Disusun Oleh :
NURMA YUNITA
044.196.1.2.059
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk mengikuti Praktik Klinik Kebidanan III
Disusun Oleh :
NURMA YUNITA
044.196.1.2.059
2020
HALAMAN PERSETUJUAN
Asuhan Kebidanan Komprehensif Dengan Judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.
S di BPM KUSMIYATI S.ST Tahun 2020” telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan
Tim Penguji Asuhan Kebidanan Komprehensif Akademi Kebidanan Prima Husada Bogor.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
HALAMAN PENGESAHAN
Tim Penguji
Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan Prima Husada Bogor
Agama : Islam
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Komprehensif dengan judul
“Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. S di BPM KUSMIYATI S.ST Tahun 2020”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Asuhan Kebidanan Komprehensif ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat guna mengikuti Praktik Klinik Kebidanan II Akademi Kebidanan
Prima Husada Bogor.
Pada kesempatan ini saya banyak mendapatkan bimbingan, arahan dan dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................10
A. LATAR BELAKANG.........................................................................10
B. TUJUAN...............................................................................................15
1. Tujuan Umum.................................................................................15
2. Tujuan Khusus................................................................................15
C. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN KASUS......................16
1. Waktu Pengambilan Kasus.............................................................16
2. Tempat Pengambilan Kasus...........................................................16
D. GAMBARAN KASUS.........................................................................16
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................17
A. KEHAMILAN......................................................................................17
1. Pengertian atau Definisi Kehamilan...............................................17
2. Standar Asuhan Antenatal..............................................................17
3. Ketidaknyamanan Trimester III......................................................19
B. PERSALINAN.....................................................................................20
1. Pengertian atau Definisi Persalinan................................................20
2. Tanda dan Gejala............................................................................21
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
secara menyeluruh dimulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga
seorang perempuan hamil dengan komplikasi dalam kehamilan, persalinan atau masa
nifas dengan melakukan asuhan antenatal dan persalinan dengan prinsip bersih dan aman,
mengurangi kompliksi persalinan yang berarkhir dengan kematian atau kesakitan melalui
pelayanan obstetrik dan neonatal esensial dasar dan komprehensif. (Saifuddin, 2014)
kematian ini bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera. Angka Kematian Ibu (AKI)
Setiap hari di tahun 2017, sekitar 810 wanita meninggal karena sebab yang dapat
dicegah terkait dengan kehamilan dan persalinan. Antara 2000 dan 2017, rasio kematian
ibu (AKI, jumlah kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup) turun sekitar 38% di seluruh
dunia. 94% dari semua kematian ibu terjadi di negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Remaja muda (usia 10-14) menghadapi risiko komplikasi dan kematian yang
Kematian ibu sangat tinggi. Sekitar 295.000 wanita meninggal selama dan setelah
kehamilan dan persalinan pada 2017. Mayoritas besar dari kematian ini (94%) terjadi di
rangkaian sumber daya rendah, dan sebagian besar bisa dicegah. Afrika Sub-Sahara dan
Asia Selatan menyumbang sekitar 86% (254.000) dari perkiraan kematian ibu global
pada 2017. Sub-Sahara Afrika sendiri menyumbang sekitar dua pertiga (196.000) dari
angka kematian Ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup
angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390
per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. Mengacu dari kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MDGs ke-5
untuk menurunkan AKI adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh –
Angka Kematian Ibu di Jawa Barat tahun 2017 yang dilaporkan pada table profil
kesehatan 2017 sebesar 76,03 per 100.000 KH, jika dibandingkan dengan proporsi AKI
tahun 2017 yang ditargetkan maka AKI di Provinsi Jawa Barat sudah berada di bawah
Pada tahun 2014 kasus kematian ibu maternal sebanyak 6 kasus, dan meningkat
signifikan pada tahun 2015 sebanyak 21 kasus dan tahun 2016 sebanyak 22 kasus dari
20.000 kelahiran hidup yang tercatat, bila dikonversikan ke dalam angka kematian ibu
setara dengan 105 per 100 ribu kelahiran hidup. Kematian ibu tersebut terjadi pada ibu
hamil, ibu bersalin dan ibu nifas, dengan penyebab kematian sebagai berikut : perdarahan
8 kasus (36%), Hipertensi dalam kehamilan 1 kasus ( 5%), Penyakit jantung & peredarah
darah 7 kasus (32%), penyebab lain 6 kasus (27%). Penyebab lain ini terdiri dari TB Paru
1 kasus, Lupus 1 kasus, Ileus 1 kasus, Hepatitis 1kasus dan asma 2 kasus.
intervensi dalam upaya mempercepat penurunan AKI yang mengacu pada intervensi
strategis “empat pilar safe motherhood”. Bidan sebagai ujung tombak asuhan pelayanan
kebidanan harus dapat berperan lebih besar yaitu program keluarga berencana, pelayanan
asuhan antenatal, persalinan yang bersih dan aman, dan pelayanan obtetric yang
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah Angka
yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran
hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal
sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup), selain
itu berguna untk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena
bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orangtua si bayi
tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Kemajuan yang
kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan
demikian angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya
intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan terutama yang
Afrika Sub-Sahara memiliki tingkat kematian neonatal tertinggi pada tahun 2018
dengan 28 kematian per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Asia Tengah dan Selatan
dengan 25 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Seorang anak yang lahir di sub-Sahara
Afrika atau di Asia Selatan 10 kali lebih mungkin meninggal pada bulan pertama
Sebanyak 7000 Bayi baru lahir di dunia meninggal setiap harinya (Indonesia:
minggu pertama, dan 40% meninggal dlm 24 jam pertama. Kematian neonatal berkaitan
erat dg kualitas pelayanan persalinan, dan penanganan BBL yg kurang optimal segera
setelah lahir dan bbrp hari pertama setelah lahir. Penyebab utama kematian (thn 2016)
adalah: prematur,komplikasi terkait persalinan (asfixia atau kesulitan bernafas saat lahir),
Proporsi Kematian Bayi pada tahun 2016 sebesar 3,93/1000 kelahiran hidup,
menurun 0,16 poin dibanding tahun 2015 sebesar 4,09/1000 kelahiran hidup. Proporsi
kematian kematian bayi berasal dari bayi usia 0-28 hari (Neonatal) sebesar 84,63% atau
3,32/1000 kelahiran hidup. disarankan dalam penanganan AKB lebih difokuskan pada
Bayi Baru Lahir. Walaupun demikian Angka Kematian Bayi di Jawa barat sebesar
3,93/1000 kelahiran hidup, sudah jauh melampaui target MDGs yang pada tahun 2015
Data kematian yang terjadi pada suatu wilayah dapat diperoleh melalui survei dan pelaporan,
karena sebagian besar kematian terjadi di rumah,sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan
hanya memperlihatkan kasus rujukan. Data kematian bayi di Kota Bogor berasal dari berbagai
sumber diantaranya sensus penduduk, susenas, survai demografi dan kesehatan. AKB dihitung
dari jumlah kematian bayi dibawah usia 1 tahun pada setiap kelahiran hidup. Di Kota Bogor dari
3,33 per 1000 kelahiran hidup tahun 2014, pada tahun 2015 ini masih tetap 3,33 per 1000
kelahiran hidup. Gambaran perkembangan terakhir mengenai data kematian bayi di Kota
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa jumlah kematian bayi selama 5 tahun
terakhir mengalami kenaikan dan penurunan, dapat dilihat pada tahun 2011 jumlah
kematian bayi sebanyak 44 kasus yang tercatat, tetapi pada tahun 2014 terjadi penurunan
kembali menjadi 10 sedangkan pada tahun 2015 meningkat menjadi 65 kasus kematian
bayi dari jumlah 19.517 kelahiran hidup. Jumlah Kematian bayi didapatkan setiap tahun
dari data laporan kematian yang didapatkan baik dari masyarakat maupun fasilitas
hubungan yang terus-menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang
selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai enam minggu pertama
beberapa program lain yang memerlukan intervensi selama masa kehamilan. Tujuan dari
ANC terpadu ini adalah menyediakan pelayanan yang komprehensif dan berkualitas,
intervensi dini terhadap kelainan atau gangguan atau penyakit lain, serta menyediakan
kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya
melalui berbagai upaya yang berintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
Asuhan persalinan normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan aman dari setiap
tahapan persalinan yaitu mulai dari kala satu sampai dengan kala empat dan upaya
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana Ny. S 19 Tahun menggunakan
manajemen varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil sesuai dengan SOP (Standar
Operasional Prosedur).
b. Mampu memberikan asuhan kebidanan kepada ibu bersalin sesuai dengan SOP
(Standar Operasional Prosedur).
c. Mampu memberikan asuhan kebidanan kepada ibu nifas sesuai dengan SOP (Standar
Operasional Prosedur).
d. Mampu memberikan asuhan kebidanan kepada neonatus dan bayi sesuai dengan SOP
(Standar Operasional Prosedur).
D. GAMBARAN KASUS
Bidan merupakan ujung tombak untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, salah satu
upaya dengan memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif. Tujuannya adalah untuk
dapat memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif.
Kasus diambil di Bidan Praktik Mandiri Kusmiyati S.ST Kecamatan Tajur gang. Babadak
No.77, Kota Bogor tanggal 26 januari hingga 18 maret 2020. Ny.S G1P0A0 umur 19 tahun,
selama kehamilannya memeriksakan kandungannya sebanyak 5kali, yaitu 2 kali saat
trimester I, 1kali saat trimester II dan 2 kali saat trimester III. Penulis melakukan ANC
sebanyak 2 kali yang dimulai pada usia kehamilan 36 minggu. HPHT tanggal 02/06/2019, TP
tanggal 9/03/2020.
