Anda di halaman 1dari 26

A.

Protozoa Usus

Amoeba merupakan kelompok protozoa usus yang termasuk subfilum

Sarcodina, superklas Rhizopoda yang pada bentuk trofozoit, protoplasmanya tidak

dibungkus membran serta khas membentuk pseudopodia. Merupakan hewan yang

paling sederhana yang tersebar di seluruh dunia (kosmopolit). Kebanyakan hidup

bebas tetapi beberapa spesies bersifat parasit pada manusia. Amoeba yang hidup

bebas termasuk dalam family Amoebidae , sedangkan yang bersifat parasit termasuk

Endamoebidae, Calkins 1926. Family dari amoeba hidup bebas yang termasuk ke

dalam amoeba jaringan otak primer yaitu Vahlkampfiidae dan Acanthamoebidae.

Amoeba yang bersifat parasit di usus yaitu: Entamoeba, Endolimax dan

Iodamoeba. Parasit ini bergerak dengan pseudopodia, yaitu penonjolan yang tiba-tiba

dari ektoplasma yang diikuti dengan gerak ke arah yang dituju. Enkistasi biasanya

terjadi dalam usus besar. Dalam tubuh manusia semua amoeba bersifat komensal.

Kecuali Entamoeba histolytica yang dapat menjadi patogen. Pembiakan terjadi belah

pasang, baik pada stadium kista maupun trofozoit. Penularan hanya terjadi pada

bentuk kista matang, karena bentuk kista belum matang dan trofozoit mudah rusak

hancur oleh keasaman lambung serta enzim pencernaan makanan.

Siliata yang hidup pada usus manusia adalah Balantidium coli merupakan

kelompok protozoa yang termasuk phylum Cilliopora, pada stadium trofozoit

ditandai dengan penjuluran membran ektoplasma yang pendek menyerupai benang

disebut silia.
Flagelata yang dalam usus terdiri atas Embadomonas intestinalis,

Enteromonas hominis, Chilomastix mesnili, Giardia lamblia, Trichomonas hominis,

Dientamoeba fragilis penyebarannya bersifat kosmopolit

Penyakit oleh Protozoa usus Amoeba (Amebiasis)

Protozoa usus disebarkan oleh jalur fecal-oral dan memiliki kecenderungan

siklus hidup yang sama yaitu dari dua stadium kista dan trofozoit. Penyebaran fecal-

oral melibatkan penelanan makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh kista

matang. Setelah ditelan oleh hospes yang sesuai kista berubah bentuk menjadi

trofozoit dan memperlihatkan metabolisme aktif dan bergerak. Parasit mengambil

makanan dan melalui tahap pembelahan aseksual (beberapa trofozoit bereplikasi

dengan membentuk kista). Fungsi dinding kista melindungi dari kekeringan dan

lingkungan saat parasit tersebut dilepaskan dan merupakan pelindung selama kista

menunggu saat ditelan oleh hospes selanjutnya. Secara umum kondisi lingkungan

yang padat penduduk, hygiene dan sanitasi yang buruk akan memicu penyebaran.

Gambar 2.1. Siklus penyebaran Protozoa


Sumber : http://www .tulane.edu/wisar/protozoology/notes/intest/html
Amebiasis

Etiologi : Entamoeba histolytica (Schaudinn,1903)

Sinonim: Amoeba dysentriae, Entamoeba tetragena, Entamoeba dispar, Entamoeba

venaticurn

Hospes: manusia , bisa juga pada kera, anjing, kucing, babi serta tikus

Penyakit: seseorang mengandung Entamoeba histolytica dengan ataupun tanpa gejala

disebut amebiasis (WHO,1969)

Habibat: Terutama daerah caecum dan retrosigmoid

Morfologi

Entamoeba histolytica memiliki dua bentuk utama dan satu bentuk peralihan,

yaitu bentuk trofozoit (bentuk vegetatif/bentuk histolytica), bentuk prekista (bentuk

peralihan sebelum menjadi kista) dan bentuk kista

Gambar 2.2. Trofozoit Entamoeba histolytica


Endo (endoplasma), ecto (ektoplasma), vac (vakuola), ka (kariosom), nu (nukleus) dan psd
(pseudopodia)
Sumber : http://www .tulane.edu/wisar/protozoology/notes/intest/html
Bentuk tropozoit.

