Anda di halaman 1dari 150

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA MODEL

PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN WEB UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK SMA

TESIS

Oleh :
RAHMA GHALDA ALANDIA
17726251042

Dosen Pembimbing:
Prof. Suparwoto,M.Pd

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan


gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA MODEL
PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN WEB UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK SMA

Oleh :
RAHMA GHALDA ALANDIA
17726251042

Dosen Pembimbing:
Prof. Suparwoto,M.Pd

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan


gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018

i
ABSTRAK

RAHMA GHALDA ALANDIA: Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika


Model Problem-Based Learning Berbantuan Web untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains Peserta Didik SMA.
Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta,
2019.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menghasilkan produk perangkat


pembelajaran fisika model problem-based learning berbantuan web yang layak
digunakan dalam pembelajaran fisika materi Momentum dan Impuls pada peserta
didik SMA kelas X; dan (2) mendeskripsikan keefektifan perangkat pembelajaran
yang dihasilkan tersebut dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan proses sains peserta didik SMA kelas X.
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
RPP, buku teks dan media web. Penelitian ini menerapkan model pengembangan
4D yang terdiri dari: pendefinisian, perancangan, pengembangan dan
penyebarluasan. Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMAN 1
Bawang. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan melibatkan dua
kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Pengumpulan data
menggunakan angket, observasi dan tes. Instrumen terdiri dari lembar penilaian
keterlaksanaan pembelajaran, angket respon peserta didik, tes penilaian
kemampuan berpikir kritis, tes penilaian keterampilan proses sains aspek kognitif,
dan lembar observasi keterampilan proses sains aspek psikomotorik. Data
dianalisis menggunakan tes normalitas dan homogenitas, analisa n-gain, analisa
mean difference dan analisa effect size untuk mendeskripsikan efektivitas dari
pengembangan perangkat pembelajran fisika pada kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan proses sains peserta didik.
Hasil dari penelitian ini adalah (1) perangkat pembelajaran fisika model
problem-based learning berbantuan web layak digunakan dalam pembelajaran
fisika materi Momentum dan Impuls pada peserta didik SMA Kelas X
berdasarkan penilaian ahli terhadap RPP, buku teks dan media web dan
berdasarkan respon peserta didik terhadap pembelajaran; dan (2) perangkat
pembelajaran fisika model problem-based learning berbantuan web efektif untuk
meningkatkan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dan
keterampilan proses sains pada peserta didik SMA kelas X berdasarkan hasil uji
anava mixed design dan effect size.

Kata Kunci: berpikir kritis, problem-based learning, proses sains, web


ABSTRACT

RAHMA GHALDA ALANDIA: Developing a Physics Teaching Kit of the


Problem-Based Learning Model Assisted by Web to Improve the Critical
Thinking Skills and Science Process Skills of the Students of Senior High
School.Thesis. Yogyakarta: Graduate School, Yogyakarta State University,
2019.

This research aims to: (1) develop a physics teaching kit of the problem-
based learning (PBL) model assisted by web that is feasible to use in physics
learning of Momentum and Impulse material for grade 10 students of senior high
school; and (2) describe the effectiveness of the developed physics teaching kit in
improving the critical thinking skills and science process skills of grade 10
students of senior high school.
The teaching kit developed in this research consists of lesson plans,
textbooks, and web media. This research used the 4 D model consisting of the
stages of: defining, designing, developing, and disseminating. The subjects of this
research are grade 10 students of SMAN 1 Bawang. This research is a quasi
experiment with two experimental groups and one control group. The data were
collected using a questionnaire, test, and through observation. The instrument
consists of an observation sheet for the implementation of lesson plan, the
students’ response questionnaire toward the learning, critical thinking skills test,
science process skills test of cognitive aspect, and observation sheet of science
process skills of the psychomotor aspect. The data were analyzed by normality
and homogenity, n-gain analysis, mean difference analysis and effect size analysis
to describe the effect of the developed physics teaching kit in improving students’
critical thinking skills and science process skills.
The result of this research is a physics teaching kit of the PBL model
assisted by web that is feasible to use in physics learning of Momentum and
Impulse material for grade 10 students of senior high school based on expert
evaluation on the lesson plan implementation, textbooks and web media and
based on students’ response to the teaching. The developed physics teaching kit is
effective in improving the critical thinking skills and science process skills of
grade 10 students of senior high school based on the ANAVA and effect size.

Keywords: critical thinking, problem-based learning, science process, web


PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya yang bertandatangan di bawah ini

Nama : Rahma Ghalda Alandia

NIM : 17726251042

Jurusan : Pendidikan Fisika

Fakultas : Program Pascasarjana

Universitas Negeri Yogyakarta

Judul Penelitian : Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model

Problem Based Learning Berbantuan Web untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan

Keterampilan Proses Sains Peserta Didik SMA.

Menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan

sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau

diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata

penulisan karya ilmiah yang telah lazim. Apabila terbukti pernyataan ini tidak

benar, sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 20 Juli 2019


Yang membuat pernyataan

Rahma Ghalda Alandia

iv
v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan kemudahan yang diberikan kepada penulis sehingga pada waktunya
penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul” Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Fisika Model Problem Based Learning Berbantuan Web
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains
Peserta Didik SMA” dengan baik.
Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan Gelar
Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat
menyelesaikan tesis ini tanpa bantuan, saran, dorongan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghormatan kepada semua pihak berikut ini:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta dan Direktur Program Pascasarjana
beserta staf yang telah banyak membantu penulis sehingga tesis ini dapat
terwujud.
2. Dr. Heru Kuswanto, selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Pendidikan
Fisika yang telah membantu penulisan serta para dosen yang telah
memberikan semangat untuk menyelesaikan penelitian dengan bekal ilmu
yang diberikan.
3. Prof. Suparwoto, M.Pd., selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dukungan, nasihat, serta berbagai ilmu
pengetahuan kepada penulis sampai penulisan tesis ini.
4. Prof. Dr. Jumadi,M.Pd, Supardi, M.Si, serta Dr. Restu Widiyatmono, S.Si,
M.Si. selaku validator yang telah memberikan penilaian, saran dan
masukan demi perbaikan instrumen penelitian.
5. Kepala sekolah, guru, staff TU, karyawan, serta peserta didik SMA Negeri
1 Bawang, atas izin, kesempatan,bantuan, serta kerja sama yang baik
sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

vi
6. Bapak, ibu, serta adik yang telah memberikan motivasi dan doa sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi di Program Pascasarjana Pendidikan
Fisika Universitas Negeri Yogyakarta.
7. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Fisika Kelas C tahun
2017 atas motivasi dan kolaborasinya selama ini, sehingga mendorong
terselesainya tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya tesis ini masih jauh dari kesempurnaan maka
penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan dimasa yang akan datang.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Yogyakarta, 20 Juli 2019

Rahma Ghalda Alandia

vii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ....................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN HASIL KARYA ............................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ................. .............. ............................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 9
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 10
E. Tujuan Pengembangan ................................................................ 10
F. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan .................................... 10
G. Manfaat Pengembangan .............................................................. 11
H. Asumsi Pengembangan ............................................................... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 13
A. Kajian Teori ................................................................................ 13
1. Pembelajaran Fisika .............................................................. 13
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) ............................................................................. 17
3. Kemampuan Berpikir Kritis .................................................. 23
4. Keterampilan Proses Sains (KPS) ......................................... 26
5. Perangkat Pembelajaran ........................................................ 30
6. Berbantuan Web .................................................................... 37
7. Impuls dan Momentum ......................................................... 41
B. Kajian Penelitian yang Relevan ................................................. 45

viii
C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 47
D. Pertanyaan Penelitian .................................................................. 51
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 53
A. Model Pengembangan ................................................................ 53
B. Prosedur Pengembangan ............................................................. 54
1. Tahap Pendefinisian (Define) ............................................... 53
2. Tahap Perancangan (Design) ................................................ 59
3. Tahap Pengembangan (Develop) ........................................... 62
4. Tahap Penyebarluasan .......................................................... 66
C. Desain Uji Coba Produk ............................................................. 67
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................. 82
A. Hasil Pengembangan Produk Awal ............................................. 82
1. Tahap Pendefinisian (Define) ............................................... 82
2. Tahap Perencanaan (Design) ................................................ 89
3. Tahap Pengembangan (Develop) ........................................... 96
B. Hasil Uji Coba Produk ................................................................ 110
C. Kajian Akhir Produk ................................................................... 131
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 133
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 134
A. Simpulan ..................................................................................... 134
B. Saran ............................................................................................ 135
C. Diseminasi dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut ................ 135
`DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 136

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Sintaks Model PBL ........................................................................................... 20
2. Aspek Berpikir Kritis..........................................................................................24
3. Rancangan Penelitian ........................................................................................ 64
4. Kisi-kisi Penilaian Produk RPP..........................................................................70
5. Kisi-Kisi Produk Buku Teks...............................................................................71
6. Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis.................................................72
7. Kisi-Kisi Soal Tes Keterampilan Proses Sains ................................................. 73
8. Aspek Penilaian KPS aspek psikomotorik..........................................................74
9. Aspek Angket Respon Peserta Didik ................................................................ 74
10. Kategori Kualitas Nilai V’Aiken......................................................................75
11. Kategori Reliabilitas..........................................................................................76
12. Kategori Presentase Jumlah Skor Lembar Observasi Keterlaksanaan. ........... 77
13. Kategori Penilaian Skala Lima ....................................................................... 78
14. Presentase Keterlaksanaan Praktikum..............................................................78
15. Kategorisasi nilai gain ..................................................................................... 79
16. Kriteria effect size ............................................................................................ 81
17.Analisis Konsep.................................................................................................87
18.Komponen Web.................................................................................................91
19.Fiur-fitur Web....................................................................................................93
20.Aspek dan Butir Pernyataan KPS Aspek Psikomotor......................................95
21.Konversi skor validasi RPP menjadi skala lima.................................................97
22.Hasil Penilaian Kelayakan RPP.........................................................................98
23.Konversi skor validasi Buku Teks menjadi skala lima.......................................99
24.Hasil Penilaian Kelayakan Buku Teks................................................................99
25.Konversi Skor Validasi Media Web Menjadi Skala Lima................................100

x
26. Hasil Penilaian Kelayakan Web.......................................................................101
27. Perbandingan Web Sebelum dan Sesudah Revisi............................................101
28. Konversi Skor Validasi Angket Respon Peserta Didik Menjadi Skala Lima...103
29. Hasil Penilaian Kelayakan Angket Respon Peserta Didik...............................103
30.Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis.........................................................104
31. Hasil Validasi Tes KPS Aspek Kognitif..........................................................105
32. Konversi Skor Keterbacaan Menjadi Skala Lima............................................106
33. Hasil Uji Keterbacaan Media Web...................................................................106
34. Hasil Analisis Uji Coba Empiris Kemampuan Berpikir Kritis........................107
35. Hasil Analisis Uji Coba Empiris Keterampilan Proses Sains..........................108
36. Alur Waktu Treatment Pada Kelompok Eksperimen 1...................................111
37. Keterlaksanaan Pembelajaran..........................................................................112
38.Konversi Skor Respon Peserta Didik Menjadi Skala Lima..............................112
39. Hasil Respon Peserta Didik Terhadap Pembelajaran.......................................113
40. Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Konvensional...................................113
41. Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Model PBL......................................114
42. Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Model PBL Berabntuan Web.........115
43. Nilai KPS Aspek Kognitif Kelas Konvensional...............................................117
44. Nilai KPS Aspek Kognitif Kelas Model PBL..................................................118
45. Nilai KPS Aspek Kognitif Kelas Model PBL Berbantuan Web......................119
46. Tes Normalitas..................................................................................................124
47. Hasil Tes Homogenitas.....................................................................................125
48. Munchly’s Test of Sphericity.............................................................................126
49. Multivariate.......................................................................................................126
50. Univariate Test..................................................................................................127
51. Effect size antara kelompok eksperimen 1 dan kelompok kontrol....................129
52. Effect size antara kelompok eksperimen 2 dan kelompok kontrol....................129

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir ............................................................................................. 47
2. Diagram 4D ....................................................................................................... 53
3. Pretest-posttest kemampuan berpikir kritis kelas konvensional ..................... 114
4. Pretest-posttest kemampuan berpikir kritis kelas model PBL ........................ 115
5. Pretest-posttest kemampuan berpikir kritis kelas model PBL
berbantuan web ............................................................................................... 116
6. Hasil pretest dan posttest KPS aspek kognitif pada kelas konvensional ....... 117
7. Hasil pretest dan posttest KPS aspek kognitif pada kelas model PBL .......... 118
8. Hasil pretest dan posttest KPS aspek kognitif pada kelas
berbantuan web ............................................................................................... 119
9. Hasil persentase KPS aspek psikomotor pada kelas konvensional ................. 121
10. Hasil persentase KPS aspek psikomotor pada kelas model PBL .................. 122
11.Hasil persentase KPS aspek psikomotor pada kelas model PBL
berbantuan web ............................................................................................... 123
12. Grafik peningkatan KPS ............................................................................... 128
13. Grafik peningkatan kemampuan berpikir kritis ............................................ 128