Tanggal 21 maret jam 00.30 WIB Ny.S datang dengan keluhan mulas-mulas sejak pukul
23.00 WIB, hasil pemeriksaan Ny.S pembukaan 2, G1P0A0 hamil 37 minggu.
Pukul 07:00: mulas semakin sering dan kuat,inpartu kala I fase aktif,hasil pemeriksaan
normal,pembukaan 8cm
Pukul: 08:00: ingin mengejan, inpartu kala II fase aktif,hasil pemeriksaan normal,pembukaan
lengkap
Pukul 08:10: Bayi lahir spontan,menangis kuat,tonus otot aktif, Jk: perempuan
Pukul 08:20 : Ibu masih merasa mulas dan bahagia, bayi sudah menemukan puting susu →
kala IV persalinan, hasil pemeriksaan normal.
Ibu kemudian melakukan IMD (inisiasi menyusui dini) selama satu jam. Kondisi ibu dalam
keadaan baik dan normal dengan perdarahan kurang lebih 350Cc serta terdapat laserasi
derajat 1.Pada pemeriksaan nifas 6 jam sampai kunjungan 28 hari ibu dalam keadaan baik,
pemeriksaan fisik dalam batas normal, tidak
menunjukkan adanya infeksi dan tanda bahaya nifas. Pada pemeriksaan neonatus 1jam
sampai dengan kunjungan 28 hari bayi dalam keadaan baik, pemeriksaan fisik dalam batas
normal, tidak menunjukkan adanya infeksi dan tanda bahaya bayi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KEHAMILAN
1. Pengertian atau definisi kehamilan
Asuhan kehamilan (antenatal) adalah usaha preventif program pelayanan
Kehamilan berlangsung selama 40 minggu (10 bulan) dihitung dari saat hari
pertama haid terakhir sampai lahirnya bayi (Mochtar R, 2012). Dapat disimpulkan
bahwa kehamilan adalah proses penyatuan spermatozoa dan ovum sehingga akan terjadi
nidasi yang berlangsung selama 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir
Asuhan kehamilan bertujuan untuk membantu ibu dalam menyiapkan aspek fisik,
spiritual, sosial dan psikologis dalam menghadapi persalinan dan nifas. Sasaran utama
pemberian asuhan yaitu untuk memastikan bahwa ibu dan bayinya memiliki kesehatan
yang baik pada akhir kehamilan dan mendeteksi dini adanya komplikasi yang mungkin
kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang
Selang waktu
Imunisasi
minimal pemberian Langkah Perlindungan
TT
imunisasi
Langkah awal pembentukan
penyakit Tetanus
1 bulan setelah
TT 2 3 tahun
TT 1
6 bulan setelah
TT 3 5 tahun
TT 2
12 bulan setelah
TT 4 10 tahun
TT 3
12 bulan setelah
TT 5 ≥ 25 tahun
TT 4
ii. Tabel 2.1
iii. Waktu Imunisasi Tetanus Toxoid (Kemenkes RI, 2013)
8. Test laboratorium
9. Tatalaksana kasus
Beberapa wanita, terutama mereka yang telah merencanakan kehamilan atau telah
berusaha keras untuk hamil, merasa suka cita sekaligus tidak percaya bahwa dirinya telah hamil
dan mencari bukti kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya. Trimester pertama sering menjadi
waktu yang sangat menyenangkan untuk melihat apakah kehamilan akan dapat berkembang
dengan baik.
Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks.
Libido secara umum sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara yang
membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran, dan masalah-masalah lain yang merupakan
normal pada trimester pertama.(8)
Trimester Kedua
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni ketika wanita
merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil.
Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, kurang lebih 80% wanita
mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester I dan
sebelum hamil. Trimester kedua relative terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan ukuran
perut wanita belum menjadi masalah besar, lubrikasi vigina semakin banyak pada masa ini,
kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya menimbulkan aambivalensi
pada wanita tersebut mereda, dan ia telah mengalami perubahan dari seorang menuntut kasih
sayang dari ibunya menjadi seorang yang mencari kasih sayang dari pasangannya, dan semua
faktor ini turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual.(8)
Trimester Ketiga
Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada
periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia
menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat
lahir kapan pun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan menunggu
tanda dan gejala persalinan muncul.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik smakin kuat menjelang akhir
kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat
besar dan konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat
seksual terjadi pada trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang semakin
besar menjadi halangan. Alternatif posisi dalam berhubungan seksual dan metode alternatif
untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat menimbulkan perasaan bersalah jika ia
merasa tidak nyaman dengan cara-cara tersebut. Berbagi perasaan secara jujur dengan perasaan
B. PERSALINAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup
bulan (37-42 minggu) atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Machmudah, 2010)
Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi
persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun
janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas yang
memadai. (Manuaba, 2009).
Persalinan berlangung secara alamiah, tetapi tetap diperlukan pemantauan khusus karena
setiap ibu memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda,sehingga dapat mengurangi risiko
kematian ibu dan janin pada saat persalinan. Selain itu, selama kehamilan ataupun persalinan
dapat terjadi komplikasi karena kesalahan penolong dalam persalinaan, baik tenaga non-
kesehatan seperti dukun ataupun tenaga kesehatan khususnya bidan. (Wahyuni, 2014)
Berdasarkan pengertian diatas, persalinan adalah suatu proses alamiah yang dialami oleh
ibu hami berupa pengeluaran hasil konsepsi melalui jalam lahir yang normalnya pada usia
kehamilan 37-42 minggu.
telah habis. Jika hal ini terjadi, proses induksi mungkin akan dilakukan untuk menjaga
keselamatan bayi Anda.
Jika lilitan tali pusat dileher bayi masih longgar, selipkan tali pusat lewat
kepala bayi.
Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu gunting
diantaranya.
21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Membantu Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul dibawah arkas pubis.
Gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke arah perineum
ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan yang berada diatas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang berada
diatas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi.
Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
Penaganan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian selintas dan jawblah tiga pertanyaan berikut untuk menilai
apakah ada asfiksia bayi:
Apakah kehamilan cukup bulan?
Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap?
Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
26. Bila tidak ada asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir normal. Keringkan
dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu.
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
Ganti handuk basah dengan handuk yang kering.
Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada atau perut ibu
27. Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam uteris
(hamil tunggal).
Manajemen Aktif Kala III
28. Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin untuk
membantu uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikkan oksitosin 10 IU
secara IM di sepertiga paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
30. Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada
sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuaali pada asfiksia neonatus,
lakukan seseegera mungkin). Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat
ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem
pertama.
31. Potong dan ikat tali pusat.
Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian gunting
tali pusat di antara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut bayi).
Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua
menggunakan simpul kunci.
Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5%.
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi
dengan posisi tengkurao di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada
di antara payudara bu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi
padakepala bayi.
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35. Letakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi atas
simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arag dorso-kranial secara hati-hati, untuk
mencegah inversio uteri.
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga pasenta terlepas, lalu
minta ibu meneran sambil menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir dengan tetap melakukan
tekanan dorso-kranial.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
- Beri dosis ulangan oksitosin 10 Unit IM.
- Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
- Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
- Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.
- Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir.
- Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.
38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
kelem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus
dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15
detik melakukan rangsangan taktil/masase.
Menilai Perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh.
41. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan aktif.
Melakukan Asuhan Pasca Persalinan (Kala IV)
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-
bayi (di dada ibu minimal 1 jam).
Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam
waktu 60-90 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke
45-60, dan berlangsung selama 10-20 menit. Bayi cukup menyusu dari
satu payudara.
Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi
berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum
bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan
mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.
Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit
dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.
Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu
ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan
perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1,
salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.
Kenaakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya.
Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila
suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian
telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi
hangat kembaali.
Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam
jangkauan ibu 24 jam daalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering
keinginannya.
44. Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai:
Timbang dan ukur bayi.
Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1% atau
antibiotika lain).
Suntikkan vitamin K1 1 mg (0,5 mL untuk sediaan 2 mg/mL) IM di paha
kiri anterolateral bayi.
Pastikan suhu tubuh bayi normaal (36,5-37,5oC).
Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama nayah, ibu,
waktu lahir, jenis kelamin, dan tanda jika ada.
Lakukan pemeriksan untuk melihat adanya cacat bawaan (bibir
sumbing/langitan sumbing, atresia ani, defek dinding perut) dan tanda-
tanda bahaya pada bayi.
45. Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis B
di paha kanan anterolateral bayi.
Letakkan bayi didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di
dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdaraha pervaginam:
Setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin.
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascasalin.
Lakukan 20-30 menit pada jam kedua pasca sain.
Lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika uterus
tidak berkontraksi dengan baik.
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,
mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus memanggil bantuan
medis.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Periksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pascasalin dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascasalin.
Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pascasalin.
Lakukan tindakan yang sesuai untuk teman yang tidak normal.
50. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5oC).
Tunda proses memandikan bayi yang baru lahir hingga minimal 24 jam
setelah suhu stabil.
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman.
Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih.
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital asuhan
kala IV.
3) Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan utama
dari penggunaan partograf adalah untuk:
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui
pemeriksaan dalam.
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat
melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007).
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan
untuk:
Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu
Penggunaan Partograf
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan.
Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu
penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik
persalinan normal maupun yang disertai dengan pe¬nyulit.
Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta,
rumah sakit, dll).
Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama
persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa
kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan
yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat
mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan
menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pe¬meriksaan selama fase aktif
persalinan, termasuk:
Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan
mulai merawat ibu).
2) Kondisi janin:
DJJ;
3) Kemajuan persalinan:
Pembukaan serviks
5) Kontraksi uterus:
Frekuensi dan lamanya
6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
Oksitosin
Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
7) Kondisi ibu:
Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
Urin (volume, aseton atau protein)
8).Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang
tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban
jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ.
Gunakan lambang-lambang berikut ini:
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat
mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses
persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per
menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium
kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir.
Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali un¬tuk tetap
memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal
yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas
kesehatan yang memadai.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat
temuan di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-
lambang berikut ini:
pada partograf hasil te¬muan dari setiap pemeriksaan. Tanda "X" harus ditulis di
garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda
untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali
selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap
pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan fisik di bab
ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering
jika ada tanda¬-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau
presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan
turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian
terbawah/presen¬tasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm.
Kata-kata "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi yang
sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda "" pada garis waktu yang
sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda "" di
nomor 4. Hubungkan tanda "" dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak
terputus.
c. Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada
titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per
jam.
Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.
Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan
kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit
(misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll.).
Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya
persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas)
yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri.
Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau
4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis
Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya
20-40 detik.
Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari
40 detik.
a). Oksitosin.
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksi¬tosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan
tetesan per menit.
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap
adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis
kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta,
penatalaksanaan ter¬pilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan
serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang sesuai.
6). Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi
uterus, kan¬dung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat
penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan
pascapersalinan. Pengisian peman¬tauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada
satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam
berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab
pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes
RI, 2007).
4) NIFAS
1. Pengertian atau definisi nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan
akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa Nifas atau Puerperium adalah masa setelah
persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Asuhan selama periode nifas
perlu mendapat perhatian karena sekitar 60% angka kematian ibu terjadi pada
periode ini.
2. Perubahan fisik dan psikologis pada nifas
a. Perubahan Fisik Pada Masa Nifas
1. Perubahan Sistem Reproduksi
Tubuh ibu berubah setelah persalian, rahimnya mengecil, serviks
menutup, vagina kembali ke ukuran normal dan payudaranya mengeluarkan
ASI. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Dalam masa itu, tubuh ibu
kembali ke ukuran sebelum melahirkan. Untuk menilai keadaan ibu, perlu
dipahami perubahan yang normal terjadi pada masa nifas ini. (11)
a) Involusi rahim
Setelah placenta lahir, uterus merupakan alat yang keras karena kontraksi
dan retraksi otot – ototnya. Fundus uteri ± 3 jari bawah pusat. Selama 2
hari berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari,
uterus akan mengecil dengan cepat, pada hari ke – 10 tidak teraba lagi dari
luar. Setelah 6 minggu ukurannya kembali ke keadaan sebelum hamil.
Pada ibu yang telah mempunyai anak biasanya uterusnya sedikit lebih
besar daripada ibu yang belum pernah mempunyai anak. Involusi terjadi
karena masing – masing sel menjadi lebih kecil, karena sitoplasma nya
yang berlebihan dibuang, involusi disebabkan oleh proses autolysis,
dimana zat protein dinding rahim dipecah, diabsorbsi dan kemudian
dibuang melalui air kencing, sehingga kadar nitrogen dalam air kencing
sangat tinggi.
Tabel 1.1 Proses involusi uterus
menyelimuti kulit janin) lanugo, (yakni bulu halus pada anak yang
baru lahir), dan meconium (yakni isi usus janin cukup bulan yang
terdiri dari atas getah kelenjar usus dan air ketuban, berwarna hijau
kehitaman), selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochia Sanguinolenta : Warnanya merah kuning berisi darah dan
lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochia Serosa : Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi
pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
4) Lochia Alba : Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2
minggu.
5) Lochia Purulenta : Ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
6) Lochiotosis : Lochia tidak lancer keluarnya.
Perubahan pada Vagina dan Perineum adalah Estrogen pascapartum yang
menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap pada ukuran
sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir.
akan mengakibatkan kandung kencing penuh. Sisa urine dan trauma pada
dinding kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
Lebih kurang 30 – 60 % wanita mengalami inkontinensial urine selama periode
post partum. Bisa trauma akibat kehamilan dan persalinan, Efek Anestesi dapat
meningkatkan rasa penuh pada kandung kemih, dan nyeri perineum terasa lebih
lama, Dengan mobilisasi dini bisa mengurangi hal diatas. Dilatasi ureter dan
pyelum, normal kembali pada akhir postpartum minggu ke empat.
Sekitar 40% wanita postpartum akan mempunyai proteinuria nonpatologis
sejak pasca salin hingga hari kedua postpartum. Mendapatkan urin yang valid
harus diperoleh dari urin dari kateterisasi yang tidak terkontaminasi lochea.
4. Musculoskleletal
Otot – otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh
darah yang berada diantara anyaman-anyaman otot-otot uterus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta diberikan.
Pada wanita berdiri dihari pertama setelah melahirkan, abdomennya akan
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Dalam 2
minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita itu akan rileks.
Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan
sebelum hamil. Kulit memperoleh kambali elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil
stria menetap.
5. Endokrin
Hormon Plasenta menurun setelah persalinan, HCG menurun dan menetap
sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke tujuh sebagai omset pemenuhan
mamae pada hari ke- 3 post partum. Pada hormon pituitary prolaktin
meningkat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH
dan LH meningkat pada minggu ke- 3.
Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga dapat dipengerahui
oleh factor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi
karena rendahnya kadar estrogen dan progesterone. Setelah persalinan terjadi
penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktifitas prolactin juga
sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mammae dalam menghasilkan
ASI.
6. Kardiovaskuler
Pada keadaan setelah melahirkan perubahan volume darah bergantung
beberapa faktor, misalnya kehilangan darah, curah jantung meningkat serta
perubahan hematologi yaitu fibrinogen dan plasma agak menurun dan selama
minggu-minggu kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma, leukositosis serta
faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari postpartum, kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun dan faktor pembekuan darah
meningkat.
produksi ASI. Berikut juga dapat menjadi penyebab timbulnya psot partum
blues :
a. Ibu merasa kehilangan fisik setelah melahirkan.
b. Ibu merasa kehilangan menjadi pusat perhatian dan kepedulian.
c. Emosi yang labil ditambah dengan ketidaknyamanan fisik.
d. Ibu terpisah dari keluarga dan bayi-bayinya.
e. Sering terjadi karena kebijakan rumah sakit yg kaku/tidak fleksibel.
Gambaran Postpartum blues bersifat ringan dan sementara, ibu
mengalami emosi yang labil; mudah menangis, euforia dan tertawa. Ibu
merasa sedih dan menangis karena hal yg tdk jelas, mudah tersinggung,
karena kurang percaya diri, menjadi sensitif dgn komentar sekelilingnya.
Asuhan yang dapat diberikan pada ibu postpartum yaitu dengan
memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan dirinya. Berikan ibu support dan reward/pujian,
pertolongan/bimbingan orang terdekat akan sangat membantu ibu. Post
partum blues diidentifikasi sebagai hal yg mendahului depresi, dan
mengindikasikan perlunya dukungan sosial.
3. Kesedihan dan Duka Cita
Duka cita adalah respon fisiologis terhadap kehilangan. Kegagalan duka
cita pada umumnya oleh karena suatu keinginan u/ menghindari sakit yg intens.
Duka cita sangat bervariasi tergantung pada apa yg hilang & persepsi individu.
Tingkat kehilangan dicerminkan melalui respon diri. Bentuk kehilangan dapat
beragam diantaranya Infertil, keguguran, IUFD, kelainan kongenital, bayi
meninggal.
Terdapat tahapan dalam proses duka cita :
a. Shock
Merupakan respon awal terhadap kehilangan, bentuk respon fase shock ini
diantaranya; menolak, tidak percaya, putus asa, marah. Manifestasi
perilaku dan perasaan shock diantaranya :
1. Takut
2. Kesepian
3. Merasa bersalah
4. Terasa kosong/hampa
DIII AKADEMI KEBIDANAN PRIMA HUSADA BOGOR
49
5. Kesendirian
6. Menangis
7. Irrasional
8. Merasa benci
9. Kehilangan inisiatif
10. Merasa frustasi
11. Memberontak
12. Kehilangan konsentrasi.
b. Realitas (Penerimaan)
Merupakan fakta kehilangan dan penyesuaian/adaptasi terhadap keyataan
yang terjadi. Klien membuat penyesuaian yang perlu direncanakan dalam
kehidupan karena kejadian itu. Sering timbul pertanyaan : “mengapa:,
“jika”, “bagaimana. Ketika pertanyaan ini timbul akan meningkatkan
perasaan marah, bersalah, dan takut. Ekspresi secara utuh penting untuk
kesembuhan. (contoh: menangis).
c. Resolusi
Di fase ini individu mulai aktif kembali, fase resolusi merupakan
tahap individu mulai menerima kehilangannya, dan mulai membuat
hubungan baru. Orang disekitarnya sangat berperan, begitu pula dengan
peran tenaga kesehatan. Bidan sangat penting dalam membantu ibu yang
berduka. Seperti pada bayi yang lahir tidak sempurna (kelainan
kongenital), bidan berperan dalam memberi rasa aman, memberi support,
mendengarkan keluhan, tidak menyalahkan, dan memberi support untuk
berusaha menerima bayinya.
Beri ibu kesempatan untuk menceritakan perasaan mereka
walaupun berulang-ulang, karena hal ini merupakan manifestasi duka cita.
Memberikan informasi : penyebab dan kejelasan tentang kelainan bayi
mereka membantu ibu untuk melalui fase duka cita
5) Kandung Kemih : jika kandung kemih ibu penuh, maka bantu ibu
untuk mengkosongkan kasung kemihnya dan anjurkan ibu agar tidak
menahan apabila terasa ingin BAK. Jika ibu tidak data berkemih
dalam 6 jam postpartum , bantu ibu dengan cara menyiram air hangat
dan bersih ke vulva perineum ibu. Bila berbagai cara telah dilakukan
namu ibu tetap tidak berkemih, maka mungkin perlu dilakukan
pemasangan katerisasi. Setelah kandung kemih dokosongkan, maka
lakukan massase pada fundus agar uterus berkontasi dengan baik.
6) Ekstremitas bawah : pada pemeriksaan kaki apakah ada: varises,
odema, reflex patella, nyeri tekan atau panas pada betis. Adanya tanda
human caranya dengan meletakan 1 tangan pada lutut ibu dan
dilakukan tekanan ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan
nyeri pada betis dengan tindakan tersebut, tanda Homan (+).
7) Genitalia : Pemeriksaan pengeluaran lochea, warna, bau dan
jumlahnya, Hematoma vulva (gumpalan darah), gejala yang paling
jelas dan dapat diidentifikasi dengan inspeksi vagina dan serviks
dengan cermat, lihat kebersihan pada genitalia ibu, ibu harus selalu
menjaga kebersihan pada alat genitalianya karena pada masa nifas ini
ibu sangat mudah sekali untuk terkenan infeksi.
