Anda di halaman 1dari 20

1. Sebutkan ciri-ciri protozoa!

 Ciri tubuh
- Bersel satu
- Berukuran mikroskopis 10-200ηm
- Bentuk sel bervariasi ada yang tetap ada yang berubah-ubah
- Sebagian besar memiliki alat gerak
- Struktur tubuh umumnya tersusun atas membrane sel, sitoplasma, vakuola makanan,
vakuola kontraktil, dan inti sel
 Cara hidup
Heterotrof : memangsa bakteri atau protista lain, memakan sampah organisme
 Habitat
Habitatnya ada di tanah, di perairan air laut maupun tawar, hidup di dalam tubuh
manusia atau hewan dengan bersimbiosis
 Reproduksi
- Aseksual dengan pembelahan biner
- Seksual dengan konjugasi

2. Jelaskan klasifikasi protozoa!


Klasifikasi protozoa
 Berkembang biak dengan membelah diri dan seksual/generative
- Protoplasmanya berubah-ubah
 Rhizopoda/sarcodina (kaki semu/pseudopodia)
Contoh : Amoeba proteus (hidup bebas) yang merugikan Entamoeba
histolitica penyebab disentri, Entamoeba coli menyebabkan pembusukan dan
pembentukan vitamin K, Foraminifera sebagai petunjuk minyak bumi,
Radiolaria sebagai alat gosok
- Protoplasmanya relatif tetap
 Flagellata/mastigophora (flagel/mastrin/bulu cambuk)
Contoh : Noctiluca menyebabkan laut bercahaya pada waktu malam,
Trypanosoma cruzi (anemia/chagas), Trypanosoma gambiense (penyakit
tidur), Trypanosoma rhodesiense (penyakit tidur), Leismania donovani (kata
azar), Giardia lambia (diare), Trypanosoma evansi (penyakit surah pada
ternak), Trypanosoma brucei (penyakit nagano pada ternak)
 Cilliata/influsoria (cilia/rambut getar).
Contoh : Paramecium caudatum, Didinium (pemangsa paramecium), Stentor
(bentuk seperti terompet), Vorticella (seperti lonceng), Balantidium coli (sakit
perut balantidiasis)
 Berkembang biak dengan spora seksual/generative
- Spora (tidak ada alat gerak)
Contoh : Plasmodium falciparum (malaria tropika masa sporulasi tidak tentu),
Plasmodium vivax (malaria tertian masa sporulasi 48 jam), Plasmodium malariae
(malaria quartana masa sporulasi 72 jam)

3. Sebutkan beberapa spesies dari masing-masing klasifikasi yang menyebabkan


penyakit pada manusia!
 Rizhopoda
Entamoeba holistyca menyebabkan disentri amuba
Entamoeba gingivalis menyebabkan pembusukan di dalam mulut radang gusi
(Gingivitis)
 Flagellate
Trypanosoma gambiense (penyakit tidur), Trypanosoma rhodesiense (penyakit tidur),
Leismania donovani (kata azar), Giardia lambia (diare)
 Cilliata
Balantidium coli (sakit perut balantidiasis)
 Spora
Plasmodium falciparum (malaria tropika masa sporulasi tidak tentu), Plasmodium
vivax (malaria tertian masa sporulasi 48 jam), Plasmodium malariae (malaria
quartana masa sporulasi 72 jam)

4. Jelaskan morfologi protozoa stadium trofozit dan kista!


 Morfologi stadium trofozit
- Disebut juga bentuk vegetative atau proliferative
- Ukuran 18-40 µ
- Bentuk tidak tetap
- Sitoplasma berisi eritrosit, lekosit, dan sisa jaringan
- Inti : bulat, 4-6µ, kariosom semtral, butir kromatin pada selaput inti halus dan rata
- Dapat bergerak aktif
- Berbiak secara belah pasang
- Pada umumnya tidak resisten terhadap perubahan lingkungan
 Morfologi stadium kista
- Resisten
- Merupakan bentuk infektif
- Bulat
- 6-9µ: minutaform
- 12-15µ: magnataform
- Inti : 1-4

