Anda di halaman 1dari 103

BAB I

KARAKTERISTIK POLUTAN LIMBAH CAIR & DAMPAK/BAHAYA


PENCEMARAN LINGKUNGAN PROCESS ENGINEER (WWTP)

Definisi Limbah
 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999,
 Limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan
manusia. Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif
terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik.
 Air limbah industri maupun rumah tangga (domestik) apabila tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.

Pengelompokan Limbah
1. Pengelompokan Berdasarkan Jenis Senyawa
Pertama : Limbah Organik
 Berdasarkan pengertian secara kimiawi limbah organik merupakan segala limbah
yang mengandung unsur karbon (C), sehingga meliputi limbah dari mahluk hidup
(misalnya kotoran hewan dan manusia, sisa makanan, dan sisa-sisa tumbuhan mati),
kertas, plastic, dan karet.
Kedua : Limbah Anorganik
 Berdasarkan pengertian secara kimiawi, limbah organik meliputi limbah-limbah yang
tidak mengandung unsur karbon, seperti logam, kaca, dan pupuk anorganik (misalnya
yang mengandung unsur nitrogen dan fosfor).
 Secara teknis, limbah anorganik didefinisikan sebagai segala limbah yang tidak dapat
atau sulit terurai/busuk secara alami oleh mikroorganisme pengurai. Dalam hal ini,
bahan organik seperti plastic, kertas, dan karet juga dikelompokkan sebagai limbah
anorganik. Bahan-bahan tersebut sulit diurai oleh mikroorganisme sebab unsure
karbonnya membentuk rantai kimia yang kompleks dan panjang (polimer
2. Pengelompokan Berdasarkan Wujud
Pertama : Limbah Cair
 Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air beserta
bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air
Limbah cair diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 1 of 103


a. Limbah cair domestic (domestic wastewater) yaitu limbah cair hasil buangan dari
rumahtangga, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenis. Misalnya air
deterjen sisa cucian, air sabun, tinja
b. Limbah cair industry (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan
industry. Misalnya air sisa cucian daging, buah, sayur dari industry pengolahan
makanan dan sisa dari pewarnaan kain/bahan dari industry tekstil
c. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari
berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan
ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan.
d. Air Hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas
permukaan tanah.
Kedua : Limbah Padat
Merupakan limbah yang terbanyak dilingkungan. Biasanya limbah padat disebut sebagai
sampah. Klasifikasi limbah padat (sampah) menurut istilah teknis ada 6 kelompok, yaitu :
a. Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah, berupa
bahan-bahan organik yang mudah busuk
b. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat
anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga
sulit membusuk, misalnya kertas, plastic, kaca dan logam.
c. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil pembakaran.
d. Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa bangkai
binatang.
e. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan yang berisi
berbagai sampah yang tersebar di jalanan
f. Sampah industry (industrial waste), semua limbah padat buangan industry
Ketiga : Limbah Gas
 Jenis limbah gas yang berada di udara terdiri dari bermacam-macam senyawa kimia.
Misalnya, karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), Nitrogen oksida (NOx),
Sulfur dioksida (SOx), asam klorida (HCl), Amonia (NH3), Metan (CH4), Klorin (Cl2).
 Limbah gas yang dibuang ke udara biasanya mengandung partikel-partikel bahan
padatan, disebut materi partikulat

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 2 of 103


3. Pengelompokan Berdasarkan Sumbernya
a. Limbah domestic, adalah limbah yang berasal dari kegiatan pemukiman penduduk,
perhotelan, perkantoran, perdagangan, pasar dll.
b. Limbah industry, merupakan buangan hasil proses industri
c. Limbah pertanian, berasal dari daerah pertanian atau perkebunan
d. Limbah pertambangan, berasal dari kegiatan pertambangan

Karakteristik Air Limbah


Parameter Dasar Air Limbah
a. Flow (Debit)
b. pH
c. Temperature
d. COD/BOD
e. TSS/TDS
f. TKN (Amoniak, Nitrat, Nitrit)
g. Minyak dan Lemak
h. Phosporous
i. MBAS (senyawa aktif metilen biru)
j. Inhibitor (Logam berat, phenol)
 Debit, harus di perhitungkan saat debit rata-rata maksimum & minimum. Umumnya
debit air limbah sebuah industri mengalami fluktuasi yang relatif tinggi maka harus di
siapkan Bak Ekualisasi yang cukup..
 pH, pada proses biologi pH harus di jaga di antara 6 – 9. Jika di perlukan di lakukan
netralisasi dengan penambahan bahan kimia. Khusus pada proses biologi Anaerob,
diawali dengan pH rendah.... Dalam proses Kimia-Fisika, pH disesuaikan dengan
tujuan proses dan jenis koagulan yang digunakan
 Solid – limbah padat bisa berujud sebagai bahan organik maupun anorganik yang bisa
di kategorikan menjadi :
- Settleable solid seperti pasir, debu dan bahan endapan lainnya.
- Suspended solid, sisa dari material endapan.
- Dissolved solid, material kecil terlarut.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 3 of 103


 Temperature, temperature harus di jaga dalam batas kemampuan maksimum
biological treatment. Kondisi tertentu membutuhkan pre-treatment cooling system
untuk pendinginan air limbah.
 Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau
menguraikan senyawa/materi organik (secara kimia) yang ada dalam 1L sampel air, di
mana pengoksidasi K2Cr2O7 (kalium dikromat sebagai oksidator yang umum
dipakai) digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent).
 Biological Oxygen Deman (BOD) merupakan jumlah miligram oksigen yang di
perlukan oleh mikroba aerobic untuk menguraikan bahan organik karbon dalam 1 liter
air selama 5 hari pada suhu sekitar 20 deg C.
 Nitrogen, bisa berbentuk:
- Organik nitrogen : protein, asam amino, urea
- Ammonia nitrogen : NH3, NH4+
- Nitrate (NO3), nitrite (NO2)
- Nitrogen gas (N2)
- Total Kjeldahl Nitrogen (TKN) terdiri dari organik nitrogen dan ammonia.
 Phosphorus, bisa berbentuk:
- Organik phosphorus : pengawet makanan, toilet waste, animal waste.
- Orthoposphate PO4-P : fertilizer
- Polyphosphate : detergent
 Oil & Grease , dalam analisa air limbah biasa disebut minyak dan lemak, kadang juga
di sebut FOG (fat, oil, grease).Sumber FOG bisa berasal dari hewan, tumbuhan dan
minyak bumi yang bisa mencemari lingkungan. Semakin tinggi FOG maka akan
memperbesar nilai kandungan BOD dan bisa mengambang di permukaan. FOG ini
lebih sulit di olah dalam proses biological treatment, sehingga harus dipisahkan di
proses awal sebelum masuk proses biologi
 Gases, hal ini bisa menyebabkan bau bahkan bisa menjadi racun. Methane gas bisa
terbentuk bilamana terjadi proses Anaerob dalam proses penguraian air limbah. Gas
N2 bisa terbentuk pada saat terjadi nitrifikasi. Gas H2S dan ammonia juga kadang
muncul di dalam sumber air limbah.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 4 of 103


Dampak Pencemaran Air Limbah
Beberapa Contoh Dampak Pencemaran
a. Nitrat/Amoniak, Menyebabkan Booming Algae/enceng Gondok
b. Air minum yang mengandung nitrat melebihi standar sangat berbahaya bagi manusia,
terutama bagi bayi dan orang-orang dengan kelainan genetika, karena dapat menimbulkan
penyakit sindroma bayi biru (methemoglobinemia) yang bisa menyebabkan kematian.
Selain itu, keracunan nitrat juga dicurigai sebagai penyebab penyakit kanker perut)
c. Konsentrasi 1 mg/L hewan air dapat mati lemas karena terjadi reduksi oksigen pada darah
d. Radang pada saluran pernafasan
e. TSS Tinggi, Menyebabkan Sedimen/pendangkalan badan air
f. COD/BOD, Menyebabkan Bau /septik dan Menyebabkan Biota Air /ikan Mati, gatal gatal
g. pH, pH tidak netral menyebabkan keseimbangan lingkungan terganggu, biota air mati.
h. Temperatur, Temperatur diatas normal menyebabkan biota air mati
i. Besi (Fe), Menyebabkan sakit ginjal
j. Phenol,
a. Keracunan kronis menimbulkan gejala gastro intestinal, sulit menelan, hipersalivasi,
kerusakan ginjal dan hati, dan dapat diikuti kematian.
b. Keracunan akut menyebabkan sakit perut, kelainan koordinasi bibir, mulut, dan
tenggorokan.
b. H2S
- H2S timbul akibat pembusukan/pengurain oleh mikroorganisme, Bau Busuk
- Menyebabkan keracunan/gangguan syaraf
- Minyak & Lemak
- H2S timbul akibat pembusukan/penguraian oleh mikroorganisme, Bau Busuk
- Menyebabkan Fatty Acid (penurunan pH)
c. Phospat, Menimbulkan masalah Eutrofikasi
d. Deterjen / MBAS (senyawa aktif metilen biru)
- Mengurangi efisiensi transfer oksigen
- Menganggu peranan bakteri untuk kelestarian ekosistem.
- Membentuk senyawa yang stabil yang akan mengubah ekosistem muka air secara
aktif.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 5 of 103


BAB II
WASTE WATER MANAGEMENT UNDANG-UNDANG LINGKUNGAN – PROPER
DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Pengelolaan Lingkungan
 Komitment Pemerintah
Pengaturan, Pengawasan dan Penegakan hukum
 Komitment Pelaku Industri
Kesadaran, ketaatan terhadap aturan dan kepedulian terhadap lingkungan
 Kepedulian Masyarakat
Peran serta dalam menjaga lingkungan

Commitment Pemerintah
 Komitment Pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup melakukan
pengawasan dan pengaturan terhadap sistem pengelolaan lingkungan baik ditingkat
nasional maupun daerah.
 Beberapa upaya comitten pemerintah di tuangkan dalam undang-undang, keputusan
menteri/gubernur/walikota mengenai pengelolaan lingkungan atau program-program
tertentu untuk memacu kepedulian terhadap lingkungan, sebagai contoh:
- Pengendalian Pencemaran Air PP No.82 / 01
- KepMenLH No. 51/1995
- Program Kalpataru
- Proper
- Kali Bersih
- Program Langit Biru

Commitment Management
 Komitment management merupakan kunci utama dalam pengelolaan lingkungan.
 Management dengan tingkat komitment yang tinggi akan menyiapkan sumberdaya
manusia dan anggaran biaya yang cukup membangun sistem pengelolaan lingkungan
 Management dengan tingkat kepedulian rendah akan mengabaikan atau sekedarnya
saja dalam sistem pengelolaan lingkungan.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 6 of 103


Commitment Masyarakat
 Komitment masyarakat berperan penting dalam pengontrolan terhadap komitment
Pemerintah dan Komitment Management Perusahaan
 Control terhadap sistem pengelolaan lingkungan dapat dituangkan dalam Class
Action
 Dalam perkembangannya bermunculan Activis-activis lingkungan, LSM Lingkungan
yang memperjuangkan pelestarian lignkungan.

