Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

VARICELLA

Disusun Oleh :
dr. Nadira

Pembimbing :
dr. Vonny E Pandara

INTERNSIP KELOMPOK IGD


RUMAH SAKIT UMUM TIPE D JAGAKARSA
PERIODE 5 NOVEMBER 2019 – 4 MARET 2020
TAHUN 2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
VARICELLA

Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas


Program dokter internsip
Rumah Sakit Umum Jagakarsa

Disusun Oleh
dr. Nadira

Jakarta, Januari 2020


Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

( dr. Vonny E Pandara )

2
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Sales Mobil
Alamat : Jln. Paso, jagakarsa, jakarta selatan
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 18 Desember 2019
No. RM : 00076908
Pembayaran : UMUM

II. ANAMNESIS

Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 18 Desember 2019 di IGD RSUD


JAGAKARSA.

 KELUHAN UTAMA
Bintil-bintil kecil kemerahan berisi cairan jernih di area wajah dan menyebar
seluruh badan sejak 2 hari yang lalu.

 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke IGD RSUD Jagakarsa dengan keluhan terdapat bintil-bintil
kecil berisi cairan jernih di area wajah dan menyebar seluruh badan sejak 2 hari yang
lalu. Awalnya timbul bintil-bintil kecil kemerahan pada bagian dada, disadari oleh
pasien sesaat sebelum tidur. Dan hari ini, bintil-bintil kecil menyebar ke leher, wajah,
punggung depan dan belakang, perut, dan lengan atas dan lengan bawah kanan dan kiri.
Bintil-bintil kecil yang dirasakan terkadang terasa gatal tetapi pasien tidak
menggaruknya, karena takut semakin banyak. Keluhan disertai demam tidak
mengigigil sejak 1 hari yang lalu, sakit kepala dan terdapat penurunan nafsu makan.
Sekitar + 2 minggu yang lalu, terdapat teman kerja yang memiliki keluhan yang serupa,
dan pasien mengatakan sering berinteraksi dengan temannya tersebut. Temannya yang

3
mengalami keluhan yang sama dengan pasien tidak menggunakan masker, dan pasien
pun tidak menggunakan masker. Keluhan batuk, pilek, sakit tenggorokan, mual, dan
muntah disangkal. BAB dan BAK normal, seperti biasanya.
Pasien memiliki alergi makanan yaitu telor. Sebelum keluhan ini muncul, pasien
tidak ada digigit serangga dan memakan makanan yang menimbulkan alergi seperti
telor. Keluhan munculnya bintil-bintil kecil ini merupakan pertama kalinya.

 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


o Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya
o Riwayat Hipertensi : Disangkal
o Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
o Riwayat DM : Disangkal
o Riwayat Asma : Disangkal

 RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien belum mengobati keluhannya tersebut.

 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada keluhan serupa dalam keluarga.

 RIWAYAT ALERGI
Pasien mengaku memiliki riwayat alergi terhadap telur dan tidak memiliki riwayat
alergi terhadap obat-obatan.

III. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis E4, M6, V5 (GCS total:15)
 Tanda vital
o Tekanan darah : 120/80 mmHg
o Frekuensi nadi : 74 x/ menit
o Frekuensi pernapasan : 20 x/menit

4
o Suhu : 37,5 oC
o SpO2 : 97 %
o Berat badan : 67 kg
o Tinggi badan : 168 cm
o BMI : BB(kg)/TB(m2) 67 kg/ 2,82 m2= 23, 75 (Normal)

Kepala
 Bentuk : normochepale
Mata
 Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris
 Konjungtiva : tidak anemis
 Sklera : tidak ikterik
 Pupil : bulat, isokor +/+, diameter 3 mm/ 3 mm

Telinga
Telinga Kanan Kiri
Daun Telinga
- Bentuk normal + +
- Keloid - -
- Perikondritis - -
- Kista - -
- Fistel - -
- Ott hematom - -
- Nyeri tekan tragus/daun telinga - -
- Warna daun telinga Merah muda Merah muda
Liang Telinga
- Serumen prop - -
- Korpus alineum - -
- Jaringan granulasi - -

