Anda di halaman 1dari 155

PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MOTIVATOR

DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU


DI SMPN 131 JAKARTA SELATAN

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
EVITA MAWIRIANTI
1110018200003

PROGAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAK

Evita Mawirianti (NIM: 1110018200003). Peran Kepala Sekolah Sebagai


Motivator dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta
Selatan. Skripsi Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala


sekolah dalam memberikan dorongan dan arahan melalui motivasi. Penulis
melakukan penelitian di SMPN 131 Jakarta Selatan Karena ada kinerja guru yang
meningkat dari tahun ke tahun dibuktikan dengan semakin banyaknya jumlah
siswa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi,
wawancara dan dokumentasi. Dengan subyek penelitian kepala sekolah, wakil
kepala sekolah dan 10 orang guru dari 42 guru yang ada.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran kepala sekolah sebagai
motivator di SMPN 131 Jakarta Selatan sudah mampu meningkatkan kinerja guru
meskipun kepala sekolah belum sepenuhnya memberikan motivasi secara
maksimal. Peningkatan kinerja guru tersebut dibuktikan dengan data rekapitulasi
penilaian kinerja guru tahun 2013-2014 yang menunjukkan bahwa kinerja guru
sudah baik dan mengalami peningkatan pada setiap tahunnya.

Kata kunci : kepala sekolah, motivasi, kinerja guru

i
ABSTRACT

Evita Mawirianti ( NIM : 1110018200003 ). The role of Principle as a Motivator


in Increasing Teachers’ Performance in SMPN 131 Jakarta Selatan. Thesis
Program Tier One (S-1) Faculty of Tarbiyah and Teaching Science Syarif
Hidayatullah State Islamic University of Jakarta in 2014.

The objective of this study is to find out the role of the principle leadership in
giving encouragement and direction though motivation. The reason that the writer
took the study in SMPN 131 Jakarta Selatan is the increasing of teachers’
performances shown by increasing the number of students in that school.
This study used qualitative descriptive approach. Technique in collecting the
data used observation, interview and dokumentation. The subjects of the study are
the principle, vice-principle, 10 teachers out of 42 teachers.
The result shows that the role of principle as a motivator in SMPN 131
Jakarta Selatan has been able to increase teachers’ performances even though the
principle has not given the motivation maximally. The enhancement of teachers’
performances proved by teachers’ performance scoring in 2013-2014 that is show
the performances are already good and grow every year.

Key words : principle, motivation, teachers’ performances.


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi
khalifah di muka bumi ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat
manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa
kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat dan hidayah
Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Kepala
Sekolah Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMPN 131
Jakarta Selatan” ini sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada.
Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas
dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis
patut mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan.
3. Masyhuri AM., M. Pd. Sebagai dosen pembimbing yang telah sabar
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
belajar.
5. Pimpinan dan Staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan
pelayanan dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis untuk
meminjam buku-buku yang diperlukan dalam rangka menyelesaikan skripsi
ini.
6. Kepala SMPN 131 Jakarta Selatan Drs. Djoko Towo HB, M. Pd dan wakil
kepala SMPN 131 Jakarta Selatan Pracoyo Agus Sumbodo, S. Pd yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi dan

ii
membantu penulis dalam memenuhi kebutuhan data dalam penyelesaian
skripsi.
7. Ayahanda terhormat Asmawih Yahya dan Ibunda tercinta Rusmini yang telah
menyayangi setulus hati dan mendidik penulis dengan penuh kesabaran serta
selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
8. Kakek H. Yahya dan Nenek Hj. Fatimah serta keluaga besar kami yang
selalu mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Eki Adi Putra tersayang yang selalu setia menemani dan memotivasi penulis.
10. Kakak-kakak yang aku sayangi Tri Februa Andrian, Muhammad Soleh,
Hanasir Bumi, Marta, Regay, Sandi Rosadi, yang selalu menghibur dan
memberikan semangat kepada penulis.
11. Adik-adik yang aku sayangi Kaman Daka, Firda Zahra, Reni Astuti, yang
selalu memberikan semangat serta doanya kepada penulis agar diberi
kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Sahabat Sejatiku Ayuwah, Dwi lembut, Nanda, Echa, Nuri, Mpie, Nur Azizah
yang sampai detik ini selalu setia memberikan semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman terdekatku Jeani Kartika, Rizky Nurmeida Sobari, Silvia Khairunnisa,
dan Sholahuddin Misbah, Yusuf Amrullah, Miftahudin, Faiz Bi’amrillah,
Irfan Ardian, Faris Hadi yang selalu menemani, memberi saran dan
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi.
14. Seluruh sahabat Saung (Febrian Wulandari, Mardhiyah, Sripurwanti, Ainul
rachmah, Julian Eka Riyanti, Alpina Ilham, Aditia Rini Kusuma Wardani,
Wulan Sari, Dwi Stianingsih, Triwahyuni) yang selalu ada suka maupun duka
dan selalu memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
15. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan kelas A Angkatan Tahun
2010 yang selalu menghibur dan memberikan motivasi kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
16. Teman-teman pengajian remaja Al-Ikhlas yang selalu memotivasi dan
mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi.

iii
17. Teman-teman alumni Al-Karimiyah Angkatan Tahun 2007 yang selalu
mendoakan penulis dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi.

Dengan segala kerendahan hati, dan ketulusan nurani, penyusun hanya dapat
berdo’a kepada Allah SWT semoga semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini mendapatkan imbalan yang agung dan mulia dari-Nya.
Amin.
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Namun demikian, penulis tetap berharap semoga skripsi ini tetap dapat
memberikan manfaaat terutama bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 19 September 2014

Evita Mawirianti
NIM. 1110018200003

iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 6
D. Perumusan Masalah .................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
F. Kegunaan Penelitian ................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator ................................ 8
1. Pengertian Kepala Sekolah ................................................ 8
2. Tugas Profesional Kepala Sekolah sebagai EMASLIM .... 10
3. Kepala Sekolah Sebagai Motivator .................................... 12
B. Motivasi .................................................................................... 15
1. Pengertian Motivasi ........................................................... 15
2. Teori Motivasi .................................................................... 17
3. Fungsi Motivasi.................................................................. 19
4. Jenis-jenis Motivasi ........................................................... 20
5. Asas-asas Motivasi ............................................................ 21
C. Kinerja Guru ............................................................................. 24
1. Pengertian Guru ................................................................. 24
2. Pengertian Kinerja Guru .................................................... 25
3. Ruang Lingkup Kinerja Guru ............................................ 26
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ........... 28
5. Kopetensi Kinerja Guru..................................................... 29
D. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 32
E. Kerangka Berfikir ..................................................................... 33
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 36
B. Metodelogi Penelitian ............................................................... 37
C. Sumber Data Penelitian ............................................................ 37
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 37
E. Teknik Analisis Data ................................................................ 40
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................... 41
1. Sejarah Sekolah .................................................................. 41
2. Letak Geografis Sekolah .................................................... 42
3. Visi dan Misi Sekolah ........................................................ 42
4. Kultur Sekolah ................................................................... 45
5. Program Unggulan Sekolah ............................................... 46
6. Keadaan Guru..................................................................... 46
7. Keadaan Siswa .................................................................. 49
8. Sarana dan Prasarana Sekolah ............................................ 50
9. Ekstrakurikuler ................................................................... 53
10. Data Prestasi Sekolah/Siswa .............................................. 55
B. Deskripsi Data .......................................................................... 56
1. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator di SMPN 131 .... 56
2. Faktor pendukung dan Penghambat..................................... 64
3. Peningkatan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta ................ 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 75
B. Saran ......................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 36


Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ................................................. 39
Tabel 4.1 Keadaan Kepala Sekolah ........................................................... 46
Tabel 4.2 Keadaan Guru ............................................................................ 47
Tabel 4.3 Nama Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan ................................ 47
Tabel 4.4 Keadaan Siswa .......................................................................... 50
Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana ................................................................. 50
Tabel 4.6 Ekstrakurikuler .......................................................................... 54
Tabel 4.7 Evaluasi Diri Sekolah ................................................................ 66
Tabel 4.8 Data Rekapitulasi Penilaian Kinerja Guru Tahun 2013-2014 ... 73

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran......................................................35

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Kepala Sekolah


Lampiran 2 Hasil Wawancara Kepala Sekolah
Lampiran 3 Hasil Wawancara Kepala Sekolah
Lampiran 4 Hasil Wawancara Guru Prakarya/Tata Busana Kelas VII
Lampiran 5 Hasil Wawancara Guru Bahasa Inggris Kelas VII/1 dan VII/2
Lampiran 6 Hasil Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam Kelas IX
Lampiran 7 Hasil Wawancara Guru IPS
Lampiran 8 Hasil Wawancara Guru Matematika
Lampiran 9 Hasil Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam
Lampiran 10 Hasil Wawancara Guru IPA
Lampiran 11 Hasil Wawancara Guru PLKJ
Lampiran 12 Hasil Wawancara Guru Pkn
Lampiran 13 Hasil Wawancara Guru Bahasa Indonesia
Lampiran 14 Hasil Wawancara Wakil Kepala Sekolah
Lampiran 15 Jadwal Mengajar Guru
Lampiran 16 Penilaian Kinerja Guru
Lampiran 17 Data Rekapitulasi Penilaian Kinerja Guru 2014/2015
Lampiran 18 Uji Referensi
Lampiran 19 Dokumentasi Keadaan Sekolah
Lampiran 20 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 21 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 22 Surat Permohonan Izin Observasi
Lampiran 23 Surat Permohonan Izin Wawancara
Lampiran 24 Surat Keterangan Observasi

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


“Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik”.1 Sekolah sebagai
birokrasi yang mana di dalamnya terdapat adanya pimpinan lembaga yaitu kepala
sekolah serta badan pembantu seperti wakil kepala sekolah, staf-staf dan para guru
yang kesemuanya itu menunjukkan adanya hirarki. Semuanya saling berhubungan
dan mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.
Selain itu sekolah juga dikatakan sebagai sistem sosial, karena di dalamnya
terdapat sekelompok orang-orang yang masing-masing mempunyai tujuan,
kemudian kelompok tersebut membentuk menjadi sebuah komunitas dari
lingkungan masyarakat untuk menyatukan tujuan tersebut, dan untuk mencapai
tujuan tersebut maka di dalamnya berlaku norma atau ketentuan-ketentuan yang
mengatur hubungan kerja sama antara orang yang satu dengan orang yang lain.
Untuk itu sekolah harus bisa menerima berbagai lapisan masyarakat tanpa
membedakan latar belakang. Dengan demikian sekolah terbuka untuk
memperoleh input dan selanjutnya mentransformasikan sebagai produksi. Hal
tersebut menunjukkan sekolah sebagai sistem terbuka.
Sekolah juga merupakan agen perubahan, yaitu sekolah harus siap untuk
berperan melaksanakan fungsinya di dalam situasi kerja yang kemungkinan akan
mengalami suatu perubahan. Selain itu sekolah merupakan lembaga yang
1
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2010), Cet.7, h.81.

1
2

melakukan proses perubahan anak didik yang semula tidak tahu menjadi tahu.
Dengan peranannya sebagai agen perubahan diharapkan sekolah mampu
mewujudkan nilai-nilai sikap, pola pikir, prilaku intelektual, keterampilan dan
wawasan para siswa sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.
Sekolah sebagai wawasan wiyatamandala, sekolah tidak terlepas dari
kehidupan masyarakat yang mana sekolah lahir dari kebutuhan hidup berbangsa,
bermasyarakat, dan bernegara.2 Maka tata kehidupan yang berkembang dalam
masyarakat ikut mewarnai gerak langkah sekolah, baik ekonomi, sosial, budaya,
maupun bidang kehidupan yang lain. Oleh sebab itu sekolah berperan sebagai
sarana dalam mewujudkan salah satu tujuan nasional yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa sekolah merupakan
lembaga yang bersifat kompleks dan unik yaitu bersifat kompleks dalam artian
sekolah sebagai organisasi terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling
berkaitan dan saling menentukan. Sedangkan bersifat unik, menunjukkan bahwa
sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh
organisasi-organisasi lainnya. Ciri tersebut menjadikan sekolah mempunyai ciri
khas yang unik.
Sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi
memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Dalam menciptakan koordinasi yang
baik maka diperlukan seorang pemimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang dapat mempengaruhi orang lain di lingkungannya untuk mau bekerja dengan
penuh rasa tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kehidupan suatu organisasi sangat ditentukan oleh peran
seorang pemimpin. Pemimpin dalam lembaga pendidikan adalah kepala sekolah.
Untuk itu dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu lembaga pendidikan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung atas kemampuan kepala
sekolah dalam memimpin lembaga pendidikannya.

2
Ibid., h.174.
3

Hal tersebut menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah salah satu komponen
pendidikan yang paling berperan dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga
pendidikan, karena itu kepala sekolah harus mampu membawa lembaganya
kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, ia harus mampu melihat adanya
perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih
baik.
Bila kita cermati hal tersebut menunjukkan bahwa tugas dan fungsi kepala
sekolah tidak sedikit karena dia merupakan orang yang paling berpengaruh dalam
mencapai suatu tujuan organisasi (lembaga pendidikan). Menurut Euis Karwati
dan Donni Juni Priansa bahwa “tugas profesional kepala sekolah adalah sebagai
educator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator
atau disingkat dengan EMASLIM”.3
Namun dalam hal ini yang paling berpengaruh pada peningkatan kinerja guru
adalah kepala sekolah sebagai motivator. Yaitu bagaimana kepala sekolah
meningkatkan kinerja guru melalui motivasi yang diberikannya. Karena motivasi
berfungsi untuk mengarahkan, mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan yang
dalam hal ini akan dapat menghasilkan peningkatan pada kinerja guru. Untuk itu
kepala sekolah harus mempunyai strategi yang tepat dalam memberikan motivasi
kepada tenaga kependidikan agar mereka dapat meningkatkan kinerjanya.
Guru merupakan kunci utama dalam meningkatkan prestasi siswa, karena
gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu
pengetahuan sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan
keteladanannya. Maka dapat dikatakan bahwa keberhasilan siswa dipengaruhi
oleh kinerja guru yang maksimal. Menurunnya prestasi peserta didik bisa
disebabkan karena melemahnya kinerja guru.
Dengan demikian keberhasilan yang dicapai guru dalam bekerja dapat
ditentukan oleh motivasi yang dimilikinya. Guru yang memiliki motivasi kerja
tinggi cenderung hasil kerjanya pun akan maksimal dan sebaliknya guru yang
motivasinya rendah, maka hasil kerjanya pun tidak akan maksimal. Hal ini karena

3
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah :
Membangun Sekolah yang Bermutu, (Jakarta : ALFABETA, 2013), Cet. 1, h.116.
4

motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting, sering terjadi guru
yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang,
akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk bekerja sehingga ia tidak
berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Hal ini sejalan dengan Wina
Sanjaya yang mengatakan bahwa perilaku atau tindakan yang ditunjukan
seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat tergantung dari motive
yang dimilikinya.4 Oleh karena itu kepala sekolah harus dapat memahami sikap
kerja bawahanya masing-masing. Sehingga kepala sekolah dapat memotivasi guru
dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Motivasi merupakan salah satu alat atasan agar bawahan mau bekerja keras
dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan.5 Karena ada bawahan yang
baru mau bekerja setelah dimotivasi atasannya. Rutinitas pekerjaan sering
menimbulkan kejenuhan mendalam yang dapat menurunkan motivasi berprestasi,
yang diperparah oleh kondisi kerja yang tidak mendukung. Dengan adanya
motivasi yang kuat penulis meyakini bahwa seseorang akan berungguh-sungguh
dalam bekerja. Karena motivasi kerja berdampak pada prestasi kerja, disiplin, dan
kualitas kerjanya. Pada guru yang terpenuhi motivasinya maka kinerjanya akan
meningkat dan kemungkinan akan berdampak positif pada hasil kerja sehingga
dapat meningkatkan produktivitas pendidikan tersebut.
Sebagaimana yang dipaparkan Sutermeister yang dikutip oleh Rusman
bahwa “produktivitas itu kira-kira 90% bergantung pada prestasi kerja dan 10%
tergantung pada teknologi dan bahan yang digunakan, prestasi kerja itu sendiri
untuk 80-90% bergantung pada motivasinya untuk bekerja, 10-20% bergantung
pada kemampuannya, dan motivasi kerja 50% bergantung pada kondisi sosial,
40% bergantung pada kebutuhan-kebutuhannya, 10% bergantung pada kondisi-

4
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2008), Cet.1, h. 250.
5
Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2010), Cet. 2, h. 249.
5

kondisi fisik.6 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja guru akan
memiliki pengaruh terhadap produktivitas pendidikan.
SMPN 131 Jakarta Selatan merupakan sekolah yang sudah berstandar
Nasional dan sudah berakreditas A. Sekolah yang sudah berdiri selama kurang
lebih 35 tahun lamanya, merupakan sekolah yang sudah dikenal sukses dalam
mencetak lulusan yang berkualitas, sehingga banyak diminati oleh masyarakat
sekitar. Hal ini terbukti dari lulusannya yang berprestasi dan jumlah murid yang
setiap tahunnya selalu meningkat. Ini semua tentunya tidak lepas dari peran
kepala sekolah dan prestasi kinerja guru.
Namun dalam mengoptimalkan kinerja guru, kepala sekolah harus dapat
memberikan semangat dan arahan serta menjalin komunikasi yang baik kepada
guru. Akan tetapi kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta Selatan jarang sekali
berada di sekolah, karena selain menjadi kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta
Selatan beliau juga menjadi kepala sekolah di SMP 239.
Dengan jarangnya keberadaan kepala sekolah tersebut, tentunya dapat
memberi jarak komunikasi antara kepala sekolah dengan guru. Komunikasi yang
kurang dari kepala sekolah akan dapat mempengaruhi motivasi kerja guru, karena
kurangnya arahan langsung dari kepala sekolah sebagai sarana motivasi bagi guru.
Sehingga guru akan enggan untuk meningkatkan kinerjanya. Padahal keberhasilan
yang dicapai guru dalam bekerja ditentukan oleh motivasi yang dimilikinya.
Sedangkan untuk menjadikan sekolah agar dapat mencetak lulusan yang
berkualitas diperlukan kinerja yang baik dari guru untuk dapat meningkatkan
produktivitas di sekolah tersebut. Sehingga terdapat pertanyaan disini apakah
kinerja guru yang baik tersebut dikarenakan motivasi kinerja guru yang tinggi
dalam bekerja, ataukah ada peran kepala sekolah di dalamnya? Dan timbul
pertanyaan lagi apakah kinerja tinggi dalam mengajar dikarenakan adanya peran
kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru. Untuk
menjawab semua itu maka diperlukan penelitian yang lebih mendalam.

6
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 320
6

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian


sebagai upaya bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru
di SMPN 131 Jakarta dengan judul “Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator
dalam Meningkatkan Kinerja Guru”.

B. Identifikasi Masalah
Merujuk pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah pokok sebagai berikut :
1. Belum optimalnya peran kepala sekolah sebagai motivator di SMPN 131
Jakarta Selatan.
2. Belum optimalnya kinerja guru dalam proses belajar mengajar di SMPN
131 Jakarta Selatan.
3. Belum maksimalnya kepala sekolah dalam memberikan motivasi
terhadap kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan.

C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang terdapat di SMPN 131 Jakarta Selatan, maka
dalam penelitian ini dibatasi pada Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dalam
Meningkatkan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan idenfikasi masalah yang diuraikan, maka
penulis merumuskan masalah yang akan dijadikan dasar penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan
kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan?
2. Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dihadapi kepala
sekolah sebagai motivator di SMPN 131 Jakarta Selatan?
3. Bagaimana peningkatan kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan?
7

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui peran motivasi kepala sekolah terhadap kinerja guru di
SMPN 131 Jakarta Selatan.
2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pemberian
motivasi kepala sekolah terhadap guru di SMPN 131 Jakarta Selatan.
3. Mengetahui peningkatan kinerja guru atas motivasi yang diberikan
kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan.

