LAPORAN KASUS
TUMOR PAYUDARA
Disusun oleh
dr. Nur Fauziah Arif
Pendamping
Dr.Hj.Sopi sopiawati
RSUD 45 KUNINGAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
Tumor Payudara. Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu tugas dokter
internsip di RSUD 45 Kuningan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada dokter pendamping, dr.Sopi Sopiawati.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi penulis. Selanjutnya. Semoga laporan
kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
2.2.2.Diagnosis.......
10
2.2.3.Staging......
12
10
2.2.5.Penatalaksanaan ......
15
21
BAB 4 KESIMPULAN..................
28
DAFTAR PUSTAKA
30
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tumor payudara merupakan kelainan payudara yang sering ditemukan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
dan medial, mendapat suplai darah dari cabang-cabang arteri internal mamma
anterior sedangkan 30% terutama bagian kuadran atas mendapat suplai darah dari
arteri torakal lateral.
Aliran sistem limfatik dari payudara ke axila yang mengalir dari bagian
medial ke rantai internal mamae. Titik pusat nodul axila dibagi menjadi tiga
bagian yang berhubungan dengan otot pectoralis minor, level satu terletak
dibawah, level dua terletak di belakang dan level tiga terletak diantara otot
pectoralis minor.6
Jika dilakukan perabaaan pada payudara, akan terasa perbedaan di
tempat yang berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa
bergumpal-gumpal besar. Pada bagian bawah, akan terasa seperti pasir atau
kerikil. Sedangkan bagian bawah puting susu, akan terasa seperti kumpulan biji
yang besar. Namun, perabaan ini dapat berbeda pada orang yang berbeda.7
Gambar 2.1.Anatomi
2.2.Definisi Neoplasma
Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya. Tumor diklasifikasikan menjadi dua kategori yang luas, yaitu : tumor
jinak dan tumor ganas. Tipe neoplasma ditentukan berdasarkan karakteristik
parenkimnya.8 Neoplasma berasal dari sel-sel normal, namun menjadi abnormal
akibat perubahan neoplastic.8
2.2.1. Klasifikasi Neoplasma
Tumor Jinak
Baik, menyerupai sel normal
Kecepatan
Tumor Ganas
Tidak baik
Cepat (kecepatan
pertumbuhan
Lambat
pertumbuhan berkorelasi
Invasi lokal
Tumbuh ekspansif
padat)
Tidak terdapat metastasis
Terdapat metastasis
Metastasis
Faktor Risiko
Usia
Kanker payudara jarang ditemukan sebelum usia 25 tahun kecuali pada
kasus familial tertentu. Risiko kanker payudara meningkat pada dekade
ketiga dan dekade kedelapan. Wanita berusia 60-79 tahun risikonya 1:14,
Faktor genetic
Gen penetrasi tinggi yang berperan dalam terjadinya kanker payudara
yaitu BRCA-1 dan BRCA-2. Tetapi gen ini hanya berperan kurang dari
10% dari pasien yang teridentifikasi mempunyai hubungna gen. BRCA-1
Klasifikasi
a. Karsinoma duktal in situ (DCIS; ductal carcinoma in situ)
Merupakan tipe paling sering dari noninvasive breast cancer. In situ berarti di
tempat, sehingga duktal karsinoma in situ berarti pertumbuhan sel tak terkontrol
yang masih dalam duktus. DCIS umumnya didiagnosis dengan mamografi,
gambaran yang sering berupa mikrokalsifikasi yang berkelompok (clustered
microcalcifications). DCIS terkadang muncul sebagai pathologic nipple
discharge dengan atau tanpa massa. Dengan terapi yang tepat, rata-rata survival
rate lima tahun (five-years survival rate) karsinoma duktal in situ mencapai
100%.
b. Karsinoma lobular in situ (LCIS; lobular carcinoma insitu)
Ditandai oleh adanya perubahan sel dalam lobulus atau lobus. Pertumbuhan
dimulai dalam kelenjar yang memproduksi air susu dari payudara tetapi
menyerang jaringan payudara disekitarnya. Yang khas pada LCIS adalah lesi
multiple dan sering bilateral, sering ditemukan insidental dari biopsi payudara.
c. Karsinoma invasive
Karsinoma payudara invasive merupakan tumor yang secara histologik
heterogen. Mayoritas tumor ini adalah adenokarsinoma yang tumbuh dari
terminal duktus. Terdapat lima jenis berdasarkan histologik yang sering dari
adenokarsinoma payudara, yaitu :
2.2.2.Diagnosis
Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan berdasarkan
anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dasar, dan pemeriksaan penunjang.
