Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, yang sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau
rasa pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak
dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena di kalangan awam kedua
istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada
sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya
disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. Berbagai macam defenisi vertigo
dikemukakan oleh banyak penulis, tetapi yang paling tua dan sampai sekarang
nampaknya banyak dipakai adalah yang dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1893
yaitu setiap gerakan atau rasa (berputar) tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar
penderita yang bersangkutan dengan kelainan keseimbangan.

1
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF.

a. Jaringan Saraf
1) Neuron
Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakn unut anatimi dan fungsional
sistem persarafan.
a) Nuron terdiri dari:
(1) Badan sel
Secara relatif badan sel lebih besar dan mengelilingi nukleus yang
di dalamnya terdapat nukleolus. Di sekelilingnya terdapat perikarion
yang berisi neurofilamen yang berkelompok yang disebut neurofibril.
Di luarnya berhubungan dengan dendrit dan akson yang memberikan
dukungan terhadap proses-proses fisiologis.
(2) Dendrit
Dendrit adalah tonjolan yang menghantarkan informasi menuju
badan sel. Merupakn bagian yang menjulur keluar dari badan sel dan

2
menjalar ke segala arah. Khususnya di korteks serebri dan serebellum,
dendrit mempunyai tonjolan-tonjolan kecil bulat, yang disebut
tonjolan dendrit.
(3) Akson
tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi
keluar dari badan sel disebut akson.
Dendrit dan akson secara kolektif sering disebut sebagai serabut
saraf atau tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima,
menyampaikan dan meneruskan pesan-pesan neural disebabkan sifat
khusus membran sel neuron yang mudah dirangsang dan dapat
menghantarkan pesan elektrokimia.
b) Klasifikasi sruktural neuron
Klasifikasi sruktural neuron berdasarkan pada hubungan antara dendrit,
badan sel dan akson mencakup:
(1) Neiron tanpa akson
Secara struktur lebih kecil dan tidak mempunyai akson. Neuron ini
belokasi pada otak dan beberapa organ perasa khusus
(2) Neuron bipolar
Ukuran dari neuron bipolar lebih kecil dibandingkan dengan neuron
unipolar dan multipolar. Neuron bipilar sangat jarang ada, tetapi
meraka ada di dalam rongga perasa khusus, neuron ini menyiarkan
ulang informasi tentang penglihatan, penciuman dan pendengaran dari
sel-sel yang peka terhadap rangsang ke neuron-neuron lainnya.
(3) Neuron unipolar
Di dalam suatu neuron unipolar, dendrit dan akson melakukan proses
secara berlanjutan. Dalam suatu neuron, segmen awal dari cabang
dendrit membawa aksi potensial dan neuron ini memiliki akson.
Beberapa neuron sensorik dari saraf tepi merupakn neuron unipolar
dan sinaps neuron berakhir di sistem saraf pusat (SSP).
(4) Neuron multipolar
Neuron multipolar lebih banyak memiliki dendrit dan dengan satu
akson. Neuron ini merupakan tipe neuron yang sebagian besar berada
di SSP. Contoh tipe neuron ini adalah seluruh neuron motorik yang
mengendalikan otot rangka.
3
c) Klasifikasi fungsional
(1) Neuron sensorik
Neuron sensorik merupakan neuron unipolar atau disebut juga dengan
serabut aferen yang menghubungkan antara reseptor sensorik dan
batang otak atau otak. Neuron ini mengumpulkan informasi dengan
memperhatikan lingkungan luar tubuh. Tubuh manusia memiliki
sekitar 10 juta neuron sensorik. Neuron sensorik somatis melakukan
pengawasan di luar tubuh dan neuron sensorik viseral memonitor
kondisi di dalam tubuh.
Reseptor sensoorik yang lebih spesifik meliputi:
(a) Eksteroseptor, menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan
luar dan lingkunagan yang didapat dari indera seperti penglihatan,
penciuman, pendengaran dan peraba.
(b) Proprioseptor, memonitor keadaan posisi dan pergerakan otot
rangka dan sendi.
(c) Interoseptor, memonitor kondisi sistem pencernaan, pernapasan,
kardiovaskuler, perkemihan, reproduksi, serta beberapa sensasi
perasa dan rasa nyeri.
(2) Neuron motorik
Neuron motorik atau neuron eferen membawa instruksi-instruksi dari
SSP menuju efektor perifer. Tubuh manusia memiliki sekitar 500 ribu
neuron motorik. Akson-akson pembawa pesan dari SSP yang disebut
dengan serabut eferen, terdiri atas sistem saraf somatis (SSS) dan
sistem saraf otonom (SSO).
(3) Interneuron
Interneuron atau neuron eferen berada di antara neuron sensorik dan
motorik. Interneuron terdapat di seluruh otak dan batang otak. Tubuh
manusia memiliki 20 juta interneuron dan berespons untuk
mendistribusikan setiap informasi dari neuron sensorik dan
mengkoordinasikan aktivitas motorik.
2) Neuroglia
Neuroglia adalah Penyokong, pelindung neuron-neuron SSP dan sebagai
sumber nutrisi bagi neuron-neuron otak dan medula spinalis. Ada empat sel
neuroglia yaitu:
4
a) Mikroglia, sel ini ditemukan di seluruh SSP dan dianggap berperan
penting dalam proses melawan infeksi.
b) Ependimal, berperan dalam produksi cairan serebrospinal (CSS).
c) Astroglia, berperan sebagai barier darah-otak, memperbaiki kerusakan
jaringan neuron dan menjaga perubahan interstisial.
d) Oligodendroglia, berperan dalam menghasilkan mielin.
3) Sel Schwann
Sel schwann membentuk mielin maupun neurolema saraf tepi. Membren
plasma sel schwann secara konsentris mengelilingi tonjolan neuron sistem
saraf tepi (SST).
4) Mielin
Mielin merupakan suatu kompleks protein yang mengisolasi tonjolan
saraf. Mielin menghalangi aliran ion natrium dan kalium melintasi membran
neuronal dengan hampir sempurna. Selubung meilin tidak kontinu di
sepanjang tonjolan saraf, dan terdapat celah-celah yang tidak memiliki mielin,
yang disebut nodus Renvier.
5) Transmisi sinaps
Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik
ini yang kita kenal dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di
sepanjang neuron dan bersifat kimia di antara neuron.
Neuron tidak bersambung satu sama lain. Tempat dimana neuron
mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan organ efektor disebut
sinaps. Sinaps merupakan satu-satunya tempat dimana suatu impuls dapat
lewat dari suatu neuron ke neuron lainnya atau efektor. Agar proses ini
menjadi efektif, maka sebuah pesan tidak selalu harus melalui perjalanan
melalui akson, tetapi bisa ditransmisikan melalui jalan lain untuk menuju sel
lainnya.
Sinaps bisa bersifat elektrik untuk melakukan kontak antarsel atau bersifat
kimia dengan melibatkan neurotransmiter.

