Anda di halaman 1dari 30

Rhizopoda

Tatap muka ke 3
Karakteristik Rhizopoda
 Rhiz = akar, podium = kaki  memiliki kaki
semu (pseudopodi) sebagai alat geraknya
 Spesies yang penting adalah genus Entamoeba
histolytica, E. coli, E. gingivalis, Endolimax
nana, Iodamoeba butschii & Dientamoeba
fragilis
 Manusia merupakan hospes bagi 8 sp ameba
 Semua ameba tdk patogen & hidup komensal
pd manusia kecuali Entamoeba histolytica
Rhizopoda Apatogen
 Entamoeba coli
 Entamoeba hartmani
 Entamoeba gingivalis  hidup di rongga
mulut disekitar gigi
 Iodamoeba butschlii  hidup di usus besar
 Endolimax nana  hidup di usus besar
 Amoeba yg hidup bebas
 Acanthamoeba culberstoni
 Dientamoeba fragilis
Morfologi Inti Pada Amuba

 Kelas Rhizopoda yg penting bagi kesehatan


manusia adalah ordo Amoebida
 Struktur inti terutama susunan kromatin
dan koriosom (anak inti) penting untuk
membedakan spesies
 Ada 4 macam inti pada Amoebida : inti
entamoeba, inti endolimax, inti iodamoeba,
inti dientamoeba
 Macam inti :
 Entamoeba : selaput inti dibatasi oleh butir
kromatin, dg koriosom yg padat terletak di
tengah atau tepi inti
 Endolimax : koriosom nya mempunyai bentuk
tidak teratur, terdapat di tepi inti
 Iodamoeba : bentuk koriosom nya khas
karena ukurannnya besar & dikelilingi
dikelilingi oleh butiran2 bulat
 Dientamoeba : memiliki 2 inti dg koriosom
yg terdiri dari 6 butir kromatin
Entamoeba histolytica
 Penyebab diare & pertama kali ditemukan
oleh Losch (1875) dr tinja penderita disentri
di Leningrad Rusia
 Manusia satu2nya hospes pd parasit ini
 Nama penyakit : Amubiasis yg dapat
menyerang usus (intestinal amoebiasis) &
organ selain usus (extra-intestinal
amoebiasis)
Sebaran Geografis & Tempat Hidup

 Amubiasis banyak terjadi di daerah tropis &


subtropis
 Di Indonesia terjadi di Jawa & luar Jawa
 Trofozoid ditemukan di jaringan mukosa &
submukosa usus besar
 Kista ditemukan di dalam lumen usus
 Entamoeba histolytica termasuk parasit
zoonosis karena menyerang manusia, kera &
primata
 Beberapa jenis hewan dpt bertindak sbg
hospes definitif
Anatomi dan Morfologi
 Bergerak dg menggunakan kaki semu
 Terdapat 3 bentuk :
 trofozoid,

 kista

 prakista
Gambar tropozoid
Stadium trofozoid
 Merupakan bentuk yg aktif bergerak, aktif
mencari makan, tumbuh & berkembang biak
 Bersifat invasif (mampu memasuki jaringan/
organ)
 Bentuknya berubah2 karena bergerak meng-
gunakan pseudopodia
 Ukuran : 18 – 40 (eritrosit 7 )
 Pada pemeriksaan mikroskopik : sering
ditemukan eritrosit/leukosit/sisa2 jaringan
dalam endoplasma
 Sitoplasma t.d ektoplasma (jernih) & endo-
plasma (granuler/berbutir2)
 Inti berbentuk bulat dg ukuran 4-6 , terle-
tak di endoplasma, dg selaput tipis & dibatasi
oleh butir kromatin
 Koriosom seperti titik kecil ditengah & dike-
lilingi daerah terang
 Pseudopodium dibentuk dg mendadak, besar
& lebar seperti daun, pergerakan cepat &
linier
 Stadium trofozoid bersifat patogen &
menginvasi usus besar
Stadium kista
 Bukan stadium patogen tetapi stadium infektif
 penularan melalui sta kista
 Dibentuk dr sta. trofozoid yg berada di lumen
colon
 Bentuk bulat, memiliki dinding dari hialin, tidak
aktif bergerak
 Berdasar ukuran ada 2 jenis kista amuba:
 Kista minutaform = 6-9 

 Kista magnaform = 10 – 15 
 Jika kista yg berukuran < 10  ditemukan pd
tinja kemungkinan kista tsb adalah E. hartmani
yg tdk patogen
 Pd kista muda terdapat 1-4 kromatoid & massa
glikogen sbg cadangan makanan
 Kista yg matang memiliki 4 inti tp tdk dijumpai
kromatid & massa glikogen
Stadium prakista
 Bentuk peralihan antara kista dan trofozoid
 Bentuk lonjong/bulat, ukuran 10 – 20 
 Pseudopodia tumpul
 Dalam endoplasma tdk ditemukan eritrosit/
leukosit
 Struktur inti prakista = struktur inti
trofozoid
Pemeriksaan
 Tinja penderita diencerkan dg garam faali 
trofozoid tampak bergerak aktif dg gerakan
pseudopodia yg cepat, tampak eritrosit dalam
sitoplasma
 Kista pada tinja terlihat bulat dg dinding
tipis, badan kromatoid berbentuk batang
 Tinja dg pewarnaan lugol  parasit tampak
kuning s/d coklat, inti jelas & koriosom di
tengah inti
Daur Hidup
 Pd manusia sbg hospes definitif utama, daur
hidup parasit ini dapat terjadi secara lengkap
 Infeksi terjadi secara oral melalui makanan/
minuman yg tercemar tinja amubiasis
 Bentuk infektif yg dpt ditularkan adalah kista
berinti 4 (tahan thd HCl lambung)  pd saat
sampai terminal usus halus (sekum/ileum)
dinding kista akan tercerna oleh enzim tripsin &
akan terjadi ekskistasi (kista  trofozoid) &
keluarlah tropozoid yg akan masuk ke usus
besar
 1 kista matang akan berubah mjd 8
trofozoid
 Melalui aliran darah dpt menyebar ke
jaringan hati, paru, otak, kulit & vagina
 Multiplikasi (membelah) hanya terjadi pd
stad. trofozoid dg belah diri sederhana
 Proses enkistasi (trofozoid  kista)
berlangsung di lumen usus
 Sta trofozoid dpt ditemukan pd tinja dg
konsistensi lembek/cair sedangkan sta kista
ditemukan pd tinja padat
Patologi & Gejala Klinis
 Masa inkubasi + biasanya 1 – 4 minggu, tetapi
bisa juga beberapa bulan-tahun
 90% manusia yg terinfeksi E.histolytica tdk
menunjukan gejala klinis & hospes dpt
mengeliminasi parasit tanpa gejala penyakit
 10% penderita yg asimtomatik dpt berkem-
bang mjd simtomatik dlm waktu > 1 th  Gejala
klinis amubiasis : diare
 Diare dimulai dg adanya kontak antara sta
trofozoid dg epitel colon
 Gejala klinis amubiasis akut : disentri yg
disertai nyeri perut yg hebat sebelum b.a.b
 Tinja penderita berbau asam yg menyengat
disertai darah / lendir
 Konsistensi tinja : cair, semi cair, padat
 Diagnosa : tinja berwarna merah tua dg bau
menyengat
 Tanda patognonomik infeksi E. histoltica
ditemukan eritrosit pd endoplasma
(erythrophagocytosis)  pembeda antara E.
histolitica & E. dispar
Amubiasis hati & jaringan lain
 Terjadi abses hati pd bagian posterosuperior
lobus kanan hati
 Gejala klinis : nyeri pd daerah hipokondrium
kanan, demam, ikterus, hepatomegali, kurus,
tapi tdk mengalami disentri
 Jika tdk diobati maka jaringan hati akan lisis
dan menyebar ke jaringan lain seperti paru,
otak, kulit & limpa
 Diagnosa : ditemukan trofozoid pd cairan
abses /dahak
Pengobatan
 Pengobatan utk penderita amebiasis invasif
berbeda dg non invasif
 Penderita amebiasis non invasif diberikan
paromomisin
 Penderita amebiasis invasif diberikan gol
nitroimidazol co : metronidazol, tinidazol,
seknidazol, oknidazol
 Biasanya setelah diberikan metronidazol
penderita msh mengandung 40 – 60 % parasit
shg dpt diberikan paromomisin
 Metronidazol sebaiknya tdk diberikan
bersamaan dg paromomisin
 Obat yg bekerja pd lumen usus
 Paromomisin = antibiotika golongan amino-
glikosida yg tdk diabsorbsi oleh usus, utk
membunuh stadium pd lumen usus
 Diloksanid furoat (furamid, entamizol) =
pengobatan utk E.histolytica
 Iodoquinol = gol hidroksiquinolin, dpt
digunakan utk sta kista di lumen usus
 Obat yg bekerja pd jaringan
 Emetin hidroklorida = berkhasiat utk sta
trofozoid E. histolytica. Efektif diberikan
secara parenteral
 Metronidazol = utk amebiasis koli atau
abses hati ameba, efektif utk sta trofozoid
dalm dinding usus & jaringan, tdk dpt
membunuh kista
 Klorokuin = efektif pd amebiasis hati
Pencegahan
 Pencegahan amebiasis dg kebersihan
 perorangan co : mencuci tangan sebelum
makan & setelah bab
 Lingkungan : memasak air minum & makanan
dg benar, mencuci sayur, tdk menggunakan
pupuk tanaman dr tinja manusia, b.a.b di
jamban, menghindarkan kontaminasi lalat &
lipas dr makanan

Anda mungkin juga menyukai