Anda di halaman 1dari 53

PROTOZOA

Dr. Rudy Hidana, Drs., M.Pd.


PENDAHULUAN

 Protozoa, berdasarkan etimologinya berasal dari bahasa Yunani,


terdiri dari kata ‘protos’ yang berarti hewan. Pada awalnya
protozoa diartikan sebagai hewan pertama yang tinggal dan hidup
di muka bumi. Berdasarkan struktur tubuhnya, protozoa
didefinisikan sebagai hewan bersel satu (monoseluler) baik yang
hidup sendiri-sendiri (soliter) maupun berkelompok membentuk
koloni-koloni.
 Walaupun protozoa itu bersel satu tetapi merupakan satu
kesatuan yang lengkap dan dapat menjalankan semua fungsi
kehidupan; reproduksi, respirasi, nutrisi, sekresi-ekskresi,
responsi, dsb.
 Sebagian besar protozoa hidup di alam bebas dan sebagian lagi
ada yang hidup pada manusia dan hewan sebagai parasit, yang
pada umumnya menimbulkan berbagai macam penyakit seperti
amebiasis, malaria, toksoplasmosis, dsb. Sampai saat ini yang
menjadi utama dalam dunia kesehatan dan paling sering
menimbulkan penyakit adalah malaria dan amoebiasis.
STRUKTUR PROTOZOA
 Sel protozoa terdiri atas sitoplasma dan inti.
1. Sitoplasma
A. Ektoplasma
 Merupakan bagian luar yang bersifat hialin
 Berfungsi sebagai :
 Protektif
 Lokomotif
 Sensorik
 Ektoplasma dapat membentuk berbagai macam
struktur gerak, misalnya flagel (bulu cambuk), silia
(rambut getar) dan pseudopodi (kaki semu).
Dijumpai juga alat-alat pencernaan sperti sitostoma
dan sitofaring.
B. Endoplasma
 Merupakan bagian dalam yang bersifat granuler
 Berfungsi sebagai :
 Digestif

 reproduksi

 Terdapat vakuola kontraktil yang berfungsi sebagai alat


untuk membuang sisa-sisa metabolisme. Vakuola
kontraktil ini walaupun berada dalam endoplasma tetapi
merupakan struktur yang terbentuk dalam ektoplasma.
2. Inti Sel
 Merupakan bagian yang sangat penting untuk
mempertahankan hidup dan reproduksi.
 Inti protozoa terdiri atas :
a. Selaput inti, yang meliputi serabut halus (linin) yang
bersifat akromatik
b. Cairan inti (nukleoplasma)
c. Anak inti (nukleolus)
d. Butir kromatin, yang bersifat kromatik
MORFOLOGI PROTOZOA
Protozoa pada umumnya mempunyai dua stadium :
 Bentuk vegetatif

Adalah bentuk dimana protozoa aktif mengadakan


gerakan, makan dan berkembang biak (bentuk tropozoit).
 Bentuk kista

Protozoa tidak aktif dan cenderung untuk melindungi diri


dari pengaruh luar.

 Ukuran protozoa antara beberapa micron-40 mikron, yang


paling besar Balantidium coli ukurannya 70 mikron.
 Bentuknya beraneka ragam, ada yang bulat (sferik), bulat
telur (ellipsoid), simetris bilateral dan tidak teratur
(irregular).
 
FISIOLOGI PROTOZOA
 Makanan dapat dimasukkan melalui setiap tempat pada
daerah ektoplasma atau dimasukkan melalui tempat-
tempat khusus.

 Cara mengambil makanan :


 Fagositosis (menelan), melalui peristoma/mulut sel,
kemudian melalui sitofaring yang berbentuk tabung
masuk kedalam endoplasma.
 Secara osmosis, makanan masuk kedalam sel, kemudian
diubah oleh enzim di dalam vakuola makanan.
 Sisa-sisa makanan (sisa metabolisme) dikeluarkan oleh
vakuola makanan (alat ekskresi) sicara difusi dan
osmosis.
PERNAPASAN :