a) Sinaps listrik
Sinaps-sinaps listrik terletak di SSP dan SST, tetapi sinaps-sinaps tersebut
jarang ada. Sinaps ini sering ada di pusat otak, termasuk di vestibular
nuklei, dan juga ditemukan di mata dan sekitar di ganglia SSP.
5
b) Sinaps kimia
Situasi dari sinaps kimia jauh lebih dinamis dibandingkan dengan sinaps
listrik, karena sel-sel tidak berpasangan. Pada sinaps kimia, suatu
potensial aksi dapat muncul dengan atau melepaskan sejumlah
neurotransmiter menuju neuron postsinaps. Kondisi ini akan
mengintervensi sel-sel postsinaps sehingga lebih sensitif terhadap stimulus
yang muncul.

6) Neurotransmiter
Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan
disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini
dilepaskan dari akson terminal melalui eksositosis dan juga direabsorpsi
untuk daur ulang.
Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antarneuron. Setiap neuron
melepaskan satu transmiter. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan
permeabilitas sel neuron, sehingga dengan bantuan zat-zat kimia ini, neuron
dapat lebih mudah dalam menyalurkan impuls, tergantung dari jenis neuron
dan trnsmiter tersebut (Ganong, 1999).

b. Otak

Otak dilapisi oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput
meninges terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan durameter, lapusan araknoid, dan
lapisan piameter.
1) Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan
bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang tengkorak.

6
Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari otak dan medula
spinalis.
2) Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri dari
lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini disebut
dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut cairan
serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla
spinalis dari guncangan.
3) Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan
melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh darah.
Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.
Otak dibagi menjadi 3 bagian besar : serebrum, serebellum dan batang otak.
Semua berada dalam satu bagian struktur tubuh yang disebut tengkorak, yang
melindungi otak dan cedera.
1) Serebrum
Cerebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Pada cerebrum
terletak pusat 2 saraf yang mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik juga
mengatur proses penalaran intelegensia dan ingatan.
a) Empat lobus
(1) Frontalis (lobus terbesar), terletak pada fossa anterior. Area ini
mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan
menahan diri.
(2) Parietalis (lobus sensorik). Area ini menginterpretasikan sensasi
kecuali sensasi baru. Lobus parietal mengatur individu mampu
mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
(3) Temporalis, mengintegrasikan sensasi, kecap, bau dan pendengaran,
ingatan jangka pendek sangat berhubungan dengan daerah ini.
(4) Oksipital, terletak pada lobus posterior hemisfer serebri. Bagian ini
bertanggung jawab untuk menginterpretasikan penglihatan.
b) Serebellum
Terletak pada fosa kranii posterior dan ditutupi oleh dura meter yang
menyerupai atap tenda, yaitu tentorium, yang memisahkannya dari bagian
posterior serebrum.
Fungsi serebellum yaitu:

