Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK

M.K : Keperawatan Medikal Bedah III


Dosen M.K : Ns. U.B. Ohorella, S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB

“Patofisiologi, Terapi Farmakologi dan Terapi Diet pada Gangguan


Persepsi Sensori”

Disusun oleh : Kelompok II

Nama :
1. Siska Aguswanty
2. Elsina Tumansery
3. Getti Lesiputty
4. Karnila Gamal
5. Jana Laisina
6. Hety Talaohu
7. Grace Gamallo
8. Faradila Tunny
9. Nuryati Wailissa

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Tinggi lagi maha
menyayangi, segala puji bagi-Nya yang telah emmebrikan kami kekuatan
dan Hidayah sehingga makalah dengan judul “Patofisiologi, Terapi
farmakologi dan Terapi diet pada gangguan persepsi sensori” dapat
selesai dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Persepsi sensori indra penglihatan


B. Persepsi sensori indra perasa
C. Persepsi sensori indra penciuman
D. Persepsi sensori indra pendengaran
E. Persepsi sensori indra peraba

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam
maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui
organ sensori (panca indera). Stimulus yang sempurna
memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan
berkembang dengan normal.
Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan
serta perbedaan antara hal yang terjadi melalui proses mengamati,
mengetahui dan mengartikan setelah mendapat rangsangan melalui
indera.
Terapi farmakologi merupakan terapi yang diberikan mencakup
obat-obatan terhadap beberapa penyakit yang berkaitan dengan
perjalanan obat didalam tubuh serta perlakuan tubuh terhadapnya.
Diet merupakan jumlah makanan yang dikonsumsi olehs seseorang.
Jenis diet sangat dipengaruhi oleh latar belakang asal individu atau
keyakinan yang dianut masyarakat tetentu. Asupan nutrisi seseorang
sangat berpengaruh terhadap masa tubuhnya, pola makan yang
seimbang akan memberikan kecukupan nutrisi yang dibutuhkan oleh
tubuh kita, sehingga tubuh kita akan berfungsi dengan baik.

B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui terapi farmakologi dan terapi diet yang tepat
terhadap gangguan persepsi sensori, yaitu :
1. Terapi farmakologi dan terapi diet gangguan persepsi sensori
penglihatan
2. Terapi farmakologi dan terapi diet gangguan persepsi sensori
pendengaran
3. Terapi farmakologi dan terapi diet gangguan persepsi sensori
perasa
4. Terapi farmakologi dan terapi diet gangguan persepsi sensori
peraba
5. Terapi farmakologi dan terapi diet gangguan persepsi sensori
penciuman.

C. Manfaat Penulisan
Setelah mengetahui tujuan penulisan dari terapi farmakologi dan
terapi diet gangguan persepsi sensori sehingga dapat diterapkan
dalam mengaplikasikan tindakan keperawatan yang berhubungan
dengan terapi farmakologi dan terapi diet.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Persepsi sensori indra penglihatan


1. Katarak
a. Parofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jerni,
tranparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai
kekuatan retraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus,
diperifer ada konteks, dan yang mengeliligi keduanya adalah
kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri
dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna,
anmpak seperti Kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lesna mengakibatkan
hilangnya transfransi. Peruabhan pada serabut halus multipel
(zunula) yang memanjang dari badan silier kesekitar daerah
diluar lensa. Misalnya dapat menyebabkan penglihatan
mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengautkan pandangan
dengan menghambat jalanya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
influx air kedalam lensa. Teori lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai pran dalam melindungi lensa dari
denegarasi jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada katarak biasnya terjadi bilateral, namun
memiliki kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh
kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun
kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan
yang normal, kebanyakan katarak berkembang secara kronik
ketika seseorang memasuki decade ketujuh. Katarak dapat
bersifat kogenital dan harus diidentifikasi awl, karena bila tidak
terdiagnosa dapat menyebabkan amblyopia dankehilangan
penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan
dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B,
obat-obatan,, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin
antiloksida yang kurang dalam jangka waktu lama.