8) Perineum : pada pemeriksaan perieneum sebaiknya ibu dalam posisi
dengan kedua tungkai dilebarkan. Saat melakukan pemeriksaan
perineum periksalah jahitan laserasinya.
9) Lochea : mengalami perubahan karena proses involusi yaitu lochea
rubra, serosa, dan alba. (12)
2. Pemeriksaan
Masa nifas adalah periode berakhirnya persalinan (akhir kala III
persalinan sampai akhir 6 minggu pertama postpartum). Nifas adalah sejak 1
jam setelah plasenta lahir sampai minggu ke-6 atau berlangsurngnya selama 42
hari. (13)
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah
selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil
lamanya kira-kira 6-8 minggu. Perawatan masa nifas dimulai sebenrnya sejak
kala uri dengan menghadirkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan
postpartum dan infeksi. Bila ada perlukan jalan lahir atau luka bekas episotomi,
lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong
persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan,
untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan postpastum. (13)
Pemeriksaan yang dilakukan ibu nifas adalah :
a. Pada 2-6 jam petama
1. Tekanan darah : pada proses persalinan terjadi peningkatan tekanan
darah sekitar 15 mmHg untuk systole dan 10 mmHg untuk diastole
namun kembali normal pada saat postpartum.
2. Suhu : dapat naik sekitar 0,5°C dari keadaan normal tetapi tidak lebih
dari 38°C dan dalam 12 s/d 24 jam pertama post partum kembali
normal.
3. Denyut nadi : denyut nadi biasanya 60-80 x/I kecuali pesalinan
dengan penyulit prdarahan, denyut nadi dapat melebihi 100 x/i.
4. Fundus kembali keras dan bulat diatas pusat.
5. Perdarahan pervaginam.
6. Blass tidak teraba karena ibu dapat BAK dengan lancar.
b. Pemeriksan rutin setiap hari
1. Pemeriksaan fisik.
2. Tanda vital.
3. Payudara dan putting susu jika diinspeksi tidak ada kemerahan dan
nyeri.
Aktifitas asuhan kebidanan dalam periode nifas dapat dikategorikan
sebagai pemulihan dan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesejahteraan
emosional dan pemberian informasi, pendidikan serta saran praktis dari
pengalaman.(13)
3. Diagnosa
Berikut ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan dalam memberi
asuhan kebidanan pada ibu nifas : (14)
1. Memeriksakan Tanda Vital Ibu
Periksalah suhu tubuh, denyut nadi dan tekana darah ibu secara teratur minimal
sekali dalam satu jam jika ibu memiliki masalah kesehatan.
2. Membersihkan Alat Kelamin, Perut, dan Kaki Ibu
Bantulah ibu membersikan diri setelah melahirkan. Gantilah alas tidur yang
sudah kotor dan bersihkan darah dari tubuhnya. Cucilah dengan lembut,
gunakan air bersih dan kain steril.
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang kadang
wanita mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh
kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus spingter ani selama persalinan.
Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit BAK sebaiknya dilakukan
katerisasi.
6. Bantu Ibu Makan dan Minum
Sebagian besar ibu mau makan setelah melahirkan dan bagus bagi mereka
untuk bisa menyantap beragam makanan bergizi yang diinginkan. Jus buah
sangat baik karena akan memberinya energy. Anjurkan ibu untuk segera makan
dan banyak minum pada jam-jam pertama. Makanan harus bermutu, bergizi,
dan cukup kalori. Sebaiknya ibu mengkonsumsinya makanan yang
mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan buah-buahan.
7. Memerhatikan Perasaan Ibu Terhadap Bayinya
Hal-hal yang harus dilakukan untuk membantu meningkatkan perasaan ibu
terhadap bayinya adalah sebgai berikut :
a. Beri dukungan emosional
Sangat penting untuk memberikan dukungan emosional. Kebiasaan dan
ritual menghormati ibu atau merayakan kehadiran adalah salah satu cara
untuk mengakui keberhasilan ibu dalam persalinan. Kebanyakan wanita
merasakan emosi-emosi yang kuat setelah melahirkan. Ini adalah hal yang
normal. Beberapa wanita merasakan sedih dan khawatir selama beberapa
hari, minggu atau bulan.
b. Ibu tidak tertarik kepada bayinya
Beberapa ibu tidak merasa nyaman dengan bayi baru mereka. Ada
beberapa alas an yang menyebabkannya bisa jadi ibu sangat lelah, sakit,
dan mengalami perdarahan hebat.bisa juga dia tidak menginginkan bayi
itu, atau khawatir tidak bisa merawatnya, sehingga mengalami depresi.
8. Perhatikan Gejala Infeksi Pada Ibu
Suhu tubuh ibu yang baru melahirkan biasanya sedikit lebih tinggi dari pada
suhu normal, khususnya jika cuaca hari itu sangat panas. Namun, jika ibu
merasa sakit, terserang demam, atau denyut nadi cepat, atau merasa perih saat
Anjurkan ibu istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
saran kan ibu untuk melakukan kembali kegiatan rumah tangga secara
bertahap, tidur siang atau segera istirahat ketika bayi tertidur.
4. Latihan atau Senam Nifas
Senam nifas bertujuan untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan
didnding perut yang sudah tidak indah lagi.untuk itu beri penjelasan untuk ibu
tentang beberapa hal berikut :
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan fungsi otot otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan otot perut nya menjadi
kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
b. Jelaskan bahwa latihan tertentu selama beberapa menit setiap hari sangat
membantu yaitu dengan : tidur terlentang dan lengan di samping, tarik otot
perut sambil menarik nafas, tahan nafas dalam,angkat dagu ke dada, tahan
mulai hitungan 1 – 5 rilex dan ulangi sebanyak 10 kali.
c. Berdiri dengan tungkai di rapatkan kencangan otot bokong dan pinggul
tahan sampai 5 hitungan relaksasi otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
5. Pemberian ASI
Untuk mendapatkan asi yang banyak,sebaiknya ibu sudah mengkonsumsi
sayuran hijau, kacang kacangan dan minum sedikitnya 8 gelas sehari, sejak si
bayi dalam kandungan. Karena ini merupakan awal untuk mendapatkan asi
yang banyak , jangan lupa perawatan menggunakan baby oil dan massage dan
sekitar payudara selama hamiljuga dapat membantu puting yang mendelep.
Ada sebagian ibu menyusui yang takut untuk memompa asinya, karena asi
akan terbuang dan berkurang, padahal teori yang betul adalah semakin sering
asi di pompa akan semakin banyak asi berproduksi untuk memompa asi,
sebaliknya langsung massage payudara dengan menggunakan tangan kiri
daripada memompa dengan menggunakan alat, karena dengan menggunakan
tangan asi akan semakin terangsang untuk dapat berproduksi. Hasil yang di
dapatkan pun akan lebih banyak dengan menggunakan tangan di bandingkan
dengan menggunakan alat pompanya .
6. Perawatan Payudara
8. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang kurangnya 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali. Setiap pasangan menentukan sendiri kapan dan bagaimana
mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.
9. Tanda-tanda Bahaya
Yang perlu di perhatikan ialah :
a. Demam tinggi melebihi 38°C.
b. Perdarahan vagina luar biasa atau tiba tiba tambah banyak ( lebih dari
perdarahan haid atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam
setengah jam ).
c. Nyeri perut hebat atau rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
serta ulu hati.
d. Sakit kepala parah atau terus menerus pandangan rabun atau masalah
penglihatan.
e. Pembengkakan wajah jari atau tangan Rasa sakit, merah atau bengkak
dibagian betis atau kaki.
f. Payudara membengkak, kemerahan, lunak di sertai demam.
Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis pada bayi baru
lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses pengantaran oksigen ke
seluruh jaringan tubuh, maka terdapat perubahan,yaitu penutupan foramen ovale
pada atrium jantung dan penutupan duktus ateriosus anatara arteri paru dan aorta.
Perubahan ini terjadi akibat adanya tekanan pada seluruh sistem pembuluh
darah,dimana oksigen dapat menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah
tenaga dengan cara meningkatkan atau mengurangi resistensi. Perubahan tekanan
sistem pembuluh darah dapat terjadi saat tali pusat di potong, resistensinya akan
meningkat dan tekanan atrium kanan akan menurun karena suplai darah ke atrium
kanan berkurang yang dapat menyebabkan volume dan tekanan atrium kanan juga
menurun. Proses tersebut membantu darah mengalami proses oksigenasi ualng,
pada saat terjadi pernafasan pertama dapat menurunkan resistensi dan
meningkatkan atrium kanan. Kemudian oksigen pada pernapasan pertama dapat
menimbulkan relaksi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru yang dapat
menurunkan resistensi pembuluh darah paru. Terjadinya peningkatan sirkulasi
paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan,
dengan meningkatkan tekanan pada atrium kanan akan terjadi penurunan atrium
kiri, foramen ovale akan menutup, atau dengan pernafasan kadar oksigen dalam
darah akan meningkat yang dapat menyebabkan duktus arteriosus mengalami
kontriksi dan menutup. Perubahan lain adalah menutupnya vena umbilikus, dutus
venosus, dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam
beberapa menit setelah tali pusat di klem dan penutupan jaringan fibrosa
membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan.
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi : (17)
1. Sirkulasi darah fetus
a. Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
1) Vena umbilikalis : membawa darah yang mengalami deoksigenasi darin
plasenta ke permukaan dalam hepar.
2) Ductus venosus : meninggalkan vena umbilikalis sebelum mencapai hepar
dan mengalihkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam
vena cava inferior.
2. Metabolisme Glukosa
Setelah tali pusat di ikat atau di klem, maka kadar glukosa akan di
pertahankan oleh si bayi itu sendiri serta mengalami penurunan waktu yang cepat
1-2 jam. Guna mengetahui atau memperbaiki kondisi tersebut, maka di lakukan
dengan menggunakan air susu ibu (ASI), penggunaan cadangan glikogen
(glikogenolisis), dan pembuataan glukosa dari sumber lain khususnya lemak
(glukoneogenesis). Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai
glikogen dalam hati.