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1
1. Hasil Pra Penelitian ......................................................................................... 152
Lampiran 2
1. Lembar Validasi RPP ...................................................................................... 154
2. Lembar Validasi Buku Teks............................................................................ 178
3. Lembar Kelayakan Web ................................................................................. 192
4. Lembar Kelayakan KPS .................................................................................. 201
5. Kisi-kisi Soal KPS .......................................................................................... 205
6. Soal KPS ........................................................................................................ 208
7. Pedoman Penskoran KPS ................................................................................ 214
8. Rubrik Penilaian KPS Aspek Psikomotorik.................................................... 219
9. Lembar Validasi Angket Respon Peserta Didik.............................................. 221
10. Lembar Angket Respon Peserta Didik .......................................................... 223
11.Validasi Soal Kemampuan Berpikir Kritis .................................................... 232
12.Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis .................................................... 238
13.Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Berpikir Kritis ................................. 241
14. Soal Kemampuan Berpikir Kritis .................................................................. 247
15.Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP ........................................................ 250
16. Lembar Validasi Materi .............................................................................. 259
17. Lembar Validasi Media Pembelajaran .......................................................... 270
18. Lembar Keterbacaan Peserta Didik ............................................................... 279
Lampiran 3
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .............................................................. 282
2. Buku Teks ....................................................................................................... 292

xiii
Lampiran 4

1. Data Validasi ................................................................................................... 294


2. Analisis Validasi (Eiken) ................................................................................ 305
3. Hasil Angket Keterbacaan Media Web ........................................................... 307
4. Validitas Tes Empiris ...................................................................................... 311
5. Hasil Angket Respon Peserta Didik ................................................................ 313
6. Hasil Observasi KPS Aspek Psikomotorik ..................................................... 317
7. Hasil Pretest .................................................................................................... 320
8. Hasil Posttest................................................................................................... 323
9. Nilai Gain ........................................................................................................ 326
10.Tes Normalitas dan Homogenitas .................................................................. 329
11.Uji Hipotesis Penelitian.................................................................................. 332
12.Effect Size ....................................................................................................... 340

Surat-surat Penelitian .......................................................................................... 341


Dokumentasi Penelitian ...................................................................................... 345

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fisika sebenarnya telah diajarkan sejak tingkat pendidikan dasar

yang secara umum termuat dalam mata pelajaran IPA, dan fisika diajarkan

secara khusus pada tingkat menengah. Dalam mewujudkan tercapainya

tujuan pembelajaran fisika, guru mempunyai andil yang signifikan

terutama dalam merancang, merumuskan dan implementasinya. Seorang

guru fisika seharusnya tidak sekedar mengajarkan aspek teori namun juga

perlu aspek proses dan keterampilan sebagai upaya mengembangkan

potensi dan kemampuan peserta didik.

Dalam pembelajaran fisika di kelas terdapat aspek yang dianggap

penting yang menyangkut potensi peserta didik yang penting untuk

dikembangkan contohnya kemampuan berpikir kritis. Menurut hasil

penelitian Fakhriyah (2014), kemampuan berpikir kritis berfungsi untuk

mempersiapkan diri menyelesaikan tantangan dan permasalahan yang

akan dihadapi di kehidupan nyata. Dalam kehidupan sehari-hari pada

konteks pembelajaran di sekolah, seorang peserta didik pasti dihadapkan

pada suatu permasalahan yang mengharuskan untuk memilih, membuat

solusi, dan mengambil keputusan dengan cermat. Dengan demikian,

pengembangan kemampuan berpikir kritis dapat diduga dapat mendorong

ketajaman dan kemampuan untuk membuat keputusan, dan kemampuan

1
ini merupakan langkah yang penting dalam reformasi pendidikan

(Mahapoonyanont, 2010).

Kemampuan berpikir kritis seharusnya menjadi salah satu

kemampuan yang penting untuk setiap individu dan penting

dikembangkan lewat pembelajaran (Zhou, Huang & Tian, 2013). Melalui

kemampuan berpikir kritis, kecerdasan kognitif yang dipunyai peserta

didik diduga dapat dilatih dan dikembangkan, serta peserta didik dapat

menghubungkan berbagai fakta atau informasi untuk membuat suatu

prediksi dengan pengetahuan yang dimilikinya. Oleh sebab itu, aspek

berpikir kritis dalam pembelajaran dalam substansi fisika, penting

mendapat perhatian dalam hubungannya pada tahapan jenjang pendidikan.

Pembelajaran fisika di sekolah seharusnya memfokuskan pada

pemberian pengalaman secara langsung lewat gejala yang dipelajari

sehingga dapat mengembangkan keterampilan peserta didik salah satunya

adalah keterampilan proses sains. Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah

keterampilan yang seharusnya tidak hanya digunakan peserta didik dalam

belajar namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hubungan dengan

implementasinya di sekolah kegiatan praktikum yang bermakna dapat

menjadi salah satu kegiatan yang mendukung untuk meningkatkan KPS

peserta didik. Ungkapan tersebut sejalan dengan hasil penelitian

Khaerunnisa (2017) mengemukakan bahwa sekolah yang menerapkan

kegiatan praktikum yang bermakna dalam pembelajaran berdampak pada

skor KPS yang lebih tinggi daripada yang tidak menggunakan kegiatan

2
praktikum. Selain itu, untuk meningkatkan KPS peserta didik, diduga

diperlukan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik melalui

pengalaman atau kegiatan ilmiah.

Kiliç dan Sen (2014) mengemukakan bahwa model dan teknik

yang sesuai dapat dipilih untuk mendidik subjek dalam program

pendidikan dan lingkungan pendidikan yang diciptakan dapat mendukung

pengembangan potensi kemampuan berpikir peserta didik. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Santosa, Umasih dan Sarkadi (2018) yang

menyatakan bahwa terdapat dua kriteria yang harus terpenuhi dalam

pembelajaran yaitu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik

secara aktif dan kemampuan berpikir. Dalam hubungan ini Kek dan Hujiser

(2011) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikir

peserta didik, diperlukan sistem pembelajaran yang kuat dengan

menggunakan model yang berdasarkan masalah nyata.

Akbar (2013:2) mengemukakan bahwa praktik pembelajaran di

sekolah masih mendapati berbagai masalah mengenai perangkat

pembelajaran diantaranya adalah masih banyak guru yang menggunakan

bahan ajar kognitivistik, pemanfaatan media pembelajaran yang tersedia di

lingkungan sekitar peserta didik kurang menggunakan situasi kehidupan

nyata dan kurang optimal, model pembelajaran konvensional (teacher

centered) yang sedikit mengikutsertakan keterlibatan peserta didik secara

aktif, dan guru kurang mengembangkan alat penilaian. Pengembangan

perangkat pembelajaran dengan model dan teknik yang sesuai kebutuhan

3
peserta didik dapat mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran yang

optimal. Salah satu upaya memaksimalkan proses pembelajaran di kelas,

dapat melalui menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL). Hasil penelitian Abdulmajeed, Khalil dan Hamza (2015) adalah

pembelajaran menggunakan PBL lebih meningkatkan kemampuan peserta

didik.

Berdasarkan informasi dari guru fisika SMAN 1 Bawang, dapat

diperoleh pembelajaran di sekolah ada kecenderungan guru masih jarang

menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran

fisika. Peserta didik sulit dibiasakan melalui pembelajaran berbasis

masalah, dimana dalam PBL, peserta didik diharapkan untuk aktif mencari

sendiri informasi yang dibutuhkan dengan bantuan dari guru. Kesulitan

yang dihadapi guru dalam implementasi PBL antara lain organisasi peserta

didik dan organisasi materi lebih sulit dilakukan. Oleh sebab itu guru

masih merasa nyaman dengan model konvensional. Namun demikian,

pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan peserta didik

menjadi pasif sehingga tidak dapat mengembangkan kemampuan dan

keterampilan mereka.

Hasil penelitian Hirça (2011) serta Setyorini, Sukiswo dan Subali

(2011) menyatakan bahwa peserta didik merasa kegiatan PBL bermanfaat

bagi pengembangan pembelajaran dan kreativitas mereka serta dapat

memahami lebih dari sekadar sebuah konsep tentang bagaimana, dan

mengapa, untuk menggunakan konsep itu. Dengan menerapkan model

4
PBL ternyata dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta

didik. Selanjutnya terkait dengan kemampuan berpikir kritis, Utami,

Saputro, Masykuri, Probosari dan Susanto (2018) menyatakan bahwa

untuk meningkatkan kemampuan bepikir kritis dapat menggunakan PBL.

Diharapkan melalui penerapan model pembelajaran PBL, dapat menolong

guru merangsang peserta didik dalam mengkaitkan antara pengetahuan/

konsep yang sedang dipelajari dengan penerapannya dalam kehidupan

nyata sehingga menciptakan situasi nyata kedalam kelas. Peserta didik

yang dilibatkan secara langsung saat pembelajaran, diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik secara efektif.

Udin, Arsyad, dan Khaeruddin (2017), Purba (2015), Putra,

Bektiarso dan Handayani (2016) mengemukakan bahwa KPS pada mata

pelajaran fisika dapat ditingkatkan menggunakan model pembelajaran

berdasarkan masalah. Lewat PBL, mampu membuat peserta didik

memahami konsep dari suatu materi dengan belajar bekerja berdasarkan

masalah atau situasi yang disediakan. Hal ini disebabkan lewat PBL,

mampu mendorong peserta didik terlibat secara aktif untuk melakukan

aktivitas, sebagai sumber contohnya aktivitas mengklasifikasi, mengamati,

mengukur, memprediksi, menyimpulkan dsb.

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di SMA N 1

Bawang, Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah menunjukan guru belum

mengembangkan tes kognitif fisika dengan menggunakan indikator

kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut mengakibatkan kemampuan

5
berpikir kritis peserta didik belum dapat diketahui apakah kemampuan

yang dimiliki sudah tinggi atau belum. Oleh sebab itu diperlukan upaya

pengembangan kemampuan berpikir kritis di sekolah tersebut lewat topik

fisika. Fakta lain yang ditemukan diantaranya pembelajaran masih

cenderung teacher centered serta kegiatan praktikum pada pembelajaran

fisika juga jarang dilakukan karena keterbatasan waktu. Hal ini tentu

berakibat keterampilan seperti KPS peserta didik kurang dikembangkan.

Permasalahan dalam penerapan pembelajaran PBL dipaparkan oleh

Gomez-Pablos dan Del Pozo (2017) yang menyatakan bahwa PBL

mempunyai kendala saat melaksanakan penyelidikan karena tidak semua

sekolah mempunyai alat yang memadai. Masalah lain diungkapkan oleh

Nuruzzaman (2015) yang menyatakan bahwa alokasi waktu pembelajaran

untuk setiap pertemuan cenderung sulit untuk menerapkan pembelajaran

PBL.

Masalah implementasi PBL dapat diatasi dengan menerapkan

pembelajaran berbantuan teknologi informasi. Hal ini sejalan dengan

tuntutan dalam dunia pendidikan dituntut harus menyesuaikan dengan

perkembangan teknologi yang ada. Berkembangnya teknologi sistem

informasi diduga dapat mendukung pengembangan pembelajaran yang

efisien dan efektif. Contoh langkah yang diambil seperti penggunaan

internet yang sudah lazim digunakan. Di sekolah saat ini telah tersedia

internet dan perangkat komputer. Internet memiliki manfaat jika dapat

dimanfaatkan dengan baik. Pada proses pembelajaran terdapat komponen

6
penting yaitu pemanfaatan media pembelajaran. Salah satu di antaranya

adalah memanfaatkan media pembelajaran berbantuan website (web).

Pembelajaran menggunakan web dapat membuat peserta didik

bereksplorasi, lewat aktivitas real maupun dalam dunia maya. Untuk

mendukung aktivitas tersebut, guru membutuhkan media yang tepat dalam

menarik perhatian peserta didik selama belajar, memproses bahan ajar

yang rumit dan kompleks menjadi bahan yang sederhana dan jelas. Cengiz

(2010) berpendapat bahwa perangkat pembelajaran yang didukung dengan

pemilihan media yang sesuai dapat mendorong peserta didik terlibat dalam

pembelajaran. Dalam kaitan ini Vebrianto dan Osman (2011) berpendapat

bahwa pembuatan media yang interaktif sangat dibutuhkan agar dapat

mengembangkan KPS peserta didik. Hal tesebut didukung oleh penelitian

Karabatak dan Turhan (2017), Kurniawan (2014) dan Salleh, Shukor,

Nurbiha & Tasir (2012) yang menyatakan bahwa mengaplikasikan media

pembelajaran berupa web untuk meningkatkan KPS peserta didik dapat

meningkatkan partisipasi dan hasil belajar peserta didik. Disamping itu,

pembelajaran berbasis web juga berdampak positif ketika digunakan

bersamaan dengan model PBL.

Pembelajaran fisika yang menarik dan menjadi salah satu materi

yang penting yaitu momentum dan impuls. Materi momentum dan impuls

merupakan materi esensial yang dapat diintegrasikan dengan gejala di

sekitar peserta didik. Namun dalam implementasinya diduga peserta didik

menemui kesulitan dalam mengaplikasikan konsep tersebut dalam

7
kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan peserta didik

tidak berpartisipasi secara langsung dalam pembelajaran. Selain itu, guru

cenderung berfokus membuat evaluasi untuk mengukur pengetahuan

peserta didik, sedangkan keterampilan dan kemampuan peserta didik yang

lain tidak diukur.