F. Kegunaan penelitian
1. Bagi peneliti, hasilnya dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil
pengamatan langsung khususnya terkait dengan peran kepala sekolah
sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru, dan sebagai suatu
pengalaman yang tak pernah ditemui sebelumnya sehingga dapat
menambah wawasan pada peneliti.
2. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan,
bahan pertimbangan dan sumber data guna perbaikan, pengembangan
dan peningkatan dalam dunia pendidikan khususnya dalam meningkatkan
kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan.
3. Bagi pembaca, berguna sebagai sebuah informasi dan bahan masukan
bagi perumusan konsep tentang peran kepala sekolah sebagai motivator
dalam meningkatkan kinerja guru dalam upaya pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator


1. Pengertian Kepala Sekolah
Faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan adalah
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan. “Pemimpin adalah orang yang
melakukan kegiatan dalam usaha mempengaruhi orang lain yang ada
dilingkungannya pada situasi tertentu, agar orang lain mau bekerja dengan
penuh rasa tanggung jawab demi tercapaianya tujuan yang telah ditetapkan”.1
Dengan demikian, kepala sekolah merupakan pimpinan satuan pendidikan
yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan mutu
pendidikan di sekolah serta mempunyai pengaruh yang besar pula dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun definisi kepala sekolah menurut Wahjosumidjo bahwa “kepala
sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar,
atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan
murid yang menerima pelajaran”.2 Tugas tersebut seharusnya dapat

1
Husna Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta : Balai Aksara-
Yudhistira, 1982), cet.1. h. 5-6.
2
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2010), Cet. 7. h. 83.

8
9

dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan baik, agar kepala sekolah


dapat menjadikan sekolahnya menjadi sekolah yang berkualitas.
Menurut James M Lipham yang dikutip oleh Euis Karwati dan Donni Juni
Priansa dalam bukunya kinerja dan profesionalisme kepala sekolah
mengatakan bahwa “kepala sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui
tugas-tugas mereka dan mereka yang menentukan irama bagi sekolah
mereka”.3 Kepala sekolah dituntut untuk mampu memimpin sekaligus
mengorganisir dan mengelola pelaksanaan program belajar mengajar yang
diselenggarakan di sekolah yang dipimpinnya. Untuk itu kepala sekolah harus
mengetahui tugas-tugas yang akan dilaksanakan oleh bawahannya agar
sasaran dari tujuan yang ingin dicapai dalam suatu program yang
dilaksanakan dapat terlaksana dengan baik dan menghasilkan hasil yang baik
pula sehingga tercapailah tujuan tersebut. Hal ini menunjukkan pula bahwa
kepala sekolah adalah orang yang menentukan arah dari tercapainya tujuan
tersebut.
Sedangkan menurut Mulyasa dalam bukunya Menjadi Kepala Sekolah
Profesional, mengatakan bahwa “kepala sekolah adalah manajer pendidikan
profesional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan
sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan.4

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa kepala sekolah adalah


pemimpin di suatu lembaga pendidikan yang mempunyai kekuasaan penuh
untuk menentukan irama bagi lembaga yang di ampunya dan mempunyai
tanggung jawab penuh untuk mengelola segala kegiatan di lembaga tersebut
berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan guna pencapaian tujuan bersama.

3
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah :
Membangun Sekolah yang Bermutu, (Jakarta: ALFABETA, 2013), cet. 1, h. 37.
4
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2011), cet. 11, h. 37.
10

2. Tugas Profesional Kepala Sekolah sebagai EMASLIM


Untuk mencapai suatu keberhasilan tentunya kepala sekolah harus
menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Adapun tugas profesional kepala
sekolah Menurut Euis Karwati dan Donni Juni Priansa bahwa “tugas
profesional kepala sekolah adalah sebagai educator, manager, administrator,
supervisor, leader, inovator, dan motivator atau disingkat dengan
EMASLIM”.5
a. Kepala sekolah sebagai edukator, ia harus mampu berperan sebagai
pendidik. Yaitu dapat membimbing staf, dan pegawai lainnya untuk
dapat bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing dan juga mampu
membimbing peserta didik, mengikuti kemajuan IPTEK serta
kemampuan memberikan contoh dan teladan yang baik kepada semua
warga sekolah. Kepala sekolah sebagai edukator dalam menumbuhkan
motivasi yaitu dengan cara memberikan saran atau masukan kepada guru,
dan juga memberikan arahan sekaligus bimbingan kepada guru atas
motivasi yang diberikannya dalam upaya meningkatkan kinerja guru.
Sebagaimana fungsi motivasi tersebut yaitu untuk mengarahkan pada
suatu sasaran atau tujuan yang diinginkan.
b. Kepala sekolah sebagai manajer, ia harus mampu mengatur SDM yang
ada di hal-hal yang terkait dalam pencapaian tujuan seperti menyusun
program di sekolah, menyusun organisasi kepegawaian yang tepat,
kemampuan menggerakkan staf untuk lebih giat dalam melaksanakan
tugas, kemampuan mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki
oleh sekolah. Kepala sekolah sebagai manajer dalam menumbuhkan
motivasi yaitu dengan cara mengatur program kerja dengan baik, sesuai
dengan kemampuan guru dalam melaksanakan beban kerja yang
diberikan dan dapat menggerakkan guru untuk giat melaksanakan
tugasnya seperti, menyusun RPP (Rencana Program Pembelajaran),

5
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, op. cit., h.116.
11

menilai hasil belajar siswa dan lain-lain. Dalam hal ini hasil yang ingin
dicapai yaitu untuk mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan.
c. Kepala sekolah sebagai administrator, ia harus dapat mengelola
administrasi proses belajar mengajar dan bimbingan konseling,
mengelola administrasi kesiswaan, mengelola administrasi keuangan
yang diwujudkan dalam kelengkapan dan akuntabilitas tentang
penggunaan dan laporan keuangan. Serta mampu mengelola administrasi
sarana dan prasarana, dan juga mengelola administrasi persuratan.
Dengan kemampuan kepala sekolah dalam mengelola administrasi
tersebut maka kebutuhan guru akan terpenuhi sehingga guru akan
termotivasi dalam meningkatkan kinerjanya.
d. Kepala sekolah sebagai supervisor, ia harus mampu melaksanakan
program supervisi pendidikan yang baik, serta memanfaatkan hasil
supervisi pendidikan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas
pendidikan di sekolah. Dalam hal ini untuk memotivasi guru kepala
sekolah harus mampu melakukan penilaian kinerja terhadap guru dalam
KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) hasil penilaian tersebut akan
mempengaruhi guru untuk meningkatkan kinerjanya bila dirasa adanya
penurunan pada kinerjanya.
e. Kepala sekolah sebagai leader, ia harus mampu memimpin sekolah atau
madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara
optimal. Kepala sekolah sebagai leader dalam menumbuhkan motivasi
dapat dilihat dari peran kepemimpinan kepala sekolah dalam
memberikan dorongan dan arahan melalui motivasi.
f. Kepala sekolah sebagai innovator, ia harus mampu mencari dan
menemukan gagasan-gagasan baru untuk pembaharuan di sekolah serta
kemampuan untuk melaksanakan pembaharuan di sekolah. Untuk
menumbuhkan motivasi kepada guru kepala sekolah harus mau
menerima saran dan kritik baik itu dari guru, staf dan pegawai lainnya
agar mereka termotivasi untuk memberikan ide, saran ataupun kritik
terkait pengembangan sekolah.
12

g. Kepala sekolah sebagi motivator, ia harus mampu mengatur lingkungan


kerja agar kondusif, mengatur suasana kerja menjadi nyaman dan tenang
dan dapat menimbulkan kreatifitas dan ide-ide yang cemerlang dari
warga sekolah, memberikan penghargaan bagi semua warga sekolah
yang berprestasi dan memberikan hukuman kepada warga sekolah yang
melanggar aturan yang telah ditetapkan bersama.

3. Kepala Sekolah Sebagai Motivator


Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk
berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam
memenuhi kebutuhannya.6 Dorongan tersebutlah yang menjadi penggerak
untuk melakukan sebuah tindakan nyata dalam pemenuhan suatu kebutuhan
tersebut. Seorang pemimpin pendidikan tentunya harus bisa menjadi
penggerak di lembaganya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekolah,
penggerak disini dalam artian memberikan dorongan atau motivasi kepada
bawahannya dalam rangka memenuhi kebutuhan sekolah tersebut demi
tercapainya tujuan sekolah.
Tugas dan fungsi kepala sekolah tentunya tidak sedikit salah satunya
adalah sebagai motivator yang kita artikan disini adalah sebagai pendorong
atau penggerak yaitu bagaimana kepala sekolah dapat mendorong atau
menggerakkan bawahannya (tenaga pendidik dan kependidikan) dalam
pemenuhan tugas. Tugas tersebut tentunya dapat diselesaikan tepat pada
waktunya dan dikerjakan semaksimal mungkin dalam rangka mencapai suatu
keberhasilan bersama yaitu keberhasilan dalam melaksanakan visi dan misi
sekolah yang telah disepakati bersama.
Kepala sekolah harus mampu memotivasi atau mendorong
bahawahannya (tenaga pendidik dan kependidikan) untuk senantiasa eksis
terhadap pekerjaan yang dijalankannya. Sebagai motivator kepala sekolah

6
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan,
(Jakarta : Bumi Aksara, 2009), cet. 5, h. 3.
13

harus mampu menciptakan suasana yang dapat merangsang bawahannya


(tenaga pendidikan dan kependidikan) untuk tetap bersemangat dalam
menjalankan tugas dan fungsinya.
Dalam hal ini kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat dalam
memberikan motivasi kepada bawahannya, motivasi ini dapat ditumbuhkan
melalui : pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin,
dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber
belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).7
Pengaturan lingkungan fisik, lingkungan adalah salah satu faktor
terpenting dalam memenuhi rasa nyaman dan aman pada diri seseorang. Oleh
karenanya pengaturan lingkungan fisik dapat berpengaruh pada motivasi
kerja seseorang. Untuk itu kepala sekolah harus dapat membangkitkan
semangat tenaga kependidikan, agar dapat menjalankan tugasnya secara
optimal. Dengan demikian diperlukan pengaturan lingkungan fisik yang baik
untuk dapat memberikan rasa nyaman dan aman kepada bawahannya dalam
bekerja, guna mendorong penyelesaian kerja yang optimal. Adapun
pengaturan lingkungan fisik menurut mulyasa, yaitu mencangkup ruang kerja
yang kondusif, ruang belajar, ruang perpustakana, ruang laboratorium,
bengkel, serta mengatur lingkungan sekolah yang nyaman dan
menyenangkan. 8
Pengaturan suasana kerja, dalam bekerja tentunya seseorang
membutuhkan suasana yang nyaman untuk dapat bekerja dengan baik.
Nyaman dalam artian suasana yang dapat mendukung terlaksananya suatu
pekerjaan atau tugas yang akan dilaksanakan. Lingkungan yang kondusif
kiranya dapat menumbuhkan motivasi seseorang dalam bekerja atau dalam
melaksanakan tugasnya. Karena dengan lingkungan yang kondusif seseorang
dapat merasa nyaman dan pada akhirnya terdorong atau tergerak untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaannya. Suasana kerja yang tenang dan
menyenangkan juga akan membangkitkan semangat kerja para tenaga

7
Mulyasa. op. cit., h. 120.
8
Ibid.
14

kependidikan. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menciptakan


hubungan kerja yang baik atau harmonis dengan bawahannya serta
menciptakan lingkungan yang kondusif yaitu nyaman, aman dan
menyenangkan. Hal tersebut dilakukan agar bawahan mau bekerja dengan
penuh semangat dan secara optimal.
Disiplin, dalam meningkatkan taraf kerja yang baik kiranya kepala
sekolah perlu menanamkan kedisiplinan kepada semua bawahan termasuk
pada dirinya sendiri. Dengan pemberian tauladan atau contoh berdisiplin yang
baik pada bawahan dapat memotivasi bawahan untuk selalu disiplin dalam
bekerja salah satunya dalam penyelesaian tugas. Melalui disiplin tersebut
diharapkan dapat tercapai tujuan secara efektif dan efesien, serta dapat
meningkatkan produktivitas sekolah.
Dorongan, untuk menggerakkan bawahan agar mau bekerja secara
optimal dan penuh dengan rasa semangat tentunya kepala sekolah harus terus
memotivasi bawahannya. Karena ada bawahan yang mau bekerja setelah
dimotivasi. Setiap orang pasti memiliki karakteristik yang berbeda-beda,
sehingga memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari
pemimpinnya, khusunya pada pemberian motivasi. Oleh karena itu untuk
meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, kepala sekolah harus
terus memperhatikan motivasi tenaga kependidikan.
Penghargaan. Penghargaan dapat berfungsi untuk meningkatkan prestasi
kerja para tenaga kependidikan. Melalui penghargaan ini para tenaga
kependidikan dapat dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme kerja
secara positif dan produktif. Karena ada orang yang mau meningkatkan
kinerjanya untuk meraih suatu penghargaan tersebut. Penghargaan tersebut
bisa berupa pujian, hadiah dan sebagainya yang diberikan atas dasar prestasi
kerja yang baik.
Penyediaan sumber belajar, untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar yang efektif, kepala sekolah harus menyediakan sumber belajar
sesuai dengan kebutuhan sekolah. Dengan sumber belajar yang memadai
tentunya kegiatan belajar mengajar akan terlaksana dengan baik.
15

Dengan demikian diharapkan kepala sekolah mampu menjadi motivator


yang baik dan mampu meningkatkan kemauan tenaga kependidikan dalam
menjalankan serta menyelesaikan tugas dan fungsinya.
Adapun peran kepala sekolah menurut Euis Karwati dalam meningkatkan
motivasi kerja yaitu :
a) Menerapkan manajemen yang terbuka
b) Penerapan deskripsi pekerjaan dengan tugas dan fungsi yang jelas
c) Menerapkan hubungan vertikal kebawah
d) Pemetaan program dan kegiatan peningkatan motivasi kerja
e) Pengawasan yang berkelanjutan dan menyeluruh
f) Evaluasi.9

Berbagai kegiatan tersebut diharapakan dapat meningkatkan motivasi,


yang selanjutnya akan memberi dampak positif terhadap upaya dalam
meningkatkan kinerja guru. Dengan demikian, kepala sekolah memiliki peran
yang strategis dalam meningkatkan motivasi

B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Menurut Isbandi Rukminto Adi yang dikutip oleh Hamzah B. Uno
“Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu
tersebut bertindak atau berbuat”.10 Maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan
dalam diri individu tersebutlah yang menjadi pendorong dirinya untuk
melakukan suatu kegitan tertentu dalam pencapaian tujuan. Hal ini biasa
disebut sebagai motivasi instrinsik yaitu motivasi yang datang dari dalam diri
individu sendiri.
Menurut Wina Sanjaya, “motivasi adalah dorongan yang dapat
menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan

9
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, op. cit., h. 91.
10
Hamza B. Uno, loc. Cit.
16

tertentu”.11 Ini berarti bahwa ada kondisi yang mendorong atau yang
menyebabkan manusia melakukan tindakan dengan sadar. Kondisi yang
demikian itu dapat diciptakan oleh pribadi manusia itu sendiri atau oleh
manusia lain. Hal tersebut sejalan dengan pendapat J. Winardi, bahwa
motivasi adalah “suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang diri
manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkannya oleh
sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter
dan imbalan non moneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara
positif atau secara negatif”.12
Adapun menurut N. Manulang yang dikutip oleh Suhendra dan Murdiyah
Hayati dalam bukunya manajemen sumber daya manusia mendefinisikan
motivasi sebagai “pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer
memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal
ini karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini
bertujuan untuk menggiatkan karyawan agar mereka bersemangat dan dapat
mencapai hasil sebagaimana dikehendaki”. 13
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa motivasi adalah
kekuatan atau dorongan yang timbul pada dalam diri seseorang sehingga
orang tersebut bertindak atau berbuat sesuatu tertentu untuk mencapai sesuatu
tujuan tertentu pula dan motivasi ini juga dapat ditimbulkan oleh orang lain
seperti kepala sekolah yaitu dengan memberika semangat dan inspirasi yang
bertujuan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kata lain motivasi
merupakan sesuatu yang sangat pokok yang menjadi dorongan seseorang
untuk bekerja. Inti pemberian motivasi adalah menumbuhkan kesadaran diri
pada karyawan bahwa bekerja merupakan suatu kebutuhan.

11
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2008), cet. 1, h. 250.
12
J. Winardi, Motivasi Pemotivasian dalam Manajemen, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2001), h. 6.
13
Suhendra dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta :
Lembaga Penelian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, h. 91.
17

2. Teori Motivasi
Berikut dikemukakan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :
a. Teori Maslow
Maslow merupakan tokoh yang mencetuskan teori hierarki kebutuhan.
Menurut Maslow hierarki kebutuhan sesungguhnya dapat digunakan untuk
mendeteksi motivasi manusia. Hierarki itu didasarkan pada anggapan bahwa
pada waktu orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka
ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi. Maslow mengemukakan lima
tingkat kebutuhan yaitu :
1. Kebutuhan fisiologikal (fisiological needs). Kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi manusia. Contoh kebutuhan ini adalah kebutuhan akan sandang,
pangan, papan, istirahat, rekreasi, tidur, dan hubungan seks. Untuk
memenuhi kebutuhan ini manusia biasanya berusaha keras untuk mencari
rezeki.
2. Kebutuhan keselamatan (safety needs, security needs). Setelah kebutuhan
fisiologikal terpenuhi, maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan
manusia, yaitu kebutuhan akan keselamatan atau rasa aman. Contoh
kebutuhan ini antara lain menabung, mendapatkan tunjangan pensiun,
memiliki ansuransi, memasang pagar, teralis pintu, dan jendela.
3. Kebutuhan berkelompok (social needs, love needs, belonging needs,
offection needs). Setelah kebutuhan keselamatan atau rasa aman terpenuhi
maka muncul pula kebutuhan baru yang diinginkan manusia, yaitu
kebutuhan hidup berkelompok, bergaul, bermasyarakat, ingin mencintai
dan dicintai, serta ingin memiliki dan dimiliki.
4. Kebutuhan penghargaan (esteem needs, egoistic needs), setelah kebutuhan
berkelompok terpenuhi maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan
manusia, yaitu kebutuhan akan penghargaan atau ingin berprestasi
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs, self-realization needs,
self-fulfillment needs, self-expression needs). Setelah kebutuhan
penghargaan terpenuhi, maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan
manusia, yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri atau realisasi diri, atau
18

pemenuhan kepuasan atau ingin berprestise. Contoh kebutuhan ini antara


lain memiliki sesuatu bukan hanya karena fungsi tetapi juga gengsi,
mengoptimalkan potensi dirinya secara kreatif dan inovatif, ingin
mencapai taraf hidup yang serba sempurna atau derajat yang setinggi-
tingginya.14
b. Teori Herzberg
Teori Motivasi Herzbergs : menurut teori ini motivasi yang ideal adalah
peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan keahlian dan
peluang untuk mengembangkan kemampuan. Menurutnya ada dua faktor
penting yang mempengaruhi produktivitas kerja seseorang, yakni faktor
pemeliharaan dan faktor motivator.15
a. Faktor pemeliharaan: yang menghubungkan dengan hakikat pekerja yang
ingin memperoleh ketenangan badaniah. Dalam bekerja kebutuhan dapat
disamakan dengan kebutuhan akan gaji, kepastian pekerja dan supervisi
yang bik. Jadi faktor-faktor ini bukanlah sebagai motivator, akan tetapi
merupakan keharusan bagi perusahaan.
b. Faktor-faktor motivasi: faktor-faktor ini merupakan faktor-faktor
motivasi yang menyangkut kebutuhan psikologi yang berhubungan
dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkitan
dengan pekerjaan, misalkan ruangan yang nyaman, penempatan kerja
yang sesuai dan lainnya.
c. Teori McCelland
McCelland mengetengahkan teori motivasi yang berhubungan erat dengan
teori belajar. McCelland berpendapat bahwa banyak kebutuhan yang
diperoleh dari kebudayaan. Tiga dari kebutuhan McCelland ialah :
1. Kebutuhan akan prestasi (need of achievement). Motivasi berprestasi
ialah dorongan dari dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan
hambatan dalam upaya mencapai tujuan.