Sedangkan untuk diagnosis pasti dilakukan pemeriksaan histopatologi anatomi.
Anamnesis
Riwayat penyakit yang diambil secara sistematis dan teliti sebenarnya
sudah sebagian dari diagnosis. Biasanya pasien wanita datang dengan
keluhan merasa ada benjolan pada payudara. Harus ditanyakan apakah
benjolan itu menjadi besar dan memperlihatkan perubahan, apakah
pembesaran dirasakan tidak hanya pada saat menstruasi dan tanyakan
riwayat keluarga dan pengobatan serta riwayat penyakit yang pernah
diderita.10
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis baik inspeksi ataupun
palpasi. Inspeksi dilakukan dengan posisi duduk dan pakaian atas/bra
dilepas. Identifikasi dilakukan saat lengan pasien disamping, lengan di
atas kepala dan lengan kecak pinggang. Palpasi parenkim dilakukan
dengan posisi pasien supine dan ipsilateral lengan diletakan di belakang
kepala (gambar 2.2). jaringan subareolar dan masing-masing kuadran dari
kedua payudara dipalpasi secara sistematis, menyeluruh dan overlap baik
secara sirkuler ataupun radial. Selain pemeriksaan pada payudara juga
harus dilakukan pemeriksaan pada aksila, infraklavikula, supraklavikula
dan organ/tempat kemungkinan metastasis jauh.5
10
11
2.2.3.Staging
12
2.2.4.Pemeriksaan penunjang
Mammography
Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara,
sekitar 75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada gejala atau
tanda. Pemeriksaan mamograpi memiliki dua tipe yaitu skrining dan
diagnosis. Pemeriksaan skrining mamograpi dilakukan pada wanita usia lebih
dari 40 tahun dan setiap tahun untuk wanita usia 50 tahun yang dikombinasi
dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
setiap bulan setelah menstruasi. Pada wanita usia 20-39 tahun, ACS
merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan fisik setiap 3 tahun dan
pemeriksaan payudara sendiri setiap bulan. Untuk skrining mamograpi rutin
dilakukan dalam posisi cranio-caudal (CC) dan medio-lateraloblique (MLO).
Mamograpi diagnosis dilakukan pada wanita asimptomatik yang
pemeriksaannya lebih rumit karena digunakan untuk menentukan ukuran,
lokasi, jaringan sekitar tumor dan kelenjar getah bening di
payudara.10Gambar mamografi untuk lesi ganas dibagi atas tamda primer dan
skunder.
Tanda primer:
- Densitas yang meninggi pada tumor
- Batas tumor yang tidak teratur oleh karena adanya proses infiktrasi ke
-
Tanda Sekunder
13
Ultrasonograpi (USG)
USG secara umum diterima sebagai metode terpilih untuk membedakan
masa kistik dengan solid dan sebagai guide untuk biopsi. Disamping untuk
pemeriksaan pasien usia muda (kurang dari 30 tahun). Peran USG lain adalah
untuk evaluasi metastasis ke organ visceral. Pada USG, lesi hypoechoic
dengan margin irregular dan shadowing disertai orientasi vertikal
kemungkinan merupakan lesi maligna. Lesi solid benigna dengan batas tegas
dan lobulated yang terlihat sebagai lesi hypoechoic homogeny dan orientasi
horizontal diduga adalah fibroadenoma.5
MRI
MRI (Magnetic resonance imaging) merupakan instrument yang sensitif
untuk deteksi kanker payudara. MRI sangat berguna dalam skrining pasien
usia muda dengan densitas payudara yang padat yang memiliki risiko kanker
payudara yang tinggi. Sensitifitas MRI mencapai 98% tapi spesifisitasnya
rendah, biaya pemeriksaan mahal dan waktu pemeriksaan yang lama oleh
karena itu MRI belum menjadi prosedur rutin.