Dapat bergerak aktif, diameter 10-60 m, sebagian besar berukuran 15-30 m,

ektoplasma lebar, jernih, membias cahaya terpisah jelas dengan endoplasma,

pseudopodia tipis. Endoplasma bergranula halus kadang-kadang ditemukan sel darah

merah dengan berbagai tingkat kerusakan. Inti tunggal terletak eksentrik, pada

preparat yang tidak dipulas inti tampak samar-samar sebagai cincin berbutir halus.

Dengan pewarnaan hematoksilin besi membran inti jelas, sebelah dalamnya melekat

butir kromatin, sama besar, kariosom kecil letaknya di tengah inti. Trofozoit dalam

feses bertahan 5 jam pada suhu 37C, 16 jam pada suhu 25C dan 96 jam pada suhu

5C (Neva F.A dan Brown H.W, 1994)

Bentuk prekista

Bulat, tidak berwarna, lebih kecil dari trofozoit, lebih besar dari kista, tidak

mengandung makanan, pseudopodium dikeluarkan perlahan, tidak ada gerak progesif

Bentuk kista

Bentuk oval atau bulat, agak asimetrik, dinding halus, membias cahaya, tidak

berwarna, ukuran 10-20 m (rata-rata 12-13 m) jumlah inti 1,2 atau 4 buah. Kista

mati dalam 5 menit pada suhu 50 C, tidak tahan kering dan pembusukkan, dalam

feses tahan 2 hari pada suhu 37C, 62,5 hari pada 0 C (Neva F.A dan Brown H.W,

1994). Sekurang-kurang dapat bertahan 8 hari pada suhu 28-34 C, tetapi hanya

beberapa jam saja pada suhu 46-47 C dan kurang dari satu menit pada 52 C (Jones
dan Newton,1950). Kista dapat bertahan lebih lama pada suhu dingin, 40 hari pada 2-

6 C (Simitch petrovitch dan Chibalich,1954) dan dibawah titik beku daya tahan

berkurang. Jika makanan cair terkontaminasi Entamoeba histolityca kista bertahan

15 hari pada suhu 4 C dan 24 jam pada (-10 sampai -15 C) di dalam 4 ppm klor

bebas kista mati dalam 15-30 menit. Kista mati jika diberi klorida merkuri 0,04%,

fenol 1% dan formalin 5%

Gambar 2.3. Bentuk kista Entamoeba histolytica


Cb(kromatoid body), vac (vakuola), nu (inti)
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/file:Entamoeba_histolitica-01.jpg

Siklus hidup

Kista matang yang resisten merupakan stadium infektif, jika termakan

seseorang, akan tahan terhadap keasaman lambung. Di dalam usus halus karena

pengaruh zat pencernaan yang netral atau basa serta karena aktifitas amoeba akan

terjadi ekskistasi tempat dinding kista akan musnah dan keluar amoeba dalam

stadium metakista berinti empat yang akhirnya akan membelah diri menjadi empat

trofozoit muda.
Parasit akan terbawa isi usus untuk sampai pada usus besar. Di usus besar

terjadi penyerapan air sehingga di usus makin ke distal makin kental. Hal ini

menjadi ancaman bagi parasit sehingga berubah menjadi kista. Parasit yang secara

normal hidup komensal dalam rongga usus besar secara tiba-tiba dapat menjadi

patogen dan menginvasi jaringan. Bentuk patogen lebih besar dari bentuk komensal.

Bentuk amoeba yang kecil disebut bentuk minuta. Faktor yang merangsang invasi

antara lain bakteri (Streptobacillus) serta faktor makanan (banyak mengandung

karbohidrat dan kolesterol).

