Ciri tubuh
- Bersel satu
- Berukuran mikroskopis 10-200ηm
- Bentuk sel bervariasi ada yang tetap ada yang berubah-ubah
- Sebagian besar memiliki alat gerak
- Struktur tubuh umumnya tersusun atas membrane sel, sitoplasma, vakuola makanan,
vakuola kontraktil, dan inti sel
Cara hidup
Heterotrof : memangsa bakteri atau protista lain, memakan sampah organisme
Habitat
Habitatnya ada di tanah, di perairan air laut maupun tawar, hidup di dalam tubuh
manusia atau hewan dengan bersimbiosis
Reproduksi
- Aseksual dengan pembelahan biner
- Seksual dengan konjugasi
9. “Protozoa, in contrast to worms, multiply in their hosts, so disease can result from
infection initiated by only a few organism”. Jelaskan yang dimaksud dengan
kalimat tersebut sesuai pengertian anda!
“Protozoa, berbeda dengan cacing, berkembang biak di inangnya, sehingga penyakit
dapat disebabkan oleh infeksi yang dipicu oleh hanya beberapa organisme”
Pengaruh parasit terhadap inang meliputi kerusakan mekanis, penembusan sel inang
melalui migrasi, kompetisi nutrisi esensial, toksin, dan imunosupresi. Selain oleh kait dan
gigi di bagian mulut parasit, kerusakan mekanis oleh parasit terhadap inang juga
disebabkan oleh pengaruh penyumbatan (pemblokiran). Sebagai contoh, infeksi berat
oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides pada anak-anak, dapat menyumbat usus halus
dan besar. Migrasi parasit sepanjang jaringan tubuh inang untuk menembus ke dalam sel
inang, baik menggunakan gigi maupun kait dan/atau sekresi enzim proteolitik dapat
menyebabkan kerusakan fisik. Kerusakan fisik dapat berupa pecahnya sel inang
11. Jelaskan jenis hospes, siklus hidup, stadium infektif, cara penularan, habitat dalam
tubuh, cara pencegahan amebiasis!
Jenis hospes : Manusia
Siklus hidup
Bentuk infektif Entamoeba histolytica adalah kista, melalui berbagai cara setelah
tertelan kista, usus atau ileum manusia mengalami ekskistasi di ileum bagian bawah
selanjutnya kista berubah menjadi trofozoit, trofozoit memperbanyak diri dengan cara
membelah. Trofozoit selanjutnya mengalami enkistasi yaitu merubah diri menjadi
bentuk kista, kista dikeluarkan bersama tinja sehingga bentuk kista dan trofozoit
ditemukan dalam tinja, namun trofozoit biasanya dite mukan pada tinja yang cair.
Entamoeba histolytica bersifat invasive, sehingga trofozoit mampu menembus dinding
usus dan kemudian beredar dalam sirkulasi darah.
Melalui konsumsi air yang tidak higienis, atau makan makanan yang telah
terkontaminasi. Serangga seperti lalat, nyamuk, dan jenis lainnya juga beresiko penyalur
parasite. Mereka mudah menyerang orang dengan daya tahan tubuh yang lemah.
12. Jelaskan kondisi patologi dan gejala klinis yang disebabkan oleh amebiasis
intestinal (usus) dan amebiasis ekstraintestinal (selain usus)!
Intestinal =
- Akut
- Kronis
- Tidak jelas
Ekstra Intestinal =
- Hati
- Paru
- Otak
13. Sebutkan stadium dan ciri-ciri Giardia lamblia!
Giardia lamblia mempunyai dua bentuk yaitu bentuk trofozoit dan kista. Meskipun
trofozoit ditemukan di dalam tinja tetapi trofozoit tidak dapat hidup di luar tubuh
manusia. Kista adalah bentuk infeksius G.lamblia yang resisten terhadap berbagai macam
gangguan di luar pejamu dan dapat bertahan hidup selama sebulan di air atau di tanah.
Tropozoit Giardia lamblia berbentuk bilateral simetris seperti buah jambu monyet,
bagian anterior tampak membulat dan bagian posterior meruncing. Ukuran panjangnya
10-20 mikron dengan diameter 7-10 mikron. Di bagian anterior terdapat sepasang inti
berbentuk oval. Di bagian ventral anterior terdapat dua batang batil isap (parabasal)
berbentuk seperti cakram cekung yang berfungsi untuk perlekatan di permukaan sel
epithel usus. Tropozoit mempunyai 8 flagel, sehingga bersifat motil. Giardia lamblia
tidak mempunyai mitokondria, peroxisome, hydrogenisomes, atau organel subseluler lain
untuk metabolisme energi. Kista Giardia lamblia berbentuk oval berukuran 8-12 mikron
dan mempunyai dinding yang tipis dan kuat dengan sitoplasma berbutir halus. Kista yang
baru terbentuk mempunyai dua inti sedangkan kista matang mempunyai empat inti dan
terletak di satu kutub.
14. Jelaskan jenis hospes, siklus hidup, stadium infektif, cara penularan, habitat dalam
tubuh, cara pencegahan giardiasis!