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat di lakukan dengan 3 cara :
a. Melalui penggunaan ASI
b. Melalui penggunaan cadangan glikogen
c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
3. Sistem Gastrointestinal
Proses menghisap dan menelan sebelum lahir sudah di mulai. Refleks
gumoh dan batuk sudah terbentuk ketika bayi lahir.kemampuan menelan dan
mencerna makananmasih terbatas, mengikat hubungan esofagus bawah dan
lambung masih belum sempurna yang dapat menyebabkan gumoh dan
kapasitasnya sangat terbatas kurang lebih 30cc.
4. Sistem Kekebalan Tubuh
Perkembangan sistem imunitas pada bayi juga mengalami proses
penyesuaian dengan perlindugan oleh kulit membran mukosa, fungsi saluran
nafas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindungan kimia
oleh lingkungan asam lambung. Perkembangan kekebalan alami pada tingkat sel
oleh sel darah akan membuat terjadinya sistem kekebalan melalui pemberian
kolostrum dan lambat laun akan terjadi kekebalan sejalan dengan perkembangan
usia.
Bayi dilahirkan dengan beberapa kemampuan melawan infeksi. Lini
pertama dalam pertahanan adalah: kulit dan membran mukosa yang melindungi
dari invasi mikro-organisme. Lini kedua adalah elemen sel pada sistem imunologi
yang menghasilkan jenis-jenis sel yang mampu menyerang fatogen seperti
neurofil, monosit, ensinofil. Lini ke tiga adalah susunan spesifik dari antibodi ke
antigen, proses ini membutuhkan pemaparan dari agen asing sehingga anti body
Usus pada bayi jika di bandingkan dengan panjang tubuh bayi terlihat
sangat panjang. Feses pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau,
substansi yang kental/lengket yang di sebut mekonium. Yang biasanya keluar
dalam 24 jam pertama. Feses ini mengandung sejumlah cairan amnion, vernix,
sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan tubuh.
Feses transisi yang berwarna hijau kecoklatan keluar selama 2-3 hari. Feses pada
bayi yang menyusu pada hari ke 4 adalah hijau kekuningan/kuning emas, berair
atau encer, dan bereaksi terhadap asam. Feses dari bayi yang menyusu formula,
biasanyau berwarna kuning terang/kuning pucat, berbau, berbentuk garing agak
keras netral samapi sedikit alkali. Normalnya defekasi pertama dalam waktu 24
jam.
lahir. Pada masa janin, cairan ekstraseluler lebih banyak daripada cairan
intraseluler. Namun, hal ini segera berganti pada pasca natal. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh karena pertumbuhan yang membutuhakan cairan
ekstraseluler.
f. Sistem Adaptasi Perubahan Kulit
Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat lahir, tetapi
masih belum matang. Epidermis dan Dermis tidak terikat dengan baik dan sangat
tipis. Verniks caseosa juga melapisi epidermis dan berfungsi sebagai lapisan
pelindung. Verniks caseosa berbentuk seperti keju yang di sekresi oleh kelenjar
sebasea dan sel-sel epitel. Pada saat lahir beberapa bayi di lapisi oleh verniks
caseosa yang tebal, sementara yang lainnya hanya tipis saja pada tubuhnya.
Hilangnya pelindungnya yaitu verniks caseosa meningkatkan deskumasi kulit
(pengelupasan), verniks biasanya menghilang dalam 2-3 hari. Pada bayi baru lahir
seringkali terdapat bintik putih khas terlihat di hidung, dahi dan pipi bayi yang di
sebut milia. Bintik ini menyumbat kelenjar sebasea yang belum berfungsi. Setelah
sekitar 2 minggu, ketika kelenjar sebasea mulai bersekresi secara bertahap tersapu
dan menghilang.
Rambut halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah, bahu, dan
punggung, dan biasanya cenderung menghilang selama minggu pertama
kehidupan. Pelepasan kulit (deskuamasi) secara normal terjadi selama 2-4 minggu
pertama kehidupan. Mungkin terlihat eritema toksikum (ruam kemerahan) pada
saat lahir, yang bertahan sampai beberapa hari. Ruam ini tidak menular dan
kebanyakan mengenai bayi yang sehat. Terdapat berbagai tanda lahir (nevi) yang
bersifat sementara (biasanya di sebabkan pada saat lahir) maupun permanen
(biasanya karena kelainan struktur pikmen, pembuluh darah, rambut atau jaringan
lainnya).
Pada kulit dan sklera mata bayi mungkin di temukan warna
kekuningan yang di sebut ikteri. Ikteri di sebabkan karena billirubin bebas yang
berlebihan dalam darah dan jaringan, sebagai akibatnya pada sekitar hari ek dua
atau ke tiga, terjadi hampir 60% hari ke 7 biasanyamenghilang. Ikteri ini di
sebabkan ikterik fisiologis atau ikterik neonatorum.
g. Sistem Persyarafan
Sistem persyarapan bayi cukup berkembang untuk bertahan hidup
tetapi belum terintegrasi secara sempurna. Pertumbuhan otak setelah lahir
mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat di prediksi selama priode bayi
samapi awal masa kanak-kanak. Pada akhir tahun pertama, pertumbuhan
sereblum yang di mulai pada usia kehamilan pada sekitar 30 minggu, berakhir.
Hal inilah yang mungkin jadi penyebab mengapa otak rentan terhadap trauma
nutrisi dan trauma lain selama masa bayi. Fungsi tubuh dan respon-respon yang di
berikan sebagian besar di lakukan oleh pusat yang lebih rendah dari otak dan
refleks-refleks dalam midula spinalis
15. Kesadaran
Enam keadaan tentang kesadaran pada bayi baru lahir :
a) Menangis
Keadaan menangis bayi mengeluarkan aktifitas motorik yang tidak jelas dan
aktif menangis. Tangis yang normal adalah kuat dan keras/nyaring.
b) Tidur nyenyak
Keadaan tidur tenang bayi jarang bergerak dan pernapasan lambat serta
teratur.
c) Tidur dengan gerakan mata yang tepat (REM, rapid eye movement)
Keadaan tidur REM bayi bernafas tidak teratur dan meringis serta gerakan
mata yang cepat.
d) Aktif – sadar
Keadaan aktif-sadar, bayi memperlihatkan gerakan tubuh yang aktif dengan
ekpresi wajah tenang atau meringis.
e) Tenang – sadar
Keadaan sadar-tenang, bayi sadar tapi relaks. Mata terbuka dan terfokus.
f) Transisional
Keadaan transisional bayi mengalami dari satu keadaan sadar ke keadaan
sadar lainnya.(15)
Karakteristik Khusus Neonatus menurut Sarwono Prawiraharjo 2011:(15)
a. Kepala
Kepala neonatus ¼ dari panjang tubuh keseluruhan. Lingkar kepala bayi
berkisar 12 ½ inci – 4 inci (31-35,5 cm), pada tulang kepala dapat terjadi
saling tindih yang disebut molding.
Diantara 2 tulang atau lebih yang menjadi satu terdapat ruang yang disebut
pontanela (ubun-ubun kecil) denyutan kadang terlihat. Fontanela anterior
lebih besar (bregma) tertutup sampai usia 18 bulan. Fontanela posterior
Rambut bayi mungkin panjang dan tebal atau mungkin botak, bulu mata
dan alis terdapat sejak lahir. Kuku jarinya mungkin panjang dan cukup
tajam.
9. Payudara
Payudara pada bayi laki-laki dan perempuan mungkin terlihat
membesar karena banyaknya hormon wanita dan darah ibu, kadang
mensekresi colostrom.
10. Genetalia
Pada laki-laki testis normalnya turun selam kehidupan intrauterin dan
telah berada pada kantung skrotum pada saat lahir. Pada bayi
perempuan labia minora dan klitorisnya mungkin membengkak saat
lahir akibat tingginya hormon wanita dalam darah ibu. Keluaran lendir
putih pada vagina kadang dengan darah (perdarahan withdrawal).
11. Reflek yang ditemukan pada neonatus yang normal adalah sebagai
berikut :
Reflek normal pada bayi lahir
a. Refleks moro
Didapat dengan cara memberikan isyarat (teriakan, gerakan
mendadak) pada bayi. Respon bayi baru lahir berupa
menghentakkan tangan dan kaki lurus kearah ke luar, lutut fleksi
dan bayi mungkin menangis.
b. Refleks menggenggam
Didapat dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi dengan
sebuah obyek atau jari. Respon bayi berupa menggenggam dan
memegang erat.
c. Refleks menghisap
Didapat saat sisi mulut bayi baru lahir atau dagu disentuh. Sebagai
respon bayi akan menoleh dan membuka mulut untuk menghisap
obyek.
d. Rotting refleks
Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di
sentuh bagian pinggir mulutnya. Sebagai respons, bayi itu
memalingkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya, dalam
upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap. Refleks menghisap
dan mencari menghilang setelah bayi berusia sekitar 3 hingga 4
bulan. Refleks digantikan dengan makan secara
Reflek tonik leher atau reflek ”angguk” diobservasi pada neonatus dalam posisi
terlentang. Ketika kepala bayi digerakkan ke kiri atau kanan, bayi membentangkan tangannya
kemana kepalanya digerakkan dan menekukkan tangan yang berlawanan. Reflek ini tidak terlihat
pada bayi usia 1 hari. Reflek ini dapat diamati sampai bayi berusia 3-4 bulan. Reflek yang terus
menerus pada bayi yang melebihi usia 4 bulan menunjukkan adanya kelumpuhan pada otak.(15)
Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus . Kemampuan adaptasi
fisiologis ini disebut juga Homeostatis.
Homeostatis adalah kemampuan mempertahankan fungsi fungsi vital, bersifat
dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa
pertumbuhan dan perkembangan intrauterin.(20)
Beberapa perubahan fisiologis yang dialami bayi baru lahir antara lain yaitu :
1. Sistem pernapasan
Pernafasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi dalam 30 menit pertama
sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli,
selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas
dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam Respirasinya biasanya
pernafasan diafragmatik dan abdominal.
