PROPOSAL DISERTASI
Oleh
ADMIZAL NAZKI
NIM 16327001
PROMOTOR COPROMOTOR
Prof. Dr. Ir. Nasfryzal Carlo, M.Sc Dr. Abdul Razak, M.Si
ABSTRACT
ABSTRAK
3.
Dr. Taufina Taufik, M.Pd.
(Anggota)
4.
Dr. Mardinah Harun, M.Ed.
(Anggota)
5.
Prof. Dr. Syahrul R., M.Pd.
(Anggota)
Mahasiswa :
NIM : 16327001
Tanggal Ujian :
SURAT PERNYATAAN
v
Admizal Nazki
NIM 16327001
KATA PENGANTAR
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT....................................................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................................... ii
PERSETUJUAN AKHIR DISERTASI .......................................................................... iii
PERSETUJUAN KOMISI DISERTASI ....................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN .................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang..................................................................................................... 1
2. Identifikasi Masalah............................................................................................. 3
3. Pembatasan Masalah ........................................................................................... 6
4. Rumusan Masalah ............................................................................................... 7
5. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 9
6. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 9
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
10. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel A ........... 95
11. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel B ........... 95
12. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel C ........... 96
13. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel D ........... 96
14. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel E ............ 97
15. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel F ............ 97
16. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel G ........... 98
17. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel H ........... 98
18. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel I ............. 99
21. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel A ........... 101
22. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel B ........... 101
23. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel C ........... 102
24. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel D ........... 102
25. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel E ............ 103
26. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel F ............ 103
27. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel G ........... 104
28. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel H ........... 104
29. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel I ............. 105
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang kaya akan mineral dan batubara, maka dalam
Mineral dan Batubara bahwa bahwa mineral dan batubara yang terkandung dalam
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam
memenuhi hajat hidup orang banyak, karena itu pengelolaannya harus dikuasai
oleh Negara sehingga memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian
berkeadilan.
Mineral dan Batubara yang mana pada Pasal 28 ayat 1 dan 2 berbunyi Pengawasan
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor
yang merujuk pada aspek ekologi dan penerapan bioteknologi memang sangat
lahan bekas tambang itu terutama salah pemilihan tanaman. Tanaman yang akan
Beberapa upaya yang paling penting yang telah dilaksanakan oleh pemerintah
ini akan menjadi tolak ukur keseriusan perusahaan dalam menjaga dan mendukung
tahapan rehalibitasi, restrotrasi dan reklamasi, perlu memilih jenis tanaman lokal.
Tujuan nya agar tanaman tersebut memiliki pola pemanfaatan bagi masyarakat
sekitar tetapi diperlukan regulasi yang mengatur tata cara reklamasi penutupan
Sebagai contoh pemilihan tamanan yang yang sering digunakan antara lain
dan Cassia ( Cassia sp) 5.295,47 kg/tahun, merupakan salah satu contoh
minyak sawit dan tahan hidup dilingkungan yang kurang baik. Padahal dalam
nantinya sangat disarankan untuk dikaji terlebih dahulu dengan sudut pandang
2. Identifikasi Masalah
yang mengangga yang jika ditinggalkan akan terisi oleh air hujan sehingga
terbentuklah danau - danau besar yang berwarna biru. Bekas galian berpotensi
dan kuantitas air. Air di lubang bekas tambang mengandung berbagai logam berat
yang dapat merembes ke sistem air tanah dan dapat mencemari air tanah di daerah
sekitar tambang tentu akan mengakibatkan satwa tidak akan bisa bertahan hidup di
sekitar daerah bekas pertambangan, karena itu langkah yang paling diarahkan oleh
4
Reklamasi agar kembali menjadi lahan hijau. Akan tetapi, Stakeholder masih
mengingat teknis pelaksanaannya lama dan memakan waktu hingga mencapai fase
pascatambang.
laksakan pada area lokasi bekas tambang batubara PT. Karbindo Abesyabradhi di
Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat, yang mana pada Reklamasi lahan
bekas tambang batubaranya di Tanami Pohon Sengon dan Pohon Akasia. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan 2 hal, dimana tidak ada perbedaan status
kesuburan tanah atau kandungan kimia (tekstur tanah liat, kemasaman, kandungan
Ca, Mg, Kalium tanah, KTK tanah, C-Organik tanah, N-Total tanah) pada kedua
pertumbuhan vegetasi pohon sengon dan akasia dan secara parsial yang
adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Tekstur tanah (Admizal Nazki, 2015).
Perkebunan Sawit dan Karet Lahan bekas tambang batubara dapat dipergunakan
untuk kegiatan perkebunan sawit dan kebun karet yang mana sesuai dengan
karet semakin tinggi. Lahan perkebunan yang dibutuhkan cukup luas dan alih
5
fungsi lahan dari perkebunan menjadi lahan non-pertanian yang paling mudah
ataupun Reklamasi lahan tambang adalah komponen kualitas tanah atau daya
dukung tanah karena tanaman yang digunakan seperti pada penanaman tanaman
Sawit, Karet dan Sengon. Padahal tanah yang digunakan merupakan tanah yang
langsung diambil dari material Overburden dan Tanah penutup dengan sususnan
tanah yang tidak dikelola dengan baik. Tanah hasil dari galian batubara
(overburden) umumnya tersusun terbalik dari susunan awalnya. Tanah lapisan atas
(top soil) berada di bawah tanah lapisan bawah (sub soil). Umumnya bahan-bahan
ini ditumpuk diatas tanah yang produktif sehingga jika digunakan sebagai lahan
tanah. Sehingga beberapa tahun reklamasi areal bekas pertambangan batubara sulit
Oleh sebab itu peneliti mengambil salah satu kegiatan Pemulihan yang
tanaman tidak tumbuh dengan baik sehingga masyarakat merasa kurang puas
kurang nya daya dukung tanah dan menganalisa kondisi tanah (pH), tanaman
pendukung tanah yang tepat serta menerapkan sistem drainase yang baik diikuti
lingkungan menggunakan pupuk hayati pada lahan Perkebunan. Pupuk hayati yang
Mikoriza adalah bentuk simbiosis mutualisme antara jamur dan akar tanaman
tingkat tinggi. Mikoriza dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas tanah serta
yang ditanam. Selain itu Mikoriza juga mampu melindungi tanaman dari serangan
Pertimbangan masalah yang akan diatasi dari hasil penelitian ini diantaranya
adalah metode Bioteknologi yang akan diterapkan pada bekas lahan tambang
Batubara apakah cocok dan biaya yang digunakan tergolong ekonomis sehingga
perusahaan dapat menerapkan secara maksimal. Hasil dari pemulihan lahan dapat
3. Pembatasan Masalah
yang tepat, batasan masalah yang menjadi koridor penelitian disusun sebagai
7
Barat.
fisik pada wilayah studi serta penggunaan sebagai hasil percontohan pemulihan
4. Rumusan Masalah
maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian untuk diselesaikan antara
lain :
hijau.
keterlibatan masyarakat.
ada, tetapi karena waktu teknis pelaksanaan lama dan biaya besar, oleh
9
5. Tujuan Penelitian
sesuai dalam melakukan pemulihan kembali lahan bekas tambang yang telah di
sosial budaya masyarakat yang mana dalam hal ini mengacu pada faktor ekonomi.
