Anda di halaman 1dari 25

“DESA SIAGA”

OLEH
KELOMPOK IV
AVIKA (K011181050)
SRI ANUGRAH YANI (K011181006)
FADIA ANANDA (K011181015)
SITTI KHADIJAH NUR (K011181058)
ARHAM SYARIF (K011181511)
NURUL FEBY MELLINA (K011181329)
SARTIKA (K011181022)
ANA SOFIAH FITRIANIH (K011181009)
HASNIATI (K011181024)
NURHIDAYAH ASLAM (K011181342)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
Rahmat serta Karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang
berjudul “Desa Siaga”. Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk menambah
pengetahuan serta penyelesaian tugas pada mata kuliah Pemberdayaan dn
pengorganisasian Masyarakat.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi lebih kepada kita


semua tentang program Desa Siaga. Kami menyadari makalah ini jauh dari
sempurna oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini . Akhir kata kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir, semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita, Aamiin.

Makassar, 4 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................................2

C. Tujuan .............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Difinisi Desa Siaga .........................................................................................4

B. Tujuan Dan Sasaran Program Desa Siaga ......................................................4

C. Stategi Program Desa Siaga............................................................................6

D. Pelaksanaan Dan Metode Program Desa Siaga ................................................. 8

E. Peran Serta Masyarakat Dalam Program Desa Siaga ............................. .....13

F. Indikator Keberhasilan Program Desa Siaga .......................................... .....13

G. Keberhasilan Program Desa Siaga Di Indonesia .................................... .....15

H. Faktor Penghambat Program Desa Siaga ............................................... .....18

I. Faktor Pendukung Program Desa Siaga................................................... .....19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................20

B. Saran ............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai salah satu upaya pemerintahan untuk mewujudkan


masyarakat Indonesia yang sehat melalui kemandirian, maka Departemen
Kesehatan RI mencetuskan program baru yang dinamakan Desa Siaga.
Adanya program Desa Siaga ini merupakan perwujudan dari grand
strategy Depkes RI dalam mempercepat terwujudnya kemandirian
dibidang kesehatan, yaitu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat
untuk hidup sehat. Sasaran dari grand strategy ini adalah sebagai berikut.

 Seluruh keluarga (rumah tangga sadar gizi)


 Seluruh masyarakat mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
 Seluruh desa menjadi Desa Siaga

Sebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut


memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Inti dari kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau
dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya
diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya
mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses
pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan
yang dihadapinya.

Dengan adanya Desa Siaga diharapkan mampu mengatasi


permasalahn kesehatan yang ada yaitu dengan:

 Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari


sakitnya.
 Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
 Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.

1
 Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.

Namun sampai sekarang masalah kesehatan seperti Angka Kematian


Ibu (AKI) masih sangat tinggi di Indonesia. berdasarkan data pada 2018 –
2019, Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi, yakni 305 per 1.000
kelahiran hidup. Masalah kesehatan lainnya yang belum teratasi sampai
detik ini adalah Gizi Buruk, Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2018 menunjukkan 17,7% bayi usia
di bawah 5 tahun (balita) masih mengalami masalah gizi. Angka tersebut
terdiri atas balita yang mengalami gizi buruk sebesar 3,9% dan yang
menderita gizi kurang sebesar 13,8%.

Untuk itu makalah ini buat untuk mengetahui bagaimana


keberhasilan program Desa Siaga dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat dan faktor penghambat dan faktor pendukung apa saja yang
berperan besar dalam keberhasilan program Desa siaga.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Difinisi Desa Siaga?

2. Apa Tujuan Dan Sasaran Program Desa Siaga?

3. Bagaimana Stategi Program Desa Siaga?

4. Bagaimana Pelaksanaan Dan Metode Program Desa Siaga?

5. Bagaiman Peran Serta Masyarakat Dalam Program Desa Siaga?


6. Apa Saja Indikator Keberhasilan Program Desa Siaga?
7. Bagaimana Keberhasilan Program Desa Siaga Di Indonesia?
8. Apa Saja Faktor Penghambat Program Desa Siaga?
9. Apa Saja Faktor Pendukung Program Desa Siaga?