5. Jelaskan cara-cara protozoa bergerak!


Alat pergerakan utama yakni flagela, silia, pseudopodia.
 Silia
Silia bergerak maju mundur, dengan kibasan yang saling bergantian. Secara garis
besar mekanisme gerakan silia ada dua yang perlu diketahui yaitu: sembilan tubulus
ganda dan dua tubulus tunggal. Satu sama lain saling dihubungkan oleh kompleks
protein yang menggandakan ikatan silang. Silia berfungsi sebagai alat gerak,
pengambil makanan, maupun sebagai penerima rangsang.
 Flagella
Flagella gerakkannya berombak-ombak yang mirip dengan ular yang menggerakkan
sel dalam arah yang sama.
 Pseudopodia
Pseudopodia atau kaki semu merupakan salah satu alat gerak dari protozoa, kaki
semu ini merupakan pejuluran dari protoplasma sel.
6. Jelaskan perbedaan binary fission dan schizogony!
 Binary fission
Pembelahan biner atau binary fission adalah cara berkembang biak protozoa secara
aseksual atau vegetative. Pembelahan biner yaitu pembelahan yang diawali dengan
pembelahan inti dan diikuti pembelahan sitoplasma, kemudian menghasilkan sel baru.
Pembelahan biner terjadi pada Amoeba, Paramaecium, Euglena. Paramaecium
membelah secara membujur/memanjang setelah terlebih dahulu melakukan
konjugasi. Euglena membelah secara membujur/memanjang (longitudinal).
 Schizogony
Schizogony merupakan cara perkembangbiakan protozoa secara seksual atau
generative. Perkembangbiakan ini dengan cara peleburan inti sel pada organisme
yang belum jelas alat kelaminnya. Pada Paramaecium mikronukleus yang sudah
dipertukarkan akan melebur dengan makronukleus, proses ini disebut singami.

7. Jelaskan reproduksi seksual pada protozoa!


Pada pembiakan seksual, dibentuk sel kelamin yaitu makrogametosit dan mikrogamet
yang setelah belah reduksi menjadi makrogamet dan mikrogamet. Setelah terbentuk zigot
(zygosis= menjadi satu), lalu membentuk ookinet lalu menjadi ookista yang di dalamnya
terbentuk sporozoit, proses ini disebut sporogoni.

8. Sebutkan spesies yang termasuk protozoa berdasarkan cara penularannya!


Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas vaginalis, Plasmodium

9. “Protozoa, in contrast to worms, multiply in their hosts, so disease can result from
infection initiated by only a few organism”. Jelaskan yang dimaksud dengan
kalimat tersebut sesuai pengertian anda!
“Protozoa, berbeda dengan cacing, berkembang biak di inangnya, sehingga penyakit
dapat disebabkan oleh infeksi yang dipicu oleh hanya beberapa organisme”
Pengaruh parasit terhadap inang meliputi kerusakan mekanis, penembusan sel inang
melalui migrasi, kompetisi nutrisi esensial, toksin, dan imunosupresi. Selain oleh kait dan
gigi di bagian mulut parasit, kerusakan mekanis oleh parasit terhadap inang juga
disebabkan oleh pengaruh penyumbatan (pemblokiran). Sebagai contoh, infeksi berat
oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides pada anak-anak, dapat menyumbat usus halus
dan besar. Migrasi parasit sepanjang jaringan tubuh inang untuk menembus ke dalam sel
inang, baik menggunakan gigi maupun kait dan/atau sekresi enzim proteolitik dapat
menyebabkan kerusakan fisik. Kerusakan fisik dapat berupa pecahnya sel inang

10. Sebutkan stadium dan ciri-ciri Entamoeba histolytica!


 Stadium Trofozoit (histolytica)
- Ukuran 10-60 mikron.
- Sitoplasma bergranula dan memiliki eritrosit, yang merupakan penanda penting untuk
diagnosisnya.
- Terdapat satu buah inti, ditandai dengan karyosom padat yang terletak ditengah inti,
serta kromatin yang tersebar di pinggiran inti.
- Pergerakan aktif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar atau disebut dengan
pseudopodia
 Stadium Kista
- Bentuk bulat, ukuran 10-20 mikron.
- Kista matang memiliki 4 buah inti entamoeba.
- Tidak dijumpai lagi eritrosit dalam sitoplasma.
- Kista yang belum matang memiliki glikogen dan biasanya menghilang setelah
matang.