Biopsi
Biopsi payudara memberikan informasi sitologi atau histopatologi. FNAB
(Fine Needle Aspiration Biopsi) merupakan salah satu prosedur diagnosis
awal, untuk evaluasi masa di payudara. Disamping diagnosis histopatologi
juga ditentukan grading histopatologi kanker payuadara. Grading ini
ditentukan berdasarkan tubular formation, nuclear pleomorfism dan mitotic
activity. Berdasarkan jumlah skor dari 3 faktor tersebut, grading kanker
14
15
2.2.5. Penatalaksanaan
Pembedahan
Operasi merupakan modalitas utama dalam penatalaksanaan tumor
payudara. Modalitas ini member control lokoregional yang dapat dibuktikan
dengan pemeriksaan histopatologi dan dari specimen operasi dapat ditentukan
tipe dan grading tumor, status kelenjar getah bening aksila, factor prediktif dan
faktor prognosis tumor (semua faktor diatas tidak bias diperoleh dari modalitas
lain).7
Jenis- jenis operasi tumor payudara, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau
mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi bersifat
sistemik, berbeda dengan pembedahan dan atau radiasi yang bersifat lokal.
Kemoterapi ini bekerja masuk pada aliran darah yang langsung dibawa ke dalam
tumor.
Adjuvan kemoterapi adalah terapi tambahan setelah terapi utama
([embedahan). Tujuannya adalah untuk mengendalikan occult micrometastic
disease sehingga menurunkan resiko timbulnya kekambuhan dan metastasis jauh.
Usia, ukuran tumor, karakter biologic tumor dan status kelenjar getah bening
merupakan factor yang menentukan dalam memberikan kemoterapi. Kemoterapi
16
bekerja paling efektif pada tumor yang berukuran kecil dan masih dalam fase
pertumbuhan linier (linier grow phase). Adjuvan kemoterapi menurunkan 25%
mortalitas kanker payudara.
Indikasi kemoterapi adjuvant menurut rekomendasi St. Gallen Consensus
Conference dan NCCN dapat dilihat dalam tabel 2.2 , menurut dua guidelines ini
pemberian kemoterapi ditentukan oleh ekspresi HER-2 dan ER/PR, ukuran
tumor, grading tumor, metastasis kelenjar getah bening dan ada tidaknya invasi
limfovaskular.
Berdasarkan tipe histologinya menurut NCCN guidelines 2012 indikasi
pemberian kemoterapi adjuvant tergantung pada jenis histology; unfavorable
(ductal, lobular, mixed, metaplastic) dan favorable (tubular, musinous) pada tipe
histology unfavorable (ductal, lobular, mixed metaplastic) adalah sebagai berikut:
- Pada ER dan atau PR positif dan HER-2 positif ; ukuran tumor diatas 1 cm
atau KGB aksila ada yang positif metastasis, kemoterapi adjuvant
direkomendasikan. Untuk ukuran tumor 0,6-1cm atau pN1mi
dipertimbangkan untuk pemberian kemoterapi.
- Pada ER dan atau PR positif dan HER-2 negatif; KGB Aksila positif
metastasis, kemoterapi adjuvant direkomendasikan. Pada pN1mi atau
ukuran lebih 0,5 dan resiko tinggi untuk kambuh dipertimbangkan untuk
pemberian kemoterapi adjuvan.
- Pada ER dan atau PR negative dan HER-2 positif; ukuran tumor diatas 1cm
atau KGB aksila positif metastasis, kemoterapi adjuvant
direkomendasikan. Untuk ukuran tumor 0,6-1 cm atau pN1mi
dipertimbangkan untuk pemberian kemoterapi.
- Pada triple negative (ER/PR/HER-2 negatif) ; ukuran tumor diatas 1cm atau
KGB aksila ada yang positif metastasis kemoterapi adjuvant
direkomendasikan. Untuk ukuran tumor 0,6-1cm atau pN1mi
dipertimbangkan untuk pemberian kemoterapi.
