Disusun Oleh :
Nama : Heny Agustati
NPM : E2A017022
Dosen Pengampu : Dr. Ir. Dadang Suherman.MS
Dibanyak kota di dunia termasuk Indonesia, limbah cair rumah tangga dan industri rumah
tangga lansung dibuang kebadan air tanpa diolah terlebih dahulu. Dewasa ini air menjadi masalah
yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat, karena air sudah banyak tercemar oleh
bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari hasil kegiatan rumah tangga
atau kegiatan industri.6 Zat kimia berbahaya yang digunakan di rumah tangga dan industri rumah
tangga terkadang dapat memasuki lingkungan akuatik sehingga mengakibatkan kerusakan pada
Di kota-kota besar di Indonesia saat ini banyak industri rumah tangga yaitu jasa laundry yang
limbahnya dibuang langung ke tanah tanpa diolah terlebih dahulu termasuk limbah rumah tangga cair
dari kamar mandi dan sumur yang banyak mengandung deterjen dan lemak.1 Limbah rumah tangga
akan mencemari air tanah yaitu sumur gali yang digunakan sebagai sumber air bersih untuk
kebutuhan mandi, cuci dan masak/minum.2 Limbah cair yang berasal dari air bekas cuci dan mandi
dapat diolah menjadi air yang dapat dimanfaatkan kembali sesuai dengan peruntukannya yaitu dengan
Air sumur gali yang tercemar oleh limbah rumah tangga tidak dapat digunakan lagi untuk
menunjang kehidupan manusia, akan menimbulkan dampak kesehatan, karena mengandung bibit
penyakit (bakteri, jamur dan virus).5 Limbah rumah tangga mempunyai sifat-sifat kimia yang
merugikan lingkungan. (Subaekti). Potensi pencemaran limbah cair domestik terhadap lingkungan
dikarenakan adanya kandungan bahan organik dan mikroorganisme koliform. Bahan organik yang
terdapat dalam limbah cair terdiri dari protein, karbohidrat, lemak dan minyak, deterjen atau
surfactant dan fenol dapat memberikan dampak terhadap adanya proses oksidasi perairan yang akan
menurunkan jumlah oksigen dalam air. Selain itu adanya bahan organik dan nutrien akan memacu
pertumbuhan alga dan tanaman air lainnya sangat cepat. Zat padatan yang terdapat dalam limbah cair
sangat mempengaruhi kondisi perairan secara fisik dan juga secara tidak langsung dapat menimbulkan
sedimentasi.4
Air limbah rumah tangga selain mencemari tanah dan penyediaan air bersih juga mempunyai
efek terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada. Gangguan yang ditimbulkan oleh
Air limbah sebagai perantara terhadap kejadian penyakit kolera, radang usus dan air limbah itu
juga mengandung bakteri patogen penyebab penyait yaitu mengandung virus, bakteri, dan cacing
usus. Bahaya deterjen yang mencemari badan air / sumur gali yang berasal dari kegiatan
cuci/laundry merupakan zat toksik bersifat karsinogenik dapat menimbulkan kanker jika
Banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, menyebabkan menurunnya kadar oksigen
yang terlarut di dalam air limbah, maka ikan dan planton akan mati.
Banyaknya timbunan lumpur di bandan air, maka akan tumbuh rumput yang menyebabkan
Bila mengandung gas karbondioksida yang agresif akan mempercepat proses terjadinya karat
pada benda yang terbuat dari besi pada bangunan air kotor.
Limbah rumah tangga yang tidak dikelola dibuang sembarangan yaitu disamping rumah,
pinggiran jalan, hal ini dilakukan karena keterbatasan lahan. Untuk mengatasi hal tersebu perlu
dilakukan penyuluhan tentang pengolahan limbah secara komunal atau dengan pembuatan sumur
resapan.1
Sumur resapan yang selama ini biasanya berupa lobang dan dibiarkan air tertampung tanpa
ada perlakuan, sehingga menyebabkan bau karena adanya jumlah lumpur yang banyak. Ada solusi
yaitu resapan dibuat cukup dalam dan diberi kerikil di pinggir dinding, air yang ada ditanami
kangkung. Disamping lubang tersebut buat lubang baru untuk mengalirkan air bersih dari proses
Limbah rumah tangga sebagian besar mengandung logam alkali seperti Na dan K yang
dibutuhkan oleh tanaman kangkung untuk pertumbuhan. Jadi selain bisa menyerap logam yang
terkandung di dalam air limbah rumah tangga, kangkung juga bisa dimanfaatkan oleh warga sebagai
konsumsi sehari-hari.