b. Farmakologi
1) Ciprofloxacin (2x1 500gr)
2) Methylprednisolon (3x1 4mg)
3) Tumbrosom (6 tts/jam)
4) Floxa (6 tts/jam)
5) As,mefanamat (3x1 50 gr)
6) Ketorolac (1 amp/8 jam)

c. Terapi Diet
1) Makanan yang harus dihindari pada penderita katarak yaitu:
a) Hindari makanan yang pedas (cabe,saus,lada bubuk)
b) Hindari bahan masakan yang berbau menyengat
(Bawang putih)
c) Hindari minuman kafein (Kopi)
d) Hindari makanan yang mengandung protein tinggi (Putih
telur, keju. Tempe)
e) Hindari makanan yang manis-manis (coklat, kue, es
krim)
f) Hindari minuman cepat saji ataupun yang diawetkan
(soft drink)
g) Hindari daing yang berserat mentah
2) Makanan yang dianjurkan untuk penderita kata
a) Jus wortel
Sudah banyak yang tau bahwa sayur orange yang satu
ini kaya akang vitamin A sehingga sangat baik
mengobati mata, tidak trkecuali dengan penyakit katarak.
Anda cukup menngonsumsi satu gelas jus wortel setiap
hari dan buktikan bahwa katarak anda semakin
membaik.
b) Bawang putih
Makan bawang putih mentah-mentah akan membantu
mengurangi derita katarak. Hal ini karena bawang putih
mengandug bahan antioksida, antibiotic dan snagat baik
dalam menyembuhkan penyakit. Cukup makan 2-3 siung
bawang putih setiap hari untuk mengurangi dan
menyembuhkan katarak secara perlahan.
c) Jus labu
Jus labu bisa juga dijadikan obat katarak, kandungannya
yang kaya akan vitamin A sangat baik untuk mata.
Peralatan yang digunakan adalah blender dan banyak air
untuk menjadikan labu benar-benar halus. Minum setiap
satu hari sekali.
d) Makan bayam
Bukan hanya tubuh saja yang ternutrisi, bayam juga
sangat baik untuk mata. Ini karena banyak bayam yang
mengandung karotenoid sehinga dpat membantu
penyembuhan katarak. Caranya adalah merebus
sebentar dan makan seperti bias.cukup dua porsi perhari
akan membantu penyembuhan penyakit.
2. Endoftalmitis
a. Patofisiologi
1) Endoftalmitis infeksi
a) post op steril endoftalmitis
(1) Reaksi toksin dri zat kimia yang bereaksi dan
menempel ke lensa intraokuler
(2) Reaksi toksis yang tersisa dari korpus alieneum atau
benda asing yang tetap bertahan dilam intra
okuler
2) Infeksi sekunder dari jaringan sekitar
Sangat jarang terjadi, dalam beberapa kasus misalnya,
inflamasi purulent intraokuler diikuti oleh selulitis orbita,
tromboflebitis dan ulkus kornea yang terinfeksi.

Dalam keadaan normal, barrier pembulu dara


memberikan pertahanan dan kekebalan alami terhadap agen
infeksius. Dalam kasus endoftalmitis endogen dimana
organisme atau angen infeksius akan beredar bersama
dengan sirkulasi dara. Hal tersebut dapat ditemukan pada
pasien bacteremia pada kasus endocarditis. Bakteri akan
menginvasi lansung endotel pembuluh dara baer pada mata.