- Pada tipe histology favorable (tubular dan musinous) dengan ER/PR positif
dipertimbangkan untuk pemberian kemoterapi adjuvant jika ada KGB
aksila positif metastasi 1. Jika ER/PR negative sebaiknya diulang
17
HER2- positif
HER2- negative
National comprehensive
ER- negative
kgb-positif
ER- negative
- Kemoterapi adjuvant
- Kemoterapi adjuvant
(tidak tergantung
untuk tumor 1 cm
ukuran tumor)
18
(lymphovascular
invasion high-grade)
ER-positif
ER- positif
- Kemoterapi adjuvant
jika 4 KGB positif
metastasis
- Dipertimbangkan jika
- Kemoterapi adjuvant
jika KGB positif
- Dipertimbangkan jika
tumor 1 cm, atau jika
tumor 0,6-1 cm dan
invasi
lymphovascular atau
grade 2-3
lymphovascular
ER: estrogen receptor, KGB: kelenjar getah bening
Respon terhadap kemoterapi
-
Complete response
Partial response
Stable disease/ minimal response
Disease progression
Terapi Hormon
Terapi hormone diberikan pada pasien dengan tumor yang sensitif terhadap
hormon. Tujuan terapi hormonal pada kanker payudara adalah untuk
menghilangkan atau mengurangi estrogen dalam sel tumor (estrogen
deprivation). Tamoxipen merupakan terapi hormone yang terbaik dimana
tamoxipen merupakan reseptor estrogen antagonis. Yang dapat mengurangi
resiko terjadinya metastasis sebesar 15% pada pasien dengan tanpa memandang
usia.14 Tamoxipen diberikan 20 mg/hari, diberikan selama 5 tahun lebih superior
dibanding jangka waktu yang lebih pendek.Pemberian tamoxifen lebih 5 tahun
masih belum dapat ditentukan keuntungan dan kerugiannya. Dosis untuk
aromatase inhibitor adalah : Anastrozole (Arimidex) 1 mg/hari per oral, Letrozole
(Femara) 2,5 mg/hari per oral dan Exemestane (Aromasin) 25 mg/hari per oral.5
19
20
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Status
: SR
: 48 Tahun
: Perempuan
: Wiraswasta
: Ibu Rumah Tangga
21
Alamat
: Ciawigebang
Tanggal Masuk : 3 Juni 2015
Waktu
: 13:00 WIB
3.2. Anamnesis
Keluhan Utama
Telaah
sakit. Awalnya terdapat benjolan pada payudara kanan dialami pasien 3 tahun
sebelum masuk rumah sakit, terdapat satu benjolan sebesar kelereng, dapat
digerakkan,berbatas tegas, tidak nyeri bila ditekan dan semakin lama semakin
membesar seperti telur ayam dalam 1 tahun ini dan kemudian benjolan pecah
mengeluarkan darah,juga didapati benjolan pada bagian aksila kanan tunggal dan
tidak nyeri bila ditekan. Puting mengeluarkan cairan/ darah tidak dijumpai,
perubahan warna kemerahan pada daerah sekitar puting tidak dijumpai,
perubahan kulit berkerut seperti kulit jeruk dijumpai. Sesak dijumpai sejak 1
minggu ini. Sesak tidak berhubungan dengan aktivitas. Penurunan BB dijumpai.
10 kg dalam 6 bulan. Menstruasi dijumpai pada usia 12 tahun, teratur.
Menopause (-), riwayat penggunaan PIL KB (+) sejak 10 tahun ini. Pasien
menikah pada usia 19 tahun. Riwayat melahirkan pertama pada usia 20 tahun dan
memiliki 3 orang anak. Riwayat menyusui selama 7 bulan. Sebelumnya pasien
tidak pernah berobat di RS lain atau klinik. Riwayat demam (-), Riwayat Pusing
(-) Riwayat Pingsan (-), riwayat Mual (-), riwayat Muntah (-), Riwayat kuning
(-), Riwayat penggunaan obat tradisional (+), BAB (+) N. BAK (+) N
Riwayat Penyakit Terdahulu : Riwayat Penggunaan Obat
:-
: 37oC
Keadaan Umum
: sedang
Nadi
: 80 x/i
Keadaan Gizi
: sedang
Pernafasan
: 30 x/i
Sensorium
: Compos Mentis
22
Kepala
Mata
Leher
Toraks
Inspeksi
Palpasi
paru kiri
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Simetris membesar
: Soepel, nyeri tekan (-), hepar/lien : tidak teraba
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Genitalia
: Perempuan
Ekstremitas
Inferior
Superior
Status Lokalisata
Inspeksi:
23
Payudara asimetris membesar, tampak payudara kanan lebih besar dari payudara
kiri,tampak ulkuspada regio lateral atas payudara kanan, perubahan warna kulit
dipayudara dijumpai pada payudara kanan, peau dorange (+), satelit nodule (-),
eksem sekitar puting (-), retraksi nipple (-), skin dimpling (-). Payudara kiri kesan
normal.