Pengendalian Dan Monitoring


Definisi:
 Industri: kegiatan ekonomi uang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi dan/atau barang yang menjadi barang dengan nilai lebih tinggi untuk
penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan rekayasa industry
 Limbah Cair: limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang
dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan
 Baku Mutu Limbah Cair: batas maksimum limbah cair yang dibolehkan dibuang ke
lingkungan
 Kadar/Debit Maksimum: adalah kadar atau debit maksimum yang yang masih
diperbolehkan di buang ke lingkungan

Kep. MENLH
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor: Kep-51/MENLH/10/1995
Tentangbaku Mutu Limbah Cair Kegiatan Industri

Kep. MENLH
Tujuan
 Untuk melestarikan lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi hidup dan
kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya
 Agar kegiatan undustri tidak menimbulkan mencemarkan lingkungan hidup
Menetapkan:
 Baku mutu limbah cair untuk jenis-jenis industri ditetapkan berdasarkan beban
pencemaran dan kadar

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 7 of 103


 Baku mutu limbah cair sebagaimana ditetapkan dalam keputusan ini setiap saat tidak
boleh dilampaui

Kep. MENLH
Industri Spesifik
 Soda kostik / chlor  MSG
 Pelapisan logam  Kayu lapis
 Penyamaan kulit  Susu
 Minyak sawit  Minuman ringan
 Pulp & kertas  Sabun
 Karet  Bir
 Gula  Battery
 Tapioka  Cat
 Tekstil  Farmasi
 Pupuk  Pestisida
 Ethanol

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 8 of 103


Kep. MENLH BMLC-Menlh-51/1995

Kep. MENLH KEP-112 Tahun 2003 Baku Mutu Air Limbah Domestik Menteri
Lingkungan Hidup
Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pemukiman (real estate), rumah makan
(restaurant), perkantoran, perniagaan dan apartemen wajib:
 Melakukan pengolahan air limbah domestik sehingga mutu air limbah domestik
yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yang
telah ditetapkan.
 Membuat saluran pembuangan air limbah domestik tertutup dan kedap air sehingga
tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan.
 Membuat sarana pengambilan sampel pada outlet unit pengolahan air limbah.
 Pengolahan air limbah domestik terpadu menjadi tanggung jawab pengelola.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 9 of 103


Peraturan Pengendalian Pencemaran PP No. 41 Tahun 1999 Pengendalian
Pencemaran Udara
Pasal 21:
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan emisi dan/atau
gangguan ke udara ambien wajib:
 Menaati baku mutu udara ambien, baku mutu emisi, baku mutu tingkat gangguan
yang ditetapkan untuk usaha dan/atau kegiatan yang dilakukannya;
 Melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara yang diakibatkan
oleh usaha dan/atau kegiatan yang dilakukannya;
 Memberikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat dalam rangka upaya
pengendalian pencemaran udara dalam lingkup usaha dan/atau kegiatannya.
Pasal 22:
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang
mengeluarkan emisi dan/atau gangguan wajib memenuhi persyaratan mutu emisidan/atau
gangguan yang ditetapkan dalam izin melakukan usaha/atau kegaitan.

Peraturan Pengendalian Pencemaran PP No. 41 Tahun 1999 Pengendalian


Pencemaran Udara
Pasal 33:
 Kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan motor lama yang mengeluarkan emisi
gas buang wajib memenuhi ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor.
Pasal 36:
 Setiap kendaraan bermotor lama wajib menjalani uji emisi berkala sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 40:
 Kendaraan bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor lama yang mengeluarkan
kebisingan wajib memnuhi ambang batas kebisingan

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 10 of 103


Peraturan Pengendalian Pencemaran PP No. 41 Tahun 1999 Pengendalian
Pencemaran Udara
Pasal 23:
 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai dampak
lingkungan hidup dilarang membuang mutu emisi melampaui ketentuan yang telah
ditetapkan baginya dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan.
Pasal 25:
 Setiap orang atau penangungjawab usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan
terjadinya pencemaran udara dan/atau gangguan wajib melakukan upaya
penangulangan dan pemulihannya.
Pasal 30:
 Setiap penangungjawab usaha dan/atau kegiatan dari sumber tidak bergerak yang
mengeluarkan emisi wajib menaati ketentuan baku mutu udara ambien, baku mutu
emisi dan baku mutu tingkat gangguan.

Peraturan Pengendalian Pencemaran PP No. 41 Tahun 1999 Pengendalian


Pencemaran Udara
Pasal 46:
 Hasil Pemantauan yang dilakukan oleh pejabat pengawas (ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah/ Gubernur/ Walikota-madya) wajib dilaporkan kepada kepala instansi yang
bertanggung jawab sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 48:
Setiap penangung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib:
 memberikan keterangan dengan benar baik secara lisan maupun tertulis apabila hal itu
diminta pengawas;
 memberikan dokumen dan/atau data yang diperlukan oleh pengawas;
 mengizinkan pengawas untuk melakukan pengambilan contoh udara emisi dan/atau
contoh udara ambien dan/atau lainnya yang diperlukan pengawas; dan
 mengizinkan pengawas untuk melakukan pengambilan gambar dan/atau melakukan
pemotretan di lokasi kerjanya.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 11 of 103


Peraturan Pengendalian Pencemaran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup:
1. Nomor : Kep-35/MENLH/10/1993
Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor
2. Nomor : Kep-13/MENLH/3/1995
Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak
3. Nomor : Kep-48/MENLH/11/1996
Tentang Baku tingkat Kebisingan
4. Nomor : Kep-49/MENLH/11/1996
Tentang Baku Tingkat Getaran Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta:
1. Nomor: 670/2000
Tentang Penetapan Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak di Propinsi DKI Jakarta
2. Nomor :1041/2000
Tentang Baku Mutu Udara Emisi kendaraan Bermotor di DKI Jakarta
3. Nomor : 551/2001
Tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat kebisingan di propinsi DKI
Jakarta

UU No 32 tahun 2009Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup


UU No 32 tahun 2009
 Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

UU No 32 tahun 2009 BAB XV Ketentuan Pidana


Pasal 98
 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 12 of 103


UU No 32 tahun 2009
Pasal 98 (2,3)
 Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka
dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp12.000.000.000,00
(dua belas miliar rupiah).
 Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka
berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).

UU No 32 tahun 2009
Pasal 99
 Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara
ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan
paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
 Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka
dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak Rp6.000.000.000,00
(enam miliar rupiah).

UU No 32 tahun 2009
Pasal 99
 Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka
berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah) dan paling banyak Rp9.000.000.000,00 (sembilan miliar rupiah).

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 13 of 103


UU No 32 tahun 2009
Pasal denda & penjara (98-115)

98 sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu

99 Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya baku


mutu

100 Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah

101 Setiap orang yang melepaskan dan/atau mengedarkan produk rekayasa genetik
ke media lingkungan hidup yang bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan

UU No 32 tahun 2009
Pasal denda & penjara (98-115)

102 Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin

103 Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan

104 Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media
lingkungan hidup tanpa izin

105 Setiap orang yang memasukkan limbah ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia

UU No 32 tahun 2009
Pasal denda & penjara (98-115)

106 Setiap orang yang memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia

107 Setiap orang yang memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan


perundang–undangan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 14 of 103


108 Setiap orang yang melakukan pembakaran lahan

109 Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin
lingkungan

UU No 32 tahun 2009
Pasal denda & penjara (98-115)

110 Setiap orang yang menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun
amdal

111 Pejabat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan izin lingkungan tanpa
dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL

112 Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak melakukan pengawasan
terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap peraturan
perundang-undangan dan izin lingkungan

UU No 32 tahun 2009
Pasal denda & penjara (98-115)

113 Setiap orang yang memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan


informasi, merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar yang
diperlukan dalam kaitannya dengan pengawasan dan penegakan hukum yang
berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

114 Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan
paksaan pemerintah

115 Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau


menggagalkan pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup dan/atau
pejabat penyidik pegawai negeri sipil

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 15 of 103


BAB III
PENGELOLAAN LIMBAH B3

Proper...
http://www.menlh.go.id/proper...
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Emisi udara

Tujuan Proper
 Mendorong perusahaan taat terhadap peraturan lingkungan hidup dan mencapai
keunggulan lingkungan (environmental excellency) melalui integrasi prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dalam proses produksi dan jasa, dengan jalan penerapan
sistem manajemen lingkungan, 3R, efisiensi energi, konservasi sumberdaya dan
pelaksanaan bisnis yang beretika serta bertanggung jawab terhadap masyarakat
melalui program pengembangan masyarakat.

Proper
 Instrumen kebijakan alternatif untuk mendorong penaatan dan kepedulian perusahaan
dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui penyebaran informasi tingkat kinerja
penataan perusahaan kepada publik dan stakeholder (public information disclosure).

