Anda di halaman 1dari 28

KAJIAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN TERINTEGERASI

LEARNING PAST AND FUTURE: RETOOLING SCHOOLING

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kajian Kurikulum
dan Pembelajaran Terintegrasi
Tahun Akademik 2022 / 2023

Dosen Pengampu:
Prof. Dr Hj. Ana Suhaenah Suparno
Dr. Hj. Nurrohmatul Amaliyah, M.Pd

Disusun oleh:

Enny Sutiarsih (2209087049)

Wachid Oktaviarto Nugroho (2209087038)

Andini Sasabila Istiqomatul Yahya (2209087060)

PROGRAM PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCA SARJANA UHAMKA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Segala puji bagi Allah


SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Melengkapi Sekolah Membentuk
Kembali Sistem Pendukung”, Adapun penyusunan makalah ini ditujukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah “Kajian Kurikulum dan Pembelajaran
Terintegrasi”.

Kami berusaha untuk mengoptimalkan penyusunan makalah ini, walaupun


dirasakan masih banyak sekali kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki oleh
kami sebagai penulis, untuk itu mohon pembaca dapat mengkritik dan memberikan
saran yang membangun guna memperbaiki makalah ini.

Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih kepada Prof. Dr. Hj. A. Suheana Suparno dan Dr. Nurrohmatul
Amaliyah, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Perkembangan Kurikulum dan
Pembelajaran Terintegrasi yang telah membimbing kami.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat,
khususnya bagi kami serta para pembaca. Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh

Jakarta, November 2022

Tim Penulis Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A Latar Belakang ............................................................................................. 1

B Rumusan Masalah ........................................................................................ 3

C Tujuan .......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4

A Pengertian Retooling School ........................................................................ 4

B Tujuan Diberlakukannya Retooling School ................................................. 8

C Pengertian Support System ........................................................................ 12

D Pengertian Future Learning Frameworks / Kerangka Pembelajaran Masa


Depan Pengertian............................................................................................... 18

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 23

A Kesimpulan ................................................................................................ 23

B Saran........................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang pesat dalam


segala segi kehidupan telah menandai dimulainya abad 21. Melalui
perkembangan teknologi, dunia saling terhubung melampaui sekat-sekat
geografis sehingga dunia menjadi tanpa batas. Dengan semakin menyempitnya
dan meleburnya faktor “ruang dan waktu” menjadi bukti bahwa konteks
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi telah memasuki segala aspek
kehidupan manusia yang berdampak pada terjadinya perubahan kualifikasi dan
kompetensi sumber daya manusia. Tidak hanya itu, hal tersebut berimplikasi
pada berbagai resiko dan ketidakpastian yang harus dihadapi oleh peserta didik
dimana kehidupan dunia yang dihadapi peserta didik saat ini berbeda dan jauh
lebih kompleks dibanding zaman sebelumnya sehingga hal tersebut menuntut
peserta didik untuk belajar lebih banyak dan proaktif terhadap berbagai
perubahan agar mampu memepersiapkan diri dalam menghadapi tantangan
global.

Pembelajaran di abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran


di masa yang lalu. Dahulu, pembelajaran dilakukan tanpa memperhatikan
standar, sedangkan kini memerlukan standar sebagai acuan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Melalui standar yang telah ditetapkan, pendidik
mempunyai pedoman yang pasti tentang apa yang diajarkan dan yang hendak
dicapai. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya
hidup manusia, baik dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar.
Memasuki abad 21 kemajuan teknologi tersebut telah memasuki berbagai sendi
kehidupan, tidak terkecuali dibidang Pendidikan. Dosen dan mahasiswa,
pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan belajar mengajar di
abad 21 ini. Sejumlah tantangan dan peluang harus dihadapi peserta didik dan
1
pendidik agar dapat bertahan dalam abad pengetahuan di era informasi ini
(Yana, 2013).

Kemajuan dan tuntutan abad 21 menghendaki pendidikan melakukan


penyesuaian di segala aspek, termasuk pada kurikulum. Salah satu tuntutan
pengembangan kurikulum abad 21 di sekolah yaitu mengubah pendekatan
pembelajaran menjadi berpusat pada peserta didik dari pembelajaran yang
sebelumnya berpusat pada pendidik. Hal tersebut sesuai dengan kecakapan
berpikir dan belajar (thinking and learning skils) yang harus dimiliki anak
sebagai tuntutan dunia masa depan sebagaimana yang termuat dalam kerangka
kerja pembelajaran inovatif abad 21 yang dicetuskan oleh Partnership for 21st
Century Learning (2011).
Sekolah merupakan Lembaga formal untuk memberikan pengajaran serta
pendidikan kepadapeserta didik, dalam upaya sadar menjadikan seorang
individu menjadi orang yang dapat berguna bagi dirinya sendiri maupun
lingkungannya.
Mendapatkan pendidikan oleh sekolah yang bermutu unggulan adalah
keinginan setiap lapisan masyarakat. Namun, dalam pelaksanaannya proses
pendidikan merupakan hal yang jauh lebih rumit dimana tidak hanya
melibatkan sarana dan prasarana saja. Lebih dari itu, guna menciptakan
pendidikan yang bermutu baik diperlukan berbagai aspek pendukung,
termasuk di dalamnya para pemegang kepentingan pendidikan.
Dengan hanya mengandalkan fasilitas sekolah yang memadai, tidak
menjadi syarat utama sekolah dapat dikatakan maju dan bermutu. Menurut
penulis, untuk menciptakan sekolah yang demikian dibutuhkan kesinergian
yang baik dari semua pihak, yaitu semua warga sekolah, baik itu kepala
sekolah, pendidik, peserta didik, dan wali murid bahkan pemerintah. Para
pemegang kepentingan tersebut harus memiliki kesadaran dan dedikasi yang
tinggi terhadap sekolah.
Guru sebagai pelayan publik hendaknya mampu menjadi pengganti
orang tua yang baik di sekolah. Dalam perannya sebagai seorang pendidik,
guru harus mampu mengatasi berbagai problematika yang dihadapi anak
2
didiknya. Selain dari pada itu, seiring dengan pekembangan zaman, guru juga
dituntut harus paham dan mengerti IT di era digital seperti pada saat ini.
Lebih dari itu, peranan guru akan terasa lebih nyata apabila sekolah
mampu memberikan serta mengarahkan guru sebagai motor penggeraknya,
serta menjalankan kurikulum dengan optimal dalam upaya memajukan
peradaban manusia di kemudian hari.
Berdasarkan dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka
penulis dengan ini ingin menyajikan makalah yang membahas tentang
“Learning Past And Future: Retooling Schooling.”

