Anda di halaman 1dari 15

1

MATA KULIAH
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN ANALISI KEBIJAKAN
PENDIDIKAN
TOPIK
PERUMUSAN KEBIJAKAN DI BIDANG AKADEMIK DI
SEKOLAH

Dosen Pengampu : Dr. Rosalina Ginting, M.Si

Oleh

ZULFA AMIRULIA NPM 21510120


UNTARI NPM 21510131
ISTI RILOWATI NPM 21510136

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN (S2)


PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
MEI 2023

1
i

MATA KULIAH
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN ANALISI KEBIJAKAN
PENDIDIKAN
TOPIK
PERUMUSAN KEBIJAKAN DI BIDANG AKADEMIK DI
SEKOLAH
Dosen Pengampu : Dr. Rosalina Ginting, M.Si

Oleh

ZULFA AMIRULIA NPM 21510120


UNTARI NPM 21510131
ISTI RILOWATI NPM 21510136

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN (S2)


PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
MEI 2023

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, inayah, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan topik, “Perumusan Kebijakan Bidang Akademik
di Sekolah”. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pengambilan Keputusan dan Analisis Kebijakan Pendidikan.
Ucapan terima kasih penulis kepada ibu Dr . Rosalina Ginting , M.Si.
selaku dosen pengampu mata kuliah Pengambilan Keputusan dan Analisis
Kebijakan Pendidikan. Serta teman-teman mahasiswa Program Studi Manajemen
Pendidikan S2 Pascasarjana yang telah membantu penulisan makalah ini.
Penulis menyadari akan kekurangan dalam makalah ini, untuk itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan
karya tulis yang akan datang. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua
pihak. Dan yang kebaikan yang diberikan oleh semua pihak kepada penulis
menjadi amal shaleh yang senantiasa mendapat balasan kebaikan yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Aamiin…

Semarang, Mei 2023

Penulis

ii
iii

DAFTAR ISI

JUDUL..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................................2
II. PEMBAHASAN DAN KAJIAN KRITIS........................................................3
A. Pengertian Kebijakan....................................................................................3
B. Kebijakan akademis.......................................................................................4
C. Perumusan Kebijakan Bidang Akademis di
sekolah...................................................................................………………6
D. Kajian Kritis..................................................................................................7
III. PENUTUP ......................................................................................................19
A. Simpulan ..................................................................................................8
B. Saran ........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakekatnya adalah proses perubahan. Dan dalam


proses perubahan itu, pendidikan harus mampu memberikan sumbangan optimal
bagi transformasi menuju terwujudnya masyarakat madani. Pendidikan juga
diharapkan mampu menunjang kelangsungan dan proses kemajuan hidup
masyarakat.

Sebagai proses belajar, pendidikan harus mampu menghasilkan individu


dan masyarakat religius yang secara personal memiliki integritas dan kecerdasan.
Sebagai proses ekonomi, pendidikan merupakan suatu investasi yang dalam tingkat
tertentu harus memberi keuntungan. Sedangkan sebagai proses sosial-budaya,
pendidikan merupakan bagian integral dari proses sosial-budaya yang berlangsung
terus tanpa akhir.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan


Nasional melihat pendidikan dari segi proses dengan merumuskan pendidikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.

Namun, permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia


masih terus meningkat. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya
pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan Nasional, baik melalui pengembangan kurikulum
Nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pendidikan dan
pelatihan-pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan
sarana dan prasarana pendidikan, bahkan juga peningkatan mutu manajemen
sekolah. Contoh SDN Pulo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora, guru 64%
belum tergerak untuk mengikuti pelatihan-pelatihan
1
pengadaan dan perbaikan sarana-prasarana belum maksimal padahal dapodik sudah
diupdate dan pengajuan proposal ke pemerintah daerah. Akibatnya mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang berarti.
Melihat kenyataan yang ada, pendidikan perlu dirumuskan dengan baik.
Penyelenggaraan pendidikan perlu memperhatikan karakteristik, aspirasi, dan kebutuhan
masyarakat. Pendidikan hendaknya mampu memberikan respon kontekstual sesuai dengan
orientasi pembangunan daerah. Ini berarti bahwa perumusan kebijakan bidang akademik
dan pembuatan keputusan-keputusan pendidikan hendaknya memperhatikan aspirasi yang
berkembang di dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan kebijakan?


2. Apa yang dimaksud dengan kebijakan bidang akademik?
3. Bagaimana perumusan kebijakan bidang akademik di sekolah?

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan kebijakan;
2. Mengetahui dan mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan kebijakan bidang
akademik;
3. Mengetahui dan mendeskripsikan perumusan kebijakan bidang akademik di
sekolah.
Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan guru, kepala sekolah, dan sekolah dalam
perumusan kebijakan bidang akademik.
2. Menambah wawasan untuk sekolah terhadap perumusan kebijakan bidang akademik
di sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Kebijakan

Menurut Fredrich dalam Agustino (2017: 166) kebijakan adalah serangkaian


tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-
kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana
kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai
tujuan yang dimaksud.
Kebijakan menurut Anderson dalam Agustino (2017:17) yang dikutip oleh
Ali Imron mengemukakan bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan yang
mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti oleh para pelakunya untuk
memecahkan suatu masalah. Sementara Budiarjo berpendapat bahwa kebijakan
adalah sekumpulan keputusan yang diambil oleh seseorang pelaku atau kelompok
politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan
tersebut
Pengertian di atas menunjukkan bahwa pihak-pihak yang membuat kebijakan
itu mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya. Kebijakan tersebut merupakan
aturan-aturan yang semestinya dan harus diikuti tanpa pandang bulu, mengikat siapa
pun yang dimaksud untuk diikat oleh kebijakan tersebut.

Menurut Hoogerwerf pada hakekatnya kebijakan adalah semacam jawaban


terhadap suatu masalah, yaitu upaya untuk memecahkan, mengurangi, mencegah
suatu masalah dengan cara tertentu, yaitu dengan tindakan yang terarah. James E.
Anderson, memberikan rumusan kebijakan sebagai perilaku dari sejumlah aktor
(pejabat, kelompok, instansi) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan
tertentu.

Sedangkan menurut Aminullah yang dikutip oleh Edi Suharto, menyatakan


bahwa: “kebijakan adalah suatu upaya atau tindakan untuk mempengaruhi sistem
pencapaian tujuan yang diinginkan, upaya dan tindakan dimaksud bersifat strategis
yaitu berjangka panjang dan menyeluruh”.

3
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.
Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor
swasta, serta individu. Di dalam bahasa Inggris kebijakan disebut “policy”.
Kebijakan juga dapat diartikan sebagai mekanisme politis, manajemen, atau
administratif untuk mencapai suatu tujuan.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kebijakan adalah
konsep yang menjadi pedoman dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kebijakan
adalah jawaban terhadap suatu masalah. Dan dalam merumuskan suatu kebijakan,
sekolah harus bijaksana sehingga apapun kebijakan yang dibuat tidak menimbulkan
permasalahan di kemudian hari.

Kebijakan secara umum dibedakan 3 tingkatan :


a. Kebijakan umum, yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk
pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang
meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan.
b. Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan
umum, sedangkan untuk tingkat pusat menggunakan Peraturan Pemerintah
tentang pelaksanaan suatu undang-undang.
c. Kebijakan teknis, kebijakan operasional yang berada di bawah kebijakan
pelaksanaan.
Meningkatkan mutu pendidikan dalam suatu sekolah menuntut adanya
perubahan sikap dan tingkah laku dari seluruh komponen sekolah, yaitu : kepala
sekolah, guru dan tenaga/staf administrasi termasuk orang tua dan masyarakat dalam
memandang, memahami, membantu sekaligus sebagai pemantau yang melaksanakan
monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan sekolah serta didukung oleh pengelolaan
sistem informasi yang valid dan refresentatif, dimana akhir dari semua itu ditujukan
kepada keberhasilan sekolah untuk menyediakan pendidikan yang bermutu bagi
masyarakat. Dibutuhkan pendekatan manajemen dalam mengelola seluruh
penyelenggaraan di sekolah.

2. Kebijakan Bidang Akademis


Akademis adalah kata yang mengacu kata sifat. Kata sifat ini cenderung
menunjukkan kearah yang bersifat ilmiah. Maksud ilmiah tentu saja berkaitan erat
dengan ilmu pengertahuan yang didasarkan dari teori-teori yang telah diuji

4
kebenarannya secara objektif. Maka dari itu, pengertian akademis adalah sebuah
kemampuan menguasai ilmu pengetahuan yang telah diuji kepastian kebenarannya
sehingga bisa bisa diukur baik berupa nilai maupun yang biasanya disebut dengan
prestasi akademik.

Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan sekolah sebagai


lembaga mendidik. Pendidikan merupakan segala pengaruh yang diupayakan
sekolah terhadap anak dan remaja (usia sekolah) yang diserahkan kepada pihak
sekolah agar mempunyai kemampuan kognitif dan kesiapan mental yang
sempurna dan kesadaran maju yang berguna bagi mereka untuk terjun ke
masyarakat, menjalin hubungan sosial, dan memikul tanggung jawab mereka
sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.

Kebijakan pendidikan merupakan suatu yang sifatnya esensif dan


komprehensif. Kebijakan yang dibuat ditujukan untuk mengatasi suatu permasalahan
yang sifatnya pelik. Kebijakan yang baik adalah kebijakan yang dibuat berdasarkan
aspirasi dan berpihak kepada masyarakat dan realitas yang ada, menyahuti berbagai
kepentingan dan meminimalkan adanya kerugian pihakpihak tertentu. Demikian
pula halnya dengan kebijakan pendidikan, hendaknya harus mempertimbangkan
banyak hal, karena menyangkut kepentingan publik yang dampaknya sangat besar.

Kebijakan Akademik adalah arahan strategis yang berfungsi sebagai pedoman


pengelolaan dan pengembangan akademik di sekolah. Kebijakan ini memberikan
pedoman semua kegiatan pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat yang
harus dilakukan untuk mencapai keadaan yang lebih baik di masa depan sesuai
dengan Visi, Misi dan Tujuan sekolah.

3. Perumusan Kebijakan Akademik di Sekolah

Kebijakan pendidikan berasal dari dua kata yakni “kebijakan” dan


“pendidikan”. Tilaar dan Nugroho merupakan ahli dibidang pendidikan mempunyai
pendapat bahwa kebijakan pendidikan ialah keseluruhan dari seluruh rangkaian
proses yang dilaksanakan serta hasil dari perumusan mengenai langkah pasti dalam
pendidikan, yang merupakan jabaran dari visi dan misi pendidikan dalam rangka
untuk menyongsong pendidikan dalam menggapai tujuan bersama dalam suatu masa
tertentu.
Dalam membuat kebijakan, pada umumnya sekolah melakukan sebuah

5
perumusan masalah supaya kebijakan tersebut tepat sasaran. Ciri khas dari
perumusan masalah itu sendiri ialah dengan menjabarkan suatu masalah yang
dihadapi dan menperoleh data-data terkait kondisi masalah tersebut sehingga
menyebabkan adanya sebuah kebijakan. Perumusan masalah kebijakan yang ada di
pendidikan ialah dengan mengusulkan serangkaian tindak nyata dinilai sebagai
upaya lebih baik untuk dapat berkompromi serta otorisasi pengawasan yang salih
menerima petuah serta tindakan kolektif. Pendidikan dibedakan bidang akademik
dan non akademik.
Tahap-tahap dalam proses pembuatan kebijakan pendidikan bidang akademik
adalah sebagai berikut: 1) Penyusunan agenda, yakni disini menempatkan masalah
pada agenda pendidikan 2) Formulasi kebijakan, yakni merumuskan alternatif
kebijakan untuk mengatasi masalah 3) Adopsi kebijakan, yakni kebijakan alternatif
tersebut diadopsi atau diambil untuk solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut 4)
Implementasi kebijakan, yakni kebijakan yang telah diambil dan dilaksanakan dalam
pendidikan 5) Penilaian kebijakan, dalam tahapan ini yakni tahap penilaian dalam
pembuatan kebijakan dan pencapaian tujuan dalam kebijakan pendidikan.
Sehubungan dengan uraian di atas, maka dalam formulasi kebijakan atau pembuatan
kebijakan mengandung beberapa isi penting yakni dijadikan sebagai pedoman
tindakan sesuai dengan apa yang direncanakan. Adapun isi kebijakan tersebut
mencakup: 1) Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan 2) Jenis manfaat yang
akan dihasilkan 3) Derajat perubahan yang diinginkan 4) Kedudukan pembuatan
kebijakan 5) Siapa pelaksana program dan sumber daya yang dikerahkan.

B. Kajian Kritis
Permasalahan di SDN Pulo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora , guru
64% belum tergerak untuk mengikuti pelatihan-pelatihan secara mandiri yang
dilaksanakan melalui daring (sudah merasa di zona nyaman, sebagian sudah
golongan IVa) belum termotivasi untuk mengikuti pengembangan diri, pengadaan
dan perbaikan sarana-prasarana belum maksimal padahal dapodik sudah diupdate
dan pengajuan proposal ke pemerintah daerah, serta proses pembelajaran yang
kurang variatif (kurang maksimal dalam pemanfaatan IT). Akibatnya mutu
pendidikan belum menunjukkan peningkatan. Untuk mengatasi permasalahan di atas
Kepala Sekolah mengambil kebijakan bidang akademik dengan perumusan sebagai

6
berikut :
1) Penyusunan agenda, yakni disini menempatkan masalah pada agenda
bidang akademik;
2) Formulasi kebijakan, yakni merumuskan alternatif kebijakan untuk
mengatasi masalah;
3) Adopsi kebijakan, yakni kebijakan alternatif tersebut diadopsi atau diambil
untuk solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut;
4) Implementasi kebijakan, yakni kebijakan yang telah diambil dan
dilaksanakan dalam pendidikan;
5) Penilaian kebijakan, dalam tahapan ini yakni tahap penilaian dalam
pembuatan kebijakan dan pencapaian tujuan dalam kebijakan pendidikan.

Kebijakan kepala sekolah disampaikan warga sekolah (guru, karyawan serta


komite), misalnya untuk memotivasi guru dalam pengembangan diri dengan
mengadakan IHT di sekolah, pengadaan dan perbaikan sarana prasarana dengan
update dapodik diisi dengan kondisi yang sebenarnya, mengajukan proposal ke
pemerintah daerah atau koordinasi dengan komite mengenai program sekolah,
mengadakan pemantapan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi akademik.

Dengan kebijakan kepala sekolah bidang akademik diharapkan dapat


meningkatkan mutu pendidikan khususnya di SDN Pulo Kecamatan Kedungtuban
Kabupaten Blora. Dengan sarana prasarana yang memadai, kompetensi guru
meningkat dengan mengikuti IHT sehingga proses belajar mengajar menjadi
menyenangkan dan berpusat pada peserta didik.

BAB III

7
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan
kelompok sektor swasta, serta individu
Kebijakan Akademik adalah arahan strategis yang berfungsi sebagai
pedoman pengelolaan dan pengembangan akademik di sekolah. Kebijakan ini
memberikan pedoman semua kegiatan pendidikan, dan pengabdian kepada
masyarakat yang harus dilakukan untuk mencapai keadaan yang lebih baik di
masa depan sesuai dengan Visi, Misi dan Tujuan sekolah.

Dalam membuat kebijakan, pada umumnya sekolah melakukan sebuah


perumusan masalah supaya kebijakan tersebut tepat sasaran. Ciri khas dari
perumusan masalah itu sendiri ialah dengan menjabarkan suatu masalah yang
dihadapi dan menperoleh data-data terkait kondisi masalah tersebut sehingga
menyebabkan adanya sebuah kebijakan. Perumusan masalah kebijakan yang ada
di pendidikan ialah dengan mengusulkan serangkaian tindak nyata dinilai sebagai
upaya lebih baik untuk dapat berkompromi serta otorisasi pengawasan yang
salih menerima petuah serta tindakan kolektif.

A. Saran
Untuk mengatasi permasalahan bidang akademik di sekolah, kepala
sekolah merumuskan kebijakan dengan tepat sasaran dan dikomunikasikan
dengan warga sekolah

DAFTAR PUSTAKA

8
………Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

………Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional


Pendidikan.

attah, Nanang. (2013). Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: Remaja

Hasbullah. (2015), Otonomi Pendidikan:Kebijakan Otonomi Daerah dan


Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada

Lester, James P & Stewart, Joseph JR. (2010). Public Policy: An Evolutionary Approach.
USA,

Nadeak, B. (2020). Manajemen Humas Pada Lembaga Pendidikan. Bandung:


Widina Bhakti Persada

Rosdakarya Hanisy, Asmad. (2013). Konsep Dasar Analisis Kebijakan.


Al Qodiri: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Keagamaan, 4(1), 48-63.

Tilaar, H.A.R. dan Nugroho, Riant 2009. Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk
Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan sebagai
Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Wadsworth/Thomson LearningMajdid, Abd. 2018. Analisis Kebijakan Pendidikan.


Yogyakarta: Penerbit Samudra Biru

http://eprints.umm.ac.id/44487/3/jiptummpp-gdl-mualifikho-49694-3-babii.pdf

9
10
11

Anda mungkin juga menyukai