7
(1) Mengatur otot-otot postural tubuh. Serebellum mengkoordinasi
penyesuaian secara cepat dan otomatis dengan memelihara
keseimbangan tubuh.
(2) Melakukan program akan gerakan-gerakan pada keadaan sadar dan
bawah sadar.
c) Batang otak
Ke arah kaudal batang otak berlanjut sebagai medula spinalis dan
kebagiab rostral berhubungan langsung dengan pusat-pusat otak yang
lebih tinggi. Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas adalah medula
oblongata, pons dan mensensefalon (otak tengah). Di sepanjang batang
otak banyak ditemukan jaras-jaras yang berjalan naik dan turun. Batang
otak merupakn pusat transmiter dan refleks dari SSP.
(1) Pons berbentuk jembatan serabut-serabut yang menghubungkan kedua
hemisfer hemisfer serebellum, serta menghubungkan mensensefalon di
sebalah atas dengan medula oblongata di bawah. Pons merupakan mata
rantai penghubung yang penting pada jaras kortikoserebelaris yang
menyatukan hemisfer serebri dan sereblellum. Bagian bawah pons
berperan dalam pengaturan pernapasan.
(2) Medulla oblongata merupak pusat reflek yang penting untuk jantung,
vasokonstriktor, pernapasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air
liur dan muntah.
(3) Mensensefalon (otak tengah) merupakan bagian pendek dari batang
otak yang letaknya di atas pons. Secara fisiologis mensensefalon
mempunyai peran yang penting dalam pengaturan respons-respons
tubuh.
d) Diensefalon memproses ransang sensori dan membantu memulai atau
memodifikasi reaksi tubuh terhadap ransang-ransang tersebut. Diensefalon
dibagi menjadi empat bagian yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan
hipotalamus Diencephalon sebagai pusat penyambung sensasi bau yang
diterima. Semua impuls memori sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
(1) Talamus, talamus merupak stasiun transmiter yang penting dalam otak
dan juga merupakan pengintegrasi subkortikal yang penting
(2) Hipotalamus, hipotalamus terletak di bawah talamus yang berfungsi
pengendalian secara tidak sadar kontaksi otot-otot skeletal,
8
pengendalian fungsi otonom, koordinasi aktivitas sistem persarafan
dan endokrin, sekresi hormon ADH dan hormon oksitosin,
menghasilkan dorongan emosi dan perilaku, koordinasi antara fungsi
otonom dan volunter dan mengatur suhu tubuh.
(3) Subtalamus, fungsi belum jelas diketahui, tetapi lesi pada subtalamus
dapat menimbulkan diskinesia dramatis yang disebut hemibalismus.
(4) Epitalamus, berhubungan dengan sistem limbik dan sedikit berperan
pada beberapa dorongan emosi dasar dan integritasi informasi
olfaktorius. Epifisis menyekresi malatonin dan membantu mengatur
irama sirkadian tubih serta menghambat hormon-hormon
gonadotropin.
e) Saraf kranial
Saraf kranial Komponen Fungsi
I Olfaktorius Sensorik Penciuman
II Optikus Sensorik Penglihatan
 Mengangkat kelopak mata atas
 Konstraksi pupil
III Okulomotorius Motorik
Sebagian besar gerakan
ekstraokular.
IV Troklearis Motorik Gerakan mata ke bawah dan ke dalam
Otot temporalis dan maseter (menutup
Motorik rahang dan mengunyah) gerakan
rahang ke lateral
 Kulit wajah, dua pertiga depan
kulit kepala, mukosa mata, mukusa
hidung dan rongga mulut, lidah dan
V Trigeminus
gigi.
Sensorik  Refleks kornea atau refleks
mengedip, komponen sensorik
dibawa oleh saraf kranial V,
respons motorik melalui saraf
kranial VII
VI Abdusens Motorik Deviasi mata ke lateral