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka


rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Retooling School?


2. Apa tujuan diberlakukannya Retooling School?
3. Apa yang dimaksud dengan Support System?
4. Apa yang dimaksud dengan Future Learning Frameworks?

C Tujuan

Dari rumusan masalah diatas kami dapat mengetahui tujuan dibuatnya


makalah ini, diantaranya:

1. Untuk mengetahui pengertian Retooling School.


2. Untuk mengetahui tujuan Retooling School.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Support System.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Future Learning Frameworks

3
BAB II

PEMBAHASAN

A Pengertian Retooling School

Retooling school dapat diarikan sebagai penggantian atau pengaturan


ulang dalam sebuah sistem sekolah. Menjalankan sekolah yang baik bukanlah
perkara yang mudah. Banyak sekali hubungan antar stakeholder yang
kompleks serta sistem pendukung yang harus bekerja sama dan bersinergi guna
mengupayakan terjadinya pembelajaran serta pendidikan yang bermakna bagi
setiap siswa.

Memetakan semua interaksi antara semua warga sekolah, baik itu yang
berada di dalam maupun di luar sekolah, termasuk siswa, guru, administrator,
dewan sekolah, penyedia kurikulum, orang tua dan anggota masyarakat,
lembaga pengujian , dan sebagainya. Sehingga membentuk sebuah diagram
sistem yang cukup membingungkan, seperti yang dilampirkan pada gambar 1.1
berikut ini:

Gambar 1.1 Diagram Sistem Interaksi Sekolah


4
Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan kehadiran
manusia lain. Keberadaan manusia lain selain individu tersebut menyebabkan
terjadinya proses interaksi timbal balik terjadi secara alamiah. Proses jalinan
hubungan antarindividu maupun kelompok terjadi dalam rangkaian upaya
memenuhi kebutuhan. Motif saling membutuhkan yang berbeda-beda jenis
kebutuhan membuat manusia saling melayani kebutuhan manusia lain.

Kecenderungan manusia untuk berhubungan tersebut melahirkan


adanya komunikasi dua arah, yaitu komunikasi melalui bahasa yang
mengandung tindakan dan perbuatan. Oleh karena itu akan timbul adanya aksi
dan reaksi sehingga interaksi pun terjadi. Interaksi tersebut adalah interaksi
manusia yang lazim terjadi. Hal ini berbeda dengan interaksi edukatif, di mana
interaksi tersebut dilandasi adanya tujuan yang bersifat mengikat (Karsidi,
2008: 66).

 Interaksi antara guru dengan siswa

Interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak


yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud
tertentu, yakni untuk mencapai pengertian bersamaan yang kemudian untuk
mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan
belajar). Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara
sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik ke
arah kedewasaannya.

Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan


interaksi antara dua unsur dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak
yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai
subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dengan guru, dibutuhkan
komponen-komponen pendukung seperti antara lain telah disebut pada ciri-ciri
interaksi edukatif.

5
Edi Suardi dalam bukunya Pedagogik (1980: 19) merinci ciri-ciri
interaksi belajar mengajar sebagai berikut: a) Interaksi belajar mengajar
memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan
tertentu; b) Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan; c) Interaksi belajar mengajar
ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus; dan d) Ditandai dengan
adanya aktivitas siswa.

Ciri-ciri interaksi edukatif menurut Djamarah (dalam Karsidi, 2008: 67-


68) mencakup tujuh aspek. Ketujuh aspek tersebut antara lain adalah sebagai
berikut: a) Ada tujuan yang ingin dicapai; b) Ada bahan/pesan yang menjadi
isi interaksi; c) Ada pelajaran yang aktif mengalami; d) Ada guru yang
melaksanakan; e) Ada metode untuk mencapai tujuan; f) Ada situasi yang
memungkinkan proses belajar-mengajar berjalan dengan baik; dan g) Ada
penilaian terhadap hasil interaksi.

Sebagai konsekuensi, bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas


siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar
mengajar. Dalam kegiatan pengajaran, apa yang dikatakan interaksi edukatif
itu akan berlangsung dengan kegiatan interaksi belajar mengajar.

