Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk


keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan
tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Jenis pelayanan kesehatan adalah rumah sakit tipe satu,
dua, dan tiga, rumah sakit khusus, klinik, Puskesmas dan pelayanan yang
menujang kesahatan lainnya (Kemenkes RI. 2010).

Maka untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah mengadakan


pelayanan yang bersifat menyeluruh, terpadu, dapat diterima semua
kalangan dan terjangkau oleh ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,
dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas tanpa
mengabaikan mutu pelayanan. Pelayanan tersebut yaitu Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas). Maka dari itu jika ditinjau dari sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia maka peran dan kedudukan Puskesmas adalah
sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia(Kemenkes
RI. 2010.

Puskesmas merupakan organisasi dari pemerintah yang memberi


fasilitas pelayanan kesehatan promotif (peningkatan), preventif
(pencegahan), kuratif (pengobatan), dan rehabilitative (pemulihan) dari
kesehatan masyarakat sampai perseorangan. Dalam memberikan pelayanan
kesehatan obat merupakan komponen penting (Peraturan Menteri Kesehatan
RI. 2014).

1
Subsistem obat dan perbekalan kesehatan terdiri dari 3 unsur utama
yakni jaminan ketersediaan, jaminan merata, dan jaminan mutu. Pada
bimbingan teknologi tersebut dijelaskan bahwa dalam perencanaan,
pengeloaan obat, dan perbekes menggunakan manajemen obat logistic
medik atau sering disingkat OLM yaitu: “langkah 6P” terdiri dari
perencanaan,pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penggunaan obat
dan pencatatan yang kemudian dilaporkan, yang dalam pelaksanaannya
diadakan monitoring dan evaluasi setiap bulan.

Perencanaan kebutuhan obat merupakan salah satu aspek penting dan


menentukan dalam pengelolaan obat, karena perencanaan kebutuhan obat
akan mempengaruhi pengadaan, pendistribusian dan pemakaian obat di unit
pelayanan kesehatan, dimana dengan perencanaan kebutuhan obat yang
tepat akan membuat pengadaan menjadi efektif dan efisien sehingga tersedia
obat dengan jenis dan jumlah yang cukup dengan sesuai kebutuhan (Depkes
RI. 1990).

Sayangnya, penelitian tentang perencanaan obat di Rumah Sakit dan


Puskesmas di Indonesia masih sedikit dilakukan, apalagi dari permasalahan
tersebut peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Analisis Perencanaan Obat di Puskesmas Banda Sakti Kota
Lhokseumawe”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah : bagaimana perencanaan obat di Puskesmas Banda
Sakti Kota Lhokseumawe.

C. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis perencanaan obat di Puskesmas Banda Sakti Kota
Lhokseumawe.

2
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Muara Dua sebagai masukan dalam perencanaan obat
dalam rangka peningkatan efisiensi.
2. Bagi instansi pemerintahan khususnya BPJS dalam pengembangan cara
dan metode dalam pembuatan kebijakan untuk menyempurnakan serta
mengoptimalkan pelayanan kesehatan dalam rangka pengadaan obat
dengan e-katalog.
3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang perencanaan
obat di bidang ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan serta dalam
penemuan metodologi baru dalam lingkup ilmu kesehatan masyarakat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan
1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses penyusunan secara sistematis
mengenai kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan, untuk mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Depkes, 1996). Sedangkan menurut Siagian (1996),
perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang pada hal-hal yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditentukan.

2. Tujuan Perencanaan
Adapun tujuan perencanaan menurut Azwar (1998), antara lain :
a. Membantu para pelaksana dalam melaksanakan program dengan
perencanaan yang baik maka setiap pelaksana akan memahami
rencana tersebut dan akan merangsang para pelaksana untuk dapat
melakukan beban tugas masing- masing dengan sebaik-baiknya.

b. Membantu para pelaksana untuk membuat perencanaan pada masa


depan,jadi hasil yang diperoleh dari suatu pekerjaan perencanaan
pada saat ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman untuk
menyusun rencana kerja pada masa depan dan demikian
seterusnya.

c. Sebagai upaya pengaturan baik dalam bidang waktu, tenaga


pelaksana, sarana, biaya, tujuan, lokasi serta macam organisasi
pelaksananya.