 Cara langsung, dengan mengambil oksigen


(O2) dan mengeluarkan carbondioksida (CO2),
secara langsung ini dinamakan pernapasan
aerobic.
 Secara tidak langsung (anaerobic), dilakukan
dengan mengambil oksigen yang dilepaskan
oleh senyawa yang kompleks oleh aktivitas
enzimatik.
REPRODUKSI PROTOZOA
 Reproduksi aseksual
1. Belah pasang, membelah menjadi dua yang sama
bentuknya, contoh : Amoeba, flagelata, ciliate.
2. Skizogoni, menjadi banyak dan masing-masing inti diliputi
oleh protoplasma, sehingga terbentuk banyak merozoit,
contoh : Plasmodium sp.
3. Berkembang dalam stadium kista, disini inti membelah
sehingga waktu ekskistasi tiap kista dapat mengeluarkan
beberapa tropozoit-tropozoit baru, contoh: amuba dan
beberapa flagellata.
4. Konyugasi, disini terjadi penggabungan sementara dan
proses peremajaan sekaligus proses reproduksi, contoh:
Balantidium coli.
5. Endodiogoni, disini sel mengalami pertunasan tunggal dan
selanjutnya menghasilkan dua sel anak, contoh :
Toxoplasma gondii.
 Reproduksi seksual
Pada reproduksi seksual sebelumnya dibentuk
sel-sel kelamin (gamet) yang dihasilkan oleh
gametosit. Gametosit dibedakan menjadi dua
yaitu makrogametosit dan mikrogametosit.
Makrogametosit menghasilkan gamet betina
(makrogamet), sementara mikrogametosit
mengasilkan gamet jantan (mikrogamet).
Setelah terjadi pembuahan terbentulah zigot
(zygosis=menjadi satu), inti zigot
membelahmenjadi banyak dan menjadi sporozoit
(sporos=benih, zoon=hewan), proses
pembentukan sporozoit diebut sporogoni.
 Reproduksi aseksual dan seksual bergantian
Pada reproduksi ini terjadi secara seksual dan
aseksual, protozoa yang mengadakan reproduksi
seperti ini memerlukan dua atau lebih hospes.
Contoh plasmodium sp, reproduksi seksual
berlangsung pada tubuh nyamuk, sedangkan
reproduksi aseksual berlansung dalam eritrosit
manusia.
SIKLUS HIDUP PROTOZOA

 Bila dalam daur hidup protozoa harus mengalami


pergantian tuan rumah maka siklus hidup akan
berlangsung secara aseksual yang kemudian diikuti
dengan tahap tahap seksual atau bisa juga tahap
aseksual diikuti oleh tahap kista. Pada umumnya
reproduksi seksual terjadi pada tuan rumah yang
berbeda dengan tuan rumah tempat terjadinya
reproduksi aseksual.
 Protozoa yang tidak membutuhkan tuan rumah yang
kedua untuk melengkapi daur hidupnya, misalnya
rizopoda, flagelata, ciliate. Sedangkan yang
membutuhkan tuan rumah yang kedua untuk
melengkapi daur hidupnya ialah Trypanosome sp,
Leishmania sp.
KLASIFIKASI PROTOZOA

 Berdasarkan derajat patogenitas


 Patogen
 Non pathogen
 Berdasarkan derajat pergerakannya, alat-
alat gerak yang dipergunakannya :
 Kelas Rhizopoda (sarcodina)
 Kelas Flagellata (mastighopora)
 Kelas Cilliata (chiliophora)
 Kelas Sporozoa

 Alat gerak rhizopoda menggunakan


pseudopodi, flagellate menggunakan flagel,
cilliata menggunakan bulu getar, sedangkan
sporozoa tidak memiliki alat gerak.
PROTOZOA PARASITIK MANUSIA
PROTOZOA ATRIAL
PROTOZOA DARAH DAN
KELAS PROTOZOA INTESTINAL RONGGA USUS DAN
JARINGAN
UROGENITAL
Rhizopoda 1. Entamoeba hystolitica 1. Entamoeba gingivalis
2. Entamoeba coli
3. Endolimak nana
4. Iodomoeba buschii
Flagellata 1. Giardia lamblia 1. Trichomonas vaginalis 1. Leismania donovani
2. chilomatic mesnili 2. Trichomonas tenax 2. Leismania tropica
3. Trichomonas hominis 3. Leismania brazillensis
4. Leismania gambianse
5. Trypanosoma
rhodesiense
6. Trypanosoma cruzi

Cilliata 1. Balantidium coli 1. Balantidium coli

Sporozoa 1. Isospora hominis 1. Plasmodium vivax


2. Isospora belli 2. Plasmodium falciparum
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
5. Toxoplsma gondii
PROTOZOA USUS
DR. RUDY HIDANA, M.PD.
PENDAHULUAN
 Protozoa usus dapat ditemukan dalam tinja baik dalam
bentuk vegetatif maupun bentuk kista. Bentuk
vegetatif dapat dengan mudah diamati dalam tinja
yang masih segar, karena pergerakannya akan tampak
masih aktif dan bentuk belum berubah menjadi kista
 Disentri Amoebawi dapat dibedakan dari disentri
basiler, dengan ciri-ciri:
 A. Disentri amoebawi
 Makroskopik
 Tinja seringkali masih mengandung bagian tinja yang bercampur
dengan lendir dan darah
 Darah tampak melekat pada bagian luar tinja
 Lendir biasanya jernih
 Mikroskopik
 Ditemukan amuba dalam tinja
 Leukosit jarang
 Eritrosit berkelompok bersama tinja
 B. Disentri basiler
 Makroskopik
 Tinja sering hanya lendir dan darah
 Darah brcampur merata dengan tinja
 Lendir keruh
 Mikroskopik
 Amuba tidak ditemukan tapi tampak bakteri dalam
jumlah sangat banyak tinja
 Leukosit banyak dan berkelompok
 Eritrosit bercampur merata dalam tinja
PEMERIKSAAN PROTOZOA
 Ada dua cara pemeriksaan protozoa:
A. Sediaan langsung
1. Pemeriksaan dengan NaCl fisiologis
 teteskan larutan garam fisiologis di atas kaca objek yang
bersih dan kerig
 Dengan sebatang lidi, bagian tinja (diusahakan bagian
lendirnya) diemulsikan dengan larutan garam tadi pada kaca
objek
 Tutup sediaan dengan kaca penutup sehingga tampak rata,
tidak bergelembung atau tidak meluber keluar
 Periksa dengan mikroskop mulai dengan pembesaran objek 10
sampai dengan 40
 Periksa sekurang-kurangnya empat sediaan terutama bil
hasilnya negatif tetapi makroskopik lebih terarah pada
moebiasis
1. Pemeriksaan dengan pewarna Eosin atau Lugol
 Setetes larutan Eosin 2% atau larutan lugol
diteteskan di atas kaca objek yang bersih dan kerig
 Dengan sebatang lidi, tinja diemulsikan dengan
larutan Eosin tersebut
 Tutup sediaan dengan kaca penutup sehingga
tampak rata, tidak bergelembung atau tidak
meluber keluar
 Periksa dengan mikroskop mulai dengan
pembesaran objek 10 sampai dengan 40
 Lakukan pemeriksaan berulang untuk memastikan
hasil
B. Sediaan tinja yang diawetkan
Untuk membuat sediaan tinja permanen maka
sebaiknya bahan pemeriksaa difiksasi terlebih dahulu.
Bahan fiksatif yang dipakai banyak ragamnya.
1. Larutan PVA, polovinil alkohol
2. Larutan Schauddin
3. Larutan Formalin 5%
4. Larutan formalin-salin

Setelah difiksasi dan dibuat preparat pada umumnya


sediaan permanen sering diwarnai dengan pewarna
trikrom atau hematoksilin besi.
Kegunaan preparat permanen yang diwarnai ini adalah
untuk melihat struktur dan bagian-bagian dalam
protozoa.
PEMERIKSAAN FESES
PEMERIKSAAN FESES

PERSIAPAN SAMPEL
 Wadah Bersih
 Wadah bermulut lebar dan mempunyai penutup
 Tinja dalam jumlah cukup, sampel sekitar 100 gr
 Untuk pemeriksaan rutin hanya membutuhkan 2-5 gram
tinja
 Tinja harus bebas minyak dan zat kimia
 Tinja yang padat dapat disimpan semalam pada suhu 4 C ͦ
 Tinja yang dalam keadaan cair atau yang mengandung
lendir dan darah, maka harus segera diperiksa (sebaiknya
pemeriksaan tinja cair ini dilakukan dalam batas waktu 2
jam)
 Bila akan diawetkan bisa menggunakan larutan fiksatif
(larutan formalin 5% atau 10%), larutan Schaudin, Larutan
Polivinil Alkohol (PVA), Larutan Mertiolat-Iodium
PEMERIKSAAN FESES
PEMERIKSAAN FESES

PEMERIKSAAN DENGAN CARA LANGSUNG


 Bahan dan alat :
 Objek glass
 Cover glass
 Lidi
 Mikroskop
 NaCl Fisiologis/ Akuades/ Eosin 2%
 Sudan III, lugol, Asam Asetat Glasial

 Teknik pemeriksaan :
 Setetes NaCl fisiologis/ Akuades disimpan di atas objek glass yang bersih dan
kering
 Dengan sebatang lidi, sebutir tinja diemulsikan dalam setetes larutan tersebut
dan bagian yang kasar dikeluarkan
 Sebuah cover glass diletakkan di atasnya secara perlahan, diatur sedemikian rupa
sehingga cairan merata dan tidak ada gelembung udara, sediaan harus tipis
 Periksalah di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x10, bila telur cacing/parasit
lainnya telah ditemukan periksa dengan perbesaran 10x40
PEMERIKSAAN FESES