11. Jelaskan jenis hospes, siklus hidup, stadium infektif, cara penularan, habitat dalam
tubuh, cara pencegahan amebiasis!
 Jenis hospes : Manusia
 Siklus hidup

Bentuk infektif Entamoeba histolytica adalah kista, melalui berbagai cara setelah
tertelan kista, usus atau ileum manusia mengalami ekskistasi di ileum bagian bawah
selanjutnya kista berubah menjadi trofozoit, trofozoit memperbanyak diri dengan cara
membelah. Trofozoit selanjutnya mengalami enkistasi yaitu merubah diri menjadi
bentuk kista, kista dikeluarkan bersama tinja sehingga bentuk kista dan trofozoit
ditemukan dalam tinja, namun trofozoit biasanya dite mukan pada tinja yang cair.
Entamoeba histolytica bersifat invasive, sehingga trofozoit mampu menembus dinding
usus dan kemudian beredar dalam sirkulasi darah.

 Stadium infektif : Kista


 Cara penularan

Melalui konsumsi air yang tidak higienis, atau makan makanan yang telah
terkontaminasi. Serangga seperti lalat, nyamuk, dan jenis lainnya juga beresiko penyalur
parasite. Mereka mudah menyerang orang dengan daya tahan tubuh yang lemah.

 Habitat dalam tubuh : Usus


 Cara pencegahan
- Media air sangat penting peranannya dalam penularan, maka perlu diperhatikan
kebersihan suplai air minum. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah jarak jamban dari
sumur.
- Menjaga kebersihan perorangan, misalnya pada penyajian makanan dan kebersihan
lingkungan yaitu kondisi sanitasi sumur.
- Menghindari penggunaan pupuk tinja untuk tanaman

12. Jelaskan kondisi patologi dan gejala klinis yang disebabkan oleh amebiasis
intestinal (usus) dan amebiasis ekstraintestinal (selain usus)!
 Intestinal =
- Akut
- Kronis
- Tidak jelas
 Ekstra Intestinal =
- Hati
- Paru
- Otak
13. Sebutkan stadium dan ciri-ciri Giardia lamblia!
Giardia lamblia mempunyai dua bentuk yaitu bentuk trofozoit dan kista. Meskipun
trofozoit ditemukan di dalam tinja tetapi trofozoit tidak dapat hidup di luar tubuh
manusia. Kista adalah bentuk infeksius G.lamblia yang resisten terhadap berbagai macam
gangguan di luar pejamu dan dapat bertahan hidup selama sebulan di air atau di tanah.
Tropozoit Giardia lamblia berbentuk bilateral simetris seperti buah jambu monyet,
bagian anterior tampak membulat dan bagian posterior meruncing. Ukuran panjangnya
10-20 mikron dengan diameter 7-10 mikron. Di bagian anterior terdapat sepasang inti
berbentuk oval. Di bagian ventral anterior terdapat dua batang batil isap (parabasal)
berbentuk seperti cakram cekung yang berfungsi untuk perlekatan di permukaan sel
epithel usus. Tropozoit mempunyai 8 flagel, sehingga bersifat motil. Giardia lamblia
tidak mempunyai mitokondria, peroxisome, hydrogenisomes, atau organel subseluler lain
untuk metabolisme energi. Kista Giardia lamblia berbentuk oval berukuran 8-12 mikron
dan mempunyai dinding yang tipis dan kuat dengan sitoplasma berbutir halus. Kista yang
baru terbentuk mempunyai dua inti sedangkan kista matang mempunyai empat inti dan
terletak di satu kutub.