4
3. Ciri-Ciri Perencanaan
Menurut Levey dan Loomba di dalam Azwar (1996), suatu
perencanaan yang baik adalah yang mempunyai kriteria antara lain
sebagai berikut :
a. Perencanaan harus mempunyai tujuan yang jelas.
b. Perencanaan harus mengandung uraian yang lengkap tentang
segala aktivitas yang akan dilaksanakan.
c. Perencanaan harus dapat menguraikan pula jangka waktu
pelaksanaan setiap aktivitas ataupun keseluruhan aktivitas yang
akan dilaksanakan.
d. Perencanaan harus mencantumkan segala hal yang dipandang perlu
untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas yang telah disusun, seperti
macam tenaga pelaksananya, besarnya dana dan sumber dana yang
diperkirakan ada.

4. Jenis Perencanaan
Menurut Azwar (1996), jika dilihat dari jangka waktu berlakunya
perencanaan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Perencanaan jangka panjang (Long-rangeplanning)
Disebut perencanaan jangka panjang, jika masa berlakunya rencana
tersebut antara 12 sampai 20 tahun.
b. Perencanaan jangka menengah (Medium-rangeplanning)
Disebut perencanaan jangka menengah, jika masa berlakunya
rencana tersebut antara 5 sampai 7 tahun.
c. Perencanaan jangka pendek (Short-rangeplanning)
Disebut perencanaan jangka pendek, jika masa berlakunya rencana
tersebut hanya untuk jangka waktu 1 tahun saja.

5
B. Perencanaan Kebutuhan Obat
1. Pengertian dan Tujuan Perencanaan Kebutuhan Obat
Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat untuk
menetapkan jenis dan jumlah obat yang sesuai dengan pola penyakit dan
kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang
telah ditetapkan (Depkes, 1990).
Adapun tujuan dari perencanaan kebutuhan obat adalah untuk
mendapatkan:
a. Jenis dan jumlah yang tepat sesuaikebutuhan
b. Menghindari terjadinya kekosonganobat
c. Meningkatkan penggunaan obat secararasional
d. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.

2. Tahap-Tahap Perencanaan Obat


a. Tahap Pemilihan Obat
Fungsi dari pemilihan atau penyeleksian obat adalah untuk
menentukan apakah obat benar-benar diperlukan dan sesuai dengan
jumlah penduduk serta pola penyakit. Untuk mendapatkan
pengadaan obat yang baik, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar
seleksi kebutuhan obat yaitu meliputi :
1) Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi
penyakit;
2) Obat memiliki keamanan, kemanjuran yang didukung dengan
bukti ilmiah;
3) Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan risiko yang
minimal;
4) Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi
stabilitas maupun bioavaibilitasnya.
5) Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dengan
biaya yang baik;
6) Mudah diperoleh dengan harga terjangkau;

6
b. Tahap Komplikasi Pemakaian Obat
Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui
pemakaian bulanan tiap-tiap jenis obat selama setahun dan sebagai
data pembanding bagi stok optimum.
Informasi yang didapatkan dari kompilasi pemakaian obat adalah :
a. Jumlah pemakaian tiap jenis obat pada tiap Unit Pelayanan
Kesehatan;
b. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian
setahun seluruh Unit Pelayanan Kesehatan.
c. Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat
kabupaten/kota.

c. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat

Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan berat yang


harus dihadapi oleh Apoteker yang bekerja di Unit Pelayanan
Kesehatan maupun di Gudang Farmasi. Masalah kekosongan obat
atau kelebihan obat dapat terjadi apabila informasi semata-mata
hanya berdasarkan informasiyang teoritis kebutuhan pengobatan.
Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan obat
secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas, maka diharapkan
obat yang direncanakan dapat tepat jenis, jumlah serta tepat waktu.
Menurut Wheelright yang dikutip dari Silalahi (1989) ada 3
(tiga) cara yang mendasar dalam hal penetapan jumlah persediaan
obat yang harus diperhatikan pada saat perencanaan manajemen
persediaan, yaitu Populasi, Pelayanan dan Konsumsi.
Menurut Depkes RI (1990), adapun dalam setiap metode
tersebut terdapat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, yaitu
dapat dijelaskan sebagai berikut :