Endoftalmitis dapat bermula dari nodul putih pada


kapsul lensa, iris, retina, atau koroid. Hal tersebut dapat
terjadi seperti radang semua jaringan mata, yang mengarah
ke bola mata dengan kondisi penuh dengan eksudat purulen.
Radang dapat menyebar melibatkan jarigan lunak orbital.
Prosedur operatif dapat menganggu integritas bola mata
yang dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen seperti
oprasi : katarak, glaucoma, retina,keratotomy radial,
intrafitreal.
b. Farmakologi
1) Antibiotic
Pemberian intravitreal, topical dan sistemik (penggunaan
kombinasi dua obat untuk gram+ dan gram -)
Antibiotic intravitreal
a) Pilihan pertama (vancomycin 1 mg dalam 0,1 ml +
ceftazidine 2,25 mg dalam 0,1 ml)
b) Plihan kedua (vancomycin 1 mg dalam 0,1 ml +
amikacin 0,4 mg dalam 0,1 ml)
c) Pilihan ketiga (vancomycin 1 mg dalam 0,1 +
gentamicin 0,2 mg dalam 0,1 ml)

Antibiotic topical
a) Vancomicin (50 mg/ml) atau cevasolin (50 mg/ml)
b) Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15 mg%)
Antibiotic sistemik
a) Ciprofloxacin intravena 200 mg BD selama 2-3 hari, di
ikuti 500 mg oral BD selama 6-7 hari
b) Vancomicin 1 gm IV BD dan cevtazidin 2 gm IV setiap 8
jam
2) Steroid
a) Dexsametason intravitreal 0,4 mg dalam 0,1 ml
b) Dexametason 4 mg (1 ml) OD selama 5-7 hari
c) Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60
mg diikuti dengan 50 mg, 40 mg, 30 mg, 20 mg, dan 10
mg selama dua hari.
3) Terapi tambahan
a) Tetes mata atropine 1% atau hematropin 2% 2-3 hari
sekali
b) Untuk pasien dengan peningkatan TIO (acetazolamide
3x250 mg dan timolol 0,5% 2x1)
c. Terapi diet

3. Peterigium
a. Patofisiologi
Mata terpapar oleh ultraviolet atau mutagen untuk p53 tumor
supresor gen yang terdapat pada limbal basal sistem sel
transforming growth (ekprsi berlebihan sitokin) faktor beta
oveproduksi menyebabkan regulasi collagenase meningkat
sehingga sel-sel bermigrasi dan angiogenesis. Akibatnya terjadi
perubahan degenerasi kolagen dan terlihat jaringan sub
epitelial vibrofeskular jaringan subkonjungtiva mengalami
degenerasi elatoid dan proliferasi jaringan granulasi faskular
dibawah epitel yaitu substansia propia yang akhirnya
menembus kornea. Kerusakan kornea terdapat pada lapisan
membran bowman yang disebabkan oleh pertumbhan jaringan
fibrofaskuler dan sering disertai dengan inflamasi ringan.
Kerusakan membrane bowman akan mengeluarkan substrat
yang diperlukan untuk pertumbuhan peterigium.

b. Farmakologi
1) Pemakaian air mata artifisial (obat tetes topical untuk
membasahi mata atau Gen Teal OTC) dosis dewasa 1 gtt
4x sehari
2) Salep pelumas topical (hypoters, P.M penyegar atau OTC)
3) Obat tetes mata anti iflamasi (prednisolon asetat atau pred
forte 1%) 1 gtt 4x sehari 1-2 minggu.

c. Terapi Diet
1) Makanan yang berserat
2) Makanan kaya protein
3) Makanan kaya lemak sehat
4) Makanan kaya anti oksiden

B. Persepsi sensori indra perasa


1. Stomatitis
a. Patofisiologi
Tubuh manusi memiliki pertahanan tubuh alamia yaitu system
laktoperoksidase ( LP system) yang mampu mempertahankan
tubuh terhadap serangan infeksi mikroorganisme. System
laktoperoksidase (LP system) terdapat pada salifa atau luda
manusia. LP system mempertahankan tubuh dengan cara
perfungsi sebagai bakteriostatis terhadap baketeri mulut dan
bakteriosit terhadap bakteri.
Bakteri didalam mulut dapat berkembang biak tidak terkontrol
karena system laktoperoksidase yang merupakan pertahan
alami dalam salifa umumnya rusak. Hal ini dikarenakan erinya
mengkomsumsi makanan yang mengandung zat-zat kimia
(perasa, pewarna, dan pengawet) bahkan yang memakai zat
pembasmi hama/antiseptic dan makan panas atau pedas.
Pemakaian antisptik pada obat kumur atau pasta gigi juga
dapat merusak LP system sebab antiseptic ini bersifat
bakteriosit sehingga dapat mebunu semua bakteri yang berada
didalam rongga mulut yang dapat mengakibatkan sekitar
mukosa mulut menjadi rusak kemudia menghasilkan ulserasi
lokal