Di atas kita membahas cemaran limbah rumah tangga, maka perlu kita pahami bersama
bahwa pencemaran adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen lainya kedalam
air/tanah sehingga kualitasnya terganggu yang ditandai dengan perubahan warna, bau dan rasa.1
Untuk mencegah pencemaran tanah oleh limbah rumah tangga dan sampah dikeluarkan
adanya peraturan tentang lingkungan hidup. Tapi sampai saat ini belum ada peraturan tentang
pengelolaan limbah rumah tangga termasuk industri jasa laundry. Peraturan yang ada saat ini hanya
untuk industi. Beberapa peraturan perundangan yang mengatur tentang lingkungan hidup sebagai
berikut: 1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.19 2) Peraturan Pemerintah Nomor: 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.14 3) Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.13 4) Peraturan Pemerintah Nomor 101
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Barbahaya dan Bercun.12 5) Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle
Untuk mencegah efek negatif dari pencemaran limbah rumah tangga dan sampah, maka perlu
penanganan yang baik sehingga lingkungan mempunyai kondisi yang maksimal dan pencemaran
dapat dicegah. Hal ini terkait dengan Undang-undang lingkungan hidup No. 23 tahun 2007 tentang
pengelolaan lingkungan hidup bahwa masyarakat mempunyai hak, kewajiban dan peran masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan hidup pada bab III pasal 5 yang berbunyi :19 1) Setiap orang
mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, 2).Setiap orang mempunyai
hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan
hidup, 3) Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup
Pada pasal 6 disebutkan juga bahwa: 1).Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup,
2). Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang
Untuk mencegah kerusakan lingkungan akibat pembuangan limbah rumah tangga dan sampah
yang tidak dikelolah dengan baik, maka peran pemerintah daerah terutama dinas terkait agar
memberikan informasi bagi masyarakat tentang bahaya pembuangan limbah rumah tangga dan
sampah. Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan program untuk mencegah lingkungan tetap baik
dan tidak berefek nigatif bagi kehidupan manusia yaitu program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) yang terdiri dari 5 (lima) pilar yaitu :8 1). Stop buang air besar sembarangan, 2). Cuci
tangan pakai sabun, 3). Pengelolaan air minum dan makanan, 4). Pengamanan sampah rumah tangga
Kelima pilar tersebut dilaksanakan melalui peran serta masyarakat, dimana masyarakat dilibatkan
langsung dalam melakukan ke lima pilar tersebut dengan swadana masyarakat. Penerapan Sanitasi
Total Berbasis Masayarakat (STBM) di laksanakan di semua kelurahan dan desa sehingga
lingkungan pemukiman akan sehat dan baik serta masyarakat yang ada di pemukiman tersebut sehat
dan produktif. Dalam menerapkan STBM ini pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan perlu
melakukan stimulan kelima pilar tersebut sehingga peranserta masyarakat akan terbentuk secara pelan
Selain limbah cair rumah tangga, tidak kalah pentingnya juga dampak pencemaran sampah
bagi tanah dan air tanah. Masalah sampah semakin hari semakin meningkat, untuk itu penanganan
sampah perlu dikelolah dengan baik. Pengelolaan sampah yang baik bukan berarti menghilangkan
sampah dari pendangan mata, dari lingkungan dimana sampah berada,tetapi lebih dari itu yang
diinginkan dari pengolahan sampah yang memenuhi syarat kesehatan lingkungan yaitu: terciptanya
lingkungan yang bersih dan nyaman, tidak menimbulkan bau yang tidak sedap, tidak mencemari
permukaan tanah, air maupun udara, dan tidak menjadi tempat berkembang biaknya serangga dan
Kesehatan seseorang maupun masyarakat merupakan masalah sosial yang selalu berkaitan
antara komponen –komponen yang ada di dalam masyarakat. Sampah bila dapat diamankan tidak
menjadi potensi terhadap lingkungan. Sampah yang tidak dikelolah dengan baik mempunyai dampak