Gambar 2.4.. Siklus hidup Entamoeba histolytica


Sumber : http//en.wikipedia.org/wiki/entamoeba-histolityca
Epidemiologi

Parasit ini tersebar luas (kosmopolit), paling banyak di daerah tropis dan sub

tropis. Beberapa faktor mempengaruhi penyebaran penyakit ini berhubungan dengan

sanitasi yang kurang baik, kepadatan penduduk, makanan dan gizi yang kurang baik,

tingkat pendidikan dan social ekonomi yang rendah

Patogenesis

Entamoeba histolytica merupakan parasit patogen yang habitatnya dalam

caecum dan rectosigmoid (intestinal). Invasi dimulai melalui kripta mukosa usus

diikuti pembentukkan ulkus primer, dengan ciri ulkus bergaung, dapat sembuh

sempurna, meninggalkan bekas menetap atau menyebar pada lapisan mukosa dan

lapisan yang lebih dalam.

Diagnosis

Diagnosis klinis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan jika perlu

pemeriksaan radiologi dan sigmoidoskopi. Diagnosis klinis sulit ditegakkan karena

tidak spesifik. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan trofozoit atau

kista Entamoeba histolytica pada bahan pemeriksaan feses, pemeriksaan ini penting

dan harus dibedakan dengan parasit protozoa lain yang sering ditemukan keluar

bersama feses ataupun yang bukan parasit, harus dapat membedakannya dengan

Entamoeba coli dan makrofag, seringkali dari sediaan feses pada amebiasis

ditemukan Kristal Charcot-Leyden. Pada feses encer untuk pemeriksaan adanya

bentuk trofozoit dilakukan pemeriksaan langsung. Pada feses padat, biasanya untuk

pemeriksaan stadium kista, bila sulit ditemukan, baik bentuk trofozoit atau kista,
dicoba dengan metode konsentrasi. Bahan pengawet bila feses tidak langsung

diperiksa, feses disimpan dalam cairan fiksatif PVA (polivinil alkohol) atau MIF

(mertiolat iod formalin)

Untuk amoebik hati dan ekstraintestinal, tes serologi indirek hemaglutinasi

dengan titer lebih dari 128 (spesifisitas 99%) atau ELISA dengan titer lebih dari 40 U

(sensitifitas 95%).

Pencegahan

Dapat dilakukan dengan mengurangi sumber infeksi dengan mengobati

penderita amebiasis. Pendidikan kesehatan terutama menyangkut kebersihan, baik

hygiene perorangan atau sanitasi lingkungan, pengawasan sanitasi makanan, tempat

hidup/bekerja, pembuangan sampah, pembuangan feses, pemberantasan lalat, kecoa

sebagai vector mekanik yang dapat memindahkan kista pada makanan/minuman..

Amoeba usus apatogen

Entamoeba coli (Grassi 1879, Casagrandi dan Barbagali 1895)

Sinonim : Amoeba coli, Entamoeba hominis, Councilmania lafleuri

Morfologi : memiliki morfologi yang sangat mirip dengan E.histolytica ditemukan

dalam dua bentuk:

Bentuk vegetatif (trofozoit)

Besarnya 15-30 m, mempunyai inti entamoeba. Ektoplasma hanya tampak nyata

apabila pseudopodium terbentuk. Pseudopodium kecil, dibentuk perlahan, gerakan


lambat. Endoplasma mempunyai vakuola mengandung bakteri, bentuk ini tidak bisa

dibedakan dari bentuk minuta E. histolytica

Gambar 2.5. Entamoeba coli


Sumber: intestinal parasite morphology,
http//www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/frames/morphologytables/body/morph.fig.htm

Bentuk kista

Besarnya 10-31 m, dalam feses biasanya intinya 2 sampai 8, yang berinti 2 memiliki

vakuola glikogen yang besar. Benda kromatoid seperti jarum dengan ujung tajam.