7
Tabel. 2.1
Tabel Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan antara Metode Konsumsi
dan Morbiditas

Metode Kelebihan Kekurangan

Konsumsi 1. Data konsumsi akurat 1. Data konsumsi, data obat


dan merupakan metode dan data jumlah kontak
yang paling mudah pasien yang dapat
2. Tidak Memerlukan data
diandalkan mungkin sulit
epidemiologi maupun
diperolehdapat dijadikan
2. Tidak
standar pengobatan
3. Bila data konsumsi dasar dalam mengkaji
lengkap, pola preskripsi penggunaan obat dan
tidak berubah dan perbaikan preskripsi
kebutuhan relative 3. Tidak dapat dijadikan
konstan maka dasar dalam mengkaji
kemungkinan penggunaan obat dan
kekuranagan atau perbaikan preskripsi
kelebihan obat sangat
kecil.
Morbiditas 1. Perkiraan kebutuhan 1. Membutuhkan waktu dan
yang mendekati tenaga yang terampil
kebenaran 2. Data penyakit sulit
2. Dapat digunakan pada diperoleh secara pasti dan
kemungkinan terdapat
program-program baru
penyakit yang tidak
3. Standar pengobatan termasuk dalam daftar/
dapat mendukung usaha tidak melapor
memperbaiki pola 3. Memerlukan system
penggunaan obat pencatatan dan pelaporan
4. Pola Penyakit dan pola
preskripsi tidak selalu
sama
5. Dapat terjadi kekurangan
obat karena ada wabah
atau kebutuhan insidentil
tidak terpenuhi
6. Variasi obat terlalu luas

8
C. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No. 75 tahun
2014).

2. Tujuan Puskesmas
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang :
a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidupsehat;
b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu;
c. hidup dalam lingkungan yangsehat;
d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga
kelompok dan masyarakat (Permenkes RI No 75 tahun 2014).

3. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas


a. Prinsip paradigma sehat, yaitu Puskesmas mendorong seluruh
pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya
mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Prinsip pertanggung jawaban wilayah, yaitu Puskesmas
menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Prinsip kemandirian masyarakat, yaitu Puskesmas mendorong
kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok,
danmasyarakat.

9
d. Prinsip pemerataan, yaitu Puskesmas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang dapat di akses dan terjangkau oleh
seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan
kepercayaan.
e. Prinsip teknologi tepat guna, yaitu Puskesmas menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna
yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan
dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.
f. Prinsip keterpaduan dan kesinambungan, yaitu Puskesmas
mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM
dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan
sistem rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas
(Permenkes RI No 75 tahun2014).

D. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


1. Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah suatu program


masyarakat atau rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan
yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia
dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera yang sesuai dengan prinsip
asuransi sosial dan prinsip equitas yang terdapat dalam Undang-undang
No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat 1.

2. Pelayanan, Penyediaan, Penggunaan dan Pelayanan Obat


a. Pelayanan obat untuk Peserta JKN di FKTP dilakukan oleh apoteker
di instalasi farmasi klinik pratama/ ruang farmasi di Puskesmas/
apotek sesuai ketentuan perundang-undangan. Dalam hal ini di
Puskesmas belum memiliki apoteker maka pelayanan obat dapat
dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian dengan pembinaan
apoteker dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

10
b. Pelayanan obat untuk Peserta JKN di FKTP dilakukan oleh apoteker
di instalasi farmasi rumah sakit/klinik utama/apotek sesuai
ketentuan perundang-undangan.
c. Pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas kesehatan mengacu
pada daftar obat yang tercantum dalam Fornas dan harga obat yang
tercantum dalam e-katalog obat.
d. Pengadaan obat menggunakan mekanisme e-purchasing
berdasarkan e- katalog atau bila terdapat kendala operasioanal dapat
dilakukan secara manual (Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah).

3. Penyediaan Obat
Penyediaan obat di fasilitas kesehatan dilaksanakan dengan mengacu
kepada Fornas dan harga obat yang tercantum dalam e-katalog obat.
Pengadaan obat dalam e-katalog menggunakan mekanisme e-
purchasing, atau bila terdapat kendala operasional dapat dilakukan
secara manual. Dalam hal jenis obat tidak tersedia dalam Fornas dan
harganya tidak terdapat dalam e-katalog, maka pengadaannya dapat
menggunakan mekanisme pengadaan yang lain sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.