Dari uraian di atas, perlu dikembangkan perangkat pembelajaran

fisika dengan menggunakan model PBL memanfaatkan media web. Fitur

yang dipilih disesuaikan dengan yang telah dilaksanakan di sekolah

dengan harapan memberikan kemudahan dalam implementasinya.

Pembelajaran akan dilakukan pada materi momentum dan impuls.

Penggunaan perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat menolong

peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan KPS

peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

1. Ada kecenderungan di SMAN 1 Bawang model pembelajaran yang

mendorong peserta didik agar aktif mencari informasi secara mandiri

jarang dilaksanakan. Kegiatan praktikum pada pembelajaran fisika

masih terbatas implementasinya di sekolah. Hal ini tentu dapat

memberikan efek rendahnya keterampilan dan kemampuan peserta

didik dalam pembelajaran fisika.

2. Perangkat pembelajaran yang saat ini digunakan cenderung belum

disesuaikan dengan perkembangan teknologi meskipun telah tersedia

8
peralatan di sekolah, sehingga kurang adanya inovasi dalam

pengembangan perangkat pembelajaran.

3. Pembelajaran fisika di sekolah belum sepenuhnya melibatkan peserta

didik melalui pengalaman secara langsung sehingga diduga belum

dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan peserta didik

4. Peserta didik masih menjumpai kesulitan dalam mengkaitkan konsep

fisika dalam kehidupan sehari-hari diduga karena peserta didik tidak

dibiasakan diberikan permasalahan dan contoh penerapan fisika

berdasarkan peristiwa sehari-hari.

5. Dalam implementasi PBL, masih memiliki kendala yaitu alat yang

digunakan untuk pemyelidikan dan alokasi waktu yang terbatas.

6. Instrumen evaluasi yang digunakan guru pada umumnya hanya

mengukur aspek kognitif sehingga kemampuan dan keterampilan lain

belum diukur.

C. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan keterbatasan penelitian, maka peneliti

membatasi masalah pada poin 1,2,3,4 dan 5 yaitu sebagai berikut:

1. Sesuai dengan poin no 1 dan 4, perangkat pembelajaran disesuaikan

dengan model pembelajaran PBL dengan memuat materi momentum

dan impuls.

2. Sesuai dengan poin no.1 dan 3, perangkat pembelajaran yang

dikembangkan difokuskan untuk melibatkan peserta didik melalui

9
pengalaman langsung untuk meningkatkan kemampuan dan

keterampilan peserta didik.

3. Sesuai dengan poin no 2 dan 5, dikembangkan perangkat

pembelajaran dengan menerapkan sintaks PBL dengan memanfaatkan

teknologi web sebagai media pembelajaran.

4. Sekolah yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi satu sekolah

yaitu SMAN 1 Bawang.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kelayakan produk perangkat pembelajaran fisika model

problem based learning berbantuan web untuk pembelajaran fisika

materi Momentum dan Impuls pada peserta didik SMA kelas X?

2. Seberapa tinggi tingkat keefektifan perangkat pembelajaran fisika

model problem based learning berbantuan web dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains pada peserta

didik SMA kelas X ?

E. Tujuan Pengembangan

Tujuan pengembangan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kelayakan produk perangkat pembelajaran fisika model

problem based learning berbantuan web yang digunakan dalam

pembelajaran fisika materi Momentum dan Impuls pada peserta didik

SMA kelas X.

2. Mendeskripsikan keefektifan perangkat pembelajaran fisika model

problem based learning berbantuan web dalam meningkatkan

10
kemampuan berpikir kritis peserta didik dan keterampilan proses sains

pada peserta didik SMA kelas X.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah :

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dikembangkan dengan

mengacu pada komponen-komponen menurut Permendikbud No. 22

Tahun 2016 dan memuat serta mendukung kegiatan pembelajaran

model problem based learning berbantuan web.

2. Media Web dengan alamat www.fisikaone.com berisi informasi

mengenai materi, video, aplikasi flash, contoh soal, latihan mandiri,

aplikasi momentum dan impuls dalam kehidupan sehari-hari, latihan

mandiri dan lembar diskusi yang dapat diakses dengan menggunakan

website agar memudahkan guru dan peserta didik.

3. Buku Teks dibagi menjadi buku teks pegangan guru dan peserta didik.

Buku teks pegangan guru berisi alokasi waktu, materi, contoh soal,

latihan soal dan kunci jawaban, lembar diskusi, lembar penilaian

kognitif dan psikomotorik soal ujian beserta kunci jawabannya. Buku

teks pegangan peserta didik berisi materi, contoh soal, latihan soal dan

lembar diskusi.

G. Manfaat Pengembangan

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoretis

11
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan perangkat pembelajaran fisika berbantuan web.

b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan keterampilan proses sains peserta didik.

2. Secara praktis

a. Bagi peserta didik, diharapkan dengan menggunakan perangkat

pembelajaran ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis

dan keterampilan proses sains.

b. Bagi guru, diharapkan dapat dipertimbangkan untuk digunakan

untuk memotivasi peserta didik menjadi terlibat langsung dalam

pembelajaran.

c. Bagi lembaga/sekolah, diharapkan menjadi bahan pertimbangan

dalam usaha menerapkan model dan media pembelajaran.

d. Bagi peneliti, diharapkan sebagai pengalaman dalam

mengembangkan perangkat pembelajaran berbantuan web untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses

sains dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut.

H. Asumsi Pengembangan

Penelitian ini memiliki asumsi pengembangan yaitu:

1. Guru mempunyai keahlian untuk menggunakan perangkat

pembelajaran berbantuan web.

2. Kondisi sekolah seperti lingkungan, sarana dan prasarana mendukung

pembelajaran yang kondusif.

12
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Kajian yang akan dibahas dalam bab ini adalah pembelajaran fisika, model

pembelajaran problem based learning (PBL), kemampuan berpikir kritis,

keterampilan proses sains (KPS), perangkat pembelajaran dan berbantuan web.

1. Pembelajaran Fisika

Pembelajaran adalah proses yang menggabungkan dari dua kegiatan yaitu

belajar dan mengajar. Houwer, Barnes-Holmes dan Moors (2013) dan Schunk

(2012:74) mendeskripsikan belajar adalah sebuah kegiatan yang dilaksanakan

dengan tujuan memperoleh pemahaman, pengalaman, pengetahuan dan konsep

dalam berpikir, merasa dan bertingkah laku seseorang dengan sengaja sehingga

terjadi perubahan kemampuan dan perilaku yang relatif tetap berkelanjutan.

Selanjutnya Acero, Javier dan Castro (2007:4) mengemukakan bahwa mengajar

adalah integrasi proses dan tindakan belajar untuk mendorong agar terjadi

keberhasilan dalam belajar.

Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidkan Nasional No 20 Tahun 2003,

pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber

belajar dari suatu lingkungan belajar. Dalam hubungan ini terdapat tiga kriteria

dalam pembelajaran yang harus dipenuhi seperti pembelajaran berperan dalam

perubahan, pembelajaran bertahan lama sejalan dengan waktu, dan pembelajaran

berlangsung menggunakan pengalaman langsung (Schunk (2012:4)). Berdasarkan

tuntutan Kurikulum 2013 yang berlaku saat ini, pembelajaran harus bergeser dari

yang semula berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada peserta

didik (student centered) dan memerlukan suatu perancangan yang terstruktur

13
(Siregar & Nara (2010:14)). Menurut Kapucu (2017), pembelajaran fisika secara

langsung dapat memotivasi peserta didik untuk belajar fisika sehingga berdampak

pada perolehan hasil belajar fisika.

Wolfson (2012:6-7) dan Krickpatrik dan Francis (2010:2), mengungkapkan

bahwa fisika merupakan ilmu yang menjelaskan perilaku objek di alam semesta

dan menjadi dasar bagi manusia untuk menemukan pemahaman untuk

memperoleh pengetahuan baru. Namun, William (2018) berpendapat fisika

dipandang sebagai pengantar sains yang baik karena menstimulasi peserta didik

untuk belajar melalui masalah baik didalam dan diluar ilmu fisika dengan cara

berpikir yang kondusif. Terkait dengan kurikulum sekolah, Eraikhuemen dan

Ogomugu (2014) berpendapat bahwa fisika adalah mata pelajaran yang mesti

terdapat dalam kurikulum sekolah karena digunakan untuk mengembangkan

teknologi sains. Sarjono (2017), Trianto (2010:137) dan Mundilarto (2010:3)

mendeskripsikan bahwa fisika termasuk ilmu pengetahuan yang esensial, autentik,

dapat dinalar dan dilogika menggunakan akal sehat serta termasuk ilmu yang

sangat mendasar. Fisika dapat dipandang sesuai proses dan produk. Produk fisika

berlatar belakang dengan fakta, konsep, teori, prinsip atau hukum yang

dilaksanakan melalui langkah ilmiah. Proses mengacu pada upaya proses

penekanan produk lewat proses ilmiah, sehingga fisika adalah fisika tumbuh dan

berkembang dengan cara melalui langkah-langkah seperti observasi, merumuskan

masalah, menyusun dugaan, menguji dugaan dengan melaksanakan percobaan,

membuat kesimpulan dan menemukan teori dan konsep. Dengan demikian, fisika

adalah ilmu yang mempelajari aturan yang terdapat di alam serta bisa dijelaskan

secara sistematis.

14
Pembelajaran fisika termasuk dalam bagian ilmu alam. Ilmu alam digolongkan

menjadi dua berdasarkan klasikal yaitu ilmu-ilmu fisik (physical sciences) yang

objeknya berupa energi, zat, dan transformasinya dan ilmu-ilmu biologi

(biological sciences) yang objeknya berupa makhluk hidup dan lingkungannya

(Kemble, 1966:7).

Gredler (2013:115); Kaniawati (2017); Hanna, Sutarto, dan Harijanto (2016)

serta Coban (2011) mengemukakan tujuan dalam pembelajaran fisika yaitu

peserta didik dapat memiliki kemampuan menguasai pengetahuan, prinsip fisika

dan menemukan hubungan konsep fisika yang terdapat disekitar. Fisika tidak

sekedar memuat rumus-rumus dan teori yang perlu dihafal, tetapi fisika

mempunyai banyak konsep yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata

sehingga mudah untuk dipahami. Tujuan pembelajaran fisika seharusnya dapat

membuat peserta didik mengetahui hubungan antara ilmu teknologi, lingkungan

masyarakat dan sikap positif terhadap sains. Hal ini dapat tercapai jika peserta

didik tidak terfokus pada aspek berpikir konsep fisika saja tetapi juga pengetahuan

ilmiah, metode ilmiah dan aplikasinya. Oman dan Oman (8:1996) dan (Young &

Freedman, 2014:10) berpendapat dalam belajar fisika tidak hanya dengan

membaca dan mendengarkan untuk memahami konsep tetapi juga dengan

menerapkannya untuk menyelesaikan masalah fisika.

Chodijah, Fauzi dan Wulan (2012) mengemukakan dalam pembelajaran fisika

yang paling utama bagi guru ialah diharapkan menguasai materi yang akan

diajarkan, memahami keadaan dan perkembangan peserta didik serta menyusun

bahan ajar agar dapat dimengerti peserta didik. Guru perlu menekankan peserta

didik agar dapat menyelesaikan masalah, melaksanakan penyelidikan dan

mempresentasikan hasilnya agar ditanggapi bersama-sama oleh guru dan peserta

15
didik. Selain itu menurut Erdem (2019) dan Dzerviniks dan Poplavskis (2018)

dalam pembelajaran fisika guru diharapkan menggunakan teknologi di dalam

kelas seperti penggunaan software interaktif, laboratorium berbasis teknologi dll.

Pembelajaran fisika tidak hanya dalam kelas tetapi dapat juga dengan

melaksanakan praktikum karena fisikawan dalam membuat gagasan dan teori

fisika didasarkan pada pengukuran dan praktikum (Knight, 2012:xxix). Menurut

Anitah dan Supriyati (2008:12.24), pembelajaran fisika diharapkan dapat

mengembangkan kerja ilmiah dengan melaksanakan praktikum. Pelaksanaan

praktikum dapat dilaksanakan baik berupa di laboratorium di dalam ruang khusus,

laboratorium alam dengan memanfaatkan lingkungan sekolah maupun

laboratorium virtual menggunakan komputer. Ting dan Siew (2014) berpendapat

belajar melalui lingkungan sekitar mendorong peserta didik menjadi lebih

kompleks dalam struktur kognitif melalui aktivitas yang sebenarnya. Belajar

menggunakan laboratorium virtual menurut Mirçik dan Saka (2018) dapat

mengurangi miskonsepsi, meningkatkan model mental dan pembelajaran yang

permanen.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan pembelajaran fisika

merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan guru untuk mempelajari

fisika. Agar pembelajaran fisika berhasil dengan baik guru memahami materi

yang akan dipelajari. Pemilihan model, metode maupun strategi pembelajaran

sangat penting dalam pembelajaran fisika (Kapucu, 2016). Guru harus dengan

tepat memilih model pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran.

Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah model yang dapat

mendorong peserta didik terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

16
Pembelajaran fisika sebaiknya menggunakan permasalahan yang berhubungan

dengan konsep fisika kemudian peserta didik diarahkan untuk memecahkan

masalah tersebut. Sebaiknya masalah yang dipilih adalah masalah yang berkaitan

dengan lingkungan sekitar peserta didik. Diharapkan melalui pembelajaran fisika,

peserta didik dapat mengaitkan konsep fisika yang abstrak sampai dengan

menemukan rumus-rumus dan aplikasi konsep fisika dengan masalah-masalah

tersebut.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Suhana (2014:37) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah pendekatan

yang bertujuan mengkaji pergantian perilaku yang dialami peserta didik dan

berkaitan dengan gaya belajar peserta didik dan mengajar guru. Menurut Akbar

(2013:49) model pembelajaran merupakan pola yang dipakai pada saat menyusun

pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai.

Model pembelajaran mempunyai ciri khas seperti: 1) pendidik menyusun

rasional teoritis dengan logis, 2) terdapat tujuan pembelajaran 3) terdapat langkah-

langkah mengajar dengan tujuan agar dapat dilakukan dengan optimal dan 4)

diperlukan lingkungan belajar (Khosim, 2017:5).

PBL adalah suatu inovasi model pembelajaran. Menurut Siregar dan Nara

(2010:14), pembelajaran berdasarkan masalah adalah pembelajaran dengan

bentuk berdasarkan landaskan pada paradigma kontruktivisme dan berpusat pada

proses belajar peserta didik (student-centered learning). Ferreira dan Trudel

(2012), O’grady, Yew, Goh dan Schmidt (2012:4-5), dan Daryanto (2014:29)

berpendapat bahwa PBL adalah model pembelajaran yang mendorong peserta

didik bekerja sama untuk mendapatkan solusi atas masalah yang kompleks.

17
Phungsuk, Viriyavejakul dan Ratanaolarn (2017) mengemukakan PBL adalah

cara yang efektif dan harus digunakan sebagai pengganti ceramah karena

mendorong peserta didik berinteraksi dengan orang lain untuk menyelesaikan

tugas-tugas tertentu. Tugas-tugas tersebut terdiri dari permasalahan berdasarkan

dunia nyata. Permasalahan tersebut belum diketahui atau dipahami secara pasti

sehingga perlu dilaksanakan pengujian dan pemecahan masalah tersebut

(Jonanssen, 2011:1). Permasalahan tersebut berfungsi untuk memunculkan rasa

ingin tahu peserta didik. Peserta didik diberikan masalah melalui skenario (kasus)

yang mencerminkan situasi nyata sebelum mempelajari konsep atau materi agar

dapat menghubungkannya dengan materi atau konsep untuk memecahkan

permasalahan tersebut (Filipenko & Nashud, 2016:1). Dalam menyelesaikan

masalah yang diberikan dapat diselesaikan dengan cara diskusi kelompok, studi

pustaka, dan penyelidikan (Mubarok, Muslim dan Danawan, 2016).

Siregar dan Nara (2010:120), mengungkapkan terdapat lima variasi PBL

sebagai berikut. a) Permasalahan sebagai pedoman (masalah menjadi pedoman

dan kerangka berpikir bagi peserta didik), b) Permasalahan menjadi suatu

kesatuan dan alat penilaian (masalah digunakan untuk mengaplikasikan

pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah), c) Permasalahan menjadi contoh

(masalah berperan untuk mengilustrasikan konsep, teori atau prinsip, d)

Permasalahan berguna menjadi prasarana proses belajar (masalah digunakan

sebagai media untuk mendidik peserta didik bernalar dan berpikir kritis), e)

Permasalahan menjadi stimulus belajar dalam hal ini (masalah dapat berfungsi

untuk memicu peserta didik meningkatkan keterampilan, mengumpulkan dan

mengolah data yang berhubungan dengan keterampilan metakognitif).

18
Model PBL mempunyai sistem sosial yang bersifat kooperatif. Artinya,

peserta didik bersama dengan teman sekelompoknya mendiskusikan masalah

yang di berikan saat pembelajaran. Hal tersebut senada dengan Schmidt, Rotgans

dan Yew (2011) dan Ulger (2018) yang mengemukakan bahwa PBL memberikan

peserta didik aspek tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri dengan

mengumpulkan pengetahuan, memberikan kesempatan untuk berelaborasi dengan

kelompoknya serta mereflesikan pengalamannya. Pada saat interaksi dalam

memecahkan masalah, peserta didik dapat mengolah hasil pemikirannya. Guru

dalam hal ini berperan merancang kegiatan, mengemukakan masalah dan

memudahkan penelitian serta melaksanakan pembahasan dengan peserta didik

sampai masalah tersebut teratasi (Anitah & Supriyati, 2008:10.13).

Sistem pendukung dalam model PBL adalah masalah-masalah aktual dan

upayanya dalam menciptakan keadaan konfrontatif serta membangkitkan proses

metakognisi, berpikir kritis, dan strategi pemecahan masalah yang mempunyai

sifat divergen. Pemilihan masalah yang hangat dan menarik untuk dibahas dan

sesuai dengan lingkungan nyata dan bermakna bagi kehidupan peserta didik serta

pemilihan sumber belajar yang variatif dapat berdampak positif terhadap model

pembelajaran PBL.

Prinsip reaksi berhubungan dengan teknik guru memperlakukan peserta didik,

terliput cara guru menyampaikan respon terhadap pertanyaan, jawaban, dan

tanggapan terhadap peserta didik. Prinsip reaksi dalam pembelajaran PBL ialah

guru lebih berkedudukan menjadi fasilitator dalam kegiatan proses pemecahan

masalah (Suardi, 2018:82). Guru sebagai fasilitator diartikan guru menyajikan

sumber-sumber belajar, menyajikan permasalahan yang berhubungan dengan

19
lingkungan sekitar, dan mendorong agar informasi dapat terkonstruksi secara

optimal.

Model PBL dikembangkan dengan harapan memberi dampak intruksional

antara lain yaitu guru dapat mewujudkan pembelajaran menjadi mengasyikan

karena pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Dampak lain

model PBL ini diantaranya adalah terjadi peningkatan kemampuan dalam

menguasai materi pembelajaran, terdapat pengembangan keterampilan berfikir

kritis, kreatif dan inovatif serta terjadi peningkatan kemampuan memecahkan

masalah dan kemampuan komunikasi peserta didik (Arends & Kilcher, 2010:328).

Chapin (2011:116) mengemukakan langkah-langkah dari model PBL yaitu,

pertanyaan, mengumpulkan data, menyimpulkan, mengkomunikasikan, dan

mengevaluasi. Nafiah (2014) berpendapat sintaks yang terdapat pada PBL yaitu:

Tabel 1. Sintaks Model PBL


Fase Indikator Tingkah Laku Guru
Menerangkan tujuan pembelajaran,
Memberikan orientasi mendeskripsikan kebutuhan yang berguna
1
pada permasalahan dan mendorong peserta didik agar berperan
dalam kegiatan pemecahan masalah.
Menolong peserta didik untuk
Mengorganisasikan
2 mengorganisasikan tugas yang berkaitan
untuk meneliti
dengan masalah .
Mendorong peserta didik agar memperoleh
Menolong penyelidikan informasi dan melakukan eksperimen yang
3
mandiri bertujuan untuk memecahkan masalah
tersebut.
Menolong peserta didik untuk merancang
Mengembangkan dan dan menyajikan hasil serta menyajikannya
4
menampilkan hasil ke orang lain seperti laporan dan rekaman
video.
Menolong peserta didik agar melaksanakan
5 Melakukan evaluasi
evaluasi proses yang digunakan.
Sumber: Nafiah (2014)

20
Kazemi dan Ghoraishi (2012) berpendapat pembelajaran PBL ialah model

pembelajaran dengan penyajian materi pembelajaran yang mengacu pada

masalah. Masalah yang diberikan yaitu masalah yang berhubungan dengan

lingkungan sekitar (Arends & Kilcher, 2010:328). Pada saat pembelajaran

dimulai, peserta didik akan diberikan suatu permasalahan yang kongkret dan

spesifik (Eggen & Kauchak, 2012:33). Peserta didik bersama dengan

kelompoknya bekerja sama menyelesaikan masalah tersebut dengan cara

mengumpulkan informasi dan mengembangkannya menjadi gagasan.

Pengetahuan baru diperoleh melalui pengumpulan informasi baik melalui

pembuktian maupun studi pustaka.

Model PBL menetapkan tujuan yang diharapkan dapat terlaksana dalam

pembelajaran. PBL menurut Kek dan Huijser (2011) mempunyai tujuan

membangun belajar mandiri yang memungkinkan peserta didik untuk menguasai

masalah baru dan kompleks. Keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan

masalah pada pembelajaran fisika tidak hanya bergantung pada penguasaan

konsep fisika tetapi juga membangun hubungan antara semua informasi dan

konsep dalam masalah (Ince, 2018). Hal tersebut tentu dapat menyebabkan proses

penyelesaian menjadi sedikit lebih lama.

Terdapat tujuan lain dalam penerapan model pembelajaran PBL yaitu

meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hal itu diungkapkan Nafiah (2014)

bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan menerapkan model

PBL dalam pembelajaran. Hal tersebut juga didukung oleh Muslim, A Halim dan

Safitri (2015) yaitu model pembelajaran PBL secara signifikan dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik SMA. Rahmatsyah,

Sagala, dan Simanjuntak (2017) berpendapat selama proses penyelidikan mandiri

21
pada fase 3 PBL, kemampuan berpikir kritis peserta didik akan terbentuk karena

mereka akan melakukan pengamatan terhadap eksperimen yang dilakukan

kemudian mencatat berbagai hal diperoleh selama percobaan. Setelah itu, peserta

didik harus mencari solusi atas masalah temuan saat bereksperimen. Ini membuat

peserta didik untuk tidak hanya berpikir namun juga berpikir tentang abstrak dan

ide-ide kompleks.

Tujuan lain dari PBL menurut Purba (2015) adalah penggunaan PBL

mendorong peningkatan keterampilan proses sains (KPS) dari pada penggunaan

pembelajaran konvensional. Hal tersebut disebabkan peserta didik melalui proses

menemukan pemecahan masalah dapat meningkatkan KPS mereka. KPS dapat

tumbuh apabila peserta didik dibiasakan untuk berlatih. Latihan dilakukan agar

peserta didik termotivasi meningkatkan KPS (Lutfa, Sugianto & Sulhadi, 2014).

Pada fase ketiga dari model pembelajaran PBL adalah untuk menolong

penyelidikan individu dan mengarahkan peserta didik untuk memadukan

informasi tentang masalah yang diberikan oleh guru dengan melakukan

percobaan sampai mereka dapat memahami masalah tersebut. Setelah

mengumpulkan data yang cukup maka peserta didik akan menciptakan hipotesis,

penjelasan, dan solusi. Pada fase ini peserta didik didorong untuk membangun

keterampilan agar dapat menyimpulkan (Rahmatsyah, Sagala, dan Simanjuntak,

2017).

Pembelajaran PBL dapat dikombinasikan dengan teknologi seperti internet

dan web. Melalui internet, pembelajaran PBL peserta didik dapat mengkoreksi

kebenaran dari jawaban masalah yang mereka selesaikan (Rotgans & Schmidt,

2011). Menurut Moayeri (2014), menggunakan web dengan PBL dapat

mengembangkan kemampuan berpikir. Melalui web, pembelajaran tidak

22
mempunyai batasan waktu dan dapat menumbuhkan partisipasi serta komunikasi

peserta didik (Ding & Zhang, 2018).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, model pembelajaran PBL merupakan

pembelajaran dengan melakukan pembelajaran aktif untuk mencari solusi dari

permasalahan lalu menginterpretasikan dan menjelaskannya ke fenomena dunia

nyata. PBL diharapkan dapat bermanfaat meningkatkan kemampuan berpikir dan

KPS peserta didik.

3. Kemampuan Berpikir Kritis

Pada dasarnya berpikir kritis terdiri dari aspek kecenderungan yang

memperlihatkan kemauan untuk mengatasi masalah dan aspek keterampilan yang

mengindikasikan kemampuan memecahkan masalah (Facione, 2011:4). Santrock

(2011:357) berpendapat bahwa berpikir ialah salah satu kegiatan mental seperti

mengelola, memanipulasi dan memproses informasi dalam memori yang

diperlukan sesorang untuk menggabungkan pengetahuan, kemampuan dan sikap

yang bertujuan untuk memahami lingkungan sekitar. Menurut Muijs dan Renold,

2011:150), kemampuan berpikir peserta didik dapat meningkatkan prestasi peserta

didik. Ungkapan tersebut menyiratkan bahwa berpikir kritis melibatkan aspek

mental dalam merespon stimulus.

Pendapat lain, dari Zhou, Huang dan Tian (2013); (Lau, 2011); Jensen

(2011:195) ;Wijaya (2010:72) dan Moore (2011:7) yang mengemukakan bahwa

berpikir kritis yaitu berpikir dengan jernih dan rasional, tepat, sistematis,

mengikuti logika dan penalaran ilmiah yang efektif untuk digunakan mengejar

pengetahuan yang benar dan relevan tentang dunia. Berpikir kritis memegang

peranan penting dalam pendidikan. Berpikir kritis tidak dapat dipisahkan dari

23
pendidikan karena pendidikan menuntut untuk meningkatkan berpikir kritis

peserta didik untuk mengimbangi arus globalisasi yang berubah dengan cepat.