14
Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2010), cet. 2, h, 255-258.
15
Suhendra dan Murdiyah Hayati, op. cit., h. 95.
19

2. Kebutuhan akan afiliasi (need of affilition). Motivasi afiliasi ialah


dorongan untuk berhubungan dengan orang lain atau dorongan untuk
memiliki sahabat sebanyak-banyaknya.
3. Kebutuhan akan kekuasaan (need of power). Motivasi berkuasa ialah
dorongan untuk memengaruhi orang lain agar tunduk kepada
kehendaknya.16

d. Teori McGregor
Teori yang dikembangkannya dikenal dengan teori X dan teori Y. Teori ini
beranggapan bahwa menejer terori X memandang para pekerja sebagai
pemalas yang tidak dapat diperbaiki. Sedangkan manajer teori Y memandang
bekerja harus seimbang dengan istirahat dan bermain, dan bahwa pada orang-
orang pada dasarnya cenderung untuk bekerja keras dan melakukan pekerjaan
dengan baik. Dengan demikian teori ini menjelaskan bahwa seorang manajer
itu mengayomi akan dengan jelas memengaruhi cara mereka menangani dan
memotivasi bawahan.17

3. Fungsi Motivasi
Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita.
Karena motivasi mempunyai dua fungsi, yaitu : (1) mengarahkan, (2)
mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan.18
1) Mengarahkan (directional function)
Motivasi dapat berfungsi mengarahkan apabila sesuatu sasaran atau
tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu, sehingga
motivasi berperan mendekatkan individu pada pencapaian suatu tujuan.
2) Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating and energizing
finction)
Motivasi dapat berfungsi mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan
apabila motivasi yang didapat besar atau kuat, maka seseorang akan

16
Husaini Usman, op. cit., h. 264.
17
Hamzah B. Uno, op. cit., h. 45.
18
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 5, h. 62.
20

melakukan suatu kegiatan dengan sungguh-sungguh, terarah dan penuh


semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar.

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa motivasi berfungsi


mengarahkan, apabila seseorang mempunyai keinginan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Arahan tersebutlah yang nantinya diharapkan dapat membawa
pada suatu keberhasilan. Selain itu motivasi juga berfungsi mengaktifkan dan
meningkatkan kegiatan, apabila dalam suatu kegiatan didalamnya terdapat
motif yang kuat, dan kekuatan tersebutlah yang menjadi pendorong atau
penggerakkan dalam menjalankan suatu kegiatan sehingga kemungkinan akan
berhasil lebih besar.

4. Jenis-jenis Motivasi
Bila dilihat dari fungsinya tentunya motivasi sangat penting bagi
kehidupan kita, karena motivasi dapat menjadi penggerak yang dapat
mengarahkan kepada suatu hasil (tujuan). Terlebih lagi pada dunia
pendidikan, hendaknya kepala sekolah harus dapat memberikan motivasi
kepada guru agar guru terdorong untuk semangat dalam menyelesaikan tugas
dan fungsinya. Untuk itulah motivasi dapat dibedakan menjadi :
a. Menurut sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan menjadi
dua macam, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik.
1) Motif intrinsik, motivasi yang memang telah ada dalam diri individu
sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya.
2) Motif ekstrinsik, timbul karena ada rangsangan dari luar individu.
Yang memotivasi adalah orang lain bukan dari dalam diri sendiri.19
b. Menurut sifatnya motivasi dibedakan atas tiga macam, yaitu :
1) Motivasi takut atau fear motivation, individu melakukan sesuatu
perbuatan karena takut.
2) Motivasi insentif atau incentive motivation, individu melakukan
suatu perbuatan untuk mendapatkan suatu insentif.

19
Hamzah B. Uno, op. cit., h. 4.
21

3) Sikap atau attitude motivation atau self motivation. Motivasi ini


lebih bersifat intrinsik, muncul dalam diri individu.20
c. Menurut prakteknya motivasi dibedakan atas dua jenis antara lain
(biasanya dipraktekkan pada perusahaan) :
1) Motivasi Positif, manajer memotivasi bawahannya dengan
memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik.
2) Motivasi Negatif, manajer memotivasi bawahannya dengan
memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang
baik motivasi.21

Dalam uraian tersebut maka dalam hal ini penulis mengambil kesimpulan
bahwa pada dasarnya motivasi ini dapat dibedakan menjadi dua bagian
penting, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Namun demikian
antara motivasi tersebut, motivasi intrinsiklah yang paling berpengaruh dan
tahan lama serta dapat memberikan hasil yang memuaskan pada diri seseorang,
karena motivasi ini timbul atas dasar kesadaran sendiri untuk memperoleh hasil
yang diinginkan.

5. Asas-asas Motivasi
Suatu program motivasi akan berhasil dengan baik apabila
memperhatikan asas-asas motivasi sebagai berikut :
1) Asas mengikut sertakan, artinya mengajak bawahan untuk ikut
berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan
pendapat, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan.
2) Asas komunikasi, artinya menginformasikan secara jelas tentang tujuan
yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakan dan kendala-kendala yang
dihadapi.

20
Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h.63.
21
Suhendra dan Murdiyah Hayati, op. cit., h. 93.
22

3) Asas pengakuan, artinya memberikan penghargaan, pujian dan


pengakuan yang tepat secara wajar kepada bawahan atas prestasi kerja
yang dicapainya.
4) Asas wewenang yang didelegasikan, artinya memberi kewenangan, dan
kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan
kreativitasnya ia mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik.
5) Asas adil dan layak, artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus
berdasarkan atas “keadilan dan kelayakan” terhadap semua karyawan.
Contohnya pemberian hadian atau hukuman terhadap semua karyawan
harus adil dan layak kalau masalahnya sama.
6) Asas perhatian timbal balik, artinya bawahan yang berhasil mencapai
tujuan dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan
jenis motivasi, atau dapat disebut sebagai kerjasama yang saling
menguntungkan kedua belah pihak.22

Selain asas-asas motivasi adapun prinsip-prinsip motivasi yang dapat


diterapkan untuk memotivasi tenaga kependidikan agar mau dan mampu
meningkatkan kinerjanya, diantaranya :
1) Tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang
dilakukan menarik, dan menyenangkan.
2) Tujuan kegiatan harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada
tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja.
Tenaga kependidikan juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan
tersebut.
3) Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari setiap
pekerjaannya.
4) Pemberian hadiah lebih baik dari pada hukuman, namun sewaktu-waktu
hukuman juga diperlukan.

22
Ibid.
23

5) Memanfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu tenaga


kependidikan.
6) Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual tenaga
kependidikan, misalnya perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap
mereka terhadap pekerjaannya.
7) Memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan memperhatikan kondisi
fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa pimpinan
memperhatikan mereka, mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga
setiap tenaga kependidikan pernah memperoleh kepuasan dan
penghargaan.23

Menurut Verma yang dikutip oleh Husaini Usman ada teknik motivasi
lainnya yang dapat dilakukan terhadap bawahan, yaitu yang disebut dengan
prinsip MOTIVATE.
M = Manifes artinya bangkitkan rasa percaya diri ketika pendelegasian
tugas
O = Open artinya bangkitkan percaya diri ketika pendelegasian tugas.
T = Tolerance artinya toleransi terhadap kegagalan, mau dan boleh
belajar dari kesalahan karena pengalaman adalah guru yang terbaik
(tingkatkan kreativitas).
I = Involve artinya semua pihak terkait dalam pekerjaan (meningkatkan
rasa diterima dan komitmen).
V = value artinya nilai yang diharapkan dan diakui dalam kinerja yang
baik (hadiah apa yang akan didapat dan bagaimana cara
mendapatkannya).
A = Align artinya menyeimbangkan sasaran pekerjaan (proyek) dengan
sasaran individu (orang-orang bersemangat mencapai kepuasan yang
mereka inginkan).
T = Trust artinya kejujuran setiap anggota tim (vital dalam
memotivasinya)
E = Empower artinya berdayakan setiap anggota tim sewajarnya
(khusunya dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan).24

Dari uraian tersebut nampaknya jelas bahwa untuk mendukung terciptanya


suasana kerja yang baik kepala sekolah perlu menggunakan asas, prinsip atau

23
Mulyasa, op. cit., h. 149.
24
Husaini Usman, op. cit., h. 273.
24

tekni tersebut dalam pemenuhan perannya sebagai motivator. Karena sesuai


dengan fungsinya sebagai motivator kepala sekolah harus mampu mendorong
dan menggerakkan semangat kerja bawahannya dalam mencapai suatu tujuan.
Dan juga harus mampu menciptakan suasana yang dapat merangsang tenaga
kependidikan untuk tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai mana
mestinya.

C. Kinerja Guru
1. Pengertian Guru
Istilah guru berasal dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang
memiliki arti orang yang mengajar. Dengan demikian orang-orang yang
profesinya mengajar disebut guru.25 Selain mengajar guru juga dituntut untuk
mendidik siswanya. Pengertian pendidik tersebut menurut Langeveld yang
dikutip oleh M. Alisuf Sabari adalah “orang yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak”. 26
Menurut Jejen Musfah “guru merupakan organisator pertumbuhan
pengalaman siswa. Guru harus dapat merancang pembelajaran yang tidak
semata menyentuh aspek kognitif, tetapi juga dapat mengembangkan
keterampilan dan sikap siswa”.27
Adapun Menurut Kunandar “guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.28

25
Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya : PT Temprina Media Grafika,
2011), cet. 1, h. 1.
26
M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), cet. 1, h.
8.
27
Jejen Musfah, Peningkatan Kopetensi Guru : Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar,
Teori dan Praktik, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), cet, 1. h. 32.
28
Kunandar, Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT Raya Grafindo Persada, 2007), h.54.
25

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah pendidik


profesional yang bertanggung jawab atas pendidikan atau pendewasaan
seorang anak melalui pengetahuan, keterampilan dan sikap.

2. Pengertian Kinerja Guru

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara “Istilah kinerja berasal dari kata


Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi
kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya”.29

Menurut Husaini Usman “kinerja adalah produk yang dihasilkan oleh


seorang pegawai dalam satuan waktu yang telah ditentukan dengan kriteria
tertentu pula. Produknya dapat berupa layanan jada dan barang. Satuan waktu
yang ditentukan bisa satu tahun, dua tahun, bahkan lima tahun atau lebih”.30
Adapun menurut Abdullah Munir “kinerja adalah gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi lembaga”.31
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa kinerja guru adalah
suatu wujud prilaku yang dimiliki guru dengan orientasi prestasi, prestasi
tersebut dalam artian keberhasilan yang ingin dicapai, dan wujud prilaku
dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana
seorang guru merencanakan pemebelajaran, melaksanakan kegiatan
pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran.

29
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 10, h. 67.
30
Husaini usman, op. cit., h. 489.
31
Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media,
2010), cet. 3, h. 30
26

3. Ruang Lingkup Kinerja Guru


Guru mempunyai peranan yang sangat penting didalam meningkatkan
mutu sekolah. Tentunya peranan tersebut tidak lepas dari tugas yang begitu
berat sehingga keberhasilan dalam penyelesaian tugas sangat tergantung pada
kinerja guru tersebut. Dengan demikian tentunya kita perlu memahami ruang
lingkup kinerja guru dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.
“Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, pasal 39 ayat 2 menyatakan
bahwa tugas guru adalah merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan
pelatihan”.32
“Adapun indikator kinerja guru menurut Rusman yaitu menyusun program
kegiatan pembelajaran (tujuan pembelajaran khusus, pokok materi yang akan
disajikan, kegiatan pembelajaran, alternatif penggunaan media dan sumber
pembelajaran, dan alat evaluasi yang digunakan), melaksanakan kegiatan
pembelajaran (mengelolaan kelas, menggunaan media dan sumber belajar,
serta menggunaan metode pembelajaran), mengevaluasi kegiatan
pembelajaran”. 33

Dapat disimpulkan bahwa sebelum mengajar hendaknya guru menyusun


suatu program pembelajaran yang biasa disebut dengan membuat RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), guru harus merencanakan kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. Mulai
dari merencanakan materi yang akan disampaikan, metode yang akan
digunakan, dan sumber atau alat yang akan digunakan pada saat pembelajaran
berlangsung. Kemudian guru juga harus menyeimbangkan antara waktu yang
diberikan untuk mengajar dengan kegiatan tersebut. Semua itu harus
dirancang sedemikian rupa oleh guru agar dapat mencapai tujuan dari proses
pembelajaran tersebut.
Setelah kegiatan tersebut sudah dilaksanakan, guru juga harus
mengevaluasi kembali kegiatan pembelajaran tersebut guna perbaikan dan
pengembangan. Apakah sesuai dengan harapan atau sebaliknya. Bila sudah

32
Euis Karwati, op. cit., h. 39.
33
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru, (Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 75.
27

tentunya rencana tersebut perlu dikembangkan, dan bila belum tentunya perlu
ada perbaikkan pada program tersebut atau pada pelaksanaannya. Hal ini
dilaksanakan semata-mata untuk kepentingan siswa dalam proses
pembelajaran. Agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan guru dan
dapat mengambil sebuah pelajaran untuk dirinya sendiri ke arah yang lebih
baik yaitu dalam arah pendewasaan diri. Karena tugas guru bukan hanya
mengajar tetapi juga mendidik. Didikan tersebutlah yang akan membawa
anak pada proses pendewasaannya. Dari semua ini yang melakukannya
adalah guru. Sejalan dengan salah satu tugasnya yaitu membimbing dan
melatih. Membimbing terlaksananya proses pembelajaran tersebut kemudian
melatih kemampuan siswa untuk mendewasakan dirinya yaitu dari hal-hal
yang belum diketahuinya sampai mengetahui dan memahami hal-hal tersebut.
Dalam penjelasan tersebut kiranya dapat dipahami bahwa guru
mempunyai tugas utama. Adapun Undang-Undang yang menyebutkan yaitu
pada “Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal 1
ayat 1 ditegaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pasal 2 menyatakan pula bahwa
salah satu kewajiban profesional guru adalah merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran, serta meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni”.34

Disimpulkan bahwa tugas utama guru tersebut hendaknya dijalankan


sesuai dengan perkembangan zaman. karena dengan berkembangnya zaman
maka berkembang pula ilmu pengetahuan, teknologi dan juga seni.
Perkembangan inilah yang menuntut guru untuk lebih mempunyai
pengetahuan lebih dan luas. Dalam artian guru harus lebih tahu dari pada
siswanya dan guru harus mempunyai pengalaman, karena pengetahuan yang
luas berasal dari pengalaman-pengalaman. Untuk itu pula guru harus terus

34
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, op. cit., h. 39
28

mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya agar guru dapat menambah


ilmu dan wawasan.
Sejalan dengan ketentuan tersebut, “peraturan pemerintah Nomor 74
Tahun 2008 tentang Guru, Pasal 52 Ayat (1) menegaskan pula tentang tugas
pokok guru, yaitu: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, dan
melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan
pokok sesuai dengan beban kerja guru”. 35
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa ruang lingkup kinerja
guru sangatlah luas cangkupannya yaitu mendidik, mengajar, merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi serta meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni atau sesuai
perkembangan zaman.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru


Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan
(ability) dan faktor motivasi (motivation).36 Dengan demikian ada dua hal
yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja seseorang termaksud guru.
Pertama, pada faktor kemampuan. Guru harus ditempatkan pada pekerjaan
yang sesuai dengan bidangnya, dalam artian ditempatkan pada pekerjaan
yang sesuai dengan keahliannya. Karena ia akan lebih mudah mencapai
kinerja yang diharapkan. Misalnya guru yang ahli pada bidang matematika,
maka sebaiknya guru tersebut mengajar matematika bukan mengajar
pelajaran agama atau yang lainnya. Bila hal itu terjadi tentunya akan
berpengaruh pada hasil kinerja guru tersebut.
Kedua, pada faktor motivasi. Motivasi bisa berasal dari intern dan
ekstern. Dari intern yaitu guru harus mempunyai motivasi atau semangat

35
Ibid.
36
Anwar Prabu Mangkunegara, loc. cit.
29

mengajar yang kuat yang timbul dari hati nurani bukan hanya mengejar gaji
yang dihasilkan dari profesinya. Dan dari ektern yaitu kepala sekolah sebagai
pemimpin harus terus memperhatikan motivasi guru sebagaimana perannya
sebagai motivator. Bila guru mempunyai motivasi yang lemah baik dari intern
atau ekstern, maka hal tersebut akan mempengaruhi kinerja guru karena guru
akan kurang bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan.

5. Kompetensi Guru
Untuk mencapai suatu keberhasilan seorang guru harus memiliki
kemampuan dasar dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan tersebut
berarti mengkaji kopetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Peraturan
pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
merumuskan empat jenis kopetensi guru, yaitu : kopetensi pedagogik,
kepribadian, sosial dan profesional.37 Dengan demikian diharapkan guru
dapat menjalankan tugasnya secara profesionl dengan memiliki dan
menguasai keempat kopetensi tersebut.
1. Kemampuan pedagogik
“Pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya
terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan
kemampuan pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan
dengan ilmu dan seni mengajar siswa”. 38
Kemampuan pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik yang meliputi:
a) Memberi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
b) Memberi Pemahaman terhadap peserta didik;
c) Mengembangakan kurikulum atau silabus;
d) Merancangan pembelajaran;
e) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
f) Mengevaluasi hasil belajar, dan

37
Jejen Musfah, op. cit., h. 25
38
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesional Guru, (Jakarta :
Gaung Persada, 2009), cet. 1, h.33.
30

g) Mengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai


potensi yang dimilikinya.39

2. Kemampuan personal (kepribadian)


Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur
psikis dan fisik. Dalam artian seluruh sikap dan perbuatan seseorang yang
dilakukan secara sadar yang kemudian menjadi satu gambaran dari
kepribadian orang tersebut.
Kepribadian merupakan unsur yang menentukan interaksi guru dengan
siswa sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan
profil dan idola, karena guru adalah mitra siswa dalam kebaikan. Dengan
guru yang baik maka siswa pun akan menjadi baik.
Kemampuan pribadi merupakan kemampuan kepribadian yang; (a)
mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f)
berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h)
mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara
berkelanjutan.40
Kemampuan pribadi menjadikan guru dapat mengelola dan berinteraksi
secara baik serta mengelola proses belajar mengajar, guru juga harus
mempunyai kepribadian yang utuh karena bagaimanapun guru merupakan
suri tauladan bagi anak didiknya.
3. Kemampuan sosial
Kemampuan sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk; (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat
sekitar.41

39
Jejen Musfah, op. cit., h. 31.
40
Jejen Musfah, op. cit., h. 260
41
Ibid.
31

Inti dari pada kemampuan sosial adalah kemampuan guru melakukan


interaksi sosial melalui komunikasi. Guru dituntut berkomunikasi dengan
sesama guru, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar, dll. Jadi guru
dituntut mengenal banyak kelompok sosial. Sehingga peranan dan cara guru
berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri
yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang
diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah
tugas memanusiakan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi sosial
karena guru adalah penceramah zaman.
4. Kemampuan Profesional
Kemampuan profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi;
a) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang
menaungi/koheren dengan materi ajar;
b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
c) hubungan konsep antara mata pelajaran terkait;
d) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari, dan
e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap
melestarikan nilai dan budaya nasional.42

Profesionalisme guru kiranya merupakan kunci pokok kelancaran dan


kesuksesan proses pembelajaran di sekolah. Karena hanya guru yang
profesional yang bisa menciptakan situasi aktif siswa dalam kegiatan
pembelajaran.43 Kemampuan profesional guru sangat penting hubungannya
dengan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa karena proses
belajar mengajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa tidak hanya
ditentukan oleh sekolah, pola dan struktur serta isi kurikulumnya. Akan tetapi
ditentukan juga oleh kemampuan guru yang mengajar dalam membimbing
siswa tersebut.