2
C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Apa Difinisi Desa Siaga

2. Untuk Mengetahui Apa Tujuan Dan Sasaran Program Desa Siaga

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Stategi Program Desa Siaga

4. Untuk Mengetahui Bagaimana Pelaksanaan Dan Metode Program


Desa Siaga

5. Untuk Mengetahui Bagaiman Peran Serta Masyarakat Dalam Program


Desa Siaga
6. Untuk Mengetahui Apa Saja Indikator Keberhasilan Program Desa
Siaga
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Keberhasilan Program Desa Siaga Di
Indonesia
8. Untuk Mengetahui Apa Saja Faktor Penghambat Program Desa Siaga
9. Untuk Mengetahui Apa Saja Faktor Pendukung Program Desa Siaga

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Desa Siaga

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan


sumber daya dan kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk
mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan
kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri.

Desa yang dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas – batas wilayah, yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan
dihormati dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Tujuan Dan Sasaran Desa Siaga

a. Tujuan Umum Dan Tujuan Khusus Desa Siaga

Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa


yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di
wilayahnya.

Tujuan khususnya adalah sebagai berikut :

1) Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang


pentingnya kesehatan.
2) Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa
terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan (bencana, wabah, kegawadaruratan dan sebagainya)
3) Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya
kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri
sendiri di bidang kesehatan.

4
b. Sasaran Pengembangan Desa Siaga
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran desa siaga
dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
1) Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, peduli, dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayah desanya
2) Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan
perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang
kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh
masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda,
kader serta petugas kesehatan
3) Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi
dukungan kebijakan, peraturan perundang –undangan, dana,
tenaga, sasaran, dll, seperti kepala desa, camat, pejabat terkait,
LSM, swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.

Sebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut


memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes). Inti dari kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan
masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu
dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan
edukatif. Yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk
menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan
masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.
Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan
bersumberdaya masyarakat yang ada dewasa tersebut seperti
Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sahat, Siap-Antar-Jaga, dan
lain-lain sebagai embrio atau titik awal pengembangan menuju Desa
Siaga. Dengan demikian, mengubah desa menjadi Desa Siaga akan
lebih cepat bila di desa tersebut telah ada berbagai Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat (UKBM).

5
C. Strategi Desa Siaga
a. Pengembangan Tim Petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-
kegiatan lainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah
mempersiapkan para petugas kesehatan yang berada di wilayah
Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi.
Persiapan pada petugas ini bisa berbentuk sosialisasi, pertemuan atau
pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi
setempat.
Keluaran (output) dan langkah ini adalah para petugas yang
memahami tugas dan fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim
untuk melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan
masyarakat.

b. Pengembangan Tim di Masyarakat


Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas,
tokoh masyarakat, serta masyarakat, agar mereka tahu dan mau
bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga.
Dalam langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para
penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan, baik
berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun dana atau sumber
dana yang lain, sehingga pembangunan Desa Siaga dapat berjalan
dengan lancar. Sedangkan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat
bertujuan agar mereka memahami dan mendukung, khususnya dalam
membentuk opini publik guna menciptakan iklim yang kondusif bagi
pengembangan Desa Siaga.
Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral,
dukungan financial atau dukungan material, sesuai kesepakatan dan
persetujuan masyarakat dalam rangka pengembangan Desa Siaga.

6
Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan
masyarakat di bidang kesehatan seperti Konsil Kesehatan Kecamatan
atau Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa,
PKK, serta organisasi kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-
lembaga ini diikut sertakan dalam setiap persemuan dan kesepakatan.

c. Survei Mawas Diri


Survey Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD)
atau Community Self Survey (CSS) bertujuan agar pemuka-pemuka
masyarakat mampu melakukan telaah mawas diri untuk desanya.
Survey ini harus dilakukan oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat
dengan bimbingan tenaga kesehatan.
Dengan demiian, mereka menjadi sadar akan permasalahan
yang dihadapi di desanya, serta bangkit niat dan tekad untuk mencari
solusinya, termasuk membangun Poskesdes sebagai upaya
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa.
Untuk itu, sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan
keterampilan bagi mereka.
Keluaran atau output dan SDM ini berupa identifikasi masalah-
masalah kesehatan serta daftar potensi di desa yang dapat
didayagunakan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut,
termasuk dalam rangka membangun Poskesdes.

d. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)


Tujuan penyelenggaraaan musyawarah masyarakat desa
(MMD) ini adalah mencari alternative penyelesaian masalah kesehatan
dan upaya membangun Poskesdes, diakitkan dengan potensi yang
dimiliki desa. Di samping itu, juga untuk menyusun rencana jangka
panjang pengembangan Desa Siaga.
Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari
tokoh masyarakat yang telah sepakat mendukung pengembangan Desa

7
Siaga. Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh masyarakat, termasuk
tokoh-tokoh perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan sedapat
mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung
pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan
advokasi).
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD
disajikan, utamanya dalah daftar masalah kesehatan, data potensial,
serta harapan masyarakat. Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan
untuk penentuan prioritas, dukungan dan kontribusi apa yang dapat
disumbangkan oleh masing-masing individu / institusi yang
diwakilinya, serta langkah-langkah solusi untuk pembangunan
Poskesdes dan pengembangan masing-masing Desa Siaga.

D. Pelaksanaan Dan Metode Program Desa Siaga


1) Persiapan
Dalam tahap persiapan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a) Pusat:
 Penyusunan pedoman.
 Pembuatan modul-modul pelatihan.
 Penyelenggaraan Pelatihan bagi Pelatih atau Training of
Trainers (TOT).
b) Provinsi:
 Penyelenggaraan TOT (tenaga kabupaten / Kota).
c) Kabupaten / Kota:
 Penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan.
 Penyelenggaraan pelatihan kader.

2) Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a) Pusat:
 Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.

8
b) Provinsi:
 Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.
c) Kabupaten / Kota:
 Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.
 Penyiapan Puskesmas dan Rumah Sakit dalam rangka
penanggualangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
d) Kecamatan:
 Pengembangan dan Pembinaan Desa Siaga.

3) Pemantauan dan Evaluasi


Dalam tahap pemantauan dan evaluasi, hal-hal yang perlu
dilakukan adalah:
a) Pusat:
 Memantau kemajuan dan mengevaluasi keberhasilan
pengembangan Desa Siaga.
b) Provinsi:
 Memantau kemajuan pengembangan Desa Siaga.
 Melaporkan hasil pemantauan ke pusat.
c) Kabupaten / Kota:
 Memantau kemajuan pengembangan Desa Siaga.
 Melaporkan hasil pemantauan ke Provinsi.
d) Kecamatan:
 Melakukan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).
 Melaporkan pengembangan ke Kabupaten /Kota.
4) Pendekatan Pengembangan Desa Siaga
Pengembangan Desa Siaga dilaksanakan dengan membantu /
memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran
melalui siklus atau spiral pemecahan masalah yang terorganisasi
(pengorganisasian masyarakat), yaitu dengan menempuh tahap-tahap:
a) Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya
yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.

9
b) Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif
pemecahan masalah.
c) Menetapkan alternative pemecahan masalah yang layak,
merencanakan dan melaksanakannya.
d) Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya
yang telah dilakukan.

5) Pelaksanaan Kegiatan
Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan
kegiatan sebagai berikut:
a) Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga
Pemilihan pengurus dan kader Desa Siaga dilakukan melalui
pertemuan khusus para pemimpin formal desa dan tokoh masyarakat
serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara
musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang
berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas.

b) Orientasi / Pelatihan Kader Desa Siaga


Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader
desa yang telah ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan.
Orientasi / pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota sesuai dengan pedoman orientasi / pelatihan yang berlaku. Materi
orientasi / pelatihan yang berlaku. Materi orientasi / pelatihan
mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di desa dalam rangka
pengembangan Desa Siaga (sebagaiman telah dirumuskan dalam
Rencana Operasional). Yaitu meliputi pengelolaan Desa Siaga secara
umum, pembangunan dan pengelolaan Poskesdes, pengembangan dan
pengelolaan UBKM lain, serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan
dan persalinan sehat, Siap-Antar-Jaga, Keluarga Sadar Gizi, Posyandu,
kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular, penyediaan air
bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP),

