn.blogspot.com/2011/05/senam.html

Anda mungkin juga menyukai