Dalam hubungan ini, belajar untuk menginterpretasikan data dan membuat

perkiraan merupakan sesuatu yang penting dalam berpikir kritis. Selain itu, hal

yang penting dalam berpikir kritis untuk dikembangkan adalah mengembangkan

pemahaman, menggunakan dan mengolah angka (Nardi, 2017:13).

Brookfield (2012:16) mengungkapkan bahwa manfaat dari berpikir kritis

adalah tindakan yang diambil berdasarkan bukti yang diperoleh dan dapat

dijelaskan kepada orang lain sehingga mendorong mencapai hasil yang

diinginkan. Papila (2010:4) mengungkapkan manfaat lain dari berpikir kritis

yaitu a) mendorong pengembangan diri, b) setiap masalah dikembangkan

menjadi solusi terbaik, c) argumen yang diberikan lebih baik, d) memfokuskan

dan mengidentifikasi topik, dan dapat menulis serta berbicara dengan pengaruh

yang kuat.

Berpikir kritis ialah salah satu faktor penting pada pembelajaran semua mata

pelajaran salah satunya adalah fisika. Mahanal, Zubaidah, Sumiati, Sari dan

Ismirawati (2019) berpendapat dengan menggunakan berpikir kritis dapat

membantu peserta didik dengan permasalahan sosial dan masalah saintifik.

Sarjono (2017) dan Zubaidah et al. (2018) menambahkan pembelajaran dengan

menggunakan berpikir kritis dibiasakan dengan cara menggunakan suatu

permasalahan yang terdapat di lingkungan sekitar dan pembelajaran yang

mendorong peserta didik terlibat secara langsung. Hal tersebut didukung oleh

Haghparast, Nasaruddin, dan Abdullah (2014) yang berpendapat ketika

menggunakan kemampuan berpikir kritis, kita juga melakukan analisis, evaluasi,

dan mengkonstruksi informasi untuk membuat keputusan dan tindakan dari

24
masalah tersebut. Peserta didik diharapkan setelah lulus dapat memecahkan

masalah dalam kehidupan nyata karena persaingan di dunia nyata sangat ketat.

Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis perlu memperhatikan

proses pembelajaran dengan tidak membatasi kemampuan untuk berpikir pada

situasi yang terbatas (Moayeri, 2014). Mulnix (2012) dan Mainali (2012)

berpendapat bahwa guru memegang peranan penting untuk mendorong peserta

didik aktif mengembangkan kemampuan berpikir mereka secara mandiri dalam

pembelajaran. Dalam implementasinya, sehingga menurut Mahanal et al (2019)

berpendapat diperlukan upaya memilih model pembelajaran yang tepat untuk

mendorong hal tersebut. Model pembelajaran yang termasuk sesuai untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah model PBL (Halvorsen et al.,

2012).

Kemampuan berpikir kritis bisa diukur menggunakan beberapa indikator.

Indikator kemampuan berpikir kritis dapat diuraikan dari berbagai aspek

keterampilan berpikir kritis. Menurut Ennis (2011:2-4) terdapat 5 aspek yang

dapat diuraikan menjadi 12 indikator berpikir kritis yaitu

Tabel 2. Aspek Berpikir Kritis


No Indikator Sub Indikator
1 Mengungkapkan penjelasan secara Fokus pada pertanyaan
sederhana Pertanyaan dianalisis
Menjawab maupun bertanya mengenai suatu
penjelasan
2 Meningkatkan keterampilan dasar Sumber dipertimbangkan
Mempertimbangkan hasil observasi
3 Menyimpulkan Mengurangi dan memikirkan kembali hasil
pengurangan
Menginduksi dan memikirkan kembali hasil
induksi
Menentukan dan membuat hasil sebagai
pertimbangan
4 Memberi penjelasan lanjut Menjelaskan istilah dan memikirkan kembali
suatu definisi
Menentukan dugaan
5 Merancang taktik dan strategi Memutuskan perbuatan
Berkaitan dengan orang lain
Sumber:Ennis (2011)

25
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, kemampuan berpikir kritis ialah

kegiatan mental yang diperlukan untuk mengevaluasi kebenaran sebuah

pernyataan dengan pertimbangan yang aktif, terus berlangsung, dan teliti

berkaitan dengan pengetahuan yang diterimanya. Kemampuan berpikir kritis

yang akan diukur dalam penelitian ini adalah berdasarkan aspek kemampuan

berpikir kritis dari Ennis (2011:2-4) yaitu aspek menjawab maupun bertanya

mengenai suatu penjelasan, mengurangi dan memikirkan kembali hasil

pengurangan, pertanyaan dianalisis, membuat dan menentukan hasil

pertimbangan, menjelaskan istilah dan memikirkan kembali suatu definisi,

memutuskan perbuatan dan fokus pada pertanyaan. Guru diharapkan mempunyai

kemampuan untuk memilih dan menentukan model pembelajaran yang

mendorong mengasah kemampuan berpikir kritis peserta didik.

4. Keterampilan Proses Sains (KPS)

Keterampilan menurut Miller (2017) memiliki arti keterampilan memakai

pikiran, nalar dan perbuatan dengan efektif yang akan berguna untuk mengatasi

tantangan kehidupan. Chiappeta dan Koballa (2010:102) mendeskripsikan bahwa

sains bisa dilihat dari tiga sudut pandang yaitu sains sebagai jalan untuk berfikir,

sains sebagai jalan untuk menyelidiki dan sains sebagai tubuh dari pengetahuan.

Dalam setiap proses penyelidikan, sains membutuhkan bahasa dan matematika

sebagai alat untuk mengkomunikasikan. Dalam mempelajari sains dibutuhkan

keterampilan tertentu yang terlibat untuk mempelajarinya. Goldston dan Downey

(2013:130-143) dan Bryce et al. (1990:2) mengemukakan bahwa keterampilan

proses terdiri dari keterampilan dasar , keterampilan mengolah/memproses dan

yang tertinggi yaitu keterampilan melaksanakan investigasi.

26
Nugroho (2016:1) berpendapat bahwa scientific process merupakan prosedur

analitis dan empiris yang harus ditempuh peserta didik agar dapat

mengungkapkan penjelasan di balik fenomena di lingkungan sekitarnya. Prosedur

tersebut adalah keterampilan berpikir yang dikenal dengan (science process

skills). Produk yang dihasilkan dari aktivitas scientific process adalah

pengetahuan. Dalam hal ini kurikulum 2013 mengemukakan bahwa, maksud dari

pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah keterampilan proses sains

(scientific process skills). Guru memegang peranan penting untuk melibatkan

KPS di kelas melalui rencana serta mengatur aktivitas pembelajaran juga

mengajarkan bagaimana memperoleh informasi sains (Safaah, Muslim &

Liliawati (2016:2), Kruea, Kruea & Fakcharoenphol (2015) dan Rauf et al.,2013).

Farsakoglu et al. (2012) menekankan bahwa dalam mempelajari sains dapat

diajarkan melalui penyelidikan ilmiah yang dapat mengembangkan KPS peserta

didik. Diharapkan terbentuk sikap ilmiah saat menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang terdapat di alam dengan menggunakan keterampilan proses yang

dimilikinya.

KPS terdiri dari melakukan observasi, menafsirkan, memprediksi,

mengidentifikasi variabel dan mengkomunikasikan hasil. Melakukan observasi

yaitu kemampuan ketika melaksanakan observasi objek dan fenomena

menggunakan panca indera. Menafsirkan berkaitan dengan kemampuan

menginterpretasikan suatu gejala atau kejadian. Dalam menafsirkan seharusnya

mempunyai acuan atau patokan. Memprediksi merupakan memperkirakan suatu

kejadian berdasarkan kondisi sebelumnya. Mengidentifikasi variabel berkaitan

dengan upaya mengidentifikasi objek yang terdapat dalam penelitian.

Mengkomunikasikan hasil, dapat dilakukan lewat lisan maupun tulisan. Melalui

27
lisan contohnya adalah presentasi, diskusi, dan seminar ilmiah. Lewat tulisan

dapat berupa makalah, laporan penelitian, dan jurnal. (Chiapetta & Coballa,

2010:131)

KPS terdiri dari KPS dasar (basic science process skills) dan KPS terintegrasi

(integrated science process skills). KPS dasar mencakup tujuh kesatuan, antara

lain: a) mengamati, b) mengklasifikasikan, c) mengkomunikasikan, d) mengukur,

e) memprediksi, f) menggunakan hubungan ruang / waktu, dan g) menyimpulkan

(Ozgelen (2012), Rezba (2007:4) dan Tunnicliffe (2013:5)). Keterampilan ini

sangat penting karena dapat mempengaruhi sikap ilmiah (Maranan, 2017:2). KPS

terintegrasi yaitu: a) mengontrol variabel, b) menentukan definisi operasional, c)

menginterpretasikan data, d) mendesain eksperimen, e) merumuskan hipotesis, f)

melakukan eksperimen. (Shahali & Halim (2010) dan Rezba, 2007:5).

KPS menuntut peserta didik agar terlibat dengan bermacam-macam akivitas

yang menarik secara aktif (Rompella, 2014:4). Chiappetta dan Koballa

(2010:131-132) berpendapat supaya dapat melibatkan peserta didik secara aktif

agar lebih mengenal lingkungan di sekitar mereka yaitu dengan cara

memfokuskan instruksi pada KPS.

Akinbobola dan Afolabi (2010) dan Gacheri dan Ndege (2014) bependapat

KPS diartikan selaku kemampuan fisik, mental, dan kompetensi yang digunakan

selaku alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran sains dan teknologi yang efektif

seperti pemecahan masalah. Peserta didik yang menguasai KPS berdampak

positif terhadap pemahaman mereka (Ting & Siew, 2014). Menurut Amnie,

Abdurrahman dan Ertikanto (2014) dan Settlage dan Southerland (2012:56)

manfaat lain dari KPS adalah mengarahkan interaksi antara peserta didik melalui

kegiatan seperti diskusi dan membuat peserta didik aktif berkomunikasi.

28
Diharapkan peserta didik semakin memahami materi yang sedang dipelajari

selama proses pembelajaran. KPS menjadi satu kesatuan dalam pembelajaran

ketika peserta didik diajak mencari jawaban permasalahan yang sedang dipelajari.

Salah satu tujuan mata pelajaran Fisika SMA yang tercantum dalam

Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi yaitu supaya peserta didik

mempunyai KPS. KPS penting untuk ditumbuhkan supaya peserta didik mampu

menguasai konsep yang diajarkan dengan baik (Sukarno, Permanasari & Ida,

2013). Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Siswono (2017) yang

mengungkapkan bahwa KPS sangat berpengaruh terhadap penguasaan konsep

peserta didik dalam pembelajaran fisika melalui kegiatan eksperimen.

KPS sebagai keterampilan berpikir yang dipakai oleh para ilmuwan dengan

mengkonstruk pengetahuan untuk mengatasi masalah dan menyusun hasil (Delen

& Kesercioğlu (2012) dan Ozgelen (2012)). Hal tersebut didukung oleh pendapat

Samatowa (2011: 93) yang mengungkapkan bahwa KPS sebagai keterampilan

intelektual yang bermanfaat bagi para ilmuwan pada saat menyelidiki fenomena

alam. KPS yang dimanfaatkan oleh ilmuwan tersebut selanjutnya dapat

digunakan oleh peserta didik dengan disesuaikan menurut tahap perkembangan

intelektual anak secara lebih sederhana.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, keterampilan proses sains

(KPS) sebagai kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan dengan

efektif yang diperlukan dalam pembelajaran sains agar terbentuk sikap ilmiah.

KPS yang akan diukur dalam penelitian ini adalah KPS aspek kognitif dan

Psikomotor. Aspek kognitif yang akan diukur yaitu mengidentifikasi variabel,

mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis dan

menginterpretasikan data. Aspek psikomotor yang akan diukur adalah merangkai

29
alat, melaksanakan percobaan dan menuliskan data. Agar KPS dapat tercipta guru

wajib menyediakan kesempatan pada peserta didik agar berpartisipasi langsung

dalam pembelajaran.

5. Perangkat Pembelajaran

Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru harus menyusun perencanaan

pembelajaran yang terdapat dalam perangkat pembelajaran. Suprihatiningrum

(2013:131) berpendapat bahwa perangkat pembelajaran adalah sesuatu yang

disusun oleh guru sebelum dilaksanakan pembelajaran. Prasetyo (2011:16)

mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran yaitu perlengkapan atau alat yang

dipakai dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran

berfungsi sebagai penunjang dalam pembelajaran. Dalam mengembangkan

perangkat pembelajaran dibutuhkan perencanaan terlebih dahulu (Morison et al.,

2011:17).

Kunandar (2013:3) mengemukakan bahwa guru harus membuat program atau

perencanaan sebelum melaksanakan pembelajaran seperti: a) program tahunan, b)

program semester, c) silabus, dan d) rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana

pelaksanaan yang akan dilaksanakan terlihat pada perangkat pembelajaran yang

dirancang oleh guru. Guru diharapkan mampu membuat perangkat pembelajaran

yang baik dan sesuai.