10
kegawatdaruratan sehari-hari, kesiap-siagaan bencana, kejadian luar
biasa, warung obat desa (WOD), dversifikasi pertanian tanaman pangan
dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat Keluarga (TOGA),
kegiatan surveilans, PHS, dan lain-lain.

c) Pengembangan Poskesdes dan UKBM lain


Dalam hal ini, pembangunan Poskesdes bisa dikembangkan dari
Polindes yang sudah ada. Apabila tidak ada Polindes, maka perlu
dibahas dan dicantumkan dalam rencana kerja tentang alternative lain
pembangunan Poskesdes. Dengan demikian diketahui bagaimana
Poskesdes tersebut akan diadakan , membangun baru dengan fasilitas
dari pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donator,
membangun baru dengan swadaya masyarakat, atau memodifikasi
bangunan lain yang ada.
Bilamana Poskesdes sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan
dilanjutkan dengan membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan dan
belum ada di desa yang bersangkutan, atau merevitalisasi yang sudah
ada tetapi kurang / tidak aktif.

d) Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga


Dengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan
telah dapat ditetapkan sebagai Desa Siaga. Setelah Desa Siaga resmi
dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara
rutin, yaitu pengembangan sistem surveilans berbasis masyarakat,
pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawat-daruratan
dan bencana, pemberantasan penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB., penggalangan dana, pemberdayaan
masyarakat menuju KADARZI dan PHBS, penyehatan lingkungan,
serta pelayanan kesehatan dasar (bila diperlukan). Selain itu,
diselenggarakan pula pelayanan UKBM-UKBM lain seperti Posyandu
dan lain-lain dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku.

11
Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh
Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan
dan pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.

6) Pembinaan dan Peningkatan


Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja
sektor lain, serta adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk
memajukan Desa Siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama
dengan berbagai pihak. Perwujudan dan pengembangan jejaring Desa
Siaga dapat dilakukan melalui Temu Jejaring UKBM secara internal di
dalam desa sendiri dan atau Temu Jejaring antar Desa Siaga (minimal
sekali dalam setahun). Upaya ini selain untuk memantapkan kerjasama,
juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar-menukar pengalaman
dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bersama. Yang juga
tidak kalah pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya
dengan program-program pembangunan yang bersasaran Desa.
Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah
keaktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu
dikembangkan upay-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar
tidak drop out. Kader-kader yang memiliki motivasi memuaskan
kebutuhan sosial psikologinya harus diberi kesempatan seluas-luasnya
untuk mengembangkan kreatifitasnya. Sedangkan kader-kader yang masih
dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu untuk
memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian gaji /
intensif atau difasilitasi agar dapat berwirausaha.
Untuk dapat melihat perkembangan Desa Siaga, perlu dilakukan
pemantauan dan evaluasi. Berkaitan dengan itu, kegiatan-kegiatan di Desa
Siaga perlu dicatat oleh kader, misalnya dalam Buku Register UKBM
(contohnya: kegiatan Posyandu dicatat dalam buku Register Ibu dan Anak
Tingkat Desa atau RIAD dalam Sistem Informasi Posyandu).

12
E. Peran Serta Masyarakat Dalam Program Desa Siaga
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Desa siaga salah satu
diantaranya yaitu diperlukan keikutsertaan masyarakat, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Keikutsertaan masyarakat dipengaruhi oleh
sikap masyarakat yang berbeda-beda, yaitu sikap yang tidak mendukung
dan sikap yang mendukung. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk
menghapus sikap yang tidak mendukung pada masyarakat antara lain
melakukan musyawarah, seminar, lokakarya dan pelatihan-pelatihan pada
masyarakat. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan apa itu
desa siaga sehingga sikap masyarakat yang tidak mendukung bisa berubah
menjadi mendukung terhadap pelaksanaan desa siaga. Jika masyarakat
sudah mendukung desa siaga maka pelaksanaan desa siaga akan berjalan
secara optimal.
Bentuk-bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat meliputi
partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga, seperti adanya kemauan dari
masyarakat secara umum ikut serta dalam pelaksanaan kerja bakti ataupun
pembangunan fasilitas kesehatan seperti Poskesdes, partisipasi harta benda
tercermin dengan adanya iuran kebersihan yang dikelola pengurus Desa
Siaga, serta adanya pengadaan “ambulan desa”, dan adanya partisipasi
masyarakat dalam bentuk buah pikiran seperti berjalannya forum Desa
Siaga yang didalamnya terdapat proses memberikan saran dan pendapat.