6. Manfaat Penelitian
tanah, tumbuhan hijau, mikro organisme dan abiotik sesuai dengan tingkat
10
keberhasilan pemulihan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2. Landasan Teori
manusia serta makhluk hidup lainnya (UU 32 tahun 2009). Lingkungan adalah
kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam
seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh
teersebut.
unsur seperti air, tanah, vegetasi, udara/angin, suhu kontur, suara dan lain lain.
semen, besi, baja ringan, gypsum, lantai, beton, kawat dan lain lainnya. 3.
manusia bekerja sama dengan sesamanya, akan tetapi kerjasama itu hanya akan
berjalan baik di dalam tertib sosial budaya serta didalam wadah organisasi
sosial.
12
Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara yang mana pada Pasal
disetujui
peruntukannya
d. Pengelolaan pascatambang
peraturan perundang-undangan.
peraturan perundang-undangan.
Lapisan tanah paling atas atau tanah pucuk, merupakan lapisan tanah
yang perlu dipulihkan, karena paling memenuhi syarat untuk dijadikan media
tumbuh tanaman. Hal ini mencerminkan bahwa proses reklamasi harus sudah
tambang yang tidak mematuhi hal ini, akibatnya harus mengangkut tanah pucuk
dari luar dengan biaya tinggi, dan menimbulkan permasalahan di lokasi tanah
pucuk berada.
pirit, dengan tanah pucuk, dengan cara mengenali sifat-sifat lapisan tanah
sebelum penggalian dilakukan, (b) menggali tanah pucuk sampai lapisan yang
pucuk pada areal yang aman dari erosi dan penimbunan bahan galian lainnya,
14
(d) menanam legum yang cepat tumbuh pada tumpukan tanah pucuk untuk
B. Penataan Lahan
antara lain dengan cara: (a) menutup lubang galian (kolong) dengan
dibiarkan terbuka, untuk penampung air; (b) membuat saluran drainase untuk
mengendalikan kelebihan air, (c) menata lahan agar revegetasi lebih mudah dan
menempatkan tanah pucuk agar dapat digunakan secara lebih efisien. Karena
umumnya jumlah tanah pucuk terbatas, maka tanah pucuk diletakan pada areal
atau jalur tanaman. Tanah pucuk dapat pula diletakkan pada lubang tanam.
sedimen, seperti rorak, dan di dekat outlet dibuat bangunan penangkap yang
relatif besar. Cara vegetatif juga merupakan metode pencegahan erosi yang
menggunakan strip vetiver untuk pencegahan erosi pada areal bekas tambang
batu bara. Vetiver merupakan pilihan yang terbukti tepat, karena selain efektif
menahan erosi, tanaman ini juga relatif mudah tumbuh pada kondisi lahan
15
sebagai berikut: mudah ditanam, cepat tumbuh dan rapat, bersimbiosis dengan
(SLN) menggunakan dua jenis rumput (Echinocloa sp. dan Cynodon dactylon)
serta dua jenis legum (Macroptilium bracteatum dan Chamaecrista sp.) sebagai
cover crop. Selain itu juga dicampurkan tanaman legum lokal seperti jenis
(petai cina). Sesuai dengan Rencana Penutupan Tambang sesuai Rumusan PT.
tambang akan turut memperbaiki bentang alam areal kerja. Penataan sekaligus
Penghijauan areal bekas tambang yang telah ditimbun kembali (in-pit back
filling area) sekaligus waste dump area yang telah final akan turut memperbaiki
dan sungai Suir, kualitas udara lingkungan kerja, iklim makro, peningkatan
skala kehadiran berbagai fauna darat terutama jenis kelompok burung (aves)
cover crop ditanam pada tahun pertama dan kedua proses reklamasi.
serta untuk lebih banyak menarik binatang penyebar benih, khususnya burung,
lebih baik jika digunakan lebih dari satu jenis tanaman pionir/multikultur
siamea), kayu angin (Casuarina sp.), dan Eukaliptus pelita. Dalam waktu dua
cm, yang diisi dengan tanah pucuk dan pupuk organik. Di beberapa lokasi,
sistem pot, tanaman tumbuh baik hanya pada awal pertumbuhan, selanjutnya
dalam pot sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman. Santoso et al.
Pada areal yang mengandung logam berat dengan kadar di atas ambang
bahan organic berkorelasi negatif dengan kelarutan logam berat di dalam tanah,
18
(KTK) tanah (Salam et al. dalam Haryono dan Soemono, 2009). Hasil
oleh pihak perusahaan dalam hal ini PT. SLN, perlu diawasi secara seksama
protes dari masyarakat sekitar. Hasil ini tentunya menjadi nilai yang buruk bagi
unsur hara dan sebagainya. Kata ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernst
para akar biologi pada abad 18 dan 19 juga telah mempelajari bidang bidang
19
yang kemudian termasuk dalam ruang lingkup ekologi. Misalnya Anthony van
dalam studi mengenai rantai makanan dan regulasi populasi. Bahkan jauh
menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Agen hayati yang biasa
turunan, dan 4) melibatkan banyak disiplin ilmu. Beberapa disiplin ilmu yang
dapat dikendalikan dengan baik. Teknik yang sering digunakan adalah dengan
melakukan manipulasi genetik pada suatu jasad hidup secara terarah sehingga
manipulasi bahan genetik (DNA) secara in vitro, yaitu proses biologi yang
berlangsung di luar sel atau organisme, misalnya dalam tabung percobaan. Oleh
karena itu, bioteknologi modern juga dikenal dengan rekayasa genetika, yaitu
a. DNA Rekombinan
yang melibatkan bakteri atau virus sebagai vektor (perantara). Proses DNA
dalam sel hidup. Pemotongan gen dalam satu untaian DNA menggunakan
DNA kemudian dimasukkan dalam suatu vector berupa plasmid atau virus.
kombinasi baru sehingga rantai DNA ini disebut DNA rekombinan. DNA
tahap akhir, yaitu dimasukkan ke dalam vektor sel bakteri maupun virus.