Entamoeba coli tidak patogen, tetapi penting untuk dapat dibedakan dari Entamoeba

histolytica, hidup di kolon dan sekum

Gambar 2.6.. Bentuk kista Entamoeba coli


Sumber: intestinal parasite morphology,
http//www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/frames/morphologytables/body/morph.fig.htm
Entamoeba hartmani (Von Prowazek, 1912)

Bentuk vegetatif

Besarnya 4-12 m, memiliki satu inti entamoeba

Bentuk kista

Besarnya 5-10 m, berinti satu sampai empat, mempunyai benda kromatoid kecil

dan banyak

Gambar 2.7. Bentuk trofozoit dan kista Entamoeba hartmani (pewarnaan Trikrom)
Sumber: http//www.practicalscience.com/chart4.jpg

Iodamoeba butschlii (Von Prowazek 1912, Dobel 1919)

Bentuk vegetatif

Besarnya 6-25 m, ektoplasma tidak tampak, endoplasma mempunyai inti dan

banyak mengandung vakuola dan bakteri


Bentuk kista : besarnya 6-15 m, memiliki satu inti, vakuola glikogen yang

besar sehingga mendorong inti ke pinggir, biasanya hidup komensal dalam

caecum dan kolon, infeksi melalui menelan kista matang.

Gambar 2.8. Bentuk trofozoit (a) dan kista (b) Iodamoeba butschlii
Sumber: intestinal parasite morphology,
http//www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/frames/morphologytables/body/morph.fig.htm

Endolimax nana (Wenyon dan Oconnor 1917, Brug 1918)

Bentuk vegetatif

Besarnya 8-10 m (umumnya kurang dari 10 m), mempunyai inti, ektoplasma

tampak dalam keadaan diam, pseudopodia pendek, endoplasma mempunyai

vakuola dan mengandung bakteri.

Bentuk kista : besarnya 6-8 m, pada feses kista biasanya berinti 4, parasit

hidup sebagai komensal dalam rongga usus besar, cara infeksi dengan

menelan kista matang.


Gambar 2.9. Bentuk trofozoit (a) dan kista (b) Endolimax nana
Sumber: intestinal parasite morphology,
http//www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/frames/morphologytables/body/morph.fig.htm
Sumber:http//www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/frames/morphologytables/body/morph.fig.htm

Penyakit Oleh Cilliata Usus

Penyakit

Balantidiasis (balantidiosis, disentri balantidium, merupakan penyakit zoonotik)

Etiologi

Balantidium coli (Malmsten 1857, Sten 1862)

Sinonim : Balantidium suis

Habitat : Mukosa dan sub mukosa usus besar terutama caecum bagian terminal dan

ileum

Hospes : manusia, babi dan kera

Balantidium coli adalah satu-satunya siliata yang menginfeksi manusia.

Ditemukan di seluruh dunia, penyebaran dengan fecal-oral dan terdapat di daerah

tropis, prevalensi lebih dari 1%. Prevalensi pada babi 20-100%. Balantidiasis pada

manusia memicu peningkatan prevalensi pada penduduk , contohnya di Papua New


Guinea, babi merupakan hewan peliharaan sehingga prevalensi sampai 28%.

Penularan manusia ke manusia juga dilaporkan biasa terjadi pada pemukiman padat

penduduk, hygiene perorangan yang buruk, rumah sakit jiwa dan penjara.

Trofozoit :

- Warnanya kelabu, tipis, lonjong berbentuk seperti kantung ( balantidium= kantung

kecil), ukuran panjang 50-200 m dan lebar 40-70 m.

- Silia tersusun longitudinal dan spiral sehingga arah pergerakkan melingkar

- Sitostoma sebagai mulut terletak di daerah peristoma yang bersilia panjang

berakhir pada sitopige sebagai anus sederhana

- Terdapat dua vakuola kontaktil, dua nukleus (makro dan mikronukleus).

Makronukleus berbentuk seperti ginjal berisi kromatin sebagai nukleus

vegetatif/somatik. Mikronukleus banyak mengandung DNA terletak pada bagian

konkaf makronukleus, sebagai nukleus generatif/seksual.

Kista.

Berwarna hijau, bening, lonjong, memiliki dinding rangkap. Ukuran 45-75 m,

terdapat makronukleus, vakuola kontraktil dan silia


A B

Gambar 2.10. (A) Gambaran trofozoit dan kista Balantidium coli: cy=sitostoma,
man=makronukleus, min= mikronukleus, cv=contractile vacuola, cw- cyst wall (B)Trofozoit
Balantidium coli
Sumber: http://www .tulane.edu/wisar/protozoology/notes/intest/html

Siklus hidup.