9
 Otot-otot dan ekspresi wajah
termasuk otot dahi, sekeliling mata
Motorik
serta mulut.
VII Fasialis
 Lakrimasi dan salivasi
Pengecapan dua pertiga depan lidah
Sensorik
(rasa manis, asam dan asin)
Cabang
vestibularis
VIII Sensorik Keseimbangan
vestibulokokleari
s
Cabang koklearis Sensorik pendengaran
 Faring: menelan, refleks muntah
IX Glosofaringeus Motorik
 Parotis: salivasi
 Faring, laring: menelan, refleks
Motorik
muntah; fonasi: visera abdomen
X Vagus  Faring, laring: menelan, refleks
Sensorik muntah; visera leher, thoraks dan
abdomen
Otot sternokleidomastoideus dan
XI Asesorius Motorik bagian atas dari otot trapazeus;
pergerakan kepala dan bahu
XII Hipoglosus Motorik Pergerakan lidah

f) Sistem limbik
Sistem limbik berkaitan dengan:
(1) Suatu pendirian atau respons emosional yang mengarahkan pada
tingkah laku individu.
(2) Suatu respons sadar terhadap lingkungan.
(3) Memberdayakan fungsi intelaktual darri korteks serebri secara tidak
sadar dan memfungsikan batang otak secara otomatis untuk merespons
keadaan.
(4) Memfasilitasi penyimpanan suatu memori dan menggali kembali
simpanan memori yang diperlukan.

10
(5) Merespons suatu pengalaman dan ekspresi suasana hati, terutama
reaksi takut, marah dan emosi yang berhubungan dengan perilaku
seksual.

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA.

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks


(pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pendengaran
berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan
berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan
mendengar.

1. Anatomi Telinga Luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan
membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang
lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama
oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus
membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis
auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal
mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus
auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus
panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan
fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang
dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit
dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi
substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga
mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya
mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

11
2. Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah


lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua
Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas
lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu
mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan
rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke
nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang
temporal.

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.
Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu
hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah,
yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak
pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan
jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran
kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela
bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari
dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula
perilimfe.

Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,


menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun

12
dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau
menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan
menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

3. Anatomi Telinga Dalam

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial
VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian
dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang
labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut
90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan
keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah
gerakan seseorang.

Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua
setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan
organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin
membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan
langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin
membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus

13
koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan
endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe
dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini
terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di
dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terja¬di
aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke
otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut
utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh
nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk),
yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari
kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus
kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus
adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa
nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak

14
2.3 FISIOLOGI KESEIMBANGAN

Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (labirin), terlindung


oleh tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara umum adalah
telinga dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat keseimbangan. Labirin
terdiri atas labirin tulang dan labirin membran. Labirin membran terletak dalam labirin
tulang dan bentuknya hampir menurut bentuk labirin tulang. Antara labirin membran
dan labirin tulang terdapat perilimfa, sedang endolimfa terdapat di dalam labirin
membran. Berat jenis cairan endolimfa lebih tinggi daripada cairan perilimfa. Ujung
saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang terapung dalam perilimfa, yang
berada dalam labirin tulang. Setiap labirin terdiri dari 3 kanalis semi-sirkularis (kss),
yaitu kss horizontal (lateral), kss anterior (superior) dan kss posterior (inferior). Selain
3 kanalis ini terdapat pula utrikulus dan sakulus.

Keseimbangan dan orientasi tubuh se¬seorang terhadap lingkungan di sekitarnya


tergantung pada input sensorik dari reseptor vesti¬buler di labirin, organ visual dan
proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP,
sehingga menggam¬barkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.

Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap
pelebarannya terdapat makula utrikulus yang di dalamnya terdapat sel-sel reseptor
keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap
kanalis terdapat pelebaran yang ber¬hubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Di
dalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan
se-luruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula.

Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan
endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke
dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolari-sasi dan akan merangsang
pelepasan neurotransmiter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris
melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke
arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.

15
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik
akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi
energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh
akibat per-cepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi
informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung.

Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga


kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala yang
timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi
atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin.

Manusia, karena berjalan dengan kedua tungkainya, relatif kurang stabil


dibandingkan dengan makhluk lain yang berjalan dengan empat kaki, sehingga lebih
memerlukan informasi posisi tubuh relatif terhadap lingkungan, selain itu diper-lukan
juga informasi gerakan agar dapat terus beradaptasi dengan perubahan sekelilingnya.
Informasi tersebut diperoleh dari sistim keseimbangan tubuh yang melibatkan
kanalis semisirkularis sebagai reseptor, serta sistim vestibuler dan serebelum sebagai
pengolah infor-masinya; selain itu fungsi penglihatan dan proprioseptif juga berperan
dalam memberikan informasi rasa sikap dan gerak anggota tubuh.
Sistim tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi untuk selanjutnya diolah
di susunan saraf pusat.