terhadap kesehatan lingkungan. Hasil pembusukan sampah dapat juga mengganggu keseimbangan
ekosistem, terjadinya penyuburan pada badan air karena menerima nutrien-nutrien hasil pembusukan
dari sampah yaitu terjadinya ledakan populasi tumbuhan air seperti enceng gondok.18
pengangkutan dan pemusnahan. Sistem pengumpulan yang baik harus meliputi 3 tepat yaitu tepat
waktu, tepat tempat dan tepat cara, artinya sampah dibuang sesuai dengan jadwal pengambilan,
dibuang pada tempat yang sudah ditentukan dan dengan cara yang benar (sampah tidak berceceran).4
Dampak dari pembuangan sampah yang tidak mengindahkan ketentuan dapat menyebabkan
terhambatnya penciptaan lingkungan yang baik dan sehat. Sampah yang menumpuk, berserakan dan
bau merupakan masalah yang harus segera ditangani. Sampah memberikan dampak negatif bagi
pariwisata. Wisatawan menginginkan daerah yang dikunjungi dalam kondisi bersih, indah, nyaman
dan aman.9 Dampak lain karena sampah rumah tangga menganmdung Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3), seperti batere, lampu listrik, elektronik dan kemasan pestisida, pemutih pakaian,sisa obat-obatan
dan sebagainya berpotensi mengancam manusia dan lingungan (tanah,air dan udara) karena memiliki
1. Limbah cair rumah tangga dan sampah perlu dikelola dengan baik oleh pemerintah dan
masyarakat dengan memanfaatkan kembali sampah dan limbah cair rumah tangga untuk
2. Masyarakat dapat memilah sampah organik dan sampah anorganik untuk proses lebih
3. Masyarakat mampu mengelola limbah cair rumah tangga baik secara kolmunal atau per
4. Pemerintah dan masyarakat harus menjaga lingkungan tetap sehat sesuai dengan amanat
1. AF. Junaedi, Hasanah, Penyuluhan tentang penanganan limbahrumah tangga, Jurnal Inovasi
dan kewirausahaan Volume 3 No.2 Mei 2014.
2. Budi Supriyanto, Pengolahan air limbah yang berwawasan lingkungan suatu strategi dan
langkah penanganannya, Jurnal teknologi lingkungan Vol. 1 No.1, Januari 2000.
3. Deissy.L. Elliza, Pengolahan air limbah rumah tangga secara biologis dengan media lumpur
aktif, Jurnal Teknologi Komia dan Industri Vol.1.No. 1 Tahun 2012.
4. Eris Fitria Riany, Penanganan Masalah Persampahan dan Limbah Cair di Propinsi Banten,
Jurnal Agrokotek 1 (1): 36-45, Juli 2009.
5. Hasibuan, Analisis dampak limbah/ sampah rumah tangga terhadap pencemaran lingkungan,
Jurnal Ilmiah “advokasi”Vol.04 No.1 Maret 2016.
6. Hermayani Kadek Diana, Konsukartha, Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah
Domestik di Lingkungan Kumuh. Jurnal Pemukiman Natah Vol. 5.No.2 Agustus 2007 :62-
108.
7. Iswanto dkk, Timbunan sampah B3 Rumah Tangga dan Potensi Dampah Kesehatan
Lingkungan di Kabupaten Slemen, Yogyakarta. Jurnal Manusia dan Lingkungan, Vol. 23,
No.2, Juli 2016: 179-188.
8. Kementrian Kesehatan RI, Lima Pilar STBM Untuk Masyarakat, Jakarta 2017
9. Mulasari Surahma Asri, Sulistyawati, Keberadaan TPS Legal dan TPS Ilegal di Kecamatan
Godean Kabupaten Sleman, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Kemas 9(2)(2014) 122-130.
10. Notoatmodjo. Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta. 2003
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014, tentang Kesehatan
Lingkungan.
12. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Barbahaya
dan Bercun.
13. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.
14. Peraturan Pemerintah Nomor: 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
15. Sarudji. Didik. Kesehatan Lingkungan. Media Ilmu. Sidoarjo. 2006
16. Slamet.J.S. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 2000
17. Sugiharto, Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia, 1987
18. Suprapto, Dampak Masalah Sampah terhadap kesehatan Masyarakat, Jurnal Mutiara Kesehtan
Indonesia, Vol.1 No.2 Edisi Desember 2005.
19. Undang-Undang Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 2007 tentang pengelolaan Lingkungan
Hidup
20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pengendalian dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
21. Widyastuti, Palupi, Bahaya bahan kimia pada kesehatan manusia dan lingkungan/WHO,
Jakarta, EGC, 2005.