42
Ibid.
43
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, op. cit., h. 51.
32

D. Hasil Penelitian yang Relevan


Untuk melengkapi data dan pengetahuan dalam proses penelitian ini, ada data
penelitian yang relevan dengan tema yang penulis angkat, yaitu :
Sekripsi yang disusun oleh Emha Dzia’ul Haq, Jurusan Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta
(2013) dengan judul skripsi “peran kepala sekolah sebagai motivator dan
supervisor terhadap kinerja guru di SDIT Bina Anak Islam Krapyak Sewon
Bantul Yogyakarta”. Fokus sekripsi ini adalah pada upaya kepala sekolah sebagai
motivator dan supervisor dalam meningkatkan kinerja guru di SDIT Bina Anak
Islam Krapyak Sewon Bantul Yogyakarta. Kesimpulan sekripsi ini yaitu bahwa
cara yang dilakukan kepala sekolah dalam pemenuhannya sebagai motivator
antara lain yaitu rasa hormat (respect), informasi (information), hukuman
(punishment), perilaku (behavior), perintah (comand), perasaan (sence).
Sedangkan untuk meningkatkan kinerja guru di SDIT kepala sekolah
menggunakan dua teknik atau strategi yaitu teknik individu dan kelompok. Teknik
individu meliputi : kunjungan kelas dan percakapan pribadi. Dan teknik kelompok
meliputi rapat guru, orientasi pertemuan guru-guru, lokakarya, adanya diklat, atau
pelatihan untuk guru, sarana dan prasarana dilengkapi untuk menunjang
pembelajaran, adanya pegangan guru berupa buku, kedisiplinan guru-guru yang
tertera pada tata tertib di SDIT Yogyakarta.44
Sekripsi yang disusun oleh Kardani jurusan Kependidikan Islam Program
Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (2007) dengan judul skripsi “Kinerja Guru Kelas di SD
Negri Cempaka Baru I Ciputat”. Fokus sekripsi ini adalah pada upaya kepala
sekolah dalam meningkatkan kinerja guru kelas di SD Negri Cempaka Baru I
Ciputat. Kesimpulan sekripsi ini yaitu bahwa kepala sekolah dalam meningkatkan
kinerja guru melalui pemberian kompensasi, dan memberikan penilaian terhadap
prestasi kinerja guru. kompensasi merupakan alat yang digunakan kepala sekolah

44
Emha Dzia’ul Haq, “Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dan Supervisor
terhadap Kinerja Guru di SDIT Bina Anak Islam Krapyak Sewon Bantul Yogyakarta,
Yogyakarta, 2013, h.89, tidak dipublikasikan.
33

dalam meningkatkan kinerja guru. Karena pemberian kompensasi sangat


dibutuhkan dalam meningkatkan produktifitas seseorang, tanpa adanya
kompensasi maka kinerja seorang guru akan menurun. Selain itu dengan
memberikan penilaian terhadap prestasi kerja guru kepala sekolah dapat
mengetahui kelemahan-kelemahan guru dalam bekerja, apabila kualitas
pelaksanaan kerja selama ini dibawah standar, maka guru tersebut akan diberi
bimbingan dan perhatian khusus untuk meningkatkan kinerjanya.45
Sekripsi diatas secara umum hampir sama dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis yaitu membahas tentang motivasi dan kinerja guru.
Berbeda dengan kedua penelitian yang sudah ada diatas tadi, penelitian ini lebih
menekankan pada upaya kepala sekolah dalam memberikan motivasi untuk
meningkatkan kinerja guru, alasan mengangkat tema ini karena kinerja guru tidak
bisa lepas dari motivasi seorang kepala sekolah. Kinerja yang baik tentunya butuh
dorongan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan prestasi
kerja agar mencapai hasil yang optimal. Bila kebutuhan motivasi kerja guru dalam
mengajar terpenuhi maka akan memberikan kemajuan yang pesat pada
perkembangan mutu pendidikan khususnya pada lembaga pendidikan itu sendiri,
karena dampak positifnya adalah kepada prestasi siswa yang akan meningkat dan
memajukan mutu pendidikan tersebut.

E. Kerangka Berpikir
Lembaga pendidikan sebagaimana organisasi pasti mempunyai visi dan misi
untuk mencapai sebuah tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan
seorang pemimpin yang dapat mengarahkan jalannya organisasi. Pemimpin dalam
lembaga pendidikan adalah kepala sekolah. Dengan demikian Keberhasilan
sebuah lembaga pendidikan berada ditangan kepemimpinan kepala sekolah.
Namun dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah tidak dapat melaksanakan
seorang diri. Kepala sekolah memerlukan badan pembantu seperti guru dan staf
untuk membantu program kegiatan organisasi atau lembaga pendidikan.

45
Kardani, “Kinerja Guru Kelas : SD Cempaka Baru I Ciputat, “Skripsi pada
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2007, h. 53, tidak dipublikasikan.
34

Dalam membawa sebuah keberhasilan tentunya kepala sekolah harus


menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Adapun 7 tugas dan fungsi kepala
sekolah yaitu sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader,
innovator dan motivator.
Kepala sekolah sebagai motivator harus memberikan semangat dan motivasi
kepada guru dalam meningkatkan kinerja guru. Motivasi yang diberikan kepala
sekolah sangatlah penting bagi guru karena menjadi penggerak yang dapat
mengarahkan kepada suatu hasil (tujuan). Kepala sekolah harus mampu
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, suasana kerja yang baik dan
harmonis agar dapat merangsang guru untuk semangat dalam bekerja sehingga
tujuan pendidikan yang dikehendaki dapat tercapai dan terlaksana sesuai visi dan
misi bersama.
Sebaliknya jika kepala sekolah sebagai motivator tidak berperan aktif dan
efektif, maka semangat guru dalam bekerja akan menurun. Menurunnya semangat
kerja guru akan berdampak pada prestasi siswa karena guru merupakan satu-
satunya orang yang mentransferkan ilmu pada siswa, terjadinya proses belajar
mengajar dikelas digerakkan oleh guru. Sehingga gurulah yang mempunyai peran
penting dalam meningkatkan kualitas siswanya untuk dapat pula meningkatkan
mutu pendidikan di sekolahnya.
Dalam hal ini kepala sekolah, harus dapat membina hubungan baik dengan
para guru. Peran kepala sekolah sebagai motivator adalah salah satu alat untuk
meningkatkan kinerja guru, dengan pemberian motivasi yang baik oleh kepala
sekolah diharapkan guru akan meningkatkan kinerjanya secara maksimal sehingga
tujuan yang dikehendaki dapat tercapai dengan baik.
Adapun gambar kerangka berfikir yang dapat memberi gambaran mengenai
permasalahan tersebut yaitu dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini sebagai
berikut.
35

Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran

Input Proses Output

Kondisi awal Strategi


 Kepala sekolah  Mengatur lingkungan
jarang berada di fisik agar tercipta
sekolah.
lingkungan yang
 Kurangnya
Masalah kondusif.
komunikasi antara
guru dan kepala  Mengatur suasana
Tujuan
sekolah. Rendah- kerja yang baik dan
Akhir
 Kurangnya arahan nya harmonis
dari kepala sekolah motivasi  Menanamkan Meningkat
dalam kerja kedisiplinan
meningkatkan -nya
kinerja guru. guru  Memberikan dorongan kinerja
 Kurangnya  Memberikan
guru.
motivasi yang penghargaan atas dasar
diberikan kepala prestasi kerja yang
sekolah baik.
 Guru enggan  Penyediaan sumber
meningkatkan
belajar yang memadai
kinerjanya.

Feedback
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 131 Jakarta Selatan yang beralamat di
Jl. RM. Kahfi I Kel. Cipedak Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan. Adapun waktu
pelaksanaan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 3. 1
Pelaksanaan Penelitian
No Jenis Kegiatan Bulan
2 3 4 5 6 7 8 9
1. Pemilihan Judul

2. Konsultasi

3. Pendekatan ke
sekolah
4. Meminta izin ke
sekolah

36
37

5. Pengumpulan
data
6. Pengelolaan data

B. Metodelogi Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis melalui penelitian
lapangan, yaitu mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya
sehingga memberi gambaran yang jelas tentang situasi-situasi di lapangan.
Alasan penulis memilih pendekatan penelitian ini karena menurut penulis
pendekatan kualitatif ini dapat lebih mudah menjawab permasalahan yang timbul.
Karena penelitian ini akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan
dengan grant question, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas.

C. Sumber Data Penelitian


Dalam penelitian tentang peran kepala sekolah sebagai motivator dalam
meningkatkan kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan ini, sumber datanya
yaitu : Kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan 10 orang guru sebagai sample
(yang dipandang cukup mewakili dari 42 guru) yang ada di SMPN 131 Jakarta
Selatan.

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis memerlukan beberapa
teknik. Adapun teknik pengumpulan data yang dimaksud adalah :
1. Observasi (pengamatan)
Dalam tahap ini, penulis tidak ambil bagian dalam kegiatan belajar
mengajar. Metode ini dilakukan untuk mengetahui proses interaksi antara
kepala sekolah dengan guru di SMPN 131 Jakarta Selatan. Pengamatan
38

dilakukan di SMPN 131 Jakarta Selatan baik dalam ruangan atau luar ruangan
sekolah. Data yang akan dikumpulkan melalui teknik observasi meliputi:
proses pemberian motivasi yang paling utama, letak geografis dan keadaan
lingkungan, sarana prasarana, tata ruang kerja.
Pengumpulan data dengan teknik ini dimaksudkan agar penulis dapat
melihat langsung kondisi yang ada pada SMPN 131 Jakarta Selatan yaitu
melihat bagaimana kepala sekolah berperan sebagai motivator dalam
meningkatkan kinerja guru.

2. Wawancara
Metode ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai peran
kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru di SMPN
131 Jakarta Selatan. Dalam hal ini peneliti akan mewawancarai pihak-pihak
terkait yang dapat memberikan informasi, yakni kepala sekolah atau wakil
kepala sekolah serta beberapa guru.
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada subjek-subjek yang
telah ditetapkan untuk mencari data-data yang dibutuhkan. Penulis
menggunakan wawancara bebas terpimpin maksudnya wawancara ini
dilaksanakan dengan menggunakan kerangka pertanyaan yang sudah
dipersiapkan penulis untuk diajukan kepada responden, akan tetapi cara
penyampaian pertanyaan tidak terlalu formal dan tidak kaku sekalipun sudah
ada kerangka pertanyaan yang sudah disiapkan oleh penulis. Adapun kisi-kisi
wawancara, dapat dilihat pada tabel 3. 2.
39

Tabel 3. 2
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Dimensi Ditunjukkan Indikator
kepada
1. Peran kepala sekolah Kepala  Pengaturan lingkungan
sebagai motivator Sekolah dan fisik
guru  pengaturan suasana kerja
dan disiplin
 pemberian dorongan,
 pemberian penghargaan
secara efektif
 penyediaan berbagai
sumber belajar melalui
pengembangan Pusat
Sumber Belajar
2. Upaya kepala sekolah Kepala  upaya yang dilakukan
dalam meningkatkan Sekolah kepala sekolah dalam
meningkatkan motivasi
motivasi kerja
kerja guru.
 faktor pendukung dan
penghambat dalam
memotivasi guru.

3. Kinerja guru kelas Kepala  Merencanakan kegiatan


Sekolah dan pembelajaran (KBM)
Guru  Menilai hasil proses
pembelajaran

3. Dokumentasi
Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data tertulis seperti sejarah
singkat, visi dan misi, letak geografis sekolah, Jumlah guru dan siswa, sarana
40

dan prasarana, rekapitulasi penilaian kinerja guru tahun 2013-2014, dan data-
data lain yang dapat dipergunakan sebagai kelengkapan data dalam penelitian
ini.

E. Teknik Analisis Data


Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap
selanjutnya adalah tahap analisis. Pada tahap ini data diolah dan dianalisis
sehingga dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk
menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.
Pada penelitian ini (kualitatif) analisis data dilakukan secara induktif.
Penelitian tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris.
Penelitian terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan
menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan.67 Analisis data
dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data yang dibutuhkan dan
kemudian temuan penelitian di lapangan dibentuk ke dalam bangunan teori bukan
dari teori yang telah ada, melainkan dikembangkan dari data lapangan.
Aktivitas analisis data yang penulis lakukan sejalan dengan Miles dan
Hurberman yaitu mereduksi data, penyajian data dan verifikasi atau menarik
kesimpulan. Mereduksi data yaitu mengumpulkan data dari lapangan yang
jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci, setelah
data direduksi selanjutnya yaitu menyajikan data untuk memahami dan
memudahkan kerja selanjutnya, dan yang terakhir adalah verifikasi atau menarik
sebuah kesimpulan. Penarikan kesimpulan tidak lepas dari fenomena
permasalahan yang diteliti.

1
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), Cet. 6,
h. 38.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian


1. Sejarah Berdirinya SMPN 131 Jakarta Selatan
SMPN 131 Ciganjur Jakarta Selatan, beralamat di Jl. RM. Kahfi I No.
50 Kel. Cipedak Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan dengan status sekolah
Negri dan nilai akreditas sekolah A (baik). Didirikan pada tanggal 9
September tahun 1979. Pada tahun 1979-2000an sekolah 131 ini masih
terbilang kumuh dalam artian ruang kelas belum memadai, sarana
pembelajaran belum lengkap, penataan lingkungan belum ada, disiplin
siswanya pun masih rendah dan kinerja guru belum maksimal. Kemudian
mulai di rehab pada tahun 2000 s.d 2002. Tahun 2002 mulai menempati
gedung baru. Tahun 2002 s.d 2005 mulai penataan sekolah, 2005 s.d 2007
penataan semua komponen sekolah, kemudian meningkatnya prestasi
akademis dan non akademis, menjadi juara lomba – lomba ektrakurikuler
dan lomba mata pelajaran, dan pada tahun 2007 sekolah SMPN 131
Jakarta Selatan masuk menjadi Sekolah Rintisan SSN (Standar Sekolah
Nasional).
Sejak sekolah 131 berdiri sampai sekarang sudah mengalami
pergantian kepala sekolah sebanyak 8 kali yaitu :
1) Drs. AM. Salah Bintana (1979-1985)

41
42

2) Dr. Anom Kerti (1985-1990)


3) Ismail, B. A (1990-1995)
4) Rahman Hanafi PA, B. A (1995-1997)
5) Ratna Komala, B. A (1997-2002)
6) Drs. Shaleh Ibrahim (2002-2005)
7) Drs. Sahminan Lubis (2005-2008)
8) Drs. H. Diponogoro Usul, M.Pd (2008-2012)
9) Drs. Djoko Towo HB, M. M. Pd (2012-sekarang)

2. Letak Geografis
Komitmen segenap faktor eksternal SMPN 131 Jakarta merupakan
energi utama yang ditanamkan untuk meraih produktivitas tinggi dan
membangun atmosfer kebersamaan, sehingga terselenggara layanan
pendidikan yang baik.
Berbagai faktor eksternal tersebut diantaranya adalah kondisi sosial
dan ekonomi masyarakat yang cukup baik stratanya; kondisi geografis
SMPN 131 Jakarta terbilang strategis karena berada dipinggir jalan utama
menuju ke pusat kota. Kondisi demografis sekolah yang cukup menunjang
proses pendidikan dengan dukungan masyarakat sekitar, sehingga
keamanan lingkungan SMPN 131 Jakarta relatif stabil.

3. Visi, dan Misi SMPN 131 Jakarta Selatan


a. Visi
“Unggul dalam prestasi berdasarkan imam dan taqwa serta berjiwa
kreatif, inovatif dan kompetitif”.
Indikator-indikator visi :
1. Unggul dalam pengembangan kurikulum
2. Unggul dalam perangkat pembelajaran
3. Unggul dalam PBM
4. Unggul dalam kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
5. Unggul dalam pengembangan fasilitas pendidikan
43

6. Terwujudnya sistem penilaian yang kontinu


7. Terwujudnya MBS yang sinergis
8. Terwujudnya Income Generating Activities
9. Unggul dalam prestasi akademik dan non akademik
10. Meningkatnya implementasi IMTAQ sebagai landasan pergaulan
11. Terwujudnya suasana lingkungan yang aman, asri dan kondusif
12. Terwujudnya team work yang kompak, cerdas, dan kreatif
13. Unggul dalam kecakapan hidup

b. Misi Sekolah
1. Melaksanakan pengembangan pemetaan kurikulum
2. Melaksanakan pengembangan silabus
3. Melaksanakan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP)
4. Melaksanakan pengembangan sistem penilaian
5. Melaksanakan pembelajaran CTL
6. Melaksanakan pengembangan profesionalisme pendidik dan tenaga
kependidikan
7. Melaksanakan peningkatan kompetensi guru
8. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga TU
9. Mengadakan monitoring dan evaluasi oleh kepala sekolah terhadap
kinerja guru dan tenaga TU.
10. Melaksanakan peningkatan kuantitas tenaga kependidikan
11. Melaksanakan pengembangan model pembelajaran
12. Melaksanakan pengembangan strategi pembelajaran
13. Melaksanakan pengembangan model penilaian.
14. Melaksanakan pengembangan bahan, sumber pembelajaran.
15. Melaksanakan pengembangan media pembelajaran.
16. Melaksanakan pengembangan sarana pendidikan
17. Melaksanakan pengembangan prasarana pendidikan
44

18. Melaksanakan penataan lingkungan sebagai pusat komunitas


belajar.
19. Melaksanakan pengembangan Income Generating Activities.
20. Melaksanakan pengembangan standar pencapaian ketuntasan
kompetensi.
21. Meningkatkan standar kelulusan tiap tahunnya.
22. Mengikuti lomba-lomba akademik dan non akademik
23. Melaksanakan pengembangan dan melengkapi administrasi sekolah
( yang wajib dan tidak wajib)
24. Melaksanakan Implementasi MBS
25. Melaksanakan monitoring dan evaluasi oleh sekolah tentang
kinerja sekolah.
26. Melaksanakan supervisi klinis oleh kepala sekolah
27. Melaksanakan pengembangan sekolah menuju ketercapaian SPM
28. Melaksanakan penggalangan pastisipasi masyarakat
29. Mengadakan jaringan informasi akademik di internal sekolah.
30. Membuat jaringan kerja secara vertikal dan horisontal.
31. Melaksanakan pendayagunaan potensi dan lingkungan sekolah
untuk pengembangan standar biaya pendidikan
32. Melaksanakan sistem subsidi silang.
33. Melaksanakan pengembangan perangkat model-model peniliaian
pembelajaran.
34. Melaksanakan Implementasi model evaluasi pembelajaran :
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
ulangan kenaikan kelas.
35. Melaksanakan pengembangan instrumen atau perangkat soal-soal
untuk berbagai evaluasi
36. Melaksanakan pengembangan lomba-lomba atau uji coba dalam
rangka peningkatan standar nilai.
37. Melaksanakan penerapan model-model pembelajaran bagi anak :
berprestasi, bermasalah, dan kelompok anak lainnya.
45

4. Kultur Sekolah
a. 30 menit sebelum belajar (pukul 06.00 – 07.00 WIB) seluruh siswa
dan siswi serta guru di SMPN 131 Jakarta Selatan wajib
melaksanakan tadarusan bersama. Bagi siswa diruang kelasnya
masing-masing dan untuk guru diruangan khusus yang disediakan
sekolah.
b. Seluruh warga sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf dan juga
siswa di SMPN 131 Jakarta Selatan wajib melaksanakan 5 S yaitu
senyum, salam, sapa, sopan dan santun terhadap orang tua (wali
murid), maupun terhadap tamu yang berkunjung kesekolah.
c. Peduli dan berbudaya lingkungan. Para guru setiap hari jumat wajib
menggunakan baju khas betawi untuk memperingati kebudayaan pada
lingkungan sendiri.
d. Hidup bersih (lingkungan sekolah bebas sampah). Seluruh warga
sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf dan juga siswa di SMPN
131 Jakarta Selatan wajib membuang sampah pada tempat yang telah
di sediakan dan wajib menjaga kebersihan sekolah. Upaya sekolah
dalam hal ini yaitu kepala sekolah telah menyediakan tempat sampah
pada setiap sudut sekolah, juga pada tiap kelas dan ruangan tertentu
seperti kantor.
e. Infak setiap hari jumat. Tiap masing-masing kelas dimintakan infak
seikhlasnya tanpa ada paksaan dari siapapun. Kemudian hasil infak
tersebut diumumkan setiap upacara hari senin. Uang infak tersebut
akan digunakan untuk pemeliharaan musholah, dan kegiatan
keagamaan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan rasa peduli
terhadap sesama.
f. Sholat juhur berjamaah. Untuk siswi dilaksanakan di musholah
sekolah dan untuk siswa di masjid dekat sekolah.
g. Gebyar jumsih (jumat bersih) dan senam. Setiap hari jumat pagi
sekolah mengadakan senam bersama untuk seluruh siswa dan juga
guru, kemudian setelah itu kerja bakti bersama. Dan kelas yang tidak
46

ada jadwal senam melaksanakan kegiatan pembinaan wali kelas.


Kegiatan ini dilakukan sesuai jadwal yang sudah disepakati bersama.

5. Program Unggulan
SMPN 131 Jakarta Selatan mempunyai program unggulan dalam
meningkatkan kualitas sekolahnya yaitu :
a. Moving kelas pendalaman materi
b. Adiwiyata (sekolah peduli dan berbudaya lingkungan)
c. Sekolah Standar Nasional (SSN)

6. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan


Untuk menunjang kelancaran kegiatan pembelajaran perlu didukung
tenaga pengajaran yang memadai sesuai dengan kebutuhan sekolah.
SMPN 131 Jakarta Selatan memiliki jumlah pendidik dan tenaga
kependidikan sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan dalam standar, hal
ini dibuktikan dengan jumlah tenaga pendidik yang cukup untuk
menangani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Adapun tenaga
pengajar yang terdapat di SMPN 131 Jakarta Selatan berjumlah 42 orang,
1 kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Dari data guru yang ada
terdapat 3 guru honorer dan 41 guru tetap. Adapun uraiannya dapat dilihat
pada tabel 4.1 dan 4.2 sebagai berikut.

Tabel 4. 1
Keadaan Kepala Sekolah
Nama Jabatan Jenis Usia Pend. Masa
Kelamin Akhir Kerja

Drs. Djoko Towo HB, M. M.Pd Kepala Sekolah L 54 S2 2

Pracoyo Agus Sumbodo,SPd Wakil Kepala L 51 S1 31


Sekolah
47

Tabel 4. 2
Keadaan Guru

Guru Pendidikan Jumlah


D1/D2 D3 S1/D4 S2/S3

IPA 5 5
Matematika 4 2 6
Bahasa Indonesia 3 3
Bahasa Inggris 1 3 4
Pendidikan Agama 2 2
IPS 3 2 5
Penjaskes 3 3
Seni Budaya 2 2
PKN 3 3
TIK/Keterampilan 2 2
BK 4 4
Tata Busana 1 1
PLKJ 2 2
Jumlah 1 37 4 42

Tabel 4. 3
Nama Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan

No Nama Guru Mata Pelajaran


1 Drs. H. Muslim Suhedi PKn
2 Dra. Siti Rokhimah Bahasa Indonesia
3 Tohiron Penjasorkes
4 Drs. Hari Fadjar S Matematika
5 Nurhabibah, S. Pd BK
6 Drs. Harwiyoto Penjasorkes
7 Surta Ully Sirait, S. Pd Matematika
8 Sriani, S. Pd Matematika
9 Ririen Asrini, S. Pd Bahasa Inggris
48

10 Drs. Lerman Sitindaon Seni Budaya


11 Faridah, S. Pd IPS
12 Ace Setiarukardi, SH PKn
13 Drs. Anang Triyuni A, MM Matematika
14 HJ. Halimah, S. Pd Bahasa Indonesia
15 Slamet Riyadi, S. Pd IPA
16 Hambali, S. Pd IPS
17 Erlina Rosmaida, S. Pd IPA
18 Suhainah, S. Pdi Pendidikan Agama Islam
19 Dini Trianti, S. Pd IPS
20 Drs. M. Kozin Prakarya
21 Nurhidayah, S. Pd IPA
22 Drs. Agus Setyadi W, M. Pd IPS
23 Devi Triana J, S. Pd IPA
24 Arfioni, S. Pd Matematika
25 Murti Iriyani, S. Pd PLKJ
26 Amathus Bujari, M, Pd IPS
27 Hj. Adriyati AR, S. Pdi Pendidikan Agama Islam
28 Dra. Mirdawani Bahasa Inggris
29 Yani Yuniartini, S. Pd BK
30 Drs. Purwanto PKn
31 Sri Mulyani, S.Pd BK
32 Nurhasanah, S. Pd Bahasa Indonesia
33 Drs. Endang Sutisna PLKJ
34 Harriy Ramudianto IPA
35 M. Ridwan TIK
36 Dra. Lilis Riwayati Prakarya/Tata Busana
37 Kombali, S. Pd Bahasa Inggris
38 Takdirsyah I, S. Pd Seni Budaya
39 Rochwayuningsih Prakarya/Tata Busana
49

40 Noviyanti, M. Pd Bahasa Indonesia


41 Dra. Naili Rahmasari, MM Pendidikan Agama Islam
42 Mai Riya Suzanna, S. Pd Bahasa Inggris

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 42 orang guru di SMPN
131 Jakarta Selatan terdiri dari 37 orang yang berijazah S. 1 dan 5 orang
berijazah S. 2 semuanya bersertifikat pendidik. Maka dapat diketahui bahwa
92% guru di SMPN 131 Jakarta Selatan memiliki latar belakang pendidikan
yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.

Adapun tenaga kependidikan di SMPN 131 Jakarta Selatan yaitu :


1. Tenaga administrasi : berjumlah 8 orang dengan latar belakang
pendidikan SLTA
2. Pustakawan : berjumlah 2 orang dengan latar belakang pendidikan
SLTA, sekarang sedang menempuh jenjang S. 1
3. Pramubhakti/pesuruh : berjumlah 4 orang, terdiri dari 2 orang pendidikan
SLTA, 2 orang pendidikan SLTP
4. Satpam : berjumlah 2 orang dengan latar belakang pendidikan SLTA

7. Keadaan Siswa
SMPN 131 Jakarta Selatan telah memenuhi standar dalam hal jumlah
peserta didik pada setiap rombongan belajar. Diketahui SMPN 131 Jakarta
Selatan memiliki 18 rombongan belajar yang terdiri dari 6 rombel kelas
setiap jenjangnya. Adapun jumlah siswa di SMPN 131 Jakarta Selatan pada
tahun 2013/2014 seluruhnya berjumlah 648 orang, terdiri dari 36 siswa tiap
kelasnya. Adapun jumlah peserta didik menurut jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
50

Tabel 4. 4
Keadaan siswa di SMPN Jakarta Selatan menurut jenis kelamin tahun
ajaran 2013/2014
No Kelas Siswa Jumlah
L P
1. VII 90 126 216

2 VIII 96 120 216

3 IX 87 129 216

8. Sarana Prasarana
Sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan adalah sekolah milik Pemda DKI
(bukti kepemilikan sertifikat no 208 tanggal 4 September 1984). Dengan
luas lahan sekolah 3395 meter persegi dan luas bangunan gedung 2520
meter persegi dan intalasi listrik 32000 watt. Adapun sarana prasarana
SMPN 131 Jakarta dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut.

Tabel 4. 5
Sarana dan Prasarana SMPN 131 Jakarta Selatan
NO Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan

1 Ruang kelas, terdiri dari : 18 Semua ruangan memenuhi


1. Kelas VII 6 rasio minimum 2 meter persegi
per peserta didik dan kondisi
2. Kelas VIII 6
ruangan baik
3. Kelas IX 6

2 Perabot ruang belajar lainnya,


terdiri dari :

1. Perpustakaan 1 Luas 72 meter persegi, letak


strategis dan sarana ruang
perpustakaan yang tersedia
lengkap 75% memenuhi SNP
(Standar Nasional Pendidikan)
51

2. Lab. IPA 1 Luas ruangan 93 meter persegi.


Sarana lab. IPA 100%
memenuhi SNP (Standar
Nasional Pendidikan)

3. Lab. Komputer 1 Luas bangunan 28 meter


persegi. Sarana prasarana 85%
memenuhi SNP (Standar
Nasional Pendidikan)

4. Lab. Bahasa 1 Luas bangunan 72 meter


persegi. Sarana prasarana 100%
memenuhi SNP (Standar
Nasional Pendidikan)

5. Lab. IPS 1 Luas bangunan 56 meter


persegi. Sarana prasarananya
65% memenuhi SNP (Standar
Nasional Pendidikan)

6. Audio Visual 1 Luas bangunan 84 meter


persegi. Sarana prasarana 80%
lengkap.

7 Ruang kantor , terdiri dari :

1. Ruang kepala sekolah 1 Luas bangunan 42 meter


persegi. Sarana prasarana 100%
memenuhi SNP (Standar
Nasional Pendidikan)

2. wakil kepala sekolah 1 Luas bangunan 21 meter


persegi. Sarana prasarana 100%
memenuhi SNP (Standar
Nasional Pendidikan)

3. Guru 1 Luas bangunan 84 meter


persegi. Sarana prasarana 100%
memenuhi SNP (Standar
52

Nasional Pendidikan)

4. Tata usaha 1 Luas bangunan 56 meter


persegi. Sarana prasarana 100%
memenuhi SNP (Standar
Nasional Pendidikan)

8 Ruang penunjang, terdiri dari :

1. UKS 1 Luas bangunan 21 meter


persegi. Sarana prasarana
lengkap

2. OSIS 1 Luas bangunan 21 meter


persegi. Sarana prasarana 65%
memenuhi SNP (Standar
Nasional Pendidikan)

3. Sanggar 1 Luas bangunan 21 meter


persegi. Sarana prasarana 70%
memenuhi SNP (Standar
Nasional Pendidikan)

4. WC 2 Memiliki 4 WC guru dan 16


WC peserta didik, bangunan
permanen. Sarana prasarana
95% memenuhi SNP (Standar
Nasional Pendidikan)

5. BK 1 Luas bangunan 30 meter


persegi. Sarana prasarana 100%
memenuhi SNP (Standar
Nasional Pendidikan)

6. Kantin Sekolah 1 Memiliki 7 kantin dan 1 ruang


koperasi dan memenuhi SNP
(Standar Nasional Pendidikan)
53

7. Gudang 1 Luas bangunan 35 meter


persegi

8. Dapur 1 Luas bangunan 35 meter


persegi

9. Mushollah 1 Luas bangunan 54 meter


persegi dan bangunan lantai 2

10. Rumah penjaga/pos 1 Dengan kondisi baik

9 Lapangan, terdiri dari : 1 Luas 352 meter persegi. Sarana


 Lapangan olahraga prasarana belum sepenuhnya
a. Basket terpenuhi, 55% terpenuhi.
b. Futsal Kondisi lapangan baik.
c. Volly Ball
d. Bulu Tangkis.
e. tenisMeja
 Lapangan upacara

Selain itu sekolah juga menyediakan WIFI, OHP 2 buah, INFOCUS 9


buah, HANDICAM, CD untuk pembelajaran bahasa Inggris, MIPA, IPS
dalam rangka menunjang terlaksananya proses belajar mengajar yang
efektif.
Dengan demikian dari data tersebut dapat diketahui bahwa sarana
prasaran di SMPN 131 Jakarta Selatan 92% kurang lebih sudah memenuhi
SNP (Standar Nasional Pendidikan) dan sekitar 95% calon siswa
dikecamatan mendapat akses belajar disekolah tersebut dengan baik.

9. Ekstrakurikuler
SMPN 131 Jakarta Selatan sudah menyediakan beberapa kegiatan
ektrakurikuler bagi peserta didik. Sekolah juga telah memberikan
bimbingan secara umum dalam hal pemilihan jenis kegiatan
54

ekstrakurikuler dan keterampilan bagi peserta didik. Kegiatan


ekstrakurikuler di SMPN 131 Jakarta Selatan ada 12 jenis kegiatan yang
alhamdulillah semuanya masih aktif dijalankan. Adapun uraian kegiatan
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut.
Tabel 4. 6
Ekstrakurikuler di SMPN 131 Jakarta Selatan

No Ekstrakurikuler Pembina Peminat

1. Bola volly putra Drs. Endang Sutisna 2 tim

2. Bola volly putri Ita setiyawati 2 tim

3. Basket putra Drs. Endang Sutisna 2 tim

4. Basket putri Drs. Endang Sutisna 2 tim

5. Silat Royani 85 orang

6. Pramuka pasus Hambali dan Nurhasanah Semua siswa

7. PMR dan Paskibra Yani Yuniartini 4 regu

8 Futsal Aris Munandar 2 tim

9. Bulu tangkis Hambali 16 orang

10. Karya ilmiyah remaja Hari Pramudya 32 orang

11. English club Mirdawani 60 orang

12. Seni lukis Takdirsyah 36 orang

13. Vocal group Lerman 70 orang

14 Rohis Suhainah 85 orang


55

Dari ekstrakurikuler tersebut terdapat ekstrakurikuler wajib yang harus


diikuti oleh peserta didik yaitu pramuka. Karena pada kegiatan pramuka di
dalamnya terdapat banyak pendidikan karakter.
Kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 131 Jakarta Selatan diorganisir
secara terprogram yang terdiri ada perencanaan, catatan kegiatan dan lain-
lain. Beberapa kegiatan tersebut pun sudah ada yang diikut sertakan dalam
beberapa perlombaan dan mejuarai perlombaan tersebut seperti voly,
futsal, pramuka, vocal group, karya ilmiyah remaja, dan juga silat.

10.Prestasi Sekolah/Siswa
2006/2007
 Prestasi akademik
a. Lomba melukis : juara 2 tingkat provinsi
b. Lomba eksamble : juara 3 tingkat kabupaten/kota
c. Karya ilmiyah : juara 1 tingkat kabupaten/kota 2006/
d. Bahasa Inggris : juara 3 tingkat kabupaten/kota 2007
e. Lobojari : juara 3 tingkat provinsi
f. Lomba MTK dan IPA : juara 1 tingkat kota Jakarta Selatan (2011)
g. KIR IPS : juara 2 tingkat kota DKI (2012)
h. Peringkat 1 berturut-turut UN tingkat Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan
dari 33 SMP di DKI (2010-sekarang).
 Prestasi non akademik
1) Turnamen futsal : juara 1 sejabotabek
2) Turnamen futsal : juara 2 tingkat kabupaten/kota
3) Yel pramuka : juara 1 tingkat provinsi
4) Penggalang putra : juara 2 tingkat provinsi 2006/
5) Penggalang putri : juara 2 tingkat provinsi 2007
6) Turnamen voly : juara 2 tingkat kabupaten/kota
7) Bazar : juara 1 tingkat kabupaten/kota
8) LKBB hari pramuka : juara 1 tingkat provinsi
9) Pramuka pansus : juara 1 sejabotabek (2012)
56

10) Silat : juara 1 nasional tingkat SMP (2012)


11) Paduan suara : juara 1 tingkat kota DKI (2013)

Bila kita lihat dari data prestasi siswa, penulis menyimpulkan bahwa
prestasi siswa di SMPN 131 Jakarta Selatan setiap tahunnya mengalami
peningkatan, baik prestasi akademik maupun prestasi di bidang non
akademik. Prestasi akademik peserta didik mengalami peningkatan yang
berarti dibuktikan dengan peringkat dalam Ujian Nasional (UN) mulai dari
peringkat 4 ke peringkat 2 dan kemudian meningkat lagi ke peringkat 1.
Sedangkan di bidang non akademik peningkatan yang dibuktikan dengan
bertambahnya piala, piagam penghargaan baik tingkat kecamatan, kota dan
provinsi. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran kepala sekolah dan juga
guru.

B. Deskripsi Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya. Wawancara disusun berdasarkan pada pokok materi
penelitian yaitu “Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dalam Meningkatkan
Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan. Wawancara dilakukan kepada kepala
sekolah, wakil kepala sekolah dan 10 orang guru dengan bidang mengajar yang
berbeda yang dipandang cukup mewakili.
Setelah didapat data hasil observasi, wawancara, dan studi dokumen maka
hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator di SMPN 131
Jakarta Selatan
Peran kepala sekolah sebagai motivator sangat penting pengaruhnya
bagi peningkatan kinerja guru. Karena selain dorongan dari dalam diri guru
juga memerlukan dorongan dari luar untuk dapat meningkatkan kualitas
kerjanya. David Mc.Celland, menjelaskan bahwa setiap orang memiliki
57

kebutuhan yang mendorong kemauan berprestasi yaitu dorongan kerja untuk


berprestasi. Untuk itu kepala sekolah harus senantiasa memperhatikan
motivasi kerja guru, agar guru dapat terus giat mengajar dan mengoptimalkan
kinerjanya.
Adapun peran kepala sekolah sebagai motivator di SMPN 131 Jakarta
Selatan berdasarkan wawancara penulis dengan kepala sekolah, yaitu :
Pertama, Kepala sekolah menumbuhkan motivasi kerja guru dengan
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yaitu dengan mengatur
lingkungan kerja fisik yang meliputi ukuran ruang kerja yang sesuai dengan
kebutuhan, penerangan yang cukup, pengendalian tingkat kebisingan yang
mana SMPN 131 Jakarta Selatan berada dipinggir jalan, menjaga kebersihan
tempat kerja seperti memberi himbauan yang melibatkan partisipasi
karyawan, guru dan siswa untuk selalu menjaga lingkungan sekolah agar
tetap rapi dan bersih sehingga kegiatan belajar mengajar dapat kondusif, serta
tersedianya peralatan kerja.1 Dengan hal tersebut diharapkan guru akan
merasa nyaman ketika bekerja sehingga guru termotivasi untuk melaksanakan
tugasnya dengan baik.
Kedua, menumbuhkan suasana kerja yang baik dan harmonis. Kepala
sekolah melakukan pendekatan terhadap guru yaitu dengan menumbuhkan
rasa kebersamaan, kekompakaan, dan kerja sama yang baik terhadap guru
dengan rasa kekeluargaan.2 Kepala sekolah juga menumbuhkan sifat
keterbukaan terhadap guru yaitu dengan bersikap ramah tamah terhadap guru,
salam dan sapa terhadap guru tanpa pandang pangkat.3 Dengan demikian
diharapkan guru tidak merasa takut karena menganggap kepala sekolah
sebagai atasan dengan bawahan, akan tetapi guru dapat menganggap kepala
sekolah sebagai orang yang mempunyai tujuan yang sama yang kemudian
dapat bersatu untuk mencapai tujuan bersama tersebut.

1
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa,
tanggal 3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB.
2
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa,
tanggal 3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB.
3
Hasil Wawancara dengan ibu Ace Setiarukardi (Guru Pkn), pada hari Rabu, tanggal 20
Agustus 2014, Pukul 09.00-10.30 WIB.
58

Selain itu untuk menciptakan suasana yang baik dan harmonis kepala
sekolah selalu membiasakan kepada seluruh warga sekolah untuk
menanamkan 5S yaitu senyum, salam, sapa, sopan dan santun.4 Karena
ketika kepala sekolah, dewan guru juga para siswa bertemu mereka tidak
sungkan untuk saling menyapa, bersalaman dan tidak lupa tersenyum. Hal ini
juga dilakukan kepada tamu yang berkunjung kesekolah seperti kepada
peneliti.
Ketiga, menanamkan kedisiplinan. Kepala sekolah memotivasi guru
dengan cara menegakkan kedisiplinan yaitu dengan membuat peraturan-
peraturan yang wajib dilaksanakan oleh guru.5 Karena terkadang motivasi itu
timbul dari sebuah paksaan atau peraturan yang mengikat. Dalam
menanamkan kedisiplinan kepada guru, kepala sekolah juga menjadikan
dirinya sebagai tauladan bagi guru yaitu dimulai dari mencontohkan hal kecil
seperti disiplin pada waktu masuk kesekolah. Kepala sekolah selalu datang
kesekolah sebelum peserta didik hadir di sekolah melakukan pendekatan
kepada peserta didik dengan menyapa dan bersalaman di depan halaman
sekolah. Meskipun kepala sekolah mempunyai kegiatan lain di luar sekolah,
kepala sekolah selalu menyempatkan diri untuk hadir kesekolah sebelum
peserta didik hadir.6 Dengan hal tersebut para guru mengakui termotivasi
untuk selalu datang kesekolah sebelum peserta didik hadir di sekolah.
Keempat, memberikan penghargaan kepada guru atas dasar prestasi kerja
yang baik. Kepala sekolah memberikan sesuatu pada guru secara perorangan
atau kelompok yang mempunyai kinerja baik atau melakukan suatu
keunggulan dibidang tertentu. Penghargaan tersebut biasanya berupa
sertifikat dan kadang-kadang disertai dengan pemberian hadiah berupa uang.7

4
Hasil Wawancara dengan ibu Naili Rahmasari (guru Pend. Agama Islam), pada hari
Rabu, tanggal 13 Agustus 2014, pukul 09.30-10.30 WIB.
5
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa, tanggal
3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB.
6
Hasil Wawancara dengan ibu Nurhasanah (guru Bahasa Indonesia), pada hari Rabu,
tanggal 20 Agustus 2014, pukul 12.00-13.00 WIB.
7
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa, tanggal
3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB.
59

Contohnya seperti pada guru bidang matematika kelas VII, VIII, dan IX yang
telah dapat meningkatkan prestasi belajar siswanya dalam mata pelajaran
matematika dengan nilai yang melebihi standar kelulusan. Dengan hal
tersebut kepala sekolah memberikan penghargaan berupa sertifikat dan uang
sebagai penghargaan atas dasar prestasi kerja yang baik. Kemudian
mengumumkan secara resmi prestasi guru tersebut kepada seluruh warga
sekolah dalam kegiatan upacara hari senin.8 Pemberian penghargaan tersebut
selain untuk memotivasi guru dalam bekerja juga untuk menghargai usaha
yang telah dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan kinerjanya.9
Sehingga guru akan terus berlomba-lomba untuk meningkatkan kinerjanya
dengan cara bersungguh-sungguh dalam bekerja.
Kelima, melakukan dorongan secara individual. Kepala sekolah
memotivasi guru secara individual dengan memperhatikan masing-masing
guru kemudian memberikan motivasi sesuai kebutuhan. Bila dirasa ada salah
satu guru yang mulai menurun kinerjanya. Maka kepala sekolah akan
memanggil guru tersebut dan kemudian mengajaknya berdiskusi,
menanyakan masalah yang sedang timbul sehingga guru dapat menceritakan
keluh kesahnya kepada kepala sekolah dan masalah tersebut diharap dapat
diatasi dengan mencari solusi bersama.
Keenam, menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Kepala
sekolah berusaha menyediakan kebutuhan guru dalam menunjang proses
belajar mengajar yang efektif. Seperti menyediakan sumber belajar, media
dan alat pembelajaran. Pada sumber belajar kepala sekolah telah menambah
referensi buku, mendatangkan orang yang ahli pada bidang tertentu sesuai
kebutuhan dalam mengajar, menyediakan alat seperti INFOCUS, Radio, alat
peraga untuk lab. IPA. Sarana dan prasarana di SMPN 131 Jakarta Selatan

8
Hasil Wawancara dengan ibu Naili Rahmasari (guru Pend. Agama Islam), pada hari
Rabu, tanggal 13 Agustus 2014, pukul 09.30-10.30 WIB.
9
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa, tanggal
3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB.
60

92% kurang lebih sudah sesuai dengan SNP (Standar Nasional Pemerintah).10
Untuk menjaga keutuhan sarana prasarana, kepala sekolah melakukan
pengecekan sarana dan prasarana secara konvensional sekolah setiap 2 tahun
sekali, yaitu mengadakan pengecatan, untuk pemeliharaan bersifat insidentil
(rusak langsung diperbaiki) dan menghimbau kepada seluruh warga sekolah
untuk menjaga sarana dan prasarana tersebut dengan merawatnya agar tidak
cepat rusak. Dan dalam pemenuhan kebutuhan proses belajar mengajar kepala
sekolah sedang berupaya untuk membangun ruang praktek prakarya serta alat
prakteknya dalam pemenuhan mata pelajaran prakarya, yaitu dengan mencari
dana untuk mengatasi hal tersebut.11
Dalam rangka meningkatkan motivasi kerja guru kepala sekolah
melakukan beberapa upaya lain yaitu pertama, kepala sekolah melakukan
penyesuain penempatan jabatan. Penempatan jabatan disesuaikan dengan
karakteristik pribadi individual guru dilihat dari latar belakang pendidikan,
ijazah, keahlian, pengalaman kerja yang diminati dan sikap serta
kepribadiannya.12 Dalam hal ini kepala sekolah menempatkan guru dalam
posisi yang tepat, sehingga mereka merasa senang, serta potensinya dapat
dimanfaatkan dan pelaksanaan pendidikan dapat dipertanggung jawabkan.
Karena jika penempatan jabatan tidak sesuai dengan kemampuannya, maka
kinerja guru tidak akan maksimal. Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan 92%
memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diampunya, hal ini dinyatakan oleh wakil kepala sekolah saat wawancara.
Kedua, menerima saran dan keritik. Kepala sekolah menerima saran
maupun kritik yang muncul dari semua pihak baik itu guru, staf, dan pegawai
lainnya. Dengan demikian diharapkan guru, staf dan pegawai lainnya akan
termotivasi untuk memberikan ide, saran ataupun kritik terkait

10
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa,
tanggal 3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB.
11
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Kamis,
tanggal 5 Juni 2014, Pukul 09.00-11.00 WIB.
12
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Kamis,
tanggal 5 Juni 2014, Pukul 09.00-11.00 WIB.
61

pengembangan sekolah yang kemudian di musyawarahkan bersama untuk


pengambilan keputusan.
Keempat, kepala sekolah mengadakan program kegiatan untuk
meningkatkan kemampuan melalui penyetaraan latar belakang pendidikan
guru dengan mengikuti beberapa program dari Depdiknas seperti : Penataran,
Diklat dan Metode Pengajaran, Lokakarya atau sejenisnya, atau diluar
Depdiknas seperti : mengikuti seminar, mengundang ahli dalam bidang
tertentu kesekolah misalnya ahli bidang kurikulum yaitu untuk menjelaskan
kurikulum 2013. Hal ini dilakukan kepala sekolah untuk memotivasi guru
agar dapat meningkatkan kemampuannya melalui kegiatan yang dilakukan
kepala sekolah. kegiatan tersebut akan dapat menambah pengetahuan kepada
guru untuk dapat meningkatkan kinerjanya.
Kelima, melakukan pengawasan yang berkelanjutan dan menyeluruh
yaitu kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap guru dalam
melaksanakan suatu kegiatan, juga material dalam pemenuhan kebutuhan,
dan hambatan-hambatan yang terjadi. Pengawasan tersebut dilakukan agar
kepala sekolah dapat mengetahui kesalahan, kekurangan dan hambatan yang
terjadi dalam pelaksanaan kegiatan.
Keenam, kepala sekolah melakukan evaluasi dengan cara melakukan
penilaian kinerja terhadap seluruh guru di SMPN 131 Jakarta Selatan yang
dilakukan setiap akhir semester. Kemudian memberikan masukan apabila
terdapat kesalahan atau kekurangan sesuai dengan kriteria yang diharapkan
dan memberikan solusi bila ada hambatan-hambatan yang dirasa oleh guru.
Ketujuh, perbaikan suasana kerja. kepala sekolah senantiasa memperbaiki
suasana kerja agar tetap terjaga suasana kerja yang baik dan harmonis yaitu
dengan cara :
1. Kepala sekolah melakukan pendekatan tidak langsung dalam
menciptakan motivasi, melalui suasana organisasi yang mendorong
para tenaga kependidikan lebih produktif.
62

2. Menjadikan suasana organisasi yang membaik dalam artian suasana


organisasi yang diciptakan berdasarkan keseragaman, tangung jawab,
transparansi, penghargaan dan semangat kelompok dalam bekerja.
3. Memperbaiki kepercayaan di dalam organisasi yaitu kepala sekolah
berusaha menciptakan suasana saling percaya untuk membangun
hubungan yang lebih baik antara kepala sekolah dengan tenaga
kependidikan dalam penyelesaian tugas.13

Peran kepala sekolah sebagai motivator selama ini sudah cukup baik
namun kepala sekolah masih belum melaksanakannya secara optimal. Yaitu
masih ada sarana prasarana yang belum memadai dalam menunjang
terlaksananya proses belajar mengajar seperti belum adanya ruang praktek
dan alat praktek dalam pemenuhan mata pelajaran prakarya.14 Dengan hal ini
sedikit mempersulit guru mata pelajaran prakarya dalam memberikan materi
pembelajaran. Adapun kekurangan lainnya yaitu tentang kedisiplinan guru
dalam mengajar yaitu masih adanya guru yang telat datang kekelas ketika bel
pergantian mata pelajaran dengan alasan yang berbeda-beda sehingga anak
murid yang memanggil guru tersebut untuk mengajar. Meskipun guru selalu
datang sebelum peserta didik hadir di sekolah, namun masih ada guru yang
telat datang kekelas. Hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan dari kepala
sekolah terhadap guru karena kepala sekolah jarang berada di tempat.
Kurang optimalnya kepala sekolah terjadi karena kepala sekolah sering
melimpahkan wewenang kepada wakilnya dalam penyelesaian tugas. Hal ini
terjadi karena kondisi kepala sekolah yang jarang berada di tempat. Kondisi
tersebut mulai dirasa oleh wakil kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan
ketika kepala sekolah menjabat di dua tempat dengan jabatan yang sama yaitu
menjadi kepala sekolah di SMP 239 daerah Tanjung Barat. Kondisi seperti ini

13
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Kamis,
tanggal 5 Juni 2014, Pukul 09.00-11.00 WIB.
14
Hasil Wawancara dengan ibu Rochwayuningsih (guru Prakarya/Tata Busana Kls. VII),
pada hari Selasa., tanggal 5 Agustus 2014, pukul 09.30-10.30 WIB.
63

ternyata baru terjadi selama 2 bulan. Terjadi karena kepala sekolah di SMP
239 pensiun dan belum mendapat kepala sekolah baru sebagai pengganti
kepala sekolah lama. Kemudian menurut informasi dari wakil kepala sekolah
ada kebijakan yang memperbolehkan bahwa bila belum ada kepala sekolah
pengganti maka kepala sekolah yang terdekatlah yang ditunjuk untuk menjadi
kepala sekolah sementara sebagai pelaksana tugas kepala sekolah lama di
sekolah tersebut. Alasan kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta Selatan
ditunjuk sebagai pengganti kepala sekolah lama atau sebagai pelaksana di
sekolah tersebut karena beliaulah yang menjadi ketua sanggar 032 Jakarta
Selatan atau ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) Kec.
Jagakarsa Jakarta Selatan.15
Dengan hal tersebutlah kiranya kepala sekolah menjadi sibuk diluar
sekolah, akan tetapi kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta Selatan mengaku
selalu siap dengan kondisi demikian karena ketika dibutuhkan kepala sekolah
selalu mengupayakan dirinya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan wakil
kepala sekolah pun tidak merasa keberatan, karena mereka sering
mendiskusikan hal tersebut terkait dengan pembagian tugas dan waktu dalam
penyelesaian tugasnya. Jadi menurut mereka hal tersebut tidak menjadi
masalah besar yang harus dikhawatirkan selagi masih adanya komunikasi
yang baik antara kepala sekolah dengan wakilnya. Hal ini dibuktikan dengan
adanya hasil dari upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dan juga
wakilnya yaitu sudah dapat menghasilkan peningkatan yang baik pada kinerja
guru, meskipun upaya tersebut sering dijalankan oleh wakil kepala sekolah
dan ditambah dengan kesejahteraan guru yang baik. Karena hampir seluruh
guru di SMPN 131 Jakarta Selatan sudah bersertifikat pendidik, sehingga
menjadi pendukung kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai
motivator untuk meningkatkan kinerja guru. Beban kerja yang diterima guru
telah sesuai dengan kemampuan dan gaji yang diberikan sehingga dapat
meningkatkan motivasi kerja guru untuk mengoptimalkan kinerjanya. Dengan

15
Hasil Wawancara dengan Pracoyo Agus Sumbodo, S.Pd (wakil kepala sekolah), pada
hari Senin., tanggal 29 September 2014, pukul 09.30-10.30 WIB.
64

terpenuhinya kesejahteraan guru tersebut, maka akan timbul motivasi dalam


diri guru untuk giat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja. Sehingga guru
akan terus meningkatkan kinerjanya. Dengan demikian guru di SMPN 131
Jakarta Selatan memiliki motivasi kenerja yang baik pada dirinya, meskipun
kepala sekolah tidak secara langsung memberikan motivasi kepada guru di
sekolah tersebut. Namun guru di SMPN 131 Jakarta Selatan tetap
bersemangat dalam menjalankan tugasnya, hal ini terjadi karena terpenuhinya
kebutuhan guru terutama kebutuhan pribadi yaitu kesejahteraannya.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat


Dalam menjalankan perannya sebagai motivator kepala sekolah
menemukan beberapa faktor penghambat dan pendukung diantaranya
yaitu:
1. Faktor Pendukung
1. Lingkungan kerja yang kondusif.
2. Sarana dan prasarana yang memadai.
3. Seluruh guru sudah sertifikasi.
4. Kesejahteraan yang baik.
2. Faktor Penghambat
1. Masih adanya guru yang malas dalam bekerja.
Perpektif kepala sekolah : guru dalam bekerja biasanya terjadi
karena status guru yang tidak lama lagi akan pensiun.
2. Minimnya kemauan guru untuk meningkatkan kinerjanya.
Perspektif kepala sekolah : terkadang seseorang bekerja ada yang
dari hati dan ada pula karena tuntutan hidup. Orang yang bekerja
dari hati pasti berbeda dengan orang yang bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidup saja. profesi guru adalah pekerjaan
yang didasari oleh panggilan jiwa. Karena tugasnya bukan hanya
mengajar anak tetapi juga mendidik anak. Oleh karenanya guru
adalah pekerjaan yang paling mulia karena prosesnya adalah
memanusiakan manusia lainnya. Perannya sebagai guru karena
65

panggilan jiwa, pasti akan bekerja dengan penuh ketulusan hati


dan semangat dalam mencapai suatu tujuan. Berbeda dengan guru
yang hanya mengharapkan gaji. karena dia bekerja hanya untuk
memenuhi suatu kebutuhan hidup dan hanya menggugurkan suatu
kewajiban tanpa ada keinginan untuk meningkatkan kinerjanya.16

3. Peningkatan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan atas


Motivasi yang di berikan Kepala Sekolah

Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan


prestasi siswa karena gurulah yang sering turun langsung berhadapan
dengan siswa. Oleh karena itu guru juga mempunyai peran penting dalam
meningkatkan kualitas dan mutu sekolah. Dengan demikian rasanya
peranan tersebut tidak lepas dari tugas yang begitu berat sehingga
keberhasilan dalam penyelesaian tugas sangat tergantung pada kinerja guru
tersebut. Maka dengan itu perlu adanya penggerak untuk meningkatkan
kemauan pada guru, agar dapat bekerja dengan baik.

Guru di SMPN 131 Jakarta selatan sudah melaksanakan pekerjaannya


dengan baik walaupun belum di kerjakan secara maksimal. Kinerja yang
baik adalah harapan bagi setiap sekolah untuk dapat menciptakan
peningkatan di dalamnya. Untuk meningkatkan kinerja tersebut kepala
sekolah telah memberikan motivasi sebagaimana perannya sebagai
motivator, yang mana peran tersebut telah penulis paparkan pada alinea
sebelumnya.

Adapun peningkatan kinerja yang dirasa guru atas motivasi yang


diberikan kepala sekolah berdasarkan hasil wawancara penulis kepada
guru yaitu guru lebih giat dalam bekerja (KBM/Kegiatan Belajar
Mengajar) yaitu dalam membuat perencanaan dan persiapan mengajar,
penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa, pemberian metode

16
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa,
tanggal 10 Juni 2014, Pukul 10.00-11.30 WIB.
66

yang bervariasi, pemberian tugas-tugas kepada siswa, mengelola kelas,


melakukan penilaian dan evaluasi serta dapat mengimplementasikan
kurikulum 2013.17 Hal tersebut dapat dibuktikan pada data evaluasi diri
sekolah (SMPN 131 Jakarta Selatan) yang dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.

Tabel 4.7
Evaluasi Diri Sekolah (SMPN 131 Jakarta Selatan)
Ringkasan Deskripsi Sekolah Indikator Pencapaian
Menurut Indikator dan
Berdasarkan Bukti
Silabus
 100% (44 orang) pendidik di  Silabus sudah dikembangkan
SMPN 131 Jakarta Selatan oleh sekolah dan disesuaikan
memiliki silabus. dengan situasi dan kondisi
 Silabus dikembangkan sekolah.
didasarkan pada standar isi,  SMPN 131 Jakarta Selatan
standar kompetensi lulusan, dan selalu mempertimbangkan
kurikulum tingkat sekolah. kesesuaian antara mata
 Silabus mengarah pada pelajaran dan komponennya
pencapaian SKL. dalam penyusunan silabus.

 Silabus selalu dikaji setiap tahun  Program dan kegiatan

untuk disesuiakan dengan pembelajaran sudah relevan

perubahan kebutuhan dengan tingkat usia dan minat

pembelajaran peserta didik.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

17
Hasil Wawancara dengan 10 orang guru mata pelajaran.
67

 100% (42 orang) pendidik di  Guru-guru di sekolah SMPN


SMPN 131 Jakarta Selatan 131 Jakarta Selatan membuat
menyusun program semester RPP berdasarkan Program
dan program tahunan. tahunan (PROTA), Program
 100% (42 orang) pendidik Semester (PROSEM) dan
SMPN 131 Jakarta Selatan silabus.
memiliki Rencana Pelaksanaan  Guru-guru di SMPN 131
Pembelajaran (RPP). Jakarta Selatan
 RPP dikaji/direview setiap mempertimbangkan berbagai
tahun. kebutuhan pembelajaran yang

 RPP mencangkup/memuat berbeda dan merencanakan

identitas mata pelajaran, SK, pembelajaran berdasarkan

KD, indikator pencapaian, kebutuhan tersebut.

tujuan materi  Guru-guru di SMPN 131


pembelajaran,
ajar, alokasi waktu, metode Jakarta Selatan mengkaji ulang

pembelajaran, kegiatan RPP setelah mengajar untuk

pembelajaran, penilaian hasil membantu merencanakan

pembelajaran, dan sumber pembelajaran selanjutnya.

belajar
Pelaksanaan Proses Pembelajaran

 Selain teks, pendidik di SMPN  Guru-guru di SMPN 131


131 Jakarta Selatan Jakarta Selatan selalu
menggunakan sumber belajar menggunakan alat peraga
lainnya yaitu panduan guru, dalam pembelajaran dan
buku pengayaan, buku referensi, memperbaharuinya.
dan buku sember belajar  Beberapa (sekitar 40%) guru di
lainnya. SMPN 131 Jakarta Selatan
 Guru di SMPN 131 Jakarta cukup kreatif dalam memilih
Selatan memanfaatkan bahan yang sesuia.
lingkungan sebagai sumber  Sebagian (sekitar 70%) besar
68

belajar. guru di SMPN 131 Jakarta


Selatan mendapatkan bahan
penunjang pembelajaran dalam
jumlah yang cukup.
 Sebagaian besar (sekitar 90%)
guru di SMPN 131 Jakarta
Selatan memakai hasil karya
peserta didik sebagai alat
peraga dalam proses
pembelajaran.

Pelaksanaan Pembelajaran

 Kehadiran peserta didik 99 s.d  Guru-guru di SMPN 131


100% setiap harinya dan peserta Jakarta Selatan secara teratur
didik memiliki motivasi dan menggunakan metode
terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang beragam.
pembelajaran.  Guru-guru di SMPN 131
 Dalam proses pembelajaran Jakarta Selatan melaksanakan
100% guru di SMPN 131 pembelajaran secara bertahap
Jakarta Selatan menerapkan dan menarik.
pembelajaran yang aktif, kreatif,  Guru-guru di SMPN 131
efektif dan menyenangkan Jakarta Selatan tidak hanya
(eksploratif, kolaboratif, mengarahkan pembelajaran,
konfirmatif) tapi juga memberi kesempatan
 100% guru di SMPN 131 bagi peserta didik untuk
Jakarat Selatan mengelola kelas menyampaikan pendapat dan
dengan efektif, mengatur tempat terlibat secara aktif.
duduk sesuai dengan karakter  Sebagian besar (sekitar 90%)
mata pelajaran, memajang hasil peserta didik memiliki
karya siswa. motivasi dan terlibat aktif
dalam proses pembelajaran.
69

Perencanaan Proses Pembelajaran & Implementasi Proses


Pembelajaran

 Pada perencanaan proses  Guru-guru di sekolah kami


belajar, pendidik dalam memperhatikan perbedaan
menyusun Rencana kemampuan peserta didik dan
Pembelajaran memperhatikan berusaha merencanakan
segala perbedaan kebutuhan pembelajaran yang sesuai.
peserta didik.  Guru-guru di SMPN 131
 Pada implementasi proses Jakarta Selatan merencanakan
belajar, 100% pendidik di dan melaksanakan
SMPN 131 Jakarta Selatan pembelajaran yang
menggabungkan pendekatan berkesinambungan, dan sesuai
tematis dan memperhatikan isu dengan tingkat kemampuan
keanekaragaman dan lintas peserta didik.
budaya.  Guru-guru di SMPN 131
 100% pendidik di SMPN 131 Jakarta Selatan memiliki
Jakarta Selatan menawarkan kebijakan dalam memberikan
bantuan atau penjelasan kesempatan yang sama kepada
tambahan bagi sebagian peserta peserta didik dan menjamin
didik setelah jam sekolah. pelaksanaannya.

 100% pendidik di SMPN 131


Jakarta Selatan memberi respon
positif terhadap pendapat yang
dikemukakan peserta didik.
Pelaksanaan Pembelajaran

 100% pendidik di SMPN 131  Guru-guru di SMPN 131


Jakarta Selatan dalam proses Jakarta Selatan secara
pembelajaran selalu konsisten memberikan
menciptakan hubungan baik penghargaan kepada pesera
antara pendidik dan peserta didik pada saat yang tepat, dan
70

didik. melakukan berbagai cara untuk


 Semua peserta didik kami di menilai keberhasilan.
perlakukan dengan baik dan  Pada umumnya peserta didik di
diharapkan menunjukkan sekolah kami hadir sesuai
tanggung jawab dan dukungan jadwal, berperilaku baik, dan
bagi sesama peserta didik. mencapai prestasi belajar
 100% pendidik di SMPN 131 sesuai dengan kecakapan
Jakarta Selatan selalu mereka.
memberikan pujian/penghargaan  Hubungan timbal balik antara
kepada peserta didik yang guru, peserta didik, dan tenaga
memiliki kelebihan. kependidikan terpelihara
 Peserta didik dan pendidik di dengan baik.
SMPN 131 Jakarta Selatan  Semua peserta didik di SMPN
memiliki keinginan berprestasi 131 Jakarta Selatan di

 100% pendidik di SMPN 131 perlakukan dengan adil dan

Jakarta Selatan selalu dihargai pendapatnya.

memberikan penguatan terhadap


hasil belajar peserta didik dalam
proses pembelajaran
berlangsung.
 Kehadiran peserta didik selalu
dipantau setiap hari dan 99 s.d
100% hadir dalam setiap hari
 Prestasi siswa selalu tercatat
baik prestasi akademik maupun
non akademik dan setiapa hari
senin diumumkan apabila ada
kejuaraan peserta didik yang
didapat. Hal ini dilakukan untuk
memotivasi peserta didik yang
71

lainnya.

Sistem Penilaian

 100% pendidik di SMPN 131  Guru-guru di SMPN 131


Jakarta Selatan membuat Jakarta Selatan selalu
perencanaan penilaian terhadap memantau kemajuan belajar
pencapaian peserta didik yang peserta didik melalui observasi
dituangkan dalam (kisi-kisi soal, dan penilaian secara berkala.
kartu soal, kunci jawaban, rubic  Guru-guru di SMPN 131
penilaian). Jakarta Selatan melaksanakan
 100% pendidik di SMPN 131 penilaian sesuai dengan
Jakarta Selatan menyusun KKM silabus dan RPP.
untuk mata pelajaran yang akan  Guru-guru di SMPN 131
di ujikan dan KKM terpampang Jakarta Selatan memberikan
di setiap kelas. informasi kepada peserta didik
 100% pendidik di SMPN 131 mengenai KKM.
Jakarta Selatan
menginformasikan rubic
penilaian dan KKM kepada
peserta didik.
 100% pendidik di SMPN 131
Jakarta Selatan melaksanakan
ulangan secara berkala sesuai
dengan rencana untuk setiap
mata pelajaran.
 100% pendidik di SMPN 131
Jakarta Selatan menerapkan
berbagai teknik dan jenis
72

penilaian untuk memonitor

K perkembangan dan berbagai


e kesulitan peserta didik (test
b observasi, penugasan, unjuk

e kerja, diskusi, kerja kelompok).

n
a Penilaian oleh Guru

r
a
n 100% pendidik di SMPN 131  Guru-guru di SMPN 131
Jakarta Selatan selalu mencatat Jakarta Selatan mengkaji ulang
p kemajuan peserta didik yang tingkat kemajuan semua peserta
e sudah sesuai dengan target yang didik pada setiap akhir semester
n ditentukan dan akan mengulang dan menggunakan informasi
i kepada peserta didik yang belum tersebut untuk merencanakan
n sesuai dengan target yang program pembelajaran
g ditentukan. selanjutnya.
k 100% pendidik di SMPN 131  Guru-guru di SMPN 131
a Jakarta Selatan mengkaji ulang Jakarta Selatan memberi
t kemajuan peserta didik pada kesempatan kepada peserta
a setiap akhir semester dan didik untuk mengkaji ulang
n melaporkan kepada orang tua kemajuan belajar mereka untuk
peserta didik, dan menggunakan menetapkan target pembelajaran
k informasi tersebut untuk selanjutnya.
i merencanakan program
n pembelajaran berikutnya.
e

K
73

Kebenaran peningkatan kinerja guru juga dapat dilihat dari data


rekapitulasi penilaian kinerja guru pada tahun pelajaran 2013-2014 yang
dilakukan oleh kepala sekolah terhadap 43 guru. Menyatakan bahwa nilai
PKG (Program Kerja Guru) rata-rata adalah A dalam keterangan baik dan
bertangung jawab. Adapun uraiannya sebagai berikut (terlampir) :

Tabel 4. 8
Data rekapitulasi penilaian kinerja guru tahun pelajaran 2013-2014
NILAI KETERANGAN JUMLAH GURU
PKG

A+ Sangat baik dan tangung jawab 7 guru

A Baik dan tanggung jawab 23 guru

B Baik, kurang maksimal dalam tugas 12 guru

B- Mau pensiun, tidak maksimal 1 guru

Jumlah guru 43 guru

Peningkatan kinerja guru juga dapat menghasilkan kemajuan yang baik


terhadap peningkatan prestasi peserta didik. Sebagian besar (sekitar 90%)
peserta didik di SMPN 131 Jakarta Selatan menunjukkan kemajuan yang
baik dalam mencapai target yang ditetapkan dibandingkan dengan kondisi
sebelumnya, peserta didik mulai mampu menjadi pembelajar yang mandiri
juga memiliki rasa percaya diri dan mampu mengekspresikan diri dan
mengungkapkan pendapat mereka. 100% peserta didik di SMPN 131
Jakarta Selatan berprilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku,
potensi minat peserta didik telah berkembang melalui partisipasi mereka
dalam berbagai jenis kegiatan. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan hasil
Ujian Nasional dan Ujian Sekolah yang memiliki rata-rata nilai diatas
ketuntasan belajar nasional untuk seluruh mata pelajaran setiap tahunnya
dan juga peningkatan pada prestasi bidang non akademik yang dibuktikan
74

dengan bertambahnya piala, piagam penghargaan baik tingkat kecamatan,


kota dan juga provinsi.

Dengan peningkatan kinerja guru tersebut sekolah mampu meluluskan


100% peserta didiknya dengan standar lulusan yang mengacu pada SSN
(Standar Sekolah Nasional) dan rata-rata lulusannya dapat melanjutkan
kesekolah negri. Dengan menghasilkan lulusan yang berkualitas tersebut,
sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan menjadi salah satu sekolah yang banyak
diminati oleh masyarakat. Peserta didik yang mau masuk ke SMPN 131
Jakarta Selatan lebih banyak dibandingkan dengan daya tampung yang
tersedia, yaitu 7 : 1, dengan daya tampung 240 sedangkan pendaftar 1600
orang.

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa peran kepala sekolah


sebagai motivator dapat mempengaruhi kinerja guru terutama dalam
meningkatkan kinerja guru dan kinerja guru akan memiliki pengaruh
terhadap produktivitas pendidikan. Oleh karena itu peran kepala sekolah
sebagai motivator sangat di butuhkan guna peningkatan kinerja pada guru.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil analisis data dan hasil temuan penelitian di SMPN 131 Jakarta
Selatan dapat ditarik kesimpulan terkait “Peran Kepala Sekolah Sebagai
Motivator dalam Meningkatkan Kineraja Guru” yaitu :
1. Peran kepala sekolah sebagai motivator di SMPN 131 Jakarta Selatan
selama ini sudah cukup baik walaupun kepala sekolah masih belum bisa
melaksanakannya secara optimal. Belum optimalnya kepala sekolah dalam
memberikan motivasi kepada guru di SMPN 131 Jakarta Selatan
dikarenakan kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan menggantikan
kepala sekolah yang pensiun di SMP 239 Tanjung Barat (sebagai
pelaksana) dan juga menjadi ketua sanggar 032 Jakarta Selatan atau ketua
MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) Kec. Jagakarsa Jakarta
Selatan.
2. Adapun upaya yang dilakukan kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan
dalam rangka meningkatkan motivasi kerja guru yaitu : kepala sekolah telah
berusaha menciptakan lingkungan kerja secara kondusif, menumbuhkan
suasana kerja yang baik dan harmonis, menanamkan kedisiplinan,
memberikan penghargaan kepada guru atas dasar prestasi kerja yang baik,
melakukan dorongan secara individual terhadap guru, menyediakan sarana

75
76

prasarana yang cukup memadai. Hal inilah yang membuat kondisi nyaman
dalam bekerja.
3. Selain itu kepala sekolah juga melakukan penyesuain penempatan jabatan,
menerima kritik dan saran dari semua pihak terkait perkembangan sekolah,
mengadakan program kegiatan untuk meningkatkan kemampuan guru,
melakukan pengawasan yang berkelanjutan dan menyeluruh, melakukan
evaluasi melalui penilaian kinerja guru, dan melakukan perbaikan suasana
kerja agar senantiasa terciptanya suasana kerja yang baik dan harmonis.
4. Dalam pemberian motivasi terhadap guru nyatanya terdapat faktor
pendukung dan penghambat yang dirasakan kepala sekolah, adapun faktor
pendukungnya yaitu : lingkungan kerja yang kondusif, sarana dan prasarana
yang memadai, kesejahteraan yang baik. Sedangkan faktor penghambatnya
yaitu masih adanya guru yang malas dalam bekerja karena mau pensiun,
minimnya kemauan guru untuk meningkatkan kinerjanya.
5. Motivasi yang dilakukan kepala sekolah telah menghasilkan peningkatan
yang baik pada kinerja guru diantaranya yaitu kemampuan membuat
perencanaan dan persiapan mengajar, penguasaan materi yang akan
diajarkan kepada siswa, pemberian metode yang bervariasi, pemberian
tugas-tugas kepada siswa, kemampuan mengelola kelas, kemampuan
melakukan penilaian dan evaluasi serta kemampuan mengimplementasikan
kurikulum 2013.

B. Saran
Berdasarkan temuan dan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut :
a. Untuk kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan
1. Agar bervariasi lagi dalam memberikan motivasi kepada guru, tentunya
sesuai dengan kebutuhan masing-masing guru, karena masih banyak
upaya-upaya yang dapat diterapkan oleh kepala sekolah dalam
memotivasi guru.
77

2. Tidak lelah untuk selalu memotivasi guru, memberikan semangat dan


mengingatkan guru untuk selalu meningkatkan kinerjanya.
3. Faktor pendukung dalam memotivasi harus dioptimalkan dan untuk
faktor-faktor penghambatnya agar dicari lagi solusi yang terbaiknya.
Agar hambatan tersebut tidak menjadi penghalang lagi dalam
memotivasi guru untuk meningkatkan kinerjanya.
b. Untuk guru di SMPN 131 Jakarta Selatan
Agar selalu tetap istiqamah dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik, mencintai pekerjaan sendiri, meningkatkan kedisiplinan dalam
bekerja, meningkatkan kemauan pada diri untuk selalu giat dalam bekerja
dan dapat menghargai upaya yang telah dilakukan kepala sekolah dalam
rangka memotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Husna. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Balai Aksara-


Yudhistira, 1982.

Kunandar. Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : PT Raya
Grafindo Persada, 2007.

Karwati, Euis., dan Priansa, Donni Juni. Kinerja dan Profesionalisme Kepala
Sekolah : Membangun Sekolah yang Bermutu. Jakarta: ALFABETA, 2013.

Mangkunegara, Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2007.

Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2011.

Munir, Abdullah. Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,


2010.

Musfah, Jejen. Peningkatan Kopetensi Guru : Melalui Pelatihan dan Sumber


Belajar, Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Rusman, Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.

Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Sabri, M. Alisuf. Ilmu Pendidikan. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999


Suhendra dan Hayati, Murdiyah. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Lembaga Penelian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Sulhan, Najib. Karakter Guru Masa Depan. Surabaya: PT Temprina Media


Grafika, 2011.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2008.

Saudagar, Fahcruddin dan Idrus, Ali. Pengembangan Profesional Guru. Jakarta:


Gaung Persada, 2009.

Usman, Husaini. Manajemen Teoritik, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT


Bumi Aksara, 2010.

Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2010.

Winardi, J. Motivasi Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2001.
Lampiran 2. Hasil Wawancara Kepala sekolah

Hari/tanggal penelitian : Kamis/5 Juni 2014


Waktu : 09.00-11.00 WIB
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Interviewe : Drs. Djoko Towo HB, M. M. Pd
Jabatan : Kepala Sekolah

Pokok pembicaraan :
1. Upaya apa yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi
kerja guru?
 pertama, kepala sekolah melakukan penyesuain penempatan jabatan.
Penempatan jabatan disesuaikan dengan karakteristik pribadi individual
guru dilihat dari latar belakang pendidikan, ijazah, keahlian, pengalaman
kerja yang diminati dan sikap serta kepribadiannya.
 Kedua, kepala sekolah senantiasa akan terus selalu memperhatikan sarana
dan prasarana di sekolah untuk mendukung terlaksananya proses kerja
yang optimal. Untuk itu kepala sekolah melakukan pengecekan sarana dan
prasarana sekolah setiap tahun ajaran baru dan menghimbau kepada
seluruh warga sekolah untuk menjaga sarana dan prasarana tersebut
dengan merawatnya agar tidak cepat rusak. Dan dalam pemenuhan
kebutuhan proses belajar mengajar kepala sekolah sedang berupaya untuk
membangun ruang praktek prakarya serta alat prakteknya dalam
pemenuhan mata pelajaran prakarya. Yaitu dengan mencari dana untuk
mengatasi hal tersebut.
 Ketiga, Kepala sekolah selalu menerima saran maupun kritik yang muncul
dari semua pihak baik itu guru, staf, dan pegawai lainnya. Dengan
demikian diharapkan guru, staf dan pegawai lainnya akan termotivasi
untuk memberikan ide, saran ataupun kritik terkait pengembangan sekolah
yang kemudian di musyawarahkan bersama untuk pengambilan keputusan.
 Keempat, kepala sekolah mengadakan program kegiatan untuk
meningkatkan kemampuan melalui penyetaraan latar belakang pendidikan
guru dengan mengikuti beberapa program dari Depdiknas seperti:
Penataran, Diklat dan Metode Pengajaran, Lokakarya atau sejenisnya, atau
diluar Depdiknas seperti: mengikuti seminar, mengundang ahli dalam
bidang tertentu kesekolah misalnya ahli bidang kurikulum yaitu untuk
menjelaskan kurikulum 2013.
 Kelima, kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap guru dalam
melaksanakan suatu kegiatan, juga material dalam pemenuhan kebutuhan,
dan hambatan-hambatan yang terjadi. Pengawasan tersebut dilakukan agar
kepala sekolah dapat mengetahui kesalahan, kekurangan dan hambatan
yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan.
 Keenam, kepala sekolah melakukan evaluasi dengan cara melakukan
penilaian kinerja terhadap seluruh guru di SMPN 131 Jakarta Selatan yang
dilakukan setiap akhir semester. Kemudian memberikan masukan apabila
terdapat kesalahan atau kekurangan sesuai dengan kriteria yang diharapkan
dan memberikan solusi bila ada hambatan-hambatan yang dirasa oleh
guru.
 Ketujuh, kepala sekolah senantiasa memperbaiki suasana kerja agar tetap
terjaga suasana kerja yang baik dan harmonis yaitu dengan cara : kepala
sekolah melakukan pendekatan tidak langsung dalam menciptakan
motivasi, menjadikan suasana organisasi yang membaik dalam artian
suasana organisasi yang diciptakan berdasarkan keseragaman, tangung
jawab, transparansi, penghargaan dan semangat kelompok dalam bekerja,
kepala sekolah berusaha menciptakan suasana saling percaya.

Mengetahui,
Kepala SMPN 131 Jakarta

Drs. Djoko Towo HB, M. M. Pd


NIP. 196011081981121002
Lampiran 3. Hasil Wawancara Kepala sekolah

Hari/tanggal penelitian : Selasa/10 Juni 2014


Waktu : 10.00-11.30 WIB
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Interviewe : Drs. Djoko Towo HB, M. M. Pd
Jabatan : Kepala Sekolah

Pokok pembicaraan :
1. Bagaimana kinerja guru selama mengajar?
 Alhamdulillah baik, karena guru dapat meningkatkan nilai siswa melebihi
standar kelulusan.
2. Apakah guru selalu mengembangkan RPP?
 Iya, karena guru tidak boleh menggunakan RPP lamanya. Jadi setiap awal
semester guru harus sudah membuat RPP baru nya dan dikumpulkan
kepada wakil kepala sekolah.
3. Bagaimana cara bapak mengetahui kinerja guru?
 Biasanya untuk mengetahui kinerja guru saya melakukan pengawasan
secara berkelanjutan terhadap guru, kemudian melakukan penilaian kinerja
guru.
4. Masalah apa yang sering muncul dalam iklim kerja disekolah ini? Dan
bagaimana solusinya?
 Selama ini alhamdulillah tidak ada masalah dan baik-baik saja.
5. Seberapa sering para guru mendiskusikan masalah mereka?
 Kalau masalah tentang mengajar jarang, tetapi kalau masalah tentang
pribadi sering seperti masalah keluarga. Karena gurunya pada curhat.
6. Faktor pendukung apa yang mempermudah bapak sebagai motivator?
 Lingkungan kerja yang kondusif, sarana dan prasarana yang memadai, dan
kesejahteraan yang baik.
7. Faktor penghambat apa yang mempersulit bapak sebagai motivator?
 Masih adanya guru yang malas bekerja karena mau pensiun, dan
minimnya keinginan guru untuk meningkatkan kinerjanya. terkadang
seseorang bekerja ada yang dari hati dan ada pula karena tuntutan hidup.
Orang yang bekerja dari hati pasti berbeda dengan orang yang bekerja
untuk memenuhi kebutuhan hidup saja. profesi guru adalah pekerjaan yang
didasari oleh panggilan jiwa. Karena tugasnya bukan hanya mengajar anak
tetapi juga mendidik anak. Oleh karenanya guru adalah pekerjaan yang
paling mulia karena prosesnya adalah memanusiakan manusia lainnya.
Perannya sebagai guru karena panggilan jiwa, pasti akan bekerja dengan
penuh ketulusan hati dan semangat dalam mencapai suatu tujuan. Berbeda
dengan guru yang hanya mengharapkan gaji. karena dia bekerja hanya
untuk memenuhi suatu kebutuhan hidup dan hanya menggugurkan suatu
kewajiban tanpa ada keinginan untuk meningkatkan kinerjanya.

Mengetahui,
Kepala SMPN 131 Jakarta

Drs. Djoko Towo HB, M. M. Pd


NIP. 196011081981121002
Lampiran 4. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Selasa/5 Agustus 2014


Waktu : 09.30-10.30 WIB
Tempat : Ruang Kantor Guru
Interviewe : Rochwayuningsih
Jabatan : Guru Prakarya/Tata Busana Kelas VII

Pokok pembicaraan :
1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?
 Alhamdulillah baik-baik saja. Saya bisa menyelesaikan tugas secara
benar dan tepat waktu. Namun pada kurikulum 2013 saya masih merasa
kesulitan, tetapi kepala sekolah telah mengadakan kegiatan untuk
pelatihan kurikulum 2013 dengan mengundang ahli bidang kurikulum.
Sehingga sekarang saya sudah bisa menerapkan kurikulum 2013
walaupun belum secara maksimal.
2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?
 Jam 6.30 pagi dan biasanya pulang jam 3 sore.
3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?
 Ada, yaitu tidak adanya ruang praktek dan alat praktek dalam pemenuhan
mata pelajaran prakarya. Sehingga saya sedikit kesulitan dalam
memberikan materi pembelajaran. Namun sekarang kepala sekolah
sedang membangun ruang praktek prakarya.
4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?
 Ketika rapat guru, yaitu kepala sekolah memperbolehkan semua guru
untuk memberikan saran dan menanyakan kesulitan kami selama
mengajar. Kemudian bila ada permasalahan akan didiskusikan bersama
untuk mencari solusinya.
5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?
 Iya, dalam hal KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Seperti kepala sekolah
selalu menanyakan perkembangan peserta didik dan berusaha memenuhi
sarana prasarana untuk kebutuhan guru dalam mengajar.
6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?
 Dalam meningkatkan kemampuan mengajar, biasanya kepala sekolah
mengikut sertakan guru untuk mengikuti pelatiahan-pelatihan dari
Depdiknas seperti penataran, bisa luar Depdiknas seperti mengikuti
seminar, atau bisa juga kepala sekolah mengundang ahli kurikulum untuk
memotivasi guru memahami dan dapat mengimplementasika kurikulum
2013.
7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala
sekolah?
 Ada, kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar,
memberikan metode yang bervariasi, kemampuan mengelola kelas,
melakukan penilaian. Paham kurikulum 2013.

Mengetahui,

Rochwayuningsih
Lampiran 5. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Rabu/6 Agustus 2014


Waktu : 09.30-10.30 WIB
Tempat : Ruang Kantor Guru
Interviewe : Mai Ria Suzanna, S. Pd, M. Hum
Jabatan : Guru Bahasa Inggris Kelas VII/1 dan VII/2

Pokok pembicaraan :
1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?
 Selama ini baik. Karena saya mengerjakan tugas saya tepat waktu. Seperti
setiap awal tahun ajaran baru saya selalu membuat RPP baru dan selalu
saya kembangkan.
2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?
 Jam 6.30 pagi, pulang jam 3 sore. Sesuai jadwal yang sudah ditetapkan
saja.
3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?
 Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Saya kurang begitu paham,
karena kurikulum ini terbilang baru diterapkan oleh guru-guru di sekolah.
Namun kepala sekolah sudah menghadirkan ahli bidang kurikulum untuk
menjelaskan dan membantu kami untuk mengimplementasikannya di kelas
ketika sedang mengajar nanti. Sehingga alhamdulillah pengetahuan saya
mengenai kurikulum 2013 sudah bertambah dan saya sudah bisa
mengimplementasikannya di kelas walaupun belum secara maksimal.
4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?
 Ketika rapat guru. Biasanya ketika rapat diakhir pembicaraan inti kepala
sekolah selalu menanyakan kesulitan pada guru. kemudian akan dibahas
bersama untuk dicari solusinya.
5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?
 Iya, dalam hal KBM (Kegiatan belajar Mengajar) yaitu selalu
mengingatkan akan tugas sebagai guru dan dengan memperhatikan
kebutuhan guru dalam mengajar saya rasa itu juga merupakan bentuk
motivasi kepala sekolah kepada kami.
6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?
 Penyediaan sumber belajar yang sedang dibutuhkan untuk membantu
dalam proses mengajar, lingkungan kerja yang kondusif sehinggga adanya
kenyamanan, mengikuti kegiatan pelatihan-pelatihan atau seminar
pendidikan. Kepala sekolah mengundang ahli bidang kurikulum kesekolah
utuk memotivasi guru dan memberikan pemahaman kepada guru terkait
kurikulum 2013.
7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala
sekolah?
 Ada, kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar,
penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa, kemampuan
mengelola kelas, kemampuan dalam memberikan metode yang berfariasi,
dalam memberikan tugas-tugas kepada siswa, kemampuan memberikan
penilaian dan evaluasi.

Mengetahui,

Mai Ria Suzanna, S. Pd, M. Hum


Lampiran 6. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Kamis/7 Agustus 2014


Waktu : 09.30-10.30 WIB
Tempat : Ruang Kantor Guru
Interviewe : Suhainah, S. Pdi
Jabatan : Guru Pend. Agama Islam Kelas IX

Pokok pembicaraan :
1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?
 Baik-baik saja, karena saya bisa menyelesaikan tugas dengan baik dan
benar.
2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?
 Biasanya saya dari rumah Jam 6. 00 pagi dan pulang dari sekolah sampai
jam 3 sore.
3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?
 Ada yaitu pada Kurikulum 2013. Masih asing menurut saya. Tetapi
dengan kepala sekolah mengadakan kegiatan pelatihan kurikulum 2013
sekarang saya sudah bisa menerapkannya di dalam proses pembelajaran
walaupun belum sepenuhnya saya kerjakan secara optimal.
4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?
 Ketika rapat dan terdapat kendala dalam proses KBM saya suka berdiskusi
secara empat mata dengan kepala sekolah, kemudian kepala sekolah
memberi masukan atau saran terkait masalah saya.
5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?
 Iya, dalam menunjang kegiatan KBM yaitu kepala sekolah selalu
memenuhi kebutuhan guru dalam proses mengajar.
6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?
 Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, lingkungan kerja yang
kundusif, mengadakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan guru
seperti mengundang ahli kurikulum dalam rangka memberi pengetahuan
kepada guru terkait kurikulum 2013.
7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala
sekolah?
 Ada, bekerja lebih giat karena nyaman sehingga fokus, dapat
melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang efektif, kemampuan
merencanakan dan mempersiapkan bahan ajar, kemampuan mengelola
kelas dan paham dengan kurikulum 2013.

Mengetahui,

Suhainah, S. PdI
Lampiran 7. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Senin/11 Agustus 2014


Waktu : 09.30-10.30 WIB
Tempat : Ruang Kantor Guru
Interviewe : Faridah, S.Pd
Jabatan : Guru IPS

Pokok pembicaraan :
1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?
 Baik karena saya bisa melaksanakan tugas saya sebagai guru dengan baik
dan benar. Kemudian saya selalu mencoba untuk mengembangkan RPP
dan memberikan metode yang beragam agar siswa tidak bosen ketika
belajar.
2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?
 Jam 6 lewat 30 menit dan pulang jam 3 sore.
3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?
 Pada kurikulum 2013. Saya belum memahami betul. Namun kepala
sekolah telah mengundang ahli bidang kurikulum kemudian menjelaskan
kepada kami tentang Kurikulum 2013 baik dalam pemahaman dan cara
dalam mengimplementasinya di kelas. Sehingga sekarang saya sudah bisa
mengimplementasikannya dalam kegiatan KMB meskipun belum secara
maksimal.
4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?
 Ketika rapat. Kepala sekolah mengadakan diskusi untuk memecahkan
masalah kami misalnya dalam kurikulum 2013.
5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?
 Iya, dalam kegiatan belajar mengajar di kelas kepala sekolah memenuhi
kebutuhan saya dalam mengajar.
6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?
 Kepala sekolah melakukan pengawasan, dan menilai kinerja guru.
Mendatangkan ahli kurikulum untuk mendiskusikan kurikulum 2013.
7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala
sekolah?
 Ada. Giat dalam mengajar, paham dengan kurikulum 2013. Merencanakan
KBM, memberikan metode yang beragam, mengelola kelas secara efektif,
menilai hasil belajar siswa. Sehingga saya dapat meningkatkan nilai siswa
setiap tahunnya dengan melebihi standar kelulusan.

Mengetahui,

Faridah, S.Pd
Lampiran 8. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Selasa/12 Agustus 2014


Waktu : 09.30-10.30 WIB
Tempat : Ruang Kantor Guru
Interviewe : Sriani, S. Pd
Jabatan : Guru Matematika

Pokok pembicaraan :
1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?
 Alhamdulillah baik karena bisa melaksanakannya dengan baik dan tepat
waktu dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa setiap tahunnya.
Sehingga nilai siswa pertahunnya mengalami peningkatan dan selalu
melebihi standar kelulusan.
2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?
 Jam 06.00 s/d 15.00 WIB
3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?
 Belum ada, karena saya sudah terbiasa mengajar sehingga bentuk kesulitan
yang saya alami tidak saya jadikan beban tetapi dibawa santai saja.
4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?
 Ketika rapat. Kepala sekolah selalu menanyakan kesulitan kami dalam
KBM bila ada maka akan dicarikan solusinya secara bersama. Selain itu
kepala sekolah juga mau menerima saran terkait perkembangan sekolah.
5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?
 Iya, dalam hal KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Seperti dalam membuat
RPP, dalam mengajar di kelas. Kepala sekolah memperhatikannya dengan
cara melakukan penilaian kinerja kepada kami setiap akhir semester.
6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?
 Mengikut sertakan guru dalam seminar, kepala sekolah mengundang ahli
kurikulum untuk menjelaskan kurikulum 2013.
7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala
sekolah?
 Ada, saya jadi paham dan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang saya
dapat kepada proses mengajar terutama pada kurikulum 2013.

Mengetahui,

Sriani, S. Pd
Lampiran 9. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Rabu/13 Agustus 2014


Waktu : 09.30-10.30 WIB
Tempat : Ruang Kantor Guru
Interviewe : Dra. Naili Rahmasari, MM
Jabatan : Guru Pend. Agama Islam

Pokok pembicaraan :
1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?
 Menurut saya sudah baik, karena saya selalu mencoba melaksanakan tugas
secara optimal dan total. Dibuktikan dengan nilai kinerja saya yang setiap
tahunnya selalu meningkat dan nilai siswa yang melebihi standar
kelulusan.
2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?
 Jam 06.30 s/d 15.00 WIB
3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?
 Selama ini belum ada. Karena sudah terbiasa mengajar dan anak-anak
disini baik-baik.
4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?
 Ketika rapat. Kepala sekolah mendiskusikan masalah kami dan dicari
solusi bersama.
5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?
 Iya, yaitu dengan menyediakan kebutuhan kami dalam KBM.
6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?
 Menciptakan hubungan yang baik dengan guru yaitu dengan membiasakan
5S yaitu senyum, salam, sapa, sopan dan santu, menanamkan kedisiplinan
dalam bekerja, memberikan penghargaan misalnya pada guru matematika
yang sudah berhasil meningkatkan prestasi akademik siswanya yaitu pada
mata pelajaran matematika dengan nilai yang melebihi standar kelulusan.
7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala
sekolah?
 Ada, lebih giat dalam bekerja yaitu dalam mengajar dan bersungguh-
sungguh dalam menyelesaikan tugas.

Mengetahui,

Dra. Naili Rahmasari, MM


Lampiran 10. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Kamis/14 Agustus 2014


Waktu : 09.30-10.30 WIB
Tempat : Ruang Kantor Guru
Interviewe : Devi Triana J, S.Pd
Jabatan : Guru IPA

Pokok pembicaraan :
1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?
 Alhamdulillah baik dan lancar. Mengajar sesuai dengan RPP dan mencoba
menerapkan kurikulum 2013 walaupun belum maksimal. karena masih
baru dan masih perlu proses untuk menerapkannya di kelas dalam proses
pembelajaran karena butuh penyesuaian.
2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?
 Jam 06.30 s/d 15.00 WIB. Ini sudah menjadi ketetapan sekolah.
3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?
 Tidak. Semuanya baik-baik saja.
4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?
 Ketika rapat guru, yaitu kelapa sekolah mendiskusikan segala yang terkait
pada sekolah dalam rangka mengembangkan sekolah kami. Dengan
menerima saran dan kritik.
5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?
 Iya, dalam mengimplementsikan kurikulum 2013. Kepala sekolah
mengundang ahli untuk membantu kami memahami kurikulum baru yang
diterapkan pemerintah.
6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?
 Sering mengikuti guru seminar dan pelatihan-pelatihan, memberikan
dorongan secara individual biasanya kalau saya lagi kelihatan kurang
bersemangat dalam mengajar kepala sekolah menegur saya langsung.
7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala
sekolah?
 Ada, saya jadi lebih giat bekerja dan selalu melakukan penilaian kepada
siswa. Biasanya kan guru ada yang malas dalam menilai hasil belajar
siswa.

Mengetahui,

Devi Triana J, S.Pd


Lampiran 11. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Selasa/19 Agustus 2014


Waktu : 09.30-10.30 WIB
Tempat : Ruang Kantor Guru
Interviewe : Murti Iriani, S.Pd
Jabatan : Guru PLKJ

Pokok pembicaraan :
1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?
 Baik. Misalnya saya selalu membuat RPP baru dan tentunya
dikembangkan dari RPP lama saya, menyesuaikan materi dengan metode
belajar. Dan selama ini alhamdulillah selama ini siswa yang saya ajarkan
nilainya rata-rata sudah melebihi standar kelulusan dan mengalami
peningkatan pada setiap tahunnya.
2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?
 Saya datang kesekolah setiap hari jam setengah tujuh pagi dan biasanya
pulang jam 3 atau disesuaikan dengan jadwal mengajar saya.
3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?
 Sejauh ini belum ada kesulitan besar masih bisa diatasi sendiri. Karena
sudah terbiasa mengajar jadi merasanya sudah menjadi sebuah kebiasaan
dalam hidup.
4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?
 Biasanya ketika rapat guru.
5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?
 Iya, dalam hal pengembangan kemampuan guru. kepala sekolah
mengundang ahli bidang kurikulum untuk memberi pengetahuan kepada
guru terkait kurikulum 2013.
6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?
 Lingkungan kerja yang nyaman, sumber belajar yang memadai,
menegakkan kedisiplinan dalam bekerja, adanya penghargaan. Walaupun
sekolah ini dibawah naungan pemerintah tetapi tetap saja kepala
sekolahlah yang mengaturnya.
7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala
sekolah?
 Ada. Lebih disiplin lagi dalam bekerja. Karena kepala sekolah selalu
datang pagi jadi saya termotivasi untuk kerja tepat pada waktunya begitu
juga dalam menjalankan tugas sebisa mungkin saya mengerjakannya tepat
waktu.

Mengetahui,

Murti Iriani, S.Pd


Lampiran 12. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Rabu/20 Agustus 2014


Waktu : 09.30-10.30 WIB
Tempat : Ruang Kantor Guru
Interviewe : Ace Setiarukadi, SH
Jabatan : Guru Pkn

Pokok pembicaraan :
1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?
 Alhamdulillah sejauh ini baik-baik saja. semua tugas saya kerjakan tepat
waktu dan selalu memperhatikan pengembangan siswa.
2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?
 Jam 06.30 WIB dan pulang jam 15.00 WIB
3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?
 Kurikulum 2013. Masih baru jadi masih asing. Namun kepala sekolah
telah mengadakan kegiatan yaitu dengan mengundang ahli bidang
kurikulum untuk memberi pemahaman kepada guru-guru dalam
pengimplementasian kurikulum 2013. Hasilnya saya jadi bisa
menerapkannya di kelas dalam KBM walaupun belum maksimal.
4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?
 Bila ada kepala sekolah kita sering ngobrol bareng, dan saya biasanya
curhat. Karena kepala sekolah disini orangnya mau terbuka dengan siapa
saja, dalam artian tidak pandang pangkat. Bekerja dengan rasa
kekeluargaan dan mau menerima keluh kesah guru.
5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?
 Iya. Dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti memberi himbauan kepada
guru untuk giat mengajar.
6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?
 Kepala sekolah menumbuhkan hubungan kerja yang baik. Yaitu dengan
bertegur sapa dengan guru. Kemudian bila dalam bekerja guru ada salah
kepala sekolah mau memberi masukan atau contoh kepada guru untuk
memperbaiki kesalahan. Misalnya pada kurikulum 2013, jujur saja saya
masih belum paham tetapi kepala sekolah selalu memberi masukan-
masukan terkait tentang kurikulum 2013. Kemudian kepala sekolah
mengundang ahli dalam bidang kurikulum untuk memberi penjelasan
kepada guru terkait kurikulum 2013 agar guru lebih paham.
7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala
sekolah?
 Ada, yaitu dalam kemampuan membuat perencanaan dan persiapan
mengajar, dan kemampuan dalam mengelola kelas.

Mengetahui,

Ace Setiarukadi, SH
Lampiran 13. Hasil Wawancara Guru

Hari/tanggal penelitian : Rabu/20 Agustus 2014


Waktu : 12.00-13.00 WIB
Tempat : Ruang Kantor Guru
Interviewe : Nurhasanah, S. Pd
Jabatan : Guru Bahasa Indonesia

Pokok pembicaraan :
1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar?
 Menurut saya sudah baik, karena saya selalu bekerja dengan total.
2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah?
 Jam 06.30 WIB s/d 15.00 WIB
3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja?
 Tidak ada.
4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah?
 Paling ketika rapat guru baru saya banyak berdiskusi dengan kepala
sekolah.
5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak?
 Iya, misalnya dalam hal disiplin dalam bekerja. Kepala sekolah selalu
datang sebelum siswa hadir disekolah. Dengan hal tersebut saya jadi
termotivasi untuk disiplin dalam bekerja terutama dalam kehadiran di
sekolah.
6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?
 Kepala sekolah telah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai
seperti adanya lab.Bahasa. Sehingga dapat mendukung proses belajar
mengajar yang efektif.
 Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif sehingga saya fokus bekerja
karena tidak ada gangguan dan nyaman.
 Mengadakan kegiatan untuk meningkatkan motivasi kerja misalnya
penghargaan bagi guru yang berprestasi dalam bekerja.
7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala
sekolah?
 Iya, saya jadi terdorong dan tergerak untuk meningkatkan kinerja saya.
Misalnya dengan mencari metode belajar yang bervariasi. Biasanya saya
suka baca-baca buku tentang metode belajar. Apa lagi sudah tersedia lab.
Bahasa sehingga saya merasa terbantu dalam memberikan materi atau
tugas kepada siswa.

.
Mengetahui,

Nurhasanah, S. Pd
Lampiran 14. Hasil Wawancara Wakil Kepala sekolah

Hari/tanggal penelitian : Senin/29 September 2014


Waktu : 09.30-11.00 WIB
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Interviewe : Pracoyo Agus Sumbodo, S.Pd
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah

Pokok pembicaraan :
1. Apakah benar kepala sekolah jarang berada di sekolah?
 Iyah, terjadi karena kepala sekolah menjabat menjadi kepala sekolah juga
di SMP 239 di Tanjung Barat. Kondisi seperti ini terjadi baru 2 bulan.
Terjadi karena kepala sekolah di SMP 239 pensiun dan belum mendapat
kepala sekolah baru sebagai pengganti kepala sekolah lama. Kemudian
ada kebijakan yang memperbolehkan bahwa bila belum ada kepala sekolah
pengganti maka kepala sekolah yang terdekatlah yang ditunjuk untuk
menjadi kepala sekolah sementara sebagai pelaksana tugas kepala sekolah
lama di sekolah tersebut. Alasan kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta
Selatan ditunjuk sebagai pengganti kepala sekolah lama atau sebagai
pelaksana di sekolah tersebut karena beliaulah yang menjadi ketua
sanggar 032 Jakarta Selatan atau ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah) Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan. Jadi selain sibuk di SMP 239
juga sibuk sebagai ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah).
2. Bagaimana bapak menyikapi hal tersebut?
 Saya menyikapinya dengan santai, karena setiap harinya kepala sekolah
selalu menyempatkan hadir setiap pagi kesekolah, untuk pembagian tugas
bila dirasa beliau tidak bisa menyelesaikannya dan ini menjadi terbiasa
bagi saya. Selama saya masih bisa mengerjakannya dan bila saya merasa
kesulitan saya akan mencoba mendiskusikannya dengan kepala sekolah.
3. Bagaimana kinerja kepala sekolah selama beliau menjabat?
 Yah bertugas sebagaimana mestinya, walaupun sering sekali pekerjaan
saya yang mengerjakannya. Tetapi, kepala sekolah selalu memberikan
bimbingan dan arahan. Jadi pekerjaan bisa dibilang bagi dua lah. Tapi
alhamdulillah selama ini bisa terselesaikan dengan baik.
4. Masalah apa yang sering bapak temui?
 Yang namanya masalah pasti ada saja tapi selama ini alhamdulillah belum
menemukan masalah yang besar. Masih bisa diatasi dan dibawa santai.
5. Bagaimana kepala sekolah memberikan motivasi terhadap bawahannya
selama beliau menjabat?
 Kalau motivasi secara langsung si sering mengajak berdiskusi,
memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi, menyediakan
sarana prasarana yang lengkap, dan lain-lain.
6. Apakah motivasi yang diberikan dapat meningkatkan kinerja bapak?
 Iya cukup memotivasi saya misalnya dengan mengajak berdiskusi saya
jadi bersemangat mengerjakan pekerjaan saya karena saya paham dengan
tugas yang harus saya kerjakan.

Mengetahui,
Kepala SMPN 131 Jakarta

Pracoyo Agus Sumbodo, S.Pd

Anda mungkin juga menyukai