Pendidikan dapat dirumuskan dari sudut normative, karena pendidikan


menurut hakikatnya memang sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma.
Artinya bahwa dalam peristiwa pendidikan, pendidik (pengajar/guru) dan anak
didik (siswa) berpegang pada ukuran, norma hidup, kesusilaan yang semuanya
merupakan sumber norma di dalam pendidikan.

Ada tiga bentuk komunikasi antara guru dan anak didik dalam proses
interaksi edukatif, yaitu komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai
interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi (Karsidi, 2008: 69). Komunikasi

6
sebagai aksi atau komunikasi satu arah menempatkan guru sebagai pemberi
aksi dan anak didik sebagai penerima aksi.

Dalam komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, guru


berperan sebagai pemberi aksi dan sekaligus penerima aksi. Anak didik bisa
berperan sebagai penerima aksi dan bisa pula sebagai pemberi aksi. Sedangkan
dalam komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi multi arah, komunikasi
tidak hanya terjadi antara guru dengan anak didik. Anak didik dituntut lebih
aktif dibandingkan dengan guru.

 Interaksi antara sekolah dengan keluarga

Keluarga sebagai satuan organisasi terkecil di masyarakat mendapat


peranan sangat penting karena membentuk kepribadian dan watak anggota
keluarganya. Sedangkan masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga. Dari satuan
terkecil itu terbentuklah gagasan untuk terus

mewariskan standar watak dan kepribadian yang baik yang diakui oleh
semua golongan masayarakat, salah satu institusi yang mewariskan
kepribadian dan watak kepada masayarakat adalah sekolah. Sekolah tidak akan
terus berdiri jika tidak di dukung oleh masyarakat, maka dari itu kedua sistem
sosial ini saling mendukung dan melengkapi. Jika di sekolah dapat terbentuk
perubahan sosial yang baik berdasarkan nilai atau kaidah yang berlaku, maka
masyarakat pun akan menaglami perubahan sosial.

Sebagai salah satu wujud sekolah sebagai bagian dari masyarakat maka
terbentuklah sekolah masyarakat (community school). Sekolah ini bersifat life
centered. Yang menjadi pokok pelajaran adalah kebutuhan manusia, masalah-
masalah dan proses-proses social dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan
dalam masyarakat. Masyarakat dipandang sebagai laboratorium dimana anak
belajar, menyelidiki dan turut serta dalam usaha-usaha masyarakat yang
mengandung unsur pendidikan
7
B Tujuan Diberlakukannya Retooling School

Dalam mencapai tujuan Penggantian atau Pengaturan Ulang Sistem


Sekolah model pabrik abad ke-20 menjadi jaringan pusat pembelajaran abad
ke-21 tentunya memerlukan berbagai penggabungan pendekatan sistematis dan
semangat inovasi. Di Virginia Barat, seperti di banyak sistem sekolah lain yang
bekerja menuju model pengajaran dan pembelajaran abad ke-21, menyiapkan
pengambil langkah-langkah kecil yang dapat dicapai serta menyiapkan
beberapa lompatan besar dalam banyak komponen sistem pendidikan dan
mengukur kemajuan saat mereka pergi dengan mempelajari apa yang berhasil
dan apa yang tidak dalam pengambilan langkah-langkah mereka.

Banyak jalan berbeda sedang dilalui dalam gerakan global menuju


sistem pendidikan abad ke-21, tetapi beberapa pola dan prinsip umum mulai
muncul. Dari banyaknya jalan menuju sistem pendidikan abad ke-21 tersebut
maka, dalam buku Partnership for 21st Century Skills di jelaskan ada enam
prinsip yang muncul dan tampaknya dimiliki oleh semua inisiatif atau
lembaga-lembaga (sekolah) yang sedang ataupun berhasil menuju pada sistem
pendidikan abad 21. Keenam prinsip tersebut diantaranya adalah:

1. Vision/ visi
Visi merupakan suatu rangkaian kata yang di dalamnya terdapat
impian, cita-cita atau nilai inti dari suatu lembaga atau organisasi. Visi juga
dapat menjadi tujuan masa depan suatu organisasi atau lembaga. Visi
pembelajaran abad ke-21 yang umum dan diartikulasikan dengan baik
perlu dibagikan di antara para pendidik, pejabat pemerintah, komunitas
bisnis, orang tua, dan siswa. Visi bersama ini membantu pemangku
kepentingan utama mempertahankan komitmen jangka panjang yang
diperlukan untuk mengubah sistem pendidikan dari waktu ke waktu.
Untuk membantu menciptakan visi bersama tersebut, Kerangka
Pembelajaran P21, kegiatan pembangunan konsensus seperti latihan
Empat Pertanyaan yang dijelaskan dalam Pendahuluan, kampanye

