Anda di halaman 1dari 19

A.

AMOEBA

Amoeba termasuk dalam kelas Rhizopoda pada filum Protozoa.


Manusia merupakan hospes enam spesies amoeba yang hidup dalam rongga
usus besar, yaitu :
a. Entamoeba histolytica menyebabkan amoebiasis ( diare amoeba )

b. Entamoeba coli yang sifatnya tidak pathogen pada manusia

c. Endolimax nana yang sifatnya tidak pathogen pada manusia

d. Iodomoeba butshii yang sifatnya tidak pathogen pada manusia

e. Dientamoeba fragilis yamg sifatnya tidak pathogen pada manusia

f. Entamoeba hartmani yang sifatnya tidak pathogen pada manusia

Parasit kelas Rhizopoda tersebut diatas berkembang biak dengan

aseksual atau belah pasang dan juga hidup didalam tubuh manusia (Srisari

Gandahusada, 1998 ).

a. Morfologi

Morfologi spesies amoeba masing-masing stadium

1). Entamoeba histolytica

Gambar a. Stadium perkembangan Entamoeba histolytica

Keterangan gambar a :
1. Tropozoit

- Bentuk tidak tetap dan merupakan bentuk yang tumbuh,

- Berkembang biak dan aktif mencari makan, bergerak dengan


pseudopodia. Ukuran berkisar antara 15-60 micron , mudah mati diluar
tubuh manusia.

2. Kista

Bentuk bulat, dinding kista dari hialin, inti 1 – 4 (sukar dilihat),


berukuran antara 10 – 15 mikron

2). Entamoeba coli


Keterangan gambar b :
1. Tropozoit

Ukuran 15 – 50 mikron, gerakan lambat, ekstoplasma sedikit,


pseudopodia tumpul sebagian, batang kromidial jarang terlihat

2. Bentuk Kista
Bentuk bulat, ukuran antara 15 – 20 mikron, dinding jelas refraktil
berlapis dua, inti 1 – 8

3) Endolimax nana

Gambar d, stadium perkembangan Endolimax nana


Keterangan gambar d :
1. Bentuk tropozoit
- Mempunyai ukuran 8 – 10 mikron, gerakannya lamban, inti Umumnya
tidak tampak, ekstoplasma sedikit, pseudopodia tumpul.
2. Bentuk kista
- Berdinding oval, dinding kista tipis. Jumlah inti 4 buah ( pada Salah satu
kutup ), ukurannya 5 – 14 mikron.
4) Iodamoeba bustchii

Gambar e, stadium perkembangan Iodamoeba butschii


Keterangan gambar e :
1. Bentuk tropozoit
Berukuran rata – rata 10 mikron, gerak aktif, ekstoplasma sedikit, pseudopodia
tumpul, inti umumnya tidak tampak.

2. Bentuk kista

Berukuran 5 – 18 mikron jumlah inti hanya 1, dinding tipis, vakuola


berbatas jelas.

5) Dientamoeba fragilis

Gambar e, Bentuk tropozoit Dientamoeba fragilis


Keterangan gambar e :
Mempunyai ukuran rata – rata 12 mikron, gerak sangat aktif, ekstoplasma
banyak, pseudopodi berbentuk segitiga, seperti daun atau segi empat dan
jernih
6) Entamoeba hartmani

Mempunyai 2 stadium yaitu :

a. Bentuk tropozoit

Berukuran 4 – 12 mikron, bergerak kurang cepat.

b. Bentuk kista

Berukuran 5 – 10 mikron.

Entamoeba hartmani cara penularannya sama dengan protozoa yang


lain yaitu berhubungan dengan air atau makanan yang
terkontaminasi dengan kista (Garcia, 1996).
b. Daur hidup

Infeksi terjadi bila menelan kista matang dari parasit. Bila tropozoit
tertelan, maka ia dihancurkan dalam lambung tanpa menyebabkan infeksi.
Ekskistasi terjadi di usus bagian kecil bawah dan metakista dengan cepat
membelah menjadi 8 amoeba yang kecil. Amoeba
– amoeba ini masuk usus dan : ( 1 ) dapat menginfeksi jaringan hospes, ( 2

) hidup di lumen usus besar tanpa invasi, atau ( 3 ) menjadi kista.

