OLEH
KELOMPOK IV
AVIKA (K011181050)
SRI ANUGRAH YANI (K011181006)
FADIA ANANDA (K011181015)
SITTI KHADIJAH NUR (K011181058)
ARHAM SYARIF (K011181511)
NURUL FEBY MELLINA (K011181329)
SARTIKA (K011181022)
ANA SOFIAH FITRIANIH (K011181009)
HASNIATI (K011181024)
NURHIDAYAH ASLAM (K011181342)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
Rahmat serta Karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang
berjudul “Desa Siaga”. Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk menambah
pengetahuan serta penyelesaian tugas pada mata kuliah Pemberdayaan dn
pengorganisasian Masyarakat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
C. Tujuan .............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................20
B. Saran ............................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Desa yang dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas – batas wilayah, yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan
dihormati dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4
b. Sasaran Pengembangan Desa Siaga
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran desa siaga
dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
1) Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, peduli, dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayah desanya
2) Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan
perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang
kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh
masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda,
kader serta petugas kesehatan
3) Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi
dukungan kebijakan, peraturan perundang –undangan, dana,
tenaga, sasaran, dll, seperti kepala desa, camat, pejabat terkait,
LSM, swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.
5
C. Strategi Desa Siaga
a. Pengembangan Tim Petugas
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-
kegiatan lainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah
mempersiapkan para petugas kesehatan yang berada di wilayah
Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi.
Persiapan pada petugas ini bisa berbentuk sosialisasi, pertemuan atau
pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi
setempat.
Keluaran (output) dan langkah ini adalah para petugas yang
memahami tugas dan fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim
untuk melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan
masyarakat.
6
Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan
masyarakat di bidang kesehatan seperti Konsil Kesehatan Kecamatan
atau Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa,
PKK, serta organisasi kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-
lembaga ini diikut sertakan dalam setiap persemuan dan kesepakatan.
7
Siaga. Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh masyarakat, termasuk
tokoh-tokoh perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan sedapat
mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung
pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan
advokasi).
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD
disajikan, utamanya dalah daftar masalah kesehatan, data potensial,
serta harapan masyarakat. Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan
untuk penentuan prioritas, dukungan dan kontribusi apa yang dapat
disumbangkan oleh masing-masing individu / institusi yang
diwakilinya, serta langkah-langkah solusi untuk pembangunan
Poskesdes dan pengembangan masing-masing Desa Siaga.
2) Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a) Pusat:
Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.
8
b) Provinsi:
Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.
c) Kabupaten / Kota:
Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain.
Penyiapan Puskesmas dan Rumah Sakit dalam rangka
penanggualangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
d) Kecamatan:
Pengembangan dan Pembinaan Desa Siaga.
9
b) Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif
pemecahan masalah.
c) Menetapkan alternative pemecahan masalah yang layak,
merencanakan dan melaksanakannya.
d) Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya
yang telah dilakukan.
5) Pelaksanaan Kegiatan
Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan
kegiatan sebagai berikut:
a) Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga
Pemilihan pengurus dan kader Desa Siaga dilakukan melalui
pertemuan khusus para pemimpin formal desa dan tokoh masyarakat
serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara
musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang
berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas.
10
kegawatdaruratan sehari-hari, kesiap-siagaan bencana, kejadian luar
biasa, warung obat desa (WOD), dversifikasi pertanian tanaman pangan
dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat Keluarga (TOGA),
kegiatan surveilans, PHS, dan lain-lain.
11
Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh
Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan
dan pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral.
12
E. Peran Serta Masyarakat Dalam Program Desa Siaga
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan Desa siaga salah satu
diantaranya yaitu diperlukan keikutsertaan masyarakat, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Keikutsertaan masyarakat dipengaruhi oleh
sikap masyarakat yang berbeda-beda, yaitu sikap yang tidak mendukung
dan sikap yang mendukung. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk
menghapus sikap yang tidak mendukung pada masyarakat antara lain
melakukan musyawarah, seminar, lokakarya dan pelatihan-pelatihan pada
masyarakat. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan apa itu
desa siaga sehingga sikap masyarakat yang tidak mendukung bisa berubah
menjadi mendukung terhadap pelaksanaan desa siaga. Jika masyarakat
sudah mendukung desa siaga maka pelaksanaan desa siaga akan berjalan
secara optimal.