Chodijah, Fauzi dan Wulan (2012) berpendapat dalam pembelajaran fisika

diperlukan perangkat pembelajaran yang berkualitas. Sudjana (2011:147)

mengemukakan bahwa guru dituntut membentuk dan membina proses belajar

berdasarkan rencana yang telah dibuat. Maka tugas guru setelah membuat

rencana pembelajaran melalui perangkat pembelajaran yang berkualitas yaitu

memastikan perangkat tersebut dapat sesuai dengan rencana.

30
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, perangkat pembelajaran

adalah perlengkapan atau alat yang disusun dan dipersiapkan guru untuk

memfasilitasi pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah

RPP, buku teks dan media pembelajaran.

Ghanaguru, Nair dan Yong (2013) mengemukakan bahwa RPP dideskripsikan

sebagai rencana atau rancangan untuk membantu guru memimpin

pembelajaran.Savage (2015:2) berpendapat RPP adalah proses dari berfikir dan

menulis rencana untuk mengajar kepada kelompok peserta didik pada tempat dan

waktu tertentu. Mulyasa (2009:102) dan Posamentier, Smith dan Steperman

(2010:20) menambahkan RPP ialah suatu sistem yang terdiri atas elemen-elemen

yang saling berkaitan serta berhubungan satu sama lain, dan mengandung metode

pelaksanaannya, untuk mencapai tujuan pembelajaran pada setiap materi atau

kompetensi yang akan dicapai. RPP menurut Permendikbud Nomor 103 Tahun

2014, adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan secara rinci

berdasarkan pada silabus, buku panduan guru dan buku teks. Kurniasih dan Sani

(2014:1) berpendapat RPP yaitu program perencanaan yang dibuat untuk setiap

pertemuan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran. Pendapat lain

dikemukakan Majid (2014:125) bahwa RPP dibuat dalam rangka mencapai suatu

kompetensi dasar (KD) dan Standar Isi yang ditetapkan dan sudah dijelaskan

dalam silabus. Agar kegiatan belajar sesuai dengan KD, maka RPP dijabarkan

berdasarkan silabus (Poerwati dan Amri, 2013:150).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, RPP yaitu program perencanaan yang

dibuat dengan tujuan menjadi pedoman pelaksanaan pembelajaran agar mencapai

suatu KD dan Standar Isi yang berdasarkan silabus dan buku panduan guru.

31
Poerwati dan Amri (2013:150) berpendapat bahwa agar pembelajaran

inteaktif dapat berlangsung dan menyenangkan, peserta didik harus terlibat secara

aktif. RPP wajib disusun secara praktis, bermanfaat, lengkap dan sistematis serta

disesuaikan pada tingkat kelas, materi pelajaran dan kurikulum yang digunakan

(Cicek & Tok, 2013). Hal tersebut didukung oleh pendapat Chodijah, Fauzi dan

Wulan (2012) serta Mulphry dan Buton (2019:95) bahwa RPP perlu

dikembangkan agar mendorong partisipasi aktif peserta didik dan memberikan

ruang untuk berkreasi dan mandiri berdasarkan kondisi peserta didik untuk

mengkonstruksi pengetahuannya. RPP diharapkan dapat menghasilkan kegiatan

pembelajaran yang berlangsung secara interaktif, inspiratif dan menyenangkan.

Terdapat langkah-langkah pengembangan RPP yaitu mengidentifikasi masalah,

melakukan pengamatan kelas dan mereview RPP yang ada, menganalisis

kurikulum termasuk menganalisis standar isi yang didalamnya terdapat standar

kompetensi, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran, membuat rancangan RPP

dan memvalidasi ahli untuk mengetahui kesesuaian rancangan. RPP

menggunakan instrumen validasi, kemudian merevisi rancangan RPP berdasarkan

validasi ahli, setelah itu RPP di ujicoba dalam praktik pembelajaran (uji coba

terbatas) dan terakhir merevisi kembali.

Kriteria RPP yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu: a)Memuat identitas

mata pelajaran yang meliputi kelengkapan identitas dan cakupan waktu yang

dialokasikan, b) Memuat rumusan indikator. Hal ini meliputi kesesuaian rumusan

indikator dengan masing-masing KI dan KD, c) Pemilihan materi. Hal ini

meliputi kebenaran fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan keterampilan serta

disusun sesuai materi dan karakteristik peserta didik, d) Media dan sumber belajar,

yaitu kesesuaian media yang digunakan dengan indikator pembelajaran serta

32
menggunakan media web, e) Kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan

langkah-langkah pembelajaran model PBL, f) Kegiatan pembelajaran

menggunakan buku teks guru dan peserta didik untuk memudahkan memahami

materi, g) Penilaian hasil belajar. Hal ini meliputi kesesuaian butir instrumen

dengan indikator kejelasan petunjuk pengerjaan soal dan pedoman penskoran.

Perangkat pembelajaran kedua yang dikembangkan adalah buku teks. Buku

teks termasuk komponen yang penting dalam pembelajaran. Muslich (2010: 50-

51) buku teks merupakan buku yang memuat uraian bahan mengenai mata

pelajaran atau bidang tertentu yang dibuat secara runtut dan dipilih berdasarkan

tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan peserta didik. Buku

teks yang berstandar dapat digunakan sebagai sarana atau sumber belajar yang

bermanfaat untuk meningkatkan dan meratakan mutu pendidikan nasional (Asri,

2017). Buku Teks pada pembelajaran sains termasuk fisika ditujukan untuk

membuat peserta didik melakukan penyelidikan dan pemahaman sains (Kavcar &

Erdem, 2017). Materi yang dipilih dalam buku teks harus berdasarkan silabus dan

kurilum yang sedang berlaku.

Buku teks pelajaran dalam Kurikulum 2013 berbeda dengan teks pelajaran

dari kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 membagi buku teks pelajaran

menjadi dua yaitu, buku teks pegangan guru dan buku teks pegangan peserta

didik. Kedua buku bersifat saling melengkapi. Selain terdiri 2 jenis, buku teks

kurikulum 2013 diharapkan lebih komunikatif dan memotivasi peserta didik

berperan secara aktif dalam pembelajaran.

Buku teks yang ditambahkan panduan untuk guru dapat mempengaruhi yang

berarti dalam pembelajaran (Piper et al., 2018). Buku teks tersebut berbentuk

buku teks pegangan guru. Hintz (2017) mengemukakan buku teks pegangan guru

33
dirancang untuk panduan kegiatan pembelajaran bagi guru. Buku teks pegangan

guru ialah pedoman pemakaian buku pegangan peserta didik dan menjadi

panduan kegiatan pembelajaran di kelas (Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2014). Menurut BSNP (2014), kualitas buku teks pegangan guru

bisa diukur menurut empat komponen yaitu komponen tujuan/indikator, proses,

penyajian dan evaluasi. Buku teks pegangan guru diharapkan dapat mendorong

peserta didik untuk mengembangkan diri dalam menyelesaikan masalah-masalah

dalam pembelajaran (Asri, 2017).

Buku teks pegangan peserta didik ialah buku panduan dan juga buku

kegiatan yang memfasilitasi peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran

(Kementrian Pendidikan Kebudayaan, 2014). Menurut Asri (2017), buku teks

pegangan peserta didik berfungsi menjadi salah satu sumber pengetahuan bagi

peserta didik. Buku Peserta didik dapat digunakan sebagai media komunikasi

antara guru dan peserta didik untuk memahami sejauh mana perkembangan

peserta didik. Menurut BSNP (2014), kualitas buku teks pegangan peserta didik

dapat dilihat berdasarkan empat komponen yaitu isi, penyajian, kebahasaan, dan

kegrafikan.

Guru yang belum mengikuti implementasi kurikulum masih menggunakan

buku yang lama. Susunan materi yang terdapat dalam buku lama yang tidak

menggunakan konstruksi pengetahuan peserta didik yaitu peserta didik

dihadapkan langsung dengan hal yang bersifat abstrak. Hal itu mengakibatkan

peserta didik sebatas menghafal rumus dan mengerjakan soal karena materi tidak

dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan sekitar peserta didik. Hal tersebut

berakibat peserta didik cepat lupa dan kurang memahami konsep dengan baik.

Buku teks yang baik juga memfasilitasi peserta didik mengembangkan

34
pengetahuannya lewat pengalaman-pengalaman yang membuat peserta didik

belajar secara langsung.

Buku teks yang dikembangkan yaitu buku teks pegangan untuk guru dan

untuk pegangan peserta didik. Buku teks untuk guru ini memuat silabus, alokasi

waktu, materi lengkap pelajaran yang harus diajarkan, kegiatan percobaan

berdasarkan konsep yang sederhana, latihan soal pada setiap sub materi pokok

dilengkapi dengan kunci jawaban soal-soal latihan dan contoh penerapan dalam

kehidupan sehari-hari yang penting untuk didiskusikan.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan selanjutnya adalah media

pembelajaran. Derlina, Harsono dan Sabani (2014) mengungkapkan bahan ajar

merupakan sesuatu komponen yang vital dalam proses pembelajaran yang harus

dipersiapkan setiap guru sebelum memulai pembelajaran di kelas. Prastowo

(2012:17) bependapat tujuan kompetensi yang akan dicapai dapat dilihat dari

bahan ajar. Bahan ajar yang bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran salah satunya

adalah media pembelajaran.

Anitah dan Supriyati (2008:11.1) mengemukakan pada proses pembelajaran

fisika, proses komunikasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak

menimbulkan kebingungan atau salah pengertian yang mengakibatkan

miskonsepsi. Untuk menghindari atau mengurangi hal tersebut dimanfaatkannya

sarana untuk membantu komunikasi yang disebut dengan media. Kata media

merupakan kata latin yang berasal dari kata medium yang mempunyai makna

perantara. Menurut Satrianawati (2018:8) dan Costello, Youngblood dan

Youngblood (2012:5), media merupakan sebuah cara transmisi yang mencakup

semua macam teknologi yang bersifat menyalurkan pesan dan merangsang

pikiran penggunanya. Media dapat membawa sesuatu yang hanya ada di luar

35
kelas menjadi ada di dalam kelas. Bahkan media dapat mengurangi kekurangan

dari pengamatan secara langsung (Kaniawati, 2017).

Media pembelajaran merupakan alat dan bahan yang dipakai untuk

mengefektifkan dan mengefisiensikan proses pembelajaran unuk mencapai tujuan

pembelajaran (Satrianawati, 2018:8). Selanjutnya Suryani (2016),

mengungkapkan bahwa media pembelajaran merupakan media yang bermanfaat

sebagai alat bantu mengajar dan sarana menyalurkan pesan ke peserta didik

dalam pembelajaran. Menurut Anitah dan Supriyati (2008:5) bahan alat atau

kejadian yang memuat informasi untuk membuat kondisi peserta didik

mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap media pembelajaran

merupakan sarana pengantar pesan dan informasi belajar. Tujuan utama dari

media pembelajaran yaitu untuk memudahkan komunikasi dan pembelajaran

(Rahadian & Budiningsih, 2017).

Media pembelajaran jika dibuat dengan baik dapat menolong peserta didik

mencapai tujuan pembelajaran. Mahnun (2012) berpendapat bahwa media

pembelajaran merupakan bagian dari komponen pembelajaran yang dirasakan

manfaatnya bagi guru maupun peserta didik. Pada era globalisasi, perkembangan

media pembelajaran semakin maju. Sehingga penggunaan media pembelajaran

yang sesuai merupakan tuntutan. Saputri, Rukayah dan Indriayu (2018)

mengemukakan pengembangan media berbasis teknologi pada pembelajaran

dapat membuat pembelajaran menjadi lebih aktif dan efektif. Meskipun

pembuatan media memerlukan keahlian bukan berarti media tersebut dihindari

dan ditinggalkan.

Jenis media menurut (Nurseto,2011) dan Meinel dan Sack (2014:154-155)

yang dapat dikembangkan pada pembelajaran yaitu media gambar, animasi,

36
media video, media audio dan multimedia. Pemilihan media pembelajaran

dilaksanakan berdasarkan hasil analisis karakter peserta didik, pemilihan instruksi

dan analisis tugas ((Morison et al., 2011:16-17) dan Adegbija & Fakomogbon,

2012). Penyusunan media pembelajaran juga harus memperhatikan aspek visual

untuk menarik minat peserta didik (Tomita, 2017).

Media pembelajaran memiliki karakteristik dan kelebihannya masing-masing.

Maka, perlu dilakukan perencanaan dalam pemakaian media pembelajaran. Agar

media pembelajaran dapat menambah kualitas belajar selain itu juga dipengaruhi

oleh kecakapan guru dalam memutuskan media yang akan dipakai. Guru juga

harus memahami gaya belajar peserta didik (Rahadian & Budiningsih, 2017).

Selain itu, faktor lain yang penting untuk dipertimbangkan saat memilih media

pembelajaran yaitu sikap inovatif guru dan ketersediaan sarana dan prasarana.

Media pembelajaran yang akan dikembangkan adalah media pembelajaran

berbantuan web. Media tersebut memanfaatkan media web yang terhubung

kedalam internet. Melalui media ini materi yang disajikan mendukung berbagai

bentuk seperti teks, grafik, audio, simulasi, video dll.

