Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

PENDEKATAN DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA

HIPERTENSI PADA ANAK

Pembimbing :
dr. Johanes Ari Cahyo Prabowo

Disusun Oleh :
Vincensia Caroline 2016-061-009
Jesslyn Bernadette 2016-061-017
Aprila Angkawidjaja 2016-061-037
Ferry Hidayat 2016–061–094

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA
PERIODE 12 FEBRUARI - 21 APRIL 2018
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan berkatnya referat dengan judul “Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana
Hipertensi pada Anak” bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Penyusunan referat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
menegakkan diagnosis dan tatalaksana hipertensi pada anak berdasarkan guideline
terbaru. Oleh karena itu diharapkan dengan referat ini dapat membantu dokter umum
menegakkan diagnosis dan tatalaksana yang tepat dalam menghadapi asma dengan
cepat.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan-
dukungan dan bimbingan-bimbingan dari banyak pihak, terutama dr. Johanes Ari
Cahyo Prabowo sebagai pembimbing utama dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari referat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
masukan dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca agar dapat dijadikan
perhatian dalam penulisan referat selanjutnya. Penulis juga ingin menyampaikan
permohonan maaf apabila terdapat kata-kata di dalam penulisan ini yang tidak
berkenan di hati pembaca.Semoga referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Jakarta, Februari 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................2
Daftar isi.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi..............................................................................................................5
2.1 Epidemiologi.....................................................................................................6
2.2 Etiologi..............................................................................................................7
2.3 Klasifikasi.......................................................................................................11
2.4 Patofisiologi....................................................................................................12
2.5 Manifestasi Klinis...........................................................................................13
2.6 Diagnosis........................................................................................................13
2.7 Tatalaksana......................................................................................................21
2.8 Pencegahan.....................................................................................................28
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................29
Daftar Pustaka.......................................................................................................30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi primer umumnya terjadi pada orang dewasa dan jika tidak teratasi
dengan baik, menjadi salah satu faktor resiko untuk infark miokard, stroke dan
gagal ginjal. Orang dewasa dengan hipertensi, kenaikan 5 mmHg pada tekanan
darah diastolik meningkatkan resiko penyakit jantung koroner 20% dan resiko
stroke 35%.1
Definisi hipetensi pada anak dan remaja dihitung berdasarkan tekanan darah
anak normal.2 Hipertensi pada anak biasanya asimptomatik dan timbul gejala
ketika sudah mencapai kerusakan organ target. Sekitar 40% hipertensi anak
mempunyai hipertrofi ventrikel kiri dan mingingkatkan penebalan intima-media
karotis, sebuah marker untuk awalnya arterosklerosis. Tekanan darah normal pada
anak ketika nilai sistolik dan diastolik kurang dari persentil 90 pada usia, jenis
kelamin dan tinggi.1 Anak ras Afrika-Amerika menunjukan LVH lebih tinggi pada
usia <13 tahun. Pedoman NHLBI tentang hipertensi anak menyarankan untuk
echocardiography pada anak dengan hipertensi untuk mengevaluasi hipertrofi
ventrikel kiri sebagai tanda resiko kardiovaskular.1,3
Tanda dan gejala hipertensi anak yang harus diperhatikan dokter umum seperti
nyeri kepala, lemas, pandangan buram, mimisan. Tujuan terapi hipertensi anak
dan remaja adalah mencapai tekanan darah yang normal dan mengurangi resiko
kerusakan target organ pada anak dan resiko penyakit cerebrovaskular pada usia
dewasa.4
Dengan prevalensi yang cukup tinggi dan komplikasi pada anak di masa akan
datang, untuk itu sebagai dokter umum harus memperhatikan tanda dan gejala
hipertensi pada anak agar tidak meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular dan
serebrovaskular pada usia dewasa.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Definisi hipertensi pada anak dan remaja adalah meningkatnya tekanan darah
yang tetap sama dengan pengukuran berulang pada persentil 95 atau lebih
berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin.2,5

Tabel 2.1 Tekanan darah persentil 95 berdasarkan usia tertentu, persentil 50 dan 75
berdasarkan jenis kelamin pada anak-anak dan remaja
Perempuan (Sistolik/Diastolik) Laki-laki (Sistolik/Diastolik)
Persentil 50 Persentil 75 Persentil 50 Persentil 75
Usia
berdasarkan berdasarkan berdasarkan berdasarkan
TB TB TB TB
1 104/58 105/59 102/57 104/58
6 111/73 112/73 114/74 115/75
12 123/80 124/81 123/81 125/82
17 129/84 130/85` 136/87 138/88
Sumber : American Academy of Pediatrics6

Karena kurangnya data hasil penelitian, definisi hipertensi pada anak saat ini
didasarkan pada pengukuran tekanan darah anak-anak yang sehat. Tekanan darah
ditafsir berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tinggi badan.Belum ada data untuk
mengidentifikasi tingkat tekanan darah secara spesifik pada usia anak-anak. Maka
definisi hipertensi anak dan remaja disesuaikan dengan 2017 AHA and American
College of College of Cardiologi (ACC) dult Hipertension guideline.6

Tabel 2.2 Kategori Tekanan Darah Tinggi pada Anak-anak dan Remaja
Anak usia 1-13 tahun Anak usia ≥13 tahun
Normal tekanan darah : persentil < 90 Normal tekanan darah : <120/<80
mmHg
Prehipertensi : persentil ≥90 - <95 atau Prehipertensi : 120/<80 to 129/<80

5
120/80 mmHg sampai persentil <95 mmHg
Stage 1 : persentil ≥95 - <95h + 12 Stage 1 : 130/80 - 139/89 mmHg
mmHg, atau 130/80 - 139/89 mmHg
(whichever is lower)
Stage 2 : persentil ≥95 + 12 mmHg, Stage 2 : ≥140/90 mmHg
atau ≥140/90 mmHg

Definisi hipertensi pada neonatus lebih sulit karena tekanan darah pada
neonatus dapat berubah dalam beberapa minggu awal setelah lahir, terutama pada
usia prematur.5

