Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 2

PROTISTA MIRIP HEWAN


Anggota Kelompok :
1. Aditya Yudha Al-Syafiq (02)
2. Balgis Rizki Aulia (08)
3. Karina Isma Dilla (14)
4. Nathania Trixie Liyanto (20)
5. Salsabila Cahya Ramadhani (32)
PROTOZOA
• Protozoa (Yunani, proto : pertama dan zoa : hewan) adalah organisme
uniseluler (bersel satu), eukariotik (memiliki inti sel yang terbungkus oleh
membran), tidak memiliki dinding sel, heterotrof dan umumnya dapat
bergerak (motil). Protozoa dapat bergerak menggunakan alat geraknya
yaitu pseudopodia (kaki semu), silia (rambut getar) atau flagela (bulu
cambuk).
A. Ciri-ciri tubuh Protozoa
1) Ukuran dan bentuk tubuh protozoa
Protozoa bertubuh mikroskopis dengan ukuran sekitar 10-200 µm atau
0,01-0,2 mm, tetapi ada pula yang berukuran hingga 500 µm.
Protozoa dapat diamati menggunakan mikroskop cahaya. Bentuk sel
protozoa bervariasi ; ada yang tetap dan ada pula yang berubah-ubah
karena tidak memiliki dinding sel. Protozoa bercangkang memiliki
bentuk tubuh yang cenderung tetap, misalnya Radiolaria dan
Foraminifera, sedangkan Amoeba termasuk protozoa yang berubah-
ubah bentuk tubuhnya terutama saat mendekati makanan.
2) Struktur tubuh protozoa
Struktur sel Protozoa terdiri atas sitoplasma yang diselubungi
membran sel atau membran plasma. Membran sel berfungsi sebagai
pelindung dan mengatur pertukaran zat di dalam dan di luar sel. Selain
membran plasma, Protozoa juga memiliki pelikel (selaput tubuh yang
keras) untuk mempertahankan bentuk tubuhnya. Membran plasma dari
beberapa jenis protozoa dilengkapi dengan silia dan flagel yang
berfungsi sebagai alat gerak.
B. Cara Hidup dan Habitat Protozoa
Protozoa merupakan organisme heterotrof yang memperoleh makanan
dengan cara fagositosis, yaitu menelan dan mencerna mangsanya. Pada
umumnya protozoa memangsa protista lain dan karena itu protozoa
dijuluki sebagai predator uniseluler yang mengontrol populasi bakteri.
Adapun protozoa yang hidup di dalam (tempat yang lembab/basah) dan di
dalam tubuh hewan/manusia (menyebakan penyakit). Pada lingkungan
yang kurang menguntungkan (misalnya kekeringan), protozoa bertahan
hidup menggunakan sista yang merupakan sel tidak aktif dan memiliki
dinding sel yang tebal berupa kapsul polisakarida.
C. Reproduksi Protozoa
Protozoa dapat bereproduksi baik secara aseksual (tidak kawin) dan
seksual (kawin). Reproduksi secara aseksual umumnya dilakukan dengan
pembelahan biner (dari satu menjadi dua sel dan seterusnya).
Pembelahan biner diawali dengan pembelahan inti (kariokinesis) diikuti
pembelahan sitoplasma (sitokinesis). Reproduksi secara seksual dilakukan
dengan penyatuan gamet yang menghasilkan zigot (konjugasi), namun ada
pula protozoa yang tidak bereproduksi, contohnya amoeba sp.
D. Klasifikasi Protozoa
1. Filum Ciliata (Ciliophora/Infusoria) bergerak dengan silia (rambut
getar). Contohnya, Paramecium sp.
2. Filum Rhizopoda (Sarcodina) bergerak dengan pseudopodia (kaki
semu). Contohnya, Amoeba sp.
3. Pilum Zooflagellata (Mastigophora) bergerak dengan flagela (bulu
cambuk). Contohnya, Trypanosoma sp.
4. Filum Sporozoa (Apicomplexa) tidak memiliki alat gerak.
Contohnya, Plasmodium sp.
5. Filum Actinopoda, bergerak dengan aksopodia yaitu pseudopodia
yang ramping dan menyebar. Contohnya, Heliozoa dan Radiolaria.
6. Filum Foraminifera, memiliki cangkang berpori yang tersusun atas
silika dan zat kapur. Contohnya, Polistomella dan Globigerina.
1) Filum Ciliata (Chiliopora/Infusiora)
Ciliata bergerak dengan silia (rambut getar) yang berdiameter sekitar 0,25
µm dengan panjang 2-20 µm. Selain sebagai alat gerak, silia juga
berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam sitotosma (mulut sel).
Makanan tersebut selanjutnya masuk ke sitofaring (kerongkongan sel)
yang akan membentuk vakuola makanan, Di dalam sel Ciliata terdapat
dua inti yaitu makronukleus yang berfungsi untuk pertumbuhan dan
mikronukleus yang berperan dalam reproduksi (konjugasi). Ciliata hidup
bebas di lingkungan berair baik. Ciliata berkembang biak secara seksual
(konjugasi) dan aseksual (pembelahan biner membujur). Contoh anggota
ciliata antara lain Vorticella, Didinium, Stentor dll.
2) Filum Rhizopoda (Sarcodina)
Bentuk sel Rizhopoda dapat berubah-ubah. Rhizopoda bergerak dengan