6. Berbantuan Web

Teknologi merupakan perangkat lunak atau keras yang bermanfaat untuk

membantu memecahkan masalah pada kebutuhan manusia (Widyatiningtyas,

2002). Teknologi akan terus berubah dan memberikan solusi baru dan inovatif

(Scarratt & Davidson, 2012:191). Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan dan

pembelajaran bertujuan untuk memfasilitasi dan mengefisienkan kegiatan

pembelajaran. Wood dan Bhute (2018) serta Raykova,Vuldzhev dan Moneva

(2019) menambahkan manfaat teknologi dalam pembelajaran dapat berupa

efisiensi waktu pemberian umpan balik yang instan, dapat dibuka dimana saja dan

37
ekonomis. Teknologi yang dapat digunakan dalam pembelajaran menurut Erdem

(2019) contohnya adalah LCD, kalkulator, laboartorium mobile dan penggunaan

komputer.

Guru dituntut mempunyai kemampuan memakai teknologi informasi dan

komunikasi sebagai teknologi pembelajaran khususnya internet (Mulyasa,

2009:107). Teknologi internet adalah teknologi yang digunakan hampir seluruh

manusia. Contoh penggunaan internet adalah email, video game dan media sosial

(Hobbs, 2011:9). Penggunaan teknologi internet dimanfaatkan dalam berbagai

bidang seperti pemerintahan, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Berdasarkan

penelitian Rohmatullah, Dafik dan Slamin (2013), dibutuhkan pengembangan

perangkat pembelajaran dengan memanfaatkan perkembangan teknologi internet.

Peserta didik memiliki kesibukannya masing-masing sehingga pemanfaatan dari

teknologi internet dirasa tepat karena dapat diakses kapan saja (Bowers dan

Kumar, 2015). Tagliarina, Daniel, Glover dan Robert (2012:252) menambahkan

bahwa teknologi memperkaya dan menghidupkan pembelajaran di kelas.

Pemanfaatan teknologi internet yang dapat dimanfaatkan adalah salah satunya

adalah web. Rusman (2010:335) mengemukakan bahwa menyatukan bahan

pembelajaran menggunakan web merupakan aplikasi teknologi web dalam

pembelajaran dalam proses pendidikan. Untuk belajar melalui web terdapat syarat

yaitu terdapat akses dengan internet dan terdapat informasi mengenai letak sumber

informasi yang ingin didapatkan. Sad, Goktas, dan Bayrak (2014)

mendeskripsikan pembelajaran berbantuan web adalah pembelajaran jarak jauh

interaktif dimana terjadi pertukaran data menggunakan teknologi canggih.

Penggunaan web dipilih karena peserta didik sudah terbiasa menggunakannya.

Web mempunyai berbagai macam situs seperti untuk sumber informasi, tampat

38
berjualan, komunikasi berupa media sosial dan lain-lain. Peserta didik biasanya

sudah terbiasa memanfaatkan fitur-fitur web contohnya adalah bermain game,

memutar lagu dan video, mengunduh buku elektronik, mengunduh dan

mengunggah gambar, dan lain sebagainya.

Pembelajaran berbantuan web sangat penting untuk persaingan pendidikan

secara global (Salleh, Tasir & Shukor, 2012). Pembelajaran berbantuan web

merupakan salah satu metode yang akan memberikan pembelajaran lebih fleksibel

dan menyenangkan (Karabatak dan Turhan, 2017). Pembelajaran menggunakan

web bermanfaat untuk mengatasi waktu yang terbatas pada pembelajaran di

sekolah (Asuman, Khan, & Clement, 2018). Melalui pembelajaran web peserta

didik dapat mengakses materi pembelajaran dan mengerjakan tugas rumah kapan

saja dan dimana saja. Selain itu, menurut Davis (2013:20) aplikasi web

mendorong penggunanya berkolaborasi, berpartisipasi, interaktif dan

membagikan isi (konten). Rusman (2010: 336) berpendapat pembelajaran

menggunakan web tidak hanya sekedar meletakan materi belajar sebagai

pengganti kertas pada web, tetapi harus diiringi dengan fitur yang interaktif.

Tahapan penyusunan pembelajaran menggunakan web menurut (Ivers&Baron,

2010:75) terdiri dari memutuskan tampilan rancangan web, merancang dengan

menggunakan flowchart dan storyboard, mengembangkan grafik, text dan latihan

interaktif dan mengevaluasi berdasarkan pendapat guru dan teman.

Website biasanya berisi beberapa halaman web yang saling berhubungan yang

biasa disebut dengan hyperlink. Halaman-halaman tersebut dibuat dengan

menggunakan HTML (Hypertext Markup Language) serta didukung dengan CSS,

JavaScript, PHP dll. Bagi pemula yang belum terbiasa melakukan pemrograman

biasanya kesulitan dalam membangun sebuah website. Situs yang dapat digunakan

39
pemula adalah aplikasi wordpress. Situs wordpress mempunyai kelebihan

diantaranya mudah digunakan untuk mendesain sebuah halaman website.

Kelebihan yang dimiliki aplikasi tersebut yaitu pengguna tidak harus

menghafalkan sintaks-sintaks dan tidak perlu menuliskan baris kode dalam

mengembangkan web.

Lebih lanjut Rusman (2012:302) berpendapat pembelajaran menggunakan

web memiliki kekurangan di antaranya aspek keberhasilan pembelajaran

bergantung pada kemandirian dan motivasi peserta didik, terdapat masalah saat

mengakses situs web, terjadi kebosanan jika peserta didik tidak dapat mengakses

informasi karena peralatan kurang lengkap dan bandwidth. Selain itu, peserta

didik membutuhkan panduan mencari informasi karena informasi yang terdapat

dalam web beragam, dan peserta didik adakala merasa terisolasi apabila terdapat

keterbatasan komunikasi apabila pembelajaran hanya menggunakan web saja.

Web mempunyai kelebihan yaitu tidak terdapat perbedaan kualitas walupun

terdapat pertambahan pengguna (Moayeri, 2014). Selain itu, penyajian isi web

memiliki daya tarik sehingga peserta didik menjadi semangat untuk membaca.

Cara agar tampilan web menjadi menarik yaitu dengan cara mengisi konten web

dengan unsur animasi,video, suara, simulasi dll. Namun, web yang memiliki

banyak konten cenderung mengakibatkan web menjadi terlalu lambat ketika akan

dibuka. Oleh karena itu dalam mengisi konten web tetap memperhatikan hal

tersebut.

Web juga dapat diisi dengan aplikasi flash yang bermanfaat sebagai media

virtual/simulasi berdasarkan eksperimen nyata sebagai pengganti eksperimen

secara langsung. Penggunaan media simulasi menurut Torres dan Tobar (2019:2)

bermanfaat untuk mempercepat proses dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

40
Hal tersebut bermaksud untuk meningkatkan KPS peserta didik (Mutlu dan Sesen,

2016). Gunawan, et al. (2017) dan Rahman,Sulaiman dan Hafid (2016)

berpendapat peserta didik juga lebih menyukainya karena berbentuk seperti

permainan. Sehingga diharapkan menstimulasi peserta didik agar lebih aktif dalam

pembelajaran.

Rohmatullah, Dafik dan Slamin (2013) berpendapat perangkat pembelajaran

perlu ditingkatkan sesuai perkembangan teknologi sehingga sumber bahan

pembelajaran semakin beragam dan dinamis. Konten yang terdapat dalam web di

harapkan diperbarui secara rutin. Berdasarkan penelitian Rahmad dan Nordin

(2017) pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan web dapat

diterapkan dengan PBL layak digunakan dalam pembelajaran fisika. Sehingga

dalam penelitian ini dikembangkan web dengan model PBL.

Pada penelitian ini terdapat perbedaan penggunaan perangkat pembelajaran

yang digunakan pada kelas eksperimen 1 dan 2 serta kelas kontrol. Kelas

eksperimen 1 menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu

dengan RPP dan buku teks yang menerapkan sintaks PBL dengan bantuan media

web. Web berisi materi pembelajaran video, aplikasi flash, contoh soal dan

jawaban, latihan mandiri, contoh penerapan fisika dan soal pengayaan. Pada kelas

eksperimen 2 buku teks yang digunakan adalah buku teks yang biasa digunakan

oleh guru sebagai sumber materi pembelajaran dan lkpd yang disesuaikan dengan

pembelajaran PBL. Pada kelas kontrol buku teks yang digunakan adalah buku teks

yang biasa digunakan oleh guru dengan pembelajaran berdasarkan RPP yang

dibuat oleh guru.

41
7. Impuls dan Momentum

a. Besaran Impuls

Gaya Impulsif adalah gaya kontak yang meluncurkan bola pada

lintasan tertentu. Gaya tersebut berlangsung dalam selang waktu singkat.

Contohnya, ketika kita menendang bola yang mula-mula diam. Gaya Impulsif

menyebabkan suatu percepatan sehingga bola bergerak cepat dan semakin

cepat.

Hasil kali gaya Impulsif rata-rata dan selang waktu singkat selama

gaya Impulsif disebut dengan besaran Impuls (I)

⃗ ⃗ (1)
dengan

⃗ = Impuls (Ns)

⃗ = Gaya Impulsif (N)

= selang waktu singkat (s)

b. Besaran Momentum Linear

Momentum didefinisikan sebagai ukuran kesukaran untuk

memberhentikan gerak suatu benda. Momentum diperoleh dari hasil kali

antara massa dengan kecepatan. Arah momentum searah dengan arah

kecepatan.

⃗⃗⃗⃗ ⃗ (2)

dengan

⃗ = Momentum benda ( kg m/s)

= Massa benda (kg)

⃗ = Kecepatan benda (m/s)

42
c. Hubungan Impuls dan Momentum

Jika benda dikenai gaya maka benda akan memiliki Impuls ( ) yang

besarnya ⃗ ⃗ . Untuk benda yang massanya , kecepatan awal dan

dikenai gaya hingga kecepatannya menjadi , maka

⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗
⃗ ⃗ ⃗ ( ) (3)

⃗ (⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗) ⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗ (4)

⃗ ⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗ (5)

Selanjutnya didapat

⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ (6)

dengan:

⃗⃗⃗⃗⃗= Momentum awal ( kg m/s)

⃗= Momentum akhir benda ( kg m/s)

= massa benda (kg)

⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = kecepatan awal (m/s)

⃗ = kecepatan akhir (m/s)

d. Hukum Konservasi Momentum

1) Merumuskan Hukum Konservasi Momentum

Suatu tumbukan selalu melibatkan dua benda, contohnya adalah bola biliard

A dan bola biliard B. Sesaat sebelum tumbukan, bola A bergerak mendatar ke

kanan dengan momentum ⃗⃗⃗⃗⃗dan bola B bergerak mendatar ke kiri dengan

momentum ⃗⃗⃗⃗⃗. Momentum sebelum terjadi tumbukan pada massa A dan B

adalah

⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗ (7)

Sedangkan momentum setelah terjadi tumbukan antara massa A dan B adalah

43
⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ (8)
Hukum Konservasi momentum linear

⃗ ⃗ (9)
⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ (10)
Dalam peristiwa tumbukan sentral, momentum total sistem sesaat sebelum

tumbukan sama dengan momentum total sistem sesaat sesudah tumbukan,

asalkan tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem.

2) Aplikasi Hukum Konservasi Momentum Linear

Hukum Konservasi momentum linear tidak hanya berlaku pada peristiwa

tumbukan tetapi juga berlaku pada interaksi antara benda-benda (sedikitnya

dua benda) yang hanya melibatkan gaya dalam (gaya interaksi antara benda-

benda itu saja). Contohnya adalah pada peristiwa paus melompat dari air.

e. Jenis-Jenis Tumbukan

Berdasarkan hukum kekekalan energi mekanik tumbukan dibagi atas tiga jenis :

1) Tumbukan lenting sempurna

Untuk tumbukan lenting sempurna, kecepatan relatif sesaat sesudah tumbukan

sama dengan minus kecepatan relatif sesaat sebelum tumbukan.

2) Tumbukan tidak lenting sama sekali

Pada tumbukan tidak lenting sama sekali kedua benda bersatu sesudah
tumbukan, maka berlaku hubungan kecepatan sesudah tumbukan sebagai
berikut:
⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗ (11)
Maka rumus tumbukan tidak lenting sama sekali:
⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗ ( )⃗⃗⃗ (12)

3) Tumbukan Lenting Sebagian


Sebagian besar tumbukan yang terjadi antara dua benda adalah

tumbukan lenting sebagian. Misalnya, bola tenis yang bertumbukan dengan

44
raket atau bola baseball yang dipukul. Analisis tumbukan tidak lenting

sebagian melibatkan koefisien restitusi. Koefisien restitusi (e) ialah harga

negatif dari perbandingan antara besar kecepatan relatif kedua benda setelah

tumbukan dan sebelum tumbukan untuk tumbukan satu dimensi.

| |
| |
(13)

Nilai koefisian restitusi adalah terbatas, yaitu antara nol dan satu (0 ≤ e ≥ 1)

Untuk tumbukan lenting sempurna:

| |
| |
(14)

Untuk tumbukan tidak lenting sama sekali:

| |
| |
0 (15)

karena ⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗⃗

Sebagian besar tumbukan adalah tumbukan lenting sebagian, yaitu tumbukan

yang berada di antara dua keadaan ekstrem tumbukan lenting sempurna dan tumbukan

tidak lenting sama sekali. Pada tumbukan lenting sebagian besar koefisien restitusi

adalah 0<e<1.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilaksanakan oleh Mundilarto (2017) memiliki tujuan mengetahui

efek dari penggunaan model PBL pada prestasi belajar fisika dan berpikir kritis

siswa. Penelitian ini merupakan penilaian quasi-experiment. Hasil penelitannya

adalah dengan penerapan model PBL dalam pembelajaran, ada pengaruh positif

pada prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Penelitian yang dilaksanakan oleh Hakan Tekedere (2014) termasuk kedalam

penelitian eksperimen. Hasil penelitiannya adalah peserta didik menunjukan sikap

yang lebih konstruktif terhadap pembelajaran berbasis web.