Palpasi:
Didapati benjolan pada payudara kanan benjolan ukuran 12,5x 10,3
cm,permukaan berbenjol-benjol, konsistensi keras, dapat digerakkan, tidak
nyeri,batas tegas, nipple discharge (-),dan ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening aksila dextra dengan ukuran 1,8 x 1,6 cm, berbatas tegas, kenyal, tidak
nyeri, dan dapat digerakkan.
3.5. Hasil Laboratorium (07 November 2014)
Hb/Ht/Leu/Tromb : 10,90/ 32,80/ 15,57/ 592
PT/aPTT/TT/ INR: 13,5 (14,00)/ 23,6 (37,5)/ 14,1 (18,2)/ 0,96
KGDs
: 97,90
Ur/Cr
: 26,30/ 0,52
Na/K/Cl
kanan
: Effusi pleura bilateral, kesan sebuah metastasis.
3.7. Diagnosis
(R) Breast Neoplasma Susp Malignant T4bN1M1 (Pleura)
3.8. Penatalaksanaan
- O2 2-4 L/i
- IVFD RL 20 gtt/ menit
24
S
Sesak
O
Sensorium: Compos
A
(R) Breast
P
- O2 2-4 L/i
Nafas
mentis
neoplasma
- IVFD RL 20 gtt/
(+),
Keadaan Umum:
susp
menit
perda
stabil
malignant
- Inj. Ceftazidine
rahan
Tekanan darah :
T4bN1M1
1gr/12jam
pada
110/70 mmHg
(Pleura)
borok
Nadi
: 78 x/i
8 jam
Pernafasan: 30 x/i
- Inj. Ranitidine
Suhu : 370C
1gr/12jam
Rencana: Chest Tube
4-6/06/
Sesak
Sensorium: Compos
(R) Breast
+ WSD
- IVFD RL 20 gtt/
2015
Nafas
mentis
neoplasma
menit
(+)
Keadaan Umum:
susp
- Inj. Ceftazidine
Stabil
malignant
1gr/12jam
perda
Tekanan darah :
T4bN1M1
rahan
120/80 mmHg
(Pleura)
8 jam
pada
Nadi
borok
Pernafasan: 26 x/i
1gr/12jam
Suhu : 36,40C
Rencana :
: 80 x/i
Thorax : terpasang
- Inj. Ranitidine
Analisa cairan
25
pleura
Insisional biopsi
USG Liver :
Hasil : tidak
serous.
dijumpai metastasis
liver.
Undulasi (+),
expiratory bubble
7-8/06/
Sesak
(-).
Sensorium: Compos
(R) Breast
- IVFD RL 20 gtt/
2015
nafas
mentis
neoplasma
menit
(-),
Keadaan Umum:
susp
- Inj. Ceftazidine
perda
stabil
malignant
1gr/12jam
rahan
Tekanan darah :
T4bN1M1
- Paracetamol 3 x 500
pada
120/80 mmHg
(Pleura)
mg
borok
Nadi
Pernafasan: 24 x/i
Sesak
(-).
Sensorium: Compos
(R) Breast
- IVFD RL 20 gtt/
Nafas
mentis
neoplasma
menit
(-),
Keadaan Umum:
susp
- Inj. Ceftazidine
perda
stabil
malignant
1gr/12jam
rahan
Tekanan darah :
T4bN1M1
- Paracetamol 3 x 500
: 82 x/I
Suhu : 36,80C
Thorax : terpasang
chest tube + WSD
(L), produksi (+)
500 cc/ 24 jam,
serous.
Undulasi (+),
expiratory bubble
9/6/ 2015
26
pada
110/70 mmHg
(Pleura)
mg
borok
Nadi
Pernafasan: 24 x/I
Suhu : 36,30C
pleura:
Thorax : terpasang
C5 Malignant smear
: 80 x/i
Sesak
(-).
Sensorium: Compos
(R) Breast
- Cefadroxil 2 x
2015
Nafas
mentis
neoplasma
500mg
(-),
Keadaan Umum:
susp
- Paracetamol 3 x
perda
Stabil
malignant
500mg
rahan
Tekanan darah :
T4bN1M1
pada
120/80 mmHg
(Pleura)
borok
Nadi
Pernafasan: 20 x/i
ductal carcinoma
Suhu : 36,50C
grade II
: 82 x/i
Thorax : terpasang
chest tube + WSD
(L), produksi (+)
250 cc/ 24 jam,
serous.