14. Jelaskan jenis hospes, siklus hidup, stadium infektif, cara penularan, habitat dalam
tubuh, cara pencegahan giardiasis!
Manusia merupakan hospes alami dari Giardia lamblia, penyebab giardiasis. Siklus
hidupnya yaitu dimulai dari makanan, minuman, dan air yang terkontaminasi dengan
Giardia lamblia tertelan Giardia lamblia akan masuk ke dalam tubuh  stadium kista
dari Giardia lamblia akan menetaskan 2 trofozoit, lalu memperbanyak diri  trofozoit
akan menempel di sel epitel cembung/dinding mukosa usus halus dengan bantuan
sucking disc (untuk melawan gerak peristaltik usus)  trofozoit berkoloni dan tinggal di
saluran empedu untuk menghindari keasaman dari duodenum  trofozoit yang tidak
menempel di dinding mukosa usus halus akan mengalami enkistasi di kolon, karena
lingkungan yang kurang baik  akan dieksresikan kolon yang berbentuk padat (jika
Giardia lamblia berada dalam stadium bentuk kista) atau cair (yang membuktikan bahwa
feses tersebut mengandung banyak Giardia lamblia dalam stadium trofozoit).
Fase infeksi akan terjadi ketika teringesti telah berbentuk kista. Gejala klinis yang dapat
dimunculkan akibat infeksi protozoa jenis ini antara lain diare berkepanjangan,
ketidaknyamanan epigastrik, anoreksia, dapat disertai demam ringan hingga rasa nyeri.
Cara penularannya adalah melalui makanan/minuman yang telah terpapar oleh
G.Lamblia. Habitat dalam tubuh manusia yaitu pada rongga usus halus, duodenum, dan
terkadang pada saluran dan kantung empedu. Upaya pencegahannya adalah dengan
meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan terutama kebersihan makanan dan
makanan/minuman hendaknya sudah terproses secara sempurna. Serta tidak sembarang
memasukkan tangan ke mulut jika belum bersih, lakukan langkah-langkah mencuci
tangan yang tepat.

15. Sebutkan ciri-ciri Trichomonas vaginalis!


16. Jelaskan jenis hospes, siklus hidup, stadium infektif, cara penularan, habitat dalam
tubuh, cara pencegahan trikomoniasis!
Manusia merupakan hospes parasit Trichosomonas Vaginalis. Pada wanita berada di
vagina, dan pada laki-laki uretra, epididimis atau prostat. Parasit ini menyebabkan
penyakit Trikomoniasis dan pada pria dapat menyebabkan prostatitis.
Siklus hidup dari parasit dapat dilihat pada bagan berikut :
Infeksi dimulai dari hubungan dengan orang yang terinfeksi Trichomonas vaginalis. Pertama
trofozoid harus menempel pada sel epitel vagina dan ini terjadi melalui interaksi ligand-
karbohidrat. Mannose dan N-asetil glukosamin merupakan residu gula pada membran parasit
yang digunakan untuk proses penempelan tersebut. Sekresi hidrolase lisosomal seperti
fosfatase asam terjadi pada host cell parasite interface segera setelah proses penempelan.
Hidrolase asam ini bersifat sitotoksik yang menyebabkan sel target lisis dan mengeluarkan
isinya. Sel debris kemudian dimakan oleh parasit. Parasit menggunakan karbohidrase seperti
N-asetilglukosaminidase dan α-mannosidase 14 untuk melepas dirinya dari membran sel
target kemudian pindah ke sel selanjutnya (Departemen Parasitologi FKUI, 2008).

Penularannya secara umum melaui kontak langsung dapat melalui berhubungan seksual
dalam stadium tripozoid, lap mandi, handuk, toilet duduk, hingga melalui ibu yang terinfeksi
terhadap anak saat persalinan. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga
sanitasi dan kebersihan diri serta perlengkapan mandi. Hindari penggunaan lap mandi dan
handuk secara bersama, serta penggunaan toilet duduk umum.

Sebutkan perbedaan gejala klinis trikomoniasis pada laki-laki dan perempuan!