Kista merupakan stadium infektif terhadap penyebaran balantidiasis (1).

Hospes hampir seluruhnya terinfeksi kista dengan cara menelan kista melalui

makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan kista (2). Setelah ditelan terjadi

ekskistasi dalam usus halus dan trofozoit membentuk koloni di usus besar (3).

Trofozoit menetap dalam lumen usus besar manusia dan hewan dan memperbanyak

diri dengan belah pasang transversal dan konjugasi (4). Trofozoit mengalami

enkistasi untuk menghasilkan kista infektif (5). Beberapa trofozoit masuk ke dalam

dinding usus besar dan bereplikasi, beberapa kembali ke lumen dan hancur, kista

matang keluar bersama feses .


Gambar 2.11. Siklus hidup Balantidium coli
sumber : http://pathmicro.med.sc.edu/parasitology/intest-protozoa.htm

Epidemiologi

Kosmopolit, paling banyak pada daerah dengan iklim panas. Pada manusia

frekuensi rendah, pada babi (63-91%). Menurut Neva F.A dan Brown H.W (1994)

terdapat dua spesies yang berbeda, Balantidium coli yang dapat ditularkan pada

manusia dan Balantidium suis tidak dapat ditularkan pada manusia.

Gejala penyakit

Asimptomatik dan dapat sembuh sendiri, secara klinis dibagi menjadi infeksi

sedang, akut dan kronis.

- Infeksi sedang dan akut


Gejala sama dengan amoebiasis usus yaitu diare, disentri, kolik abdomen,

mual, muntah. Feses encer mengandung lendir, nanah dan darah, defekasi

sehari 6-15 kali

- Infeksi kronik

Diare hilang timbul disertai konstipasi, nyeri pada kolon dan anemia

Diagnosis dan Pengobatan.

Menemukan parasit dalam feses, bentuk trofozoit pada feses encer dan kista

pada feses padat. Sigmoidoskopi dapat dilakukan untuk melihat ulkus (parasit jarang

terdapat pada isi ulkus, terdapat pada dinding dan dasar ulkus). Pengobatan dengan Di-

iodohidroksiquinolin (di-iodoquin), Klor tetrasiklin atau metronid

a Penyakit oleh Flagelata usus

Giardiasis

Etiologi: Giardia lamblia (Stiles 1915)

Sinonim: Cercomonas intestinalis, Lamblia intestinalis, Giardia enteric, Giardia

intestinalis, Megastoma entericum

Penyakit : Giardiasis, giardosis atau lambliasis, merupakan penyakit zoonotik

terutama menyerang anak-anak berumur 6-10 tahun.

Habitat : Duodenum, jejunum bagian atas, saluran empedu, kandung empedu. Parasit

melekat pada mukosa usus, terjadi inflamasi ringan. Kegiatan mekanik dan toksik

akan menganggu penyerapan vitamin A dan lemak.


Morfologi dan siklus hidup

Bentuk trofozoit

Berbentuk seperti jambu monyet, tapi pipih dorsoventral

Ukuran (9-12) x (5-15) m dan tebalnya 2-4 m

Bagian anterior merupakan batil isap, inti dua buah, Flagel 4 pasang (2 aksostil

dan 2 benda parabasal). Berkembang biak dengan belah pasang longitudinal

Gambar 2.12 Trofozoit Giardia lamblia


(AD=batil isap, k=kariosom, Nu=inti, Ax=aksonema, fg=flagel, MB=benda parabasal)
Sumber : http://www .tulane.edu/wisar/protozoology/notes/intest/html
Kista.