Hanya kista bertahan di lingkungan luar dalam jangka waktu yang


lama. Dalam tinja ditemukan kista yang tidak matang ( yang berinti satu
atau dua ) atau kista yang matang ( 4 inti ). Kista yang tidak matang dapat
menjadi matang di lingkungan luar dan infektif. Tropozoit tidak bisa
membentuk kista di luar tubuh dan tidak lagi efektif.
Invasi pada jaringan menyebabkan perdarahan yang mana sel –sel
darah merah akan dimakan oleh tropozoit. Tropozoit ini memasuki jaringan
usus dan merusak epitel dari usus besar dengan memproduksi enzim
proteolitik . Luka – luka akibat destruksi epitel dapat dangkal karena hanya
mukosa atau dapat juga dalam jika ia mengenai submukosa. Pada
submukosa tropozoit memperbanyak diri dan secara cepat luka menjalar ke
lateral dan menyebabkan ulkus yang mengganggu. Selain itu tropozoit dapat
menimbulkan mikroabses di submukosa, yang akhirnya pecah melalui
epitel, yang juga akan menimbulkan ulkus – ulkus berbentuk botol.
Tropozoit dari jaringan usus dapat dibawa ke organ ekstraintestinal
vena porta. Amoebiasis adalah suatu keadaan terdapatnya Entamoeba
histolytica dengan atau tanpa manifestasi klinik, dan disebut sebagai
penyakit bawaan makanan ( Food Borneo Disease ). Penyebabnya antara
lain Entamoeba histolytica.
Disentri amoeba adalah penyakit infeksi usus yang ditimbulkan oleh
Entamoeba histolytica, suatu mikroorganisme anaerob bersel tunggal
(protozoon). Penyakit ini tersebar diseluruh dunia dan banyak terdapat di
negara (sub) tropis dengan tingkat social ekonomi rendah dan hygiene yang
kurang. Penyebarannya melalui makanan yang terinfeksi serta kontak
seksual. Bila tidak diobati dengan tepat dapat menjadi sistemis dan menjalar
ke organ-organ lain, khususnya hati .
Insiden tertinggi disentri amoeba ditemukan pada anak-anak usia 1-
5 tahun . Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista
amoeba . Kista ini memegang peranan dalam penularan penyakit lebih lanjut
bila terbawa ke bahan makanan atau air minum oleh lalat atau tangan
manusia yang tidak bersih. Di negara beriklim tropis banyak didapatkan
strain patogen dibanding di negara maju yang beriklim sedang.
Kemungkinan faktor diet rendah protein disamping perbedaan strain
amoeba memegang peranan. Di negara yang sudah maju misalnya Amerika
Serikat prevalensi amoebiasis berkisar antara 1-5 %. Di Indonesia
diperkirakan insidensinya cukup tinggi. Penyakit ini cenderung endemik,
jarang menimbulkan epidemi. Epidemi sering terjadi lewat air minum yang
tercemar .
Prognosis disentri amoeba ditentukan oleh berat ringannya penyakit,
diagnosis dan pengobatan dini yang tepat serta kepekaan amoeba terhadap
obat yang diberikan. Pada umumnya prognosis disentri amoeba adalah baik
terutama yang tanpa komplikasi.
Disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja.
Penyebab yang terpenting dan tersering adalah Shigella, khususnya Shigella
flexneri dan Shigella dysenteriae tipe 1. Entamoeba histolytica
menyebabkan disentri pada balita.
B. AMOEBIASIS

Amoebiasis adalah penyebab yang umum dari diare kronik maupun


diare akut. Pengertian dari diare akut sendiri yaitu diare yang menetap lebih
dari 3-5 hari yang disertai oleh nyeri perut, kram perut, demam tidak begitu
tinggi, nyeri pada buang air besar, dan faeses berupa darah disertai lendir.
Sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu,
penanganan diare kronik bersifat lebih kompleks dan menyeluruh
dibandingkan diare akut dan mengharuskan rujukan kepada dokter ahli,
penderita juga dapat mengalami kesukaran buang air besar (konstipasi) (
T.Declan Wash, 1997 )
Sifat-sifat yang khas pada disentri amoeba adalah :