Yang diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronik. Pada kasus akut
terlihat sekret vagina seropurulen berwarna kekuning-kuningan, kuning-hijau, berbau tidak
enak (malodorous), dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Kadang-
kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang tampak sebagai
granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai "strawberry appearance" dan disertai gejala
dispareunia, perdarahan pascacoitus, dan perdarahan intermenstrual. Bila sekret banyak yang
keluar dapat timbul iritasi pada lipat paha atau di sekitar genitalia eksterna. Selain vaginitis
dapat pula terjadi uretritis, bartholinitis, skenitis, dan sistisis yang pada umumnya tanpa
keluhan. Pada kasus yang kronik gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya tidak
berbusa.

Pada laki-laki yang diserang terutama uretra, kelenjar prostat, kadang-kadang preputium,
vesikula seminalis, dan epididimis. Pada umumnya gambaran klinis lebih ringan
dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut gejalanya mirip uretritis nongonore, misalnya
disuria, poliuria, dan sekret uretra mukoid atau mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi
kadang-kadang ada benang-benang halus. Pada bentuk kronik gejalanya tidak khas yaitu
gatal pada uretra, disuria, dan urin keruh pada pagi hari.

17. Sebutkan spesies plasmodium yang menginfeksi manusia!


Spesies Plasmodium yang menyerang manusia termasuk:
 Plasmodium falciparum (sumber malaria tersiana maligna (Malaria Tropica))
 Plasmodium vivax (sumber yang biasa menyebabkan malaria tersiana benigna)
 Plasmodium ovale (lain-lain, jarang, sumber malaria tersiana benigna, dan juga malaria
pernisiosa)
 Plasmodium malariae (sumber malaria kuartana benigna)
 Plasmodium knowlesi
 Plasmodium brasilianum
 Plasmodium cynomolgi
 Plasmodium inui
 Plasmodium rhodiani
 Plasmodium schweitzi
 Plasmodium semiovale
 Plasmodium simium
18. Jelaskan jenis hospes definitif, hospes perantara, siklus hidup, stadium infektif, cara
penularan, habitat dalam tubuh, dan cara pencegahan malaria!
 Hospes perantara : manusia
 Hospes definitif ; nyamuk Anopheles betina.
 Stadium infektif : sporozoite
 Siklus hidup berlangsung secara seksual (sporogoni) di dalam tubuh nyamuk anopheles
betina, dan secara aseksual (schizogoni) di dalam tubuh manusia.
Secara sederhana urutan siklus hidup Plasmodium sp berikut ini:
- Infeksi Malaria dimulai ketika nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi menggigit
seseorang, menyuntikkan parasit Plasmodium, dalam bentuk sporozoit, ke dalam
aliran darah.
- Sporozoit masuk dengan cepat ke hati manusia.
- Sporozoit berkembang biak secara aseksual dalam sel hati selama 7 hingga 10 hari
ke depan, tanpa menimbulkan gejala.
- Dalam model hewan, parasit, dalam bentuk merozoit, dilepaskan dari sel-sel hati
dalam vesikel, bergerak melalui jantung, dan tiba di paru-paru, di mana mereka
menetap di dalam kapiler paru-paru. Vesikula akhirnya hancur, membebaskan
merozoit untuk memasuki fase darah perkembangan mereka.
- Dalam aliran darah, merozoit menyerang sel darah merah (eritrosit) dan berkembang
biak lagi sampai sel-sel pecah. Kemudian mereka menyerang lebih banyak eritrosit.
- Siklus ini diulangi, menyebabkan demam setiap kali parasit bebas dan menyerang
sel darah.
- Beberapa sel darah yang terinfeksi meninggalkan siklus multiplikasi aseksual. Alih-
alih mereplikasi, merozoit dalam sel-sel ini berkembang menjadi bentuk seksual
parasit, yang disebut gametosit, yang bersirkulasi dalam aliran darah.
- Ketika nyamuk menggigit manusia yang terinfeksi, ia menelan gametosit, yang
berkembang lebih jauh menjadi sel-sel kelamin dewasa yang disebut gamet.
- Gamet betina yang dibuahi berkembang menjadi ookinet yang aktif bergerak yang
menggali melalui dinding midgut nyamuk dan membentuk ookista pada permukaan
luar.
- Di dalam ookista, ribuan sporozoit aktif berkembang. Ookista akhirnya pecah,
melepaskan sporozoit ke dalam rongga tubuh yang bergerak ke kelenjar liur
nyamuk.
- Siklus infeksi manusia dimulai lagi ketika nyamuk menggigit orang lain.
 Cara Penularan :
Pada malam hari, nyamuk yang terinfeksi parasit Plasmodium
falciparum serta Plasmodium vivax lebih banyak beredar dan menggigit. Jika seseorang
sudah terkena gigitan nyamuk, parasit pun akan langsung masuk ke aliran darah. Selain
melalui gigitan nyamuk, parasit ini pun mampu menyebar melalui transfusi darah atau
jarum suntik yang digunakan bergantian. Beberapa gejala yang timbul setelah parasit
beredar dalam darah adalah sakit kepala, demam tinggi, berkeringat, mengigil serta nyeri
otot, bahkan muntah dan diare. Namun, apabila tidak segera ditangani, maka hal ini bisa
berdampak negatif pada pernapasan hingga kegagalan fungsi organ tubuh.
 Cara Pencegahan :
- Mengaplikasikan lotion anti nyamuk.
- Menggunakan obat nyamuk.
- Memakai selimut yang menutupi seluruh tubuh.
- Menggunakan kelambu saat tidur.
- Melarutkan bubuk abate ke bak mandi
- Rajin membersihkan serta menguras bak mandi.
- Menghindari terjadinya genangan air.
- Melakukan fogging secara teratur.