F. Indikator Keberhasilan Program Desa Siaga

Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari


4 kelompok indikator, yaitu : indikator input, indikator proses, indikator
output dan indikator outcome (Depkes, 2009).

a. Indikator Input

 Jumlah kader desa siaga.


 Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.

13
 Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
 Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
 Tersedianya dana operasional desa siaga.
 Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
 Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan
yang dijumpai dalam warna yang sesuai.
 Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita
gizi kurang, jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).

b. Indikator proses

 Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan


dan sebagainya).
 Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
 Berfungsi/tidaknya poskesdes.
 Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.
 Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah
kesehatan berbasis masyarakat.
 Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
 Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari
masyarakat.

c. Indikator Output

 Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.


 Jumlah kunjungan neonates (KN2).
 Jumlah BBLR yang dirujuk.
 Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
 Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.
 Jumlah balita yang mendapat imunisasi.
 Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
 Jumlah keluarga yang punya jamban.

14
 Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
 Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
 Adanya data kesehatan lingkungan.
 Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular
tertentu yang menjadi masalah setempat.
 Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.

d. Indikator outcome

 Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari


sakitnya.
 Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
 Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
 Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.

G. Keberhasilan program Desa Siaga di Indonesia


Berdasarkan penelusuran kami di beberapa daerah di Indonesia
yang mengimplementasikan program Desa Siaga, kami dapat
menyimpulkan bahwa program Desa siaga di Indonesia sudah cukup baik,
meskipun dalam pelaksanaannya indikator keberhasilan Desa Siaga Di
Indonesia belum sepenuhnya dapat terimplementasi secara maksimal
karena masih terdapat kendala-kendala.
a. Indikator input
1) Forum Masyarakat Desa (FMD), Beberapa desa sudah memiliki
FMD, dan pelaksanaannya ada yang dalam 3 bulan sekali dan ada
juga pada saat ditemukannya masalah. Terdapat 2 desa yang
memiliki FMD namun tidak berjalan, serta 3 desa tidak memiliki
FMD.
2) Poskesdes dan Sarananya, Beberapa desa memiliki Poskesdes dan
sarana yang cukup memadai. Sedangkan desa lainnya ada namun
kondisinya sudah rusak, dan ternyata masih ada desa yang tidak
memiliki Poskesdes. Meskipun tidak memiliki bangunan fisik yakni

15
poskesdes, namun koordinasi Poskesdes dengan Puskesmas dalam
menangani masyarakat yang berobat sudah baik.
3) Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), UKBM
yang sudah ada di beberapa desa saja antara lain: posyandu balita,
posyandu lansia, polindes, PKK, serta Jumantik di beberapa desa.
4) Tenaga Kesehatan dan Kader Aktif Semua desa siaga percontohan
telah memiliki bidan rata-rata 1 orang bidan. Sedangkan untuk kader
aktif rata-rata memiliki 2-3 orang kader aktif. Namun ada juga desa
yang memiliki kader aktif sampai 8 orang. Kader tersebut juga
merupakan kader dari posyandu. Secara khusus, kader untuk desa
siaga tidak ada. Masih adanya FMD yang belum berjalan disebabkan
antara lain karena minimnya dana yang ada serta tingginya tingkat
kesibukan masyarakat.

b. Indikator Proses
1) Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa (FMD), Frekuensi
pertemuan untuk FMD rata-rata 1 kali selama satu tahun, namun ada
juga yang setiap 2 kali selama satu tahun. Namun ada pula desa yang
melaksanakan FMD setiap ada instruksi dari bidan desa.
2) Keberfungsian Poskesdes, Poskesdes yang ada di desa siaga di
beberapa Desa sudah berfungsi sebagaimana mestinya, antara lain
sebagai tempat melayani pengobatan umum, tempat persalinan,
imunisasi, penyuluhan tentang PHBS dan tumbuh kembang anak
yang baik.
3) Keberfungsian UKBM Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat yang
sudah ada di desa siaga sudah berfungsi dengan baik. Seperti pada
kegiatan Posyandu beberapa kader memberikan penyuluhan, dan
juga pelaksanaannya sudah rutin dilakukan.
4) Keberfungsian sistem Surveilans berbasis Masyarakat Rata-rata
sistem Surveilans berbasis Masyarakat di beberapa desa belum