1. Volume tinja pada setiap kali buang air besar pada disentri amoeba lebih
banyak
2. Bau tinja yang menyengat

3. Warna tinja umumnya merah tua dengan darah dan lendir tampak
bercampur dengan tinja ( Soedarto, 1990 )

a. Entamoeba histolytica

Diuraikan pertama kali oleh Losch, di Rusia ( 1875 ), dari tinja


seseorang yang terkena disentri. Organisme ini ditemukan di ulkus usus besar
manusia. Namun Losch tidak bisa membuktikan adanya hubungan kausal
antara parasit ini dengan kelainan ulkus usus tersebut (Garcia, Lynne S, 2002)
Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai
komensal (apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan
dapat berubah menjadi patogen (membentuk koloni di dinding usus, menembus
dinding usus menimbulkan ulserasi) dan menyebabkan disentri amoeba.
Insiden tertinggi disentri amoeba ditemukan pada anak-anak usia 1-5
tahun. Disentri amoeba ditularkan lewat fekal oral, baik secara langsung
melalui tangan, maupun tidak langusng melalui air minum atau makanan yang
tercemar. Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista
amoeba. Laju infeksi yang tinggi didapat di tempat-tempat penampungan anak
cacat atau pengungsi dan di negara sedang berkembang dengan sanitasi
lingkungan hidup yang jelek. Di negara beriklim tropis banyak didapatkan
strain patogen dibanding di negara maju yang beriklim sedang. Kemungkinan
faktor diet rendah protein disamping perbedaan strain amoeba memegang
peranan. Di Indonesia diperkirakan insidennya cukup tinggi. Penularan dapat
terjadi lewat beberapa cara, misalnya : pencemaran air minum, pupuk kotoran
manusia, vektor lalat dan kecoa, dan kontak langsung, seksual kontak oral-anal
pada homoseksual. Penyakit ini cenderung endemik, jarang menimbulkan
epidemi. Epidemi sering terjadi lewat air minum yang tercemar.
a). Distribusi Geografik

Amoebiasis terdapat di seluruh dunia, lebih sering di daerah tropis


ataupun subtropis. Namun di frekuensi dingin dengan keadaan sanitasi
buruk, frekuensi penyakitnya setara dengan di daerah tropis (
www.pubmed.gov )
b). Morfologi dan Siklus Hidup

Siklus hidup E. histolytica ini sangat sederhana, dimana parasit ini


di dalam usus besar akan memperbanyak diri. Dari sebuah kista akan
terbentuk 8 trofozoit yang apabila tinja dalam usus besarnya padat, maka
trofozoit akan langsung menjadi kista dan dikeluarkan bersama tinja.
Sementara apabila cair, pembentukan kista akan terjadi di luar tubuh.
Dalam siklus hidupnya, Entamoeba histolytica mempunyai 3
stadium, yaitu:
a. Bentuk histolitika

b. Bentuk minuta

c. Bentuk kista

Bentuk histolitika dan minuta merupakan bentuk trofozoit.


Perbedaan dari kedua bentuk trofozoit tersebut yaitu bentuk histolitika
bersifat patogen dan berukuran lebih besar dari minuta. Bentuk histolitika
berukuran 20-40 mikron, mempunyai inti entamoeba yang terdapat di dalam
endoplasma. Pergerakan bentuk histolitika dengan pseudopodium yang
dibentuk dari ektoplasma. Bentuk histolitika ini dapat hidup di jaringan usus
besar, hati, paru, otak, kulit, dan vagina.
Bentuk minuta adalah bentuk pokok. Tanpa bentuk minuta daur
hidup tidak dapat berlangsung. Bentuk minuta berukuran 10-20 mikron. Inti
entamoeba terdapat di endoplasma yang berbutir-butir.
Bentuk kista dibentuk dirongga usus besar. Bentuk kista berukuran
10-20 mikron, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista dan
ada inti entamoeba. Bentuk kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan
bentuk infektif. Jadi, Entamoeba histolytica tidak selalu menyebabkan
penyakit (Gracia,Lynne S. 2002).
c). Infeksi