19. Sebutkan perbedaan Malaria falsiparum dan Malaria vivax!


 Malaria Falsiparum
- Disebabkan oleh Plasmodium falciparum.
- Sering dikenal dengan malaria tropika (malaria yang paling ganas)
- Gejala demam timbul intermiten dan dapat kontinyu.
- Jenis malaria ini paling sering menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian.
- Periode tanpa panas : 12 jam
- Malaria tropika bisa menjangkit penduduk di daerah tropis dan sub-tropis.
- Pada masa Yunani Kuno, malaria tropika menyebabkan penurunan populasi karena
akibat yang disebabkan sangat parah.
- Sedangkan pada Perang Dunia I dan II, jumlah orang yang meninggal dunia karena
malaria tropika lebih banyak dibandingkan orang yang meninggal akibat perang.
- Demam pada malaria ini berlangsung sekitar 24-48 jam sekali.
 Malaria Vivaks
- Disebabkan oleh Plasmodium vivax.
- Sering dikenal sebagai malaria tertiana
- Gejala demam berulang dengan interval bebas demam 2 hari.
- Malaria tertiana memiliki gejala demam yang terjadi setiap 48 jam atau dua hari
sekali.
- Penyakit malaria jenis ini banyak menjangkit penduduk di wilayah tropis dan sub-
tropis, termasuk di Indonesia.
- Periode tanpa panas : 36 jam
- Gejala awal penyakit malaria tertiana adalah menggigil dan kemudian berkeringat.
- Demam yang terjadi setiap 48 jam ini berlangsung selama 1-8 jam dan kemudian
mereda.
- Telah ditemukan juga kasus malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium vivax.