 Pemberian penghargaan Proper berdasarkan penilaian kinerja penanggung jawab


usaha dan/atau kegiatan dalam:
- pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
- penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; dan
- pemulihan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 16 of 103


Sejarah Proper
 Dimulai sejak tahun 1996, hanya dinilai aspek pengendalian pencemaran air
(dihentikan karena krisis ekonomi pada tahun 1997 – 2001).
 Tahun 2002 dihidupkan kembali dengan kriteria yang lebih lengkap (pengendalian
pencemaran air, udara, pengelolaan limbah B3 dan penerapan AMDAL).
 Periode 2002 - 2009 aspek ketaatan perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan
hidup lebih ditekankan.
 Tahun 2010-2014 penekanan diberikan pada dua hal yaitu ekstensifikasi PROPER
dan mendorong upayaupaya sukarela perusahaan untuk menginternalisasi konsep-
konsep lingkungan dalam kegiatan proses produksinya.

Penilaian Proper
 Dimulai sejak tahun 1996, hanya dinilai aspek pengendalian pencemaran air
(dihentikan karena krisis ekonomi pada tahun 1997 – 2001).
 Tahun 2002 dihidupkan kembali dengan kriteria yang lebih lengkap (pengendalian
pencemaran air, udara, pengelolaan limbah B3 dan penerapan Amdal).
 Periode 2002 - 2009 aspek ketaatan perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan
hidup lebih ditekankan.
 Tahun 2010-2014 penekanan diberikan pada dua hal yaitu ekstensifikasi Proper dan
mendorong upayaupaya sukarela perusahaan untuk menginternalisasi konsep-konsep
lingkungan dalam kegiatan proses produksinya.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 17 of 103


5 Peringkat Warna Dalam Penilaian Proper:

Manfaat Proper:
1. Pemerintah
 Program Penataan yang efektif
 Faktor pendorong untuk pengembangan basis data
 Mendorong tingkat kesadaran untuk mentaati peraturan dan kesedaran lingkungan
2. Perusahaan
 Insentif reputasi yang didapat sebagai wahana promosi sebagai perusahaan yang
peduli terhdap lingkungan

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 18 of 103


3. Investor/Supplier
 Informasi tentang pasar untuk pekerjaan jasa konsultasi dan kebutuhan teknologi
4. Masyarakat
 Ruang untuk partisipasi masyarakat
 Informasi terhadap perusahaan atau produk yang peduli lingkungan

Prinsip Dasar Penilaian Proper

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 19 of 103


Penilaian Proper:
Adapun aspek ketaatan dinilai dari:
1. Pelaksanaan dokumen lingkungan (AMDAL/UKL-UPL);
2. Upaya pengendalian pencemaran air dan udara;
3. Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); dan
4. Penanggulangan kerusakan lingkungan khusus bagi kegiatan pertambangan.

Prosedur Penilaian Proper

Penilaian Proper

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 20 of 103


Pengendalian Pencemaran Air

Pengendalian Pencemaran Udara

Pengelolaan Limbah B3

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 21 of 103


Penilaian Proper 2012-2013
Contoh persyaratan dalam izin

Total Peserta : 1.906 Perusahaan


Tingkat Ketaatan
 perusahaan berperingkat EMAS 20
 perusahaan berperingat HIJAU, 155
 perusahaan berperingkat BIRU, 1454
 perusahaan berperingkat MERAH, 241
 perusahaan berperingkat HITAM, 2
 perusahan dikenakan penegakan hukum, 16 dan
 tidak beroperasi 18.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 22 of 103


Emas (20 • PT. Pertamina Eksplorasi Produksi Asset 1 - Field Rantau Migas EP Kab.
Perusahaan) Aceh Tamiang Aceh
• PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan Bali, Unit Pesanggaran Energi
PLTG Kota Denpasar Bali
• PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region IV Terminal Bahan
Bakar Minyak Rewulu Migas Distribusi Kab. Bantul D.I. Yogyakarta
• PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang Energi PLTP Kab.
Bandung Jawa Barat
• Star Energy Geothermal Wayang Windu, Ltd. Energi PLTP Kab. Bandung
Jawa Barat
• PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region III Terminal Bahan
Bakar Minyak Bandung Group Migas Distribusi Kota Bandung, Kab.
Bandung Barat Jawa Barat
• PT. Pertamina Eksplorasi Produksi Asset 3 - Field Tambun Migas EP Kab.
Bekasi, Kab. Karawang Jawa Barat - 5 - No Nama Perusahaan Sub Sektor
Kabupaten/Kota Provinsi
• PT. Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java Migas EP Kab.
Karawang, Kab. Subang, Kab. Indramayu, Kab. Kep. Seribu Jawa Barat
• PT. Pertamina Eksplorasi Produksi Asset 3 - Field Subang Migas EP Kab.
Subang, Kab. Karawang Jawa Barat

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 23 of 103


Emas (20 Perusahaan) • PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan Migas
UP Kab. Indramayu Jawa Barat
• PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region IV
Terminal Bahan Bakar Minyak Boyolali Migas Distribusi
Kab. Boyolali Jawa Tengah
• PT. Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Paiton
Energi PLTU Kab. Probolinggo Jawa Timur
• PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V
Terminal Bahan Bakar Minyak Surabaya Group Migas
Distribusi Kota Surabaya Jawa Timur
• PT. Badak NGL Migas LNG/LPG Kota Bontang Kalimantan
Timur
• PT. Pupuk Kalimantan Timur Pupuk Kota Bontang
Kalimantan Timur
• PT. Pertamina Eksplorasi Produksi Asset 5 - Field Tarakan
Migas EP Kota Tarakan Kalimantan Utara
• PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Sei Pakning Migas
UP Kab. Bengkalis Riau 6 No Nama Perusahaan Sub Sektor
Kabupaten/Kota Provinsi

Tanggap Darurat Pencemaran Air


Prinsip Dasar
Tanggap Darurat Pencemaran Air
 Pencemaran terhadap suatu badan air dapat diakibatkan oleh :
1) pelepasan limbah cair atau bahan berbahaya yang melebihi ketentuan, baik
bersifat mendadak (sudden release) maupun bertahap (slow release), dan
2) perubahan kondisi badan air penerima, misalnya penurunan debit air sungai atau
volume air danau
Tujuan
Suatu Tindakan Tanggap Darurat
a) mencegah timbulnya korban manusia dan kerusakan Komponen lingkungan lain
yang dapat diakibatkan oleh air tercemar, dan
b) mengendalikan sumber pencemaran.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 24 of 103


Emergency Response
1. Setiap industri harus mempunyai suatu prosedur tindak tanggap darurat (emergency
response) dari berbagai potensi bencana dan dampak yang dapat ditimbulkannya.
Salah satunya adalah prosedur tindak tanggap darurat yang berkaitan dengan
pencemaran air.
2. Tindak tanggap darurat pencemaran air adalah langkah-langkah yang perlu segera
diambil untuk meminimalkan dampak buruk dari air tercemar.

Prosedur Umum
3. Prosedur umum dari tindakan tanggap darurat pada kasus pencemaran air dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa tahap, yaitu :
 Pemeriksaan Situasi :
- Evakuasi
- Komunikasi pihak berkepentingan (pekerja, penduduk sekitar, pihak berwajib,
jasa pengendalian pencemaran)
 Pengendalian Sumber,
 Pengendalian Sebaran
 Penyusunan Rencana Perbaikan

Pemeriksaan Situasi Lapangan


4. Pemeriksaan situasi lapangan merupakan langkah pertama yang perlu dilakukan
dengan sesingkat-singkatnya, untuk mendapatkan informasi ttg :
 Lokasi atau sumber pencemar, sifat pencemaran (mendadak atau bertahap),
kandungan pencemar (B3 atau non-B3), dan deskripsi kejadiannya,
 Jenis dan besaran wilayah dan komponen lingkunganyang terpapar.
Pengukuran luasan wilayah sebaran pencemar harus dilakukan di awal tindak
tanggap darurat
5. Hasil dari pemeriksaan situasi lapangan nantinya akan menentukan langkah
selanjutnya yang perlu dilakukan, termasuk :
a. perlu-tidaknya dilakukan evakuasi pihak-pihak yang kemungkinan akan terpapar ,
dan
b. siapa saja pihak-pihak berkepentingan yang perlu dikomunikasikan (pekerja,
penduduk, pihak berwenang, pihak lainnya).

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 25 of 103


6. Tindakan tanggap darurat kemudian diikuti dengan perencanaan upaya perbaikan,
yang dapat terdiri dari
a. Perbaikan di sumber pencemaran maupun
b. Pemulihan(remediasi) dari badan air yang tercemar.

Rencana Tanggap Darurat


Prosedur tindak tanggap darurat harus dituliskan dalam suatu dokumen Rencana Tanggap
Darurat (emergency response plan) yang isinya antara lain:
 daftar sumber bahaya, tingkat resikonya, komponen Lingkungan (dan masyarakat)
yang berpotensi terpapar dampak,
 struktur organisasi penyelenggara tindak tanggap darurat; termasuk posisi,
kewenangan, dan tanggungjawab seorang MPPA
 rencana komunikasi, internal dan external
 rencana tindakan; lingkup (coverage), prosedur baku, alat dan bahan yang dibutuhkan,
 daftar pihak pemerintah setempat, pihak berwenang : wakil kel masy, RS terdekat,
penyedia jasa pengendalian pencemaran, dan pihak lainnya
 informasi mengenai kondisi badan air setempat
 Rencana tindak tanggap darurat harus dikomunikasikan ke berbagai bagian di dalam
industri.
 Program pelatihan (drill) harus dilakukan guna memastikan bahwa semua pihak tahu
dan mampu bertindak sesuai rencana.
 Pelatihan (drill) pengendalian pencemaran perlu dilakukan secara berkala

Pencegahan Tindakan
7. Usaha pencegahan (preventif) perlu dilakukan guna mencegah terjadinya kondisi
darurat pencemaran air. Perlu diingat pencegahan selalu lebih baik dari
penanggulangan.
8. Langkah awal dalam melakukan pencegahan terjadinya kondisi darurat pencemaran
air adalah dengan melakukan analisa terhadap :
a. berbagai sumber pencemaran yang ada di dalam industri dan
b. kondisi lingkungan di sekitarindustri.
9. Beberapa sumber-sumber pencemar antara lain :
 tangki-tangki penyimpanan bahan kimia,

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 26 of 103


 saluran-saluran drainase, transfer bahan kimia, air limbah, dan sebagainya,
 unit-unit proses produksi pengguna air,
 area penyimpanan bahan baku maupun produk,
 jalur perlintasan kendaraan transportasi bahan kimia,
 wilayah IPAL.
10. Pengenalan wilayah dan pengumpulan informasi kondisi lingkungan di sekitar
kegiatan industri seperti:
 kondisi sosial masyarakat sekitar,
 tataguna lahan di wilayah sekitar industri,
 daerah pemukiman di sekitar industri,
 sumber-sumber air penduduk, dan
 sungai dan penggunaannya.
11. Tindakan preventif/pencegahan dpt terlaksana mell :
a. pengaturan ulang tempat,
b. perbaikan fasilitas,
c. pelaksanaan prosedur kerja yang penuh kehati-hatian, dan
d. pemeriksaan rutin terhadap kondisi lapangan.