Bila kista matang tertelan, kista tersebut sampai di lambung dengan


keadaan utuh karena dinding kista tahan terhadap asam lambung. Namun
pada pH netral atau alkali, organisme dalam kista akan aktif, untuk
kemudian berkembang menjadi 4 stadium trofozoit metakistik. Stadium ini
kemudian berkembang lebih lanjut menjadi trofozoit di dalam usus besar.
Di rongga usus halus dinding kista dihancurkan, terjadi eksistasi dan
keluarlah bentuk-bentuk minuta yang masuk ke rongga usus besar. Bentuk
minuta dapat berubah menjadi bentuk histolitika yang patogen dan hidup di
mukosa usus besar dan dapat menimbulkan gejala. Dengan aliran darah,
bentuk histolitika dapat tersebar ke hati, paru dan otak ( L.A,Juni Prianto,
2004 ).

d). Patologi dan Gejala Klinis

Cara kerjanya yaitu sebagai berikut : Bentuk histolitika memasuki


mukosa usus besar yang utuh dan mengeluarkan enzim yang dapat
menghancurkan jaringan. Enzim ini yaitu cystein proteinase yang disebut
histolisin. Lalu bentuk histolitika masuk ke submukosa dengan menembus
lapisan muskularis mukosae. Di submukosa ini, bentuk histolitika akan
membuat kerusakan yang lebih besar daripada di mukosa usus. Akibatnya
terjadi luka yang disebut ulkus amoeba. Bila terdapat infeksi sekunder,
maka terjadi peradangan. Proses ini dapat meluas di submukosa bahkan
sampai sepanjang sumbu usus. Bentuk histolitika banyak ditemukan di dasar
dan dinding ulkus. Dengan peristaltis usus, bentuk ini dikeluarkan bersama
isi ulkus rongga usus kemudian menyerang lagi mukosa usus yang sehat
atau dikeluarkan bersama tinja. Tinja ini disebut disentri, yaitu tinja yang
bercampur lendir dan darah.
Tempat yang sering dihinggapi (predileksi) adalah sekum, rektum,
sigmoid. Seluruh kolon dan rektum akan dihinggapi apabila infeksi sudah
berat.
Disentri amoeba merupakan bentuk dari amoebiasis. Gejala yaitu :
buang air besar berisi darah atau lendir, sakit perut, hilangnya selera makan,
turun berat badan, demam, dan rasa dingin. Yang adakalanya, infeksi /
peradangan dapat menyebar sampai ke bagian lain badan dan menyebabkan
suatu bisul seperti amoba. Salah satu dari organ/bagian badan yang paling
sering terpengaruh adalah hati. Ini dikenal sebagai hepatic amoebiasis (
Gandahusada S, 2000 )
Bentuk amoebiasis klinis yang biasa dikenal yaitu :

a. Amoebiasis Intestinalis

Sering dijumpai tanpa gejala atau adanya perasaan tidak enak


diperut yang samara-samar. Infeksi menahun dapat menimbulkan kolon
yang “irritable”. Amoebiasis yang akut mempunyai masa tunas 1-14
minggu. Penyakit menahun yang melemahkan ini mengakibatkan
menurunnya berat badan.
b. Amoebiasis Ekstra- Intestinalis

Gejalanya tergantung pada lokasi absesnya. Yang paling sering


dijumpai adalah amoebiasis hati disebabkan metastasis dari mukosa usus
melalui aliran system portal. Gejala amoebiasis hati berupa demam
berulang, disertai menggigil, sering ada rasa sakit pada bahu kanan.
Abses ini dapat meluas ke paru-paru disertai batuk dan nyeri tekan
intercostals, dengan demam dan menggigil. Amoebiasis ekstra
intestinalis ini dapat juga dijumpai di penis, vulva, kulit, atau tempat lain
dengan tanda-tanda mudah berdarah ( Gandahusada Srisasi, 2000 ).