16
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. DIAGNOSIS BANDING

 VERTIGO
DEFINISI

Vertigo adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan sensasi seseorang
bahwa lingkungan di sekitar dirinya bergerak atau berputar. Sensasi dari pergerakan ini
disebut vertigo subjektif sedangkan persepsi pergerakan pada objek di sekelilingnya
disebut vertigo objektif. Vertigo seringkali berhubungan dengan kelainan di otak atau
di telinga dalam. Penyebab vertigo dapat diklasifikasikan menjadi penyebab sentral
(melibatkan otak) dan penyebab perifer (melibatkan jaringan saraf). Penyebab vertigo
yang paling umum adalah penyebab perifer yang melibatkan telinga dalam. Benign
Paroxysmal Positional Vertigo adalah bentuk paling umum dari vertigo dan ditandai
dengan sensasi bergerak yang dimulai dengan pergerakan tiba-tiba dari kepala atau
menggerakkan kepala ke arah tertentu. Vertigo juga dapat disebabkan oleh labirinitis
(peradangan pada telinga dalam), yang ditandai dengan onset vertigo yang tiba-tiba dan
mungkin berhubungan dengan ketulian.

17
ETIOLOGI

VERTIGO/DIZZINESS

FISIOLOGIS : PATOLOGIS

1.Mabuk gerakan

2.Mabuk angkasa

3.Vertigo
ketinggian

VESTIBULER VESTIBULER
R R

PERIFER : SENTRAL : SYNCOPE DISEQUILIBRIUM PSIKOGENIK

A. LABIRIN 1.INFARK 1.ARITMIA JANTUNG 1.PARKINSON 1.ANSIETAS

1.BPPV 2.PERDARAHAN 2.VASOVAGAL 2.KEL.SEREBELUM 2.HIPERVENTIL


SYNCOPE ASI
2.MENIERE 3.TUMOR OTAK 3.KEL. MATA
3.HIPOGLIKEMI 3.DEPRESI
3.OTOTOXIK 4.EPILEPSI

4.LABRINGITIS 5.RADANG OTAK

5.TRAUMA KAPITIS

B. N. VESTIBULARIS

1.NEURONITIS
VESTIBULARIS

2.RAMSAY HUNT
SYNDROME

18
Vertigo dapat timbul pada lesi atau gangguan fungsi labirin, nervus vestibularis,
batang otak atau lobus temporalis.

1. Vertigo labirin.
Fungsi labirin dapat terganggu pada trauma, iskemia, peradangan, keracunan dan lain-
lain.
1. Vertigo Barany.
Yaitu vertigo yang timbul pada perubahan tertentu sikap kepala. Keluhan ini
biasanya timbul pada usia pertengahan. Gangguan ini dapat timbul setelah trauma
kepala. Pada vertigo barany bila penderita dari sikap duduk dibaringkan dengan
kepala ditengadahkan 45 0 kebelakang, atau ditolehkan ke kiri atau ke kanan dapat
timbul nistagmus yang baru timbul setelah periode laten selama 2-20 detik. Lama
berlangsungnya nistagmus kurang dari 1 menit. Tes ini disebut tes Nylen-Barany.
Dengan pengulangan tes ini, nistagmus tidak timbul lagi. Vertigo yang timbul
dapat hebat.
2. Vertigo trauma kapitis.
Vertigo akut yang timbul pada trauma kapitis disebabkan memar labirin unilateral.
Gejala-gejala lain yang menyertainya adalah nausea, vomiting, gangguan
keseimbangan. Terdapat pula nistagmus spontan dengan komponen cepat kearah
sisi yang sehat, salah tunjuk ke sisi lesi. Gejala dan tanda-tanda ini menghebat
pada gerakan cepat kepala dan bila miring ke sisi yang sakit. Biasanya keluhan
pusing menghilang dalam waktu 6 bulan.
3. Labrintitis.
Labrintitis supurativa dapat timbul pada meningitis, mastoiditis, otitis media yang
menjalar ke dalam tulang. Pada keadaan ini timbul vertigo yang hebat disertai
gangguan pendengaran. Gejala lain yang dapat dijumpai ialah rasa nyeri di daerah
telinga dalam, nyeri kepala, demam. Pada labrintitis yang disebabkan virus juga
terdapat vertigo; gangguan pendengaran tidak berat dan biasanya sembuh sendiri.
Labrintitis mungkin menyebabkan gangguan pendengaran yang menetap, vertigo
timbul dalam serangan-serangan disertai tinitus.
4. Penyakit Menire.
Penyakit ini biasanya timbul pada usia 30-40 tahun. Gejala-gejalanya timbul
dalam serangan-serangan yang dimulai dengan tinitus, telinga bagian dalam terasa
seperti tertekan, gangguan pendemngaran diikuti vertigo akut, nausea, vomiting

19
yang berlangsung beberapa jam. Mungkin diantara serangan-serangan penderita
mengeluh merasda kurang stabil terus menerus. Biasanya penyakit menire ini
unilateral. Mekanisme terjadinya gangguan ini belum diketahui, dan diduga
menjadi dasar penyakit ini ialah edema labirin. Karena itu pada terapinya
dianjurka diet rendah garam dan pemberian diuretika.
5. Sifilis kongenital.
Radang sifilis dapat terjadi dalam tulang temporalis yang mengakibatkan
labirintitis, hidrops endolimfe dan degenerasi labirin. Penyakit ini biasanya
bilateral.
6. Vertigo yang disebabkan obat.
Vertigo dapat timbul pada keracunan alkohol, kinin, barbiturat, karbamazepin,
streptomisin dan lain-lain. Sebaiknya pada keadaan ini pengobatan segera
dihentikan. Keluhan segera akan berkurang tetapi untuk hilang sama sekali dapat
memaka waktu berbulan-bulan.

2. Vertigo nervus vestibularis


1. Nevritis vestibularis.
Penyebab neuritis vestibularis belum diketahui. Gejala-gejala yang timbul ialah
vertigo yang mendadak dan berat disertai nausea dan vomiting. Nistagmus
spontan dijumpai dengan fase cepat kearah telinga yang sehat. Fungsi nervus VIII
yang terkena berkurang. Mungkin dijumpai tinitus atau perasaan penuh dalam
telinga. Pendengaran tetap baik. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri.
2. Neurinoma nervus vestibularis.
Pada neurinoma nervus VIII biasanya keluhan penderita bukan perasaan memutar
tetapi gangguan keseimbangan disertai menurunnya daya mendengar. Kemudian
timbul gejala-gejala neurologis lain, kelumpuhan nervus fasialis, ataksia dan lain-
lain.
3. Gangguan batang otak
Iskemia batang otak. Pada gangguan aliran darah dalam arteri vertebralis basalis
sering dijumpai vertigo. Gejala-gejala lain yang ditemukan ialah disartria, ataksia,
hemiparesis, diplopia dan lain-lain. Tes Nylen-Brany pada gangguan batang otak
menunjukan hal-hal sebagai berikut : nistagmus posisi timbul langsung, lamanya
lebih dari 1 menit, timbul pada setiap kali tes dilakukan, arah nistagmus dapat
berubah, vertigo yang timbul pada tes ini tidak berat atau tidak jelas.
20
3.2 KLASIFIKASI VERTIGO
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular
yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral. Saluran
vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan
informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan. Vertigo periferal
terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu
telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
 VERTIGO VESTIBULAR
Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan

- PERIFER
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol
keseimbangan.

Vertigo jenis ini biasanya diikuti gejala-gejala seperti:

1. pandangan gelap
2. rasa lelah dan stamina menurun
3. jantung berdebar
4. hilang keseimbangan
5. tidak mampu berkonsentrasi
6. perasaan seperti mabuk
7. otot terasa sakit
8. mual dan muntah-muntah
9. memori dan daya pikir menurun
10. sensitif pada cahaya terang dan suara
11. berkeringat

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain


penyakit-penyakit seperti Benign Parozysmal Positional Vertigo atau BPPV
(gangguan keseimbangan karena ada perubahan posisi kepala), meniere’s disease
(gangguankeseimbangan yang sering kali menyebabkan hilang pendengaran),

21
vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf keseimbangan) dan labyrinthitis
(radang di bagian dalam pendengaran)

- SENTRAL
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak,
khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan
serebelum (otak kecil).

Gejala vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap, penderita akan mengalami
hal-hal seperti:

1. penglihatan ganda
2. sukar menelan
3. kelumpuhan otot-otot wajah
4. sakit kepala yang parah
5. kesadaran terganggu
6. tidak mampu berkata-kata
7. hilangnya koordinasi
8. mual dan muntah-muntah
9. tubuh terasa lemah

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo sentral termasuk


antara lain stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang belakang dan otak), tumor,
trauma di bagian kepala, migren, infeksi, kondisi peradangan, neurodegenerative
illnesses (penyakit akibat kemunduran fungsi saraf) yang menimbulkan dampak
pada otak kecil. Penyebab dan Gejala Keluhan vertigo biasanya datang mendadak,
diikuti gejala klinis tidak nyaman seperti banyak berkeringat, mual,dan muntah.
Faktor penyebab vertigo adalah Sistemik, Neurologik, Ophtalmologik,
Otolaringologi, Psikogenik, dapat disingkat SNOOP.

 VERTIGO NON VESTIBULAR


Vertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh penyakit
tertentu, misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan jantung. Sementara itu, vertigo
neurologik adalah gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan saraf.
Keluhan vertigo yang disebabkan oleh gangguan mata atau berkurangnya daya

22
penglihatan disebut vertigo ophtalmologis; sedangkan vertigo yang disebabkan
oleh berkurangnya fungsi alat pendengaran disebut vertigo otolaringologis. Selain
penyebab dari segi fisik,penyebab lain munculnya vertigo adalah pola hidup yang
tak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu masalah hingga
stres. Vertigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional disebut vertigo
psikogenik.