b. Farmakologi
1) Injeksi vitamin B12 IM (1000 mcg/minggu untuk bulan
pertama dan kemudian 100 mcg) untuk pasien dengan level
serum vitamin B12 dibawah 1001 pg/ml
2) Tablet vitamin B12 suplingual (1000 mcg/hari)
c. Terapi Diet
Penderita stomatitis mengalami kesulitan dalam menelan
dan mengunya makan. Oleh karna itu, perlu diberikan
pengaturan diet dengan mamakanan saring. Diet ini bertujuan
untuk memberikan makanan yang cukup sesuai dengan
keadaan penderita serta mencegah dan mengoreksi defiensi
energy, zat gizi, dan cairan. Syarat diet yang diberikan
diantaranya cukup energy, protein, dan at gizi lain, makan
mudah dicerna, porsi makanan kecil dengan frekuensi sering,
cukup cairan, dan bentuk makanan tergantung kemampuan
menelan makanan, diberikan bertahap dimulai dari makanan
cair penuh atau cair kental, makanan saring kemudian
makakanan lunak. Perbanyak sayuran hijau dan buah kaya
akan asam folat, vitamin B12 dan zat besi, makanan yang
dihindari makanan yang pedas dan asam.

2. Kanker lidah
a. Paofisiologi
Kejadian kanker lidah disebabkan oleh banyak faktor yang
dikelompokkann menjadi beberapa faktor. Yaitu faktor luar,
fakter hereditel, dan faktor nonhereditel. Faktor luar meliputi
roko, alkohol, infeksi kronis dan trauma kronis. Faktor
nonhereditel meliputi faktor fisik seperti sinar ultra fiolet, faktor
biologi seperti firus (papilloma yang ditolarkan melalui
hubungan suami istri, hepatitis) parsit, dan bakteri.
Faktor-faktor tersebut akan memicu suatu ransang
karsinogen yang mengenai sel skiwamous karsinoma pada
mukosa mulut yang tidak mempunyai keratin sebagai
pelindung. Dimuka mulut tersebut, zat-zat karsinogen
terpampung dan berproliferasi secara tidak terkontrol. Kaker
lidah yang mengenai radiks linguae biasanya asimptomatis
sehingga proses penyakit berlanjut hingga timbul nyeri menelan
dan oergerakan lidah yang sangat terbatas ketika kanker
mengenai korpus lingwae tanda yang paling terlihat adalah
putih-putih pada lidah yang bisa dihilangkan kemudian
berbentuk ulkus yang mudah berdara. Kanker pada korpus
lingwae domisnan metastase pada kelenjar linfe submental dan
submandibula

b. Farmakologi
1) Terapi sufortif (menjaga higienitas mulut dan menghindari
makann zat adiktif seperti pinang, siri dan tembakau
2) Terapi medika mentosa
a) IVDRL 20 gtt/menit
b) ketorolac 3x30 mg
c) 1 gm/ jam
d) kemoterapi dengan penggunaan brexel 80 mg