e). Diagnosa

1). Amoebiasis Kolon Akut

Pada amoebiasis kolon akut biasanya diagnosisklinis ditetapkan


bila terdapat sindrom disentri disertai sakit perut (mules). Biasanya gejala
diare berlangsung tidak lebih dari 10 kali sehari. Diagnosis laboratorium
ditegakkan dengan manamukan Entamoeba histolytica bentuk histolitika
dalam tinja.
2). Amoebiasis Kolon Menahun

Amoebiasis kolon menahun biasanya terdapat gejala diare yang


ringan diselingi dengan obstipasi. Diagnosis laboratorium ditegakkan
dengan menemukan Entamoeba histolytica bentuk histolitika dalam
tinja. Bila amoeba tidak ditemukan, pemeriksaan tinja perlu diulang 3
hari berturut-turut. Reaksi serologi perlu dilakukan untuk menunjang
diagnosis.
3). Amoebiasis Hati

Diagnosis klinis amoebiasis hati yaitu berat badan menurun,


badan terasa lemah, demam, tidak nafsu makan disertai pembesaran hati.
Pada pemeriksaan radiology biasanya didapatkan peninggian diafragma.
Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan Entamoeba
histolytika. Bila amoeba tidak ditemukan, perlu dilakukan pemeriksaan
ulang ( Gandahusada Srisasi, 2000 )

f) Pengobatan

Pengobatan amoebiasis umumnya menggunakan antibiotic :

Mertonidazole

Obat ini efektif terhadap bentuk histolitika dan bentuk kista.


Efek sampingnya ringan, antara lain mual, muntah dan pusing. Dosis
untuk orang dewasa adalah 2 gr sehari selama 3 hari berturut-turut.
Emetin hidroklorida

Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Toksisitasnya


relative tinggi, terutama pada otot jantung. Dosis untuk orang dewasa
adalah 65 mg sehari, untuk anak-anak di bawah 8 th 10 mg sehari. Lama
pengobatan 4-6 hari berturut-turut. Pada orang tua dan orang yang
ounya sakit berat, pemberian harus dikurangi. Tidak dianjurkan pada
wanita hamil, penderita gangguan ginjal dan jantung.
Klorokuin

Obat ini merupakan amebisid jaringan, berkhasiat terhadap


bentuk histolitika. Efek samping dan efek toksiknya bersifat ringan,
antara lain mual, muntah, diare, dan sakit kepala. Dosis untuk orang
dewasa adalah 1 gr sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari
selama 2-3 minggu. Obat ini juga efektif terhadap amoebiasis hati
(Gandahusada Srisasi, 2000).
g) Pencegahan

Kebersihan perorangan antara lain mencuci tangan dengan bersih


secara menyeluruh menggunakan sabun dan air panas setelah mencuci anus
dan sebelum maka. Menghindari berbagai handuk atau kain wajah.
Kebersihan lingkungan antara lain memasak air minum sampai
mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran atau memasaknya sebelum
dimakan, buang air besar di jamban, tidak menggunakan tinja manusia
untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan, membuang
sampah di tempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat (
Gandahusada Srisasi, 2000 ).

B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1). Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis. Diagnosis pasti dapat


ditegakkan bila ditemukan trofozoid motil yang mengandung eritrosit dari
sampel tinja segar yang diperiksa 30 menit sejak keluar
2). Pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

3). Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor
dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
4). Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan dilakukan pada
penderita diare kronik.
5). Proktosigmoidoskopi: pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis
adanya inflamasi mukosa atau keganasan.
6). Pemeriksaan kadar lemak tinja kuantitatif: tinja dikumpulkan (biasanya 72
jam) diperiksa kadar lemak tinja jika dicurigai malasorbsi lemak.
7). Pemeriksaan volume tinja 24 jam: volume lebih dari 500ml/hari jarang
ditemukan pada sindrom usus iritabel.

Anda mungkin juga menyukai