2. Suhu Tubuh
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu
ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu tubuh aksila pada bayi
normal adalah 36,5 sampai 37,5 0C.
Terdapat empat kemungkin mekanisme yang dapat menyebabkan bayi
kehilangan panas yaitu :
a. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas dari objek hangat dalam kontak
langsung dengan objek yang lebih dingin.
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda di sekitarnya yang kontak
langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek
lain melalui kontak langsung).
Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas
timbangan, memegang bayi saat tangan dingin, dan menggunakan
stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir .
b. Radiasi
Fungsi ginjal belum sempurna karna jumlah nefron masih belum sebanyak
orang dewasa, keseimbangan luas permukaan glomerolus dan volume tubulus
proksimal, sertarenal Blood flow relatif kurang bila dibandingkan orang
dewasa.
Pada waktu lahir, terjadi perubahan fisiologik yang menyebabkan
berkurangnya cairan ekstraseluler. Dengan ginjal yang makin matur dan
beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin, ekskresi urin bertambah
mengakibatkan berkurangnya cairan ekstraseluler (sebagai salah satu penyebab
turunnya berat badan bayi baru lahir pada minggu minggu permulaan).
6. Keseimbangan asam basa
Tingkat keasaman (PH) darah pada waktu lahir umumnya rendah karena
glikolisis anaerobik. Namun, dalam waktu 24 jam, neonatus telah
mengkompensasi asidosis ini.
7. Warna kulit
Pada saat kelahiran tangan dan kaki warnanya akan kelihatan lebih gelap
daripada bagian tubuh lainnya, tetapi dengan bertambahnya umur bagian ini
akan lebih merah jambu.(20)
d. Dasar asuhan bayi baru lahir
Dalam setiap persalinan, penatalaksanaan bayi baru lahir menganut beberapa
prinsip yang penting diantaranya:
1. Jaga bayi tetap hangat
2. Isap lendir dari mulut dan hidung (bila perlu)
3. Keringkan
4. Pemantauan tanda bahaya
5. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit
setelah lahir
6. Lakukan inisiasi menyusui dini
7. Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri anterolateral setelah
inisiasi menyusu dini
8. Beri salep mata antibiotika pada kedua mata
9. Pemeriksaan fisik
Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari pertama adalah
mekonium. Mekonium adalah ekskresi gastro intestinal bayi baru lahir yang
diakumulasikan dalam usus sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16
minggu. Warna mekonium adalah hijau kehitaman, lembut, terdiri atas :
mukus, sel epitel, cairan amnion yang tertelan, asam lemak, dan pigmen
empedu. Mekonium ini keluar pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir.
Mekonium dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir. Mekonium yang telah
keluadalam waktu 24 jam menandakan anur bayi baru lahir telah berfungsi.
Jika mekonium tidak keluar, kemungkinan adanya atresia ani dan megakolon.
Warna feses akan berubah menjadi kuning pada saat bayi berumur 4-5
hari. Bayi yang diberi Asi feses menjadi lebih lembut, warna kuning terang,
dan tidak berbau. Sedangkan bayi yang diberi susu formula, feses akan
cenderung lebih pucat dan agak berbau. Warna feses akan cenderung kuning
kecoklatan setelah bayi mendapatkan makanan. Frekuensi BAB bayi sedikitnya
sekali dalam sehari. Pemberian ASI cenderung membuat frekuensi BAB bayi
menjadi lebih sering. Pada hari ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila bayi
diberi ASI cukup akan BAB 5 kali atau lebih dalam sehari. Pada saat bayi
berumur 3-4 minggu, frekuensi BAB berkurang menjadi 1 kali dalam 2-3 hari.
Bayi dengan pemberian susu formula akan lebih sering BAB, tetapi
cendererung lebih sering mengalami konstipasi. Jika bayi tidak BAB atau feses
tidak keluar, bidan atau petugas kesehatan harus mengkaji adanya distensi
abdomen dan bising usus.
3. Buang air kecil (BAK)
Bayi lahir akan BAK dalam 24 jam setelah lahir. Selanjutnya, bayi akan
BAK 6 kali/hari.
4. Tidur
Bayi pada kehidupan pertamanya akan menghapiskan waktunya untuk
tidur. Macam tidur bayi adalah tidur aktif atau tidur ringan dan tidur lelap. Pda
siang hari hanya 15 % waktu digunakan bayi dalam keadaaan terjaga, yaitu
untuk menangis, gerakan motorik, sadar dan mengantuk. Sisa waktu yang 85%
lainnya digunakan untuk tidur.
5. Kebersihan kulit
Kulit bayi sangat sensitif. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit
bayi maka keutuhan kulit harus dijaga.Verniks caseosa bermanfaat untuk
melindungi kulit bayi, sehingga jangan diberikan pada saat memandikan bayi.
Untuk memastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang
digunakan untuk bayi selalu bersih dan kering. Memandikan bayi terlalu awal
(dalam waktu 24 jam pertama) cenderung meningkatkan kejadian hipotermi,
sebaiknya memandikan bayi setelah suhu tubuh bayi stabil (setelah 24 jam).
2. Gangguan nafas
3. Hipotermi / hipertermi
4. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
5. Dehidrasi
6. Ikterus
7. Infeksi / sepsis
8. Tetanus neonatonum
9. Kejang
10. Cidera lahir
Tanda bahaya baru lahir menurut Depkes RI Tahun 2016 adalah :
1. Tidak dapat menyusu
2. Kejang
3. Mengantuk dan tidak sadar
4. Nafas cepat (>60 per menit)
5. Merintih
6. Retraksi dinding dada bawah
7. Sianosis sentral
h. Penatalaksanaan
Penanganan Bayi Baru Lahir Normal menurut Mochtar, Rustam. 2012:
1. Mulai melakukan pembersihan lendir pada saat kepala keluar dengan
pembersihan mulut, hidung, dan mata dengan kapas atau kasa steril.
2. Jam lahir dicatat dengan stop-watch.
3. Lendir dihisap sebersih mungkin sambil bayi ditidurkan dengan kepala lebih
rendah dari kaki dalam posisi sedikit ekstensi, supaya lendir mudah keluar.
4. Tali pusat diikat dengan baik dan bekas luka diberi antiseptik kemudian dijepit
dengan klem jepit plastik atau diikat dengan pita atau benang tali pusat.
5. Segera setelah lahir, bayi yang sehat akan menangis kuat, bernapas, serta
menggerakkan tangan dan kakinya, kulit akan bewarna kemerahan.
6. Bayi dimandikan dan dibersihkan dengan air hangat-hangat kuku dari lumuran
darah, air ketuban, mekonium, dan vernik kaseosa. Adapula yang
membersihkannya dengan minyak kelapa atau minyak zaitun.
7. Jangan lupa menilai bayi dengan nilai Apgar.
8. Bayi ditimbang berat badanya dan diukur panjang badan lahirnya kemudian
dicatat dalam status.
9. Perawatan mata bayi : mata bayi dibersihkan, kemudian diberikan obat untuk
mencegah Blenorrhoe.
10. Diperiksa juga anus, genetalia eksterna, dan jenis kelamin pada bayi. Pada bayi
laki-laki, periksa apakah ada femosis dan apakah descensus testiculorum telah
lengkap. Di beberapa Negara barat, pada bayi laki-laki segera dilakukan
sirkumsisi, apalagi jika terdapat fimosis.
11. Apgar Score
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5
variabel (pernafasan, frek. Jantung, warna, tonus otot & iritabilitas reflek).
1. Gambaran Umum
Visi
Misi
4. Kegiatan KIA,KB&RB
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
A. KEHAMILAN
1. Kunjungan Pertama
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
Ny.S, G1P0A0, USIA KEHAMILAN 36 MINGGU
di BPM Kusmiyati S.ST
I. Data Subjektif
A. Identitas
Nama Ibu : Ny.S nama suami : Tn.R
Umur : 19 tahun umur : 22 tahun
Suku/bangsa : Indonesia suku bangsa : Indonesia
Agama : islam agama : islam
Pendidikan : SMP pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT pekerjaan : Buruh
Alamat : Muarasari kec.Tajur kota Bogor
B. Alasan dating ke klinik : untuk memeriksa kehamilan
C. Keluhan utama : tidak ada keluhan
D. Riwayat kesehatan
Tidak ada penyakit yang pernah diderita dulu dan sekarang tidak
sedang menderita penyakit apapun, tidak memiliki penyakit
keturunan serta penyakit menular
E. Perilaku kesehatan
Tidak pernah merokok,minum alkohol,narkoba dan minum jamu-
jamuan
F. Riwayat perkawinan
Nikah 1x umur 19tahun dengan suami umur 22 tahun lama
pernikahan 1tahun
G. Riwayat obstetric
1) Hamil yg keberapa : G1P0A0
2) HPHT : 02-06-2019
3) TP : 9-03-2020
I. Psikosoisal Spiritual
1) Tanggapan dan dukungan keluarga : sangat bahagia
2) Pengambilan keputusan : suami
3) Lingkungan yg berpengaruh : tidak ada
masuk PAP.
Leopold IV : 3/5
CVAT : lordosis
Genetalia : tidak oedema, tidak varises
Anus : tidak ada hemorroid
Ekstremitas :simetris, tidak oedema, tidak varises
Reflek patella :kaki kiri positif dan kaki kanan positif
D. Pemeriksaan penunjang
1) Hb : 11gr%
2) Protein urine : Negative
3) Glukosa urine : Negative
III. Analisa
G1P0A0, usia kehamilan 36minggu, janin tunggal hidup,presentase
kepala
IV. Penatalaksanaan
1) Memberitahu ibu dan keluarga bahwa kondisi ibu dan janin dalam
keadaan baik, ibu mengerti akan hasil pemeriksaan yang dilakukan
dan ibu merasa tenang.
2) Memberitahu ibu untuk banyak mengkonsumsi sayuran serta buah-
buahan untuk memenuhi kebutuhan serat ibu, ibu mengerti dan
bersedia mengkonsumsi buah dan sayur.
3) Mengajarkan pada ibu untuk duduk sila yang benar agar ketika
melahirkan otot-otot paha ibu tidak kaku, ibu bersedia untuk
diajarkan duduk sila yang benar.