b. Fusi Protoplasma
sama (organisme berbeda) dalam suatu medan listrik. Fusi protoplasma pada
masih muda karena dinding sel tipis serta protoplasma yang banyak dan
antibody dan sel mieloma. Sel pembentuk antibodi ini adalah sel limfosit B,
sedangkan sel mieloma sendiri merupakan sel kanker. Sel hibridoma yang
dihasilkan dapat membelah secara tidak terbatas seperti sel kanker, tetapi
khas. Satu antibodi yang dihasilkan spesifik untuk satu antigen. Setiap hibrid
ini kemudian diperbanyak (dikloning). Oleh karena antibodi ini berasal dari
c. Kultur Jaringan
dalam membentuk embrio dari sel somatik serupa pada tahap perkembangan
atau sel pada medium buatan (biasanya berupa agar-agar yang diperkaya
dengan hormon, vitamin, dan unsur hara). Kultur jaringan merupakan salah
satu alternatif untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat sama
dengan induknya. Teknik ini hanya membutuhkan jaringan maupun sel dari
tumbuhan dan akan didapatkan tanaman sejenis dalam jumlah besar. Kultur
Kata ekologi diciptakan pada akhir abad kesembilan belas dari dua kata
Yunani oikos (rumah tangga) dan logos (hukum) yang menunjukkan bahwa
studi tentang hubungan antara organisme berasal dari "hukum rumah tangga".
ekologi sebagai cabang terpisah dari ilmu yang berkaitan dengan interaksi
organisme hidup dengan biotik mereka (hidup) dan abiotik (tak hidup)
dengan (hidup dan non- hidup) lingkungan. Mikroba membentuk iklim bumi,
secara langsung dan tidak langsung, karena evolusi atmosfer bumi terkait erat
fiksasi nitrogen. Namun, istilah "mikroba ekologi" tidak digunakan secara luas
yang telah diterapkan untuk meneliti populasi mikroba alami dan masyarakat
wawasan yang signifikan ke dalam ukuran dan fungsi metabolisme dari genom
Rashid et al. 2012, Jimenez- Infante, Ngugi et al. 2014, Reddy, Thomas et al.
bahwa ada variabilitas yang tinggi dalam ukuran genom antara dan di dalam
bervariasi dari genom yang dikenal terkecil dari obligat archaeon parasit
Nanoarchaeum equitans (490 kb) (Waters, Hohn et al. 2003, Das, Paul et al.
2006) sampai yang terbesar yang diketahui genom bakteri tanah Ktedonobacter
bahan genetik dari komunitas mikroba dan disebut sebagai "berbasis urutan
metagenomics".
genetik dan kompleksitas hadir dalam kumpulan mikroba alami dan juga untuk
Baru-baru ini, sequencing genom diperkuat dari sel tunggal yang terpisah
akses ke genom yang lengkap dari garis keturunan mikroba tak berbudaya.
karakteristik genetik dan fisiologis yang luas dan beragam yang penting untuk
kondisi fisikokimia ekstrim mirip dengan yang digunakan dalam proses industri
(Antunes, Ngugi et al. 2011). Telah ditentukan bahwa ada Juni-10 Agustus
spesies mikroba terisolasi dengan faktor sekitar 104. Hampir tiga dekade lalu,
frase terkenal dalam ekologi mikroba dari "piring besar menghitung anomali"
Konopka 1985). Dalam berbagai lingkungan alam (air, tanah, dan sedimen),
kali lipat.
dibandingkan dengan jumlah total sel) dalam sampel dari relung ekologi yang
(Amann, Ludwig et al. 1995), dengan permukaan air laut menjadi pengecualian,
untuk sampai 14% (Connon dan Giovannoni 2002, Giovannoni dan Stingl
2005, Giovannoni dan Stingl 2007). Dalam upaya terakhir untuk budaya
(Nichols, Cahoon et al. 2010). Ichip terdiri dari beberapa ratusan ruang miniatur
mengandung kira-kira satu sel lingkungan di setiap ruang. Chip ini diinkubasi
dalam lingkungan alam yang sesuai dan faktor pertumbuhan dapat menyebar
bahwa 80% dari antibiotik yang digunakan saat ini bersumber dari genus
tunggal, Streptomyces (Procopio, Silva et al. 2012), dan bahwa jumlah strain
(Schmidt dan Relman 1994). Untuk memanen sumber daya yang belum
Misalnya, isolasi DNA bakteri dari sampel lingkungan dilaporkan pada tahun
1978 (Torsvik dan Goksoyr 1978). Sekitar satu dekade kemudian, DNA ini
digunakan untuk memperkuat dan gen RNA urut ribosom untuk mempelajari
evolusi dan filogeni dari populasi mikroba alami (Olsen, Lane et al. 1986,
Pace, Stahl et al. 1986, Pace, Olsen et al. 1986 ). Tentang lain dekade
yang mengkode berbagai enzim seperti selulase, amilase, lipase, dll (Healy, Ray
molekul baru dengan beragam fungsi dan diinginkan diwujudkan oleh industri
dan xilanase yang contoh yang jelas (Lorenz, Liebeton et al. 2002, Schloss dan
menyebabkan penemuan dan pertama analisis data genom yang hampir lengkap
dari cabang filogenetik baru, yang disebut- "materi gelap mikroba" (Rinke,
tanah. Permasalahan lingkungan tidak hanya terjadi pada tanah tetapi juga
dengan air.
pengelolaan lingkungan.
lahan Reklamasi tidak berjalan dengan baik. Konsep eksperimen atau percobaan
insitu. Keunggulan dari penelitian ini terdapat pada Pengelolaan data penelitian
yang dapat menganalisa secara bertahap hasil percobaan. Selain itu, material
bahan uji Rumen sebagai penerapan konsep Bioteknologi pada lahan tambang
sangat jarang dicoba, padahal untuk dunia perkebunan dan pertanian cukup
merupakan ruang lingkup utama yang merasakan dampak langsung dari proses
mendukung perkembangan hayati tanah pada tanaman Indigo fera yang dapat
memiliki tolak ukur lingkungan berbeda dari pertanian dan perkebunan, serta
dalam tata kelola lingkungan yang dapat melibatkan masyarakat untuk diterapkan
diatas maka perlu adanya studi dan perencanaan mengenai reklamasi lahan
yang digunakan berdasarkan pada parameter fisik, kimia dan infrmasi yang
menggunakan software. Luas area bukaan pit tambang salama umur tambang
19 tahun adalah sebesar 742,85 Ha. Kegiatan reklamasi dimulai dari tahun
ke-2 pada lokasi pit yang telah selesai dilakukan penambangan. Kegiatan
reklamasi menyisakan satu void seluas 73.73 Ha. Tanaman yang digunakan
untuk kegiatan revegetasi adalah tanaman jenis produksi dan tanaman Multi
Scale Mining.
dan budaya, dan berbagai teknologi, praktik dan strategi pendekatan untuk
diakhiri dengan meninjau alat perencanaan dan kebijakan sektor publik yang
Web Resources.
perairan dan terestrial. Penentuan risiko potensial yang terkait dengan agen
tertarik pada efek yang terkait dengan pelepasan zat antropogenik ke dalam
lingkungan Hidup.
bahan kimia dan jenis bunga mungkin alami titik awal untuk studi
atau tolak ukur untuk gunakan dalam mengatur bahan kimia yang menjadi
persen dari spesies tanah yang dikenal di dunia, sekitar setengah dari yang
pada hutan dan perairan segar pulau guinea baru untuk subsisten, mata
Ada 4,5 persen spesies mamalia di dunia berada ditemukan di guinea baru:
sembilan kali yang luar biasa kepadatan rata-rata global spesies mamalia
data. Kualitas dan ketahanan yang memadai untuk bisa untuk merencanakan
Pestisida.
