PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Data dari Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil, Kota Banda Aceh pada
tahun 2016 memiliki total penduduk sebanyak 254.904 jiwa, tersebar di 9
Kecamatan dan 90 gampong. Timbulan sampah yang semakin meningkat setiap
tahunnya akibat bertambahnya jumlah penduduk baik dari tidak terkendalinya
jumlah angka kelahiran maupun urbanisasi. Dengan demikian, diharapkan
pengelolaan sampah harus menjadi lebih baik dan pelayananya dapat ditingkatkan
serta diperlukan peningkatan dalam pengelolaan sampah di Kota Banda Aceh agar
optimal (Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil, Kota Banda Aceh 2016).
1
Intermediate Treatment Facility (ITF) merupakan tempat pemilahan dan
pengolahan sampah organik menjadi kompos, di tempat ini dilakukan pemilahan
dan didaur ulang sampah organik sehingga dapat digunakan dan memiliki nilai
ekonomis. Tidak hanya kompos, ITF juga merupakan tempat untuk mengolah dan
mendistribusikan biogas yang berasal dari lahan urug (landfill) ke rumah-rumah
warga di Gampong Jawa dan sekitarnya. Sampah organik yang diolah menjadi
kompos berasal dari Landfill dan Pasar Peunayong, karena itu perlu dilakukan
Evaluasi pemilihan sumber sampah organik dan penjadwalan pengambilan
sampah yang akan di bawa ke ITF.
2
2001 dilakukan penataan kembali Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK)
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banda Aceh melalui Qanun Kota Banda
Aceh Nomor 9 Tahun 2001. Tentang SOTK Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Banda Aceh. Namun dengan keluarnya Qanun Kota Banda Aceh Nomor 2
tahun 2008 tentang SOTK Perangkat Daerah Kota Banda Aceh, maka Dinas
Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Banda Aceh resmi berubah nama
menjadi Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota (DK3) Banda Aceh.
3
2. Memperluas cakupan pelayanan persampahan ke seluruh wilayah Kota
Banda Aceh.
4
Gambar 1.1. Struktur organisasi DLHK3 Kota Banda Aceh.
Sumber : DLHK3 Kota Banda Aceh
5
1.7. Tujuan Pelaksanan Kerja Praktik
Tujuan yang ingin dicapai mahasiswa dari kerja praktik ini adalah :
6
3. Tahap Pemilahan Sampah
Tahap ini terdiri atas hasil pencatatan data berat dan volume
sampah organik , jenis-jenisnya, dan sumber sampah.
1.9. Alat
Alat yang digunakan dalam dalam pelaksanaan kerja praktik ini adalah
timbangan, meteran, ketrokan, buku, pulpen, masker, sarung tangan, dan kamera
handphone.
7
BAB II
PENGUMPULAN DATA
8
2.3.2. Minggu Kedua
Kegiatan yang dilakukan pada minggu ini yaitu melakukan apel pagi setiap
hari senin hingga hari kamis, kemudian melakukan Observasi ke rumah Kompos
Ilie di Ulee Kareng dan melakukan kunjungan ke ITF TPA untuk penyerahan
kegiatan dari kantor ke lapangan sekaligus pembagian kelompok.
2.3.3. Minggu Ketiga
Kegiatan yang dilakukan pada minggu keempat ini adalah melakukan apel
pagi seperti biasanya dan melakukan konsultasi kepada Pembimbing Lapangan
dari hasil sampling yang telah dilakukan selama 8 hari berturut-turut
9
2.5. Sumber data
Sumber data yang diperoleh ialah melalui data primer yang dilakukan
secara sampling sesuai dengan SNI 19-3964-1994 dan secara Observasi, pada
data primer meliputi timbulan sampah organik, dan sumber sampah. Data
sekunder meliputi jadwal pengambilan sampah dari sumber ke ITF.
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Landasan Teori
3.1.1. Pengertian Sampah
11
kompos dapat dikontrol tingkat kematangan dan kandungan unsur hara yang
dibutuhkan (Wahyono, 2011).
Menurut Djuarni (2008), kompos mampu menangani limbah pertanian
sekaligus berfungsi sebagai pupuk alami. Kompos merupakan hasil fermentasi
atau hasil dekomposisi bahan organik seperti tanaman, hewan atau limbah
organik. Secara ilmiah kompos diartikan sebagai partikel tanah yang bermuatan
negatif sehingga dapat dikoagulasikan oleh kation dan partikel tanah untuk
membentuk granula tanah.
12
mempengaruhi proses komposting adalah rasio C/N, kadar air, konsentrasi
oksigen, ukuran partikel, suhu, pH dan ketersediaan mikroorganisme (Wahyono,
2003).
13
3.3. Pembahasan
3.3.1 Pengelolaan Sampah Organik menjadi pupuk kompos di
Intermediate Treatment Facility (ITF)
14
Gambar 3.3. Prasarana di ITF.