16
dilaksanakan secara optimal. Ada Jemantik di desa namun
pelaksanaannya belum maksimal.
5) Keberfungsian kegiatan Kadarzi dan PHBS Sebagian besar desa
siaga sudah aktif melaksanakan upaya-upaya agar terciptanya
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan PHBS. Seperti penyuluhan-
penyuluhan oleh bidan desa maupun kader aktif yang ada. Namun
dibandungkan kadarzi, kegiatan peningkatan PHBS masih kurang.

c. Indikator output
1) Cakupan pelayanan kesehatan di Poskesdes Pelayanan yang
diberikan di Poskesdes untuk masyarakat di desa siaga antara lain
untuk Ibu hamil K1, Ibu hamil K4, Ibu yang memiliki faktor risiko
Persalinan, Kunjungan Neonatus dan Kunjungan KB aktif.
2) Cakupan pelayanan kesehatan di UKBM yang ada Masing-masing
UKBM memberikan pelayanan sesuai dengan spesifiknya masing-
masing, misalnya: posyandu balita untuk pelayanan imunisasi balita,
pemeriksaan kesehatan balita, juga untuk ibunya. Posyandu lansia
memberikan pelayanan kesehatan kepada lansia baik penyuluhan
maupun pengobatan. PKK lebih kepada pemberian penyuluhan yang
terkait dengan peningkatan kesejahteraan keluarga.
3) Jumlah kasus kegawatdaruratan dan kejadian luar biasa yang
dilaporkan dan diatasi Ditemukan 2 kasus kegawatdaruratan dan
KLB yang telah dilaporkan terjadi di desa Talang Sari Kecamatan
Tebing Gerinting. Pelaporan kejadian kegawatdaruratan merupakan
suatu proses survei mawas diri (SMD).
4) Cakupan rumah tangga yang mendapatkan promosi kesehatan untuk
kadarzi dan PHBS Promosi kesehatan telah dilakukan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat desa mengenai kadarzi
dan PHBS.

17
d. Indikator outcome
1) Jumlah masyarakat yang menderita sakit Penyakit yang sering terjadi
di masyarakat, meliputi: ISPA, rematik, diare, hipertensi, gastritis,
typhoid, gangguan neurotik, asma, alergi kulit, sakit gigi.
2) Jumlah balita dengan gizi buruk Hasil observasi menunjukkan
bahwa masih terdapat balita dengan gizi kurang .

H. Faktor Penghambat Program Desa Siaga


Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh para pelaksana
program Desa Siaga di lapangan, antara lain berupa:
1. Tingkat partisipasi masyarakat yang masih belum optimal,
misalnya masyarakat masih susah untuk diajak kumpul baik untuk
membicarakan kegiatan maupun untuk melaksanakan kegiatan;
2. Masih kurangnya kegiatan penyegaran bagi para kader desa siaga.
3. Masih rendahnya tingkat ekonomi masyarakat, seperti di Desa
Pasar Ketahun sehingga masyarakat kurang partisipasi dalam
kegiatan desa siaga karena waktunya digunakan sebagian besar
untuk memenuhi kebutuhan keluarga;
4. Meskipun program desa siaga diharapkan sebagai program
swadaya dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat,
namun pelaksanaannya tidak dapat langsung dilepaskan atau
diserahkan, karena tidak semua desa memiliki SDM yang cepat
tanggap terhadap perkembangan informasi kesehatan;
5. Belum adanya program dan kegiatan desa siaga yang dijalankan
secara sistematis sehingga pergantian kepala desa atau bidan desa
tidak menjadi alasan kegiatan ini tidak. Di samping itu kurang
aktifnya pengurus desa siaga dalam mensosialisasikan kegiatan;