2.2 Epidemiologi
Sebuah penelitian menunjukan dari populasi 1,3 juta anak per tahun, populasi
hipertensi terbesar kedua pada anak-anak, dengan prevalensi hipertensi pada anak
meningkat 17% dari tahun 2006-2011.3
Prevalensi hipertensi pada anak laki-laki sebesar 15%-19% dibandingkan
dengan anak perempuan sebesar 7%-12%. Dalam seting klinis dan dengan
pengulangan pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi lebih rendah karena
variabilitas tekanan darah. Prevalensi aktual hipertensi klinis pada anak-anak dan
remaja adalah 3,5%.6
Pada skrining anak sekolah menunjukkan 10% remaja di Amerika Serikat
mempunyai prehipertensi dan 2,5% hipertensi. 1
Sekitar 40% hipertensi anak mempunyai hipertrofi ventrikel kiri dan
meningkatkan penebalan intima-media karotis , sebuah marker untuk awalnya
arterosklerosis. Anak ras Afrika-Amerika menunjukan LVH lebih tinggi pada usia
<13 tahun.3

2.3 Etiologi
Tekanan darah merupakan hasil dari cardiac output (CO) dan resistensi perifer
pembuluh darah. Peningkatan pada CO atau resistensi perifer pembuluh darah
akan menghasilkan peningkatan dari tekanan darah. Dan apabila terdapat
peningkatan pada salah satu faktor dan faktor lainnya menurun, tekanan darah
tidak akan mengalami peningkatan.

6
Ketika hipertensi dihasilkan dari proses penyakit lain, ini dinamakan sebagai
hipertensi sekunder. Ketika penyebab hipertensi tidak dapat ditentukan, ini
dinamakan sebagai hipertensi primer. Terdapat banyak faktor, termasuk
keturunan, pola makan, stress, dan obesitas, dapat berperan dalam
berkembangnya hipertensi primer. Hipertensi sekunder sering ditemukan pada
kalangan bayi dan anak-anak. Semakin muda usia seorang anak, dan ditemukan
adanya gejala-gejala yang berhubungan dengan hipertensi, semakin tinggi
kemungkinan terdapat penyakit yang mendasari hipertensi tersebut. Terdapat
banyak penyakit pada anak yang bertanggungjawab terjadinya hipertensi kronis
atau hipertensi intermiten / akut. Penyakit parenkimal renal dan penyakit
renovaskular terdata merupakan kasus tersering dari hipertensi sekunder.
Overweight atau obesitas memiliki korelasi yang kuat dengan kejadian
hipertensi primer pada anak. Adanya riwayat hipertensi pada keluarga atau
penyakit kardiovaskular, jenis kelamin laki-laki, dan ibu hamil yang merokok
merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Untuk ras
dan etnik tidak memiliki korelasi yang jelas terhadap kejadian hipertensi pada
anak. Meskipun terdapat beberapa bukti yang menunjukkan anak berkulit hitam
dengan hipertensi primer dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular,
lebih banyak dibandingkan dengan anak nonhitam.1,8

Tabel 2.3 Kondisi yang berhubungan dengan hipertensi pada anak


Kondisi Berhubungan dengan Hipertensi Kondisi Berhubungan dengan Hipertensi
Kronis Pada Anak Transien atau Intermiten Pada Anak

GINJAL GINJAL

Pyelonefritis kronis Glomerulonefritis postinfeksi akut

Glomerulonefritis kronis Anaphylactoid purpura with nephritis

Hidronefrosis Hemolytic uremic syndrome

7
Congenital dysplastic kidney Nekrosis tubular akut

Multicystic kidney Setelah transplantasi ginjal

Solitary renal cyst Hipervolemia

Vesicoureteral reflux nephropathy Pielonefritis

Hipoplasia segemental (Ask-Upmark kidney) Trauma ginjal

Obstruksi ureteral Infiltrasi leukemia pada ginjal

Tumor ginjal Obsturksi uropati berhubungan dengan crohn


disease

Trauma ginjal OBAT DAN RACUN

Rejection damage following transplantation Kokain

Postirradition damage Kontrasepsi oral

Systemic lupus erythematousus Agen simpatomimetik

VASKULAR Amfetamin

Coarctation of thoracic or abdominal aorta Phencyclidine

Lesi arteri renal (stenosis, displasia Hormon kortikosteroid dan adrenokortikotropik


fibromuskular)

Kateterisasi arteri umbilikal Siklosporin atau sirolimun

Neurofibromatosis Intoksikasi vitamin D

Thrombosis vena renal Antihypertensive withdrawal (klonidin, metildopa,


propranolol)

Vaskulitis SISTEM SARAF PUSAT DAN OTONOM

Williams-Bauren syndrome Peningkatan tekanan intrakranial

Moyamoya disease Guillain Barre syndrome

Takayasu arteritis Burns

ENDOKRIN Familial dysautonomia

Hipertiroidisme Steven Johnson syndrome

Hiperparatiroidisme Lesia fossa posterior

Hiperplasia adrenal kongenital Porfiria

Cushing syndrome Poliomielitis

Aldosteronisme primer Encephalitis

SISTEM SARAF PUSAT Spinal cord injury

Massa intrakranial MISCELLANEOUS

Perdarahan Preeklamsia

Residual following brain injury Fraktur tulang panjang

Quadriplegia Hiperkalsemia

8
Sumber : Nelson Textbook of Pediatrics 20th ed.1
Prevalensi hipertensi pada anak pada beberapa kondisi kronis, seperti anak dengan
obesitas, sleep disorder breathing (SDB), gagal ginjal kronis, dan lahir prematur.

Anak dengan obesitas. Prevalensi anak dengan overweight dan obesitas sebanyak 3.8% -
24.8%. Obesitas dihubungkan dengan kurangnya variabilitas sirkardian tekanan darah.
Hingga 50% anak dengan obesitas tidak mengalami penurunan tekanan darah yang
diekspektasi pada malam hari. Risiko peningkatan tekanan darah 4 kali lebih besar pada
anak dengan severe obesity (Indeks Massa Tubuh (IMT) > persentil 99), lalu 2 kali lebih besar
pada anak dengan obesitas (IMT persentil 95- persentil 98). Anak obesitas dengan hipertensi
biasanya memiliki faktor risiko kardiometabolik (dislipidemia, dan gangguan metabolisme
gula), yang mana memiliki efek tersendiri terhadap tekanan darah.

Anak dengan sleeping disorder breathing. SDB terdapat beberapa macam yaitu primary
snoring, sleep fragmentation dan obstructive sleep apnea syndrome (OSAS). Terdapat studi
mengatakan bahwa anak yang memiliki waktu tidur kurang dari 7 jam per malam,
meningkatkan risiko untu hipertensi.