Pengendalian Sumber
1. Pengendalian sumber pencemaran bertujuan untuk menghentikan atau membatasi
pelepasan pencemar di sumbernya. Dengan demikian, pelepasan dan aliran pencemar
ke badan air dapat dihentikan, dikurangi, atau disolasi di sekitar sumbernya saja.
2. Pengendalian sumber pencemar dapat dilakukan antara lain dengan:
 menutup titik pelepasan pencemar,
 mengurangi aliran pencemar,
 mengisolasi pencemar.
3. Penutupan titik pelepasan pencemar :
merupakan upaya pertama yang harus dilakukan dalam pengendalian sumber
pencemar. Upaya yang dapat dilakukan misalnya,
 penambalan sementara tangki atau pipa yang bocor,
 penutupan saluran efluen IPAL,
 pemindahan kendaraan pengangkut yang tumpah muatannya,
 menghentikan kegiatan produksi yang melepaskan pencemar, dan sebagainya.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 27 of 103


Pengendalian Sumber
Penyerapan Khusus (Absorbents)
4. Pengendalian sumber juga dapat dilakukan dengan segera membersih-kan tumpahan
bahan kimia menggunakan bahan-bahan penyerap khusus (absorbents), baik berupa
serbuk maupun kain

Pengaturan Katup
5. Pengaturan aliran dilaku-kan jika upaya penutupan blm cukup untuk menghentikan
masuknya pencemar ke badan air (atur katup utk mengurangi aliran, pemindahan arah
aliran ke bak penampungan smentara atau tpt lain yang lebih aman).

Pengendalian Sumber
6. Isolasi pencemar di sekitar wilayah sumber pencemar juga dapat dianggap sebagai
salah satu upaya pengendalian sumber.
Tujuannya agar penyebaran pencemar tidak melebar jauh dari sumber pencemar. Atau
maksimal tidak sampai ke luar dari lahan industri. Upaya yang umum dilakukan
adalah pembuatan tanggul (berm) sementara di daerah tumpahan bahan kimia,
pemindahan drum-drum bocor ke tempat yang sudah disiapkan.
7. Isolasi pencemar seringkali malah menimbulkan pencemaran tanah dan air tanah di
bawahnya. Oleh karena itu, isolasi hanya dapat dilaksanakan untuk rentang waktu
yang singkat.

Komunikasi
1. Komunikasi pihak berkepentingan merupakan bagian penting dari tindak tanggap
darurat, khususnya saat pencemaran sudah pasti akan menimbulkan ancaman bagi
keselamatan masyarakat dan komponen lingkungan lainnya
2. Pihak yang mutlak dikomunikasikan di saat terjadi kasus pencemaran adalah:
 pihak berwenang; terutama instansi yang bertanggungjawab terhadap
pengendalian dampak lingkungan, kantor kelurahan setempat, dan kepolisian,
 penduduk sekitar; khususnya yang berada di dalam wilayah paparan dampak,
 pihak internal; khususnya para pekerja yang sedang berada di lokasi di saat
pencemaran terjadi.
3. Komunikasi tanggap darurat merupakan hal yang penting karena dapat :

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 28 of 103


a) mencegah jatuhnya lebih banyak korban dan kerusakan lingkungan yang lebih
parah,
b) mendapatkan dukungan kerjasama aktif dari pihak-pihak berkepentingan dalam
upaya pengendalian pencemaran selanjutnya, dan
c) membangun rasa percaya pihak-pihak berkepentingan sekitar terhadap industri.
4. Peran Humas sangat dibutuhkan dlm proses komunikasi di saat kondisi darurat,
setidaknya untuk menjadi salah satu juru bicara industri. Oleh karena itu, seorang
Humas sebaiknya juga dibekali dengan pengetahuan untuk berkomunikasi yang baik.
Komunikasi langsung antara petugas industri dg penduduk yang memanfaatkan
sungai
5. Komunikasi tanggap darurat juga perlu dilakukan segera ke pihak manajemen atau
pemilik industri guna mendapatkan dukungan sumber daya yang memadai untuk
melakukan tindak tanggap darurat.

Penyampaian Informasi
Komunikasi
6. Informasi yang perlu disampaikan kepada pihak-pihakberkepentingan khususnya
adalah:
 deskripsi pencemaran (lokasi sumber, jenis Pencemar, sifat pencemaran, waktu
kejadian, dan sebagainya)
 potensi dampak (jenis dampak, wilayah paparan dampak, dan tingkat resikonya),
 anjuran ke penduduk sekitar guna menghindari paparan dampak,
 perlu-tidaknya dilakukan evakuasi,
 upaya industri untuk mengatasi masalah pencemaran,
 bentuk tanggungjawab pihak industri,
 petugas humas dari industri yang dapat dihubungi.
7. Komunikasi dapat dilakukan secara :
 langsung; melalui kegiatan tatap muka dengan wakilwakil pihak berkepentingan,
 tidak langsung; misalnya dengan menggunakan selebaran (flyers), poster atau
papan pengumuman, dan pengumuman radio.
 Alarm dengan bunyi sirene tertentu dapat dijadikan sebagai peringatan dini untuk
menandakan timbulnya potensi pencemaran

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 29 of 103


8. Komunikasi tanggap darurat juga dapat dilakukan dengan penggunaan alarm tanda
peringatan dini.
 Bunyi sirene dari alarm tersebut dapat segera memberikan peringatan kepada para
pekerja dan penduduk sekitar mengenai timbulnya potensi pencemaran air oleh
industri.
 Pengenalan mengenai jenis bunyi sirene perlu dilakukan ke para pekerja dan
penduduk sekitar guna menghindari adanya kesalahpahaman dalam mengambil
tindakan
9. Industri-industri lain yang berdekatan lokasinya harus segera diinformasikan
mengenai adanya kasus pencemaran.
 Hal ini perlu dilakukan guna mencegah kesalahpahaman tentang pihak penyebab
pencemaran dan upaya penanggulangannya.

Komunikasi SBL Pencemaran


10. Komunikasi antara industri dengan pihak berkepentingan, khususnya penduduk
sekitar, juga perlu dilakukan di saat-saat tidak terjadi pencemaran atau saat kondisi
normal
11. Informasi yang perlu disampaikan industri kepada pihak-pihak berkepentingan di saat
normal (tidak ada pencemaran) antara lain adalah:
 upaya industri untuk mencegah berbagai potensi bahaya yang ditimbulkan dari
kegiatan industri,
 rencana tindak tanggap darurat di saat terjadi pencemaran.
 Pengumuman harus dipasang di lokasi yang mudah dijangkau oleh penduduk
sekitar.
 Suatu pengumuman yang dipasang secaraberkala akan mengingatkan penduduk
tentang hal-hal yang perlu dilakukan penduduk pada saat terjadi kondisi darurat.
12. Komunikasi yang baik dan terbuka dari pihak industri akan mencegah terjadinya
kesalahpahaman antara industri dengan pihak yg berkepentingan
 Penduduk di sekitar suatu industri akan tahu jenis pencemaran yang tidak
mungkin disebabkan oleh industri tersebut.
 Hal ini mengurangi jumlah tuduhan salah alamat ke industri itu.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 30 of 103


13. Beberapa industri melibatkan wakil-wakil pihak berkepentingan dalam penyusunan
Rencana Tanggap Darurat-RTD (emergency response plan). Informasi dari berbagai
pihak berkepentingan akan meningkatkan kualitas suatu RTD.
14. Wakil-wakil penduduk sekitar juga dapat dilibatkan untuk membantu industri dalam
memantau buangan air limbahnya dan pencemaran yang mungkin ditimbulkannya.
Beberapa industri saat ini sudah memberi pelatihan kekelompok-kelompok
masyarakat mengenai cara-cara pemantauan dan indikator pencemaran sederhana.
Di saat ada indikasi pencemaran, kelompok-kelompok ini diminta segera
melaporkannya ke pihak industri.
Wakil penduduk sekitar perlu dilibatkan dalam penyusunan RTD dari suatu industri,
sehingga menjadi lebih tepat guna.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 31 of 103


BAB IV
WASTE WATER TREATMENT (WWT) OPERASIONAL INSTALASI
PENGOLAHAN AIR LIMBAH MAPPING & PEMAHAMAN PENGOLAHAN AIR
LIMBAH (PRIMARY TREATMENT)

Definisi Limbah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo.PP 85/1999,
 Limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan
manusia. Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif
terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik.
 Air limbah industri maupun rumah tangga (domestik) apabila tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.