18
6. Masih kurangnya prasana kesehatan seperti belum tersedianya
bangunan poskesdes atau polindes serta prasarana penunjang
kesehatan seperti kondisi jalan yang rusak;
7. Tidak tersedianya sumber dana kegiatan serta tidak adanya
pembinaan dan sosialisasi yang berkelanjutan sejak pembentukkan
dari dinas instansi terkait menyebabkan kurangnya motivasi
masyarakat khususnya kader untuk melaksanakan kegiatan desa
siaga.
I. Faktor pendukung Program Desa Siaga
Ada beberapa faktor pendorong keberhasilan program Desa Siaga
antara lain:
1. Tingginya tingkat partisipasi masyarakat terutama di desa-desa eks
transmigrasi/banyak penduduk pendatang yang memiliki tingkat
kegotongroyongan serta kepedulian terhadap warga lainnya masih
terpelihara dengan baik sehingga dapat dikatakan bahwa mereka
telah terlebih dahulu menjalankan kegiatan seperti desa siaga,
sebelum program desa siaga tersebut sampai di desa mereka;
2. Adanya peran aktif perangkat desa serta kader dalam menunjang
pelaksanaan tugas tenaga kesehatan (bidan desa), forum
masyarakat rutin mengadakan pertemuan;
3. Adanya manfaat program yang dirasakan oleh masyarakat.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber


daya dan kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah
dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan
secara mandiri. Dengan diadakannya program Desa Siaga diharapkan terjadi:
Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan; Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa
terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
(bencana, wabah, kegawadaruratan dan sebagainya); dan Peningkatan
kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan kemauan
masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan.

Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya


masyarakat yang ada dewasa tersebut seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat
Desa, Dana Sahat, Siap-Antar-Jaga, dan lain-lain sebagai embrio atau titik
awal pengembangan menuju Desa Siaga. Dengan demikian, mengubah desa
menjadi Desa Siaga akan lebih cepat bila di desa tersebut telah ada berbagai
Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM).
Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4
kelompok indikator, yaitu : indikator input, indikator proses, indikator
output dan indikator outcome (Depkes, 2009). Berdasarkan penelusuran kami
di beberapa desa di Indonesia yang mengimplementasikan program Desa
Siaga, kami dapat menyimpulkan bahwa program Desa siaga di Indonesia
sudah cukup baik, meskipun dalam pelaksanaannya indikator keberhasilan
Desa Siaga Di Indonesia belum sepenuhnya dapat terimplementasi secara
maksimal karena masih terdapat kendala-kendala. Keberhasilan program desa
siaga sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor penghambat dan juga di
pengaruhi oleh beberapa faktor pendorong.

20
B. Saran
1. Pelaksanaan desa siaga sebaiknya dikembangkan dari pedoman
pelaksanaan desa siaga yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI
dan bukan semata-mata mengadopsi pedoman tersebut.
2. Keterlibatan masyarakat secara langsung dalam pengembangan desa
siaga harus lebih ditingkatkan misalnya penggerakan dana bersumber
dari masyarakat dan pelaksanaan desa siaga didasarkan pada masalah dan
sumber daya di desa.
3. Meningkatkan dana operasional melalui kemitraan dengan pihak
pengusaha swasta dan donatur yang difasilitasi dan diarahkan oleh
Pemerintah Desa.

21
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes. 2018. “Desa Siaga”. Diupload tanggal 28 Juni 2018


http://promkes.kemkes.go.id/desa-siaga
Hendri dkk. “Paritisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desasiaga Di Desa
Tembeling Kecamatan Teluk Bintan kabupaten Bintan”.

http://repository.umrah.ac.id/2202/1/jurnal%20hendri%202011.pdf.

Jaya Tri Purnama. 2019. “Tingkat Kematian Ibu Melahirkan di Indonesia Masih
Mengkhawatirkan”. Diupload tanggal 30 September 2019

https://regional.kompas.com/read/2019/09/30/11435771/tingkat-kematian-ibu-
melahirkan-di-indonesia-masih-mengkhawatirkan

Tanpa nama. 2019. 17,7% Balita Indonesia Masih Mengalami Masalah Gizi.
Diupload tanggal 25 Januari 2019.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/01/25/177-balita-indonesia-masih-
mengalami-masalah-gizi

22

Anda mungkin juga menyukai