Membran timpani
- Warna Tidak tersedia Tidak tersedia
- Reflek cahaya alat sehingga alat sehingga

5
- Hiperemis tidak dilakukan tidak dilakukan
- Retraksi pemeriksaan pemeriksaan
- Bulging
- Atropi
- Perforasi
- Bula
- Sekret - -
Retro auricular
- Fistel - -
- Kista - -
- Abses - -
Pre auricular
- Fistel - -
- Kista - -
- Abses - -

Hidung
Hidung Kanan Kiri
Rinoskopi anterior
- Vestibulum Nasi Lebar lubang Lebar lubang
hidung normal, hidung normal,
krusta (-), bisul (-) krusta (-), bisul (-)
- Kavum Nasi Hiperemis (-), Hiperemis (-),
sekret (-), sekret (-),
rambut (+) rambut (+)
- Selaput Lendir Hiperemis (-), Hiperemis (-),
edema (-) edema (-)
- Septum Nasi Deviasi (-), massa Deviasi (-), massa
(-) (-)
- Lantai + dasar hidung Licin, massa (-) Licin, massa (-)

6
- Konka inferior Hiperemis (-), Hiperemis (-),
edema (-), edema (-),
permukaan licin permukaan licin
- Meatus nasi inferior Sekret (-) Sekret (-)
- Konka media Sulit dinilai Sulit dinilai
- Meatus nasi media Sekret (-), polip (-) Sekret (-), polip (-)
- Polip - -
- Korpus alienum - -
- Massa tumor - -
- Fenomena palatum mole Sulit dinilai Sulit dinilai
Rinoskopi posterior
(Tidak tersedia alat sehingga tidak dilakukan pemeriksaan)
- Kavum Nasi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
- Selaput Lendir Lendir (-) Lendir (-)
- Koana Sulit dinilai Sulit dinilai
- Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
- Konka superior Sulit dinilai Sulit dinilai
- Meatus nasi media Secret (-), polip(-) Secret (-), polip(-)
- Muara tuba Sulit dinilai Sulit dinilai
- Adenoid Sulit dinilai Sulit dinilai
- Massa tumor - -
- Polip - -

Mulut
Hasil
Selaput lendir mulut Hiperemis (-), Edema (-), ulkus (-), massa
(-)
Bibir Stomatitis (-), Lembab, hiperemis (-),
krusta (-), ulkus (-)
Lidah Hiperemis (-), Edema (-), atropi (-), ulkus
(-), gerakan segala arah
Gigi Lengkap
Kelenjar ludah Ptialismus (-)

7
Faring
Hasil
Uvula Ditengah, hiperemis (-), edema (-), ulkus
(-), permukaan licin.
Palatum molle Hiperemis (-), edema (-), ulkus (-)
Palatum durum Hiperemis (-), edema (-), ulkus (-),
benjolan (-).
Plika anterior Hiperemis (-), edema (-)
Tonsil Ukuran : T1 – T1
Hiperemis (-/-), kripta melebar (-/-),
detritus (-/-)
Plika posterior Hiperemis (-), Edema (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-), edema (-), ulkus (-)

Leher
Tidak ditemukan pembesaran pada KGB

Thorax
 Paru
o Inspeksi : Simetris tidak ada hemithorax yang tertinggal, dalam keadaan statis
maupun dinamis
o Palpasi : Gerak simetris pada kedua hemithorax fremitus vocal +/+
o Perkusi : sonor, pada seluruh lapang paru
o Auskultasi: suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
 Jantung
o Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
o Palpasi : teraba pulsasi ictus cordis pada ICS V linea midclavicularis
sinistra, thrill (-)
o Perkusi : batas jantung kanan pada intercostal V parasternal dextra,
jantung kiri pada intercostal V midclavicula sinistra, pinggang
jantung pada intercosta III parasternal sinistra

8
o Auskultasi : BJ I - II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
 Inspeksi : normal, abdomen datar simetris
 Auskultasi : bising usus 4-5x/ menit, normal
 Palpasi : supel, massa (-), hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (-)
 Perkusi : tympani pada seluruh lapang abdomen

Genitalia
 Tidak diperiksa

Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral hangat, capillary refill time < 2 detik
Ekstremitas bawah : Akral hangat, capillary refill time < 2 detik

Status dermatologi
Pada regio facialis, thoracalis anterior, thoracalis posterior, regio brachii et antebrachii dextra
et sinistra , abdomen, terdapat vesikel cair (+), dasar yang eritematous, diskret, multiple,
berbentuk bulat dan oval seperti tetesan embun (teardrops), ukuran miliar, susunan tidak
beraturan, krusta (+).