Bentuk-bentuk partisipasi yang diberikan masyarakat meliputi
partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga, seperti adanya kemauan dari
masyarakat secara umum ikut serta dalam pelaksanaan kerja bakti ataupun
pembangunan fasilitas kesehatan seperti Poskesdes, partisipasi harta benda
tercermin dengan adanya iuran kebersihan yang dikelola pengurus Desa
Siaga, serta adanya pengadaan “ambulan desa”, dan adanya partisipasi
masyarakat dalam bentuk buah pikiran seperti berjalannya forum Desa
Siaga yang didalamnya terdapat proses memberikan saran dan pendapat.
a. Indikator Input
13
Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
Tersedianya dana operasional desa siaga.
Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan
yang dijumpai dalam warna yang sesuai.
Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita
gizi kurang, jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).
b. Indikator proses
c. Indikator Output
14
Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
Adanya data kesehatan lingkungan.
Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular
tertentu yang menjadi masalah setempat.
Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.
d. Indikator outcome
15
poskesdes, namun koordinasi Poskesdes dengan Puskesmas dalam
menangani masyarakat yang berobat sudah baik.
3) Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), UKBM
yang sudah ada di beberapa desa saja antara lain: posyandu balita,
posyandu lansia, polindes, PKK, serta Jumantik di beberapa desa.
4) Tenaga Kesehatan dan Kader Aktif Semua desa siaga percontohan
telah memiliki bidan rata-rata 1 orang bidan. Sedangkan untuk kader
aktif rata-rata memiliki 2-3 orang kader aktif. Namun ada juga desa
yang memiliki kader aktif sampai 8 orang. Kader tersebut juga
merupakan kader dari posyandu. Secara khusus, kader untuk desa
siaga tidak ada. Masih adanya FMD yang belum berjalan disebabkan
antara lain karena minimnya dana yang ada serta tingginya tingkat
kesibukan masyarakat.
b. Indikator Proses
1) Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa (FMD), Frekuensi
pertemuan untuk FMD rata-rata 1 kali selama satu tahun, namun ada
juga yang setiap 2 kali selama satu tahun. Namun ada pula desa yang
melaksanakan FMD setiap ada instruksi dari bidan desa.
2) Keberfungsian Poskesdes, Poskesdes yang ada di desa siaga di
beberapa Desa sudah berfungsi sebagaimana mestinya, antara lain
sebagai tempat melayani pengobatan umum, tempat persalinan,
imunisasi, penyuluhan tentang PHBS dan tumbuh kembang anak
yang baik.
3) Keberfungsian UKBM Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat yang
sudah ada di desa siaga sudah berfungsi dengan baik. Seperti pada
kegiatan Posyandu beberapa kader memberikan penyuluhan, dan
juga pelaksanaannya sudah rutin dilakukan.
4) Keberfungsian sistem Surveilans berbasis Masyarakat Rata-rata
sistem Surveilans berbasis Masyarakat di beberapa desa belum
16
dilaksanakan secara optimal. Ada Jemantik di desa namun
pelaksanaannya belum maksimal.
5) Keberfungsian kegiatan Kadarzi dan PHBS Sebagian besar desa
siaga sudah aktif melaksanakan upaya-upaya agar terciptanya
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan PHBS. Seperti penyuluhan-
penyuluhan oleh bidan desa maupun kader aktif yang ada. Namun
dibandungkan kadarzi, kegiatan peningkatan PHBS masih kurang.
c. Indikator output
1) Cakupan pelayanan kesehatan di Poskesdes Pelayanan yang
diberikan di Poskesdes untuk masyarakat di desa siaga antara lain
untuk Ibu hamil K1, Ibu hamil K4, Ibu yang memiliki faktor risiko
Persalinan, Kunjungan Neonatus dan Kunjungan KB aktif.
2) Cakupan pelayanan kesehatan di UKBM yang ada Masing-masing
UKBM memberikan pelayanan sesuai dengan spesifiknya masing-
masing, misalnya: posyandu balita untuk pelayanan imunisasi balita,
pemeriksaan kesehatan balita, juga untuk ibunya. Posyandu lansia
memberikan pelayanan kesehatan kepada lansia baik penyuluhan
maupun pengobatan. PKK lebih kepada pemberian penyuluhan yang
terkait dengan peningkatan kesejahteraan keluarga.
3) Jumlah kasus kegawatdaruratan dan kejadian luar biasa yang
dilaporkan dan diatasi Ditemukan 2 kasus kegawatdaruratan dan
KLB yang telah dilaporkan terjadi di desa Talang Sari Kecamatan
Tebing Gerinting. Pelaporan kejadian kegawatdaruratan merupakan
suatu proses survei mawas diri (SMD).
4) Cakupan rumah tangga yang mendapatkan promosi kesehatan untuk
kadarzi dan PHBS Promosi kesehatan telah dilakukan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat desa mengenai kadarzi
dan PHBS.
17
d. Indikator outcome
1) Jumlah masyarakat yang menderita sakit Penyakit yang sering terjadi
di masyarakat, meliputi: ISPA, rematik, diare, hipertensi, gastritis,
typhoid, gangguan neurotik, asma, alergi kulit, sakit gigi.
2) Jumlah balita dengan gizi buruk Hasil observasi menunjukkan
bahwa masih terdapat balita dengan gizi kurang .
18
6. Masih kurangnya prasana kesehatan seperti belum tersedianya
bangunan poskesdes atau polindes serta prasarana penunjang
kesehatan seperti kondisi jalan yang rusak;
7. Tidak tersedianya sumber dana kegiatan serta tidak adanya
pembinaan dan sosialisasi yang berkelanjutan sejak pembentukkan
dari dinas instansi terkait menyebabkan kurangnya motivasi
masyarakat khususnya kader untuk melaksanakan kegiatan desa
siaga.
I. Faktor pendukung Program Desa Siaga
Ada beberapa faktor pendorong keberhasilan program Desa Siaga
antara lain:
1. Tingginya tingkat partisipasi masyarakat terutama di desa-desa eks
transmigrasi/banyak penduduk pendatang yang memiliki tingkat
kegotongroyongan serta kepedulian terhadap warga lainnya masih
terpelihara dengan baik sehingga dapat dikatakan bahwa mereka
telah terlebih dahulu menjalankan kegiatan seperti desa siaga,
sebelum program desa siaga tersebut sampai di desa mereka;
2. Adanya peran aktif perangkat desa serta kader dalam menunjang
pelaksanaan tugas tenaga kesehatan (bidan desa), forum
masyarakat rutin mengadakan pertemuan;
3. Adanya manfaat program yang dirasakan oleh masyarakat.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
20
B. Saran
1. Pelaksanaan desa siaga sebaiknya dikembangkan dari pedoman
pelaksanaan desa siaga yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI
dan bukan semata-mata mengadopsi pedoman tersebut.
2. Keterlibatan masyarakat secara langsung dalam pengembangan desa
siaga harus lebih ditingkatkan misalnya penggerakan dana bersumber
dari masyarakat dan pelaksanaan desa siaga didasarkan pada masalah dan
sumber daya di desa.
3. Meningkatkan dana operasional melalui kemitraan dengan pihak
pengusaha swasta dan donatur yang difasilitasi dan diarahkan oleh
Pemerintah Desa.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.umrah.ac.id/2202/1/jurnal%20hendri%202011.pdf.
Jaya Tri Purnama. 2019. “Tingkat Kematian Ibu Melahirkan di Indonesia Masih
Mengkhawatirkan”. Diupload tanggal 30 September 2019
https://regional.kompas.com/read/2019/09/30/11435771/tingkat-kematian-ibu-
melahirkan-di-indonesia-masih-mengkhawatirkan
Tanpa nama. 2019. 17,7% Balita Indonesia Masih Mengalami Masalah Gizi.
Diupload tanggal 25 Januari 2019.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/01/25/177-balita-indonesia-masih-
mengalami-masalah-gizi
22