Factor Keberhasilan WWTP


Unit pengolahan air limbah (IPAL) kadang menjadi kendala yang sulit di selesaikan. Ada
berbagai faktor penentu keberhasilan unit WWT agar tercipta keberlanjutan bisnis perusahaan
jangka panjang dan juga lingkungan yang aman…
 Komitment Management
 Design System
 Sistem Operasional & Chemical Pendukung
 Kemampuan Personal
 Regulator dan Masyarakat

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 32 of 103


Dasar Perencanaan/Operasional WWTP
 Mapping
 Baku Mutu Effluent
 Penetapan Basic Engineering Design
 System Selection
 Plan Layout (Pemahaman Layout)
 Pemahaman Equipment & Sistem Operasi

Mapping
 Identifikasi Sumber Air Limbah
 Identifikasi Karakteristik Air Limbah
 Identifikasi Debit dan Fluktuasi Air Limbah
 Identifikasi Inhibitor / Material Toxic

Manfaat Mapping
 Memudahkan identifikasi air limbah yang dihasilkan
 Memudahkan menentukan system pengolahan air limbah yang sesuai karakteristiknya
 Memudahkan mengantisipasi/mencegah material toxic masuk ke sistem WWTP
 Memudahkan operasional sistem WWTP
 Memudahkan penanganan terhadap masalah proses (Trouble Shooting)
Contoh Mapping

Water Treatment
Plant A Plant B Boiler & Furnace Fuel Loading
COD 70 ppm
COD 2500 ppm COD 700 ppm COD 100 ppm COD 50 ppm
Q 20 m3/jam
Q 50 m3/jam Q 90 m3/jam Q 20 m3/jam Q 60 m3/jam
pH 3 - 4

Oil Separator Equalization Basin Emergency Basin

Waste Water Treatment (WWT) Plant

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 33 of 103


Basic Engineering Design
 BED merupakan dasar dalam perencanaan/Operasional IPAL
 Contoh BED

NO PARAMETER UNIT INFLUENT *) EFFLUENT **)

Q = 100 m3/day

1 pH 4-5 6-9
2 COD mg/L <6.000 ≤ 100
3 BOD mg/L <3.000 ≤ 50
4 TSS mg/L <1.200 ≤ 200

4 Minyak dan Lemak mg/L <250 ≤ 5

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 34 of 103


System Selection
No. Parameter Satuan Influent Sistem Selection
1 pH 6-7 pH Adjuster
2 COD mg/L 4000-5000 COD> 2500 mg/L, Anaerobic
3 BOD mg/L 2000-2500 Anaerobic /Aerobic
4 TSS mg/L 300-1200 Chemical/Physical/DAF
5 Amoniak mg/L 20-600 Aerobic
6 Minyak Lemak mg/L 60-100 OWS / DAF

System Yang Direncanakan


1. Kimia - Fisika : OWS/DAF
2. Proses Biologi : Proses Anaerob & Proses Aerob
3. Sludge Dewatering : Beltpress
4. Gas Treatment : Flare

Pemahaman Equipment & System


 Pemilihan Equipment yang sesuai
 Pemilihan material yang sesuai
 Pemahaman PBD, PFD & P&ID
 Pemahaman Lay Out
 Pemahaman SOP/WI

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 35 of 103


Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 36 of 103
Hal – hal yang dipertimbangkan dalam Screen
 Tipe Screen
 Material screen
 Headloss ( kenaikan air)
 Kemudahan Operasional
 Resiko Buntu/penuh

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 37 of 103


Waktu tinggal air limbah di dalam suatu tempat.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 38 of 103


HRT Equalization Basin minimal 8 jam (1 shift)
 Untuk menjaga agar proses homogenisasi berjalan dengan optimal.
 Untuk menurunkan suhu
 Untuk memudahkan mengatur konsentrasi COD/BOD/TOC

Design Eq Basin
HRT = volume / flow
= 250 m3 / 200 m3/jam
= 1,25 jam

Volume EQ Basin ideal ?


Volume = HRT x flow
= 8 jam x 200 m3 / jam
= 1600 m3
Dimensi = 20 mp x 20 ml x 4 mt

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 39 of 103


Jartest:
 Siapkan sampel dari Equalisasi 1 Liter, dan check pH
 Siapkan Masing masing Chemical
 Teteskan Larutan Coustic secukupnya, aduk dengan cepat selama 1 menit,
 Check pH sampai pH 7-8
Hasil Jartest pHi : 0.6 ml/lt
Jika debit : 4 m3/jam  4000 lt/jam
Kebutuhan = 0.6 (ml/lt) x 4000 (lt/jam)
= 2400 ml/jam  2.4 lt/jam

Setting Debit Dosing Pump


Kapasitas Dosing Pump 8 lt/jam
Setting Stroke Dosing Pump = (2.4/8) x 100%
= 30%

Kriteria Proses Koagulasi:


 Waktu Tinggal :
Air Bersih : 30-60 Detik
Air Limbah : 2-5 Menit
 Pengadukan Cepat ( 100-150 rpm)

Kriteria Proses Flokulasi:


 Waktu Tinggal :
Air Bersih : 10-15 Menit
Air Limbah : 10-20 Menit
 Pengadukan Lambat ( 10-50 rpm)

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 40 of 103


Teknik Koagulasi/Flokulasi:
 Hidrolis (efek gravitasi/headloss)
Metode : Terjunan, Dalam Pipa, Baffle Channel, Plat Berlubang, Cone/dlm
sedimentasi, pulsator/aliran kejut
 Mekanik (memindahkan energi mekanik untuk pengadukan)
Metode : Mixer & Pompa
 Melalui Media (Rougness)
Pada prinsipnya memanfaatkan gesekan dan kehilangan tekanan selama melalui
media. Tipe ini dipengaruhi : prositas media, tebal media, massa jenis media dan air
Contoh Media : kerikil
 Pneumatic (udara)
Dipengaruhi Kapasitas Udara & Kedalaman air
 Proses pemisahan padatan dengan cairan.
- Screening : Metoda pemisahan menggunakan saringan
- Clarifier : Metoda pengendapan
- Floating : Metoda pengapungan dengan tiupan udara
- Filtration : Metoda penyaringan dengan kain membrane
 Sedimentasi : pemisahan partikel dalam air secara gravitasi.
 Berdasarkan Kadar Solid dan kadar partikel
- Pengendapan Diskrit/Prasedimentasi ( Mengendap dengan sendiri)
- Pengendapan Flokulen ( Mengendap dibantu dengan flokulan untuk
penggabungan mikroflok/partikel)
 Berdasarkan Aliran
- Pengendapan secara Batch
- Pengendapan secara kontinyu
 Aliran Horisontal
 Aliran Vertikal
 Dengan Tube Settler

Kriteria Sedimentasi:
 Surface Loading ( Ac)
- Konvensional : 1-2 m3/m2.jam ( 24-48 m3/m2.day)
- Tube Settler : 4-8 m3/m2.jam ( 96 – 192 m3/m2.day)

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 41 of 103


 Waktu tinggal ( Td)
- Konvensional : 1-2 jam
- Tube Settler : 0,5-1.jam
 Kedalaman Air ( Zona Pengendapan)
- Konvensional : 2-3,5 m
- Tube Settler :1–3m

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 42 of 103


Daf System (Kombinasi Koagulasi-Flokulasi-Flotasi):
 Fungsi Utama :
a. Proses Kimia-Fisika (Koagulasi-Flokulasi-Pemisahan lumpur)
b.Reduksi COD/BOD, TSS secara kimia
c. Reduksi minyak/oil & Grease
 Kelebihan DAF:
a. Kebutuhan lahan lebih kecil (tanpa Clarifier)
b. Tingkat reduksi lebih tinggi dibandingkan metode konvensional
c. Efektif untuk Flok/Lumpur yang cenderung ringan
 Metode:
a. Koagulasi-Folukasi ( di Static Mixer & Flokulator)
b. Memacu lumpur mengambang (Flotasi) dengan gelembung udara
mikro jenuh (Saturation Pump& Saturation Tank)
c. Memisahkan lumpur dipermukaan air (Skimmer)

Heavy Metal Separation


 Kandungan logam yang signifikan di dalam air limbah sehingga beresiko
membahayakan bagi lingkungan sekitar.
 Contoh timbal, silver, mercuri, crom, zink, cadmium dll.

Precipitation
 Merupakan proses menjadikan solid dari kandungan benda padat di cairan.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 43 of 103


Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 44 of 103
Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 45 of 103
Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 46 of 103
BAB V
WASTE WATER TREATMENT (WWT) OPERASIONAL INSTALASI
PENGOLAHAN AIR LIMBAH PROSES PENGOLAHAN SECARA BIOLOGI
(SECONDARY TREATMENT) PART-1 : ANAEROBIC SISTEM

Proses Biologi
1. Tipe Proses Biologi Berdasarkan Proses Metabolisme
 Anaerob
 Aerob
 Anoxic / Fakultatif
2. Tipe Proses Biologi Berdasarkan Pertumbuhan
 Suspended (Activated Sludge)
 Attach Growth

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 47 of 103


COD (Chemical Oxygen Demand):
 Jumlah oksigen yang diperlukan untuk penguraian senyawa organik secara kimiawi
 Kadar COD menjadi batasan dalam Influent Proses Biologi (sesuai desain) dan
Effluent WWTP (sesuai desain dan peraturan).
 Alat Ukur (Spectrofotometer atau metode titrasi)

BOD (Biological Oxygen Demand):


 Jumlah oksigen yang diperlukan untuk penguraian senyawa organik secara biologi
 Kadar BOD menjadi batasan dalam Influent Proses Biologi (sesuai desain) dan
Effluent WWTP (sesuai desain dan peraturan).

DO (Dissolved Oxygen):
 Jumlah oksigen yang terlarut dalam air
 Dalam Proses biologi aerob, sisa kadar oksigen terlarut 2-3 mg/L, sedangkan Proses
Anaerob DO harus 0 mg/L
 Alat Ukur (DO meter)

SV30 (Sludge Volume 30 minute):


 Volume lumpur biologi yang diendapkan selama 30 menit
 Dalam Proses biologi aerob, SV30 berkisar 400-600 ml/L
 Alat Ukur (Gelas Ukur 1000 ml)

TSS (Total Suspended Solid):


 Jumlah padatan tersuspensi
 Kadar TSS mengindikasikan tingkat kekeruhan air, TSS berpengaruh terhadap COD
 Alat Ukur (Spectrofotometer atau penyaringan)

MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid)


 Jumlah padatan dan organisme dalam air
 MLSS proses biologi Aerob 3000-5000 mg/L (Extended Aeration)
 Alat Ukur (Spectrofotometer atau penyaringan)

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 48 of 103


MLVSS (Mixed Liquor Volatil Suspended Solid):
 Jumlah materia organik (mikroorganisme) dalam air
 MLVSS sebagai parameter tingkat populasi bakteri
 Pengukuran harus di Laboratorium

pH (Derajat keasaman)
 pH dalam proses biologi harus netral (6,5-8)

Suhu (Temperatur)
 Suhu Optimum dalam reaktor Anaerob 30-40oC
 Suhu Optimum dalam reaktor Aerob 25-35oC

F/M (Food per Mass)


 Perbandingan besaran umpan (COD/BOD Load) dengan MLVSS

Macronutrient (Nitrogen & Phospat)


 Kebutuhan nutrisi Proses Anaerob, COD : N : P = 250 : 5 : 1
 Kebutuhan nutrisi Proses Biologi Aerob, BOD : N : P = 100 : 5 : 1

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 49 of 103


Definisi
Proses degradasi senyawa organik oleh mikrobiologi tanpa oksigen

Faktor Yang Dipertimbangkan Untuk Anaerob


a. Kadar COD cukup tinggi ( COD>2500 mg/L)
b. Karakteristik air limbah
c. Kebutuhan luasan lahan dan power lebih kecil (jika COD>2500mg/L)
d. Lebih tahan terhadap Inhibitor (deterjen, minyak, amoniak dalam batas tertentu)
e. Bisa dimanfaatkan hasil Gas Methane (jika volumenya banyak)
f. Produksi Lumpur lebih kecil (dirubah ke bentuk energi/methane)

Kapan Harus Anaerob ?


a. Kadar COD cukup tinggi ( COD>2500 mg/L)
b. Rasio BOD/COD < 0,3
c. Mengandung Inhibitor (deterjen, minyak, amoniak dalam batas tertentu

1. Gas Methane yang dihasilkan


2. Luas Lahan /footprint yang lebih kecil
3. Lumpur yang dihasilkan lebih sedikit
4. Power Listrik lebih kecil
5. Kebutuhan Chemical lebih rendah
6. Hasil Effluent dapat lebih optimal
 Food & Beverage
 Limbah Domestik
 Industri Alkohol / Tapioka

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 50 of 103


 Industri Gula
 Industri Pulp & Paper
 Industri Kimi
1. Hydrolisa
Limbah organik dari komponen komplek menjadi sederhana.
2. Acidifikasi:
Pengasaman dari limbah organik sederhana menjadi VFA (volatile fatty acid)
3. Acetogenesis:
Fermentasi asam menjadi acetate, hydrogen dan karbondioksida.
4. Methanogenesis:
Merubah menjadi methane gas.

Lagoon
Keuntungan
 Sederhana, tanpa sistem yang rumit
 Power rendah, hampir tidak ada

Kerugian
 Lahan sangat luas, Volume Besar
 Waktu tinggal sangat lama
 Lebih efektif jika semakin dalam
 Efisiensi cukup rendah (tergantung waktu tinggal & karakteristik Air limbah)

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 51 of 103


CSTR
Keuntungan
 Cukup Sederhana
 Power Mixing relatif rendah
 Waktu tinggal lebih singkat dibanding sistem Lagoon, umumnya 2- 10 hari
 Efisiensi Cukup Tinggi
 Lebih tahan terhadap inhibitor (batas tertentu)
 Resiko shockloading sedang
 Operasional cukup mudah

Kerugian
 Lahan cukup luas, Volume Cukup Besar, terutama untuk debit besar atau COD tinggi.
 Waktu tinggal cukup lama 2- 10 hari
 Lebih efektif jika semakin dalam
 Membutuhkan Power Mixing
 Efisiensi cukup tinggi (tergantung waktu tinggal & karakteristik Air limbah)

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 52 of 103


Anaerobic Filter
Keuntungan
 Cukup Sederhana
 Power Mixing rendah, umumnya secara hidrolis
 Waktu tinggal lebih singkat dibanding sistem CSTR, umumnya 1- 3 hari, untuk
limbah domestik bisa 12-24 jam.
 Efisiensi Relatif Tinggi, tergantung karakteristik
 Resiko shockloading cukup tinggi
 Operasional cukup mudah
 Tidak Membutuhkan Power Mixing

Kerugian
 Lahan relatif luas, Volume relatif Besar, tapi lebih sempit dibanding metode CSTR
 Lebih efektif jika semakin dalam

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 53 of 103


Sludge Bed Reactor
Keuntungan
 Waktu tinggal lebih singkat dibanding sistem Anaerobic filter, umumnya 1- 2 hari,
untuk limbah domestik bisa 12-24 jam.
 Efisiensi Relatif Tinggi, tergantung karakteristik, umumnya dikondisikan 60-80%
 Lahan yang dibutuhkan relatif sempit, meskipun COD tinggi

Kerugian
 Power Mixing cukup tinggi
 Lebih efektif jika semakin dalam
 Efisiensi lebih rendah dibanding CSTR (tergantung waktu tinggal & karakteristik Air
limbah)
 Operasional Relatif Susah, terutama setting Zona Lumpur Aktif
 Resiko shockloading cukup tinggi
 Cukup rentak terhadap TSS

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 54 of 103


Egsb/Ic/Aquatyx/Voith
Keuntungan
 Waktu tinggal lebih singkat dibanding sistem UASB, umumnya 8- 24 jam.
 Efisiensi Relatif Tinggi, tergantung karakteristik, umumnya dikondisikan 60-80%
 Lahan yang dibutuhkan relatif sempit, meskipun COD tinggi

Kerugian
 Power Mixing relatif tinggi, untuk IC cukup rendah
 Lebih efektif jika semakin tinggi
 Efisiensi lebih rendah dibanding CSTR / UASB (tergantung waktu tinggal &
karakteristik Air limbah)
 Jika terjadi masalah operasional & maintenance Relatif Susah, teknologi tinggi
 Resiko shockloading cukup tinggi
 Cukup rentak terhadap TSS

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 55 of 103


Anaerobic Design
Parameter Control Utama:
 Cod Loading
 Ph
 Fatty Acid
 Detention Time
 Macro Nutrinet

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 56 of 103


Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 57 of 103
BAB VI
WASTE WATER TREATMENT (WWT) OPERASIONAL INSTALASI
PENGOLAHAN AIR LIMBAH PROSES PENGOLAHAN SECARA BIOLOGI
(SECONDARY TREATMENT) PART-2 : AEROBIC SYSTEM

 Bakteri membutuhkan : makanan (food), oksigen (O2) dan nutrisi (N,P,trace dll)
 Bakteri di representasikan dalam MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solid)
 Proses aerobic akan menghasilkan microba baru + panas + CO2 + H2O

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 58 of 103


Aerobic Treatment
Proses Aerob
Definisi
 Proses degradasi senyawa organik oleh mikroorganisme yang memerlukan oksigen
dalam proses metabolisme
 Tipe : Suspended Growth (Activated Sludge), Trickling Filter, RBC, Dll.
 Fungsi Utama : Reduksi COD/BOD, TSS secara biologi, efisiensi 80-90%
 Faktor yang dipertimbangkan:
a. Kadar COD lebih rendah ( COD<2500 mg/L)
c. Karakteristik air limbah
b. Kebutuhan luasan lahan dan power lebih besar (jika COD>2500 mg/L)

Equipment Support
a. Aerator /Blower
b. DO Control

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 59 of 103


Tipe – Tipe Aerobic System
Metode Melayang/Tersuspensi
1. Extended Aeration ( Konvensional)
Merupakan metode aerasi secara melayang/tersuspensi dimana Rasio F/M
(Food/Massa) sangat kecil (0,05-0,2) sehingga dibutuhkan lahan yang cukup luas.
2. Step Aeration ( Aerasi Bertahap)
Tappered Aeration
2. Highrate Aeration
3. Oxydation Ditc

Parit atau saluran berbentuk lingkaran / oval dilengkapi rotor untuk aerasi jangka
panjang
1. Pertama kali dikembangkan di Belanda (1950
2. Squencing Batch Reactor ( SBR)

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 60 of 103


3. Plugflow
4. Highpurity Oxygen
5. Contact Stabilization ( Di Combine dg yang lain)
6. MBR (Membran Bioreactor)

Tipe Attachgrowth:
1. Bioreactor ( Biorotor)
2. Trickling Filter
2. Rotating Biological Contactor ( RBC)
3. MBBR (Moving Bed Reactor)

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 61 of 103


Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 62 of 103
Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 63 of 103
Requirement
Kriteria
 Oxygen Requirement : 0,5 -1,2 kg.O2/kg.BOD
 Bj O2 : 1,0 kg.O2/m3
 Kadar Oxygen diudara : 21%
 Ratio BOD5/BODL : 0,68
 Kebutuhan O2 Amoniak: 4,57 x Keb. O2 BOD
 Power Mixing : 1,6 Vol Bak (m3/jam)

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 64 of 103


Oxygen Requirement
Supply Udara dipengaruhi oleh:
 Suhu
 Jenis Equipment ( Blower, Turbo Jet Aerrator, etc)
 Besaran Gelembung Udara
 Kadar BOD
 Kadar Amoniak
 Kebutuhan Mixing

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 65 of 103


Domestic Waste
Water Characteristic
 pH 7.0
 COD 400 ppm
 BOD 200 ppm
 TSS 200 ppm
 TN 30 ppm
 Oil Grease 100 ppm
 Phosphorus 10 ppm
 Chloride 50 ppm
 PE = Population Equivalent, unit per capita loading.
 1 PE = 54 gr.BOD/d

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 66 of 103


Nitrification
Komposisi nitrogen di dalam air limbah:
 TKN (Total Kjeldahl Nitrogen) = 40% organic + 60% free ammonia
 TN (Total Nitrogen) = TKN + Nitrite + Nitrate

Nitrification
 Proses oksidasi ammonia menjadi nitrite dengan bantuan bakteri nitrosomonas. NH4+
+ O2  2H+ + NO2-
 Proses oksidasi nitrite menjadi nitrate dengan bantuan bakteri nitrobacteria. NO2- +
O2  NO3-
 Di lakukan secara aerobic proses
 1 mg NH4+ membutuhkan 4.6 mg O2 oksigen berlebih
 Alkalinity  1 mg NH4+ membutuhkan 7.14 mg alkalinity
 Low oksigen dan temperature akan sulit terjadi proses nitrifikasi
 Membutuhkan SRT yang lama (1 – 4 hari)
 pH 7.5 – 10.0
 Effluent alkalinity di jaga minimal 50 ppm
 Nitrifikasi akan terhambat oleh Logam : cadminum, lead, zinc dan Organic chemical :
benzena, cyanida, thiourea, surfactants