Gambar 1. Regio coli, regio thorakalis a/p, regio abdomen

9
Gambar 3. (c) Regio brachii et antebrachii dextra et sinistra

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Mengusulkan untuk dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan
hapusan yang diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dandilihat
menggunakan mikroskop akan didapati sel datia berinti banyak.

RESUME
Pasien (Tn.R) berusia 22 thn, datang ke IGD RSUD Jagakarsa dengan keluhan terdapat
bintil-bintil kecil berisi cairan jernih di area wajah dan menyebar seluruh badan sejak 2 hari
yang lalu. Awalnya timbul bintil-bintil kecil kemerahan pada bagian dada, disadari oleh

10
pasien sesaat sebelum tidur. Dan hari ini bintil-bintil kecil menyebar ke leher, wajah,
punggung depan dan belakang, perut, dan lengan atas dan lengan bawah kanan dan kiri.
Bintil-bintil kecil yang dirasakan terkadang terasa gatal tetapi pasien tidak menggaruknya,
karena takut semakin banyak. Keluhan disertai demam tidak mengigigil sejak 1 hari yang lalu
dan terdapat penurunan nafsu makan. Sekitar + 2 minggu yang lalu, terdapat teman kerja yang
memiliki keluhan yang serupa, dan pasien mengatakan sering berinteraksi dengan temannya
tersebut. Temannya yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien tidak menggunakan
masker, dan pasien pun tidak menggunakan masker. Pasien memiliki alergi makanan yaitu
telor. Sebelum keluhan ini muncul, pasien tidak ada digigit serangga dan memakan makanan
yang menimbulkan alergi seperti telor. Keluhan munculnya bintil-bintil kecil ini merupakan
pertama kalinya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan peningkatan suhu tubuh yaitu 37,5. Pada
pemeriksaan kulit (status dermatologi regio facialis, thoracalis anterior, thoracalis posterior,
brachii et antebrachii dextra et sinistra, abdomen, terdapat vesikel cair (+), dasar yang
eritematous, multiple, berbentuk bulat dan oval seperti tetesan embun (teardrops), ukuran
miliar, susunan tidak beraturan, bentuk bulat.

DIAGNOSA KERJA
Varicella

DIAGNOSA BANDING
Herpes Zoster

TERAPI
 Non-medikamentosa
o Edukasi kepada pasien, menjelaskan penyakitnya ini disebabkan karena infeksi
virus, yang bisa sembuh sendiri dengan meningkatkan imun tubuh dengan cara
istirahat dan tidur yang cukup, makan yang teratur, sehat dan bergizi.
o Menjelaskan cara penularannya melalui droplet (udara) sehingga untuk
sementara ini menggunakan masker bila berbicara dengan yang lain.
o Menjaga agar vesikel tidak pecah dini (tidak menggaruk, mengeringkan badan
dengan hati-hati sehabis mandi)

11
o Cara mengeringkan tubuh setelah selesai mandi, sebaiknya tidak
menggosokkan handuk ke kulit terlalu keras, namun dilap dengan pelan-pelan.
o Menyarankan pasien untuk menggunakan bedak salicyl 2% untuk lesi yang
kering
o Menjelaskan kepada pasien penyakit ini dapat sembuh dan dapat bila kambuh
kembali menjadi herpes zooster jika imunitas penderita menurun. Sehingga
penderita diharuskan menjaga kesehatan.
o Berdasarkan dari hasil pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum, tanda
vital dan pemeriksaan fisik lainnya yang masih dalam batas normal, sehingga
pasien dapat dikatakan tidak mengalami komplikasi. Penyakit ini bila tidak
ditangani terapi yang tepat dapat menimbulkan komplikasi infeksi sekunder
pada lesi kulit, dan juga dapat menyerang ke paru (pneumonia), infeksi saluran
telinga (otitis media akut).
o Bila obat sudah habis namun tidak ada perbaikan, segera konsultasi dengan
dokter spesialis kulit dan kelamin.
 Medikamentosa
o Acyclovir tab 400 mg (5×2)
o Paracetamol tan 500 mg (3×1) bila demam
o Acyclovir salep (dioleskan 2 kali dlm sehari)
o Imboost Force® 1 x 1 tab,

PROGNOSIS
Quo ad Vitam : ad Bonam
Quo ad Functionam : ad Bonam
Quo ad Sanamtionam : ad Bonam

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Varicella (cacar air, chicken pox ) merupakan infeksi akut primer oleh Virus
Varicella-Zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi,
kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.2
2.2 Epidemiologi
Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, tetapi sangat bergantung
pada kekebalan seseorang. Varisela menyerang individu terutama yang belum
mempunyai antibodi. Tersebar kosmopolit, menyerang terutama pada anak-anak,
tetapi dapat juga menyerang pada orang dewasa. Transmisi penyakit ini secara
aerogen. Masa penularannya lebih kurang 7 hari dihitung dari timbulnya gejala
kulit.2
Varisela dapat menyerang semua umur termasuk bayi baru lahir dan dewasa.
Penderita varisela 90% adalah anak-anak kurang dari 10 tahun, dengan serangan
angka tertinggi pada usia 2-6 tahun, sedangkan sebagian kecil (±5%) pada golongan
umur di atas 15 tahun, namun dapat juga terjadi pada orang dewasa, serta bayi baru
lahir bahkan pernah dilaporkan varisela congenital.1
2.3 Etiologi
Penyebabnya adalah virus varicella-zoster. Penamaan virus ini memberi
pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varicella,
sedangkan reaktivasi menyebabkan herpes zoster 2.
Virus varicella-zoster merupakan famili dari Herpesvirus varicellae dari grup
DNA virus. Penyakit ini termasuk kelompok vesicobullous lessions yang disebabkan
oleh virus. Varicella-zoster virus ini sangat menular dan mungkin ditularkan dari
penderita varcella atau zoster. Penyebaran dari virus dapat terjadi secara langsung
dari orang ke orang melalui lesi yang ada, melalui udara atau melalui plasenta.
Penularan ini dapat dimulai pada saat 24-49 jam sebelum timbulnya rash dan sampai
terbentuknya vesikel, biasanya 3-7 hari 2.

13
2.4 Patofisiologi

Virus masuk traktus respiratorius bagian atas dan orofaring, kemudian


memperbanyak diri dan menyebar melalui aliran darah dan limfe kemudian ke
jaringan retikulo-endotelial, disini memperbanyak diri lagi dan menyebar ke seluruh
tubuh terutama pada kulit dan mukosa3.
Virus varisela masuk ke dalam tubuh umumnya melalui saluran pernapasan dan
berkolonisasi di traktus respiratorius bagian atas, virus pada umumnya bereplikasi
dalam kelenjar limfe regional, 4-6 hari kemudian mulai terjadi viremia dan
menyebar melalui peredaran darah masuk ke dalam organ reticuloendotelial seperti
limpa, hepar. Setelah seminggu, terjadi lagi viremia kedua, saat virus mulai
menyebar masuk ke dalam visera dan kulit dan berakhir dengan manifestasi lesi pada
kulit yang khas. Virus juga menyebar ke saluran pernapasan. Infeksi pada susunan
saraf pusat atau hepar juga terjadi pada saat ini 1.
Lesi pada kulit terjadi akibat infeksi kapiler endotelial pada papil lapisan dermis
kemudian menyebar ke sel-sel epitel lapisan epidermis, folikel kulit, dan glandula
sebasea sehinga terjadi pembengkakan. Pada mulanya ditandai dengaa adanya
makula dan berkembang cepat menjadi papula, vesikel, dan akhirnya menjadi krusta.
Lesi ini jarang menetap dalam bentuk makula dan papula saja. Vesikel ini akan
berada pada lapisan sel sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam 1.
Degenerasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dan
kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body tipe A 1.
Dengan berkembangnya lesi yang cepat , lekosit polimorfonuklear akan masuk
ke dalam korium dan cairan vesikel sehingga mengubah cairan-cairan yang jelas dan
terang menjadi warna keruh , kemudian terjadi absorbsi dari cairan ini, akhirnya
terbentuk krusta. Terbentuknya lesi-lesi pada membran mukosa juga sama , tetapi
tidak langsung membentuk krusta. Vesikel-vesikel biasanya akan pecah dan
membentuk luka yang terbuka, namun akan sembuh dengan cepat 1.
Virus menyebar dari lesi mukosa dan epidermal menuju saraf sensoris lokal.
Virus kemudian, menetap laten dalam ganglion dorsalis dari saraf sensoris.
Reaktivasi dari virus varicella-zoster menimbulkan herpes zoster (4).

14
Fitspatrick’s Dermatology in General Medicine

2.5 Gejala Klinis


Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14-21 hari. Gejala klinis mulai gejala
prodormal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malese, dan nyeri kepala,
kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu
beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa tetesan
embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi
krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel yang baru
sehingga menimbulkan gambaran polimorfi 2.

Fitspatrick’s Dermatology in General Medicine

Penyebarannya terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secar


sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata,
mulut dan saluran napas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terdapat
pembesaran kelenjar getah bening regional dan sekitar lesi akan tampak kemerahan

15
dan bengkak serta cairan vesikel akan yang jernih berubah menjadi pus disertai
limfadenopati umum. Penyakit ini biasanya disertai gatal 2.
2.6 Diagnosis

Diagnosis berdasarkan anamnesis, gejala klinis, kultur virus dan tzanc test.
Pasien varisela biasanya terdapat sejarah terpapar dengan pasien varisela yang lain
selama 2-3 minggu 2.
Gejala klinis yang khas berupa erupsi papulo-vesikular yang bersamaan dengan
demam yang tidak terlalu tinggi, perubahan yang cepat dari makula ke papula
kemudian menjadi vesikel dan akhirnya menjadi krusta, gambaran lesi berkelompok
dengan distribusi dengan distribusi yang paling banyak pada tubuh lalu menyebar ke
perifer yaitu muka, kepala, dan ekstremitas. Selain itu bisa juga terjadi ulkus putih
keruh pada mukosa mulut, dan terdapat gambaran polimorf 1.
Pada kasus yang tidak khas, hapusan Tzank dari dasar vesikel diwarnai dengan
Giemsa menunjukkan sel varicella raksasa yang khas dan sel-sel dengan badan
inklusi yang khas, seperti pada Herpes zoster atau simplex. Dapat pula dilakukan
kultur virus dari cairan isi vesikel 3.

Fitspatrick’s Dermatology in General Medicine

16
2.7 Diagnosis Banding

1. Variola

Merupakan penyakit virus yang disertai keadaan umum yang buruk, dapat
menyebabkan kematian, efluoresensinya bersifat monomorf terutama di perifer
tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh pox virus variolae. Ada beberapa stadium pada
menifestasi klinisnya. Stadium prodormal mengawali timbulnya gejala. Setelah itu
stadium makulo-papular yaitu timbulnya makula-makula eritematosa yang cepat
menjadi papul-papul, terutama di muka dan ekstremitas, termasuk telapak tangan
dan kaki, pada stadium ini suhu tubuh normal kembali dan penderita merasa sehat
kembali. Stadium vesikulo-pustulosa yaitu setelah 5-10 hari timbul vesikel-vesikel
yang kemudian menjadi pustula-pustula dan pada saat ini tubuh meningkat lagi dan
timbul umbilikasi. Stadium resolusi berlangsung dalam waktu 2 minggu, timbul
krusta-krusta dan suhu tubuh mulai menurun, dan krusta-krusta tersebut lepas
meninggalkan sikatriks yang atrofi 2.
Varisela Variola
Stadium prodormal Singkat (1-2 hari) Panjang (3-4 hari)
Rash Sentral - perifer Perifer ke sentral
Lesi Terutama badan. Muka & ekstremitas
Lebih superfisial. Dalam
Umbilikasi (-) Umbilikasi (+)
polimorf Monomorf

17
Gambar. Variola

2. Herpes Zooster
Herpes zooster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela
zooster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus
yang terjadi setelah infeksi primer. Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan
saraf tepi dan ganglion kranialis. Kelainan kulit yang timbul memberikan lokasi
yang setingkat dengan persarafan ganglion tersebut. Daerah yang paling sering
terkena adalah daerah torakal. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanitas sama,
sedangkan mengenai usia yang lebih sering pada orang dewasa. Sebelum timbul
gejala kulit, terdapat gejala prodormal. Setelah itu timbul eritema yang dalam
waktu singkat menjadi vesikel berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa
dan edema. Vesikel ini berisi cairan jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi

18
pustula dan krusta. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang
khas2.

Gb. Herpes Zooster


2.8 Komplikasi
Pada anak yang normal, varisela jarang terjadi komplikasi. Komplikasi yang
sering terjadi adalah infeksi bakteri sekunder pada lesi kulit, yang biasanya
disebabkan oleh bakteri staphylococcus dan streptococcus yang dimana
menyebabkan impetigo, furunkel, selulitis, erysipelas dan gangrene tapi jarang.
Infeksi bakteri lainnya adalah pneumonia, otitis media, dan menigitis supurativ,
namun komplikasi ini jarang terjadi dan bisanya respon terhadap terapi
antibiotik4.

2.9 Penatalaksanaan

A. Umum:
 Istirahat cukup
 Terapi simptomatik:
o Bila panas:
 Dewasa: paracetamol 500 mg sehari 3 kali po
 Anak: paracetamol 10 mg/kgBB/dosis sehari 4 kali po
o Dapat diberikan oral antihistamin untuk mengurangi rasa gatal serta bermanfaat
untuk menimbulkan sedasi
o Lotion kalamin untuk kompres dingin
o Salep antibiotik untuk yang erosi: salep sodium fusidate
 Bila ada infeksi sekunder
o Dicloxacilline 12,5-50 mg/kg/hari po
o Erytromycin stearat 250-500 mg sehari 4 kali po

19
B. Khusus (Obat Antivirus)
Acyclovir sebaiknya sedini mungkin (dalam 1-3 hari pertama).
o Dewasa 800 mg sehari 5 kali (selama 7-10 hari)
o Neonatus: 500 mg/m2( tiap 8jam 10 hr)
o Anak: 20mg/kg/kali sampai 800 mg sehari 4 kali selama 5 hari
o Pasien pneumonia dan hamil; 800mg 5kali sehari (7-10 hr), 10 mg/kg IV (tiap
8jam-7hr)
o Resisten acyclovir  Foscarnet, 40 mg/kg Iv tiap 8jam hingga sembuh.
Kontraindikasi Aspirin  menyebabkan sindrom reye
C. Pencegahan
o Pemberian vaksin Varicella Virus Vaccine (Oka strain)
o Indikasi: umur ≥ 12 bulan yang belum terkena infeksi varicella zoster virus
primer, misalkan pada wanita yang menikah dan belum terkena varicella perlu
divaksinasi untuk mencegah varicella waktu hamil.

20
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, diagnosis varicella, ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis
dan pemeriksaan fisik pasien. Dari anamnesis didapatkan keluhan utama pada pasien ini
adalah timbulnya bintil-bintil kecil kemerahan berisi cairan di badan, yang mula-mula
timbul di dada dan kemudian menyebar ke leher, wajah, punggung, perut dan lengan. Dari
anamnesis ini diketahui bahwa penyebaran dari lesi terjadi dari sentral ke perifer, yaitu
dari daerah badan menyebar ke wajah dan lengan dan lesi berbentuk khas seperti tetesan
embun. Hal ini sesuai kepustakaan dimana disebutkan bahwa penyebaran lesi kulit dari
varisela pada umumnya pertama kali di daerah badan kemudian menyebar secara
sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta lesinya yang khas seperti tetesan embun (tear
drops).2,4
Satu hari sebelum timbulnya bintil-bintil kecil kemerahan tersebut, pasien merasa
badannya demam, lemah badan, kepala terasa sakit. Berdasarkan kepustakaan disebutkan
bahwa gejala prodromal dari varisela biasanya berupa demam, sakit kepala, dan malaise
ringan, yang umumnya muncul sebelum pasien menyadari bila telah timbul erupsi kulit.
Masa prodromal ini kemudian disusul oleh stadium erupsi.5
Dari anamnesis diketahui adanya riwayat kontak dengan pasien varisela yang lain,
yaitu teman kerja pasien kurang lebih 2 minggu yang lalu. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan dimana dikatakan bahwa jalur penularan VVZ bisa secara aerogen, kontak
langsung, dan transplasental. Droplet lewat udara memegang peranan penting dalam
mekanisme transmisi, tapi infeksi bisa juga disebabkan melalui kontak langsung. Krusta
varisela tidak infeksius, dan lamanya infektifitas dari droplet berisi virus cukup terbatas.
Manusia merupakan satu-satunya reservoir, dan tidak ada vektor lain yang berperan dalam
jalur penularan.6
Pada pemeriksaan fisik didapati pada status generalis suhu badan 37,5°C yang
menunjukkan bahwa pasien dalam keadaan sub febris kemudian dari status dermatologis
yang didapati pada facialis, thoracalis anterior, thoracalis posterior, brachii et antebrachii
dextra et sinistra, abdomen, terdapat vesikel cair (+), diskret, dasar yang eritematous,
multiple, berbentuk bulat dan oval seperti tetesan embun (teardrops), ukuran miliar,
susunan tidak beraturan, krusta (+). Hal ini sesuai kepustakaan dikatakan bahwa varisela
mempunyai bentuk vesikel yang khas yaitu seperti tetesan embun (tear drops).7
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis varisela juga dapat ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan penunjang menggunakan pemeriksaan tzanck. Berdasarkan

21
kepustakaan pemeriksaan tzanck, yaitu dengan cara mengerok bagian dasar dari vesikel
yang diwarnai dengan giemsa kemudian dilihat menggunakan mikroskop dapat ditemukan
sel datia berinti banyak, dan serologi, misalnya flourescent antibody dan pemeriksaan
antibodi dengan cara ELISA. 2.4,6
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan fisik yang meliputi keadaan umum, tanda vital
dan pemeriksaan fisik lainnya yang masih dalam batas normal, sehingga pasien dapat
dikatakan tidak mengalami komplikasi. Penyakit ini bila tidak ditangani terapi yang tepat
dapat menimbulkan komplikasi infeksi sekunder pada lesi kulit, dan juga dapat menyerang
ke paru (pneumonia), infeksi infeksi saluran telinga (otitis media akut).
Varisela dapat didiagnosis banding dengan herpes zoster namun karena dari
anamnesis pasien belum pernah mengalami sakit yang sama seperti ini sebelumnya dan
dari pemeriksaan fisik pada status dermatologis ditemukan gambaran lesi kulit yang
polimorf, tidak bergerombol, dan tidak terasa nyeri, maka herpes zoster dapat dieliminasi
sebagai diagnosis banding varisela. Pada herpes zoster, pasien sebelumnya sudah pernah
terpapar dengan VVZ dan gambaran lesi kulit berupa vesikel yang bergerombol, unilateral
sesuai dengan daerah persarafan saraf yang bersangkutan dan biasanya timbul di daerah
thorakal. Pada herpes zoster lesi dalam satu gerombol sama, sedangkan usia lesi pada satu
gerombol dengan gerombol lain berbeda.9
Tujuan pengobatan pada pasien ini adalah untuk memperpendek perjalanan penyakit
dan mengurangi gejala klinis yang ada, yaitu dengan pemberian anti virus yaitu asiklovir
5 x 800 mg/hari selama 7 hari, hal ini dimaksudkan untuk menekan atau menghambat
replikasi dari virus varisela zoster, analgetik dan antipiretik parasetamol 3 x 500 mg/hari
jika demam, topikal yaitu bedak salisil 2% diberikan dengan maksud untuk
mempertahankan vesikel agar tidak pecah dan asiklovir 2 kali aplikasi/hari karena sudah
menyebar terlalu banyak sehingga perlu dikombinasikan obat topikal dan pemberian
imunostimulan tab 1x1 untuk meningkatkan daya tahan tubuh.2,5,9
Pasien disarankan agar istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi, menjaga
kebersihan tubuh, dan tidak memecahan vesikel. Pasien kemudian dianjurkan untuk
kontrol dipoliklinik kulit dan kelamin 7 hari kemudian. Hal-hal diatas bertujuan untuk
memperbaiki daya tahan tubuh pasien, mencegah terjadinya infeksi sekunder, mencegah
terjadinya komplikasi dan munculnya jaringan parut serta untuk mengetahui
perkembangan penyakitnya.2
Prognosis umumnya baik, bergantung pada kecepatan penanganan dan kemungkinan
komplikasi yang dapat terjadi, diantaranya infeksi sekunder, dan lesi hiperpigmentasi.

22
Menjelaskan kepada pasien penyakit ini dapat sembuh dan dapat bila kambuh kembali
menjadi herpes zooster jika imunitas penderita menurun. Sehingga penderita diharuskan
menjaga kesehatan.
Pada pasien ini prognosis Quo ad vitam adalah bonam karena penyakit ini tidak
mengancam jiwa, sebab dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi.
Prognosis Quo ad functionam adalah bonam karena fungsi bagian tubuh yang terkena tidak
terganggu. Prognosis Quo ad sanationam adalah bonam karena varisela merupakan
penyakit yang bersifat self-limiting disease dan tidak mengganggu kehidupan sosial
penderita, sebab penanganan yang cepat maka perjalanan penyakit dapat diperpendek.4,6,7

23
DAFTAR PUSTAKA

1. William D James, Timothy G Berger, Dirk M Elston. Editors. Varicella, In:Andrews’


Disease of the Skin: Clinical Dermatology, Tenth Edition. Philadelphia: W.B Saunders
Company. 2006. p 369-372
2. Handoko Ronny P., Penyakit Virus. In : Djuanda Adhi, Prof. Dr. Dr., editors. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 6 th ed. Jakarta : balai Penerbit FKUI : 2010. p. 115-116.
3. Sawitri, Dwi Murtiastutik, Evy Ervianty. Varisela, Pedoman Diagnosis dan Terapi
BAG/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UNAIR/RSU Dr. Sutomo. Surabaya,
2010. Hal 53-55.
4. Klaus; Goldsmith, Lowell A.; Katz, Stephen L.; Gilchrest, Barbara A.; Paller, Amy S.;
Leffel, David J,: Fitspatrick’s Dermatology in General Medicine, 7th Edition Volume One,
New York, Me Graw Hill Medical, 2008, P:4908-4935
5. Hiroshi S; Shimizu’s Textbook Of Dermatology, Hokkaido, 2007, P: 428-429
6. Djuanda, Adhi, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam (cetakan kedua 2011).
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2010.
7. Sterling JC, Kurtz JB. Viral Infection (Varicella and Zoster). In : Text book of
Dermatology, Rook/Wilkonsn/Ebing, 6th ed. Oxford : Blackwell Science, 2000 : 995-1095
8. Landow RK. Infeksi Virus dan Infeksi Seperti Infeksi Virus. Dalam : Kapita Selekta Terapi
Dermatologik. Jakarta : EGC, 1995 : 31-61
9. Martodiharjo S. Penatalaksanaan Klinik Herpers Zoster dan varisela. Dalam : Berkala Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya. 1993 : 45-53

24

Anda mungkin juga menyukai