4. Penggunaan Obat di Formularium Nasional


Pada pelaksanaan pelayanan kesehatan, penggunaan obat
disesuaikan dengan standar pengobatan dan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Apabila dalam pemberian pelayanan kesehatan, pasien
membutuhkan obat yang belum tercantum di Formularium nasional,
maka hal ini dapat diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:

Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKTP dapat


digunakan apabila sesuai dengan indikasi medis dan sesuai dengan

11
standar pelayanan kedokteran yang biayanya sudah termasuk dalam
kapitasi dan tidak boleh dibebankan kepada peserta.

E. Penelitian Terkait
Perencanaan obat di Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe tidak
ada perbedaan proses perencanaan obat sebelum dan setelah adanya Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Alur perencanaan obat di Puskesmas Banda
Sakti Kota Lhokseumawe yaitu petugas obat di Puskesmas Pembantu
(Pustu) dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) mengisi lembar Rencana
Kebutuhan Obat (RKO) Pustu dan Poskesdes, kemudian menyerahkannya
kepada pengelola obat di Puskesmas untuk dikompilasi dengan lembar RKO
di Puskesmas. Pengelola obat masing- masing Puskesmas dan petugas Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Instalasi Farmasi serta Dinas Kesehatan
mengadakan Rapat Perencanaan Obat Terpadu (POT) yang membahas
mengenai kebutuhan obat di Puskesmas dan ketersediaannya di UPTD.
Instalasi Farmasi. Setelah rapat selesai petugas UPTD. Instalasi Farmasi
melakukan rekapitulasi RKO Puskesmas dengan melihat ketersediaan obat
di UPTD. Instalasi Farmasi, sehingga diperoleh daftar obat-obatan dan
perbekalan kesehatan yang akan diadakan. Daftar tersebut diserahkan
kepada Kepala Dinas Kesehatan untuk selanjutnya memerintahkan
PejabatPembuat Komitmen (PKK) menindaklanjuti daftar tersebut
(Kemenkes, 2010)

F. Penggunaan E-Katalog

Penggunaan e-katalog selama 3 tahun terakhir ini memudahkan


kefermasian dalam menentukan harga obat, jenis obat dan pabrik
penyediaan obat. Terlepas dari itu dengan adanya sistem e-katalog
pelelangan obat menjadi lebih transparan dan terbuka. Dengan sistem e-
katalog, produsen obat yang telah ditunjuk pemerintah/LKPP untuk
memproduksi obat ginerik yang dibutuhkan masyarakat, mengeluarkan

12
daftar obatnya termasuk spesifikasi dan bisa diakses secara online. Memesan
dan membeli obat dengan e-katalog tidak begitu repot. Setelah
menyampaikan pemesanan jenis obat termasuk volumenya melalui internet
atau ke e-mail produsen dan pemasaran, transfer dana, beberapa hari
kemudian obatnya langsung diantar ke gudang. Kecuali, jika stoknya tidak
ada di pabrik maka harus menunggu.

Penggunaan e-katalog dalam kalangan kefarmasian tidak hanya


memudahkan pemesanan dan pemilihan jenis obat saja, bahkan harga dari e-
katalogue ini juga sangatlah murah. Harga yang murah dari e-katalog ini
bagi pemerintah sangat bermanfaat untuk menekan biaya kesehatan yang
makin tinggi.

13
BAB III
KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori di atas maka kerangka Konsep pada penelitian
ini adalah sebagai berikut :

Input Proses Output

1. SDM 1. Penentuan jenis obat Ketersediaan


2. Anggaran berdasarkan e- perbekalan obat yang
3. Metode katalog dan forms dibutuhkan secara
4. Sarana dan 2. Penentuan jumlah efektif dan efisien
Prasarana obat
5. Data 3. Penyesuaian
rencana pengadaan
obat
Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Berdasarkan gambar di atas, dapat dirumuskan definisi fokus penelitian


sebagai berikut :

1. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang mendukung dan


dibutuhkan dalam melaksanakan perencanaan obat agar dapat
berjalan dengan baik, meliputi : SDM, Anggaran, Metode, Sarana,
danData.
a. Sumber Daya Manusia adalah semua orang di Puskesmas
yang terlibat dalam proses perencanaan obat dengan melihat
aspek latar belakang pendidikan yang tepat, jumlah yang
mencukupi dan pengalaman pelatihan manajemen
logistikfarmasi.
b. Anggaran adalah suatu kebutuhan yang dikonversikan dengan
mata uang (Rupiah) yang tersedia atau diperlukan oleh
Puskesmas untuk pengadaan obat.