c. Terapi Diet
1) Energy tinggi, yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32
dan kkal/kg BB untuk perempuan. Apabila pasen berapa
pada dalam keadaan gizi kurang maka kebutuhan energy
menjadi 40 kkal/kg BB untuk lak-lakii dan 36 kkal/kg untuk
perempuan
2) Protein tinggi yaitu 1-1,5/kg BB
3) Lemak sedang yaitu 15-20% dari kebutuhan energy total
4) Karbohidrat cukup yaitu sisa dari kebutuhan energy total
5) Vitamin dan mineral cukup terutama vitamin A,B
kompleks, C dan E. bola perlu ditambah dalam bentuk
suplemen
6) Rendah iodium bila sedang menjalani medikasi radio aktif
internal
7) Bila imunitas menurun (leukosit ≤10 ml) atau pasien akan
menjalani kemoterapiagresif, pasien harus menapat
makanan yang steril
8) Porsi makan kecil tapi kering

C. Persepsi sensori indra penciuman


1. Sinotitis
a. Patofisiologi
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostiu- ostium
sinus dan lancarnya klirens mukosiliar didalam KOM. Mucus
juga mengandung suptansi antimicrobial dan zat-zat yang
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Organ-organ
yang berbentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi
edema mukosa yang berhadapan akan saling bertemu
sehingga sila tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat
akibatya terjadi tekanan negatif didalam rongga sinus yang
menyebabkan terjadinya transudasi. Namun bola kondisi ini
menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media
baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri, sekret menjadi
purulent, keadaan ini disebut sebagai rinosinotitis akut bacterial
dan memerlukan terapi antibiotic.
Jika terapi tidk berhasil inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia
dan bakteri anairok berkembang. Mukosa makin membengkak
dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai
akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertropi,
polipoid atau pembentukan polid dan kista.

b. Farmakologi
1) Drainage medical
a) Dekongestan lokal : efedrind 1% (dewasa ½% (anak)
b) Dekongestal oral : psedo evedrin 3x60 ml
2) Antibiotic diberikan dalam 5-7 hari (untuk akut)
a) Ampicillin 4x500 mg
b) Amokcilin 3x500 mg
c) Sulfametasksol TNP (800/60) 2x1 tablet
d) Diksisiklin 100 mg/hari
3) Simtomatic
Parasitamol, metanpiron 3x500 mg
4) Untuk kronis
Irigasi 1x setiap minggu (10/20)

c. Terapi Diet
1) Makanan yang kaya akan omegatiga
Asam lemak yang terdapat didalamnya memiliki sidat anti
inflamasi yang dapat meringankan atau mencegah infeki
sinus seperti ikan tuna, ikan salmon, ikan mackerel dan ikan
sarden
2) Buah ceri mengandung flafonoid dan karetenoid
3) Bawang putih memiliki zat antioksidan dan anti inflamasi
dari alicin yang ampuh melawan infeksi dan dapat
memepertahankan tubuh terhadap sinus
4) Cuka sari apel mengandung fotasiun yang memebantu
untuk megurangi produksi lender
5) Vitamin C anti histamine alami dengan sipat anti oksidan

2. Polip
a. Patofisiologi
Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang
kebanyakan terdapat didaerah meatus medius. Kemudian
stroma akan terisi oleh cairan inter seluler, sehingga mukosa
yang sembab menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut,
mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan
turun kedalam rongga hidung sambil membentuk tangkai,
sehingga terbentuk polip.
Polip dikafumnasi terbentuk akibat proses radang yang lama.
Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rhinitis alergi
dalam jangka waktu yang lama, fasolidatasi lama dari
permbuluh dara submukosa menyebabkan edema mukosa.
Kukosa akn menjadi ireguler dan terdorong kesinus pada
akhirnya membentuk suatu struktur bernama polip

b. Farmakologi
1) Bila polip masih kecil dapat diobati secara konserfatif
dengan kortikos teroid sistemik atau oral (prednisolon
50mg/hari atau deksametason 50 mg/hari selama 10 hari)
kemudian dosisnya diturunkn perlahan
2) Secara lokal dapat disuntikan kedalam polip (triasinolon
asetenoid atau prednisolon 0,5 ml 5-7 hari
3) Secara topical atau nasal sprei (beklometason dipropinoat)

c. Terapi Diet
1) Konsumsi makanan sehat, kaya serat (buah-buahan dan
sayuran
2) Diberikan diet tinggi kalori tinggi protein
3) Membatasi makanan karsinogenik (diasap, dibakar,
dipanggang, diawetkan,perwarns, perasa bahan kimia) dan
minyak yang teroksidasi