Anak dengan gagal ginjal kronis. Saat ini dikatakan bahwa gagal ginjal kronis dapat
menyebabkan hipertensi dan hipertensi yang tidak terkontrol dana menyebabkan gagal ginjal
kronis pada orang dewasa. Meskipun penelitian pada pasien anak masih kurang, tetapi pada
anak dan remaja dengan gagal ginjal kronis sebanyak 50% menderita hipertensi. Pada anak
dan remaja yang sudah mencapai end stage renal disease, sebanyak 48-79% menderita
hipertensi. Hampir 20% dari anak dengan hipertensi dapat berujung pada gagal ginjal kronis.

Anak dengan riwayat lahir prematur. Riwayat lahir abnormal termasuk lahir prematur dan
berat badan lahir rendah, telah diidentifikasi sebagai faktor risiko hipertensi. Hanya berat
badan lahir rendah yang dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah pada rentan usia
anak-anak.6

9
Tabel 2.4 Etiologi hipertensi pada anak dan temuan klinis

Sumber : American Academy Family Physician. High Blood Pressure In Children and
Adolescents.

10
2.4 Klasifikasi
The National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP) telah
mempublikasikan definisi dari prehipertensi dan hipertensi pada anak-anak dan
remaja.9

Tabel 2.5 Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi Tekanan sistolik atau diastolik*


Normal < persentil 90
Prehipertensi Persentil 90 - < 95 atau ≥ 120/80 mmHg t
Hipertensi derajat 1 Persentil 95 – 99 + 5 mmHg
Hiperetnsi derajat 2 > 99 persentil + 5 mmHg
* - Berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tinggi ; diukur minimal di 3 waktu terpisah
t
– Tekanan 120/80 mmHg atau lebih adalah prehipertensi tanpa memandang apabila < 90 persentil.
Jika tekanan darah 120/80 mmHg pada persentil 95 atau lebih, maka pasien hipertensi

Gambar 2.1 Klasifikasi hipertensi berdasarkan usia

11
Sumber : European Society of Hypertension Guidelines for The Management of High Blood
Pressure in Children and Adolescents. Journal of Hypertension. 2016.

2.5 Patofisiologi
Penyebab tersering hipertensi pada anak adalah kelainan ginjal, diikuti
penyakit kardiovaskular atau endokrinopati. Pada ginjal (glomerulonephritis kronis,
refluks atau obstruktif nefropati, hemolytic uremic syndrome, polycystic atau
dysplasia renal disease), atau hipertensi renovaskular terhitung mendekati 90%
penyebab hipertensi sekunder pada anak.
Penyakit parenkimal ginjal dan stenosis arteri renal membuat retensi air dan
sodium, dikarenakan adanya peningkatan sekresi dari renin. Koarktasio aorta perlu
dipertimbangkan. Beberapa endokrinopati dapat berhubungan dengan hipertensi,
biasanya seperti yang melibatkan tiroid, paratiroid, dan kelenjar adrenal. Hipertensi
sistolik dan takikardia merupakan gejala umum pada hipertiroidisme, dengan tekanan
diastolik yang biasanya tidak meningkat. Hiperkalsemia, yang terjadi karena
hiperparatiroidisme atau penyebab lainnya, sering menyebabkan meningkatnya
tekanan darah karena peningkatan tonus vaskular. Kelainan adrenokortikal
(aldosterone secreting hormone, retensi sodium pada congenital adrenal hyperplasia,
cushing syndrome) dapat menghasilkan hipertensi pada pasien dengan sekresi
mineralokortikoid yang meningkat. Dan juga penting untuk mempertimbangkan
kondisi yang berhubungan dengan kelebihan mineralokortikoid dan yang menahan
tingkat pembentukan renin dari hipertensi sekunder. Pheochromocytoma merupakan
catecholamine secreting tumors yang membuat hipertensi karena efek pada jantung
dan vaskular perifer dari epinefrin dan norepinefrin. Anak dengan
pheochromocytoma biasanya menderita hipertensi intermiten atau hipertensi yang
diinduksi oleh latihan.

Temuan klinis pada pasien dengan kelebihan mineralokortikoid


Kondisi Presentasi klinis
Defisiensi CAH: 11β- Pertumbuhan drastis dini, lalu perawakan dewasa pendek,
hydroxylase prematur adrenarche, jerawat, pubertas sebelum waktunya
pada laki-laki, amenore/hirsutism pada perempuan
Defisiensi CAH: 17α- Pseudohermaphroditism (laki-laki), sexual infantilism
(perempuan)

12
hydroxylase

Kelebihan mineralokortikoid Retardasi pertumbuhan/perawakan pendek, nephrocalcinosis


semu
Sindrom Liddle Hipertensi berat, hipokalemia, alkalosis metabolik, kelemahan
otot
Sindrom Geller Onset dini hipertensi (sebelum 20 tahun), eksaserbasi pada
kehamilan
Glucocorticoid remediable Onset dini hipertensi, riwayat morbiditas dan mortalitas pada
aldosteronism (GRA)
keluarga disebabkan oleh stroke hemoragik dini
(familial aldosteronism
type 1)

Pseudohypaldosteronism Perawakan pendek, hiperkalemi dan hiperkloremik asidosis


type 2 (Gordon syndrome)
metabolik, tekanan darah batas atas
Glucocorticoid resistance Genitalia ambigu, pubertas sebelum waktunya; perempuan
(children) (Chrousos
memiliki jerawat, tumbuh rambut berlebih, oligo/anovulasi,
syndrome)
infertil
Sumber : Melcescu E, Phillips J, Moll G, et al: 11 Beta-hydroxylase deficiency and other
syndromes of mineralcorticoid excess as a rare cause of endocrine hypertension. Horm
Metab Res 44:867-878, 2012

Hipertensi sekunder yang jarang terjadi disebabkan oleh


pseudohyperaldosteronism, peningkatan tekanan darah dengan penekanan kadar
renin. Seperti liddle syndrome, apparent mineralocorticoid excess, dan
dexamethasone suppressible aldosteronism. Perubahan tonus simpatik dapat
membuat peningkatan akut atau intermiten pembuluh darah pada anak dengan
Guillain Barre syndrome, polimielitis, Stevens Johnson syndrome
Penyalahgunaan obat-obatan, dan racun dapat menyebabkan hipertensi.
Kokain dapat memprovokasi peningkatan cepat dari tekanan darah dan dapat
mengakibatkan kejang atau perdarahan intrakranial. Pada penyalahgunaan
phencyclidine menyebabkan hipertensi transien yang dapat persisten pada
penyalahgunaan kronis. Kontrasepsi oral dapat dicurigai sebagai penyebab hipertensi
pada remaja perempuan, meskipun insidensi rendah pada penggunaan preparat
estrogen rendah. Agen imunosupresan seperti siklosporin dan takrolimus
menyebabkan hipertensi pada penerima transplantasi organ.
Anak-anak dan remaja dengan hipertensi primer sering memiliki berat badan
overweight, dan juga memiliki hubungan dengan riwayat hipertensi pada keluarga,
dan biasanya memiliki tekanan darah pada persentil 95 atau sedikit lebih tinggi.
Penyebab hipertensi primer merupakan multifaktorial : obesitas, perubahan

13
perpindahan kalsium dan natrium, reaktivitas otot pembuluh darah, renin angiotensin
system, aktivitas berlebihan sistem saraf simpatis, resistensi insulin. Peningkatan
asam urat memegang peranan patofisiologi dari hipertensi primer. Beberapa anak dan
remaja salt sensitive hypertension, faktor ini dapat diperbaiki dengan penurunan
berat badan dan restriksi garam.
Anak dengan normotensi yang memiliki orangtua hipertensi menunjukkan
respon fisiologi yang abnormal seperti orangtuanya. Ketika anak tersebut sedang
stress cenderung memiliki respon dengan meningkatnya detak jantung dan tekanan
darah dibandingkan dengan anak yang memiliki orangtua normotensi.1

2.6 Manifestasi Klinis


Anak-anak dan dewasa muda dengan hipertensi primer biasanya asimptomatik.
Peningkatan tekanan darah biasanya ringan dan tidak sengaja terdeteksi pada
pemeriksaan rutin. Anak-anak ini mungkin juga tampil sebagai anak dengan obesitas.
Anak dengan hipertensi sekunder dapat memiliki tekanan darah yang meningkat
ringan hingga berat. Bila tekanan darah tidak meningkat dengan cepat, biasanya
hipertensi biasanya tidak memunculkan gejala. Dengan demikian manifestasi klinis
dari hipertensi biasanya menggambarkan proses penyakit yang mendasari hipertensi,
seperti kegagalan pertumbuhan pada anak yang menderita gagal ginjal kronik.1
Hipertensi yang nyata dapat menimbulkan gejala seperti nyeri kepala, pusing,
epistaksis, perubahan visual, dan kejang. Ensefalopati hipertensif dicurigai bila
terdapat adanya nyeri kepala, muntah, peningkatan suhu tubuh, gangguan visual,
ataxia, penurunan kesadaran, kejang, dan adanya abnormalitas pada pencitraan.
Hipertensi yang berat dapat menimbulkan gejala gagal jantung, edema paru, dan
gangguan ginjal. Krisis hipertensi dapat memunculkan adanya penurunan
penglihatan (akibat adanya perdarahan pada retina dan papilledema), ensefalopati,
gagal jantung, atau gangguan fungsi ginjal yang mendadak. Hipertensi subklinis
dengan kerusakan organ target adalah manifestasi klinis yang sering terjadi pada
anak dengan hipertensi esensial. Pemeriksaan EKG mendeteksi hipertrofi ventrikel
kiri pada 40% anak dengan hipertensi. Penanda lain dari hipertensi pada anak yaitu
penebalan dinding pembuluh darah, retinopati, dan microalbuminuria. Anak dengan
prehipertensi juga dapat ditemukan adanya kerusakan organ target.1

2.7 Diagnosis

14
Diagnosis hipertensi pada anak langsung menuju pada evaluasi adanya
penyebab dasar hipertensi, mengevaluasi adanya komorbid, dan skrining
adanyakerusakan organ target. Evaluasi penyebab dasar hipertensi bergantung pada
tipe hipertensi yang dicurigai. Ketika hipertensi terjadi pada anak yang lebih muda
dengan gejala hipertensi yang berat, maka dicurigai hipertensi sekunder dan
diperlukan evaluasi yang lebih luas. Sedangkan remaja dengan obesitas dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga yang mengalami kenaikan tekanan darah ringan,
hanya membutuhkan beberapa pemeriksaan. Evaluasi dalam mendiagnosis
mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
pencitraan.1,6

2.7.1 Anamnesis

Anamnesis yang penting untuk digali lebih dalam yaitu tentang riwayat perinatal,
riwayat nutrisi,riwayat aktivitas dan tidur, riwayat psikososial, riwayat penyakit
keluarga, dan riwayat pertumbuhan.
a. Riwayat perinatal1.6
Beberapa hal yang penting untuk diketahui:
- Berat badan lahir (Berat badan lahir rendah)
- Usia gestasi (Kelahiran preterm)
- Komplikasi kehamilan (Hipertensi maternal)
- Riwayat perawatan neonatal / ICU
- Prosedur yang pernah dilakukan (contoh: pemasangan kateter umbilikal)
b. Riwayat nutrisi1.6
Riwayat nutrisi merupakan bagian yang penting karena dapat
mengidentifikasi kontribusi diet terhadap hipertensi dan untuk mendeteksi
mereka yang mungkin membutuhkan modifikasi gaya hidup. Riwayat nutrisi
yang perlu diketahui lebih spesifik yaitu:
- Intake sodium (intake garam dapur, garam meja, sodium yang terkandung
dalam makanan cepat saji atau yang telah diproses, dan minuman manis)
- Intake lemak total dan lemak tersaturasi, begitu pula dengan adipositas
dan obesitas sentral
- Konsumsi buah, sayur, dan produk susu rendah lemak
c. Riwayat aktivitas dan tidur
Riwayat lengkap tentang aktivitas tidak hanya untuk mendeteksi
perkembangan dari hipertensi namun juga untuk konseling modifikasi gaya
hidup dan tatalaksana lebih lanjut. Riwayat gangguan tidur perlu digali lebih
dalam untuk mendeteksi adanya gangguan pernapasan ketika tidur, terutama
pada anak dengan obesitas. 1.6

15
d. Riwayat psikososial1.6
Pengalaman yang dialami selama masa prenatal, masa anak-anak
berhubungan dengan hipertensi yang muncul ketika dewasa. Termasuk
didalamnya yaitu maltherapy, early onset depression, dan gangguan cemas.
Pertanyaan tentang riwayat psikososial yaitu:
- Perasaan depresi dan cemas
- Persepsi terhadap tubuh sendiri
- Riwayat bullying (terjadi pada 70% pasien overweight / obesitas)
Dimulai pada usia 11 tahun, perlu ditanyakan tentang riwayat merokok dan
konsumsi alcohol serta obat-obatan.
e. Riwayat keluarga
Riwayat hipertensi dalam keluarga adalah yang terpenting, terutama keluarga
derajat pertama dan kedua. Riwayat kejadian yang berhubungan dengan
kejadian kardiovaskular lainnya dalam keluarga. 1.6
f. Riwayat pertumbuhan
Parameter pertumbuhan diperlukan untuk mendeteksi adanya penyakit kronik
yang mungkin menjadi penyebab dasar hipertensi. 1
2.7.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik lengkap dapat memberikan petunjuk terhadap
penyebab sekunder dari hipertensi dan kemungkinan adanya kerusakan organ
target. Tinggi badan, berat badan, IMT, dan persentil sesuai usia dapat
dilakukan sebagai pemeriksaan awal. Pertumbuhan yang terhambat dapat
menjadi indikasi adanya penyakit kronik.
a. Tekanan darah
Tekanan darah harus diperiksa pada kedua lengan atas dan tungkai
bawah. Secara normal, tekanan darah akan lebih tinggi 10 hingga 20 mmHg
pada tungkai bawah. Jika tekanan darah pada kedua tungkai bawah lebih
rendah dibandingkan lengan atas, atau jika pulsasi femoral lemah atau tidak
teraba, dapat dicurigai adanya kemungkinan koartikasi aorta. Koartikasi aorta
yaitu penyempitan kongenital pada sebuah segmen kecil di aorta, dapat
terjadi di aorta abdominal atau aorta torakal. 1.6
Tekanan darah pada anak dapat bervariasi antar pemeriksaan. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh rasa cemas dan konsumsi kafein. Tekanan darah
biasanya akan semakin menurun pada pemeriksaan selanjutnya dalam satu
kunjungan yang sama. Pengukuran tekanan darah dapat secara oscillometric
(dengan alat yang sudah dikalbrasi dan tervalidasi untuk penggunaan pada

16
populasi pediatric) atau secara auskulatori (menggunakan sfingomamometer
raksa). Tekanan darah diperiksa pada lengan kanan kecuali pada anak dengan
anatomi arkus aorta yang berada di kanan atau arteri subklavikula yang
menyimpang. Ukuran cuff juga harus sesuai untuk mendapatkan pengukuran
uang akurat. Jika pada pemeriksaan pertama ditemukan tekanan darah yang
meningkat, maka harus dilakukan lagi 2 kali pemeriksaan pada kunjungan
yang sama, kemudian diambil rata-ratanya. 1.6
Pengukuran tekanan darah pada neonatus dapat dilakukan melalui kateter
intra-arteri atau dengan menggunakan oscillometer. Nilai normal tekanan
darah dari neonatus dan bayi biasanya didapatkan dari pengukuran pada
lengan kanan atas dengan posisi supine. Posisi ini juga harus diterapkan pada
berbagai kondisi ketika memeriksa tekanan darah. Pengukuran terbaik
didapatkan ketika bayi sedang tenang, pemeriksaan kedua dan ketiga
dibutuhkan bila pada pemeriksaan pertama ditemukan tekanan darah yang
meningkat. 1.6
Pemeriksaan tekanan darah dapat dimulai ketika anak berusia 3 tahun.
Pada anak yang sehat, pemeriksaan dapat dilakukan setiap satu tahun sekali.
Beberapa anak perlu diperiksa tekanan darahnya pada tiap pemeriksaan
kesehatan, terutama anak dengan obesitas, penyakit ginjal, obstruksi arkus
aorta atau koartikasi, dan mereka yang mengonsumsi obat yang diketahui
dapat meningkatkan tekanan darah. Anak dibawah usia 3 tahun dapat
diperiksa tekanan darahnya pada saat kunjungan ke dokter jika mereka
memiliki risiko untuk menderita hipertensi.1.6
Pengukuran tekanan darah pada anak dengan obesitas biasanya lebih sulit.
Tingginya IMT berhubungan dengan peningkatan diameter lingkar lengan
atas, sehingga membutuhkan cuff yang lebih besar untuk mendapatkan
pengukuran tekanan darah yang akurat. 1.6
b. Pemeriksaan fisik lainnya
Ditujukan untuk sistem organ yang penemuannya dapat menunjukkan
hipertensi sekunder dan/atau kerusakan organ target akibat hipertensi.
Pemeriksaan fisik pada anak dengan hipertensi biasanya normal selain
peningkatan tekanan darah. Penemuan penting dalam pemeriksaan fisik pada
anak dengan hipertensi terdapat pada tabel 2.3.

17
Tabel 2.3. Temuan dalam pemeriksaan fisik dan anamnesis yang berhubungan
dengan hipertensi sekunder atau kerusakan organ target akibat hipertensi

Sistem Organ Temuan Kemungkinan Etiologi


Tanda vital Takikardia Hipertiroidisme, PCC, Neuroblastoma
Nadi pada tungkai Koartikasi aorta
bawah menurun
Mata Proptosis Hipertiroidisme
Perubahan retina Hipertensi berat, terkait hipertensi sekunder
Telinga, hidung, Adenotonsilar Sleep-disorder breathing
tenggorok hipertrofi
Sleep apnea
Riwayat mendengkur
Tinggi dan Retardasi Gagal ginjal kronik
berat badan pertumbuhan
Cushing syndrome
Obesitas
Insulin resistance syndrome
Obesitas sentral
Kepala dan Elfin facies Williams syndrome
Moon facies Cushing syndrome
leher
Thyromegaly, goiter Hipertiroid
Webbed neck Turner syndrome
Kulit Pallor, flushing, PCC
diaforesis
Cushing syndrome
Akne, hirsutisme,
Anabolic streroid abuse
striae Neurofibromatosis
Café au lait spots Tuberous sclerosis
Adenoma sebaseum Lupus sistemik
Malar rash Diabetes mellitus tipe 2
Acanthosis nigricans
Hematologik Palor Penyakit ginjal
Sickle cell anemia
Toraks & Nyeri dada Penyakit jantung
Palpitasi
jantung
Dyspnea (aktivitas)
Puting payudara Turner Syndrome
berjarak jauh
Koartikasi aorta
Murmur jantung
Lupus sistemik (pericarditis)
Friction rub
Collagen vascular disease
Hipertrofi ventrikel kiri
Apical heave
Abdomen Massa abdomen Wilms tumor

18
Neuroblastoma
PCC
Bruit RAS
Polycystic kidney disease
epigastric/flank
Hidronefrosis
Ginjal teraba
Genitourinaria Ambigu genital Congenital adrenal hyperplasia
Infeksi traktus Penyakit ginjal
urinarius
Refluks vesikouretra
Hematuria, edema,
fatigue
Trauma abdomen
Ekstremitas Pembengkakkan Lupus sistemik
Collagen vascular disease
sendi
Hiperaldosteronisme
Liddle syndrome
Kelemahan otot
Neurologic & Hipokalemi, sakit Reninoma
metabolic kepala, polyuria,
nokturia Monogenic hypertension (Liddle syndrome)
Kelemahan otot,
hipokalemia
PCC= pheochromocytoma
RAS= renal artery stenosis

2.7.3 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
Bertujuan untuk mencari penyebab sekunder dari hipertensi seperti penyakit
ginjal atau endokrin. Pemeriksaan umum yang dilakukan pada semua pasien
yaitu urinalisis, elektrolit, BUN, kreatinin, profil lipid, dan USG ginjal (usia
dibawah 6 tahun atau hasil urinalisis abnormal). Pada anak obesitas (IMT >95
persentil) dapat dilakukan pemeriksaan tambahan yaitu HbA1c, AST dan ALT
untuk mendeteksi fatty liver, dan panel lipid puasa (mencari dyslipidemia).
Pemeriksaan tertentu dapat dilakukan sesuai dengan hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang mengarah pada diagnosis tertentu, misalnya TSH,
skrining obat-obatan, darah lengkap (terutama pada keterlambatan
pertumbuhan dan gangguan renal), serta pemeriksaan tidur (mendengkur,
kantuk di siang hari, dan riwayat apnea).
2. Elektrokardiografi (EKG)

19
Rutin dilakukan karena cepat dan murah. Spesifisitasnya tinggi namun
sensitifitasnya rendah dalam mengidentifikasi anak-anak dengan hipertrofi
ventrikel kiri, maka pemeriksaan EKG bukan merupakan pemeriksaan yang
wajib dilakukan.
3. Echocardiography
Lebih dapat mendeteksi hipertrofi ventrikel kiri dibandingkan dengan EKG.
Echocardiography dapat menghitung fraksi ejeksi, adanya massa, dan
ketebalan relative dinding jantung. Fraksi ejeksi biasanya menurun pada
hipertensi berat atau akut dan berhubungan dengan gagal jantung kongestif.
Sedangkan pada hipertensi kronik biasanya fraksi ejeksi menurun ringan.
Echocardiography direkomendasikan untuk memeriksa jantung sebagai
kerusakan organ target ketika mempertimbangkan tatalaksana medikamentosa
pada hipertensi. Pemeriksaan dapat diulang jika terdapat kelainan untuk
memantau perkembangan dari kerusakan organ target dengan interval 6 hingga
12 bulan. Bila tidak tampak adanya kerusakan organ target pada pemeriksaan
awal, echocardiography dapat diulang dengan interval 1 tahun untuk
memeriksa perkembangan atau perburukan dari kerusakan organtarget.
4. Struktur dan fungsi vaskular
Tekanan darah tinggi berhubungan dengan perubahaan pada struktur vaskular
dan fungsinya. Arteri sentral dapat diperiksa kelenturannya karena
berhubungan dengan kejadian kardiovaskular ketika dewasa. Pengukuran
struktur dan fungsi vaskular pada anak tidak direkomendasikan.
5. Pencitraan untuk penyakit renovaskular
Anak-anak dan dewasa muda jarang dilakukan pemeriksaan untuk menilai
stenosis arteri renal.Bruit pada arteri renal dapat menuju ke stenosis arteri
renal, namun hal ini bukanlah sesuatu yang pasti. Pemeriksaan USG Doppler
pada renal dapat digunakan untuk skrining dan evaluasi kemungkinan adanya
stenosis arteri renal pada anak dengan berat badan normal dan anak berusia
diatas 7 tahun yang diduga memiliki hipertensi akibat penyakit
renovaskular.CT dan MR angiografi dapat dilakukan sebagai pemeriksaan
nonivasif namun tidak direkomendasikan, sedangkan pemeriksaan radionuklir
harus dihindari.
6. Asam urat
Peningkatan asam urat dalam serum berhubungan dengan hipertensi. Peran
asam urat sendiri belum ditemukan, namun beberapa penlitian menemukan
bahwa mengobati asam urat diikuti oleh penurunan tekanan darah. Meskipun
demikian, belum ada bukti yang kuat untuk menjadikan pemeriksaan kadar

20
asam urat serum sebagai pemeriksaan yang rutin dilajukan untuk evaluasi dan
tatalaksana anak dengan hipertensi.
7. Mikroalbuminuria
Mikroalbuminuria terbukti dapat menjadi marker dari hipertensi yang
berhubungan dengan kerusakan ginjal dan sebagai prediktor dari penyakit
serebrovaskular pada dewasa. Mikroalbuminuria menurun secara efektif
dengan penggunaan ARB dan ACE inhibitor pada dewasa, diiringi oleh
menurunnya risiko penyakit serebrovaskular. Namun data yang mendukung
hubungan antara microalbuminuria dan hipertensi pada anak masih terbatas
sehingga pemeriksaan ini tidak direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin.
Microalbuminuria dapat terjadi pada anak dengan obesitas, resistensi insulin,
diabetes, dyslipidemia, dan bahkan mereka yang baru saja melakukan aktivitas
fisik berat.

2.8 Tatalaksana6
Tujuan tatalaksana hipertensi pada anak adalah untuk mengurangi resiko
kerusakan pada organ akhir dan mengurangi resiko untuk terjadinya hipertensi yang
berkelanjutan hingga menimbulkan penyakit kardiovaskular saat usia dewasa.
Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa pilihan pengobatan yang ada saat
ini dapat memperbaiki keadaan target organ pada hipertensi di usia anak. Berikut
adalah pilihan terapi hipertensi pada anak menurut American Academy of Pediatrics
tahun 2017.

1) Terapi non-farmakologis
Modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk menurunkan tekanan darah.
Penelitian yang dilakukan pada orang dewasa menunjukkan bahwa nutrisi juga
dapat menurunkan tekanan darah, termasuk diet garam dan diet tinggi minyak
zaitun. Penelitian pada hipertensi pada anak juga menunjukkan bahwa pengaruh
diet dan aktifitas fisik dapat mengurangi tekanan darah.
a. Diet
Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) merupakan suatu usaha
untuk mengurangi tekanan darah tinggi melalui pendekatan diet. DASH
memiliki beberapa elemen seperti diet tinggi serat (buah, sayuran), diet susu
rendah lemak, gandum utuh, ikan, daging, kacang-kacangan, dan daging
merah, juga membatasi asupan gula disertai dengan diet garam.
Berikut adalah rekomendasi diet menurut DASH.

21
Tabel 2.4. Rekomendasi diet DASH

Jenis makanan Sajian per hari


Buah dan sayuran 4-5
Susu rendah lemak ≥2
Gandum 6
Ikan, daging, dan daging merah ≤2
Kacang-kacangan 1
Minyak dan lemak 2-3
Gula tambahan ≤1
Diet garam <2300mg per hari
Sumber : American Academy of Pediatrics6

Perubahan diet dapat mengurangi tekanan darah pada dewasa, orang muda
dengan kelebihan berat badan, sindrom metabolik, dan DM tipe II. Namun
konsumsi makanan sehat terkadang dapat meningkatkan biaya.
b. Aktifitas fisik
Sebuah tinjauan dari 9 penelitian yang meneliti tentang intervensi aktifitas
fisik pada anak dan remaja dengan obesitas menyarankan aktifitas fisik dapat
dilakukan selama 40 menit dengan intensitas sedang hingga kuat setiap hari,
aerobik minimal 3-5 hari per minggu (30-60 menit per hari) dapat
menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 6,6 mmHg dan mencegah
disfungsi vaskular. Analisis terkini dari 12 RCT yang meliputi 1266 subjek
mengungkapkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik sebanyak 1-
3%. Aktifitas fisik yang bisa dipilih antara lain latihan aerobik, latihan
ketahanan atau kombinasil. Program diet dan aktifitas sudah terbukti dapat
memperbaiki tekanan darah sistolik, mencegah obesitas pada anak dan
mengurangi resiko penyakit kardiovaskular.
c. Penurunan berat badan dan pengendalian faktor resiko kardiovaskular
DASH dan intervensi aktifitas fisik direkomendasikan untuk pasien anak
dengan multipel faktor resiko obesitas untuk menurunkan berat badan.
Motivational Interviewing (MI) merupakan suatu alat yang direkomendasikan
oleh dokter spesialis anak yang digunakan oleh komite ahli obesitas AAP. MI
berguna sebagai alat untuk konseling dalam rangka terapi kombinasi dengan
teknik perilaku untuk menurunkan berat badan pada anak.

22
Studi hipertensi pada orang dewasa mendukung penggunaan MI untuk
meningkatkan kepatuhan dalam pemakaian obat antihipertensi dan
menurunkan tekanan darah sistolik. Meskipun belum ada percobaan untuk
menggunakan MI dalam terapi hipertensi pada anak, namun beberapa studi
menunjukkan bahwa MI dapat digunakan untuk mencegah obesitas pada anak
dengan cara meningkatkan aktifitas fisik dan modifikasi diet. Namun ada juga
penelitian lain yang kurang mendukung penggunaan MI.
d. Kurangi stress
Mindfulness-Based Stress Reduction Program di University of Massachusetts
Memorial MedicalCenter mengungkapkan bahwa latihan pernapasan dapat
mengurangi tekanan darah sistolik sebanyak 3-4 mmHg dan tekanan darah
diastolik sebanyak 1 mmHg pada remaja Afrika-Amerika dengan normotensi
dan hipertensi. Selain itu latihan yoga juga dapat membantu mengurangi stress
dan menstabilkan tekanan darah.
2) Terapi farmakologis
Indikasi pemberian antihipertensi pada anak adalah (1) tekanan darah tetap
tinggi walaupun sudah menjalani modifikasi gaya hidup (2) simtomatik hipertensi
(3) hipertensi derajat 2 tanpa faktor resiko yang dapat di modifikasi (4) hipertensi
dengan gagal ginjal kronis dan DM.
Dosis inisial dapat meningkat dalam 2 sampai 4 minggu hingga tekanan darah
dapat terkontrol (<90 persentil), mencapai dosis maksimal dan terjadi efek
samping. Walaupun tekanan darah dapat diukur secara mandiri dirumah, pasien
harus tetap datang untuk kontrol setiap 4-6 minggu hingga tekanan darah normal.
Modifikasi gaya hidup dapat diteruskan bersamaan dengan terapi farmakologis.
Modifikasi diet kaya serat dan rendag garam dapat meningkatkan efektifitas obat
antihipertensi.
Apabila tekanan darah pasien tidak dapat tekontrol dengan pemberian satu
agen obat maka obat kedua dapat ditambahkan. Efek berupa retensi air dan garam
dapat terjadi, maka diuretik thiazid menjadi pilihan sebagai obat kedua.
Penggunaan obat kombinasi yang telah diteliti hanya bisoprolol dan
hidroklorotiazid, sehingga penggunaan obat kombinasi secara rutin belum
direkomendasikan. Setelah tekanan darah terkontrol, obat kombinasi harus
dipertimbangkan untuk memperbaiki kepatuhan berobat dan mengurangi biaya
apabila obat yang digunakan telah sesuai.
1) Pilihan obat
Terapi medikasi hipertensi pada anak dan remaja biasanya diawali dengan
golongan ACE inhibitor, long acting calcium channel blocker atau diuretic

23
thiazide. β-blockers tidak direkomendasikan sebagai terapi pertama pada
anak. ACE inhibitor dan ARB merupakan kontraindikasi bagi wanita hamil
karena dapat menyebabkan kelainan hingga kematian pada janin. Pada anak
dengan hipertensi yang disertai dengan gagal ginjal kronis, proteinuria, dan
DM, maka ACE inhibitor dan ARB merupakan terapi pertama pada hipertensi
hipertensi.
2) Follow up
Terapi hipertensi pada anak dan remaja diperlukan pengawasan yang rutin
karena sulit untuk mencapai tekanan darah normal. Apabila pasien telah
berkomitmen untuk memulai terapi dengan obat-obatan maka pasien tersebut
harus berkunjung ke dokter setiap 4-6 minggu untuk penyesuaian dosis obat
yang diminum ataupun untuk menambah jenis obat yang harus digunakan
agar target tekanan darah tercapai. Setelah target tekanan darah tercapai,
maka kunjungan bias dilakukan setiap 3-4 bulan sekali. Apabila terapi juga
disertai dengan modifikasi gaya hidup maka kunjungan bias dilakukan setiap
3-6 bulan sekali. Pada setiap kali kunjungan, pasien akan diperiksa tentang
kepatuhan berobat yang diberikan, pemeriksaan yang akan dilakukan berupa
pemeriksaan laboratorium tergantung obat yang digunakan misalnya
pemeriksaan elektrolit apabila pasien sedang mengkonsumsi golongan
diuretik. Klinisi juga diharapkan dapat terus memberikan motivasi dan
edukasi pada pasien untuk patuh minum obat dan terus melakukan modifikasi
gaya hidup.
3) Rujukan7
Anak dengan hipertensi dapat dirujuk apabila memiliki tanda berikut ini
hipertensi derajat 1 dan 2, hipertensi dengan gejala, secondary hypertension,
hipertensi dengan DM, terdapat tanda kerusakan target organ, hipertensi
neonatal. Anak harus dirawat dalam bangsal apabila terdapat hipertensi
emergensi dan urgensi, penyakit glomerolus akut, sindrom hemolitik uremia,
PSGN (poststreptococcal glomerulonephritis), stenosis arteri renalis,
fibromuscular dysplasia, neurofibromatosis, tidak membaik dengan
pemberian antihipertensif, toksisitas kokain, pasien dnegan hemodialisis.

24
Tabel 2.5 Rekomendasi pilhan obat antihipertensi

25
26
2.9 Pencegahan6
Tekanan darah cenderung akan naik seiring dengan bertambahnya usia.
Kenaikan tekanan darah akan meningkat progresif terutama pada ras Afrika-
Amerika. Studi juga menunjukkan bahwa tekanan darah pada usia dewasa
dipengaruhi oleh tekanan darah pada masa anak-anak. Semakin tinggi tekanan darah
pada masa kanak-kanak maka akan meningkatkan resiko hipertensi pada masa
dewasa. Selain itu juga sangat dipengaruhi oleh indeks massa tubuh pada masa
kanak-kanak.
Trial of Preventing Hypertension merupakan sebuah studi yang meneliti
tentang pencegahan hipertensi pada usia dewasa. Studi ini membuktikan bahwa
dengan pemberian candesartan selama 2 tahun akan mengurangi angka peningkatan
tekanan darah bahkan setelah obat ini diberhentikan. Namun, belum ada studi yang
meneliti temuan ini pada usia anak dan remaja. Maka dari itu pencegahan difokuskan
pada modifikasi gaya hidup, latihan, dan manajemen obesitas.
Strategi pencegahan dipengaruhi oleh bukti epidemiologik dari faktor resiko
yang dapat menyebabkan hipertensi. Faktor resiko yang dimaksud adalah riwayat
keluarga yang memiliki penyakit yang sama, obesitas, diet tinggi garam, tidak
menggunakan DASH diet, dan gaya hidup yang kurang baik (begadang, alkohol,
dll). Fator resiko yang tidak dapat termodifikasi seperti riwayat keluarga memang
tidak dapat dicegah. Maka dari itu, dibutuhkan pengawasan tekanan darah untuk
mendeteksi adanya hipertensi atau tidak.

27
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Definisi hipertensi pada anak dan remaja adalah meningkatnya tekanan darah
yang tetap sama dengan pengukuran berulang pada persentil 95 atau lebih
berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin. Prevalensi hipertensi pada anak
meningkat 17% dari tahun 2006-2011.
Penyebab terjadinya hipertensi pada anak dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti keturunan, pola makan, stress, dan obesitas. Sedangkan pada hipertensi
sekunder, dapat dipengaruhi oleh berbagai macam penyakit yang terjadi pada
ginjal, vaskular, sistem endokrin dan sistem saraf pusat. Berdasarkan tingginya
tekanan darah, hipertensi dapat dibagi menjadi 4 yaitu tekanan darah normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2.
Anak-anak dan dewasa muda dengan hipertensi primer biasanya
asimptomatik. Hipertensi yang nyata dapat menimbulkan gejala seperti nyeri
kepala, pusing, epistaksis, perubahan visual, dan kejang. Diagnosis hipertensi
pada anak dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjnag. Anamnesis yang penting untuk digali lebih dalam yaitu
tentang riwayat perinatal, riwayat nutrisi,riwayat aktivitas dan tidur, riwayat
psikososial, riwayat penyakit keluarga, dan riwayat pertumbuhan. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan tekanan darah dan kelainan fisik lain
yang dapat ditemukan apabila terjadi hipertensi sekunder. Pemeriksaan yang
dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis antara lain pemeriksaan
laboratorium darah, EKG, echocardiography, struktur dan fungsi vaskular, asam
urat, mikroalbuminuria, pencitraan untuk mendeteksi kelainan renovaskular.
Tatalaksana hipertensi pada anak dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu,
terapi non-farmakologis dan terapi farmakologis. Terapi non-farmakologis
meliputi diet, aktifitas fisik, penurunan berat badan dan pengendalian faktor
resiko kardiovaskular, dan mengurangi stress. Terapi farmakologis yang dapat
diberikan berupa obat-obatan dari golongan ACE inhibitor (captopril, lisinopril,
fosinopril, dll), ARB (candesartan, irbesartan, dll), thiazide (chlorthalidone,
clorothiazide), calcium channel blockers (amlodipine, felodipine, isradipine, dll)

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Kliegman RM, Stanton BF, III JWSG, Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics.
20th ed. Elsevier; 2016.

2. National High Blood Pressure Education Program Working Group on High


Blood Pressure in Children and Adolescents. The fourth report on the diagnosis,
evaluation, and treatment of high blood pressure in children and adolescents.
Pediatrics. 2004 Aug;114(2 Suppl 4th Report):555–76.

3. Dobson CP, Eide M, Nylund CM. Hypertension Prevalence, Cardiac


Complications, and Antihypertensive Medication Use in Children. J Pediatr.
2015 Jul;167(1).

4. Pediatric Hypertension: Background, Pathophysiology, Etiology. 2017 Mar 9


[cited 2018 Feb 18]; Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/889877-overview

5. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, et al.
Seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Hypertens Dallas Tex 1979.
2003 Dec;42(6):1206–52.

6. Flynn JT, Kaelber DC, Baker-Smith CM, Blowey D. Clinical Practice Guideline
for Screening and Management of High Blood Pressure in Children and
Adolescents. Am Acad Pediatr. 140.

7. Adam HM, Foy JM. Sign and Symptoms in Pediatrics. American Academy of
Pediatrics Publishing; 2015. 497-522 p.

8. American Academy Family Physician. High Blood Pressure In Children and


Adolescents. University of Michigan Medical School. 2012.
9. Lurbe, Empar. Agabiti, Enrico. et al,. 2016 European Society of Hypertension
Guidelines for The Management of High Blood Pressure in Children and
Adolescents. Journal of Hypertension. 2016.

29

Anda mungkin juga menyukai