8
informasi masyarakat yang efektif, dan upaya komunikasi publik lokal
yang berkelanjutan semuanya dapat membantu.
2. Coordination/ Koordinasi
Semua sistem pendukung pendidikan—standar, penilaian,
kurikulum dan pengajaran, pengembangan profesional, dan lingkungan
belajar—harus bekerja sama secara terkoordinasi untuk mendukung
pembelajaran abad ke-21.
Seringkali perubahan dibuat dalam satu sistem pendukung, seperti
kurikulum baru, tanpa perubahan terkoordinasi yang dibuat di semua
sistem terkait lainnya: lingkungan belajar, pengembangan profesional
guru, penilaian dan standar yang selaras, misalnya. Perubahan yang
terisolasi ini dapat membangkitkan antusiasme untuk sementara waktu,
tetapi tanpa dukungan yang diperlukan dari sistem lain untuk
mempertahankan perubahan, mereka hampir selalu menjadi "eksperimen"
berumur pendek.
3. Official Policy / Kebijakan Resmi
Inisiatif sukses yang membuat perbaikan pendidikan abad ke-21
memiliki inovasi baru mereka yang dikodifikasikan ke dalam dokumen
kebijakan yang mengatur sistem pendidikan; resmi standar, tujuan, dan
sasaran pembelajarandan ke dalam praktik penilaian dan akuntabilitas
yang diperlukan oleh otoritas pendidikan yang mengatur (lebih lanjut
tentang masing-masing sistem ini sebentar lagi).
Selain itu, inisiatif berkelanjutan memerlukan pendanaan yang
memadai selama periode transformasi—setidaknya lima hingga tujuh
tahun, dan terkadang lebih. Pendanaan perlu mendukung perencanaan
jangka panjang dan implementasi bertahap dari inisiatif perubahan
berskala besar tersebut. Komitmen pendanaan ini sebagian besar
melibatkan pengalihan pendanaan yang ada ke kegiatan baru, meskipun
beberapa pendanaan tambahan untuk pengembangan guru dan
infrastruktur teknologi yang lebih baik mungkin diperlukan selama transisi
ke model abad ke-21.
9
Langkah-langkah ini membantu memastikan bahwa perubahan
dalam metode pengajaran sehari-hari, kurikulum, dan lingkungan belajar
sekolah akan terus bekerja bersama untuk mendukung tujuan
pembelajaran abad ke-21 yang solid, dan bahwa akan ada waktu dan
sumber daya untuk mengambil inovasi pembelajaran. tahan dan halus.
4. Leadership / Kepemimpinan
Mengembangkan program pendidikan abad ke-21 yang sukses
membutuhkan kepemimpinan yang terdistribusi dan terkoordinasi.
Otoritas dan pengambilan keputusan harus berada di tangan mereka yang
paling mampu membuat keputusan yang baik, dan teknologi harus
digunakan untuk berkomunikasi dan mengoordinasikan tindakan secara
efisien. Mereka yang terlibat perlu meluangkan waktu untuk belajar dari
pengalaman satu sama lain (keberhasilan dan kemunduran) karena inovasi
metode dan proses baru.
Akibatnya, pemimpin pendidikan di semua tingkatan (nasional,
negara bagian atau provinsi, kabupaten, sekolah, dan kelas) harus secara
tegas dan konsisten memimpin semua pemangku kepentingan—siswa,
orang tua, guru, administrator, pejabat pemerintah, anggota masyarakat—
menuju abad ke-21 yang sama. tujuan belajar pengetahuan yang ketat dan
relevan, pemahaman, dan kemahiran dalam keterampilan abad ke-21.
Semua pemimpin ini juga harus secara terbuka dan sering
mengkomunikasikan kemajuan menuju tujuan ini dan mendorong
percobaan dan inovasi dalam menciptakan sistem pendidikan abad ke-21
yang sukses.
5. Learning Technology / Teknologi Pembelajaran
Memberi siswa akses mudah ke Internet di kelas, serta ke komputer
laptop, perangkat genggam, dan teknologi pembelajaran lainnya,
merupakan bagian penting dari desain ulang pendidikan abad ke-21.
Namun teknologi juga harus difokuskan untuk mendukung tujuan
pembelajaran abad ke-21 setiap siswa.

10
Teknologi administrasi (database informasi siswa, sistem pelacakan
penilaian, portal sekolah, sistem manajemen kelas, komunikasi orang tua,
pemantauan video, dan sejenisnya) harus digunakan untuk
mengotomatisasi sebagian besar administrasi menjalankan sekolah atau
sistem pendidikan, membebaskan waktu dan sumber daya untuk
mendukung pengajaran berkualitas dan pembelajaran siswa abad ke-21
yang efektif.
6. Teaching Learning / Pembelajaran Guru
Dalam semua transformasi yang berhasil, pengembangan
profesional baik bagi guru baru maupun guru yang telah berpraktik
menjadi prioritas utama para pemimpin pendidikan. Guru harus menjadi
pembelajar abad ke-21 itu sendiri, belajar dari inkuiri, desain, dan
pendekatan kolaboratif yang membangun komunitas pendidik profesional
yang kuat.
Guru, apakah mereka baru lulus dari sekolah pendidikan atau telah
berada di kelas selama dua puluh tahun, harus belajar untuk
mengembangkan keterampilan merancang, melatih, dan memfasilitasi
mereka untuk membimbing dan mendukung proyek pembelajaran siswa
mereka. Guru harus terus mengasah keterampilan mereka dalam
menggunakan kekuatan teknologi pembelajaran untuk membantu
memperdalam pemahaman dan lebih mengembangkan keterampilan abad
ke-21.
Metode pengajaran ini adalah terobosan dari masa lalu. Mereka
belum umum diajarkan di sekolah pendidikan atau tersedia secara luas
dalam program pengembangan profesi guru. Namun meningkatnya
permintaan akan keterampilan abad ke-21 dan metode pengajaran yang
membangunnya dengan cepat mengubah situasi ini; sekolah pendidikan
seperti Columbia Teachers College di New York City dan banyak program
pengembangan profesional guru di seluruh dunia sedang beralih ke model
pendidikan guru abad ke-21 yang mencakup praktik dalam merancang dan
mengimplementasikan proyek pembelajaran inkuiri, desain, dan
11
kolaboratif, membawa lebih banyak peluang. Tunities bagi guru untuk
menguasai metode pengajaran abad 21.

C Pengertian Support System

Setiap system pendukung pendidikan tradisional terus diperbaharui


dan disusun ulang guna mengupayakan berhasilnya komunitas pendidikan
dan pembelajaran abad ke-21. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan
guna terciptanya pembelajaran dan pendidikan yang memenuhi
ketercapaiannya pendidikan abad ke-21 yang baik diantaranya:

1 Standar
Standar dirancang untuk menjawab pertanyaan “Apa yang harus
dipelajari anak - anak kita?”. Dokumen standar di abad ke-20 berisi daftar
panjang konten yang harus diketahui siswa dalam mata pelajaran
tertentu pada usia atau tingkat kelas tertentu.
Untuk abad ke-21, standar menekankan apa yang harus dapat
dilakukan siswa dengan konten ini. Mendefinisikan keterampilan yang
dapat digunakan siswa saat menerapkan konten pada pekerjaan yang
bermanfaat di setiap bidang subjek. Standar abad ke-21 ini juga
mencakup tingkat penguasaan untuk standar tertentu, dari tingkat pemula
hingga ahli.
Selain itu strandar pada abad 21, lebih menekankan pada beberapa
hal diantaranya:
a) Fokus pada keterampilan abad 21, pengetahuan dan keahlian konten.
b) Membangun pemahaman pada mata pelajaran tertentu dan antar mata
pelajaran.
c) Lebih menekankan pada pemahaman yang mendalam dari suatu
konten
d) Melibatkan peserta didik dengan dunia nyata, dan membuat peserta
didik lebih aktif dalam belajar dan pemecahan masalah

12
2 Penilaian keterampilan
Penilaian keterampilan dan pengetahuan siswa sangat penting
untuk memandu pembelajaran dan memberikan umpan balik kepada
siswa dan guru tentang seberapa baik mereka semua dalam mencapai
tujuan pembelajaran abad ke-21 yang diinginkan.
"Anda mendapatkan apa yang Anda ukur" sering dikatakan
tentang penilaian pendidikan, dan tren selama beberapa dekade
menuju tes pengetahuan konten yang sempit dan berisiko tinggi
dalam beberapa bidang studi (seni bahasa, matematika, sains, dan
studi sosial) sehingga telah membuat terbentuknya pepatah lain yang
popular, seperti: "Mengajar untuk ujian."
Standar dan praktik penilaian terkini telah memfokuskan siswa
hanya pada menghafal konten yang akan diperlukan untuk ujian,
sehingga hal tersebut berisiko tinggi pada ke stabilan mental siswa. Ujian
yang sering membuat stres ini dapat menentukan pembelajaran masa
depan dan jalur karir siswa. Selain itu, dengan penerapan strandar yang
seperti itu juga dapat digunakan untuk menilai kualitas seluruh anggota
sekolah dan pendidik yang berada di dalamnya.
Fokus yang kuat pada tes setelah instruksi, atau sumatif sebagai
penilaian, telah meremehkan nilai evaluasi selama instruksi, atau
penilaian formatif. Penilaian formatif, seperti kuis dan laporan lab,
sering disebut “penilaian untuk pembelajaran”, sebagai lawan dari
“penilaian pembelajaran” sumatif. Penilaian formatif bisa lebih berharga
bagi siswa dan guru daripada yang sumatif, karena mereka memberikan
umpan balik secara real time dan memungkinkan penyesuaian cepat
dalam instruksi untuk lebih memenuhi kebutuhan belajar langsung siswa.
Fokus pada tes sumatif berisiko tinggi juga telah mengurangi nilai
dari berbagai macam metode penilaian lain yang lebih otentik dari esai
yang diperluas dan evaluasi rekan dan diri hingga pekerjaan proyek yang
dinilai oleh rubrik evaluasi atau oleh panel ahli.

13
Sayangnya, siswa yang memiliki kebutuhan belajar khusus,
memiliki kesulitan dalam membaca, atau pembelajar Bahasa, keduanya
sering memperlihatkan hasil yang kurang tampil atau buruk pada semua
tes pilihan ganda standar. Hal itu dikarenakan tes ini sangat bergantung
pada keterampilan membaca. Meskipun akomodasi memang ada, banyak
siswa berkebutuhan khusus yang diabaikan begitu saja dari proses
penilaian.
Sama halnya juga dengan ditinggalkannya dalam praktik penilaian
baru-baru ini adalah pengukuran keterampilan abad ke-21 yang penting
dan pemahaman yang lebih dalam serta pengetahuan terapan yang dapat
berasal dari proyek pembelajaran yang ketat.
Jadi bagaimana kita pindah ke keseimbangan baru penilaian abad
ke-21 yang memberikan umpan balik yang berguna tentang kemajuan
siswa dalam memahami topik pembelajaran atau keuntungan mereka
dalam keterampilan abad ke-21, serta mengukur berbagai kapasitas dan
kemampuan yang jauh lebih luas yang lebih baik? mencerminkan seluruh
peserta didik?
Kita membutuhkan tes sumatif yang lebih baik dan evaluasi formatif
yang mengukur kombinasi pengetahuan konten, keterampilan dasar,
keterampilan berpikir tingkat tinggi, pemahaman dan pemahaman yang
lebih dalam, pengetahuan terapan, dan kinerja keterampilan abad ke - 21.
Evaluasi tertanam ke dalam kegiatan pembelajaran berkelanjutan yang
memberikan umpan balik tepat waktu dan menyarankan kegiatan
pembelajaran tambahan yang dapat meningkatkan pemahaman dan
kinerja juga akan sangat membantu.
Jika satu tes mengukur keterampilan dasar dan terapan, tidak perlu
ada tes lagi, hanya tes yang lebih baik yang mengukur lebih banyak apa
yang dibutuhkan siswa untuk sukses di abad ke-21. Kita perlu
menggunakan berbagai penilaian formatif waktu nyata yang mengukur
pengetahuan konten, keterampilan berpikir dasar dan tingkat tinggi,
pemahaman dan pemahaman, dan penerapannya.
14
Tersedia banyak metode efektif untuk menilai kemajuan
pembelajaran yang sedang berlangsung, diantaranya:
a) Esai siswa yang diperluas
b) Rubrik observasi pada perangkat genggam guru
c) Jajak pendapat instan online, kuis, pemungutan suara, dan komentar
blog
d) Kemajuan dalam memecahkan tantangan simulasi online dan
masalah desain
e) Evaluasi portofolio pekerjaan proyek saat ini dan tinjauan
pertengahan proyek
f) Evaluasi ahli dari magang yang sedang berlangsung dan pekerjaan
pelayanan di masyarakat

Kumpulan penilaian formatif juga dapat digunakan sebagai


bagian dari evaluasi sumatif, menawarkan serangkaian pengukuran
yang beragam sebagai dasar untuk penilaian akhir proyek atau akhir
unit dari tujuan dan standar pembelajaran kemajuan. Penilaian
berbasis teknologi dapat mengotomatiskan beberapa tugas padat
karya untuk menilai kinerja siswa dan menawarkan cara baru untuk
mengevaluasi kinerja keterampilan , terutama melalui penggunaan
skenario masalah dan simulasi berdasarkan situasi dunia nyata.
Karena penilaian cenderung mendorong semua pendidikan
lainnya sistem pendukung, sejumlah inisiatif nasional dan global
yang menjanjikan sedang dilakukan untuk merancang serangkaian
inti penilaian abad ke-21 yang seimbang yang benar-benar selaras
dengan jenis pemahaman yang lebih dalam dan kinerja keterampilan
yang sangat dibutuhkan di zaman kita. Penilaian abad ke-21 ini
menjanjikan untuk memberikan gambaran yang lebih luas tentang
kemampuan penuh dari "seluruh anak"—termasuk aspek kognitif,
emosional, fisik, sosial, dan etika dari siswa yang sehat, aman,
terlibat, didukung, dan ditantang secara positif
15
a) Mendukung keseimbangan penialaian tes standar serta penialaian
normatif dan sumatif;
b) Menekankan pemanfaatan umpan balik bedasarkan kinerja peserta
didik;
c) Membolehkan pengembangan portofolio peserta didik.
3 Kurikulum dan pengajaran
Mengembangkan kurikulum mandiri berbasis individu, hal ini
tidaklah gampang diperlukan suatu desain dan konsep matang serta
terbukti efektif dalam implementasinya. Sejumlah prasyarat yang harus
dipenuhi kesiapan fasilitas dan saran dan prasarana, kematangan peserta
didik, infrastruktur dan suprastruktur manajemen institusi yang handal,
konten pengetahuan yang lengkap dan sebagainya.
a) Berfokus pada penyediaan peluang untuk menerapkan keterampilan
abad 21 di seluruh bidang dan pendekatan pembelajaran berbasis
kompetensi.
b) Memungkinkan metode pembelajaran inovatif yang
mengintegrasikan penggunaan teknologi, pendekatan berbasis
masalah dan berfikir tingkat tinggi.
c) Mendorong integrasi sumber daya masyarakat yang berada di luar
sekolah.
4 Pengembangan professional
Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru
dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru
mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu guru dituntut mampu
menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu mengupdate, dan
menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi
diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber
seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu

16
mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang
disajikan.
Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan
tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola
proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh peserta
didik sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh
melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah
putus. Keaktifan peserta didik harus selalu diciptakan dan berjalan terus
dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat.
Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong pesertadidik
untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan
fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan
pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar
sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil bermain,
sesuai kontek materinya.
Guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai
ilmu keguruan. Misalnya, bagaimana menerapkan prinsip apersepsi,
perhatian, kerja kelompok, dan prinsipprinsip lainnya. Dalam hal
evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan sesuai
dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru
dapat menyusun butir soal secara benar, agar tes yang digunakan dapat
memotivasi pesertadidik belajar.
Kemampuan yang harus dimiliki pada dimensi kompetensi
profesional atau akademik dapat diamati dari aspek-aspek berikut ini,
diantaranya:
a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
b) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
c) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
17
d) Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
5 Lingkungan belajar
Lingkungan belajar abad ke -21 mencakup sejumlah elemen
penting yang bekerja sama untuk mendukung pengajaran dan
pembelajaran abad ke-21:
a) Bangunan fisik, ruang kelas, dan fasilitas, serta rancangan
b) Operasi harian, penjadwalan, kursus, dan kegiatan sekolah
c) Infrastruktur teknologi pendidikan
d) Komunitas profesional guru, administrator, dan yang lain
e) Budaya sekolah
f) Keterlibatan dan partisipasi masyarakat
g) Kepemimpinan dan kebijakan sistem pendidikan

Membangun “lingkungan utuh untuk seluruh anak” abad ke-21


melibatkan perubahan dalam penggunaan ruang dan waktu pendidikan,
teknologi-teknologi, komunitas dan kepemimpinan.

D Pengertian Future Learning Frameworks / Kerangka Pembelajaran Masa


Depan Pengertian

Merancang, mendesain ulang, menciptakan, dan menciptakan kembali


sistem pendidikan yang akan mendukung pembelajaran abad ke-21 tidak akan
mudah, dan akan ada banyak rintangan sulit untuk diatasi saat kita bergerak
melalui masa perubahan besar dan peluang besar di dunia.
Saat kita melewati abad ke-21, kita perlu menemukan solusi
pembelajaran baru, desain sekolah baru, dan cara-cara baru untuk
mempersiapkan siswa kami menghadapi masa depan— pembelajaran abad ke-
21 jelas merupakan pekerjaan yang sedang berjalan.

18
Di abad ke-21, pembelajaran dapat dipandang sebagai penggunaan
metode terbaik yang tersedia untuk menghasilkan berbagai macam pakar
dengan pemahaman yang mendalam dan kemampuan untuk berhasil
menerapkan apa yang mereka ketahui pada pertanyaan dan masalah penting di
zaman kita.
Merancang, mendesain ulang, menciptakan, dan menciptakan kembali
sistem pendidikan yang akan mendukung pembelajaran abad ke-21 tidaklah
mudah, dan akan ada banyak rintangan yang sulit untuk diatasi saat kita
melewati masa perubahan besar dan peluang besar di dunia.
Kita beruntung memiliki banyak sekolah, jaringan sekolah, negara
bagian, negara, dan pemimpin pendidikan serta guru yang antusias dan
berkomitmen yang telah mencapai banyak kemajuan dalam memindahkan
pendidikan ke abad ke-21. Upaya rintisan mereka untuk memetakan jalur baru
untuk belajar memberi kami harapan, kepercayaan diri, dan inspirasi bahwa
kami dapat mencapai cara belajar yang lebih baik yang mempersiapkan anak-
anak kami dengan lebih baik untuk zaman kita dan masa yang akan datang.
Namun, satu abad adalah waktu yang lama, dan perubahan adalah satu-
satunya hal yang tetap. Saat kita melewati abad ke-21, kita perlu menemukan
solusi pembelajaran baru, desain sekolah baru, dan cara baru untuk
mempersiapkan siswa kita menghadapi pembelajaran abad ke-21 jelas
merupakan pekerjaan yang sedang berjalan.
Di abad ke-21, pembelajaran dapat dipandang sebagai menggunakan
metode terbaik yang tersedia untuk menghasilkan berbagai ahli dengan
pemahaman mendalam dan kemampuan untuk berhasil menerapkan apa yang
mereka ketahui pada pertanyaan dan masalah penting di zaman kita.
Tapi sebenarnya apa yang membuat seorang ahli berbeda dari seorang
pemula? Berkat penelitian selama puluhan tahun dalam psikologi kognitif,
ilmusaraf, dan ilmu pembelajaran lainnya, kami memiliki banyak pengetahuan
"keahlian" tentang bagaimana para ahli berpikir dan menggunakan
pengetahuan dan keterampilan mereka.16 Sekarang kita tahu para ahli itu

19
• Perhatikan pola dan fitur penting yang dilewatkan oleh pemula seperti ahli
klimatologi yang menghubungkan peningkatan jumlah karbon dioksida
atmosfer dengan kenaikan suhu global
• Memiliki basis data internal yang ekstensif tentang pengetahuan dan
pengalaman konten yang diatur berdasarkan prinsip yang kuat dan
pemahaman yang mendalam seperti seorang pengacara yang mengetahui

Kita juga tahu bahwa para ahli menggunakan kekuatan alat dan
teknologi pembelajaran dengan cara yang lebih efektif dan efisien daripada
pemula. Pakar menggunakan alat pemikiran digital mereka untuk terus
memperluas, mengatur, dan memperdalam keahlian mereka dan untuk
membantu menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka pada tantangan
baru dan lebih kompleks.
Para ahli seringkali sangat bersemangat dengan bidang keahlian
mereka. Mereka berbagi motivasi, nilai, sikap, dan keyakinan yang sama
dengan orang lain dalam komunitas profesional mereka dan sangat peduli
dengan masalah dan dilema yang menantang profesi mereka. Pengetahuan,
keterampilan, alat berpikir, motivasi, nilai, sikap, kepercayaan, praktik
komunitas, dan identitas profesional semuanya adalah bagian penting dari
dunia pakar.
Saat kita melangkah lebih jauh ke abad ke-21, pelajar dan guru yang
terlibat dan bersemangat akan berbagi lebih banyak kualitas ahli ini dan akan
mencontohkan pembelajaran mereka setelah praktik pembelajaran para ahli.
Jadi bagaimana ini akan memengaruhi kerangka dan model pembelajaran abad
ke-21 kita saat ini?. Perbedaan antara pengetahuan dan keterampilan dalam
model pelangi P21 saat ini dapat memberi jalan bagi model yang lebih holistik
yang menempatkan pelajar di pusat lingkaran konsentris pendukung
pembelajaran yang semakin luas, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.6.
Dalam model ini, “pelajar seutuhnya” dengan semua aspek
pengembangan keahlian mereka pengetahuan, keterampilan, motivasi, nilai,
sikap, kepercayaan, perasaan, kesehatan, keamanan, ketahanan, dan kualitas
20
lainnya ditempatkan di pusat. Pelajar langsung dikelilingi oleh mereka yang
paling memengaruhi pembelajaran mereka siswa lain dan teman sebaya, orang
tua, keluarga, guru, pakar, dan yang lainnya. Seluruh lingkungan belajar
seluruh kumpulan tempat, alat, teknologi, sumber daya masyarakat, ruang
pendidikan informal seperti museum dan studio seni, dan dukungan
pendidikan formal seperti standar pembelajaran, penilaian, pengembangan
profesi guru, kepemimpinan dan kebijakan pendidikan—semuanya adalah
bagian dari cincin model berikutnya.
Komunitas belajar dan masyarakat belajar adalah dua lingkaran luar
berikutnya. Jaringan orang, tempat, dan benda yang menemani siswa dalam
perjalanan belajar mereka adalah komponen utama dari komunitas belajar,
dan masyarakat belajar adalah lembaga pendidikan nasional (dan semakin
internasional) dan layanan budaya yang mendukung pendidikan siswa.
Cincin konsentris model ini diatur dalam dunia pembelajaran yang
lebih besar, dunia fisik pengalaman dan dunia mental pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian.

21
Seluruh Pembelajaran

Kelas Lingkungan ,

Sekolah, Rumah, Perpustakaan,


Seluruh Pelajar
Pengetahuan, Studio, Museum, Belajar
Keterampilan, Motivasi,
Nilai, Sikap, Keyakinan,
Teknologi, Komunitas
Perasaan, Kesehatan,
Keamanan, Ketahanan . . .
Sumber Daya, Standar,

Penilaian, Profesional

Utuh

Pelajar

Gambar 1.3 Kemungkinan Kerangka Pembelajaran


Abad 21 Masa Depan.

22
BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan

Sebagaimana yang termuat dalam kerangka kerja pembelajaran inovatif abad


21 yang dicetuskan oleh Partnership for 21st Century Learning (2011), konsep
pengembangan pembelajaran abad 21 tidak cukup pada aspek pengetahuan saja,
sehingga perlu dilengkapi dengan keterampilan-keterampilan sebagai berikut :
pertama, pembelajaran dan keterampilan inovatif seperti berpikir kritis dan
pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, komunikasi, dan kolaborasi. Kedua,
keterampilan hidup dan karir meliputi kemampuan dalam hal fleksibilitas dan
adaptif, berinisiatif dan mandiri, keterampilan sosial dan budaya, produktif dan
akuntabel, kepemimpinan dan tanggung jawab. Ketiga, keterampilan informasi,
media dan teknologi artinya peserta didik harus peka terhadap informasi, media,
dan TIK. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah terus berupaya meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia dengan menjadikan framework for 21st century
learning sebagai landasan dalam pengembangan pendidikannya.

Adapun prinsip-prinsip pokok pembelajaran abad 21 diantaranya yaitu:


education should be collaborative (pendidikan harus berkolaborasi), learning
should have context (belajar harus memiliki konteks), instruction should be student-
centered (pembelajaran berpusat pada siswa), schools should be integrated with
society (sekolah harus diintegrasikan dengan masyarakat). Setidaknya terdapat dua
pendekatan pokok dalam pembelajaran K-13 yang erat kaitannya dengan kebutuhan
abad 21, yaitu pendekatan inkuiri dan saintifik yang dijadikan rujukan dalam
pengembangan berbagai model pembelajaran inovatif abad 21.

Kemampuan pendidik dalam mengembangkan rencana pembelajaran


merupakan hal yang sangat menentukan peserta didik untuk memiliki semua
kecakapan abad 21. Kegiatan-kegiatan yang menantang peserta didik untuk berpikir
23
kritis dalam memecahkan masalah, mendorong untuk bekerja sama dan
berkomunikasi menjadi hal penting yang harus termuat dalam rencana
pembelajaran yang dibuat. Selain itu, penilaian seharusnya tidak lagi sekedar untuk
mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik tetapi juga dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam proses belajar sehingga penilaian dan proses
pembelajaran tidak lagi diposisikan sebagai kegiatan yang terpisah. Penilaian
seharusnya berorientasi pada mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
kesiapan menghadapi tantangan kehidupan nyata di lingkungan global yang
kompleks di masa depan. Oleh karena itu, pendidik harus menguasai keahliannya,
baik dalam disiplin ilmu pengetahuan maupun metodologi mengajarnya.

B Saran

Untuk sekarang Indonesia harus bias menerapkan pembelajaran abad 21 agar


peserta didik lebih aktif dalam belajar.

24
DAFTAR PUSTAKA

- https://pak.pandani.web.id/2018/10/sistem-pendukung-pembelajaran-abad-
21.html
- Dewi, D. R. (2019). Pengembangan kurikulum di Indonesia dalam menghadapi
tuntutan abad ke-21. As-Salam: Jurnal Studi Hukum Islam & Pendidikan, 8(1), 1-
22.
- Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., Nyoto, A., & Malang, U. N. (2016). Transformasi
pendidikan abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber daya manusia di era
global. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (Vol. 1, No. 26, pp.
263-278).

25

Anda mungkin juga menyukai