meningkatkan produksi dan melindungi produksi dari cacat fisik dapat juga
senyawa yang tidak dengan hasil akhir berupa karbon dioksida, air dan sel
Hasil akhir dari proses remediasi adalah CO2, air, dan sel biomassa.
disusun oleh The European Organization Plant Science (2011), ada enam
tantangan utama yang harus dihadapi dan diatasi oleh umat manusia
sehingga untuk memastikan masa depan yang sehat dan damai: (1)
dan konversi biomassa dari sumber terbarukan yaitu yang berasal dari
industri kimia dan farmasi, seperti juga produk untuk industri makanan dan
Enriquez-Cabot, 1998).
dunia ini, yang dinilai antara tahun 1998 dan 2008, dengan tingkat yang
melebihi 10 ton per kapita. Namun, jumlah biomassa yang sangat besar ini
juga mencerminkan produksi bahan baku yang berasal dari hewan dan
Brasil, dalam ton / tahun untuk tahun 2013, berdasarkan panen 2009-10,
adalah 334 juta untuk ampas tebu, 822 ribu untuk ragi kering, 4,3 juta dari
sekam padi, 48,9 juta dari tepung jagung , dan 171,8 juta dari sekam kedelai
Energia Elétrica, 2005; Cardoso, 2012; Brand and Neves , 2014; Júnior et
fitoremediasi.
Dari hasil jurnal ini dapat diambil kesimpulan yaitu Brasil perlu mengenali
bioekonomi.
Salah satu komponen dari ekosistem hutan hujan tropis adalah tumbuhan
bawah. Tumbuhan bawah tidak hanya di lantai huta., tapi juga di lahan
untuk mengetahui kondisi tumbuhan bawah dan jenis pioner dilahan pasca
dengan data rona awal, jenis tumbuhan bawah lebih beragam pada saat
hutan produksi, yaitu hutan produksi terbatas (HPT) dan hutan tanaman
biaya untuk remediasi tanah yang terkontaminasi, air tanah dan sedimen.
dan sedimen, di bawah kondisi alami dan rekayasa. Oleh karena itu,
hambatan ini dan membuat in situ bioremediasi lebih andal, kuat dan dapat
lebih dalam reaksi, tetapi juga mencakup interaksi mereka dengan sejumlah
40
besar fenomena relevan lainnya, sebagai fungsi dari kondisi spesifik situs
akan bidang yang memakan waktu dan mahal tes. Pada saat yang sama, tes
lapangan mungkin tetap tidak dapat dihindari untuk desain rinci skala penuh
tindakan perbaikan dan alat yang dilaporkan di atas akan berguna untuk
bekas tambang tahun 2011 hingga 2013 di lahan bekas tambang batubara PT
Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat – sifat kimia dan sifat – sifat
pembersihan air tanah, tanah, laguna, lumpur, dan aliran limbah proses.Salah
satu contoh Penerapan Bioremediasi yang telah dilakukan seperti pada jurnal
ini adalah Perlakuan terhadap garis pantai Alaska Prince Williams Sound
di tempat yang tepat dengan faktor lingkungan yang tepat untuk degradasi
terjadi. Mikroba yang tepat adalah bakteri atau jamur, yang memiliki
jawab jangka panjang, dan mendapat penerimaan publik yang lebih besar,
sumber energi (donor elektron), akseptor elektron, nutrisi, pH, suhu, dan
lainnya.
Tambang.
mencapai 10% dan kini melaju 2 juta Ha pertahun. Untuk mengatasi hal
tersebut maka perlu dilakukan reklamasi lahan bekas tambang. Salah satu
sesuai dengan kondisi lahan. Dalam hal ini untuk kegiatan revegetasi perlu
tambang dapat dilihat dari Jenis lokal pioner, Cepat tumbuh tetapi tidak
and Microbial Diversity of The Autun Black Shale and Graissessac Coal
(France).
organik yang kontras: keratin kaya karbon kaya alifatik tipe I (Autun shale)
diselidiki. Selain itu, keragaman mikroba yang terkait dengan batuan ini
dicirikan dengan analisis gen 16S rRNA bakteri. Dalam serpihan Autun, satu
patogen yang terkait dengan produk dan limbah dari proses industri, dan
serius pada biotik tanah kompartemen, dan kesehatan manusia (Dudka dan
tidak) dan kompos yang dihasilkan dari sampah kota dan produk sampingan
industri sebagai conditioner tanah adalah yang paling signifikan cara dimana
mikroorganisme patogen.
Limbah organik adalah sumber bahan organik yang baik memperbaiki sifat
fisik, kimia dan biologi tanah. Mereka mengandung nutrisi mineral untuk
mencemari jika dibuang dalam air badan atau diterapkan secara tidak benar
ke tanah. Daur ulang yang tepat dari produk ini melalui aplikasi tanah dan
lahan bisa mencegah pencemaran air dan memperbaiki tanah kapasitas dan
sangat berbahaya dan berbahaya patut mendapat perhatian besar agar tidak
terjadi akumulasi di tanah. Perdebatan ilmiah yang semarak, yang jauh dari
keberadaan lebih dari, berasal dari teori yang berbeda tentang efek jangka
46
panjang limbah logam bekas limbah lumpur pada agroekosistem. Di Kali ini,
dua teori saling berhadapan: lumpur perlindungan dan teori bom waktu
lumpur.
Contaminated Soils.
teknis telah membuat remediation tanah yang kompleks dan tugas yang sulit.
solusi yang dapat diterima untuk clean up logam berat(loid)s tercemar situs-
Metode ini hanya dapat diterapkan untuk area kecil tanah. Metode
tanah.
Penambangan bahan tambang batuan berupa breksi tufaan dan batu pasir
Upaya reklamasi yang akan dilakukan pada rencana reklamasi tahap 1 dan 3
Tambang.
Penutupan tambang adalah sebuah proses, dan merujuk pada periode waktu
saat tahap operasional tambang sedang atau sudah berakhir, dan tahap
ini, istilah penutupan tambang mencakup berbagai jenis proses, hasil dan
unsur penggerak.
yang telah selesai berarti telah mencapai keadaan di mana kepemilikan kuasa
mineralnya sudah habis dan rencana penutupan tambang sudah tersedia dan
dan melakukan uji coba, dan dana disimpan secara eksternal untuk menutup
digunakan pada jurnal ini terbuat dari kotoran sapi, enceng gondok dan
serbuk gergaji untuk jangka waktu dua belas minggu. Kompos dan sampel
(OC), total nitrogen (TN), fosfor, kation yang dapat ditukar (Na, K, Ca dan
sapi, air eceng gondok dan serbuk gergaji - dicampur dalam berbagai
terkontrol dan pemantauan jarak dekat melalui putaran reguler dan kontinyu
diperoleh Pada jurnal ini dilakukan dengan 5 jenis percobaan dengan ratio
yang berbeda.