Sumber : Ody Gunawan, 2018
15
2. Pengelolaan Sampah Organik Menjadi Kompos
PENCACAHAN PENCACAHAN
PENGAYAKAN
KEDUA PERTAMA
PACKING
(PRODUK)
16
sementara yang ada di pasar tanpa dipilah, karena sampah yang dominan adalah
sampah organik
b. pengangkutan sampah organik dari sumber ke ITF
Sampah yang diambil lalu ditimbang dan juga dicatat berat beserta
jenisnya yang akan diproses di ruang hidrolisis untuk menjadi kompos.
d. Sampah Organik Di ruang Hidrolisis
17
Semua sampah organik yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam ruang
hidrolisis dan dilakukan penyiraman dan pembalikan 2 sampai 3 hari agar kadar air
merata.
e. Pengeringan sampah organik
Sampah yang telah matang dikeringkan dengan di jemur untuk dapat dilakukan
pencacahan sebelum menjadi produk kompos.
f. pencacahan sampah organik
Sampah yang sudah benar benar kering lalu dimasukkan kemesin pencacah.
Sampah melalui 2 kali pencacahan, untuk pencacahan pertama bertujuan agar sampah
yang ukurannya besar seperti batang ubi dan kulit buah-buahan menjadi halus, setelah itu
dilakukan pencacahan kedua agar sampah menjadi lebih halus.
18
g. Pengayakan sampah organik
19
3.3.2 Analisa data
250
200
150 Landfill
100
Pasar Peunayong
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8
HARI
20
Sampah organik yang berasal dari pasar peunayong diambil pada jam
15.30 WIB hingga selesai. sampah yang diambil dari pasar dominan sampah
organik, para pekerja mengangkut semua sampah dari pasar tanpa ada pemilahan
lagi. selanjutnya pekerja membawa sampah tersebut ke ITF untuk dilakukan
penimbangan dan pencatatan jenis- jenis sampah organik yang akan dijadikan
kompos di ruang hidrolisis.
21
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Teknologi pengomposan yang diterapkan di Intermediate Treatment
Facility (ITF) di TPA Gampong Jawa adalah Teknologi Open Windrow.
2. Sumber sampah organik yang masuk ke Intermediate Treatment Facility
(ITF) di TPA Gampong Jawa berasal dari landfill dan pasar peunayong.
3. Sampah organik yang masuk ke Intermediate Treatment Facility (ITF) di
TPA Gampong Jawa adalah dari Pasar Peunayong.
4. Proses pemilahan sampah organik di landfill masih dilakukan secara
manual tanpa proses pemilahan awal.
5. Proses pengomposan sampah organik dilakukan secara alami tanpa
penambahan zat kimia.
6. Kapasitas pengolahan untuk satu ruang hidrolisis adalah 800-900 kg
7. Kuota untuk satu ruang hidrolisis terpenuhi dalam 4-5 hari.
8. Proses pengomposan di ruang hidrolisis memakan waktu hingga 1 bulan.
9. Jadwal pengambilan sampah di sumber adalah pada jam 7.30 WIB sampai
selesai untuk landfill dan jam 15.30 WIB sampai selesai untuk Pasar
Peunayong.
10. Lokasi sumber sampah organik yang dipilih selain landfill adalah pasar
peunayong, karena jaraknya paling dekat dengan ITF dan sampah
organiknya banyak
11. Karna keterbatasan ruang pegomposan hanya dua sumber sampah yang
digunakan.
4.2. Saran
22
didapat di perkuliahan ke dunia kerja. Proses pengomposan yang dilakukan di
Intermediate Treatment Facility (ITF) sangat bagus, tetapi waktu pengolahannya
untuk menjadi kompos cukup lama. Agar hasil kompos yang didapat lebih baik
dan waktu pengolahan hingga menjadi kompos lebih singkat dapat menggunakan
dekomposer sepeti EM4 (effective microorganism).
23
DAFTAR PUSTAKA
Djuarnani, N., et al. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. AgroMedia Pustaka.
Fitzpatrick GE, Worden EC, Vendrame WA. 2005. Histocial Development
of Composting Technology during the 20th Century. Hortechnology.
Jakarta.
Madelan. 1997. Sistem Pengelolaan Sampah. Instalasi Penerbitan PAM-SKL,
Ujung pandang. Press.
Purnomo Setiady Akbar & Usman, Husaini, 2008, Metodologi Penelitian Sosial,
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Wahyono, S., F.L. Sahwan dan F. Suryanto, 2003. Menyulap Sampah Menjadi
Kompos, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, BPPT,
Jakarta.
Wahyono, S., F.L. Sahwan dan F. Suryanto, 2011. Membuat Pupuk Organik
Granul dari Aneka Limbah. PT Agro Media Pustaka, Jakarta.
Wardhana W. A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset.
24