Manusia merupakan hospes alami dari Giardia lamblia, penyebab giardiasis. Siklus
hidupnya yaitu dimulai dari makanan, minuman, dan air yang terkontaminasi dengan
Giardia lamblia tertelan Giardia lamblia akan masuk ke dalam tubuh stadium kista
dari Giardia lamblia akan menetaskan 2 trofozoit, lalu memperbanyak diri trofozoit
akan menempel di sel epitel cembung/dinding mukosa usus halus dengan bantuan
sucking disc (untuk melawan gerak peristaltik usus) trofozoit berkoloni dan tinggal di
saluran empedu untuk menghindari keasaman dari duodenum trofozoit yang tidak
menempel di dinding mukosa usus halus akan mengalami enkistasi di kolon, karena
lingkungan yang kurang baik akan dieksresikan kolon yang berbentuk padat (jika
Giardia lamblia berada dalam stadium bentuk kista) atau cair (yang membuktikan bahwa
feses tersebut mengandung banyak Giardia lamblia dalam stadium trofozoit).
Fase infeksi akan terjadi ketika teringesti telah berbentuk kista. Gejala klinis yang dapat
dimunculkan akibat infeksi protozoa jenis ini antara lain diare berkepanjangan,
ketidaknyamanan epigastrik, anoreksia, dapat disertai demam ringan hingga rasa nyeri.
Cara penularannya adalah melalui makanan/minuman yang telah terpapar oleh
G.Lamblia. Habitat dalam tubuh manusia yaitu pada rongga usus halus, duodenum, dan
terkadang pada saluran dan kantung empedu. Upaya pencegahannya adalah dengan
meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan terutama kebersihan makanan dan
makanan/minuman hendaknya sudah terproses secara sempurna. Serta tidak sembarang
memasukkan tangan ke mulut jika belum bersih, lakukan langkah-langkah mencuci
tangan yang tepat.
Penularannya secara umum melaui kontak langsung dapat melalui berhubungan seksual
dalam stadium tripozoid, lap mandi, handuk, toilet duduk, hingga melalui ibu yang terinfeksi
terhadap anak saat persalinan. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga
sanitasi dan kebersihan diri serta perlengkapan mandi. Hindari penggunaan lap mandi dan
handuk secara bersama, serta penggunaan toilet duduk umum.
Yang diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronik. Pada kasus akut
terlihat sekret vagina seropurulen berwarna kekuning-kuningan, kuning-hijau, berbau tidak
enak (malodorous), dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Kadang-
kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang tampak sebagai
granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai "strawberry appearance" dan disertai gejala
dispareunia, perdarahan pascacoitus, dan perdarahan intermenstrual. Bila sekret banyak yang
keluar dapat timbul iritasi pada lipat paha atau di sekitar genitalia eksterna. Selain vaginitis
dapat pula terjadi uretritis, bartholinitis, skenitis, dan sistisis yang pada umumnya tanpa
keluhan. Pada kasus yang kronik gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya tidak
berbusa.
Pada laki-laki yang diserang terutama uretra, kelenjar prostat, kadang-kadang preputium,
vesikula seminalis, dan epididimis. Pada umumnya gambaran klinis lebih ringan
dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut gejalanya mirip uretritis nongonore, misalnya
disuria, poliuria, dan sekret uretra mukoid atau mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi
kadang-kadang ada benang-benang halus. Pada bentuk kronik gejalanya tidak khas yaitu
gatal pada uretra, disuria, dan urin keruh pada pagi hari.
21. Jelaskan jenis hospes definitif, hospes perantara, siklus hidup, habitat dalam tubuh.
Sebutkan cara penularan dan pencegahan toksoplasmosis berdasarkan masing –
masing stadium yang menginfeksi!
Hospes definitif : kucing dan binatang sejenisnya (felidae)
Hospes perantara : manusia, mamalia lainnya, dan burung
Siklus hidup :
Secara garis besar, siklus hidup T. Gondii terbagi atas dua siklus, yaitu seksual
(schizogoni) dan aseksual (gametogoni). Kedua siklus hidup ini terjadi pada inang
definitif (famili Falidae), sedangkan pada inang perantara (burung, mamalia termasuk
manusia) hanya terjadi siklus hidup secara aseksual. Siklus hidup seksual terjadi karena
adanya peleburan gamet yang masing–masing berisi kromosom haploid, sedangkan pada
siklus aseksual hanya terjadi pembelahan vegetatif, yaitu organisme berkembang dengan
membelah diri.
Perkembangan T. Gondii pada inang definitif terjadi di enteroepitelial dan
ekstraintestinal. Adapun pada mamalia dan inang antara lainnya, protozoa ini hanya
mengalami stadium aseksual di enteroepitelial dan ekstraintestinal. Adanya bentuk
enteroepitelial mengindikasikan bahwa siklus hidup terjadi dalam sel epitel usus,
sedangkan bentuk ekstaintestinal menunjukkan adanya siklus hidup di luar sel epitel usus.