pseudopodia (kaki semu). Pseudopodia digunakan sebagai alat gerak dan
menangkap mangsanya. Pada proses makan, pseudopodia mengelilingi dan
membentuk vakuola makanan. Makanan dicerna di dalam vakuola
makanan. Zat makanan hasil pencernaan masuk ke sitoplasma secara
berdifusi. Sisa makanan selanjutnya dikeluarkan melalui membran plasma.
Sebagian besar rhizopoda hidup di tempat-tempat yang basah dan sebagian
kecil hidup di dalam tubuh manusia atau hewan. Rhizopoda berkembang
biak secara aseksual (pembelahan biner). Salah satu contoh dari rhizopoda
adalah amoeba. Berdasarkan tempat hidupnya amoeba dibagi menjadi
Ektoamoeba (hidup di luar tubuh organisme lain) dan Entamoeba (hidup
di usus besar manusia).
3) Filum Zooflagellata (Zoomastigophora)
Zooflagellata memiliki ciri utama berupa adanya satu atau beberapa
filamen panjang (flagela) yang terdapat di bagian depan sel (anterior) dan
bagian belakang sel (posterior) yang berfungsi sebagai alat gerak.
Zooflagellata berkembang biak secara aseksual (pembelahan biner.
Zooflagellata ada yang hidup bebas di lingkungan bebas berair atau parasit
dalam tubuh hewan. Contoh daro Zooflagellata yang hidup bersimbiosis
yaitu Trichonympha dan Myxotricha yang hidup dalam usus rayap. Spesies
ini menghasilkan enzim selulase yang berguna untuk mencerna selulosa
dalam kayu yang dimakan rayap. Contoh Zooflagellata yang bersifat
parasit antara lain Trypanosoma gambiense (penyakit tidur pada manusia),
Trypanosoma cruzi (penyebab anemia) dll.
4) Filum Sporozoa (Apicomplexa)
Sporozoa merupakan kelompok Protista uniseluler yang mampu
bereproduksi membentuk spora. Sporozoa tidak memiliki alat gerak. Semua
jenis Sporozoa hidup sebagai parasit baik dalam tubuh hewan ataupun
manusia. Sporozoa bereproduksi secara aseksual (pembelahan biner) dan
seksual (pembentukan dan penyatuan gamet betina dan jantan). Salah satu
contoh Sporozoa adalah plasmodium. Beberapa spesies plasmodium antara
lain :
a) Plasmodium vivax (penyakit malaria tertiana, masa spolurasinya 2 x
24 jam)
b) Plasmodium malariae (penyakit malaria kuartan, masa spolurasinya
3 x 24 jam)
c) Plasmodium ovale ( mirip malaria tertiana, masa spolurasinya setiap
48 jam)
d) Plasmodium falcifarum (penyakit malaria tropika, masa
spolurasinya 1-3 x 24 jam)
• Plasmodium bereproduksi secara metagenesis atau mengalami pergiliran
keturunan. Proses metagenesis terbagi menjadi dua yaitu :
a) Fase generatif (sporogoni) yang terjadi dalam tubuh nyamuk
Setelah nyamuk menghisap darah manusia yang menderita malaria,
mikrogametosit berkembang menjadi mikrogamet (gamet jantan) dan
makrogametosit berkembang menjadi makrogamet. Selanjutnya terjadi
fertilisasi dalam tubuh nyamuk. Fertilisasi ini menghasilkan zigot diploid
(ookinet) yang masuk ke dalam dinding sel usus nyamuk membentuk kista.
b) Fase vegetatif (schizogoni/membelah diri) dalam tubuh manusia
Sporozoit berpindah ke tubuh manusia melalui ludah nyamuk betina
Anopheles betina saat nyamuk menggigit. Sporozoit kemudian masuk ke
dalam sel-sel hati dan berkembang menjadi merozoit. Merozoit ini
menyerang sel darah merah dan membuatnya pecah. Kondisi ini
menyebabkan penderita malaria mengalami demam.
5) Filum Actinopoda
Actinopoda memiliki alat gerak berupa aksopodia yaitu pseudopodia yang
ramping dan menyebar. Contoh Actinopoda yaitu Heliozoa dan
Radiolaria. Heliozoa hidup dalam air tawar dan memiliki rangkanya
terdiri atas lempengan yang tidak menyatu serta mengandung silika.
Radiolaria hidup di air laut dan memiliki rangka yang menyatu
membentuk suatu potongan halus. Rangka Actinopoda dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembentuk gelas, bahan penggosok dan
bahan peledak.
6) Filum Foraminifera
Semua anggota Foraminifera hidup di laut. Foraminifera memiliki
cangkang berpori yang tersusun atas silika dan zat kapur (kalsium
karbonat). Di antara Foraminifera yang terkenal adalah Polistomella dan
Globigerina. Cangkang Foraminifera digunakan untuk menunjukkan
sumber minyak. Selain itu, Foraminifera juga digunakan untuk
menentukan umur relatif lapisan-lapisan bantuan sentimen laut. Rangka
Foraminifera yang telah mati akan mengendap di dasar laut dan dalam
waktu yang lama akan hancur menjadi tanah globigerina.

Anda mungkin juga menyukai