D. Persepsi sensori indra Pendengaran


1. OMA dan OMSK
a. Patofisiologi
Otitis mesia terjadi akibat disfungsi tuba eustasius, tuba
tersebut yang menghubungkan telinga tengah dan nasofaring,
normalnya tertutup dan datar yang mencegah organisme dari
rongga faring memasuki telinga tenga. Lubang tersbut
memungkinkan terjadinya drainase sekret yang dihasilnkan
oleh mukosa telinga tengah dan memungkinkan terjadinya
keseibangan. Antara teinga tengah dan luar. Drainase yng
terganggu menyebabkan retensi sekret didalam telinga tengah.
Udara tidak dapat keluar melalui tuba yang tersumbat,
sehingga diserat kedalam sirkulasi yang menyebabkan tekanan
negatif didalam telinga tengah. Jika tuba tersebut terbuka,
perbedaan tekanan ini menyababkan bakteri masuk keruang
telinga tengah, tempat ornganisme cepat berpoliferasi dan
menembus mukosa.

b. Farmakologi
1) Pemberian antibiotik topikal
a) Polimiksin B atau polimikasin E (bersifat bakterisit
terhadap kuman gram negatif)
b) Neomisin (bersifat bakteriosit terhadap kuman gram
negatif dan positif)
c) Kloram fenikor (bersifat bakteriosit terhadap kuman gram
negatif dan positif)
2) Antibiotic sistemik, antibiotic golongan kulnolon
(siprofloksasin dan ofloksasin (mempunyai aktivitas anti
pseonomonas dan dapat diberikan peroral
3) Untuk bakteri anaerob digunakan metronidazol yang bersifat
bakteriasid 400 mg/8 jam selama 2 minggu atau 200 mg/8
jam selama 2-4 minggu
c. Terapi Diet
Diet tinggi protein dan karbohidrat

2. Serumen
a. Patofisiologi
Serumen yang menumpuk dapat menyebabkan impaksi.
Impaksi serumen terbentuk oleh gangguan dari mekanisme
pembersihan serumen atau produksi serumen yang berlebih.
Sumbatan serumen umumnya terdiri dari sekresi dari kelenjar
serumen yang bercampur dengan sebum, debris,ekfoliatif dan
koetaminan. Pemberishan liang telinga yang tidak tepat
(khususnya dengan kapas telinga) dapat menganggu
mekanisme pembersihan serumen normal dan mendorong
serumen kearah tempani
Obsruksi serumen pada laiang telinga disebabkan oleh
imfaksi atau pembengkakan sumbatan serumen. Keadaan ini
sering terjadi setelah serumen kontak dengan air. Dengan
bertmbhanya umur, kulit meatus yang semakin kering dan
perubahan dari sekret dapat menyebabkan serumen menjadi
keras dan sulit di keluarkan.

b. Farmakologi
1) Meneteskan cairan khusus yang mengandung natrium
bikarbonat, minyak zaitun, minyak almon, bebiool, minyam
minera, kliserin, atau cairan khusus yang mengandung
hydrogen peroksida 2-3 kali sehari selama 3-7 hari
2) Serumen yang sangat keras (membatu dilembekan dengan
karbogliserin 10% 3x 5 tetes selama 3-5 hari

c. Terapi Diet
1) Makanan yang berserat (sayuran dan buah-buahan)
2) Konsumsi energy dan zat gizi seimbang
3) Mengkomsumsi makanan rendah garam rendah kolestrol
agar tidak ada komplikasi presbikusis