Tabel 1. Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non Vestibular

Gejala Vertigo Vestibular Vertigo Non Vestibular

Sifat vertigo rasa berputar melayang, hilang


keseimbangan
Serangan episodik
kontinu
Mual/muntah +
-
Gangguan pendengaran +/-
-

23
Gerakan pencetus gerakan kepala gerakan obyek visual

Situasi pencetus - keramaian, lalu lintas

Tabel 2. Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral

Gejala Vertigo Vestibular Perifer Vertigo Vestibular Sentral

Bangkitan vertigo lebih mendadak lebih lambat

Derajat vertigo berat ringan

Pengaruh gerakan kepala ++ +/-

Gejala otonom (mual, ++ +


muntah, keringat)

Gangguan pendengaran
+ -
(tinitus, tuli)

Tanda fokal otak


- +

Jenis Vertigo Disertai Keluhan Tidak Disertai Timbul Karena


Berdasarkan Awitan Telinga Keluhan Telinga Perubahan Posisi
Serangan

Vertigo paroksismal Penyakit Meniere, TIA arteri vertebro- Benign paroxysmal


tumor fossa cranii basilaris, epilepsi, positional vertigo
posterior, transient vertigo akibat lesi (BPPV)
ischemic attack lambung
(TIA) arteri
vertebralis

Vertigo kronis Otitis media kronis, Kontusio serebri, Hipotensi ortostatik,

24
meningitis sindroma paska vertigo servikalis
tuberkulosa, tumor komosio, multiple
serebelo-pontine, sklerosis,
lesi labirin akibat intoksikasi obat-
zat ototoksik obatan

Vertigo akut Trauma labirin, Neuronitis -


herpes zoster otikus, vestibularis,
labirinitis akuta, ensefalitis
perdarahan labirin vestibularis,
multipel sklerosis

Tabel. Gejala yang sering menyertai vertigo Vertigo Periferal (Vestibulogenik)


Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)

NO Vertigo Periferal (Vestibulogenik) Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)

1 Pandangan gelap Penglihatan ganda


2 Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan
3 Jantung berdebar Kelumpuhan otot-otot wajah
4 Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah
5 Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu
6 Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata
7 Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi
8 Mual dan muntah Mual dan muntah
9 Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lemah
10 Sensitif pada cahaya terang dan Suara
11 Berkeringat
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakit
penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan
pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali

25
menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf
keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak,
khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak
kecil).

GEJALA VERTIGO VERTIGO


VESTIBULER VESTIBULER TIPE
TIPR PERIFER SENTRAL

1. Bangkitan vertigo. Lebih mendadak. Lebih lambat.

2. Derajat vertigo. Berat. Ringan.

3. Pengaruh gerakan kepala. + -

4. Gejala autonom (mual- ++ +

muntah, keringat dingin).

5. Gangguan pendengaran tinitus, tuli. + -

6. Tanda fokal otak. - +

3.3 PATOFISIOLOGI
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh
yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa
yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat.

Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut :

1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)

26
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan
hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan timbul
vertigo, nistagmus, mual dan muntah.

2. Teori konflik sensorik

Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari
berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan
proprioseptik, atau ketidak-seimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri dan
kanan.

Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga


timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau
sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang
berasal dari sensasi kortikal).

Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan
proses pengolahan sentral sebagai penyebab.

3. Teori neural mismatch

Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini otak
mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu
saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah
tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom.(Gb.1)

Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi
mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.

27
NEURAL

STORE

Sensory input (rangsangan gerakan)

Comparator

Unit

Gambar 1. Skema teori Neural Mismatch

4. Teori otonomik

Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebaga usaha
adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu
dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan

5. Teori neurohumoral

Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan terori serotonin
(Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam
mem-pengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
Cermin Dunia Kedokt eran No. 144, 2004

28
Normal motion sickness adapted

PAR
SYM
PAR SYM SYM PAR

Gambar 2. Keseimbangan Sistim Simpatis dan Parasimpatis


Keterangan :

SYM : Sympathic Nervous System, PAR : Parasympathic Nervous System

6. Teori sinap

Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan


neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses
adaptasi, belajar dan daya ingat.

Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF


(corticotropin releasing factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan
susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa
meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik.

Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat,
berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang
menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi
aktivitas susunan saraf parasimpatis.

29
3.4 DIAGNOSA

 ANAMNESA
1. Tanyakan bentuk vertigonya
2. Keadaan yang memprovokasi
3. Profil waktu: perlahan-lahan/ akut
4. Keluhan yang menyertai : gangguan pendengaran, tinnitus, mual/ muntah
5. Penggunaan obat-obatan : anti konvulsan, streptomisin, alkohol, dll.
6. Adanya penyakit sistemik : DM, Hypothiroid, Hipertensi, Blok jantung
7. Ada/ tidak stress

 PEMERIKSAN FISIK
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik,
otologik atau neurologik – vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan
fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi
serebelum.

Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan


penyebab; apakah akibat kelainan sentral – yang berkaitan dengan kelainan
susunan saraf pusat – korteks serebri, serebelum,batang otak, atau berkaitan
dengan sistim vestibuler/otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula faktor
psikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut. Faktor
sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung, hipertensi,
hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi.

Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk


vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi
kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai.

Pemeriksaan Fisik Umum

Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan


darah diukur dalam posisi berbaring,duduk dan berdiri; bising karotis, irama
(denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.

30
 PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada fungsi
vestibular/ cerebral

1. Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama
20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan
posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada
kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang
menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan
penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan
bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

2. Tandem Gait
Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan
diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada kelainan
vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler
penderita akan cenderung jatuh.

3. Tes Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada
kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi
dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke
arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun
dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke
arah lesi.

31
4. Post – Pointing Tes (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang
dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat
penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

5. Tes Babinsky – Weil


Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke
depan dan lima langkah ke belakang seama setengah menit; jika ada gangguan
vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.

32
 PEMERIKSAAN NEUROOTOLOGI
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau
perifer.

1. Uji Dix Hallpike


Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang
dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis
horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri.
Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini
dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.

Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul


setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan
berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).
Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung
lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).

33
34
2. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30ºC) dan air hangat (44ºC) masing-masing
selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul
dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut
(normal 90-150 detik).

Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas
ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat maupun air dingin,
sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan pada
arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga.

Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII,


sedangkan directional preponderance menunjukkan lesi sentral.

4. PENATALAKSANAAN
a) Antikolinergik
Obat anti kolinergik, seperti skopolamin bermanfaat untuk
menghilangkan gejala mual dan muntah yang merupakan
manifestasi dari kegiatan susunan saraf simpatik.
b) Antihistamin
Obat ini sangat banyak dipakai untuk mengurangi rasa pusing.
Mekanisme kerja obat antihistamin adalah :
1.Efek antikolonergik
2.Sedatif
3.Blokade reuptake monoamine,dan
4.Kombinasi dari ketiga efek diatas.
Obat yang sering dipakai adalah dimenhidrinat, dengan dosis 3
dd 50 mg: prometasin, yang mempunyai efek sedatif lebih besar,
dengan dosis 3 dd 25 mg; betahistin mesilat dalam dosis 3 dd 6
mg.
c) Fenotiazin

35
Obat golongan ini selain memblokasi dopamin juga
mempunyai efek antikolinergik dan anti histamin, misalnya
klopromazin dengan dosis 3 dd 25 mg.
d) Butirofenon
Bila semua obat antihistamin tidak menolong, maka dapat
dipakai obat ini dengan dosis 3 dd 1 mg.
e) Flunarizin
Obat ini adalah suatu calcium entry blocker, yang mencegah
akumulasi dari ion kalsium intraseluler pada keadaan patologis.
Flunarizin jauh lebih mengurangi keluhan vertigo dibandingkan
dengan obat yang lain.

36
BAB IV

KESIMPULAN

Vertigo adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan sensasi seseorang
bahwa lingkungan di sekitar dirinya bergerak atau berputar. Sensasi dari pergerakan ini
disebut vertigo subjektif sedangkan persepsi pergerakan pada objek di sekelilingnya
disebut vertigo objektif. Vertigo seringkali berhubungan dengan kelainan di otak atau
di telinga dalam.

Penyebab vertigo dapat diklasifikasikan menjadi penyebab sentral (melibatkan


otak) dan penyebab perifer (melibatkan jaringan saraf). Penyebab vertigo yang paling
umum adalah penyebab perifer yang melibatkan telinga dalam. Benign Paroxysmal
Positional Vertigo adalah bentuk paling umum dari vertigo dan ditandai dengan sensasi
bergerak yang dimulai dengan pergerakan tiba-tiba dari kepala atau menggerakkan
kepala ke arah tertentu. Vertigo juga dapat disebabkan oleh labirinitis (peradangan
pada telinga dalam), yang ditandai dengan onset vertigo yang tiba-tiba dan mungkin
berhubungan dengan ketulian.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Bahrudin, Moch. (2013) Neurologi klinis. Jakarta : Umum Press.


2. Guyton, Arthur C, Jhon E. Hall. (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
EGC.
3. Mardjono, Mahar & Sidharta, Priguna. (2012) Neurologi Klinis Dasar. Jakarta :
Dian Rakyat.
4. Markam, soemarmo.(2012). Penuntun Neurologi.Tangerang : Binarupa Aksara
Publisher.

38

Anda mungkin juga menyukai