14
c. Metode adalah cara yang digunakan untuk merumuskan atau
menyusun perencanaan obat meliputi penentuan jumlah dan
jenisobat.
d. Sarana dan prasarana termasuk di dalamnya yaitu komputer,
printer, buku catatan dan pelaporan, ATK untuk mendukung
proses perencanaanobat.
e. Data adalah dokumen yang dapat dijadikan bahan acuan atau
informasi di dalam perencanaan obat seperti data pemakaian
obat tahun-tahun sebelumnya meliputi jenis, jumlah dan
kondisi dalam satu tahunanggaran.

2. Proses (process) adalah pelaksanaan yang harus dilakukan untuk


mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi : Penentuan jenis
obat berdasarkan e- katalog dan Fornas, Penentuan jumlah obat,
Penyesuaian rencana pengadaan obat.
3. Keluaran (output) adalah hasil dari perencanaan obat, diharapkan
ketersediaan obat yangdibutuhkan.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
INPUT
1 SDM Adalah semua 1. Pedoman 1. Baik, apabila dikelola Likert
orang di Apotik wawancara oleh tenaga dengan
yang terlibat 2. Literatur/ latar belakang
dalam proses dokumen terkait farmasi (S1 Farmasi
perencanaan dan SMF).
obat dengan 2. Cukup, apabila
melihat aspek dikelola oleh tenaga
latar belakang kesehatan dengan
belakang pengalaman pelatihan

15
pendidikan manajemen logistik
yang tepat, farmasi.
jumlah yang 3. Buruk, apabila
mencukupi dan dikelola oleh Non
pengalaman tenaga kesehatan
pelatihan.
2 Anggaran Adalah semua 1. Pedoman 1. Baik, apabila Likert
kegiatan atau wawancara terdapat alokasi
usaha yang 2. Literatur/ anggaran untuk obat
merupakan dokumen yang sesuai dengan
suatu kebutuhan terkait kebutuhan.
yang 2. Cukup, apabila
dikonversikan terdapat alokasi
dengan mata anggaran untuk obat.
uang (Rupiah) 3. Buruk, apabila tidak
yang tersedia/ terdapat alokasi
diperlukan oleh anggaran untuk obat.
apotek untuk
pengadaan obat.
3 Sarana dan Adalah sarana 1. Pedoman 1. Baik, apabila sarana Likert
Prasarana yang diperlukan wawancara yang diperlukan dan
dan mendukung 2. Literatur/ mendukung proses
proses dokumen terkait perencanaan obat
perencanaan tersebut dalam jumlah
perbekalan obat, yang sesuai
seperti kebutuhan.
komputer, 2. Cukup, apabila sarana
printer, buku yang diperlukan dan
catatan dan mendukung proses
pelaporan, perencanaan obat

16
ATK, meja dan tersebut sudah ada
kursi dan walau belum
sebagainya mencukupi.
dalam jumlah 3. Buruk, apabila sarana
yang sesuai yang diperrlukan dan
kebutuhan mendukung proses
perencanaan obat
tersebut belum
semuanya tersedia.
4 Metode Adalah cara 1. Pedoman 1. Baik, apabila Likert
yang digunakan wawancara perencanaan disusun
untuk 2. Literatur/ menggunakan metode
merumuskan dokumen terkait konsumsi.
atau menyusun 2. Cukup, apabila
perencanaan perencanaan disusun
obat meliputi berdasarkan sisa stok
penentuan yang ada dan jenis
jumlah dan jenis obat yang
obat. dibutuhkan.
3. Buruk, apabila
perencanaan disusun
hanya berdasarkan
perkiraan naik sekian
persen dari tahun lalu.
5 Data Adalah 1. Pedoman 1. Baik, apabila terdapat Likert
dokumen yang wawancara buku agenda
dapat dijadikan 2. Literatur/ penerimaan dan
bahan acuan dokumen terkait pengeluaran obat,
atau informasi kartu stok obat,
di dalam catatan harian