E. Persepsi sensori indra peraba


1. Dermatitis
a. Patofisiologi
Terjadi saat kontak utama allergen dengan kulit sampai
limfosit mengenal dan memberi respon yang memerlukan 2-3
minggu hapten protein tidak lengkap masuk kedalam kulit dan
berikatan dengan protein karier membentuk anti gen yang
lengkap, antigen ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleg
makrofag dan sel langerhans keadaan ini memicu reaksi
limfosit T yang belum tersentisasi dikulit sehingga sensitisasi
terjadi pada linfosit T membentuk sel T efektor yang
tersentisisasi secara spesifik dan sel memori. Melalui saluran
linfe, linfosid tersebut bermigrasi kedarah parakortikal kelenjar
getah bening regional untuk berdiferensiasi dan berproliferasi,
sel-sel tersebut masuk dalam sirkulasi, sebagian kembali
kekulit dan system limfoid, tersebar diseluruh tubuh,
menyebabkan keadaan sensitisasi yang sama diseluruh kulit.
Sel efektor yang telah tersentisisasi menegluarkan limfokin
yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi
gejala klinis

b.Farmakologi
1) Krim atau salep kortikosteroid (hidrocortison, desonit krim 0,0
5% dioleskan pada kulit 1-2 hari sekali
2) Table kortikos teroid (antihistamin : CTM 3x4 mg atau
loratadin 1x10 mg/hari
c. Terapi Diet
1) Sayur-sayuran hijau (brokoli dan bayam
2) Makanan yang kaya akan anti oksidan
3) Makanan yang kaya vitamin A dan B
4) Makanan tinggi energy, protein,mineral dan vitamin sesuai
dengan kebutuhan

2. Lepra
a. Patofisiologi
1) Kontak lansung erat dan lama mengakibatkan lesi kulit
tambah suhu dingin (terutama susceptible persons)
2) Droplet infection (aerogen) dari atau melalui mukosa hidung
(infeksi melalui oral lambung dan kulit utuh ditentang ahli
3) Dapat ditularksn melalui tempat tidur, pakaian o.k diyakini
M.leprae dapat bertahan jidyp beberapa hari luar tubuh
4) Kemungkinan penularan melalui gigitan serangga diakui

b. Farmakologi
1) Terapi rivanfisin 600 mg/bulan , dapson 100 mg/hari dan
lamprene 300 mg/bulan dan 50 mg/hari diminum dirumah
(untuk dewasa)
2) Livanfisin 450 mg/bulan, dapson 50 mg/hari dan lamprene
100 mg/bulan dan 50 mg/hari diminum dirumah (untuk anak-
anak 10-14 tahun)

c. Terapi Diet
1) Makanan peningkat ketebalan tubuh (buah-buahan dengan
vitamin C tinggi
2) Lmakanan laut mengandung mineral penting seperti zinc
dan kalzium (kerang, ikan sarden dan salman)
3) Makanan bervitamin untuk kulit dan tulang
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi farmakologi merupakan terapi yang diberikan mencakup
obat-obatan terhadap beberapa penyakit yang berkaitan dengan
perjalanan obat didalam tubuh serta perlakuan tubuh terhadapnya.
Diet merupakan jumlah makanan yang dikonsumsi olehs seseorang.
Jenis diet sangat dipengaruhi oleh latar belakang asal individu atau
keyakinan yang dianut masyarakat tetentu. Asupan nutrisi seseorang
sangat berpengaruh terhadap masa tubuhnya, pola makan yang
seimbang akan memberikan kecukupan nutrisi yang dibutuhkan oleh
tubuh kita, sehingga tubuh kita akan berfungsi dengan baik.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan
tentang Terapi farmakologi dan terapi diet pada gangguan persepsi
sensori baik persepsi sensori penglihatan, penciuman, perasa,
peraba, dan pendengaran dengan sumber-sumber yang lebih banyak
yang dapat dipertanggung jawabkan.
DATAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net

www.academia.edu

www.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai