PARASITOLOGI
Entamoeba Histolytica
KELOMPOK : IV (EMPAT)
DEPARTEMENBIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Makassar, 08 April 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar belakang ..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................2
C. Tujuan ..............................................................................................................2
D. Manfaat ............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3
A. Entamoeba Histolytica.....................................................................................3
B. Penyebaran .......................................................................................................3
C. Morfologi .........................................................................................................4
D. Siklus Hidup dan Habitat .................................................................................5
E. Penyebab Penyakit ...........................................................................................8
F. Pencegahan .......................................................................................................8
BAB III PENUTUP ..............................................................................................9
A. Kesimpulan ....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diperkirakan menulari sekitar 50 juta orang di seluruh dunia. Banyak buku yang
menyatakan bahwa 10% dari populasi dunia terinfeksi protozoa ini. Namun
sumber lain menyatakan setidaknya 90% dari infeksi ini adalah karena spesies
Entamoeba kedua yaitu E. dispar. Mamalia seperti anjing dan kucing bisa menjadi
transit infeksi, tetapi tidak ada bukti mengenai kontribusi nyata untuk terjadinya
penyakit usus amuba atau disentri amuba yang di sebabkan oleh protozoa ini.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa ini merupakan penyakit disentri
kotor dan tinja tidak dikelola dengan baik sehingga dapat mencemari makanan
dan minuman. Selain itu perilaku tidak mencuci tangan dengan menggunakan
sabun setelah buang air besar dan penanganan makanan yang belum memenuhi
menginfeksi host (manusia). Adapun hostpes dari protozoa ini adalah manusia dan
menekan terjadinya penularan infeksi Entamoeba histolytica.
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAAN
A. Entamoeba Histolytica
Entamoeba Histolytica
3
B. Penyebaran Entamoeba Histolytica
Penyebaran kosmoplolit ( seluruh dunia) tetapi banyak ditemukan di
daerah yang tropis dengan keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Dalam
suatu studi perbandingan pada tahun 1969 persentase sampel tinja yang positif
untuk tropozoit dan atau kista Entamoeba histilytica ialah 7% di bangkok, 10 % di
Calcuta,India. 50% di Meddelin (Colombia) dan 72% di San Jose (costa rica)
(Dwi, 2011).
4
Bentuk minuta adalah bentuk pokok (esensial); tanpa bentuk minuta daur
hidup tidak dapat berlangsung; Besarnya 10-20 mikron, mempunyai satu inti
Entamoeba dengan kariosom letak sentral, endoplasma dengan vakuol-vakuol
(berbutir-butir) yang tidak mengandung sel darah merah tetapi mengandung
bakteri dan sisa makanan, tanpa eritrosit, ektoplasma tidak nyata dan hanya
tampak jika membentuk pseudopodium. Pseudopodium dibentuk perlahan-lahan
sehingga pergerakannya lambat.
3. Bentuk kistal
Bentuk kista dibentuk di rongga usus besar; Besarnya 10-20 mikron,
berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista, mempunyai satu atau
empat inti, terlihat benda kromatoid besar menyerupai lisong, terdapat vakuol
glikogen. Benda kromatoid dan vakuol glikogen dianggap sebagai makanan
cadangan, karena itu terdapat pada kista muda. Pada kista matang, benda
kromatoid dan vakuol glikogen biasanya tidak ada lagi. Bentuk kista ini tidak
patogen, tetapi dapat merupakan bentuk infektif. Jadi, E. Histolytica tidak selalu
menyebabkan penyakit. Bila tidak menyebabkan penyakit, ameba ini hidup
sebagai bentuk minuta yang bersifat komensal di rongga usus besar,
berkembangbiak secara belah pasang. Kemudian bentuk minuta dapat membentuk
dinding dan berubah menjadi bentuk kista. Kista dikeluarkan bersama
tinja.Dengan adanya dinding kista, bentuk kista dapat bertahan terhadap pengaruh
buruk di luar badan manusia.Bila kista matang tertelan, kista tersebut sampai di
lambung masih dalam keadaan utuh karena dinding kista tahan terhadap asam
lambung. Di rongga usus halus dinding kista dicernakan, terjadi ekskistasi dan
keluarlah bentuk-bentuk minuta yang masuk ke rongga usus besar. Bentuk minuta
dapat berubah menjadi bentuk histolitika yang patogen dan hidup di mukosa usus
besar dan dapat menimbulkan gejala. Dengan aliran darah, bentuk histolitika
dapat tersebar ke jaringan hati, paru dan otak. Infeksi terjadi dengan menelan kista
matang.
D. Siklus Hidup Dan Habitat
5
bentuk kista yang berinti empat (kista masak) yang tahan terhadap asam lambung
masuk ke usus. Disini karena pengaruh enzym usus yang bersifat netral dan
sedikit alkalis, dinding kista mulai melunak, ketika kista mencapai bagian bawah
ileum atau caecum terjadi excystasi menjadi empat amoebulae.
Amoebulae tersebut bergerak aktif, menginvasi jaringan dan membuat lesi
di usus besar kemudian tumbuh menjadi trophozoit dan mengadakan multiplikasi
disitu, proses ini terutama terjadi di caecum dan sigmoidorectal yang menjadi
tempat habitatnya. Dalam pertumbuhannya amoeba ini mengeluarkan enzym
proteolytic yang melisiskan jaringan disekitarnya kemudian jaringan yang mati
tersebut diabsorpsi dan dijadikan makanan oleh amoeba tersebut. Amoeba yang
menginvasi jaringan menjalar dari jaringan yang mati ke jaringan yang sehat,
dengan jalan ini amoeba dapat memperluas dan memperdalam lesi yang
ditimbulkannya, kemudian menyebar melalui cara percontinuitatum, hematogen
ataupun lymphogen mengadakan metastase ke organ-organ lain dan menimbulkan
amoebiasis di organ-organ tersebut.
Setelah beberapa waktu oleh karena beberapa keadaan, kekuatan invasi
dari parasit menurun juga dengan meningkatnya pertahanan dan toleransi dari host
maka lesi mulai mengadakan perbaikan. Untuk meneruskan kelangsungan
hidupnya mereka lalu mengadakan encystasi, membentuk kista yang mula-mula
berinti satu, membelah menjadi dua, akhirnya menjadi berinti empat kemudian
dikeluarkan bersama-sama tinja untuk membuat siklus hidup baru bila kista
tersebut tertelan oleh manusia.
Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate trophozoit)
kadang tinggal di bagian bawah usus halus, tetapi lebih sering berada di colon dan
rectum dari orang atau monyet serta melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain
seperti anjing dan kucing juga dapat terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran
18-30 um bersifat monopodial (satu pseudopodia besar).
Cytoplasma yang terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola
makanan termasuk erytrocyt, leucocyte, sel epithel dari hospes dan bakteria. Di
dalam usus trophozoit membelah diri secara asexual. Trophozoit menyusup masuk
ke dalam mukosa usus besar di antara sel epithel sambil mensekresi enzim
proteolytik.
6
Di dalam dinding usus tersebut trophozoit terbawa aliran darah menuju hati,
paru, otak dan organ lain. Hati adalah organ yang paling sering diserang selain
usus. Di dalam hati trophozoit memakan sel parenkim hati sehingga menyebabkan
kerusakan hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan usus disebut amoebiasis
sekunder atau ekstra intestinal. Trophozoit dalam intestinal akan berubah bentuk
menjadi precystic. Bentuknya akan mengecil dan berbentuk spheric dengan
ukuran 3,5-20 um. Bentuk cyste yang matang mengandung kromatoid untuk
menyimpan unsur nutrisi glycogen yang digunakan sebagai sumber energi. Cyste
ini adalah bentuk inaktif yang akan keluar melalui feses.
Cyste sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Cyste dalam air akan
bertahan sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan
sampai 12 hari. Bila air minum atau makanan terkontaminasi oleh cyste E.
histolytica, cyste akan masuk melalui saluran pencernaan menuju ileum dan
terjadi excystasi, dinding cyste robek dan keluar amoeba “multinucleus
metacystic” yang langsung membelah diri menjadi 8 uninucleat trophozoit muda
disebut “amoebulae”.
Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan tumbuh dan membelah diri
asexual. Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi dua kali dalam
masa hidupnya yaitu: membelah diri dengan “binary fission” dalam usus pada fase
trophozoit dan pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam cyste
pada fase metacystic.
E. Penyebaran penyakit
7
4. Gejala bisa berupa diare dan sembelit yang hilang timbul
5. Banyak buang gas dan kram perut
6. Demam
7. Tinja mengandung darah serta lendir
8. Nausea dan muntah-muntah.
9. Terjadinya kejang abdomen selama berminggu-minggu
10. Perasaan tidak enak
11. Kehilangan nafsu makan
12. Penurunan berat badan
13. Perasaan sakit di seluruh tubuh.
F. Pencegahan
Pencegahan penyakit amebiasis terutama ditujukan kepada kebersihan
perorangan (personal hygiene) dan kebersihan lingkungan (environmental
sanitation). Kebersihan perorangan antara lain adalah mencuci tangan dengan
bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan. Kebersihan lingkungan
meliputi: memasakn air minum sampai mendidih sebelum diminum, mencuci
sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan, buang air besar di
jamban, tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk, menutup dengan baik
makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi oleh lalat dan lipas,
membuang sampah di tempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat
(Shadily, 1984).
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Entamoeba Histolytica, merupakan kelompok rhizopoda yang bersifat
pathogen dan menyebabkan penyakit diare amoeba. Diare seperti ini biasanya
disertai dengan darah dan lender akibat infeksi Entamoeba Histolytica.
9
DAFTAR PUSTAKA