Ini mencakup pengelolaan semua jenis gangguan fisik, kimia dan biologis
seperti debu gergaji, residu kayu, lumpur limbah, pupuk hewan, karena
yang luar biasa besar dengan kerugian yang besar. Pengelolaan tanah atas
paling banyak diterima dan berguna untuk mengurangi erosi dan melindungi
tumbuhan, dan pepohonan. Tanaman toleran logam bisa efektif untuk logam
asam dan logam yang memiliki tanah. Setelah rencana reklamasi selesai dan
52
tanah yang diatur dari interaksi antara unsur karbon pada ketersediaan unsur
hara dan mengukur struktur dan fungsi simbiosis mikoriza dan berbagai
reklamasi
Merkuri merupakan salah satu jenis polutan yang bersifat toksik. Merkuri
dan ginjal pada akhirnya mengarah pada penyakit neurologis. Baik tanaman
Merkuri merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup ,
baik itu dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk
diisolasi dari berbagai jenis lingkungan dengan kelompok baik bakteri Gram
maltophilia dapat mereduksi Cr6+ yang bersifat mobile dan toksik menjadi
agen perbaikan pada lahan reklamasi adalah mikro organisme yang dapat
suatu uji coba agar ditemukan tolak ukur keberhasilan dalam pelaksanaan
pemulihan lahan terutama pada lahan tambang batubara yang mana tanah lahan
reklamasi telah mengalami degradasi dari kondisi awal. Penggunaan Rumen sapi
ekologi dan lingkungan awal serta efek perubahan nantinya. Uji laboratorium
untuk mengetahui kondisi aktual dari tanah, air dan rumen menjadi faktor
kembali.
(mikroba).
55
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
variabel yang diteliti yang bersifat komparatif. Penelitian ditujukan pada perbaikan
wilayah reklamasi dengan variabel bebas meliputi rona awal lingkungan seperti
variabel ketika proses reklamasi berjalan, fokus variabel adalah tanah yang
untuk kontrol pH tanah dan berikut nya Tanah dengan pH terkontrol ditanami
a. Populasi
Batubara.
b. Sampel
maka penentuan lokasi profil (wilayah grid) tanah dilakukan berdasarkan umur
reklamasi dari 2008 sampai dengan 2016 dan kedalaman tanah yang telah
diketahui horizon atau lapisan tanah dari lahan reklamasi. Profil tanah dibuat
sampel tanah dibagi 2 yaitu untuk analisis kimia langsung diambil dari sampel
58
dari profil tanah dan analisis biologi tanah diambil pada kedalaman 0-20 dan
20-40 cm.
Data tanah awal diambil dan dianalisa kondisi aktual sebagai variable 1
menstabilkan pH tanah hingga 6.5 - 7.2 sebagai Variable 2 sebagai Tanah yang
kadar asam-basa nya telah dikontrol. Perbandingan kondisi kimia tanah atau
tanah menahan air (William and Joseph, 1976). Pemberian bahan organik ke
organisme tanah bahan organik tersebut akan tetap utuh (tidak terurai) di dalam
59
tanah dan dapat mengganggu system produksi tanaman seperti halnya yang
produktivitas tanah.
tanah dan lahan dengan berbasis sifat fisikokimia tanah yang berpengaruh
Pada kondisi ini tanah yang telah diberikan perlakuan sebagai Variabel 2
pemantauan tumbuh kembang tanaman (dalam hal ini “Indigo Fera”) dengan
kali.
Nusantara (Kode Wilayah 0322613 SLN) dengan luas areal kerja 481,22 Ha.
Secara administratif, lokasi kegiatan berada pada wilayah Jorong Sinamar Nagari
DPPL dapat diketahui semua pihak terkait, maka setiap bentuk program sekaligus
61
periodik. Pelaporan tersebut diantaranya setiap 6 (enam) bulan atau semester dan
hidup yang telah dilaksanakan selama bulan Januari – Juni Tahun 2014 dan hasil
DPPL dan kemajuan kegiatan. Sesuai muatan DPPL dan kemajuan dari usaha
Tanah dan Lahan – kualitas tanah dan laju erosi permukaan lahan.
a. Iklim
atau Afa yang mana dicirikan dengan iklim hujan tropis dengan suhu normal
62
bulan terdingin diatas 18oC dan suhu bulan terpanas diatas 22oC.
dengan hari hujan 180 hari. Curah hujan rata-rata bulanan 258 mm dan hari
hujan rata-rata bulanan 15 hari. Curah hujan tertinggi terdapat pada bulan
berkisar antara 83% sampai 86% dengan rata-rata 84%. Penyinaran matahari
berkisar antara 54% hingga 79% dengan rata-rata 66%. Kecepatan matahari
63
berkisar antara 14.4 km/jam sampai 22.8 km/jam dengan rata-rata adalah
penelitian
b. Hidrologi
utama, yaitu Batang Suir yang terdapat dalam wilayah kerja dan Batang
persyaratan PP 82 tahun 2001 dan PerGub Sumbar No. 5 tahun 2008 yang
64
yang menunjukan indikator nilai antara 98.05 -169.04 mg/l dengan standar
baku 1000 mg/l. Padatan Tersuspensi (TSS) dengan indikator nilai 31.65 –
39.02 mg/l dengan standar baku 50 mg/l. Tingkat keasaman (pH) air dengan
nilai 6.25 – 6.69 dengan standar baku mutu 6 – 9. Kondisi Oksigen terlarut
(DO) menunjukan nilai 6,22 – 6.44 mg/l dengan standar baku mutu 4 mg/l.
Kondisi BOD dan COD yang rendah. Dan senyawa logam terlarut sangat
rendah seperti kadmium (CD), Raksa (Hg), Belerang (H2S), Timbal (Pb),
1 Padat Terlarut (TDS) mg/L 98,05 110,45 167,45 169,04 1000 1000
2 Padat Tersuspensi (TSS) mg/L 31,65 34,89 33,98 39,02 50 50
II Kimia
1 pH 6,66 6,53 6,69 6,25 6 ̴9 6 ̴9
2 BOD mg/L 1,23 1,45 1,87 1,96 3 3
3 COD mg/L 2,24 3,56 3,87 4,21 25 25
4 DO mg/L 6,23 6,22 6,32 6,44 4 4
5 Sianida mg/L ttd ttd ttd ttd 0,02 0,02
6 Seng (Zn) mg/L ttd ttd ttd ttd 0,05 0,05
7 Kadmium (Cd) mg/L ttd ttd ttd ttd 0,01 0,01
8 Raksa (Hg) mg/L ttd ttd ttd ttd 0,002 0,002
9 Belerang (H2 S mg/L ttd ttd ttd ttd 0,002 0,002
10 Timbal (Pb) mg/L ttd ttd ttd ttd 0,03 0,03
11 Tembaga (Cu) mg/L ttd ttd ttd ttd 0,02 0,02
12 Minyak/Lemak mg/L ttd ttd ttd ttd 1,00 0,75
13 Fenol mg/L ttd ttd ttd ttd 0,001 0,001
Keterangan
Kode Sampel BS.1 = Batang Suir (bagian hulu atau sebelum lokasi kegiatan)
BS.2 = Batang Suir (bagian hilir atau setelah lokasi kegiatan)
Bj.1 = Batang Jujuhan (bagian hulu atau sebelum lokasi kegiatan)
65
c. Tanah
dan Tanah Datar) yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian Tanah tahun
1984. Tanah yang terdapat pada wilayah penelitian terdiri atas Kambisol,
Tanah Kambisol yang terbentuk dari material aluvial dan koluvial dan
bahan tuf andesit – basaltik, memiliki ciri-ciri tekstur lapisan atas agak kasar
dan lapisan bawah agak halus, dengan kedalaman tanah cukup dalam 80 – 90
cm dan drainase sedang. Sifat kimia tanah dicirikan dengan tanah masam,
kation rendah dan kejenuhan basa rendah, serta tingkat kesuburan yang
tergolong rendah.