20. Sebutkan stadium dan ciri – ciri toxoplasma gondii!


 Stadium :
- Takizoit (awalan tachy- artinya cepat) yang merupakan periode pertumbuhan
cepat yang terjadi pada fase infeksi akut. Pada stadium ini, T. gondii berbentuk
melengkung seperti sabit dan aktif bergerak, terdistribusi ke bagian-bagian tubuh
inangnya.
- Bradizoit (awalan brady- artinya lambat) yang juga dikenal sebagai sista jaringan
yang merupakan fase perkembangbiakan lambat yang menjadi ciri khas infeksi
kronis. Pada stadium ini, T. gondii menetap di jaringan tubuh inang dalam jangka
waktu yang lama. Daging hewan yang mengandung bradizoit merupakan sumber
infeksi apabila dimakan oleh makhluk hidup lain.
- Oosista atau ookista (bahasa Inggris: oocsyt) adalah hasil reproduksi seksual T.
gondii yang terjadi di dalam tubuh inang definitif. Oosista keluar dari usus felidae
bersama dengan tinja dan mampu bertahan di lingkungan sebagai sumber infeksi
bagi makhluk hidup lain.
 Ciri – ciri :
- Takizoit
 Menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak
membulat
 Ukuran panjang 4–8 mikron, 2–4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti
yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria
dan badan golgi
 Tidak memiliki kinetoplas dan sentrosom serta tidak berpigmen. Bentuk ini
terdapat di dalam tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk
manusia dan kucing sebagai hospes definitif
 Ditemukan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh
 Dapat memasuki tiap sel yang berinti
- Kista (berisi bradizoit)
 Ukuran kista dibentuk dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah
membentuk dinding
 Ukuran kista berbeda–beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa
bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira - kira 3000 bradizoit
 Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot
jantung, dan otot bergaris
 Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi di dalam otot bentuk kista
mengikuti bentuk sel otot
- Ookista (berisi sporozoit)
 Berbentuk lonjong, berukuran 12,5 mikron
 Ookista mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua
sporoblas
 Pada perkembangan selanjutnya kedua sporoblas membentuk dinding dan
menjadi sporokista
 Masing – masing sporokista berisi 4 sporozoit yang berukuran 8x2 mikron dan
sebuah benda residu

21. Jelaskan jenis hospes definitif, hospes perantara, siklus hidup, habitat dalam tubuh.
Sebutkan cara penularan dan pencegahan toksoplasmosis berdasarkan masing –
masing stadium yang menginfeksi!
 Hospes definitif : kucing dan binatang sejenisnya (felidae)
 Hospes perantara : manusia, mamalia lainnya, dan burung
 Siklus hidup :
Secara garis besar, siklus hidup T. Gondii terbagi atas dua siklus, yaitu seksual
(schizogoni) dan aseksual (gametogoni). Kedua siklus hidup ini terjadi pada inang
definitif (famili Falidae), sedangkan pada inang perantara (burung, mamalia termasuk
manusia) hanya terjadi siklus hidup secara aseksual. Siklus hidup seksual terjadi karena
adanya peleburan gamet yang masing–masing berisi kromosom haploid, sedangkan pada
siklus aseksual hanya terjadi pembelahan vegetatif, yaitu organisme berkembang dengan
membelah diri.
Perkembangan T. Gondii pada inang definitif terjadi di enteroepitelial dan
ekstraintestinal. Adapun pada mamalia dan inang antara lainnya, protozoa ini hanya
mengalami stadium aseksual di enteroepitelial dan ekstraintestinal. Adanya bentuk
enteroepitelial mengindikasikan bahwa siklus hidup terjadi dalam sel epitel usus,
sedangkan bentuk ekstaintestinal menunjukkan adanya siklus hidup di luar sel epitel usus.
Di dalam sel epitel usus induk semang definitif, protozoa mengalami proliferasi
dan membentuk oosista yang dikeluarkan bersama feses kucing. Dalam inang perantara
terdapat dua stadium T. Gondii, yaitu takizoit yang dapat menimbulkan infeksi akut dan
bradizoit yang berada di dalam sista jaringan inang serta akan menetap seumur hidup atau
dormant di dalam sel inang. Bradisoit atau sporozoit yang tahan terhadap pH asam dan
enzim pencernaan akan masuk ke dalam sel–sel epitel usus dan beberapa jam kemudian
menjadi takizoit. Selanjutnya, enterosit atau limfosit intra epitel usus halus diinvansi oleh
takizoit dan kemudian menembus lamina propria dan pada akhirnya menginvansi sel– sel
lain di sekitarnya.
 Habitat dalam tubuh : otak, otot jantung, dan otot bergaris
 Cara penularan :
Bentuk infektif dari T. Gondii adalah takizoit atau tropozoit yang terdapat dalam
cairan tubuh, bentuk kedua adalah bradizoit atau sista yang terdapat di dalam jaringan
dan bentuk ketiga adalah sporozoit yang terdapat di dalam oosista. Bentuk sista banyak
ditemukan pada organ terutama otak, otot skelet, dan jantung. Cacing tanah, kecoa, dan
tikus dapat berperan sebagai sumber penular toxoplasma tanpa kehilangan virulensinya.
Penyebaran toksoplasmosis dapat disebabkan karena pola hidup yang kurang higenis,
seperti kebiasaan makan dengan tangan dan makan daging setengah matang yang
mengandung sista, tertelannya oosista infektif atau infeksi transplasenta dari induk ke
fetus. Penularan dapat juga terjadi melalui transfusi darah (tropozoit), transplantasi organ
atau cangkok jaringan (tropozoit, sista), dan kecelakaan di laboratorium yang
menyebabkan T. Gondii masuk ke dalam tubuh atau tanpa sengaja masuk melalui luka.
Hewan lain sebagai inang perantara seperti burung, ayam, tikus, anjing, domba, kambing,
dan sapi berpotensi untuk menularkan toksoplasmosis ke manusia. Faktor resiko yang
dapat meningkatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain kebiasaan makan
sayuran mentah dan buah–buahan yang dicuci kurang bersih, kebiasaan makan tanpa cuci
tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan tanpa
ditutup sehingga membuka jalan terjadinya kontaminasi ookista.
 Cara pencegahan :
- Mencuci tangan sebelum makan dengan sabun
- Mencuci bersih sayuran mentah, buah – buahan, dan lalapan
- Berkebun sebaiknya menggunakan sarung tangan
- Anak–anak setelah bermain pasir atau tanah harus mencuci tangan dengan sabun
- Mencegah kontaminasi makanan dengan lalat dan kecoa, usahakan makanan
selalu ditutup
- Membiasakan diri selalu mencuci tangan dengan sabun setelah kontak dengan
semua bahan yang mungkin tercemari oleh ookista seperti daging, buah, dan
sayur.
- Ibu–ibu pemilik kucing yang kebetulan sedang mengandung sebaiknya jangan
membersihkan tempat kotoran kucing dan jangan membersihkan daging atau
jeroan yang akan dimasak
- Tinja kucing dibakar atau diberi antiseptic (tidak lebih dari 1–2 hari)
- Kucing peliharaan sebaiknya diberi makanan matang, untuk memotong siklus
hidup T. Gondii
- Kepada pemilik hewan tertutama kucing hendaknya memeriksakan hewannya ke
dokter
DAFTAR PUSTAKA

Soewondo ES. Amebiasis dalam Buku Ajar llmu Penyakit Dalam, Jilid Ill, Edisi lV, Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta, 2a06:1788-1792.

Bintari, R., Hoedojo, N.S. Djakaria, S.D. Soeprihatin, S.S. Margono, S. Oemijati, S.
Gandahusada,

W. Pribadi. (1982). Dasar Parasitologi Klinis. Terjemahan dari Basic Clinical


Parasitology

by Harold W. Brown. (1975). Jakarta: Gramedia.

Herbowo, Agus Firmansyah. 2003. Diare Akibat Infeksi Parasit. Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4,
Maret

2003.

Herbowo, Agus Firmansyah. 2003. Diare Akibat Infeksi Parasit. Sari Pediatri, Vol. 4, No. 4,
Maret

2003.

M, Sinta Chaira. 2009. Infeksi Campuran. FK UI 2009.

Garcia, L.S,& Bruckner, D.A, 1996. Diagnostik parasitologi kedokteran. Jakarta: EGC.

Makimian. R.

Safar, R. 2009. Parastologi kedokteran. Bandung: CV. YRAMA WIDYA.

Sutrisno, Wanda Joko. 2017. Identifikasi Trichomonas Vaginalis dari Urin PSK di Daerah RRI,

Banjarsari, Surakarta. Karya Tulis Ilmiah : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia

Budi.

Departemen Parasitologi, FKUI, 2008. Buku Ajaran Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat.

Jakarta: Hendra Utama.

www.sridianti.com
www.academia.edu
https://bobo.grid.id/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Trikomoniasis
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Toksoplasmosis
https://www.slideshare.net/birosmsFAunbrah/p-petri-malaria
https://www.slideshare.net/viviyunisa/toxoplasma-gondii-13897798
http://wiki.isikhnas.com/images/2/23/Penyakit_TOXOPLASMOSIS.pdf

Anda mungkin juga menyukai