Di dalam sel epitel usus induk semang definitif, protozoa mengalami proliferasi
dan membentuk oosista yang dikeluarkan bersama feses kucing. Dalam inang perantara
terdapat dua stadium T. Gondii, yaitu takizoit yang dapat menimbulkan infeksi akut dan
bradizoit yang berada di dalam sista jaringan inang serta akan menetap seumur hidup atau
dormant di dalam sel inang. Bradisoit atau sporozoit yang tahan terhadap pH asam dan
enzim pencernaan akan masuk ke dalam sel–sel epitel usus dan beberapa jam kemudian
menjadi takizoit. Selanjutnya, enterosit atau limfosit intra epitel usus halus diinvansi oleh
takizoit dan kemudian menembus lamina propria dan pada akhirnya menginvansi sel– sel
lain di sekitarnya.
Habitat dalam tubuh : otak, otot jantung, dan otot bergaris
Cara penularan :
Bentuk infektif dari T. Gondii adalah takizoit atau tropozoit yang terdapat dalam
cairan tubuh, bentuk kedua adalah bradizoit atau sista yang terdapat di dalam jaringan
dan bentuk ketiga adalah sporozoit yang terdapat di dalam oosista. Bentuk sista banyak
ditemukan pada organ terutama otak, otot skelet, dan jantung. Cacing tanah, kecoa, dan
tikus dapat berperan sebagai sumber penular toxoplasma tanpa kehilangan virulensinya.
Penyebaran toksoplasmosis dapat disebabkan karena pola hidup yang kurang higenis,
seperti kebiasaan makan dengan tangan dan makan daging setengah matang yang
mengandung sista, tertelannya oosista infektif atau infeksi transplasenta dari induk ke
fetus. Penularan dapat juga terjadi melalui transfusi darah (tropozoit), transplantasi organ
atau cangkok jaringan (tropozoit, sista), dan kecelakaan di laboratorium yang
menyebabkan T. Gondii masuk ke dalam tubuh atau tanpa sengaja masuk melalui luka.
Hewan lain sebagai inang perantara seperti burung, ayam, tikus, anjing, domba, kambing,
dan sapi berpotensi untuk menularkan toksoplasmosis ke manusia. Faktor resiko yang
dapat meningkatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain kebiasaan makan
sayuran mentah dan buah–buahan yang dicuci kurang bersih, kebiasaan makan tanpa cuci
tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan tanpa
ditutup sehingga membuka jalan terjadinya kontaminasi ookista.
Cara pencegahan :
- Mencuci tangan sebelum makan dengan sabun
- Mencuci bersih sayuran mentah, buah – buahan, dan lalapan
- Berkebun sebaiknya menggunakan sarung tangan
- Anak–anak setelah bermain pasir atau tanah harus mencuci tangan dengan sabun
- Mencegah kontaminasi makanan dengan lalat dan kecoa, usahakan makanan
selalu ditutup
- Membiasakan diri selalu mencuci tangan dengan sabun setelah kontak dengan
semua bahan yang mungkin tercemari oleh ookista seperti daging, buah, dan
sayur.
- Ibu–ibu pemilik kucing yang kebetulan sedang mengandung sebaiknya jangan
membersihkan tempat kotoran kucing dan jangan membersihkan daging atau
jeroan yang akan dimasak
- Tinja kucing dibakar atau diberi antiseptic (tidak lebih dari 1–2 hari)
- Kucing peliharaan sebaiknya diberi makanan matang, untuk memotong siklus
hidup T. Gondii
- Kepada pemilik hewan tertutama kucing hendaknya memeriksakan hewannya ke
dokter
DAFTAR PUSTAKA
Soewondo ES. Amebiasis dalam Buku Ajar llmu Penyakit Dalam, Jilid Ill, Edisi lV, Pusat
Bintari, R., Hoedojo, N.S. Djakaria, S.D. Soeprihatin, S.S. Margono, S. Oemijati, S.
Gandahusada,
Herbowo, Agus Firmansyah. 2003. Diare Akibat Infeksi Parasit. Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4,
Maret
2003.
Herbowo, Agus Firmansyah. 2003. Diare Akibat Infeksi Parasit. Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4,
Maret
2003.
Garcia, L.S,& Bruckner, D.A, 1996. Diagnostik parasitologi kedokteran. Jakarta: EGC.
Makimian. R.
Sutrisno, Wanda Joko. 2017. Identifikasi Trichomonas Vaginalis dari Urin PSK di Daerah RRI,
Banjarsari, Surakarta. Karya Tulis Ilmiah : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia
Budi.
Departemen Parasitologi, FKUI, 2008. Buku Ajaran Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat.
www.sridianti.com
www.academia.edu
https://bobo.grid.id/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Trikomoniasis
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Toksoplasmosis
https://www.slideshare.net/birosmsFAunbrah/p-petri-malaria
https://www.slideshare.net/viviyunisa/toxoplasma-gondii-13897798
http://wiki.isikhnas.com/images/2/23/Penyakit_TOXOPLASMOSIS.pdf