17
perencanaan penggunaan obat.
perbekalan obat 2. Cukup, bila hanya
seperti data mempunyai buku
pemakaian obat agenda penerimaan
tahun-tahun dan pengeluaran dan
sebelumnya kartu stok obat.
meliputi jenis, 3. Buruk, apabila tidak
jumlah dan memiliki catatan
kondisi dalam sama sekali.
satu dan kondisi
dalam satu
PROSES
1 Penentuan Adalah tahapan 1. Pedoman 1. Baik, apabila sesuai Likert
jenis obat yang dilakukan wawancara dengan tahapan yang
dalam 2. Literatur/ digunakan dalam
menentukan dan dokumen terkait metode yang
menyeleksi obat digunakan untuk
yang akan perencanaan obat.
diadakan oleh 2. Buruk, apabila tidak
Apotik Banda sesuai dengan
Sakti tahapan yang
Lhokseumawe digunakan dalam
metode yang
digunakan untuk
perencanaan obat.
2 Penentuan Adalah tahapan 1. Pedoman 1. Baik, apabila sesuai Likert
jumlah obat yang dilakukan wawancara dengan tahapan yang
dalam 2. Literatur/ digunakan dalam
menentukan dokumen terkait metode yang
atau estimasi digunakan untuk

18
jumlah obat perencanaan obat.
yang akan 2. Buruk, apabila tidak
diadakan oleh sesuai dengan
Apotek Banda tahapan yang
Sakti digunakan dalam
Lhokseumawe metode yang
digunakan untuk
perencanaan obat.
3 Penyesuaian Adalah tahapan 1. Pedoman 1. Baik, apabila Likert
rencana yang dilakukan wawancara melakukan
pengadaan setelah 2. Literatur/ penyesuaian rencana
obat menentukan dokumen terkait obat dengan
jenis dan jumlah menggunakan
obat yang analisis tertentu
dibutuhkan 2. Buruk, apabila tidak
untuk melakukan
disesuaikan penyesuaian rencana
dengan jumlah pengadaan obat.
dana yang
tersedia dengan
menggunakan
analisis
OUTPUT
1 Ketersediaan Adalah 1.Pedoman 3. Baik, apabila obat Likert
pembekalan tersedianya obat wawancara tersedia dengan tepat
obat yang di Puskesmas 2.Literatur/ jumlah, tepat jenis
dibutuhkan Banda Sakti dokumen terkait dan tepat waktu.
secara Kota 4. Buruk, apabila obat
efektif dan Lhokseumawe tidak tersedia dengan
efesien. sesuai dengan tepat jumlah, tepat

19
kebutuhan jenis dan tepat
meliputi tepat waktu.
jumlah, tepat
jenis dan tepat
waktu.

C. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka peneliti
dapat membuat hipotesis yaitu analisis perencanaan obat di Puskesmas
tersebut sesuai dengan permasalahan yang ada.

20
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
survey yang bersifat analitik dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui perencanaan obat di puskesmas.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akandilakukan di wilayah kerja Puskesmas Banda
Sakti dan Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe. Pemilihan lokasi ini
berdasarkan permasalahan yang ada di puskesmas tersebut yaitu
perencanaan obat yang tidak sesuai dengan kebutuhan Puskesmas.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-April 2019.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau
obyek penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Dahlan, 2010).
Populasi dalam penelitian adalah semua penanggung jawab
kefarmasian yang ada di Puskesmas dan Dinas Kesehatan kota
lhokseumawe.
2. Sampel
Sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling,
artinyateknik yang dilakukan untuk memilih informan yang bersedia dan
mampu memberikan informasi yang berkaitan dengan topik penelitian,
yang terdiri dari :

21
1. Kepala Puskesmas Banda Sakti Kota Lhokseumawe
2. Kepala Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe
3. Kepala Intansi Farmasi Dinas Kesehatan Lhokseumawe
4. Penanggung Jawab Farmasi di Puskesmas Banda Sakti

D. Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian


Dalam pengukuran variabel yang digunakan. Peneliti menggunakan
pendekatan cross sectional yaitu variabel penelitian diukur dalam satu waktu
bersamaan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Machfoedz (2010), yang
menyatakan bahwa cross sectional merupakan pendekatan penelitian yang
dalam pengumpulan data dilakukan dalam satu periode waktu tertentu,
setiap subjek, studinya hanya satu kali pengamatan selama penelitian,
maksudnya ketika memberikan kuesioner atau wawancara hanya satu kali
saja dan tidak dilakukan ulangan.

E. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan sumber data yaitu :
1. DataPrimer
Wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan.
Dalam penelitian ini dilakukan wawancara semi terstruktur yang
dilengkapi dengan pedoman wawancara yang dijadikan patokan dalam
alur, urutan dan penggunaan kata. Tujuan dari wawancara jenis ini
adalah untuk menemukan masalah lebih terbuka, dimana pihak yang
diajak wawancara diminta pendapat, peneliti perlu mendengarkan secara
teliti dan mencatat apa yang ditemukan oleh informan (Sugiyono, 2009).
2. DataSekunder
Data yang digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap dari
data primer untuk keperluan penelitian seperti data dari Dinas Kesehatan
Kota Padangsidimpuan, Lembar Permintaan dan Lembar Pemakaian
Obat (LPLPO), buku-buku referensi, dan lain-lain.

22
F. Analisis Data
Analisis data kualitatif dilakukan secara simultan dengan proses
pengumpulan data, interpretasi data dan dibuat matriks untuk mempermudah
dalam melihat data secara lebih sistematis (Miles dan Huberman dalam
Herdiansyah, 2012).
Proses pengolahan data yaitu;

1. Editing
Yaitu melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian kuisioner yang
meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang diberikan oleh
responden.
2. Tabulating
Yaitu data yang telah dikoreksi dikumpulkan dan dilakukan tabulasi
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi..
3. Coding
Yaitu melakukan pengkodean data dengan angka atau kode tertentu
pada setiap jawaban sehingga lebih mudah dan sederhana.
4. Tabulating
Yaitu kumpulan data yang telah diolah kemudian dianalisa untuk
mendapatkan informasi yang dapat menggambarkan suatu situasi yang
kemudian dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan kejadian atau
kerangka konsep penelitian yang ada.

G. Penyajian Data
Data yang sudah diolah agar mudah dibaca dan dipahami oleh orang
lain perlu ditampilkan ke dalam bentuk-bentuk tertentu, yang disebut dengan
penyajian data. Penyajian data itu memiliki keggunaan, antara lain:

1. Untuk mmenunjukkan perkembangan suatu keadaan

2. Untuk mengadakan perbandingan pada suatu waktu

23
Bentuk-bentuk penyajian data dapat dilakukan melalui :

1. Table Data
Yaitu table yang menayjikan data dalam bentuk kumpulan angka-
angka yang disusun menurut kategori-kategori tertentu dalam suatu
daftar. Berdasarkan pengaturan datanya, tabel dapat dibedakan atas
beberapa jenis, yaitu table frekuensi, table klasifikasi, table kontingensi,
table korelasi.

2. Landasan Teori
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian
sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori ini juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian
dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi


Farmasi Kabupaten/Kota. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan. Jakarta. 2014. Buku Pegangan Sosialisasi JKN
dalam SJSN.Jakarta.

2. Peraturan Menteri Kesehatan RI.2014.Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.Jakarta.

3. Depkes RI. 1990. Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Obat. Direktorat


Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.

4. Siagian, Sondang P. 1996. Filsafat Administrasi. Gunung Agung. Jakarta.

5. Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara.


Jakarta.

6. . 1998. Dasar-dasar Perencanaan di Bidang Kesehatan. Bagian Ilmu


Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Pencegahan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. UI Press.Jakarta.

7. Silalahi, Bennet NB. 1989. Prinsip Manajemen Rumah Sakit, Lembaga


Pengembangan Manajemen Indonesia. Jakarta.

8. Peraturan Presiden RI. 2014. Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor


32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi
Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama Milik Pemerintah Daerah.Jakarta.

9. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.


Alfabeta. Bandung.

25
10. Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu
Sosial. Salemba Humanika. Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai