Anda di halaman 1dari 59

Parasitologi II

DISUSUN OLEH
TIM DOSEN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2022

1
Parasitologi II

PENGANTAR PROTOZOOLOGI

Protozoa adalah organisme bersel satu yang hidup sendiri atau dalam bentuk
koloni (proto = pertama; zoon = hewan). Tiap protozoa merupakan kesatuan lengkap
yang sanggup melakukan semua fungsi kehidupan yang pada jasad lebih besar
dilakukan oleh sel khusus. Protozoa banyak terdapat di alam antaralain di dalam air
laut,air tawar,tanah,dan dalam tubuh organisme lain.
Pada umumnya berukuran mikroskopik ,walau hanya terdiri dari satu sel
dengan satu atau lebih inti ,akan tetapi telah memiliki fungsi yang lengkap,yaitu
fungsi reproduksi untuk memperbanyak jumlah keturunannya ,memiliki alat
pencernaan makanan ,system respirasi ,organ ekskresi dan struktur untuk
mempertahnkan hidupnya .hanya sebagian kecilprotozoa yang hidup sebagai parasit
pada binatang atau manusia .dalam klasifikasi modern ,makhluk hidup dibagi dalam
5 kingdom.yaitu monera, protista, plantae, fungi dan animalia. Protozoa termasuk
kedalam kingdom animalia.
Struktur protozoa mempunyai nucleus (inti) yang berisi chromosome dan
terletak di dalam cytoplasma (protoplasma). Pada beberapa protozoa di dalam
nukleus ini terdapat satu atau beberapa granula yang disebut anak inti (karyosome).
Jumlah inti dapat satu atau lebih. Bagian dalam dari sitoplasma disebut endoplasama.
Di dalam endoplasma terdapat inti yang mengatur gizi sel dan reproduksi.
Endoplasma berisi pula vakuola makanan, cadangan makanan, benda asing, vakuola
kontraktil, dan benda kromatoid. Bagian luar sitoplasma yang membungkus
endoplasma disebut ektoplasma. Ektoplasma tampak jernih dan homogen berfungsi
sebagai alat pergerakan, mengambil makanan, ekskresi, respirasi, dan pertahanan
diri.

Parasit dapat berubah dari stadium aktif (trofozoit) ke stadium tidak aktif
(kista) yang kehilangan daya motilitas dan membungkus dirinya sendiri dalam
dinding kuat. Pada stadium kista parasit protozoa kehilangan kekuatannya untuk
tumbuh dan berkembang biak. Kista merupakan stadium bertahan dan merupakan
stadium infektif bagi host manusia. Protozoa dapat memperbanyak diri (reproduksi)
secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dapat berupa pembelahan biner
(binary fusion): satu menjadi dua, atau pembelahan ganda (multiple fusion): satu

2
Parasitologi II
menjadi beberapa (lebih dari dua) sel protozoa yang baru. Reproduksi seksual dapat
berupa konjugasi atau bersatunya gamet (fusi gamet).
Dalam kondisi yang sesuai mereka mengadakan pembelahan secara bertahap
setiap 15 menit. Protozoa diklasifikasikaan menjadi 4 berdasarkan alat gerakan.
Klassifikasi ini meliputi: Rhizopoda (Amoeba), Flagelata (Mastingopora), Ciliata
(Chiliopora), dan Sporozoa.

KLASIFIKASI PROTOZOA BERDASARKAN ALAT GERAKNYA

Sarcodina
Protozoa yang bergerak secara amuboid dengan perantaraan
pseudopodia.berkembangbiak secara seksual pada umumnya memiliki 2 bentuk
yaitu kista dan trofozoit.contohnya entamoeba hystolytica sebagai penyebab
amoebiasis dan asbes hati,Dientamoeba fragillis yang menjadi penyebab diare,
Naegleria fowleri dan Acanthamoeba spp merupakan amoeba yang hidup bebas.
Matigophora atau flagellata
Merupakan protozoa yang bergerak dengan flagella ,berkembang biak secara
aseksual memiliki stadium kista dan trpozoit.dapat menginfeksi usus maupun
darah dan jaringan tubuh .spesies yang menginfeksi usus dan merupakan
penyebab diare pada anak-anak adalah Giardia liblia. Penyebab penyakit menular
seksual (PMS) terutama vaginitis yaitu Trichimonas vaginalis .spesies yang
menginfeksi darah tapi tidak terdapat di indonesia yaitu : Trypanosoma cruzz
yaitu penyebab penyakit Chagas (American trypanosomiasis),Trypanosoma brucei
gambiense dan trypanosoma rodesiense penyebab African tripanosomiasis serta
leishmania spp penyebab leishmaniasis visceral ,kulit dan selaput lendir.
Cilliopora (Doflein,1901)
Merupakan parasit penyebab diare dan disentri ,silia sederhana atau organel
silier yang khas dan kompleks ditemukan pada sekurang-kurangnya satu
stadium dari hidupnya ,biasanya dengan dua tipe inti,pembelahan biner
transversal ,ditemukan vakuola kontraktil yang khas.contoh genus ciliopora:
balantadium coli.
Sporozoa
Subfilum sporozoa dapat menyerang usus ,jaringan maupun darah ,spesies yang
menyerang usus Sarcocystis spp,spesies yang menyerang darah : plasmodium spp

3
Parasitologi II
penyebab malaria,babesia spp sebenarnya parasit menyerang darah pada hewan
tapi dapat pula menyerang manusia.
Kelompok protozoa yang belum terklasifikasi ,yang menyerang jaringan yaitu
toxoplasma gondii yang merupakan penyebab toxoplasmosis, bentuk infeksi yang
berat dapat menyebabkan kemunduran mental,kebutaan dan kematian ,serta
pneumocystis carinii sebagai penyebab pneumosistis yang dikaitkan dengan AIDS.
Tabel. Klasifikasi Protozoa Parasit Pada Manusia

Protozoa Alat Gerak Patogen pada Manusia Penyakit


(lokomosi)
Rizopoda Pseudopodia Entamoeba histolytica Ambiasis
(amuba) (kaki
semu)
Flagelata Flagella Giarda lamblia Giardiasis
Trichomonas vaginalis Trichomoniasis
Trypanosoma sp. Trypanosomiasis
Leishmania spp. Leishmaniasis
Mastingopora Silia Balantidium coli Balantidiasis
(siliata)
Sporozoa Tidak ada, Toxoplasma gondii Toxoplasmosis
pergerakan Plasmodium Malaria
amuboid sedikit Isospora belli Isosporiosis
Cryptosporidium Cryptosporidiosis
parvum

KLASIFIKASI PROTOZOA BERDASARKAN BERDASARKAN HABITATNYA

Protozoa Usus
Protozoa Rongga Tubuh (Rongga Artial)
Protozoa Darah Dan Jaringan

MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP

Protozoa merupakan suatuunit tunggal yang ditandai dengan berbagai ukuran


dan bentuk .beberapa spesies dapat dilihat dengan mata telanjang (balantidium coli)
dan yang lainnya hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
Bentuk ada yang sperik atau ovodial ,lainnya tidak teratur .beberapa yang
radial simetri ,bilateral simetri dan ada yang memiliki torsi longitudinal pada
badannya.protozoa ada yang memiliki bentuk tetap,ada juga yang bentuknya
berubah-ubah setiap saat .misalnya Plasmodium spp sebagai penyebab penyakit

4
Parasitologi II
malaria.disamping itu bentuknya kaan berubah sesuai stadium yang dilalui dalam
siklus hidupnya.umumnya protozoa usus memiliki dua stadium pokok yaitu trofozoit
dan kista.
Stadium trofozoit (trophos=makan) disebut juga stadium vegetatif atau
poliferatif ,dan bergerak aktif ,berbiak secara belah pasang akan tetapi pada
umumnya tidak resisten terhadap perubahan lingkungan ,sehingga untuk masuk
kepada hospes baru perlu berubah menjadi kista disebut enkistasi yaitu : (a)
kekurangan atau kelebihan suplai makanan,(b) kelebihan produksi katabolisme dari
organisme ,(c) perubahan pH,(d) pengeringan, (e) kekurangan atau kelebihan
oksigen dan (F) popilasi parasit sangat banyak

Stadium kista (cystsis= kantong),dinding kista merupakan hasil sekresi dari


ektoplasma sehingga menjadi resisten daripada bentuk trofozoit.kista selain untuk
memperthankan diri ada juga yang berfungsi untuk pembiakan .pada balantidium coli
kista berfungsi untuk mempertahankan diri,akan tetapi parasit.
Dalam dinding kista tidak banyak mengalami perubahan morfologi, sedangkan
fungsi mempertahankan tubuh dan pembiakan terdapat pada beberapa amoeba dan
falgelata yang dimulai dengan pembelahan inti dan berakhir dengan terbentuknya
beberapa trofozoit (eksistasi) yang terjadi di usus halus. Beberapa faktir yang dapat
menyebabkan eksistasi yaitu : (a) perubahan tekanan osmotic pada medium, (b)
Pengaruh enzim pada lapisan dalam dinding kista, (c) pH ( padabeberapa protozoa
parasit) serta aktifitas enzim hospes yang menguntungkan bagi parasite. Ada
beberapa protozoa yang tidak melalui stadium kista, hanya stadium trofozoit,
misalnya Entamoeba gingivalis, Dientamoeba fragilis, Trichomonas sp, sehingga
penularan dapat terjadi secara langsung.

BAGIAN- BAGIAN PROTOZOA


Protozoa hanya terdiri dari satu sel sehingga tidak memiliki organ-organ
seperti paada metazoan, untuk kehidupannya dilakukan oleh hanya satu sel tersebut,
bagian-bagian sel (organel) memiliki fungsi tertentu. Bagia- bagian protozoa terdiri
atas inti dan sitoplasma.
Inti merupakan bagian penting utnuk mempertahankan hidup serta untuk
reproduksi. Bagian terdiri atas membrane (selaputinti), nukleoplasma, kariosom

5
Parasitologi II
(endosome, nucleolus), serabut inti yang akromatik dan butir kromatin. Kadang-
kadang untuk identifikasi protozoa, perlu diketahui morfolog iinti. Misalnya pada
amoeba usus dibedakan tiga macam inti yaitu :inti Entamoeba, Endolimax, dan Ioda
moeba. Jumlah inti pada trofozoit biasanya satuu, sedangkan pada kista bervariasi
tergantung spesies. Inti mengandung kromosom sebagai permbawa sifat organisme.
Sitoplasma terdiri atas ektoplasma dan endoplasma. Endoplasma, keruh,
bergranula didapat inti, vakuola (makanan, kontraktil), apparatus golgi, mitikondria,
serta makanan cadangan berupa granula valutin, benda kromatid dan organel lain.
Vakuola makanan (gastriol) bergerakritmis, yaitu gerak memenuhi (sistol) dan
mengosongkan (diastole),berfungsi sebagai osmoregulator dans eleksresi.
Ekdtoplasma, tampak jernih, homogeny, berfungsi sebagai alat gerak,alat mengkap
dan membuang sisa makanan, respirasi serta lata mempertahakan diri. Pada trofozoit
terdapat selapit tipis yang tidak memberibentuk tetap pada amoeba, tetapi member
bentuk tetap pada amoeba, tetapi member bentuk tetap pada protozoa lain.
Pada flagellate terdapat kinestoplast (terdiri dari blefaroplast dan benda
parabasal) yang merupakan tempat munculnya flagelata. Kinetoplas banyak
mengandung DNA yang membawa sifat waris anorganis meserta berhubungan
dengan mitokondria yang berfungsi untuk bergeraknya organisme.
Alat gerak protozoa terdapat pada stadium trofozoit amoeba, flagelatadan
ciliate, alat gerak dapat berupa pseudopodia, flagellate, dansilia. Pseudopodia atau
kaki semu merupakan alat gerak pada amoeba, geraknya disebut gerak pada amoeba,
merupakan alat gerakpada amoeba, gerkanya disebut gerak pada amoeba,
merupakan penonjolan ektoplasma, geraknya disebut gerak amoebaoid, terjadi
karena perubahan sifat sitoplasma daric air menjadi kental (gel). Flagellum (flagella)
atau bulu cambuk, terdapat pada bagian anterior tubuh, merupakan alat gerak
flagelata, dikenal alat gerak lain, yaitu membrane undulant (membrane
bergelombang) misalnya pada Trypanosoma. Cilium (siliata) atau bulugetar yang
merupakan bulu getar, jumlahnya banyak dan menutupi seluruh permukaan tubuh
parasite.
Pengambilan makanan, disamping difusi, sari makanan kewat membrane sel
terdapat tiga cara makan yang lain untuk protozoa yaitu fagosotosis, pinositosis, dan
makan melalui sitostoma. Akhir-akhiri ni istilah endoditosis digunkan ahli

6
Parasitologi II
parasitology untuk mencakup fagositosis (pengambilan bahan-bahan padat)
danpinositosis (pengambilan bahan dalam larutan lewat vesikula).
Ekskresi terutama dilakukan dengan difusi lewat membrane sel. Respirasi
dilakukan secara aerobic (Plasmodium ) ataupun anaerobic (Entamoebahystolitica).
Reproduksi (perkembangbiakan) protozoa terdiri dari pembelahan biner (belah
pasang) sederhana, pembelahan multiple/ berganda (skizogoni) atau reproduksi
integrasi seksual dan aseksual yang rumit. Belah pasang longitudinal misalnya pada
Giardia lamblia yaitu proses pembentukan dua individu dengan cara membelah in ti
diikuti pembelahan sitoplasma (sitokinesis). Diawalai pembelahan kineptoplas,
kemudia flagel, intiakhirnya sitoplasma.
Skizogoni merupakan suatubentuk perkembangbiakan aseksual. Dalam
skizogoni, inti mengalami pembelahan berulang- ulang setiap inti kemudia dikelilingi
oleh sedikit sitoplasma yang terpisah dan membrane sel yang asli pecah,
membebaskan selanak sebanyak sama dengan jumlah inti baru. Sela-selana kini
dinamakan merozoit. Selinduk yang mengalami pembelahani ni disebut dengan
skizon.
Pertunasan (budding) pada dasarnya proses itu adalah mitosis sederhana
dengan pembelahan seluler. Endodiogeni, yaitu pembentukan dua selanak hasi
lpembelahan membrane dan organel dalam sitoplsma induk terjadi padaToxoplasma
gondii. Reproduksi seksual dalm berbagai bentuk jika dua sel bersatu dan
mengadakan pertukaran bahan- bahan inti peristiwa ini disebut konjugasi (ciliate).
Setelah keduanya berpisah lagi masing- masing sel disebut ekskonjugan. Jika
dihasilkan sel-sel kelamin (selgamet), mereka bersatu secara singam iuntuk
membentuk zygot, sel pertma yang merupakan individu baru. Gamet- gamet tersebut
tidak , contohnya pada gametosit malaria di dalam tubuh nyamuk bentuk dan
ukuran gamet yang berbeda, bentuk besar (betina) disebut makrogamet sedangkan
yang kecil (jantan) disebut mikrogamet. Reproduksi aseksual dan seksual yang
terjadi pada kelas siliata dengan pembelahan biner dan konjugasi melalui pertukaran
materi genetic.

7
Parasitologi II

Gambar 1. Proses pembelahan binerdanreproduksi seksual protozoa

8
Parasitologi II

PROTOZOA USUS

Amoeba termasuk dalam kelas Rhizopoda filum Protozoa. Manusia merupakan


host enam spesies amoeba yang hidup dalam rongga usus besar, yaitu Amoeba
patogen seperti Entamoeba histolytica dan Amoeba nonpatogen atau komensal pada
manusia diantaranya Entamoeba coli, Entamoeba hartmanni, Jodamoeba butschlii,
Dientamoeba fragilis, Endolimax nana, dan satu spesies amoeba yang hidup di dalam
mulut, yaitu Entamoeba gingivalis.
Rhizopoda yang pada bentuk trofozoit, protoplasmanya tidak dibungkus
membran serta khas membentuk pseudopodia. Merupakan hewan yang paling
saderhana yang tersebar di seluruh dunia (kosmopolit). Kebanyakan hidup bebas
tetapi beberapa spesies bersifat parasit pada manusia. Amoeba yang hidup bebas
termasuk dalam family Amoebidae, sedangkan yang bersifat parasit termasuk
Endamoebidae, Calkins 1926 Family dari amoeba hidup bebas yang termasuk ke
dalam amoeba jaringan otak primet yaitu Vahlkampfiidae dan Acanthamoebidae.
Amoeba di usus yaitu : Entamoeba, Endomax dan Iodampeba. Parasit ini
bergerak dengan pseudopodia, yaitu penonjolan yang tiba-tiba dari ektoplasma yang
diikuti dengan gerak ke arah yang ditujuh. Enkistasi biasa terjadi dalam usus besar.
Dalam tubuh manusia amoeba ini bersifat komensal. Kecuali Entamoeba histolytica
yang dapat menjadi patogen. Pembiakan terjadi belah pasang, baik pada stadium
kista maupun trofozoit. Penularan hanya terjadi pada bentuk kista matang, karena
bentuk kista belum matang dan trofozoit mudah rusak hancur oleh keasaman
lambung serta enzim pencernaan makanan.
Siliata yang hidup pada usus manusia adalah Balantidium coli merupakan
kelompok protozoa yang termasuk pylum Cilliopora, pada stadium trofozoit ditandai
dengan penjuluran membran ekstoplasma yang pendek menyerupai benang disebut
siliata.
Flagelata yang dalam usus terdiri atas Embadomonas intestinalis, Enteromonas
hominis, Chilomastix mesnili, Giardia lamblia, Trichomonas hominis, Dientamoeba
fragilis penyebarannya bersifat kosmopolit.

9
Parasitologi II

INFEKSI PROTOZOA AMOEBA (AMOEBIASIS)

Etiologi : Entamoeba histolitica (Schaudinn,1903). Sinonim : Moeba


dysentriae,Entamoeba tetragena, entamoeba dispar, entamoeba venaticurn . Hospes :
manusia, bisa juga kera, anjing, kucing, babi serta tikus. Manusia merupakan host
parasit ini. Penyakit yang disebabkannya disebut amubiasis usus (amubiasis
intestinalis), sering kali disebut disentri amuba. Habitat: terutama daerah caecum
dan retrosigmoid. Amubiasis terdapat di seluruh dunia (kosmopolit) terutama di
daerah tropis dan daerah beriklim sedang.

Morfologi

Entamoeba histolitica memiliki dua bentuk utama dengan satu peralihan yaitu
bentuk trofozoit (bentuk vegetatis/bentuk histolitica), bentuk prekista (bentuk
peralihan sebelum menjadi kista) dan bentuk kista.

Bentuk Tropozoit
Dapat bergerak aktif, diameter 10-60 μm, sebagian besar berukuran 15-30 μm,
ektoplasma lebar, jernih, membias cahaya terpisah jelas dengan endoplasma,
pseudopodia tipis. Endoplasma bergranula halus kadang-kadang ditemukan sel
darah merah dengan berbagai tingkat kerusakan. Inti tunggal terletak eksentrik,
pada preparat yang tidak dipulas inti tampak samar-samar sebagai cincin
berbutir halus. Dengan pewarnaan hematoksilin besi membran inti jelas, sebelah
dalamnya melekat butir kromatin, sama besar, kariosom kecil letaknya di tengah
inti. Trofozoit dalam feses bertahan dalam 5 jam pada suhu 37OC, 16 jam pada
suhu 25OC dan 96 jam pada suhu 5OC (Neva F.A dan Brown H.W,1994)

10
Parasitologi II

Gambar 1. Trofozoit Entamoeba histolytica


Endo (endoplasma), ecto (ektoplasma), Vac (vakuola), ka (kariosom), nu (nukleus),
dan psd (pseopodia)
Sumber: http://www.tulane.edu/-wisar/protozology/notes/intest/html

Bentuk prekista
Bulat, tidak berwarna, lebih kecil dari Trofozoit, lebih besar dari kista, tidak
mengandung makanan, pseudopodia dikeluarkan perlahan, tidak ada bergerak
progesif.
Bentuk kista
Bentuk oval atau bulat, agak asimetrik, dinding halus, membias cahaya, tidak
berwarna, ukuran 10-20 μm (rata-rata 12-13 μm) jumlah inti 1,2 atau 4 buah.
Kista mati dalam 5 menit pada suhu 37OC, 62,5 hari pada suhu 0OC (Neva F.A dan
Brown H.W,1994). Sekurang-kurang dapat bertahan 8 hari pada suhu 28-34oC,
tetapi hanya beberapa jam saja pada suhu 46-47OC dan kurang dari satu menit
pada suhu 52OC (jones dan Newton,1950). Kista dapat bertahan lebih lama pada
suhu dingin, 40 hari pada suhu 2-6OC (Simitch petrovich dan chibalich,1954) dan
dibawah titik beku daya tahan berkurang. Jika makanan cair terkontaminasi
Entamoeba histolitica kista bertahan 15 hari pada suhu 4OC dan 24 jam pada (-10
sampai -15OC) di dalam 4 ppm klor bebas kista mati dalam 15-30 menit. Kista
mati jika diberi klorida merkuri 0,04% fenol 1% dan formalin 5%.

11
Parasitologi II

Gambar 2. Bentuk kista Entamoeba histolitica


Cb(kromatoid), vac(vakuola), nu(inti)
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/file:Entomoeba_histilitica-01.jpg

SIKLUS HIDUP
Entamoeba histolytica mempunyai 3 stadium, yaitu: 1) stadium tropozoit, 2)
stadium minuta, dan 3) stadium kista (Gambar 2.1). Stadium histolitika dan bentuk
minuta adalah bentuk trofozoit. Kista matang yang tertelan manusia, organisme di
dalamnya akan aktif, berkembang menjadi 4 stadium tropozoit metakistik, stadium
ini kemudian berkembang menjadi tropozoit di usus besar. Di rongga usus halus
dinding kista dihancurkan, terjadi eksistasi dan keluarlah bentuk-bentuk minuta
yang masuk ke rongga usus besar. Bentuk minuta dapat berubah menjadi stadium
tropozoit yang patogen. Dengan peristaltis usus, bentuk ini dikeluarkan bersama isi
ulkus rongga usus kemudian menyerang lagi mukosa usus yang sehat atau
dikeluarkan bersama tinja.

Gambar 3. Siklus Hidup Entamoeba Histolytica

12
Parasitologi II
EPIDEMIOLOGI
Parasite ini tersebar luas (kosmopolit), paling banyak didaerah tropis dan sub
tropis. Beberapa factor mempengaruhi penyebaran penyakit ini berhubungan dengan
sanitasi yang kurang baik, kepadatan penduduk, makanan dan gizi yang kurang baik,
tingkat pendidikan dan social ekonomi yang rendah.
PATHOGENESIS
Entamoeba histolityca merupakan parasite pathogen yang habitatnya dalam
caccum dan rectos igmoid (intestinal). Invasidi mulai melalui kriptamakosa usus
diikuti pembentukan ulkus primer, dengan ciri ulkus bergayang dapat sembuh
sempurna, meninggalkan bekas menetap atau menyebar pada lapisan mukosa dan
lapisan yang lebih dalam.
GEJALA PENYAKIT
Disentri amoeba merupakan bentuk dari amoebiasis. Gejala disentri meliputi: buang
air besar berisi darah atau lendir, sakit perut, hilangnya selera makan, turun berat
badan, demam, dan rasa dingin. Tanda klinis amoebiasis kolon akut bila terdapat
sindrom disentri disertai sakit perut (mules). Biasanya gejala diare berlangsung tidak
lebih dari 10 kali sehari. Pada disentri basilaris, diare dapat terjadi lebih dari 10 kali
sehari (sindrom disentri). Sedangkan pada amoebiasis kolon menahun biasanya
terdapat gejala diare ringan diselingi dengan obstipasi. Dapat juga terjadi suatu
eksaserbasi akut penyebaran ke luar usus (ekstraintestinal), terutama ke hati. Pada
amoebiasis hati biasanya didapatkan gejala berat badan menurun, badan terasa
lemah, demam, tidak nafsu makan disertai pembesaran hati yang disetai nyeri tekan
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan jika perlu
pemeriksaan radiologi dan sigmoidoskopi. Diagnose klinis sulit ditegakkan karna
kurang spesifik. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan trofozoit
atau kista entamoeba histolityca pada bahan pemeriksaan feces pemeriksaan ini
penting dan harus dibedakaan dengan parasite protozoa lain yang sering ditemukan
keluar bersama feces ataupun yang bukan parasite harus dapat membedakan dengan
entamoeba coli dan makrofag, sering kali dari sediaan feces pada amobiasis
ditemukan Kristal charotleyden. Pada feces encer untuk pemeriksaana dan yang
bentuk trofozoit dilakukan pemeriksaan langsung pada feces padat biasanya untuk
pemeriksaan stadium kista bila sulit dtemukan baik bentuk trofozoitnya atau kista

13
Parasitologi II
dicoba dengan metode konsentrasi bahan pengawet bila feces tidak langsung
diperiksa feces disimpan dengan cairan polivinil alcohol. Untuk amoeba ikon hati dan
ekstraintestinal tes serologi imdirekhem aglutinasi dengan titer lebihdari 128 atau
ELISA dengan titer 40 U.
PENCEGAHAN
Dapat dilakukan dengan mengutangisum berinfeksi dengan penderita
amobiasis pendidikan kesehatan terutama menyangkut kebersihan baik perorangan
maupun sanitasi lingkungan, pengawasan sanitasi makanan tempat hidup/bekerja,
pembuangan sampah, pembuangan feces, pemberantasan lalat, kecoa sebagai vector
mekanik yang dapat memindahkan kista pada makanan/minuman.

14
Parasitologi II

AMOEBA USUS APATOGEN

1. Entamoeba coli
Morfologi : Memiliki morfologi yang sangat mirip dengan E.hitolityca ditemukan
dalam bentuk
Bentuk vegetative (trofozoit)
Besarnya 15-30 mempunyai inti entamoeba. Ekstoplasma hanya tampak nyata
apabila pseudopodium terbentuk. Pseudopodium kecil, dibentuk perlahan,
gerakan lambat. Endoplsma mempunyai vakuola berbentuk bakteri, bentuk ini
tidak bias dibedakan dari bentuk minuta E.histolityca.
Bentuk kista
Besarnya 10-31 mikron dalam feces biasanya intinya 2 sampai 8, berinti 2
memiliki vakuola gllikogen yang besar. Benda kromatid seperti jarum dengan
ujung tajam. Entamoeba coli tidak pathogen, tetapi penting untuk dapat
dibedakan dari Entamoeba histolytica hidup di kolon dan sekum.
Bentuk kista : besarnya 6-15 pm, memiliki satu inti, vakuola glikogen yang besar
sehingga mendorong, inti ke pinggir, biasanya hidup komensal dalam caccum
dan kolon, infeksi melalui menelan kista matang.

Gambar 4: Bentuk trofozoit dan kista Entamoeba coli

2. Endolimax nana
Bentuk vegetatif
Besarnya 8-10 mikron (umumnya kurang 10 mikron),mempunya inti,
ektoplasma tampak dalam keadaan diam, pseudopodia pendek, endoplasma
mempunyai vakuola dan mengandung bakteri

15
Parasitologi II
Bentuk kista
Besarnya 6-8 mikron, pada feses kista biasanya berinti 4, parasit hidup
sebagai komensal dalam rongga usus besar, cara infeksi dengan menekan kista
matang

Gambar 5. Bentuk trofozoit (a) dan kista (b) endolimax nana

3. Entamoeba hartmani
Bentuk vegetatif
Besarnya 4-12 mikron, memiliki satu inti entamoeba
Bentuk Kista
Bentuknya 5-10 mikron, berinti satu sampai empat, mempunyai benda
kromatoid kecil dan banyak
4. Iodamoeba butschlii
Bentuk vegetatif
Besarnya 625 mikron, ektoplasma tidak tampak, endoplasma mempunyai
inti dan banyak mengandung vakuola dan bakteri.
Bentuk kista
Besarnya 615 mikron, memiliki satu inti, vakuola glikogen yang besar
sehingga mendorong inti ke pinggir, biasanya hidup komensal dalam caccum
dan kolon, infeksi melalui menelan kista matang

Gambar 6: Bentuk trofozoit dan kista Iodamoeba butschlii

16
Parasitologi II

INFEKSI CILIATA USUS (Balantidiasis)

Balantidiasis (balantidiosis, doisentri balantidium, merupakan penyakit


zoonotik) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Balantidium coli yang mirip
dengan amoebiasis, menyebabkan proteolitik dan sitotoksik yang memediasi invasi
jaringan dan ulserasi usus. Protozoa usus Balantidium coli adalah satu-satunya
anggota kelompok Ciliata yang patogen bagi manusia. Habitat : Mukosa dan sub
mukosa usus besar terutama ceccum bagian terminal dan ileum. Hospen : manusia,
babi dan kera.
Balantidium coli adalah satu-satunya siliata yang menginfeksi manusia.
Ditemukan di seluruh dunia, penyebaran dengan fecal-oral dan terdapat di daerah
tropis, prevalensi lebih dari 1%. Prevelesi pada penduduk, contohnya di Papua, New
Guinea, babi merupakan hewan peliharaan sehingga prevelensi sampai 28%.
Penularan manusia ke manusia juga dilaporkan biasa terjadi pada pemukiman padat
penduduk, hygiene peroranganyang buruk, rumah sakit jiwa dan penjara.

MORFOLOGI
Balantidium coli merupakan protozoa usus manusia yang berukuran paling besar.
Trofozoit :
Warnanya kelabu, tipis, lonjong berbentuk seperti kantun (belantidium=kantung
kecil), ukuran panjang 50-200 mikron dan lebar 40-70 mikron. Silia tersusun
longitudinal dan spiral sehingga arah pergerakan melingkar. Sitostoma sebagai
mulut terletak di daerah peristoma yang bersilia panjang berakhir pada sitopige
sebagai anus sederhana. Terdapat dua vakuola kontaktil, dua nukleus(makro dan
mikro nukleus). Makronukleus berbentuk seperti ginjal berisi kromatin sebagai
nukleus vegetatif/somatil. Mikronukleus banyak mengandung DNA terletak pada
bagian konkaf makro nukleus, sebagai nukleus generatif/seksual.
Kista.
Berwarna hijau, bening, lonjong seperti bola, memiliki dinding rangkap. Ukuran
45-75 pm, terdapat makronukleus, vakuola kontraktil dan silia. Kista tidak tahan
kering, sedangkan dalam tinja yang basah kista dapat tahan berminggu-minggu.

17
Parasitologi II

Gambar 7. Gambaran Trofozoit dan kista Balantidium coli

SIKLUS HIDUP

Kista merupakan stadium infektif terhadap penyebaran balantidiasis (1).


Hospes hampir seluruhnya terinfeksi kista dengan cara menelan kista melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan kista (2). Setelah ditelan
terjadi ekskistasi dalam usus halus dan trofozoit membentuk koloni di usus
besar (3). Trofozoit menetap dalam lumen usus besar manusia dan hewan dan
memperbanyak diri dengan belah pasang transversal dan konjugasi (4).
Trofozoit mengalami enkistasi untuk menghasilkan kista infektif (5). Beberapa
trofozoit masuk ke dalam dinding usus besar dan bereplikasi, beberapa kembali
ke lumen dan hancur, kista matang keluar bersama feses.

Gambar 8. Siklus hidup Balantidium coli

18
Parasitologi II
EPIDEMIOLOGI
Balantidium coli didistribusikan di seluruh dunia. Babi dan monyet (jarang)
merupakan inang perantara (reservoir) yang paling penting. Infeksi yang ditularkan
melalui jalur fekaloral, wabah berhubungan dengan kontaminasi pasokan air dengan
kotoran babi. Penyebaran dapat melalui makanan, minuman dan tempat yang
terkontaminasi. Faktor risiko yang terkait dengan penyakit manusia termasuk kontak
dengan babi dan kondisi higienis yang di bawah standa.
GEJALA PENYAKIT
Asimptomatik dan dapat sembuh sendiri, secara klinis di bagi menjadi infeksi
sedang,akut dan kronis.
Infeksi sedang dan akut
Gejala sama dengan amoebiasis usus yaitu diare, disentri , kolik abdomen, mual,
muntah. Feses encer mengandung lendir, nanah dan darah, defekasi sehari 6-15
kali
Infeksi kronik
Diare hilang timbul disertai konstipasi, nyeri pada kolon dan anemia.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENGOBATAN


Pemeriksaan parasitologis secara mikroskopis dengan menggunakan
spesimen tinja (feses) perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Dari
pemeriksaan spesimen feses klien Balantidiasis dapat ditemukan stadium tropozoit
dan stadium kista. Trofozoit ini sangat Besar, bervariasi dalam panjang dari 50-
200μm dan lebar dari 40-70μm. Permukaan ditutupi Dengan silia.
Pengobatan dengan obat pilihan adalah tetrasiklin. Iodoquinol dan
metronidazol adalah agen alternatif.

19
Parasitologi II
INFEKSI FLAGELLATA USUS (Giardiasis)

Giardiasis disebabkan parasit Giardia lamblia (stiles 1915). Giardia lamblia


adalah protozoa berflagela, mendiami usus kecil (duodenum dan jejunum) manusia.
Protozoa ini adalah satu-satunya yang ada pada saluran pencernaan dan diketahui
endemik dan epidemik penyebab diare pada manusia. Parasit awalnya bernama
Cercomonas intestinalis ditemukan oleh Lamblia pada tahun 1859 dan berganti nama
menjadi Giardia lamblia oleh Stiles pada tahun 1915, untuk menghormati Profesor A.
Giard dari Paris Dr. F. Lambl dari Praha. Giardiasis, giardosis atau lambliasis
merupakan penyakit zoonotik terutama menyerang anak-anak berumur 6-10 tahun.
Penyakit ini memiliki habitat : Duodenum, jejunum bagian atas, saluran empedu,
kandung empedu. Parasit melekat pada mukosa usus, terjadi inflamasi ringan.
Kegiatan mekanik dan toksik akan mengganggu penyerapan vitamin A dan lemak.
Morfologi

Bentuk Trofozoit
Berbentuk seperti jambu monyet, tapi pipih dorsoventral, Ukuran (9-12) × (5-
15) micrometer dan tebalnya 2-4 mikrometer. Bagian anterior merupakan batil
isap, inti dua buah, flagel 4 pasang (2 aksostosil dan 2 benda parabasal ).
Berkembang biak dengan belah pasang longitudinal.

Gambar 9. Trofozoit Giardia lamblia


Kista
Ukuran (8-12) × (7-10) mikrometer. Bentuk lonjong, inti 2 sampai 4
terletak pada satu kutub. Dalam endoplasma tampak sisa organel yang
terdapat pada bentuk vegetative

20
Parasitologi II

Gambar 10. Kista Giardia lamblia


SIKLUS HIDUP
Stadium kista adalah bagian penting yang bertanggung jawab untuk pergerakan
Giardia. Kista yang kuat, dapat bertahan hidup beberapa bulan di air dingin. Infeksi
terjadi dengan menelan kista pada air yang terkontaminasi, makanan, atau melalui
feses-mulut (tangan atau muntahan). Kista melewati perut dan pecah menjadi
tropozoit di duodenum dalam waktu 30 menit, setiap kista menghasilkan dua empat
inti (tetranucleate), dan tropozoit. Asam lambung mempermudah proses pecahnya
kista. Di duodenum dan jejunum, tropozoit empat inti berkembang biak secara
aseksual dengan pembelahan biner sehingga menghasilkan sejumlah besar tropozoit
baru. Tropozoit pada permukaan mukosa usus, untuk menjaga kelembaban mereka
terikat oleh pengisap oval. Ketika isi usus meninggalkan jejenum dan mulai
kehilangan kelembaban, tropozoit menarik flagella, menutup diri dengan tebal semua
yang ada di encyst. Tropozoit terselubung menjalani fase lain dari intinya yaitu
menghasilkan empat berinti kista matang. Keempat kista matang berinti adalah
bentuk infektif dari parasit, diekskresikan dalam tinja pada siklus berikutnya.

Gambar 11. Siklus hidup Giardia lamblia


Sumber:http://pathmicro.med.sc.edu/parasitology/int
est-protozoa.htm

21
Parasitologi II
GEJALA KLINIK
Umumnya tidak menimbulkan gejala klinik yang berarti, kalaupun ada
biasanya terjadi pada anak anak, terjadi enteritis akut dan kronis. Pada diare kronik
feses berlemak (steatorrhea) diselingi obti pas kadang-kadang encer, sakit perut, ulu
hati, perut kembung, fese sberlendir dan mengandung darah. Pada orang dewasa
hampir tidak berarti secara klinik.
DIAGNOSIS
Diagnosis dengan pemeriksaan feses ditemukan stadium kista dan trofozoit.
Dengan cara pembuatan Wet mount menggunakan larutan garam fisiologis atau
lugol, metode konsentrasi menggunakan larutan formalin-etil-asetat, pewarnaan
hematoksilin, tikrom. Specimen feses harus diperiksa sebelum satu jam setelah
pengambilan atau diberi pengawet polivilin alcohol 10%.
EPIDEMIOLOGI
Giardiasis terjadi di seluruh dunia, terutama pada musim panas, dan terjadi
pada anak-anak. Infeksi G. lamblia juga banyak ditemukan di Cina, dengan kejadian
yang bervariasi 0,48-10%. Giardiasis menunjukkan dua pola epidemiologi yang
berbeda: endemik dan epidemik. Endemik di negara-negara berkembang, seperti
India. Terutama terjadi pada anak-anak. Di Amerika Serikat dan negara-negara maju
lainnya, lebih terjadi secara epidemik pada semua kelompok umur. Penyebab utama
infeksi adalah tinja manusia yang mengandung kista Giardia, makanan, dan air yang
terkontaminasi oleh kotoran manusia dan hewan yang mengandung kista. Giardiasis
ditularkan umunya dengan minum air terkontaminasi oleh feses dan sering dengan
makan makanan yang terkontaminasi. Hal ini juga dapat ditularkan melalui orang
langsung ke orang, itu terjadi paling umum pada orang dengan sanitasi yang buruk
dan kebersihan mulut yang kurang. Giardiasis dapat ditularkan melalui hubungan
seks antara laki-laki homosexual melalui anus. Pasien dengan kelemahan imun,
seperti AIDS, kekurangan protein kalori semakin rentan terhadap infeksi Giardia.
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
Beberapa obat resep yang tersedia untuk mengobati Giardiasis yaitu
metronidazol adalah obat pilihan. Metronidazol, tinidazole, atau senyawa 5-
nitroimidazole lainnya biasanya membunuh parasit dalam usus, tetapi Giardia pada
kandung empedu atau saluran empedu dapat merusak dan menginvasi tulang usus,
mengakibatkan kekambuhan. Giardiasis dapat dicegah dan dikendalikan oleh

22
Parasitologi II
peningkatan pasokan air bersih, pembuangan kotoran manusia, mempertahankan
kebersihan makanan serta kebersihan diri, dan pendidikan kesehatan. Air minum
dari danau dan sungai harus direbus, disaring dan/atau diobati yodium.

INFEKSI SPOROZOA USUS

1. Coccidiosis
Etiologi: Isospora belli (Wenyon, 1923)
Habitat :usus halus, tetapi tidak diketahui tempat yang tepat. OokistaI sospora
belli pernah didapat di jejenum dan duodenum, parasite ini belum dapat dibiakan.
Jarang pernah terjadi pada manusia, penularan melalui makanan dan minuman
yang ditularkan melalui tangan kemulut, patogenitas rendah, asimpomatik dan
tidak memerlukan pengobatan, hanya membutuhkan makanan yang lunak dan
istirahat.
2. Cryptosporidiosis
Cryptosporidiosis merupakan penyakit parasite yang disebabkan oleh
Cryptosporidium.sp yang hidup ditanah, air dan makanan, penularan dapat terjadi
dengan menelan parasite. Gejala klinik yang timbul selain diare yang encer, diikuti
oleh dehidrasi, kehilangan berat badan, sakit perut, demam, mual dan muntah.
Pada umumnya orang yang terinfeksi tidak memerlukan pengobatan, kecuali
pada orang dengan penyakit system imun yang lemah seperti pada AIDS. Untuk
pencegahan infeksi dengan hygiene perorangan yang baik, mencuci tangan
sebelum makan pula buah dan sayuran sebelum dikonsumsi.
Diagnosis yang spesifik untuk Criptosporidium pavum menggunakan teknik
(polymerase chain reaction) PCR, untuk mendeteksi adanya Cryptosporidium
pavum dilingkungan dan specimen hewan, akan tetapi dapat pula dilakukan
pemeriksaan langsung.

TEKNIK PEMERIKSAAN PROTOZOA USUS

Specimen feses yang diduga kemungkinan mengandung protozoa, memiliki


ciri khas sebagai berikut:
Secara makroskopis
o Tinja bersifat asam (acid)

23
Parasitologi II
o Bau busuk (foul smelling)
o Lendir (mucus) lebih sedikit dibandingkan disentribasiler dan tidak terlalu
lengket
o Dapat disertai darah (pada feses padat kadang tidak disertai darah)
o Nanah lebih sedikit dibandingkan dengan disentribasiler
Secara mikroskopis
Akan banyak ditemukan banyak bekteri, pada Entamoeba histolytica yang
mengandung eritrosit, eritrosit akan membentuk rouleaux, kadang-kadang
ditemukan Kristal Charcot-Leyden tetapi tidak spesifik untuk disentri amoeba.
Pemeriksaan protozoa usus secara langsung/ Wet Preparation
a) Tujuan : untuk melakukan pemeriksaan secara cepat, bentuk trofozoit dan kista
b) Species : untuk feses encer (trofozoit) dan feses keras (kista)
c) Reagen :
Eosin 2% (untuktrofozoit)
Lugol (2% larutanIodium + 3% larutan Kalium Iodida)
d) Cara kerja :
Dengan menggunakan lidi, feses diambil sebesar kacang polong dan diletakkan di
atas kaca objek yang bersih dan kering. Dibubuhi larutan NaCl 0.85%, eosin 2%
atau lugol, diratakan menggunakan lidi, kemudian ditutup dengan kaca penutup,
periksa dibawah mikroskop.

24
Parasitologi II

PROTOZOA ATRIAL

A. Entamoeba gingivalis
Entamoeba ginggivalis adalah amoeba menyerupai Entamoeba histolytica
yang hidup dalam rongga gigi, gusi dan kendang-kadang di tonsil. Ukuran Panjang
10-35 mikrometer. Vakuola endositotik biasanya banyak dan parasit ini biasanya
memakan bakteri, leukosit dan eritrosit (lingkaran berwarna gelap pada gambar).
Tidak terdapat bentuk kista dan penyebaran melalui oral-oral.
Diagnosis untuk Entamoeba gingivalis sangat baik diperoleh dari kultur.
Medium untuk kultur digunakan media agar miring Locke’s Egg Slant albumin
(L.E.A). Medium terdiri dari sedikit larutan Locke’s sebagai fase padat
ditambahkan 6-10 cc larutan albumin. Spesimen berasal dari rongga mulut yang
kemudian dibiakkan pada media selama 24-48 jam.

Gambar 1: Entamoeba gingivalis

B. Naegleria fowleri
Naegleria fowleri adalah mikroorganise penyebab meningoensefaliti samebic
akut. Merupakan amoeba berflagel yang tergolong family Vahlkampfiidae yang
dapat bertransformasi dari bentuk amoeba ke flagelata. Bakteri dapat ditemukan
pada vakuola fagositik. Dengan banyak kasus terjadi di Amerika serikat
khususnya Carolina utara, Texas dan Oklahoma. N.fowleri biasa ditemukan di
sumber air, kolam, danau yang dangkal dan biasa terdapat di danau buatan.
Penyebaran N.fowleri berhubungan dengan aktifitas di dalam air misalnya
berenang, bermain-main air di danau atau bermain jetski. Amoeba masuk ke
dalam system syaraf pusat dan menyebarkan meningoencefalitis. Gejala timbul
segera setelah 2 sampai 3 hari setelah aktifitas di air, gejala yang timbul sakit
kepala, demam anoreksia, mual, tanda-tanda meningeal, halusinasi berkembang

25
Parasitologi II
menjadi odemotak yang berat, kematian dapat terjadi 72 jam setelah onset gejala
penyakit.
Naegleria fowleri trophozoites, dari kultur CSR (cerebrospinal fluid). Sel
memiliki karakteristik intinya besar, kariosom warnanya gelap, amoeba sangat
aktif dengan pseudopodia pada Trichrome.
SIKLUS HIDUP
Naegleria fowleri memiliki tiga stadium, kista, trofozoit, bentuk flagella, dalam
siklus hidupnya. Trofozoit bereplikasi dengan promitosis (membrane inti
tetap utuh). N.fowleri ditemukan di badan air, tanah, kolam renang, kolam
hidroterapi, aquarium dan saluran pembuangan limbah.

Gambar 2. Siklus hidup Naegleria

Gambar 2: Naegleria fowleri

Trofozoit dapat berubah menjadi bentuk flagella dan biasanya kembali ke


bentuk stadium trofozoit. Trofozoit menginfeksi manusia melalui penetrasi
kesaluran mukosa dan berimigrasi ke otak menyebabkan primary amebic
meningoencephalitis (PAM). N.fowleri trophozoites ditemukan pada

26
Parasitologi II
cerebrospinal fluid (CSF) dan jaringan sementara bentuk flagelata biasa juga
ditemukan pada jaringan, sedangkan bentuk kista tidak terlihan di jaringan otak.

DIAGNOSIS LABORATORIUM NAEGLERIA FOWLERI


1. Pemeriksaan CSF
Cairan akan terlihat kelabu sampai purulent. Dalam cairan otak (CSF)
dapat ditemukan peningkatan neutrophil, tidak ditemukan bakteri, protein
meningkat dan penurunan kadar glukosa. Amoeba dapat terlihat dengan
pewarnaan Gram akan tetapi amoeba dalam CSF biasa salah satu diagnosis
dengan makrofag atau sel tumor. Specimen CSF harus dalam keadaan segar
langsung diperiksa dengan sediaan basah dan juga sediaan fiksasi pewarnaan
Gram. Trofozoit dapat dideteksi pergerakannya dengan sebuah tetesan cairan
CSF yang diamati dibawah mikroskop dengan pewarnaan Giemsa, Wright,
Hematoksilin eosin.
2. Kultur
Teknik kultur menggunakan media yang terdiri dari 1,5% non nutrient
agar plate dengan penambahan Escherichia coli kemudian diinkubasi pada
suhu 37oC, amati setiap hari, amoeba akan memakan bakteri dalam
lingkungan aerob. Pada sediaan langsung atau dari kultur organisme akan
terlihat bergerak cepat. Pencampuran CSF dengan aquades akan mempercepat
transformasi amoeba ke bentuk flagellata. Kultur dapat dilakukan dengan agar
plate yang mengandung E.Coli atau Enterobacter. Selain teknik kultur dapat
digunakan pula teknik PCR dan Indirect immunoflorescent antibody.
3. Teknik pemeriksaan untuk beberapa protozoa jaringan
Pewarnaan Giemsa dan Wright (untuk pewarnaan CSF pada pemeriksaan
trofozoit Naegleria). Sumber ://www.polysciences.com/SiteData
a. Giemsa :
➢ Dibuat apusan diatas kaca objek.
➢ Setelah kering difiksasi menggunakan methanol absolute selama 30
detik, buang kelebihan methanol.
➢ Tambahkan larutan Giemsa yang diencerkan dari stok giemsa dengan
perbandingan 1:9 menggunakan aquadest, larutan harus dibuat baru.
➢ Diamkan selama 30 menit.

27
Parasitologi II
➢ Bilas dengan air mengalir, keringkan di udara kemudian diperiksa di
bawah mikroskop.

b. Wright :
➢ Dibuat apusan di atas kaca objek steril, keringkan di udara.
➢ Beri larutan Wright di atas apusan selama 1-3 menit.
➢ Tambahkan 2 ml aquades atau buffer posfat pH 6,8.
➢ Bilas apusan dengan air atau buffer posfat pH 6,8 sampai berubah
merah jambu, keringkan menggunakan kertas tissue dan biarkan pada
suhu kamar sebelum diperiksa.

C. Trichomonas Vaginalis
Trichomonas vaginalis merupakan parasite yang menimbulkan penyakit
pada organ genitourinaria, penyakitnya disebut trikomoniasis vaginalis. Ada tiga
spesies genus trichomonas yaitu Trichomonas vaginalis, Trichomonas tenax dan
Tirochomonas hominis. Hanya T.vaginalis yang pathogen. Lebih sering menyerang
wanita 25% terutama yang kebersihannya buruk, namun hanya 1/7 yang
menunjukkan gejala.

Gambar 3. Trichomonas vaginalis


MORFOLOGI
T.vaginalis berbentuk seperti buah pear yang dilengkapi oleh empat
flagel yang menonjol keluar dari depan ke belakang. Flagel kelima melekat
pada membrane undulan memanjang ke belakang, sebuah ekor berduri yang
disebut dengan aksostil, pemanjangan bagian akhir T. vaginalis. Diyakini
bahwa T. vaginalis melekat pada jaringan hospes dengan aksostil dan dapat

28
Parasitologi II
menyebabkan hal yang berhubungan dengan infeksi trichomonas yaitu iritasi
dan peradangan. Ukuran trichomonas bervariasi dengan leher sekitar 20
mikrometer. Pada sediaan basah dari secret vagina, trichomonas dapat
dikenali dari pergerakannya yang berjungkir balik dan tersentak – sentak.
T.vaginalis bersifat anaerobik dan hidup baik tanpa oksigen dan
lingkungan dengan keasaman yang rendah. Pertumbuhan maksimum dan
fungsi metabolic yang baik pada pH 6.0. Dua spesies trikomonas lainnya yang
dapat menginfeksi manusia adalah T. tenax dan T. hominis. Trichomonas
memperbanyak diri dengan pembelahan biner. Trichomonas hanya ada dalam
bentuk trofozoit dan tidak terdapat dalam bentuk kista.
Penyakit yang disebabkan oleh trichomonas akan meningkatkan
penebaran infeksi HIV. Infeksi Trichomonas akan menyebabkan respon imun
selular dengan inflamasi pada epitel vagina dan servik pada wanita, uretra
pada pria.
TANDA FISIK TRICHOMONIASIS
1. Perempuan
Pada pemeriksaan panggul dengan speculum, tanda-tanda trikomoniasis
diantaranya colpitis macularis (disebut sebagai strawberry cervix):
keputihan yang purulen yang dapat berwarna putih krem, kuning, hijau,
atau abu-abu, keputihan yang berbusa, etyhema vaginadan vulva.
Diagnosis pasti trikomoniasis dapat ditegakkan dengan adanya protozoa
berflagel yang terlihat dari pemeriksaan sediaan basah, Papanicolaou
(Pap) smears, atau media kultur.
2. Laki – laki
Kebanyakan laki-laki yang terinfeksi trikomoniasis tidak ada tanda fisik.
Pada beberapa kasus, laki-laki dengan infeksi ini mungkin menunjukkan
adanya discharge dari penis. Beberapa kasus lain mungkin ada tanda-
tanda prostatitis atau epididymitis.
3. Pada bayi perempuan baru lahir
T.vaginalis didapat pada saat melewati jalan lahir dapat menyebabkan
keputihan pada bayi pada minggu minggu pertama kehidupannya. Anak –
anak sebelum usia pubertas yang terkena trikomoniasis akan
menunujukkan gejala yang mirip dengan gejala pada klien remaja dan

29
Parasitologi II
dewasa. Adanya T. Vaginalis pada anak anak sebelum pubertas harus
dicurigai kemungkinan adanya kekerasan seksual.
DIAGNOSIS
Diagnosis Trichomonas dengan menemukan trofozoit dalam secret vagina,
uretra dan prostat atau dalam sedimen urine.Pemeriksaan mikroskopis secara
langsung dari kotoran vagina yang purulent menggunakan spikulum atau
swab, specimen diambil menggunakan swab dari dinding samping vagina
(epiteldaneksovagina) untuk wet mount sedangkan untuk kultur diambil dari
fornix posterior vagina. Dengan sediaan basah, Trichomonas vaginalis dapat
dikenali melalui morfologi dan pergerakannya yang jungkir balik dengan
cepat (jerky movement). Sensifitas pemeriksaan secara langsung 40 – 80%.
Sehingga kultur secara in vitro merupakan gold standart untuk diagnosis,
hanya saja kelemahannya membutuhkan waktu 2 – 7 hari pertumbuhan untuk
dapat terlihat pada pemeriksaan.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. pH vagina
Penentuan pH vagina dengan cara menempelkan swab dengan sekresi
vagina pada kertas pH paper dengan nilai antara 3.5-5.5. pH vagina normal
secara praktis menunjukkan diagnosis trikomoniasis negative. pH lebih
dari 4.5 ditemukan pada trikomoniasis dan vaginosis bacterial.
2. Tes Whiff
Tes ini memeriksa adanya amine dengan menambahkan KOH pada
discharge vagina dan membaui adanya bau seperti bau ikan, tes ini
berguna untuk menyingkirkan vaginosis bacterial. Saat ini telah ada
pemeriksaan pH vagina dan tes whiff yang dikombinasikan dalam satu
bentuk tes dengan tanda negative positif.
3. SediaanBasah (Wet mount)
Pemeriksaan dengan sediaan garam basah melalui mikroskop terhadap
secret vagina yang diusapkan pada objek gelas dapat mengidentifikasi
protozoa yang berbentuk seperti tetesan air, berflagela dan bergerak.
Pemeriksaan ini juga dapat menemukan clue cells (tanda adanya penyakit
vaginosis bacterial). Sensitivitas pemeriksaan ini mencapai 40-60%.

30
Parasitologi II
Sedangkan spesifisitas dapat mencapai 100% jika sediaan garam basah
segera dilihat di bawah mikroskop.
4. Pap smear
Sensivitas untuk mendeteksi sama dengan pemeriksaan sediaan garam
basah, yaitu 40-60%. Sedangkan spesifikasi mencapai 95-99% untuk
petugas-petugas yang sudah terlatih.
5. Pemeriksaan lain
Mendeteksi adanya trikomoniasis yaitu dengan pemeriksaan biakan
(kultur) secret vagina, direct immunofluorescence assay dan Polymerase
chain reaction (PCR). Kultur pada medium dapat digunakan untuk
pembiakan Trichomonas vaginalis yaitu medium Diamond’s (gold standart)
dan medium khusus untuk Trichomona svaginalis In Pouch TVTM culture.
Tempat Masuknya Swab

Kantong atas

Kantong bawah

Gambar 4; Media kultur Trichomonas vaginalis

6. Pemeriksaan PMS lain


Jika ditemukan trikomoniasis maka harus dilakukan juga pemeriksaan
untuk PMS lain sepertisifilis, Neisseria gonorrhea, Chlamydia trachomatis,
HIV, hepatitis B dan hepatitis C. Infeksi gabungan dengan gonore cukup
tinggi.
PENGOBATAN
Metroni dazol (Flagyl) dan nitomidazol sepertit ini zadol sangat efektif untuk
mengobati trikomoniasis. Dosis tunggal 2 gram atau 250 mg tiga kali sehari

31
Parasitologi II
selama 7-10 hari dapat digunakan, pengobatan pada pasangan diperlukan
untuk menghindari infeksi ulang.

32
Parasitologi II

PROTOZOA JARINGAN (DARAH)

Terdapat beberapa jenis protozoa yang dapat menginfeksi darah manusia, dan
menyebabkan berbagai penyakit. Genus penting yang menyebabkan penyakit adalah
Leishmania, Trypanosoma, Plasmodium dan Babesia.Dari genus Leishmaniai ini hanya
terdapat 3 spesies penting terutama bagi kesehatan manusia yaitu dapat
menyebabkan penyakit Leishmaniasis. Adapun ketiga spesies tersebut adalah
Leishmania donovani penyebab leishmaniasis visceral; Leishmania tropica penyebab
leishmaniasis kulit dan Leishmani abrazilliennis penyebab leishmaniasis mukokutis.
Genus Trypanosoma memiliki dua spesies penting, yaitu T. cruzi, dan T. brucei.
Sedangkan genus Plasmodium memiliki empat spesies yang menginfeksi manusia,
yaitu P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P. Ovale. Spesies Babesiamicroti adalah
satu satunya anggota genus Babesia yang dapat menginfeksi manusia. Di antara
genus Toxoplasma hanya satu spesies saja yang mampu menginfeksi berbagai macam
hospes yaitu spesies Toxoplasma gondii. T.gondii ini merupakan penyebab penyakit
toxoplasmosis pada manusia.

A. Leishmaniasis
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa berflagella dari genus Leishmania.
Leishmania merupakan parasite intraseluler obligat yang mengivasi makrofag dan
sel-sel sistem retikuloendotelium lain. Terdapat tiga spesies Leishmania yang dapat
menginfeksi manusia dan menyebabkan penyakit, yaitu kelompok L. donovani
menyebabkan Leishmaniasis viseral atau kala azar, kelompok L.tropica yang
menyebabkan leishmaniasis kutis atau oriental sore, dan kelompok L. braziliensis
yang menyebabkan leishmaniasis mukokutis atau Espundia. Meskipun ketiga genus
Leshmania ini merupakan protozoa parasit pada jaringan, tetapi di dalam daur
(siklus) hidupnya masih tetap membutuhkan hospes perantara untuk kelangsungan
hidupnya. Adapun sebagai hospes perantaranya adalah lalat Phlebotomus dan darah
manusia.
STADIUM LEISHMANIA

33
Parasitologi II
Genus Leishmania memiliki dua stadium yaitu amastigot atau stadium pada
manusia, dan promastigot atau stadium leptomonas yang terdapat pada hospes
peratara (lalat Phlebotomus atau lalat Lutzomyia) dan dalam biakan NNN (Novy-Mac
Neal-Nicole).
Pada saat lalat Phlebotomus mengisap darah penderita Leishmaniasis, stadium
amastigot terhisap dan dalam lambung lalat berubah menjadi stadium promastigot,
berkembang secara belah pasang dengan cepat dan menjadi banyak dalam 3-5 hari.
Stadium promastigot selanjutnya akan berimigrasi melalui promastigot adalah
stadium infektif yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui hospes perantara
lalat Phlebotomus atau lalat Lutzomyia. Dalam tubuh manusia, stadium promastigot
masuk ke dalam sel makrofag dan berubah menjadi stadium amastigot. Stadium
mastigot selanjutnya membelah secara belah pasang longitudinal dan hidup di dalam
sel. Penyebaran selanjutnya dapat terjadi secara kontak langsung melalui luka gigitan
lalat.
EPIDEMIOLOGI
Distribusi geografis penyakit ini sangat luas, meliputi beberapa negara di
Afrika, Eropa, Asia dan Amerika. Leishmaniasis umumnya terjadi daerah beriklim
tropik atau subtropik dunia, seperti Asia Timur dan Asia Tenggara, Timur Tengah,
Afrika Utara dan Afrika Timur, Eropa Bagian Selatan, Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Leishmaniasis viseral atau kala azar ditemukan di Afrika Utara, Afrika Timur,
India dan Cina, Sedangkan Leishmaniasis kutis umumnya dijumpai di timur Tengah
dan Amerika.
Tiga jenis Leishmania memiliki morfologi yang hampir sama. Ketiganya dapat
dibedakan dalam sifat biakan, manifestasi klinik, penyebaran dan vektornya. Ketiga
spesies tersebut terdiri dari sejumlah strain yang berbeda dalam virulensi, tipe lesi,
sifat biologi, dan adaptasi pada vektor.
1. Leishmaniasis viseral
Leishmaniasis viseral disebabkan oleh kompleks Leishmania donovani,
Leishmania infantum dan Leishmania chagasi. Masing-masing spesies memiliki
daerah distribusi geografik tersendiri, namun ketiganya tidak dapat dibedakan
secara morfologik. Penyakit leishmaniasis visceral disebut juga kala azar atau
tropical splenomegaly atau dum-dum fever. Ciri khas penyakit ini adalah adanya
hiperpigmentasi pada dahi dan tangan. Manusia merupakan hospes definitif bagi

34
Parasitologi II
parasit ini, sedangkan anjing dapat berperan sebagai hospes reservoarnya, dan
lalat Phlebotomus merupakan hospes perantaranya.

SIKLUS HIDUP DAN MORFOLOGI


Saat menghisap darah inang (manusia), lalat penghisap yang terinfeksi
memasukkan bentuk infektif Leishmania yaitu promastigot melalui
probosisnya. Promastigot yang mencapai luka tusukan akan difagositosis oleh
makrofag. Leishmania memiliki kemampuan untuk bertahan dari fagositosis
makrofag. Promastigot berubah menjadi bentuk amastigot di dalam sel
makrofag, dan memperbanyak diri. Melalui peredaran darah, sel makrofag
yang terinfeksi akan menuju berbagai jaringan seperti jaringan limfoid, limfa,
hati dan sumsum tulang. Amastigot dapat dijumpai di dalam dan di luar sel-sel
retikuloendotelial. Bentuk amastigot Leishmania berukuran 2-5 mikron,
berbentuk oval, memiliki nucleus yang besar, satu kinetoplasma berbentuk
batang, dan sitoplasma. Jika lalat kembali menghisap darah penderita, maka
sel-sel makrofag yang terinfeksi akan masuk ke dalam tubuh lalat, dan
selanjutnya berkembang menjadi bentuk promastigot pada usus tengah lalat.
Promastigot berukuran 120 hingga 1,3 – 3,5 um dan memiliki satu flagella
berukuran 15-28 um. Promastigot akan mmperbanyak diri dan bermigrasi ke
probosis lalat. Siklus akan kembali berulang pada saat lalat menghisap darah
inang.

Gambar 1. Siklus hidup Leishmania donovani

35
Parasitologi II
Diambil dari: http://www.earlham.edu/~jonesst2/leishmania.htm

Gambar 2. Bentuk promastigot Leishmania donovani


Diambil dari : http://www.infektionsoiologie.ch/leish.html

PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK


Pasien yang terinfeksi tidak akan mengalami gejala klinis pada masa
inkubasi, yaitu sekitar 3 minggu hingga 2 tahun. Gejala klinik berupa sakit
kepala, tidak enak badan, demam, dan penurunan berat badan mengawali
gejala infeksi leishmaniasis viseral. Kadang-kadang dapat terjadi nyeri
abdomen. Deman terjadi dengan interval periodik, mirip malaria tertiana atau
kuartana. Pasien dapat pula mengalami diare yang mirip dengan demam
tifoid. Pemeriksaan fisik pasien menunjukkan adanya pembesaran hati, limfa
dan nodus limfe. Peningkatan kadar globulin serum terjadi akibat adanya
respon terhadap infeksi.
DIAGNOSIS
Diagnosis leishmaniasis viseral cukup sulit mengingat gejala yang ditimbulkan
mirip dengan penyakit infeksi lain seperti malaria, tifoid dan tuberculosis.
Diagnosis laboratorium dapat ditegakkan melalui:
1. Pengamatan adanya parasit pada jaringan yang terinfeksi dengan
pemeriksaan mikroskopis.
Sediaan dapat berasal dari kultur in vitro atau inokulasi pada hewan.
Diagnosis secara mikroskopis paling sering dilakukan yaitu dengan
mengambil sampel yang didapat dari aspirasi limpa atau sumsum tulang.
Sediaan dapat diwarnai dengan pewarna giemsa atau leishman. Aspirasi
limpa sangat sensitif untuk pemeriksaan penyakit kala-azar dengan nilai
sensitifitas mencapai 95%. Spesimen jaringan seperti limpa, hati atau

36
Parasitologi II
nodus limfe, dapat dibuat sediaan sitologik dengan pewarnaan giemsa
untuk mempermudah penemuan stadium amastigot.
2. Deteksi DNA parasit dalam sampel jaringan
3. Imunodiagnosis dengan mendeteksi antigen parasit dalam jaringan, darah,
atau urin
PENGOBATAN
Obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi kompleks L. donovani
adalah antimoni pentavalen natrium glukonat (pentostam) dan meglumin
antimoniat (Glucantime). Jika keduanya tidak efektif, dapat digunakan
senyawa isotionat pentamidin (Lomidine) dan amfoterisin B (fungizone).
Pengendalian infeksi kompleks L.donovani paling baik dapat dicapai
melalui diagnosti segera dan pengobatan individu terinfeksi, serta melalui
penurunan populasi vector dan reservoir. Penyemprotan insektisida,
menghidari aktifitas luar rumah di saat vector paling aktif (senja hingga fajar),
menggunakan pakaian pelindung kulit, kelambu saat tidur dan pengusir
serangga merupakan langkah-langkah pencegahan efektif yang disarankan.
Terutama di daerah endemis.
EPIDEMOLOGI
Di sekitar laut tengah, penyakit ini hanya terdapat pada anak balita dan
disebut kala azar infantli. Anjing merupakan hospes reservoir dan penting
sebagai sumber infeksi. Pada anjing dapat terjadi kelainan pada kulit yang
dinamakan hunde kala azar di Eropa dan Amerika Selatan, anjing peliharaan
dapat menjadi sumber penularan sedangkan di India penularan terjadi
langsung antara manusia dan manusia karena anjing tidak penting sebagai
hospes reservoir .
2. Leishmaniasis kutis
Distribusi geografis penyakit ini tersebar pada hampir seluruh wilayah
Amerika, dari meksiko hingga Argentina (leishmaniasis kutis dunia baru) dan di
beberapa wilayah di timur tengah (leishmaniasis kutis dunia lama). Di daerah
endemic, leishmaniasis kutis lebih banyak menyerang anak-anak dibandingkan
dengan orang dewasa. Pria lebih sering terinfeksi dibandingkan wanita, hal ini
dimungkinkan karena pemajanan yang lebih sering dengan vector lalat pasir.

37
Parasitologi II

MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP


Lalat menyuntikkan promastigot saat menghisap darah manusia.
Promastigot selanjutnya akan difagosit oleh makrofag dan sel fagositik
lainnya. Di dalam sel ini promastigot berubah menjadi stadium amastigot, dan
bermultiplikasi secara belah pasang longitudinal pada jaringan. Sel yang
mengandung banyak amastigot dan multiplikasi secara belah pasang
longitudinal pada jaringan. Sel yang mengandung banyak amastigot akan
pecah dan menginvas sel lain. Proses ini akan terus berlangsung hingga
menimbulkan keruskan jaringan. Lalat yang menghisap darah manusia akan
memasukkan parasit ini kedalam tubunya dan akan berkembang menjadi
stadium infaktif di dalam usus. Promastigot selanjtnya akan berkembang ke
seluruh tubuh lalat dan sebagiannya berada pada prosbocis. Siklus akan
kembali berulang ketika lalat yang terinfeksi menghisap darah manusia.
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS
Pada manusia, leishmaniasis kutis hanya bermanifestasi pada jaringan
kulit. Lesi primer dapat membesar dan terasa gatal, meskipun tidak terasa
sakit. Leishmaniasis kutis yang berdifusi ( Diffuse Cutaneous Leishmaniasis –
DCL) dapat terjadi pada infeksi L, amazonensisyang serupa dengan lepra. Lesi
yang disebabkan oleh salah satu organisme di atas umunya berupa lesi soliter
yang dapat sembuh dengan sendirinya, namun dapat meninggalkan perut
yang serius.
DIAGNOSIS
Diagnosis Leishmaniasis kutis ditegakkan dengan menemukan amastigot
pada preparat apus yang di ambil dari bagian ulkus. Pengecatan dengan
pewarna Giemsa atau Wright dapat memperlihatkan infeksi leishmania di
dalam sel makrofag. Sitoplasma akan berwarna biru pucat , dan kinetoplas
serta nukleus akan terwarnai merah dan ungu.
Kultur prosmastigot dapat dilakukan dengan mengiokulasi jaringan pada
medium Schneirder Drosophilla, dimana kultur akan menunjukkan hasil
positif setelah 1 minggu atau dengan media NNN yang akan menunjukkan
hasil positif setelah 1-3 minngu.

38
Parasitologi II
Uji Montenegro atau uji kulit dengan antigen leishmania sering digunakan
untuk skrining pada daerah endemis. Suspensi leishmania yang diberikan
secara intrademal. Reaksi inflamasi lokal akan tampak pada tempat injeksi
umumnya dalam waktu 48-72 jam.
PENGOBATAN
Kesembuhan bergantung pada respon imun seluler. Pada kebanyakan
kasus, infeksi dapat sembuh dengan sendirinya. Namun jika lesi tetap
bertahan atau dapat mengancam struktur kartilago, pengobatan baru
diberikan.
Obat yang digunakan adalah sodium stibogluconate (antimoni sodium
gluconate:pentosam) yang diberikan secara intramuskuler selama sepuluh
hari. Pemberian obat dapat dilakukan secara berulang untuk menginduksi
respon klinis. Obat alternative lain adalah meglumone antimonite atau
glucantime.
EPIDEMIOLOGI
Anjing dan binatang pengerat merupakan sumber infeksi yang penting
bagi manusia. Pemberantasan vector (lalat pasir) dilakukan dengan
penyemprotan insektisida di rumah-rumah. Juga di anjurkan menggunakan
kelambu atau repelen waktu tidur agar terlindung dari gigitan lalat. Imunisasi
aktif dapat memberikan perlindungan yang efektif, meskipun imunitas baru
didapat setelah beberapa bulan.
3. Leishmaniasis mukokutis
Leishmaniasis mukokutis disebabkan oleh L. brasiliensis. Penyebaran infeksi ini
umum terjadi pada daerah Meksiko, Argentina, Panama, hingga Brazil dan
Venezuela.

Gambar 2. Espundia

39
Parasitologi II
Gambaran klinis penyakit ini hampir sama dengan leishmaniasis kutis, namun
dapat menyerang jaringan mukosa, terutama pada mulut dan hidung. Ulkus dapat
mengerosi jaringan lunak wajah dan palatum atau membentuk polip pada rongga
hidung. Gejala ini dikenal dengan sebutan Espundia. Pasien biasanya mengalami
pembesaran nodus limfatikus regional dan infeksi sekunder oleh bakteri.
Pengobatan leishmaniasis mukokutis sama dengan leishmaniasis kutis, yaitu
dengan pentosa dengan angka kesembuhan mencapai 60%. Sementara
pemeberian Amphotericin B memberikan kesembuhan mencapai 75%. Pasien
yang tidak diobati dapat menyebabkan kematian dikarenakan adanya infeksi
sementara.

B. TRYPANOSOMIASIS

Trypanosoma merupakan flagelata darah yang hidup dalam darah dan


jaringan hospes manusia, dan menyebabkan penyakit Trypanosomiasis. Terdapat
dua jenis penyakit yang disebabkan oleh genus ini yaitu Trypanosomiasis Afrika yang
disebabkan oleh T. brucie dan Trypanosomiasis Amerika yang disebabkan oleh T.
Cruzi. Kedua jenis penyakit ini tidak terdapat di Indonesia.
Morfologi Trypanosoma sangat beragam hingga disebut bersifat pleomorfik.
Pada satu sediaan dapat terlihat parasit dengan lebar 1,5-3,5 µm, gemuk, tanpa flagel.
Trypanosoma memiliki nukles, kinetoplas, flagel, membran bergelombang, badan
basal, mitokondria, dan mikrotubular.
Tripanosomatid menunjukkan bentuk spesifik seluler sebagai berikut:
➢ Amastigot – nucleus berada pada bagian anterior, bentuk oval, memiliki flagel
yang tidak fungsional.
➢ Promastigot - nucleus pada basal anterior tubuh inti, dengan panjang terlepas
flagela.
➢ Epimastigot – anterior basal tubuhinti, dengan flagella panjang terpasang di
sepanjang sel tubuh.
➢ Tripomastigot – inti berada pada bagian posterior, memilki flagella yang panjang
dan bergelombang.

40
Parasitologi II

Gambar 3.Tahap-tahap perkembangan tripomastigot

1. Trypanosomabrucei
Trypanosoma brucei adalah penyebab trypano somiasis Afrika (atau penyakit
tidur) pada manusia adan nagana pada hewan di Afrika. Terdapat 3 sub-spesies
T.brucei, yaitu: T.b.brucei, T.b.gambiense dan T.b.rhodesiense.
➢ T. brucei brucei merupakan merupakan penyebab trypano somiasis hewan
Afrika, bersama dengan beberapa spesies lain. T.b. Brucei tidak menginfeksi
manusia karena kerentanan untuk lisis oleh apolipo protein manusia L1.
Namun karena banyak memiliki kesamaan dengan T.b.gambiense dan T.b.
rhodesiense (seperti variasi antigenic), T.b.brucei sering digunakan sebagai
model untuk infeksi manusia dalam laboratorim dan studi hewan.
➢ T. Brucei gambiense merupakan penyebab trypanosomiasis kronis pada
manusia. Penyakit yang disebabkan oleh parasite ini disebut dengan Gambian
trypanosomiasis atau mid-Africa sleeping sickness. Terdapat di Afrika tengah
dan barat, di mana manusia dianggap sebagai hospes reservoir.
➢ T. Bruceir hodesiense merupakan penyebab onset cepat trypanosomiasis akut
pada manusia. Terdapat di Afrika bagian selatan dan timur, di mana hewan
dan ternak dianggap sebagai hospes reservoir.
MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP
Siklus hidup T. brucei diawali oleh gigitan lalat tsetse (Glossinasp.) yang
mengandung stadium metasiklik tripomastigot. Metasiklik tripomastigot
selanjutnya masuk kedalam aliran darah, dan berkembang secara belah
pasang di berbagai cairan tubuh seperti darah, cairan serebros pinla, aspirasi
kelenjar limfe, dan aspirasi cairan dari“chanretrypanosomal” yang terbentuk
pada tempat gigitan lalat tsetse.

41
Parasitologi II

Gambar 4. Lalat tsetse (Glossina. sp)

Gambar 5. Stadium tripomastigotT. Brucei

Gambar 6.Siklus HidupTrypanosoma brucei

42
Parasitologi II
Jika lalat menggigit manusia yang telah terinfeksi, bentuk tripomastigot
akan berkembang di dalam usus lalat. Setelah dua minggu, parasit ini akan
bermigrasi kekelenjar ludah melalui hipofaring dan kelenjar ludah. Parasit
akan menempel pada sel-sel epitel dan berubah bentuk menjadi stadium
epimastigot. Bentuk epimastigot memilik iinti pada posterior kinetoplas. Di
dalam kelenjar ludah, bentuk epimastigot memperbanyak diri dan selanjutnya
berubah menjadi metasiklik tripomastigot selama 2-5 hari. Bentuk metasiklik
tripomastigot merupakan bentuk infektif bagi manusia. Seluruh siklus
perkembangan parasit ini membutuhkan waktu lebih kurang tiga minggu.
Baik lalat jantan maupun betina dapat menjadi vector bagi parasitini.

PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK


Pada stadium awal infeksi, parasit berkembang biak di sela-sela
jaringan di bawah kulit dan dalam waktu sekitar satu minggu timbul syanker
tripanosoma. Stadium tripomastigot masuk ke pembuluh darah dan terjadi
parasitemia. Pada penduduk asli, stadium ini tidak menimbulkan gejala
sedangkan pada pendatang dapat menimbulkan demam. Demam disebabkan
oleh adanya penyebaran parasit ke seluruh tubuh, khususnya pada kelenjar
limfe. Demam bersifat emiten disertai sakit kepala, malaise, dan anokresia.
Kelenjar limfe menjadi besar dan nyeri, sangat nyata pada bagian servikal
belakang, disebut gejala winterbottom. Hepatosplenomegali juga dapat terjadi
pada penderita penyakit ini. Gejala ini dapat berlangsung selama bertahun-
tahun lamannya. Penderita mengalami sakit berat dan dapat meninggal.
Pada stadium berikutnya, sindroma penyakit tidur timbul setelah
tripomastigot menginvasi susunan saraf pusat. Parasit masuk ke otak dan
menyebabkan meningitis, ensefalitis dengan gejala sakit kepala berat, kelainan
motorik, apatis, letargi, koma, dan berakhir dengan kematian. Perbedaan
penting antara infeksi T.b.gambiense dan T.b.rhodesiense adalah T.b.
rhodisiense sangat virulen, penyakitnya akut sehingga penderita meninggal
dalam waktu yang singkat sebelum gejala otak nampak, sedangkan T.b.
gambiense, penyakitnya menahun, penderita dapat meninggal dengan gejala
otak.

43
Parasitologi II
DIAGNOSIS
Gejala-gejala diagnostik seperti demam yang tidak teratur, pembesaran
kelenjar limfe terutama di bagian segitiga servikal posterior, yang dikenal
dengan gejala winter-bottom, berkurangnya sensasi terhadap sakit, dan
munculnya ruam kulit menjadi dasar penegakkan diagnosis selanjutnya.
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan parasit :
a. Secara langsung dalam sediaan darah atau cairan otak
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan mikroskopis pada
apusan darah tebal dan tipis. Jika jumlah parasit sedikit, dianjurkan
menggunakan Metode sentrifugasi ‘buffy coat’. Pemeriksaan cairan kotak
harus dilakukan dengan teknik sedimen sentrifus. Bila jumlah
tripomastigot di dalam darah tidak terdeteksi, bentuk ini masih dapat
ditemukan pada aspirasi kelenjar limfe yang meradang. Spesimen darah
dan cairan otak harus terus diperiksa selama masa pengobatan dan 1-2
bulan setelah pengobatan.
b. Dalam biopsi kelenjar dan pungsi sumsum tulang
c. Secara imunologi
Pemeriksaan serologis yang banyak digunakan untuk skrining adalah
metode ELISA dan pemeriksaan hemaglutinasi tidak langsung.

PENGOBATAN
Pengobatan trypanosomiasis akan lebih berhasil pada pengobatan dini, yaitu
pada stadium darah-limfe. Obat yang digunakan adalah suramin atau
pentamidin. Bila susunan saraf sudah terinfeksi, dapat digunakan triparsamid.
Obat-obat trypanosomiasis umumnya bersifat toksik bagi manusia, sehingga
menimbulkan resistensi pada beberapa strain parasit.

2. Trypanosoma cruzi
Infeksi T. cruzi menyebabkan penyakit trypanosomiasis Amerika atau
penyakit chagas. Penyakit ini ditularkan oleh serangga triatoma (triatoma infestan)
manusia merupakan hospes parasit ini dan binatang peliharaan (kucing,anjing) atau
binatang liar (tupai , kera, dll) merupakan hospes reservoirnya. Penyakit ini
ditemukan secara luas di Amerika selatan, Amerika Tengah, dan Amerika serikat.

44
Parasitologi II

Gambar 7. Triatoma infestan, salah satu vektor T. cruzi

MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP


Di dalam tubuh manusia, parasit ini terdapat dalam dua stadium yaitu
tripomastigot dan amastigot. Staduim tripomastigot berada di luar sel darah
dan tidak berkembang biak. Bentuk ini memiliki ukuran panjang 20 mikron
dan menyerupai huruf ‘S’ dan ‘C’ dengan kinetoplas yang besar.

Gambar 8. Stadium tripomastigot (kiri), amastigot (tengah) dan epimastigot (kanan)


T. cruzi

Stadium amastigot, berukuran 2-3 mikron terdapat di dalam sel RE dan


berkembang biak secara belah pasang longitudinal. Setelah sel RE penuh, sel
akan pecah dan stadium amastigot berubah menjadi tripomastigot setelah
melalui stadium epimastogot. Stadium tripomastigot dapat ditemukan dalam
peredaran darah setelah 10 hari pasca infeksi. Stadium tripomastigot akan
kembali ke peredaran darah. Stadium amastigot dapat ditemukan dalam sel
RE pada limpa, hati, kelenjar limfe, sumsum tulang, sel otot jantung, dan sel
otak.

45
Parasitologi II
Jika triatoma menghisap darah seorang penderita tryaminosis.
Stadium trypamasgosit dan amastigot akan berubah menjadi stadium
epimastigot di dalam usus tengah serangga ini. Stadium epimastigot akan
berkembang biak secara belah pasangan longitudinal dan bermigrasi
kebagian posterior untuk berubah menjadi stadium tripomastigot meta
siklik yang merupakan bentuk metasiklik siklus ini berlangsung 10 hari.
Pada saat menusukkan alat hisapnya pada permukaan kulit ,triatoma
juga mengeluarkan tinja yang mengandung bentuk infektif T, cruzi karena
luka tusukan terasa gatal, maka orang akan menggaruk hingga mengeluarkan
luka, bentuk infektif dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka, dikenal
dengan cara infeksi posterior contaminative parasit dapat pula masuk melalui
permukaan kulit bagian selaput lendir mata atau kulit bayi.

PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK


Stadium metasiklik tripomastigot yang masuk ke aliran darah dengan
segera dikelilingi oleh makrofag, parasit kemudian masuk ke dalam sel
makrofag dan membelah banyaknya makrofag yang diserang dapat
membantu suatu granuloma(chagoma) yang dapat membendung aliran limfe.
Modul biasanya muncul pada wajah dan dapat muncul pada bagian tubuh
lainnya. chagoma terasa sakit dan baru dapat sembuh saat 2-3 bulan. Bila hal
ini terjadi pada mata, timbul edema pada salah satu kelopak mata yang
disebut gejala romana. Parasitemia pada aliran darah dapat menimbulkan
gejala toksik. Parasit masuk kedalam organ organ dalam yang mengandung RE
sehingga timbul gejala splenomegali, hepatomegali dan limfadenopati juga
terjadi kelainan sum tulang tanda tanda sistemik akut terjadi pada minggu ke
dua atau minggu ke tiga pasca infeksi dan ditandai dengan demam tinggi,
dapat intermiten atau kontinyu hepatosmlenogali, mialgia, ruam eritometosa,
miokarditis, akut, limfadenopati dan edema subkutan pada wajah, tungkai
dan kaki, penderita mengalami sakit berat, demam dan menunjukkan adanya
gejala jantung sehingga penderita meninggal pada stadium akut. Hal ini
biasanya terjadi pada anak-anak, infeksi pada orang dewasa umumnya
menahun.

46
Parasitologi II
Tahap kronik dapat dimulai tanpa gejala, gejala pada tahap ini
disebabkan oleh kerusakan yang terus menerus pada fase akut tanda klinis
yang paling sering didapati adalah kardiomiopati dengan manifestasi berupa
kardiomegali dan perubahan konduksi.
DIAGNOSIS
Diagnosis penyakit chagas harus dilakukan pada penderita dengan gejala
klinik dan memiliki riwayat transit maupun menetap pada daerah endemik.
Hal ini untuk mendeteksi lebih dini kemungkinan terjadinya fase akut.
diagnosis dapat ditegakkan dengan menentukan parasit :
a. Dalam darah pada waktu terjadinya demam atau dalam biopsi kelenjar
limfe, limpa, hati dan sum-sum tulang.
b. Pada kultur biakan dengan mediumNNN
PENGOBATAN
Benzinodazol adalah satu satunya obat dengan aktivitas terhadap T.cruzi
yang tersedia dan dapat digunakan pada manusia. Tahap akut selalu
memberikan pengobatan dengan benidizol.
C. MALARIA

Penyakit Plasmodium dikenal sebagai malaria. Penyakit malaria disebabkan


oleh parasit. Plasmodum yang ditularkan kepada manusia melalui perantaraan
serangga vektor yaitu nyamuk anopheles, terdapat empat spesies plasmodium yang
menginfeksi manusia,yaitu : Plasmodium falciprum, Plasmodium vivax, Plasmodium
malariae, Ovale.
SIKLUS HIDUP
Gametosit dalam pembuluh darah yang ikut terserap oleh gigitan nyamuk
akan berembang menjadi mikro dan makrogamet dalam tubuh nyamuk. Mikro
dan makro gamet mengalami fertilisasi menghasilkan zigot yang akan
berkembang menjadi ookinet, selanjutnya menjadi ookista yang mengandung
sporozoit. Ookista pecah sehingga sporozoit keluar dan menuju kelenjar liur
nyamuk. Sporozoit ikut dikeluarkan pada saat nyamuk menggigit manusia.
Bentuk trofozoit merupakan salah satu bentuk yang dapat diamati pada
sel eritrosit penderita malaria. Bentuk trofozoit berkembang menjadi schizont,
dan menjadi bentuk gametosit jantan dan betina. Pada saat orang tersebut digigit

47
Parasitologi II
oleh nyamuk, bentuk gametosit akan ikut terisap, dan masuk ke dalam tubuh
nyamuk. Gametosit jantan dan betina mengalami kopulasi dan menghasilkan
zigot, yang disebut ookinet. Ookinet akan menghasilkan sporozoit yang tersebar
pada seluruh tubuh nyamuk. Penyebaran penyakit malaria akan berulang melalui
gigitan nyamuk yang mengandung sporozit.

Gambar 9. Siklus HIdup Plasmodium sp.

Gambar 10: Berbagai Stadium Plasmodium falciparum


Kiri: Apus darah tipi;: Kanan: Apus darah tebal

48
Parasitologi II

Gambar 11. Bentuk Trofozoit Plasmodium


P. vivax (kiri), P. malariae (tengah), dan P. ovale
(kanan)

PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK


Waktu antara nyamuk menghisap darah yang mengandung gametosit
sampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya disebut masa tunas
ektrinsik. Sedangkan pada masa tunas intrinsik adalah waktu antara sporozoit
masuk dalam badan hospes sampai timbul gejala demam, biasanya
berlangsung 8-37 hari tergantung pada spesies plasmodium yang menginfeksi
(terpendek pada infeksi P. falciparum, dan terpanjang pada P. malariae),
beratnya infeksi, dan pengobatan sebelumnya atau derajat imunitas hospes.
Masa prepaten berlangsung sejak saat sporozoit masuk sampai ditemukan
parasit malaria dalam darah untuk pertama kali, karena jumlah parasit telah
melewati ambang mikroskopik.
Demam atau riwayat demam dengan suhu tubuh lebih dari 38˚c
biasanya ditemukan pada penderita malaria. Pada permulaan penyakit,
demam tidak bersifat periodik sehingga tidak khas dan dapat terjadi setiap
hari. Demam dapat bersifat remiten atau terus menerus. Demam dapat
disertai gejala lain yang tidak spesifik seperti menggigil, lemas, sakit kepala,
sakit otot, batuk dan gejala gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare.
Setelah lebih kurang 1-2 minggu serangan demam disertai gejala lain akan
diselingi priode bebas penyakit demam selanjutnya bersifat periodik yang
khas, yaitu bersifat intermiten.
Serangan demam yang khas terdiri atas beberapa stadium :

49
Parasitologi II
1. Stadium menggigil dimulai dengan perasaan dingin sekali, sehingga menggigil.
Penderita menutupi badannya dengan baju tebal dan selimut. Nadinya cepat,
tetapi lemah, bibir dan jari tangan menjadi biru, kulitnya kering dan pucat.
Kadang-kadang disertai mual dan muntah. Pada anak-anak sering disertai
kejang. Stadiun ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam.
2. Stadium puncak demam dimulai pada saat rasa dingin sekali berubah menjadi
panas sekali. Muka menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperti
terbakar, sakit kepala makin hebat, biasanya disertai mual dan muntah nadi
penuh berdenyut keras. Perasaan haus sekali pada saat suhu naik hingga
mencapai 41˚c atau lebih. Stadium ini berlangsung selama 2 sampai 6 jam.
3. Stadium berkeringat dimulai dengan penderita berkeringat banyak sehingga
tempat tidurnya basah. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang sampai
dibawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak dan pada
saat bangun merasa lemah namun lebih sehat. Stadium ini berlangsung 2
sampai 4 jam.
Serangan demam yang khas sering terjadi mulai pada siang hari dan
berlangsung 8-12 jam. Setelah itu terjadi stadium aperiksia. Serangan demam
makin lama makin berkurang beratnya karna tubuh menyesuaikan diri
dengan adanya parasit dalam tubuh dan karena adanya respon imun
penderita. Gejala infeksi yang muncul kembali setalah serangan pertama
disebut rekrudensi, yang timbul karena jumlah parasit dalam eritrosit
meningkat. Anemia, esplenomegali dan hepatomegali sering kali berhubungan
dengan malaria.
DIAGNOSIS
Diagnosis malaria ditegakkan seperti pada diak]gnosis penyakit lain
yaitu melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah
secara mikroskopis atau uji diagnostik cepat (uji cepat).
Pada anamnesis hal penting harus diperhatikan adalah :
a. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal
b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemic
malaria.

50
Parasitologi II
c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
d. Riwayat sakit malaria
e. Riwayat meminum obat malaria selama satu bulan terakhir.
f. Riwayat mendapat transfuse darah.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melihat kondisi-kondisi berikut :
1. Malaria tanpa komplikasi:
➢ Demam(pengukuran dengan thermometer >37,5˚)
➢ Pembesaran limfa(spelenomegali)
➢ Pembesaran hati (hepatomegali)
2. Malaria dengan komplikasi, dapat ditemukan keadaan seperti:
➢ Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
➢ Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
➢ Kejang-kejang
➢ Panas sangat tinggi
➢ Mata atau tubuh kuning
Diagnosis atas dasar pemerksaan laboratorium dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu:
1. Pemeriksaan dengan mikroskop: pemeriksaan sediaan darah tebal dan tips di
puskesmas/lapangan/rumah sakit untuk menentukan:
➢ Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif)
➢ Spesies dan stadium plasmodium.
➢ Kepadatan parasit

Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal


berikut:
➢ Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negative, perlu diperiksa
ulang setiap 6 jam selama 3 hari berturut-turut.
➢ Bila hasil periksaan 3 hari berturut-turut tidak ditemukan parasit maka
diagnosis penyakit malaria disingkirkan.
2. Pemeriksaan dengan test diaknostik cepat (Rapid DiagnosticTest–RDT)
Mekanisme kerja tes ini berdasarka deteksi antigen parasit malaria,
dengan metode imunokromatografi dalam bentuk dipstik. Test diaknostik
cepat (RDT) untuk malaria adalah tes imunokromatografi yang dapat

51
Parasitologi II
mendeteksi adanya antigen plasmodium tertentu melalui reaksi antigen–
antibodi pada permukaan strip kertas mitroselulosa. Target antigen yang
digunakan pada RDT adalah antigen spesifik untuk P. falciparum, yaitu
histidine-rich protein 2 (HRP 2) dan P. falciparum-specific parasite Lactate
dehydrogenase (Pf-pLDH), antigen spesifik untuk P. vivax (P,malariae dan P
ovale .
Stadium skizonterlihat inti membelah secara aseksualmenjadi 2,4,8 inti
dan seterusnya tanpa melibatkan sel kelamin jantan dan betina.Vivax-Spesific
parasite Lactate dehydrogenase, Pv-pLDH), dan antigen umum untuk P.
Falciparum, P. Vivax, P. Malariae, P. Ovale ( Panspecific parasite lactate dan
aldolase).
RDT yang mengkombonasi garis kontrol dan satu garis tes, disebut
RDT dengan 2 band, sedangkan dengan 2 atau lebih garis tes, disebut RDT 3
atau 4 band. Tes ini sangat bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat
terjadi kejadian luar biasa (KLB) dan di daerah terpencil yang tidak tersedia
fasilitas lab serta untuk survey tertentu. Hal penting yang perlu diperhatikan
adalah penyimpanan RDT sebaiknya di dalam lemari es, tetapi tidak pada
freezer pendingin.
Pembuatan Sediaan Darah Malaria
a. Pengambilan darah
Bahan pemeriksaan terbaik adalah darah kapiler, bila menggunakan darah
vena sebaiknya tanpa koagulan dan apabila mengandung koagulan tidak
boleh lebih dari 1 (satu) jam karena jumlah parasit akan berkurang dan
morfologi dapat berubah.
Pembuatan sediaan malaria terdiri dari sediaan darah tebal dan sediaan
darah tipis. Sediaan darah tebal terdiri dari sejumlah besar sel darah
merah yang terhemolisis. Parasit yang ada terkonsentrasi pada area yang
lebih kecil sehingga akan lebih cepat terlihat di mikroskop. Sediaan darah
tipis terdiri dari satu lapisan sel darah merah yang tersebar digunakan
untuk membantu identifikasi parasit malaria setelah ditemukan dalam
sediaan darah tebal.
b. Pembuatan sediaan

52
Parasitologi II
1. Pegang tangan kiri pasien dengan posisi telapak tangan menghadap
keatas.
2. Pilih jari tengah atau jari manis (pada bayi usia 6-12 bulan diambil
dari ujung ibu jari kaki dan bayi kurang lebih 6 bulan dari tumit).
3. Bersihkan jari dengan kapas alkohol untuk menghilangkan kotoran
dan minyak, setelah kering tekan jari agar darah banyak terkumpul di
ujung jari.
4. Tusuk bagian ujung dari agak pinggir, dekat kuku, secara cepat
menggunakan lancet, tetes darah pertama di bersihkan, kapas kering
untuk menghilangkan bekuan darah dan sisa alkohol.
5. Tekan kembali ujung jari sampai darah keluar, ambil objek glass
letakkan objek glass di bawah jari.
6. Teteskan satu tetes kecil di bagian tengah untuk sediaan darah tipis
dan 3 tetes kecil di bagian ujung untuk sediaan darah tebal, bersihkan
sisa darah di ujung jari dengan kapas.
7. Letakkan objek glass di permukaan rata, ambil satu objek glass lagi,
tempelkan ujungnya pada tetesan darah kecil sampai darah menyebar
sepanjang tepi objek glass.
8. Dengan sudut 45 derajat geser dengan arah tetesan darah tebal
sehingga terbentuk apusan membentuk lidah.
9. Untuk sediaan darah tebal tempelkan ujung objek glass kedua pada
tiga tetes kecil darah putar objek glass searah jarum jam sehingga
terbentuk bulatan dengan diameter 1 cm.
10. Pemberian label pada ujung objek glass dekat sediaan darah tebal
menggunakan kertas label atau objek glass frosted dituliskan kode
atau inisial nama atau tanggal pembuatan.
11. Proses pengeringan di tempat yang datar, tidak di anjurkan
menggunakan lampu atau hair dryer karena akan retak, penyimpanan
hindarkan semut, lalat, kecoa, debu, panas dan getaran.

c. Pewarnaan Sediaan
1. Sediaan darah tipis yang sudah kering difiksasi dengan metanol, jangan
sampai sampai terkena sediaan darah tebal.

53
Parasitologi II
2. Letakkan pada rak pewarnaan dengan posisi darah berada diatas.
3. Siapkan giemsa 3% (3 ml stock giemsa 97 buffer 7,2) dalam keadaan
darurat 2 tetes giemsa 1ml buffer 7,2 pewarnaan 15 menit. Pewarnaan
standar tetap dilakukan.
4. Tuangkan giemsa 3% dari tepi hingga menutupi seluruh permukaan
objek gelas, biarkan selama 30-45 menit.
5. Tuangkan air bersih perlahan dari tepi objek gelas sampai larutan
giemsa yang terbuang menjadi jernih, angkat dan keringkan , siap
diperiksa.
d. Pemeriksaan sediaan darah.
Morfologi parasit malaria
1. Pengenalan parasit malaria
Parasit malaria terdiri dari :
➢ Inti/kromatin : bentuknya bulat dan berwarna merah
➢ Sitoplasma : bentuknya seperti cincin sampai bentuk tidak beraturan
umumnya berwarna biru
2. Stadium parasit malaria
➢ Stadium trofozoit
Merupakan stadium yang paling umum ditemukan, sering sekali
disebut dengan stadium cincin, meskipun tidak selalu nampak sebagai
cincin yang sempurna. Trofozoit merupakan stadium pertumbuhan
sehingga ditemukan dalam berbagai ukuran. Pigmen merupakan hasil
pertumbuhan/metbolisme parasit, warnanya kuning pucat sampai
coklat kehitaman atau hitam.
➢ Stadium Skizon
Stadium skizon terlihat inti membelah secara aseksual menjadi 2, 4, 8
inti dan seterusnya tanpa melibatkan sel kelamin jantan dan betina
➢ Stadium gametosit
Merupakan stadium seksual yang menjadi sel kelamin jantan dan
betina, berkembang lebih lanjut di dalam tubuh nyamuk Anopheles
betina. Gametosit dapat berbentuk bulat atau seperti pisang tergantung
spesies. Warna dari sitoplasma parasite dapat digunakan untuk

54
Parasitologi II
membedakan sel kelaman jantan (mikrogametosit) dan sel kelamin
betina (makrogametosit)
3. Spesies parasite malaria
Gambaran pada sediaan darah tipis. Petunjuk yang paling sederhana
untuk membedakan keempat spesies malaria adalah perubahan yang
terlihat pada sel darah merah yang terinfeksi. Ukuran sel darah merah
yang terinfeksi dapat terlihat membesar atau normal. Pada sitoplasma
eritrosit yang terinfeksi dapat ditemukan titik schuffner atau maurer.
Petunjuk lainnya adalah keteraturan sitoplasma eritrosit. Sitiplasma
yang teratur dapat berupa cincin, koma, tanda seru atau sayap burung
terbang. Secara umum, pada infeksi plasmodium falciparum dapat
ditemukan satu stadium (trofozoit atau gametosit). Pada infeksi spesies
lainnya dapat ditemukan berbagai stadium.
PENGOBATAN
Pengobatan malaria pada awalnya menggunakan klorokuin untuk
malaria falciparum, dan sulfadoksin-pirimethamin (sp). Namun sejak
dilaporkan adanya resistensi terhadap jenis pengobatan tersebut sejak tahun
1973, dan semakin meluas, pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini
menggunakan terapi kombinasi Artemisinin (artemisinin combined therapy)
sebagaimana yang direkomendasikan oleh WHO.
Ada beberapa kombinasi obat malaria yang digunakan didunia. Yaitu
kombinasi Artesunat-Amodiaquin. Dihydroartemisinin-piperaquin,
Artemether-lumefantrin, Artesunat-Meflokuin. Artesunat-Sulfafadoxin
Pirimetamin, Artemisin-Naphtoquin. Di Indonesia kombinasi obat yang
tersedia yaitu kombinasi Artesuna: Amodiaquin dan Dihydroartemisinin-
Piperaquin.

D. TOXOPLASMA GONDII

Toxoplasma gondii adalah spesies protozoa parasite pada genus toxoplasma.


Gondii menyerang kucing, tetapi parasite dapat dibawah oleh semua mamalia. T.
gondii menyebabkan penyakit toksoplasma. T.gondi memiliki afinitas terhadap sel
retikuloendotelial, mononuclear, limfosit, neutrophil dan sel parenkim. Letak dalam

55
Parasitologi II
sel dapat tunggal, berkelompok atau menyerupai rossete (berkelompok 10-128 buah
membentuk lbulatan/piriform).
Toxoplasma gondii menyebabkan toksoplasmosis pada manusia yang
biasanya berasal dari binatang baik binatang peliharaan seperti anjing, kucing,
burung, maupun binatang ternak antara lain babi, kambing yang bertindak sebagai
sumber penularan. Toksoplasmosis manifestasi klinis terutama bayi dan anak-anak
dapat berupa subakut ensefalomielitis dan khorioretinitis, sedangkan pada orang
dewasa dan tua berupa deman akut. Di dalam daur hidupnya mempunyai tiga bentuk
perkembanyan yaitu bentuk zoite, kista, dan ookista. Sebagai bentuk infektifnya
adalah sporozoit, kestozit dan endozit. Sedangkan cara infeksinya adalah bukan
dengan melalui vector, tetapi dengan berbagai cara yaitu mulut, transplantasi,
transfuse ataupun dengan kista. Trophozoit atau ookista selama melakukan
penelitiaan di laboratorium. Peristiwa ini dapat mengakibatkan toxoplasmosis
kongenitaldan toxoplasmosis dapatan (perolehan). Penularan dari manusia ke
manusia terjadi dengan melalui plasenta penyebab toxoplasmosis congenital.
T.gondii membutuhkan oksigen, memanfaatkan glukosa, hasil akhir
metabolism adalah laktat, asetat dan propionate, butirat dan valectic acid serta
karbondioksida. Pembelahan pada sel hospes dengan pembelahan inti secara Mitosis.
Pembelahan dimulai dengan pembelahan transversal kemudian longitudinal.
Pembelahan terjadi beberapa kali sehari sehingga menyebabkan pembesaran sel.
Pada strain yang ganas pecahannya sel terjadi sanggat dini, parasite terbebas
kemudian mencari sel yang baru.

MORFOLOGI
Intra seluler terletak dalam vakuol jaringan pada sitoplasma. Serta
menimbulkan tropozoit bentuknya menyerupai bulan sabit. Panjang 3,5-6 µm
dan lebar 1,5-3 µm. salah satu ujungnya lebih tumpul dari ujung yang lain.

56
Parasitologi II

Gambar 12. Bentuktakizoit Toxoplasma Gondii


Sumber: http://farm/static.flicker.com/jpg

Pada pewarnaan giemsa sitoplasma berwarna biru dengan inti sferis


atau oval berwarna kemerah-merahan yang letaknya dekat dengan ujung yang
tumpul. Umumnya parasite ditemukan sedikit kemunduran sel yang diserang.

PENYEBARAN
Tuan rumah definitifnya adalah kucing, infeksi alami terdapat pada mamalia
meliputi baboon, simpanse, keradan beberapa jenis tikus, berbagai jenis
kelinci dan beberapa ungags seperti ayam, bebek, merpati dan penguin.
SIKLUS HIDUP
➢ Tahapan Enteroiptelial
Merupakan tahapan penelanan kista dalam jaringan, parasit akan
menginvasi sel eritrosit kucing dan berfloriferasi dan berdiferensi menjadi
bentuk seksual makrogametosis dan mikrogametosis. Zygot dari gametosis
akan berubah menjadi ookista yang akan dilpeaskan dari lingkungan
bersama feses kucing.
➢ Tahapan feses
Pada feses yang mengandug ookista terjadi meiosis, menghasilkan
trofozoit yang sangat infektif dan resisten terhadap lingkungan dan dapat
bertahan bertahun-tahun dalam lingkungan yang lembah.
➢ Tahapan aseksual
Reproduksi aseksual dimulai setelah feses kucing ditelan hospes kedua
misalnya tikus,yang akan menyebabkan:
1. Infeksi akut (sporozoit berdiferensiasi dan secara cepat membentuk
takizoit yang apabila ada menandakan infeksi akut)

57
Parasitologi II
2. Infeksi kronik (takizoit berubah secara perlahan membentik bradizoit)
3. Infeksi laten (bradizoit berada dalam jaringan untuk semasa hidup
hospes terutama di otot dan otak, dan kista sulit dimusnahkan karena
berada di dalam sel hospes. Dan kista bisa tetap ada selama, diagnosis
dan dilakukan secara serologi, kista dapat diperiksa dari biospy.
Diagnosis untuk infeksi congenital dapat dilakukan dengan deteksi
DNA T.gondii pada cairan amnion menggunakan teknik PCR.

Gambar 13. Siklus hidup Toxoplasma gondii


Sumber : http://metaphatogen.com/toxoplasma/html

58
Parasitologi II

59

Anda mungkin juga menyukai