serta batuan plutonik. Memiliki ciri-ciri tekstur lapisan atas dan bawah agak
halus – halus, kedalaman relatif dalam, drainase baik, reaksi tanah sangat
kapasitas tukar kation rendah dan kejenuhan basa rendah serta tingkat
lapisan atas dan bawah halus, kedalaman yang relatif dalam, drainase sangat
baik, rekasi tanah sangat masam – masam, kandungan unsur hara (N, P, K)
rendah, kapasitas tukar kation rendah – sangat rendah, dan kejenuhan basa
Kondisi Flora, Fauna dan Biota Perairan disajikan dalam Tabel Berikut :
N
o Famili Jenis Nama Daerah
1 Arecaceae Elaeis guinensis Sawit
2 Areca cathecu Pinang
3 Asteraceae Mikania micrantha Sembung rambat
4 Ageratum conyzoides Bandotan
5 Caprifoliaceae Sambucus canadeinis
6 Cyperaceae Scleria sumatrana
7 Euphorbiaceae Macaranga triloba
8 Macaranga gigantea
9 Mallotus paniculatus
10 Omalanthus populneus Bodi
11 Bridelia monoica Kenidai
12 Gramineae Isachne globosa
13 Lauraceae Litsea sp
14 Leguminosae Cassia alata
15 Leucaena glauca Petai cina
16 Bauhinia sp
Melastoma
17 Melastomataceae malabathricum Sikaduduk
18 Clidemia hirta
19 Beluchia axinanthera
20 Moraceae Artocarpus sp Cempedak hutan
68
21 Myrtaceae Eugenia sp
22 Rhodamnia cinerea
23 Piperaceae Piper aduncum Sirih-sirih
24 Rubiaceae Randia sp
25 Uncaria acida Gambir hutan
26 Borreria laevis
27 Coffea sp
28 Sterculiaceae Commersonia bartramia Andilau
Symplocos
29 Symplocaceae coccichinensis
30 Verbenaceae Peronema canescens Sungkai
31 Vitex pubescens Laban
32 Clerodendron fallax
33 Stachytarperta indica Bujang kalam
bahwa jumlah penduduk nya 633 jiwa dengan rasio laki-laki 359 orang dan
wilayah tersebut adalah tamatan SD dan sedikit lulusan dari SLTP dan
yang tidak bekerja dengan PT. SLN merupakan petani dan pekebun sawit
dan karet dengan pendapatan Rp. 400.000.- hingga Rp. 1.500.000.- yang
sehingga semua diatur dalam musyawarah dan mufakat. Semua lahan telah
ini memiliki wali nagari, badan musyawarah adat dan syara’ Nagari,
pendidikan yang dimiliki masyarakat, timbulnya debu bila hujan tidak turun
1. Kualitas Tanah
pucuk.
b. Pelaksanaan Pemantauan
(satu) Kg, lalu dilanjutkan uji laboratorium melalui suatu kerjasama dengan
disposal area yang telah final atau siap untuk pelaksanaan kegiatan
b. Pelaksanaan Pemantauan
kemiringan lereng dan jumlah hujan bulanan (indeks curah hujan harian).
Equation) berikut.
Q = R x K x Ls x C x P
dimana :
diatas.
4.3. Fisiografi
a. Stabilitas Lereng
1). Parameter dan Lokasi Pemantauan
Pemantauan stabilitas lereng ditujukan untuk mengetahui dimensi
dari pit area dan disposal area terkait peluang gerakan material tanah
a) Sudut bench pit area, lebar bench pit area dan jalan kerja.
b) Gejala – peristiwa longsoran tebing (slope) pit area dan disposal area.
sekitarnya.
b. Bentang Alam
1). Parameter dan Lokasi Pemantauan
Aspek bentang alam yang dipantau adalah kemajuan galian dan
2).Pelaksanaan Pemantauan
73
a) Pengukuran elevasi, sudut lereng, lebar bench dan jalan kerja pit area.
dilakukan pada areal lokasi rencana penghijauan – disposal area final dan areal
penghijauan dan topsoil storage. Nilai pH H2O (4,08 – 7,68) adalah indikasi
Keterdapatan trace elemen Mangan (Mn), seng (Zn), besi (Fe) dan
tembaga (Cu) termasuk kriteria sangat tinggi. Adapun nilai parameter trace
elemen yang tinggi tersebut berkorelasi positif dengan nilai parameter yang
dan N total 0,11 – 0,18 % (rendah) serta nilai pH H2O (4,08 – 7,68) yang
penyiapan alat dan lahan, penerapan dilapangan dan hasil yang dapat
kegiatan reklamasi, kondisi umum lokasi, kondisi saat ini. Wawancara untuk
oleh pihak perusahaan untuk mengontrol Lahan Reklamasi. Teknik analisa yang
Perawatannya.
pemulihan lahan. Pada tahap ini dilakukan pemetaan berdasarkan variabel dan
ada di setiap peta, yaitu layak (2), kurang layak (1) dan tidak layak (0).
digunakan sesuai dengan perijinan yang diajukan oleh pihak perusahaan dan
berikut :
Pola atau tata cara penerapan tindakan – tindakan (perlakuan dan non-
Lengkap (RAL) sebagai metode analisis dan disusunlah langkah – langkah yang
1. Penentuan Hipotesis
2. Pengacakan
tanah yang akan diberikan perlakuan dan 3 kali perulangan pada jenis tanah
3. Pengambilan Keputusan
.Agar dapat memperoleh data penunjang penelitian ini, beberapa hal yang
1. Mencari literatur sebagai data sekunder berupa Peta Geologi PT. Sinamar
penelitian.
yang terdiri atas helm, rompi, sarung tangan, dan sepatu safety.
78
polybag
Rumen Sapi
c. Mengukur pH tanah.
h. Mengambil sedikit sampel tanah homogen untuk uji unsur hara tanah awal.