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 67 of 103


Denitrification
 Proses reduksi dari nitrate menjadi gas nitrogen dan gas carbon dioksida dengan
bantuan fakultative bakteria. Untuk proses ini di butuhkan sumber karbon seperti
methanol dll.
 6 NO3- + 5 CH3OH  N2 + 5 CO2 + 7 H2O + 6 OH-
 C5H7NO2 + 4.6 NO3-  2.8 N2 + 5 CO2 + 1.2 H2O + 4.6 OH-
 Proses Denitrification di lakukan pada anoxic system dengan SRT yang cukup
 Kontrol nitrate melalui nitrate recycle (Bardenpho system) ke anoxic system
 1 mg NO3- akan menghasilkan 3.57 mg alkalinity
 Proses ini akan sulit terjadi apabila terjadi shock BOD load, over NO3- dan
temperature yang rendah.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 68 of 103


Proses Bardenpho
 Proses ini khusus di temukan oleh bardenpho untuk menangani waste ammonia di
dalam waste water inlet. Pada proses ini bisa di lakukan single step aeration di mana
proses BOD removal (heterotrophic) di jadikan satu dengan proses ammonia removal
(NOD – autotrophic).
 Proses bardenpho adalah mengembalikan nitrate hasil nitrifikasi ke anoxic tank
sehingga terjadi denitrifikasi terurai menjadi gas nitrogen dan carbondioksida. Nitrate
recycle volume akan menjadikan tolok ukur make up dari methanol.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 69 of 103


Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 70 of 103
Control Proses
 Hal-hal yang perlu dipantau :
a. Kadar COD/BOD influent Biologi (lihat SOP)
b. Kadar oksigen tersisa, DO 2-4 mg/L (lihat SOP)
c. Sludge Volume (SV30) 400-600 mg/L (lihat SOP)
d. pH direaktor 7-8 (lihat SOP)
e. Penambahan Nutrisi Urea; (Contoh)
BOD : N : P = 100 : 5 : 1
BOD Load = debit x (BODin – BODout)/1000

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 71 of 103


= 100 x 350/1000
= 35 kg/day
Kebutuhan N = (5/100) x 35
= 1,75 kg unsur N
Kadar N dalam urea adalah 46%, jadi kebutuhan Urea
Urea = (100/46) x 1,75
= 3,8 kg
Control Proses
f. Penambahan Nutrisi SP-18;
BOD : N : P = 100 : 5 : 1
BOD Load = debit x (BODin – BODout)/1000
= (100 x 350)/1000
= 35 kg/day
Kebutuhan P = (1/100) x 35
= 0,35 kg unsur P
SP-18 terdiri dari P2O5, dimana
Nilai atom P= 31, O=16, jadi total jumlah atom = (31x2)+(16x5)
= 142
Prosentase Unsur P2 = (2x31) / 142
= 0,44
Kadar P dalam SP-18 = 18%
Maka prosentasi P = 0,44 x 0,18
= 0,079
Kebutuhan SP-18 = 0,35 / 0,079
= 4,45 kg/hari

Control Proses
g. Check SV30
 Ambil sampel Activated Sludge, masukkan dalam Gelas Ukur, tunggu sampai 30
menit.
 Catat Endapan yang terjadi
 Tunggu sampai 90 menit, jika sludge tidak mengapung berarti bagus
 Contoh diperoleh hasil : 500mL/L

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 72 of 103


b. Check MLSS
 Sludge dari SV30 diambil dan dikeringkan pada suhu 105oC selama 2 jam
 Timbang hasil pengeringan sebagai MLSS
 Contoh MLSS : 4000 mg/L
c. Check SVI
SVI (ml/g) = SSV30 (ml/l) (1000 mg/g) / MLSS (mg/l)
SVI = 500 x 1000 / 4000
= 125 mL/g ......oke
c. Check COD
Gunakan Spectrofotometer.....(lihat SOP)

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 73 of 103


Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 74 of 103
Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 75 of 103
Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 76 of 103
Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 77 of 103
BAB VII
WASTE WATER TREATMENT (WWT) OPERASIONAL INSTALASI
PENGOLAHAN AIR LIMBAH PROSES PENGOLAHAN TAMBAHAN (TERTIARY
TREATMENT) & SLUD TREATMENT

Tertiary Treatment
 Merupakan proses lanjutan disesuaikan dengan tujuan akhir pemanfaatan atau jika
diperlukan
 Beberapa Tipe Tertiary Treatment
- Fisika Kimia
- Filtrasi (Sand Filter)
- Adsorbsi ( Carbon Filter )
- Ion Exchange ( Softener / Demineralisasi)
- Membrane ( UF / RO)
 Contoh:
a. Sand & Carbon Filter (dibuang di Sungai atau untuk kebutuhan
cuci-siram tanaman)
b. Deminineralisasi (dipergunakan untuk kebutuhan produksi)
c. Softener (dipergunakan untuk air boiler)
d. UF/RO untuk recycling air bersih

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 78 of 103


Filtration
 Tipe Filter
a. Slow Filter
b. Rapid Filter
c. Pressure Filter
 Media Filter
a. Sand
b. Antrasit
c. Carbon
 Beberapa hal yang berpengaruh terhadap filtrasi
a. Sphericity (Kebulatan), semakin bulat porositas semakin kecil
b. Ukuran Butir ( Efektif Size) dan Distribusi Ukuran (Uniformity Coeficient),
c. Kecepatan Aliran (Velocity)

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 79 of 103


Sludge Drying System Waste Water Treatment

Slurry
 Slurry, kadar S.S 1,5 – 2,5%
 Kapasitas Slurry
- Berdasarkan hasil Jartest
- Berdasarkan Estimasi , Fis-Kim : 10 -30% Debit Air limbah, tergantung
karakteristik air limbah, Typical 15% Biologi : tergantung Tipe Process
Biologi ( Anaerob/Aerob), jika Aerob tergantung MLSS, biasanya 2,5 – 5 %,
typical 3,5%
- Berdasarkan Pengukuran Aktual di lapangan

Sludge Drying Bed


 Hal yang dipertimbangkan :
- Metode Konvensional
- Membutuhkan Lahan cukup luas
- Membutuhkan waktu pengeringan cukup lama
- Membutuhkan beberapa kompartemen dan pelindung hujan
- Operasional mudah, tanpa chemical dan power listrik
- Kadar air : tergantung lama pengeringan
 Media yang digunakan:
- Pasir Kasar
- Gravel / Kerikil

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 80 of 103


Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 81 of 103
Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 82 of 103
Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 83 of 103
Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 84 of 103
BAB VIII
WASTE WATER TREATMENT (WWT) OPERASIONAL INSTALASI
PENGOLAHAN AIR LIMBAH UTILITAS WWTP

WWTP Equipment
 Piping
 Pompa
 Blower
 Turbo Jet Aerator
 Mixer
 Dosing Pump
 Flowmeter / V-Notch

Piping
Hal-hal yang perlu diperhatikan
 Sifat Air Limbah
 Tekanan Air
 Material Pipa
 Ukuran/diameter pipa
 Kecepatan Aliran dalam Pipa
 Headloss Pipa
 Accesories Pipa
 Support Pipa

Material Piping yang Umum Dipakai untuk Air Limbah


 Galvanis Iron Pipe ( GIP), Minimum Supermedium A
 PVC, Minimum PVC AW
 Stainless Steel, Minimum SUS304
 HDPE

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 85 of 103


Ukuran/Diameter Pipa

-Q : Debit (m3/jam)

-v : Kec. Alir: (m/jam)


- A : Luas Penampang (m2)
-  : Pi (3,14)

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 86 of 103


Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 87 of 103
Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 88 of 103
Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 89 of 103
Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 90 of 103
BAB IX
WASTE WATER TREATMENT (WWT) OPERASIONAL INSTALASI
PENGOLAHAN AIR LIMBAH START UP & TROUBLESHOOTING

Start Up
(Commissioning Equipment)
Test Com. Equipment
 Beberapa hal yang dilakukan ada saat Equipment Commissioning
 Pengecheckan kelengkapan Equipment dan Aksesorisnya
 Pengecheckan kapasitas
 Pengecheckan Temperatur Mesin/motor
 Pengecheckan getaran pada mesin/motor
 Pengechekan kestabilan Arus / Amper Motor
 Pengecheckan putaran (rpm)

(Commissioning Process)
Process Kimia-Fisika
Persiapan
 Check Equipment sudah sesuai dengan SOP
 Jartest untuk menentukan dosis chemical yang sesuai
Start Up
 Operasional sesuai kapasitas air limbah dan dosis sesuai hasil jartest.
 Check hasil olahan baik secara visual maupun laboratories.