4) Menganjurkan ibu untuk banyak jalan agar memudahkan proses
persalinan nanti, ibu bersedia.
5) Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan yaitu keluar air-air yang
tidak bias ditahan dan bercampur lender darah dan mulas yang
semakin sering dan kuat, ibu mengerti akan tanda-tanda persalinan
6) Menyarankan ibu untuk kunjungan ulang 1minggu kemudian atau
ketika ibu memiliki keluhan, ibu mengerti dan bersedia untuk
datang kembali.
2. Kunjungan Kedua
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
Ny.S, G1P0A0, USIA KEHAMILAN 37 MINGGU
di BPM Kusmiyati S.ST
I. Data Subjektif
K. Identitas
Nama Ibu : Ny.S nama suami : Tn.R
Umur : 19 tahun umur : 22 tahun
Suku/bangsa : Indonesia suku bangsa : Indonesia
Agama : islam agama : islam
Pendidikan : SMP pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT pekerjaan : Buruh
Alamat : Muarasari kec.Tajur kota Bogor
N. Riwayat kesehatan
Tidak ada penyakit yang pernah diderita dulu dan sekarang tidak
sedang menderita penyakit apapun, tidak memiliki penyakit
keturunan serta penyakit menular
O. Perilaku kesehatan
Tidak pernah merokok,minum alkohol,narkoba dan minum jamu-
jamuan
P. Riwayat perkawinan
Nikah 1x umur 19tahun dengan suami umur 22 tahun lama
pernikahan 1tahun
Q. Riwayat obstetric
8) Hamil yg keberapa : G1P0A0
9) HPHT : 02-06-2019
10) TP : 9-03-2020
11) Periksa sebelumnya di : bidan prakek mandiri
d) TM 1 : 2x
e) TM 2 : 2x
f) TM 3 : 2x
12) Status Imunisasi :
c) TT1 : sudah
d) TT2 : sudah
13) Gerakan janin
Gerakanan janin pertama mulai dirasakan saat usia kehamilan
19 minggu dan gerakan janin sekarang dirasakan kuat
14) Obat-obat yang dikonsumsi : tablet Fe 1x1 sehari
R. Pola kebiasaan sehari-hari
7) Pola nutrisi : makan sehari 3x
Minum air putih 8 gelas
8) Pola eliminasi : BAB sehari 1x dan BAK sehari 6x
9) Pola aktivitas : Mengerjakan pekerjaan rumah
10) Pola istirahat : Tidur malam 7 jam dan siang 1 jam
11) Personalhygiene : Mandi dang anti baju sehari 2x
12) Pola seksual : sekali dalam seminggu
S. Psikosoisal Spiritual
4) Tanggapan dan dukungan keluarga : sangat bahagia
5) Pengambilan keputusan : suami
6) Lingkungan yg berpengaruh : tidak ada
E. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 120/60 mmhg
Nadi : 81x/menit
Suhu : 36,5oC
Respirasi : 23x/menit
F. Pemeriksaan antopomentri
Berat Badan : 58kg
Tinggi Badan : 156cm
Lila : 23cm
G. Pemeriksaan fisik
Kepala : bersih, tidak ada benjolan
Muka : tidak pucat, tidak oedema
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera tidak
ikterik
Hidung : bersih, tidak ada pengeluaran cairan
Telinga : bersih, tidak ada pengeluaran cairan
Mulut dan gigi : bersih, tidak ada stomatitis dan caries
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, getah
bening dan vena jugularis
Axilla : tidak ada benjolan dan pembesaran limfe
Payudara : simetris, putting menonjol,tidak ada benjolan
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
Leopold I : sepusat, Bokong,
Mc Donald : 28 cm.
masuk PAP.
Leopold IV : 5/5
CVAT : lordosis
Genetalia : tidak oedema, tidak varises
Anus : tidak ada hemorroid
Ekstremitas :simetris, tidak oedema, tidak varises
Reflek patella :kaki kiri positif dan kaki kanan positif
VI. Analisa
G1P0A0, usia kehamilan 37minggu, janin tunggal hidup,presentase
kepala
VII. Penatalaksanaan
1) Memberitahu ibu dan keluarga bahwa kondisi ibu dan janin
dalam keadaan baik, ibu mengerti akan hasil pemeriksaan yang
dilakukan dan ibu merasa tenang.
2) Memberitahu ibu untuk banyak mengkonsumsi sayuran serta
buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan serat ibu, ibu
mengerti dan bersedia mengkonsumsi buah dan sayur.
3) Mengajarkan pada ibu untuk duduk sila yang benar agar ketika
melahirkan otot-otot paha ibu tidak kaku, ibu bersedia untuk
diajarkan duduk sila yang benar.
4) Menganjurkan ibu untuk banyak jalan agar memudahkan
proses persalinan nanti, ibu bersedia.
5) Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan yaitu keluar air-air
yang tidak bias ditahan dan bercampur lender darah dan mulas
yang semakin sering dan kuat, ibu mengerti akan tanda-tanda
persalinan
6) Menyarankan ibu untuk kunjungan ulang 1minggu kemudian
atau ketika ibu memiliki keluhan, ibu mengerti dan bersedia
untuk datang kembali.
B. PERSALINAN
Kala I persalinan
Jam : 00.30
Tempat Pengkajian : BPM Kusmiyati
Nama Mahasiswa : Nurma Yunita
NIM : 044.196.1.2.059
Subjektif :
Ibu mengatakan merasa mulas dan keluar lendir darah sejak pukul 23.00 WIB tanggal 20
Februari 2020.
Objektif :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil, TTV : TD 120/80
mmHg, Nadi 80x/menit, respirasi 21x/m, suhu 36,5°C.
a. Pemeriksaan Fisik :
1) Kepala / Rambut : Bersih, tidak ada benjolan dan nyeri tekan
2) Muka : Bersih tidak ada chloasma gravidarum,
tidak ada pucat, dan tidak ada oedema.
3) Mata : Bersih, simetris, sklera putih, konjungtiva
merah muda.
4) Hidung : Bersih, tidak ada pembesaran polip, tidak
ada nyeri tekan, dan tidak ada pengeluaran
cairan.
5) Telinga : Bersih, simetris, dan tidak ada pengeluaran
Cairan.
6) Mulut : Bersih, tidak ada caries, tidak ada epulis,
tidak ada stomatitis, dan tidak ada
pembesaran tonsil.
7) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada pembesara vena jugularis.
8) Payudara : Bersih, simetris, tidak ada benjolan dan
tidak ada nyeri tekan.
9) Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat
Leopold IV : 5/5
detik.
Pemeriksaan Dalam:
Terdapat Bloodshow dan bloodslym, dinding vulva vagina tidak ada kelainan, portio tidak
teraba, pembukaan 2cm, ketuban +, presentasi kepala, penurunan Hodge III, molase tidak ada,
tidak ada bagian kecil atau berdenyut yang teraba disamping kepala.
Analisa :
G1P0A0 37 Minggu, Inpartu Kala I Fase Aktif, Janin Tunggal, Hidup, Presentasi Kepala.
Penatalaksanaan :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin dalam keadaan
baik, bahwa ibu juga sudah pembukaan 2 cm, Ibu faham dan mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Memberitahu ibu untuk miring kiri, kanan agar peredaran darah balik ibu berjalan
lancar, sehingga oksigen dalam darah ibu ke janin lewat plasenta tidak terganggu,
kontraksi uterus efektif, memudahkan bidan dalam memberikan asuhan proses
persalinan, Ibu bersedia dan sudah melakukannya.
3. Memberitahu keluarga atau suami untuk mengusap punggung atau andomen ibu
dengan lembut karena akan menimbulkan kenyamanan sehingga mengurangi rasa
sakit, Suami bersedia.
4. Memberikan dukungan emosional kepada ibu, memberikan cairan dan nutrisi bagi
ibu, Suami bersedia melakukannya dan ibu meminum air putih 1 gelas.
5. Memberitahu ibu cara meneran yang baik seperti meneran mengikuti dorongan
selama ada his, menahan napas saat meneran, beristirahat disela-sela kontraksi, tidak
mengangkat bokong, ibu faham dan dapat mengulangi serta mempraktekan informasi
yang bidan sudah sampaikan.
6. Menyiapkan partus set, perlengkapan ibu dan bayi. partus set telah disiapkan.
7. Pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan, kondisi ibu dan janin terlampir
dalam partograf.
Subjektif :
Ibu mengatakan merasa ingin meneran, ibu mengatakan mulasnya semakin kuat, keluar
lendir darahnya semakin banyak dan merasa keluar air-air banyak dari vagina.
Objektif :
Analisa :
Kala II Persalinan.
Penatalaksanaan :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin dalam keadaan
baik, pembukaa n sudah lengkap. Ibu sudah mengetahuinya.
2. Memberitahu ibu untuk memilih posisi, ibu memilih posisi litotomi.
3. Pastikan kelengkapan alat dan bahan termasuk oksitosin 10 unit yang sudah
dimasukan ke dalam spuit dan memakai APD.
4. Meletakan Handuk di atas perut ibu jika kepala bayi sudah berada di vulva 5-6 cm.
5. Mendekatkan alat partus set, Partus set telah didekatkan.
6. Menolong persalinan sesuai prosedur APN (Asuhan Persalinan Normal), Bayi lahir
spontan, menangis kuat, bernapas tanpa kesulitan, pukul 08.10 WIB berjenis kelamin
perempuan, keringkan letakan di atas perut ibu dan selimuti pakaikan topi dikepala
bayi.
7. Mengecek adakah janin kedua, bayi tunggal.
8. Menyuntikkan oksitosin 10 unit secara I.M, belum ada kontraksi.
9. Menjepit, memotong, dan mengikat tali pusat, tali pusat sudah diikat dan tidak ada
perdarahan.
10. Memfasilitasi untuk IMD.
Subjektif :
Ibu senang atas kelahiran bayinya, ibu mengatakan belum ada kontraksi atau tidak ada
rasa mulas.