DIAGNOSA :
 Makroskopis
Warna
 Hitam (mengandung darah)
 Coklat/ kuning pucat (mengandung lemak)

 Putih (bisa menandakan penyakit kuning)

Bau
Konsistensi
 Normal (berbentuk)
 Lembek

 Tidak berbentuk (cair)

Adanya darah dan lendir dicatat, keberadaan


darah dapat menandakan adanya luka usus
Ada tidaknya parasit, misalnya cacing dewasa
PERHATIAN !!
 Tidak boleh membiarkan sampel terbuka tanpa
tutup
 Tidak boleh menerima spesimen tercampur urine
 Tidak boleh menangani sampel tanpa
menggunakan sarung tangan
 Segera melakukan pemeriksaan jangan ditunda
 Bila menerima beberapa sampel dalam satu
waktu, dahulukan memeriksa sampel feses yang
encer, yang berlendir atau mengandung darah,
kemungkinan mengandung amoeba yang masih
hidup dan motile.
PEMERIKSAAN FESES

DIAGNOSA :
 Mikroskopis
Ada tidaknya bentuk tropozoit yang hidup
Ada tidaknya bentuk kista dan telur cacing
Ada tidaknya eritrosit
Ada tidaknya leukosit
Sel epitel
Makrofag
Kristal
Sisa makanan
Sel ragi
PEMERIKSAAN FESES

DIAGNOSA :
 Kimiawi
 Pemeriksaan karbohidrat (lugol)
 Pemeriksaan lemak (sudan III)
 Pemeriksaan protein (asam asetat glacial)
 Benzidin (pemeriksaan darah samar)
TELUR CACING
PEMERIKSAAN FESES

TELUR ASCARIS LUMBRICOIDES


Telur Normal / Fertil Telur Berembrio Telur Tidak dibuahi/ Nonfertil
PEMERIKSAAN FESES

Trichuris trichiura
Ancylostoma duodenale
PEMERIKSAAN FESES

ENTEROBIUS VERMICULARIS
PROTOZOA USUS
PEMERIKSAAN FESES
Figure 12.16c, d
PROTOZOA SALURAN KEMIH /
VAGINA

 Trichomonas vaginalis
 Terdapat di saluran uretra pada pria dan di
vagina pada wanita, dapat menyebabkan
urethritis dan vaginitis.
PEMERIKSAAN TRICHOMONAS VAGINALIS
 Pemeriksaan secret vagina
 Ambil sedikit sampel sekrek vaginal dan taruh
pada kaca objek, tambahkan setetes larutan
NaCl fisiologis dan tutup dengan cover glass.
 Periksa preparat sesegera mungkin, jangan
sampai kering, memakai objektif 10x dan 40x.
Trofozoit T. vaginalis merupakan flagellata yang
sangat motil, berukran 8-20 µm, dengan
membran bergelombang dan inti jelas.
 Pemeriksaan sedimen urine
 Kocok spesimen urine perlahan-lahan dan tuangkan
kira-kira sebanyak 11 ml ke dalam tabung reaksi
 Spesimen ini kemudian disentrifugasi pada kecepatan
sedang (2000g) selama 5 menit
 Pisahkan supernatan
 Suspensikan kembali endapan yang tersisa dengan
menambahkan sedikit akuades, kocok hingga homogen
 Ambil setetes endapan dengan pipet pasteur dan taruh
di kaca objek, lalu tutup dengan cover glass
 Labeli dengan menuliskan nama pasien dan nomor
Figure 12.16b
TUGAS PRESENTASI
1. Kelompok 1 ( Entamoeba histolytica & E. coli)
2. Kelompok 2 (Balantidium coli)
3. Kelompok 3 (Giardia intestinalis)
4. Kelompok 4 (Trichomonas vaginalis)
5. Kelompok 5 (Toxoplasma gondii)
6. Kelompok 6 (Plasmodium falcifarum)
7. Kelompok 7 (Plasmodium vivax)
JADWAL
1. TEORI PROTOZOA USUS DAN SALURAN
KEMIH/VAGINA -TUGAS
2. TEORI PROTOZOA DARAH DAN JARINGAN -TUGAS
3. PRAKTIKUM 1 (Entamoeba coli, E. histolytica,
Balantidium Coli, Giardia lamblia, Trichomonas
vaginalis, Toxoplasma gondii, Trypanosoma) –
RESPONSI BALIK
4. PRAKTIKUM 2 (Plasmodium falciparum, P. vivax)
–RESPONSI BALIK
5. Pembuatan preparat malaria –RESPONSI BALIK
6. Presentasi Kelompok
7. Latihan Ujian

Anda mungkin juga menyukai