Process Biologi
Persiapan Reactor
Pengecheckan kelengkapan dan sistem operasional reactor sesuai dengan SOP.
Persiapan Proses / Initial Seeding
 Aktivasi Bakteri (jika dengan innokulan)
 Aktivasi dalam Reactor
 Tahapan Initial Seeding
- Memasukkan Air bersih sesuai SOP, contoh 25% Volume

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 91 of 103


- Memasukkan Air Limbah sesuai SOP, contoh 15% Volume
- Memasukkan Lumpur Aktif sesuai SOP, contoh 10% Volume
- Memasukkan Macronutrient sesuai SOP
- Proses Aerasi selama 2-5 hari, dan dilakukan pemantauan secara fisik atau secara
proses secara berkala

Tanda-tanda proses initial seeding berhasil


 Sisa DO normal ( 2-4 mg/L)
 Lumpura aktif telah membentu flok-flok
 Warna coklat cerah/keemasan (tergantung karakteristik air limbah)
 Secara mikroskopis bakteri Cilliata & Freeswiming dominan serta telah muncul
Rotifera

Start Up
Start Up / Aklimatisasi
Tahapan Proses Aklimatisasi
 Memasukkan Air Limbah secara bertahap dimulai dari 10% atau 20% kapasitas
WWTP atau disesuaikan dengan Rasio F/M
 Memasukkan Macronutrinet sesuai kebutuhan / SOP
 Peningkatan kapasitas air limbah secara bertahap dengan rentang maksimal 10% atau
sesuai dengan SOP, sampai kapasitas air limbah mencapai 100%

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 92 of 103


Start Up / Aklimatisasi
Pemantauan terhadap parameter control secara rutin/berkala
 Check DO
 Check SV30
 Check pH
 Check Visual Bakteri (mikroskopis)

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 93 of 103


Troubleshooting
Kegagalan Proses Fis-Kim
Indikasi :
 Flok Halus
 Sludge Carry Over
 Hasil masih berwarna
 pH < 7 atau pH > 7
 Efisiensi Proses tidak tercapai ( Heavy Metal Removal)

Primary Treatment
Penyebab :
 Flok Halus: Dosis Chemical tidak sesuai
 Sludge Carry Over : Lumpur penuh, Flok kecil
 Hasil masih berwarna : Dosis atau jenis hemical tidak sesuai
 pH < 7 atau pH > 7 : kekurangan atau kelebihan pH Adjuster

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 94 of 103


Primary Treatment
Problem Solving
Flok Halus/kecil : Lakukan Jartest & Setting Ulang
Pelarutan Chemical
 Koagulan (PAC), 25 kg dilarutkan dalam 250 Liter air (10%)
 Polimer Anionik, dilarutkan 0,5 Liter Polimer dalam 250 Liter air

Jartest:
 Siapkan sampel dari Equalisasi 1 Liter, dan check pH, pastikan pH 7-8
 Siapkan koagulan-flokulan yang dilarutkan, Teteskan Koagulan secukupnya, aduk
dengan cepat selama 1 menit, kemudian tambah flokulan

Hasil Jartest pHi : 0.6 ml/lt


Jika debit : 4 m3/jam  4000 lt/jam
Kebutuhan = 0.6 (ml/lt) x 4000 (lt/jam)
= 2400 ml/jam  2.4 lt/jam
Kapasitas Dosing Pump 8 lt/jam
Setting Stroke Dosing Pump = (2.4/8) x 100%
= 30%
Primary Treatment
Problem Solving
Sludge Carry Over:
 Penarikan Lumpur/wasting,
 jika flok halus, lakukan jartest

Effluent Berwarna
 Check jenis Chemical
 Lakukan Jartest
 Setting ulang dosi

Primary Treatment Problem Solving


pH > 7 atau pH < 7
 Lakukan Jartest pH Adjustment

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 95 of 103


Setting ulang dosis
Efisiensi tidak tercapai ( Heavy Metal removal)
 Check parameter yang efisiensinya kurang
 Check efektivitas removal optimal dalam kondisi pH berapa
 Lakukan Jartest pH Adjustment
 Setting ulang dosis

Primary Treatment
DAF System
Effluent Keruh
 Penyebab proses flokulasi gagal
 Penganan, perlu dilakukan setting ulang , jika perlu dilakukan jartest
Busa putih, lumpur tidak terangkat
 Penyebab setting saturation kurang sesuai atau dosing chemical yang kurang sesuai
 Penganan, setting ulang, check rotameter dan tekanan saturation tank
Tekanan tidak stabil
 Penyebab setting saturation kurang sesuai
 Penganan, setting ulang, check rotameter dan tekanan saturation tank
Proses Biologi Aerob

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 96 of 103


Shock Loading
 Jika terjadi shock loading, maka pertumbuhan microorganism akan bergeser ke
kelompok kiri (kelompok satu)
 Akan muncul foaming berwarna putih
 FM ratio akan tinggi (food banyak, MLSS akan turun)
 MCRT (mean cell residence time), akan rendah.
 Warna cenderung coklat tua, kehitaman
 Bau

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 97 of 103


Tanda – tanda Bulking Sludge
 Sludge sulit untuk mengendap dan padatan banyak muncul di permukaan clarifier.
 Settleability test menunjukkan nilai tinggi.
 Banyak filamentous bakteri jika di test melalui mikroscop.
 Flok kurang kompak

Dugaan Penyebab
1. Organik loading yang tidak stabil.
2. DO terlampau tinggi atau rendah.
3. Air limbah mengandung racun
4. Kekurangan nutrient sehingga muncul filamentous bulking.
5. Fluktuasi pH yang besar atau pH aerasi kurang dari 6,5

Tindakan
1. Check dan monitor trend MLVSS, MCRT, F/M, DO levels, influent BOD.
2. Toxic check respiration rate (OUR)
3. Check nutrient level, residual nutrient.
4. Settleability test
5. Check DO di berbagai titik di aerasi.
6. Check fluktuasi pH influent
7. Check temp waste water

Pengobatan
1. Atur COD load tidak lebih dari 20% dari nilai rata-rata 5 hari terakhir. Semakin kecil
deviasi akan semakin bagus.
2. Naikkan RAS ke maksimum limit untuk mengurangi carry over padatan di clarifier.
3. Jaga DO level di antara 1,5 – 4,0 ppm, pastikan alat ukur DO akurat.
4. Pastikan sewer management berfungsi bagus, ingat chlorine menjadi racun bagi
bakteri.
5. Tambahkan nutrient baik makro maupun mikro nutrient, pastikan reasidual nutrient
mencukupi (alternative BioNUT).
6. Observasi sludge melalui settling test

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 98 of 103


7. Jika filamen banyak lakukan chlorinasi 2 mg/day/1000 mg MLVSS. Hati-hati dalam
melakukan action ini.
8. Tambahkan flocculants, coagulant sampai kembali normal.
9. Jika ada beberapa titik sudut yang mempunyai DO nol, tambahkan aerasi baik dengan
penambahan aerator atau diffusi manual.
10. Jika pH rendah lakukan survei ke sumber pencemar, lakukan perubahan. Lakukan
adjust pH

Rising Sludge
Sludge Floating di 2nd Clarifier
 Denitrifikasi (terbentuknya gas N2)
 Kekurangan oksigen (O2) di aerasi
 Terbentuknya gas methane (CH4) di dasar aerasi

Tanda – tanda Rising Sludge


1. Sludge menggumpal dari sebesar bola golf menjadi sebesar bola basket dan
mengapung di permukaan.
2. Terjadi gelembung gas di permukaan clarifier.
3. SSV test setelah 2 jam akan di dapatkan sludge mengapung di permukaan.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 99 of 103


Penyebab Rising Sludge
 Terjadi denitrifikasi di clarifier
 Terjadi kondisi septicity di clarifier.

Tindakan
1. Check terjadi kenaikan nitrate di effluent water.
2. Check terjadi kenaikan MCRT dan terjadi penurunan F/M ratio.
3. Check DO level di aerasi
4. Check RAS dan sludge blanket
5. Check sistem mechanical di clarifier berfungsi dengan baik

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 100 of 103


Pengobatan Rising Sludge
1. Naikkan WAS untuk membuang nitrate yang berlebih.
2. Pastikan kecukupan MCRT dan F/M ratio.
3. Tambahkan DO jika mengalami defisit.
4. Naikkan RAS untuk menjaga sludge blanket 1 – 3 ft di clarifier.

Foaming on Aeration
1. Putih, berbuih, tidak stabil.
2. Putih kecoklatan, stabil, mengandung partikel MLSS.
3. Gelap, pekat, stabil, tebal seperti coklat.

Karakteristik Foaming
1. Sedikit atau tidak ada filament (check microscopic), high F/M  foaming putih
2. Cukup ada filament
3. Membentuk gumpalan, rotifer yang banyak, low F/M, sludge age panjang  foaming
coklat.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 101 of 103


Penyebab Foaming on Aeration
1. Banyak material yang tidak terdegradasi, high F/M, MLSS tidak segera tercapai 
foaming putih.
2. Keberadaan bakteri filament memproduksi extracellular polymer (ECP) sehingga
menimbulkan busa ini.
3. Long sludge age system sehingga timbul denitrifikasi  foaming coklat

Pengobatan Foaming on Aeration


1. (Foaming Putih) : Reduce F/M dengan menaikkan MLSS, pastikan tidak ada
detergent.
2. Gunakan strategi seperti sludge bulking.
3. (Foaming Coklat) : Pasang anoxic tank untuk menanggulangi denitrifikasi, WAS di
naikkan jika old sludge.

Anaerobic Troubleshooting
1. Shockloading (Kelebihan Beban)
 Check rerata COD loading dalam rentang 5 hari, penambahan Fluktuasi COD
Loading tidak boleh lebih dari 20%.
 Setting COD loading pada rentang yang diperbolehkan
 Check kebutuhan nutrient TSS, VFA, Komposisi gas CO2 dll.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 102 of 103


2. pH Rendah/terlalu tinggi
 Check dan pastikan probe tidak error, pastikan sistem kalibrasi secara berkala
dilakukan
 pH rendah kadar Gas CO2 cenderung tinggi
 5.5 – 6.5 <pH< 7.8 - 9.0 dapat terjadi kerusakan proses (aktivitas bakteri mati)
 5.5 <pH > 9.0 activitas bakteri mati secara drastic

3. Temperatur lebih dari kriteria


 Temperatur ideal pada suhu 35 – 37 o C
 Jika temperatur cenderung rendah bakteri masuk fase Dorman (mati suri)
 Suhu 42 o C dalam 12 jam, banyak bakteri akan mati. Suhu lebih dari 42 o C
bakteri akan mati secara langsung.

4. Penyimpangan Karakteristik Air limbah


 Dalam operasional sering terjadi hambatan dari sumber limbahnya, misalnya:
Fluktuasi COD (terlalu tinggi/terlalu rendah)
TSS terlalu tinggi menyebabkan penggeseran biomass
Minyak dan lemak terlalu tinggi menimbulakan fatty acid

5. Toxicity
 High VFA merupakan indikasi toxicity, penurunan produksi gas, COD
effluent meningkat, konsumsi Coustic meningkat, Sludge Carry Over tinggi.
 When the toxicity problems occurs, take action as lowering or stop the load or
diluting influent waste water.

6. Loss of biomass (Sludge Carry Over)


 Dalam kondisi normal SCO sekitar 1 – 3 ml/l.
 Jika terjadi penurunan biomassa maka diperlukan penambahan biomassa baru
 Jika biomassa berlebih harus dikurangi dengan wasting

Terimakasih.

Operator IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah) Page 103 of 103

Anda mungkin juga menyukai