(seperti; Karbo (C), Nitrogen (N), Fospor (P), dan Boron (B))
netral)
d. Menjemur lagi biji yang telah disimpan hingga biji nya merekah
f. Mengambil 24 biji untuk ditanam pada polybag yang telah berisikan tanah
hewan.
i. Membungkus botol agar kedap udara dan tidak terkena cahaya langsung.
f. Menyiram tanaman setiap hari (pagi dan sore) dengan air dan air tambahan
hari.
Agar lebih mudah dipahami, berikut adalah penjelasan langkah – langkah yang
objek penelitian dan tujuan penelitian. Ada 5 tahapan kegiatan secara luas dari
Pre-studi
Observasi
lokasi penelitian, baik data yang bersekunder dan primer serta melakukan
Implementasi
Evaluasi
Kesimpulan
paling sederhana. Satuan percobaan yang digunakan homogen atau tidak ada faktor lain
yang mempengaruhi respon diluar faktor yang dicoba atau diteliti (dalam hal ini
pemberian rumen). Faktor luar yang dapat mempengaruhi percobaan dapat dikontrol
seperti lokasi penempatan ataupun laboratorium. Fleksibelitas RAL dapat dikontrol dari
jumlah perlakuan, jumlah ulangan dan dapat dilakukan dengan ulangan yang tidak sama.
Analisa dalam RAL membentuk persamaan umum model linear aditif sebagai
berikut :
Keterangan :
µ = Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan ke – i
a. Menentukan Hipotesis
Kriteria uji : Tolak H0 jika nilai Fhitung > F-tabel (ɑ = 0.05) atau sig. < ɑ
Kesimpulan : Paling sedikit ada satu pengaruh perlakuan terhadap respon yang
b. Pengacakan
Pengacakan yang dilakukan pada setiap unit percobaan harus memiliki peluang yang
sama untuk diberi suatu perlakuan tertentu. Pengacakan perlakuan pada unit-unit
percobaan dapat menggunakan tabel bilangan acak, sistem bilangan secara manual
rumen yaitu 15ml, 30ml, dan 45ml. Sedangkan ulangan ke-1 merupakan pertumbuhan
Selanjutnya nanti dapat dianalisa dengan analisa statistik variance (ANOVA) sebagai
berikut :
c. Pengambilan Keputusan
Statistik uji Fhitung = KTP/KTG mengikuti sebaran F dengan deraja bebas pembilang
sebesar t-1 dan derajat bebas penyebut sebesar t(r-1). Dengan demikian jika nilai Fhitung
lebih besar dari Fa,db1,db2 maka hipotesis nol ditolak dan berlaku sebaliknya.
91
Analisa hasil diambil dari pengamatan langsung, uji insitu dan juga laboratorium
terhadap hasil uji sehingga dapat ditarik kesimpulan kondisi lingkungan terbaru
ataupun perbandingan kondisi masa lampau dengan kondisi terbaru yang dapat
yang seharusnya dipenuhi oleh PT. SLN yang menggambarkan kondisi lingkungan
yang baik dari segi lahan hijau dan daya dukung terhadap kehidupan masyarakat.
penjelasan kondisi aktual setelah pelaksanaan reklamasi. Selain itu juga akan
dengan Rumen terhadap tanaman Indigo Fera terhadap rancangan Reklamasi PT. SLN
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada Bab ini, peneliti bermaksud untuk memberikan informasi awal tahapan
penelitian yang telah dilaksanakan berdasarkan paparan jurnal, penerapan teoritis dan arahan
dari promotor. Langkah-langkah yang dilaksanakan disusun dengan baik mengarah pada
rancangan percobaan tetapi saat analisa RAL sebagai pertimbangan mekanisme statistik
untuk mendapatkan hasil percobaan, tetapi tidak dapat diterapkan secara langsung. Sehingga
dilakukan evaluasi dan dirancang secara seksama langkah awal hingga penarikan
kesimpulan dalam proposal ini. Setelah diamati dan didiskusikan, hasil percobaan digunakan
sebagai gambaran pelaksanaan penelitian secara bertahap sehingga hasil nya dijadi bahan
1. Hipotesis Pra-Penelitian
Sebagai salah satu bahan untuk menentukan pendugaan awal penelitian Disertasi
Doktor (S3) Lingkungan Universitas Negeri Padang, pengujian awal pada objek
penelitian perlu dilakukan. Pada penelitian ini telah dilaksanakan pengujian dari
beberapa hal :
Secara teknis pelaksanaan pengujian ini telah berjalan sejak bulan Februari hingga April
tahun 2020 Berikut adalah gambaran hasil Pra-Penelitian yang menjadi pertimbangan
pembuatan. Jika disajikan secara terpisah, perkembangan perubahan pH tanah, agar
dapat dilihat secara menyeluruh, maka grafik juga disajikan dalam tiap sampel dengan
hasil seperti berikut :
95
Pemeriaan atau perlakuan tanah yang dimaksud adalah upaya untuk meningkatkan pH
tanah awal dengan pH netral agar dasar pengujian dari masing-masing Tanah sama atau
Homogen. Tanah diberikan penambahan Kalsium Karbonat (CaCO3) atau dikenal dengan
mengacu pada metode Dinas Pertanian dan Perkebunan, dimana setiap luasan 1 Ha harus
maka tanah yang di uji dengan skala laboratorium menggunakan Polybag tanaman
dengan ukuran 20x20 cm. Jumlah pemeriaan nya adalah sebagai berikut
bertahap setiap harinya dengan menambahkan 2 gram dan air 50-100ml. Pemberian
material batu kapur di hentikan ketika tanah mencapai pH 6.5 – 7. Hasil dari pemberian
Hari
Sampel
0 I II III IV V VI VII VIII IX X
A 5 5 5.25 5.5 6 6.25 6.5 6.5 6.75 6.75 7
B 4 4 4.25 4.25 4.5 4.75 5 5.25 5.5 6 6.5
C 6 6 6.25 5.75 6 5.75 6 6.25 6.5 6.5 6.5
D 6 6 6 5.5 5.5 5.75 5.5 5.75 6 6.25 6.5
E 6 6.5 6.5 6.5 6.5 6.25 6.25 6.5 6.5 6.5 7
F 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.75 7
G 6 6 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 7
H 5.5 5.5 6 6 6.25 6.25 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5
I 6.6 6 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.5 6.75 7
: Pemberian Air
Gambar 10. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel
A
2. Sampel B
99
3. Sampel C
Gambar 12. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel
C
4. Sampel D
100
Gambar 13. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel
D
5. Sampel E
6. Sampel F
101
Gambar 15. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel
F
7. Sampel G
Gambar 16. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel
G
8. Sampel H
102
Gambar 17. Grafik Perbandingan Pertumbuhan Kecambah (Rumin dan Kapur) Sampel
H
9. Sampel I
1) Sampel A
2) Sampel B
3) Sampel C
4) Sampel D
5) Sampel E
6) Sampel F
7) Sampel G
8) Sampel H
9) Sampel I
atau daya dukung tanah dalam percobaan ini dengan menggunakan tanaman
Indigofera dengan pemeriaan Rumen. Tetapi, hasil ini tidak dilanjutkan sebagai
hasil penelitian karena adanya kekurangan dalam tahapan analisa dan pembuktian
nantinya dilapangan (insitu). Hasil ini hanya digunakan sebagai hipotesa awal.
109
b. Sampel B
110
PAGI
c. Sampel C
111
PAGI
d. Sampel D
112
PAGI
e. Sampel E
113
PAGI
f. Sampel F
114
PAGI
g. Sampel G
115
PAGI
h. Sampel H
116
PAGI
i. Sampel I
117
PAGI
Hari ke-12 Hari ke-19 Hari ke-23 Hari ke-24 Sampel I Hilang
SORE
a. Sampel A
PAGI
b. Sampel B
119
PAGI
(Foto Rusak)
c. Sampel C
120
PAGI
d. Sampel D
121
PAGI
e. Sampel E
122
PAGI
f. Sampel F
123
PAGI
g. Sampel G
124
PAGI
h. Sampel H
125
PAGI
i. Sampel I
126
PAGI
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Taiwo A.M. Gbadebo J.A. Oyedepo Z.O., Ojekunle O.M. Alo A.A., Oyeniran O.J.
Onalaja D. Ogunjimi, and O.T. Taiwo. Bioremediation of Industrially Contaminated
Soil Using Compost and Plant Technology. S0304-3894(15)30188-
6,http://dx.doi.org/doi:10.1016/j.jhazmat.2015.10.061, HAZ- MAT 17206.
Agus Triantoro. Studi Reklamasi Lahan Bekas Tambang Batubara PT Bumi Rantau Energi
di Rantau Kalimantan Selatan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Kalimantan Selatan. Juli 2017.
Amy Rosenfeld Sweeting, and Andrea P. Clark. A Guide to Responsible Large-Scale Mining.
Cover: Misima gold mine, Misima Island, Papua New Guinea
Bayu Satria Adinugraha, dan Taswati Nova Wijayaningrum. Rancangan Acak Lengkap dan
Rancangan Acak Kelompok pada Bibit Ikan, Akademi Statistika Muhamadiyah
Semarang. Seminar Nasional Pendidikan, Sains dan Teknologi, FMIPA.
Charlena, Muhamad Yani, Eka NW. Pemanfaatan Konsorsium Mikroba dari Kotoran Sapi
dan Kuda Pada Proses Biodegradasi Limbah Minyak Berat (LMB).
Christine L. Russom. Mining Environmental Toxicology Information: Web Resources.
Toxicology 173 (2002) 75–88, www.elsevier.com/locate/toxicol.
Dr Simon Judd. Outside Boundaries: Conservation and Mining in PNG.
Dwi Juli Puspitasari, Khaeruddin. Kajian Bioremediasi pada Tanah Tercemar Pestisida.
KOVALEN, 2(3):98-106, Desember 2016, ISSN: 2477-5398.
Environmental Management xxx (2017) 1-8.
F. Chetty Botha, K. Is water Conservation and Water Demand Management A Real
Option. The Southern African Institute of Mining and Metallurgy Platinum 2012.
Farishta Yasmi, Bharat Banti Buragohain dan Rabindra Sarma. Aquatic Algae from
Kaziranga National Park, Assam, India. ISSN: 2319-7706 Volume 4 Number 12
(2015) pp. 297-302, http://www.ijcmas.com.
G. Labuto, E.N.V.M. Carrilho. Bioremediation in Brazil: Scope and Challenges to Boost
Up the Bioeconomy. Bioremediation and Bioeconomy. http://dx.doi.org/
10.1016/B978-0-12-802830-8.00022-8.
Hanafiah, KA. 2004. Rancangan Percobaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Krisna Adib Setiawan, Sutedjo, Paulus Matius. Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah Di
Lahan Revegetasi Pasca Tambang Batubara
130
Kuldeep Yadav, Narender Singh and Sharuti Verma. Plant Tissue Culture: A
Biotechnological Tool For Solving The Problem of Propagation of Multipurpose
Endangered Medicinal Plants In India Journal of Agricultural Technology 2012 Vol.
8(1): 305-318, Available online http://www.ijat-aatsea.com, Journal of Agricultural
Technology 2012, Vol. 8(1): 305-318, ISSN 1686-9141.
Mattjik AA dan Sumertajaya M. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan
Minitab Jilid I. Bogor: IPB Press.
Mauro Majone dkk. Insitu groundwater and sediment bioremediation: Barriers and
Perspectives at European contaminated sites. New Biotechnology, Volume 00,
Number 00, March 2014.
Nurhaini Mashud, Engelbert Manaroinsong. Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang Batubara
Untuk Pengembangan Sagu
Paul Favara, Jeff Gamlin. Utilization of Waste Materials, Non-refined Materials, and
Renewable Energy Insitu Remediation and Their Sustainability Benefits. Journal of
R. Boopathy. Factors Limiting Bioremediation Technologies. Bioresource Technology 74
(2000) 63±67.
Rr Nugraheni Setyowati, Nahawanda Ahsamu Amala, Nila Nur Ursyiatur. Studi
Pemilihan Tanaman Revegetasi Untuk Keberhasilan Reklamasi Lahan Bekas
Tambang
S. Berlendis, O. Beyssac, S. Derenne, K. Benzerara, C. Anquetil, M. Guillaumet, I.Estève,
B.Capelle. Comparative Mineralogy, Organic Geochemistry and Microbial Diversity
of the Autun Black Shale and Graissessac Coal (France). International Journal of Coal
Geology 132 (2014) 147–157.
S. Dumontet, H. Dinel, M. Schnitzer, T. Paré, and A. Scopa. Composting organic residues:
Trace metals and microbial pathogens. Can. J. Soil. Sci. Downloaded from
www.nrcresearchpress.com by 203.78.119.22 on 11/22/17.
Sana Khalid, Muhammad Shahid, Nabeel Khan Niazi, Behzad Murtaza, Irshad Bibi. A
comparison of Technologies for Remediation of Heavy Metal Contaminated Soils.
S0375-6742(16)30381-8, doi: 10.1016/j.gexplo.2016. 11.021, GEXPLO 5861.
Saranya Kuppusamy, Yong Bok Lee, Palanisami Thavamani, Kadiyala Venkateswarlu,
Ravi Naidu, Mallavarapu Megharaj. Remediation Approaches for Polycyclic
Aromatic Hydrocarbons (PAHs) Contaminated Soils: Technological Constraints,
Emerging Trends and Future Directions. Chemosphere xxx (2016) 1e25, journal
homepage: www.elsevier.com/locate /chemosphere.
131
Sarwo Edy Lewier, M.Fatin Firas, Clara Paramita, Ancy N. Sihombing. Perencanaan Teknis
Reklamasi Pasca Tambang Berdasarkan Tingkat Perubahan Lahan Akibat
Penambangan Bahan Tambang Batuan
Sudjana. 1991. Desain dan Analisis Eksperimen Edisi Ke-3. Bandung: Tarsito.