Undulasi (+),
expiratory bubble
(-).
Hasil
Histopatologi:invasive
27
BAB 4
KESIMPULAN
Pasien perempuan, 48 tahun datang ke RSUD 45 Kuningan dengan
keluhan borok pada payudara kanan. Hal ini dialami pasien 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Awalnya terdapat benjolan pada payudara kanan dialami
pasien 3 tahun yang lalu, terdapat satu benjolan sebesar kelereng, dapat
digerakkan,berbatas tegas, tidak nyeri bila ditekan dan semakin lama semakin
membesar seperti telur ayam dalam 1 tahun ini dan kemudian benjolan pecah
mengeluarkan darah,juga didapati benjolan pada bagian aksila kanan tunggal dan
tidak nyeri bila ditekan. Perubahan kulit berkerut seperti kulit jeruk dijumpai.
Sesak dijumpai sejak 1 minggu ini.Penurunan BB dijumpai. 10 kg dalam 6 bulan.
Menstruasi dijumpai pada usia 12 tahun, teratur. Menopause (-), riwayat
penggunaan PIL KB (+) sejak 10 tahun ini. Pasien menikah pada usia 19 tahun.
Riwayat melahirkan pertama pada usia 20 tahun dan memiliki 3 orang anak.
Riwayat menyusui selama 7 bulan. Riwayat penggunaan obat tradisional (+).
Dari pemeriksaan fisik dijumpaiinspeksi payudara asimetris membesar,
tampak payudara kanan lebih besar dari payudara kiri, tampak ulkuspada regio
lateral atas payudara kanan, perubahan warna kulit dipayudara dijumpai pada
28
payudara kanan, peau dorange (+), satelit nodule (-), eksem sekitar puting (-),
retraksi nipple (-), skin dimpling (-). Payudara kiri kesan normal. Pada palpasi
didapati benjolan pada payudara kanan benjolan ukuran 12,5x 10,3 cm,
permukaan berbenjol-benjol, konsistensi keras, dapat digerakkan, tidak
nyeri,batas tegas, nipple discharge (-), dan ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening aksila dextra dengan ukuran 1,8 x 1,6 cm, berbatas tegas, kenyal, tidak
nyeri, dan dapat digerakkan.
Dari pemeriksaan penunjang pada foto thorax didapati kesan effusi pleura
bilateral kesan sebuah metastasis, dari pemeriksaan analisa cairan pleura didapati
hasil C5 malignant smear, dan dari pemeriksaan histopatologi didapati hasil
invasive ductal carcinoma grade II.
Pasien didiagnosis dengan (R) Breast neoplasma susp malignant
T4bN1M1 (Pleura).
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Diananda, R., 2009. Kanker Payudara Dalam: Saleh, A.Q., ed. Mengenal
Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta : Katahati, 61-64.
2. Tambunan G.W., Lukito J.S., 1992. Strategi Deteksi Kanker Payudara
Stadium Awal. Cermin Dunia Kedokteran.
3. Hoskins, W.J., Robert. C.Y. et al., 2005. Breast Cancer. In : Principles and
Practice of Gynecologic Oncology. 4thEdition Philadelphia : Lippincott
Williams.
4. Rossa, dkk., 2000. Pemerikasaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus pada Tumor
Payudara di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang. Universitas Andalas
Padang.
5. Suyatno & Pasaribu, E.T. 2010. Bedah Onkologi Diagnosis dan Terapi.
Sagung Seto, Jakarta.
6. C. Alfred, G. Pierce, D. Ara. 2003. Clinical Surgery Second Edition.
Blackwell Science Inc, Massachusetts U.S.A.
7. Mangunkusumo, R.R., 2006. Alat Kelamin Wanita dan Payudara, Dalam;
Hirmawan, Sutisna. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta : FK UI. 77-90.
8. Caruso M.L, Gabrieli G, Marzullo G, Pirelli M, Sorrino F, 2008. The
Oncologist Core Biopsi as Alternative to Fine Needle Aspiration Biopsi in
Diagnosis of Breast Tumor. Alphamed, North Carolina.
30