Objektif :
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil, perut teraba
lunak, TFU setinggi pusat, kandung kemih kosong, tidak ada tanda-tanda pelepasan
plasenta
Analisa :
Penatalaksanaan :
Subjektif :
Objektif :
Analisa :
Kala IV Persalinan.
Penatalaksanaan :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan bayi dalam kondisi
sehat, Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan dapat mengulangi kembali
informasi yang bidan sampaikan.
2. Bayi sudah menemukan puting susu ibu.
3. Mengecek perdarahan dan robekan, perdarahan normal dan tidak ada laserasi pada
jalan lahir.
4. Mengajarkan ibu dan keluarga massase, ibu dan keluarga dapat melakukannya.
5. Memfasilitasi ibu untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, mobilisasi dan
relaksasi, ibu diberi minum teh manis 1 gelas.
6. Memfasilitasi kebutuhan laktasi.
7. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya post partum seperti : pusing, demam, mata
kunang-kunang, perdarahan hebat, tidak ada kontraksi, ibu faham dan dapat
mengulang kembali informasi yang bidan sampaikan.
8. Mengobservasi TD, nadi, kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan
setiap 30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
9. Menempatkan semua peralatan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, mencuci
dan bilas setelah dekontaminasi.
10. Membuang alat atau bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang
disediakan, Peralatan sudah direndam dan dibuang pada tempatnya.
11. Membersihkan badan ibu dengan air DTT dari cairan ketuban, lendir, darah dan
memakaikan ibu pakaian bersih dan nyaman, Sudah dilakukan.
12. Memberitahu ibu bahwa bayi akan disuntikan Vit K untuk mencegah terjadinya
perdarahan pada otak, Ibu mengetahui dan bersedia.
13. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
14. Melengkapi partograf, Sedang dilakukan.
G. NIFAS
HARI/TANGGAL: 21-02-2020
A. Data Subjektif
HARI/TANGGAL: 28-02-2020
E. Data Subjektif
Nama ibu : Ny.S
Umur : 19 tahun
Suku bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Muarasari
Keluhan : tidak ada
F. Data Objektif
3. Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital : tekanan darah : 130/80mmhg
Nadi : 83x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 36,5oC
4. Pemeriksaan Fisik
Rambut : tidak rontok,kulit kepala bersih
Wajah : tidak oedema,tidak pucat
Mata : konjuntiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Telinga : bersih, tidak ada pengeluaran cairan
Hidung : bersih, tidak ada pembesaran polip
Mulut : bersih, bibir tidak pucat
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,getah bening dan tidak ada pembesaran
vena jugularis
Payudara : bersih, simetris,putting susu menonjol
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
d. TFU : 2 jari dibawah pusat
e. Kontraksi uterus : baik
f. Kandung kemih : kosong
G. Analisa
Ny.S, P1A0 nifas 1 minggu dalam keadaan baik.
H. Penatalaksanaan
7. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dalam keadaan baik, ibu dan
keluarga mengerti dan merasa senang
8. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan kondisinya, ibu
bersedia.
9. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi, ibu sudah belajar tidur miring dan duduk
10. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan tinggi serat, ibu
mengerti dan bersedia.
11. Meningatkan ibu untuk meningkatkan personal hygiene, ibu mengerti.
Mengingatkan ibu untuk kontrol seminggu kemudian.
HARI/TANGGAL: 19-03-2020
I. Data Subjektif
Nama ibu : Ny.S
Umur : 19 tahun
Suku bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Muarasari
Keluhan : tidak ada
J. Data Objektif
5. Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda-tanda vital : tekanan darah : 130/80mmhg
Nadi : 83x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 36,5oC
6. Pemeriksaan Fisik
Rambut : tidak rontok,kulit kepala bersih
Wajah : tidak oedema,tidak pucat
Mata : konjuntiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Telinga : bersih, tidak ada pengeluaran cairan
Hidung : bersih, tidak ada pembesaran polip
Mulut : bersih, bibir tidak pucat
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid,getah bening dan tidak ada pembesaran
vena jugularis
Payudara : bersih, simetris,putting susu menonjol
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi
g. TFU : 2 jari dibawah pusat
h. Kontraksi uterus : baik
i. Kandung kemih : kosong
K. Analisa
Ny.S, P1A0 nifas 28 hari dalam keadaan baik.
L. Penatalaksanaan
12. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa keadaan ibu dalam keadaan baik, ibu dan
keluarga mengerti dan merasa senang
13. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan kondisinya, ibu
bersedia.
14. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi, ibu sudah belajar tidur miring dan duduk
15. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan tinggi serat, ibu
mengerti dan bersedia.
16. Meningatkan ibu untuk meningkatkan personal hygiene, ibu mengerti.
Mengingatkan ibu untuk kontrol seminggu kemudian.
Hari/Tanggal : 21-02-2020
I. Data Subjektif
A. identitas
Nama bayi : By.Ny.S
Tanggal lahir : 21-02-2020
Jam : 08.00 WIB
Jenis Kelamin : perempuan
B. Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : normal
Penolong : Bidan
Tempat : BPM Bd. Kusmiyati
Penyulit : tidak ada.
Hari/Tanggal : 21-02-2020
H. Data Subjektif
A. Identitas
Nama bayi : By.Ny.S
Tanggal lahir : 21-02-2020
Jam : 08.00 WIB
Jenis Kelamin : perempuan
B. Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : normal
Penolong : Bidan
Tempat : BPM Bd. Kusmiyati
Penyulit : tidak ada.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Setelah melakukan praktik kebidanan komprehensif pada Ny. S yang dimulai saat usia
kehamilan, penulis akan membahas asuhan kebidanan komprehensif dari kehamilan, persalinan,
nifas dan bayi baru lahir dengan membandingkan antara teori dengan praktik di lapangan sesuai
manajemen asuhan kebidanan.
a. Kehamilan
Kunjungan awal pada Ny.Y di dapatkan hasil pengkajian Ny.S hamil anak pertama, usia
Ny.S sendiri masih berusia 19 tahun hal ini menyebabkan kesenjangan dimana menurut
BKKBN,2007:4) Terlalu Muda (Primi Muda) adalah ibu hamil pertama pada usia kurang
dari 20 tahun. Dimana kondisi panggul belum berkembang secara optimal dan kondisi
mental yang belum siap menghadapi kehamilan dan menjalankan peran sebagai ibu.
b. Persalinan
Pada persalinan Ny.S datang pukul 00.30 WIB dgn pembukaan 2cm dan pembukaan
lengkap pada pukul 08.00 hal ini menyebabkan kesenjangan antara teori dan praktek
yaitu kala I Ny.S hanya berlangsung selama 9 Jam dimana menurut teori lama kala I pada
primigravida berlangsung selama 12jam.
c. Nifas
Seperti ketentuan kunjungan nifas dirumah dilakukan sebanyak 3 kali yaitu KF1 : 6jam-
3hari setelah melahirkan, KF2 : hari ke 4-28 hari setelah melahirkan dan KF3 : hari ke
29-42 hari setelah melahirkan. Maka didapat kesenjangan bahwa penulis tidak melakukan
kunjungan KF3 dan hanya melakukan kunjungan KF1 dan KF2
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari seluruh Menajemen Asuhan Kebidanan yang telah diberikan kepada Ny. A di
Puskesmas Mekarwangi Kota Bogor mulai dari Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir,
Nifas, dan Keluarga Berencana pada tanggal 13 Januari 2020 sampai tanggal 06 Maret
2020. Secara Komprehensif mulai dari Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir
dan Keluarga Berencana, penulis menyimpulkan bahwa :
1. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil sesuai dengan
SOP (Standar Operasional Prosedur).
2. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan kepada ibu bersalin sesuai dengan
SOP (Standar Operasional Prosedur).
3. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan kepada ibu nifas sesuai dengan
SOP (Standar Operasional Prosedur).
4. Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan kepada neonatus dan bayi sesuai
dengan SOP (Standar Operasional Prosedur).
B. SARAN
Bagi penulis
Bagi penulis diupayakan dapat memanajemen waktu lebih baik lagi agar asuhan kebidanan
komprehensif dapatdilaksanakan lebih baik lagi dan lebih maksimal. Mengembangkan pola pikir
ilmiah dan melaksanakan asuhan kebidanan dengan lebih baik lagi dan menyeluruh.
Bagi pasien
Bagi pasien agar menambah wawasan lagi mengenai kehamilan terutama kehamilan dengan
resiko tinggi serta untuk evaluasi di kehamilan selanjutnya agar tidak terjadi kelainan pada saat
kehamilan hingga masa nifas
Bagi institusi
Kepada Akbid Prima Husada Bogor diharapkan laporan komprehensif ini dapat meningkatkan
kualitas pendidik bidan dan khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan secara komprehensif serta
untuk mengevaluasi kompetensi mahasiswa dalam melakukan asuhan kebidanan komprehensif.
Bagi lahan praktek diharapkan lebih meningkatkan pelayanan terutama di bidang penyuluhan agar
tidak semakin menambah angka kehamilan atau persalinan beresiko tinggi
DAFTAR PUSTAKA
[3]APN. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Insiasi Menyusui Dini. Jakarta : JNPK-KR
[4]Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Depkes RI Jakarta
Prawihardjo.
[9] Lyndon Saputra, 2014, Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita, PT. Binarupa Aksara
Publisher, Tangerang Selatan.
[10] Manuaba Chandranita dkk, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
[11] Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). 2012. Angka Kematian Ibu.
Jakarta: EGC.
[12] Wahyuni, S. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta : EGC.
LAMPIRAN
Patograf
NPM : 04419612059
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan
Asuhan Kebidanan Komprehensif saya yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN
KOMPREHENSIF PADA NY.S DI BPM.KUSMIYATI S.ST” dan belum pernah diajukan di
institusi manapun, serta bukan karya jiplakan.
Saya bertanggung jawab atas kesalahan dan kebenaran isinya sesuai dengan Asuhan
Kebidanan Komprehensif yang harus dijunjung tinggi. Apabila suatu saat nanti saya terbukti
melakukan plagiat maka saya akan menerima sangsi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan dan paksaan dari
pihak manapun.
(Nurma Yunita)