Ukuran (8-12) x (7-10) m

Bentuk lonjong, inti 2 sampai 4 terletak pada satu kutub

Dalam endoplasma tampak sisa organel yang terdapat pada bentuk vegetative

Gambar 2.13. Kista Giardia lamblia


sumber : http://pathmicro.med.sc.edu/parasitology/intest-protozoa.html

Siklus hidup
Gambar 2.14. Siklus hidup Giardia lamblia
Sumber: http://pathmicro.med.sc.edu/parasitology/intest-protozoa.htm

Gejala klinik

Umumnya tidak menimbulkan gejala klinik yang berarti, kalaupun ada

biasanya terjadi pada anak-anak, terjadi enteritis akut dan kronis. Pada diare kronik

feses berlemak (steatorrhea) diselingi obstipasi kadang-kadang encer, sakit perut, ulu

hati, perut kembung, feses berlendir dan mengandung darah. Pada orang dewasa

hampir tidak berarti secara klinik.


Diagnosis

Diagnosis dengan pemeriksaan feses ditemukan stadium kista dan trofozoit.

Dengan cara pembuatan Wet mount menggunakan larutan garam fisiologis atau

lugol,metode konsentrasi menggunakan larutan formalin-etil-asetat, pewarnaan

hematoksilin, trikrom. Spesimen feses harus diperiksa sebelum satu jam setelah

pengambilan atau diberi pengawet polivinil alkohol 10%

b Penyakit oleh Sporozoa Usus

Coccidiosis

Etiologi: Isospora belli (Wenyon, 1923)

Habitat : usus halus, tetapi tidak diketahui tempat yang tepat. Ookista Isospora belli

pernah di dapat di jejunum dan duodenum, parasit ini belum dapat dibiakan.

Jarang terjadi pada manusia, penularan melalui makanan dan minuman yang

ditularkan melalui tangan ke mulut, patogenitas rendah, asimptomatik dan tidak

memerlukan pengobatan, hanya membutuhkan makanan yang lunak dan istirahat.

Cryptosporidiosis

Cryptosporidiosis merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh

Cryptosporidium spp yang hidup di tanah, air dan makanan, penularan dapat terjadi

dengan menelan parasit. Gejala klinik yang timbul selain diare yang encer, diikuti

oleh dehidrasi, kehilangan berat badan, sakit perut, demam, mual dan muntah. Pada

umumnya orang yang terinfeksi tidak memerlukan pengobatan, kecuali pada orang
dengan penyakit system imun yang lemah seperti pada AIDS. Untuk pencegahan

infeksi dengan hygiene perorangan yang baik, mencuci tangan sebelum makan

demikian pula buah dan sayuran sebelum dikosumsi.

Diagnosis yang spesifik untuk Cryptosporidium pavum menggunakan teknik

(polymerase chain reaction) PCR, untuk mendeteksi adanya Cryptosporidium pavum

di lingkungan dan spesimen hewan, akan tetapi dapat pula dilakukan pemeriksaan

langsung.

igure 9

Teknik Pemeriksaan Protozoa Usus

Spesimen feses yang diduga kemungkinan mengandung protozoa, memiliki

ciri khas sebagai berikut:1

Secara makroskopis

Tinja bersifat asam (acid)

Bau busuk (foul smelling)

Lendir (mucus) lebih sedikit dibandingkan disentri basiler dan tidak terlalu

lengket

Dapat disertai darah (pada feses padat kadang tidak disertai darah)

Nanah lebih sedikit dibandingkan dengan disentri basiler

Secara mikroskopis
Akan banyak ditemukan banyak bakteri, pada Entamoeba histolytica yang

mengandung eritosit, eritrosit akan membentuk rouleaux, kadang-kadang

ditemukan Kristal Charcot-Leyden tetapi tidak spesifik untuk disentri amoeba.

Pemeriksaan protozoa usus secara langsung:

1. Wet Preparation

a) Tujuan : untuk melakukan pemeriksaan secara cepat, bentuk trofozoit dan kista

b) Species: untuk feses encer (trofozoit) dan feses keras (kista)

c) Reagen :

Eosin 2% (untuk trofozoit)

Lugol (2% larutan Iodium + 3% larutan Kalium Iodida)

d) Cara kerja:

Dengan menggunakan lidi, feses diambil sebesar kacang polong dan diletakkan di

atas kaca objek yang bersih dan kering, Dibubuhi larutan NaCl 0.85%, eosin 2%

atau lugol, diratakan menggunakan lidi, kemudian ditutup dengan kaca penutup,

periksa dibawah mikroskop

2. Pewarnaan Trikrom

Sumber : Ash, Lawarence dan Thomas Orihel. Atlas of Human Parasitology. ASCP. 4th.Ed

1997.
Prinsip pemeriksaan:

Dengan pewarnaan permanen pada spesimen feses ntuk mendeteksi protozoa usus.

Protozoa yang berukuran kecil yang tidak dapat dilihat pada pemeriksaan wet mount

dapat dilihat dengan teknik pewarnaan teknik Trikrom Wheatley untuk spesimen

feses merupakan modifikasi teknik pewarnaan jaringan Gomori.

Spesimen

Feses segar atau diberi pengawet PVA/MIF, formalin 10%. Dibuat preparat di atas

kaca objek kemudian dikeringkan atau dihangatkan pada 60C.

Reagen

Reagen yang diperlukan :

1. Alkohol 70% ditambah iodine, disiapkan larutan stok dengan penambahan

iodine kristal ke dalam alkohol sampai didapat warna gelap. Apabila akan

digunakan diencerkan dengan alkohol 70% sampai berwarna coklat kemerahan

atau seperti teh

2. Alkohol 70%

3. Zat warna trikrom (dapat dibeli larutan jadi)

4. Asam alkohol 90% ( 99.5 ml etanol : 0,5 ml asam asetat glacial )

5. Etanol 95% dan Etanol 100%

6. Xilol
Cara Kerja:

1) Untuk sediaan dari PVA, genangi dengan alkohol 70%+iodine selama 10

menit

2) Preparat direndam dalam etanol 70% selama 5 menit

3) Kemudian direndam dalam etanol 70% kedua selama 3 menit

4) Direndam dalam zat warna trikrom selama 10 menit

5) Lunturkan dengan etanol 90%+asam asetat selama 1-3 menit

6) Dicuci beberapa kali dengan etanol 100%

7) Rendam dalam dua kali etanol 100% masing-masing 3 menit

8) Direndam dalam xilol selama 10 menit

9) Kemudian tempelkan

10) Preparat diamati dengan mikroskop menggunakan lensa objektf 100x

Interpretasi

Sitoplasma: berwarna biru kehijauan disertai ungu. Kromatin inti, benda

kromatoid, eritrosit dan bakteri berwarna merah atau merah lembayung. Latar

belakang berwarna hijau sampai kebiruan. Ragi : hijau atau merah.

3. Metoda modifikasi Mertiolat-Iodine-Formalin (MIF).1

Tujuan : untuk mendeteksi kista amoeba dan lamblia dalam feses

Reagen

Reagen yang digunakan disimpan dalam botol coklat

Larutan I Larutan II
Aquadest 250 ml Lugol 5% harus baru (tidak boleh
Tincture of mertiolat (thimerosal) 200 ml disimpan lebih dari 3 minggu)
Cara kerja:

1. 5 ml larutan dasar I ditambahkan dengan 0,5 ml lugol

2. 0,5 gram feses dimasukkan kedalamnya kemudian diaduk sampai homogen

3. Disaring dengan dua lapis kain kassa, dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge

4. Ditambahkan 7 ml eter dingin (4C)

5. Tabung di tutup rapat dengan sumbat karet dan dikocok keras-keras sampai

homogen. Sumbat karet dilepas dan biarkan selama 2 menit. Kemudian

disentrifuge selama 1 menit 1500-3000 rpm

6. Supernatant dibuang endapan diambil menggunakan pipet, ditaruh di atas kaca

objek

7. Dilihat dibawah mikroskop


4. Metode Formol ether Ritchie

Kurang lebih 1 gram feses dibuat emulsi menggunakan 7 ml 10% formol-saline

Disaring melalui saringan kawat ke dalam tabung sentrifuge. Ditambahkan 3 ml ether

dan dikocok keras selama 1 menit, kemudian disentrifuge 2000 rpm selama 2 menit

kemudian dibiarkan tenang. Supernatan dibuang kemudian sisa endapan dikocok dan

diletakan di atas kaca objek kemudian periksa di bawah mikroskop

Anda mungkin juga menyukai