45
3. Penelitian yang dilakukan oleh Wendy Barber (2016) menggunakan metode

kualitatif. Hasil penelitiannya adalah pembelajaran PBL online membantu peserta

didik untuk berpikir kritis di luar perspektif sosiokultural dan guru berpendapat

mereka menyukai pembelajaran dengan sumber daya pendidikan dengan akses

terbuka, dan merasa bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah strategi unik

dan sukses untuk memfasilitasi pengembangan keterampilan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh M. Rahmad (2017) bertujuan menghasilkan

perangkat pembelajaran berbasis web dengan PBL sebagai media pembelajaran

Elektronika Dasar pada topik teori dan rangkaian dioda. Berdasarkan penelitian

tersebut telah dihasilkan suatu perangkat perkuliahan Elektronika Dasar pada

dasar teori dan rangkaian dioda berbasis web melalui penerapan PBL yang

perangkatnya terdiri dari silabus, rencana pembelajaran, modul, media PPT dan

LKM berkategori valid.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Megawati Udin (2017) mempunyai tujuan untuk

meningkatkan KPS siswa dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan

masalah. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan

penelitian tersebut bahwa hasil belajar fisika dan KPS siswa kelas X6 SMA Negeri

14 Makassar yang dididik dengan menggunakan model tersebut mengalami

peningkatan.

46
C. Kerangka Berpikir

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Problem Based


Learning Berbantuan Web Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains Peserta didik SMA

Produk yang dikembangkan Diajarkan dengan

RPP Interaksi langsung peserta Model PBL


didik dalam pembelajaran
Buku Ajar

Media Web
Sintaks PBL Aspek
Kemampuan
Memberikan orientasi masalah
berpikir Kritis
Media Web : Mengorganisasikan untuk meneliti Mengungkapkan
1. Menampilkan Menolong penyelidikan mandiri penjelasan secara
gambar dan sederhana
video Mengembangkan dan menampilkan
hasil Meningkatkan
pembelajaran
keterampilan dasar
2. Tersedia latihan
Melakukan evaluasi
dan lembar Menyimpulkan
praktikum
3. Aplikasi flash Memberi penjelasan
lanjut

Merancang taktik
dan startegi

Aspek
Ketrerampilan
Proses Sains

Aspek Kognitif

Aspek Psikomotorik

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Kurikulum 2013 mengharapkan penggunaan model pembelajaran yang

mendorong pembelajaran dari yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta

didik dan mendukung tercapainya kemampuan dan keterampilan yang perlu dimiliki

47
peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk

mendorong keterlibatan dan mendukung tercapainya kemampuan dan keterampilan

peserta didik adalah model pembelajaran berbasis masalah. Namun faktanya, model

pembelajaran ini belum banyak diterapkan guru.

Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran dengan melakukan

pembelajaran aktif untuk mencari solusi dari permasalahan lalu menginterpretasikan

dan menjelaskannya ke fenomena dunia nyata. Guru berperan memberikan masalah

pada peserta didik untuk diselesaikan secara individu maupun kelompok.

Pembelajaran fisika sebaiknya menggunakan permasalahan yang berhubungan dengan

konsep fisika kemudian peserta didik diarahkan untuk memecahkan masalah tersebut.

Sebaiknya masalah yang dipilih adalah masalah yang berkaitan dengan lingkungan

sekitar peserta didik.

Fisika tidak hanya memuat rumus-rumus dan teori yang perlu dihafal, tetapi

fisika mempunyai banyak konsep yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari

sehingga akan mudah untuk dipahami. Dalam belajar fisika tidak hanya dengan

membaca dan mendengarkan tetapi juga dengan menyelesaikan masalah fisika.

Tujuan pembelajaran fisika seharusnya dapat menghasilkan peserta didik yang dapat

mengaitkan konsep fisika yang abstrak sampai dengan menemukan rumus-rumus dan

aplikasi konsep fisika.

Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang perlu

dimiliki untuk menghadapi tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi di

kehidupan nyata untuk mengimbangi arus globalisasi yang berubah dengan cepat.

Kemampuan berpikir kritis ialah kegiatan yang dilaksanakan dengan tujuan

mengevaluasi kebenaran sebuah pernyataan dengan pertimbangan yang aktif, terus

berlangsung, dan teliti berkaitan dengan pengetahuan yang diterimanya.

48
Di sisi lain, keterampilan proses sains (KPS) merupakan salah satu

keterampilan yang harus dimiliki peserta didik. KPS ialah kemampuan menggunakan

pikiran, nalar dan perbuatan dengan efektif yang diperlukan dalam pembelajaran sains

agar terbentuk sikap ilmiah. Agar KPS dapat tercipta guru wajib menyediakan

kesempatan pada peserta didik agar berpartisipasi langsung dalam pembelajaran.

Pengembangan pembelajaran yang efektif dapat dilaksanakan oleh guru

dengan mengembangkan pembelajaran. Pengembangan perangkat pembelajaran

dalam pengembangannya guru perlu memperhatikan aspek-aspek yang menunjang

ketercapaian tujuan pembelajaran. Perangkat pembelajaran dapat memanfaatkan

teknologi innformasi dan komunikasi seperti pemanfaatan teknologi internet yaitu

media web.

Perangkat pembelajaran fisika model PBL berbantuan web terdiri dari RPP,

buku teks, dan media web. Pemilihan web bertujuan untuk memberikan kemudahan

peserta didik untuk mengaksesnya dimana saja dan kapan saja. Proses pembelajaran

akan digunakan media web yang memuat materi, contoh soal, video, lkpd, aplikasi

flash, latihan mandiri, contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan soal

pengayaan. Selain itu terdapat buku teks model PBL sebagai panduan dan pegangan

untuk guru dan peserta didik.

RPP dibuat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan langkah-langkah model

pembelajaran PBL. Indikator RPP adalah komponen dalam RPP lengkap. Skenario

pembelajaran mensertakan peserta didik secara aktif untuk terlibat langsung dalam

pembelajaran serta memberikan kesempatan bekerja dengan cara berkelompok seperti

melakukan kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum dilaksanakan secara langsung

dan menggunakan aplikasi flash yang terdapat dalam web. Kegiatan praktikum

diharapkan dapat meningkatkan KPS baik aspek kognitif dan psikomotorik. Aspek

49
kognitif yang diharapkan untuk ditingkatkan adalah mengidentifikasi variabel,

mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis dan mengintrepretasikan

data. Sedangkan untuk aspek psikomotorik yang diharapkan untuk ditingkatkan

adalah merangkai alat, melaksanakan percobaan dan menuliskan data. Buku teks

digunakan peserta didik sebagai tempat menuliskan hasil praktikum dan menjawab

latihan soal.

Dalam tahap memberikan orientasi masalah yaitu peserta didik diberikan

masalah dunia nyata yang terdapat dalam website. Pada tahap ini diharapkan peserta

didik dapat mengungkapkan penjelasan secara sederhana dan memberi penjelasan

lanjut. Tahap selanjutnya adalah mengorganisasikan untuk meneliti dengan cara

peserta didik diarahkan oleh guru untuk merancang penyelidikan. Diharapkan pada

tahap ini keterampilan peserta didik dalam merancang praktikum dapat bertambah.

Pada tahap ini peserta didik akan dibantu dengan lembar panduan yang terdapat dalam

website. Pada tahap ini juga diharapkan dapat mendorong kemampuan merancang

taktik dan strategi.

Pada tahap menolong penyelidikan mandiri, peserta didik melaksanakan

praktikum sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Diharapkan pada tahap ini

dapat meningkatkan kemampuan mengungkapkan penjelasan secara sederhana. Pada

saat mengembangkan dan menampilkan hasil dilaksanakan dengan tujuan peserta

didik dapat mengungkapkan penjelasan secara sederhana, meningkatkan keterampilan

dasar, dan menyimpulkan. Proses evaluasi dilaksanakan dengan cara diskusi antara

guru dan peserta didik. Pada tahap ini peserta didik dibimbing untuk dapat

menyimpulkan materi yang sedang dipelajari.

Dengan pengembangan ini dapat mendorong peserta didik berpartisipasi

secara langsung dalam pembelajaran. Pembelajaran dilakukan dengan cara seperti

50
diskusi, investigasi, dan melakukan percobaan. Materi fisika yang dipilih dalam

penelitian ini adalah materi Momentum dan Impuls. Pembelajaran fisika materi

Momentum dan Impuls yang biasanya hanya mendengarkan ceramah guru dapat

bergeser menjadi pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung dengan

mengajak peserta didik menyelesaikan permasalahan yang disesuaikan dengan

kehidupan sehari-hari. Selain peserta didik mampu memahami materi tersebut,

diharapkan peserta didik mampu mengkaitkan materi tersebut dalam kehidupan

sehari-hari. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

keterampilan proses sains peserta didik dalam pembelajaran fisika.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana kelayakan perangkat pembelajaran fisika model probem based

learning berbantuan web yang dikembangkan dalam penelitian ?

a. Bagaimana kelayakan isi perangkat pembelajaran fisika model probem based

learning berbantuan web yang dikembangkan menurut penilaian ahli?

b. Bagaimana kelayakan perangkat pembelajaran fisika model probem based

learning berbantuan web yang dikembangkan menurut respon peserta didik

dan uji coba?

2. Seberapa tinggi keefektifan perangkat pembelajaran fisika model probem based

learning berbantuan web dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

keterampilan proses sains pada peserta didik?

a. Ditinjau dari nilai n gain kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses

sains peserta didik

b. Ditinjau dari nilai multivariat anava mixed design peningkatan kemampuan

berpikir kritis dan keterampilan proses sains peserta didik

51
c. Ditinjau dari nilai effect size peningkatan kemampuan berpikir kritis dan

keterampilan proses sains peserta didik.

52
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Penelitian ini termasuk penelitian dan pengembangan (R&D) dengan menerapkan

model pengembangan 4 D yang diadaptasi dari Thiagarajan dan Semmel (1974:5).

Produk yang dihasilkan antara lain perangkat pembelajaran berupa RPP, buku teks dan

media pembelajaran web. Berikut penjabaran dari tahapan pengembangan dengan

model 4D yang dilakukan:

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan disesuaikan dengan model 4D. Model tersebut

digunakan karena mempunyai tahapan yang lebih berpusat pada peserta didik. Tahap

penelitian yang dilakukan adalah :


Mendefinisikan landasan pengembangan
Define perangkat pembelajaran
Mendefinisikan rencana pengembangan perangkat
pembelajaran

Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Design Merancang Buku Teks
Merancang Media Pembelajaran
Merancang Instrumen Tes

Develop Validasi ahli


Uji Coba Terbatas
Uji Coba Lapangan

Disseminate Pemberian perangkat pembelajaran kepada guru


fisika di SMAN 1 Bawang dan SMAN 1
Banjarnegara

Gambar 2. Diagram 4D

53
1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tahap ini mempunyai tujuan mendefinisikan landasan pengembangan

perangkat pembelajaran dan mendefinisikan rencana pengembangan perangkat

pembelajaran .

a. Mendefinisikan landasan pengembangan perangkat pembelajaran

1) Mendefinisikan sekolah yang akan digunakan dalam penelitian

Sekolah yang akan digunakan dalam penelitian adalah SMAN 1

Bawang terletak di Jalan Raya Pucang Kecamatan Bawang Banjarnegara

dengan luas 32,222 m2. Tahap ini memiliki tujuan untuk mengetahui

kelengkapan perangkat pembelajaran di SMAN 1 Bawang. Perangkat

pembelajaran yang digunakan guru tersebut dilihat kemudian dianalisis

adakah kekurangan yang terdapat dalam perangkat pembelajaran

tersebut. Serta dilaksanakan wawancara langsung dengan guru mata

pelajaran fisika.

Pada analisis awal ditemukan, guru fisika memiliki kendala saat

melaksanakan praktikum. SMAN 1 Bawang memiliki laboratorium

fisika, hanya saja tempatnya berpindah-pindah. Untuk mengatasi masalah

tersebut alat-alat praktikum di bawa ke kelas untuk didemonstrasikan.

SMAN 1 Bawang sudah tersedia wifi di seluruh ruang kelas

sehingga pembelajaran menggunakan internet dapat diterapkan. Selain

itu, peserta didik juga telah memiliki handphone dan diperbolehkan

untuk membawanya ke sekolah. Potensi tersebut dapat dimanfaatkan

untuk mengatasi kendala mengenai kesulitan melaksanakan kegiatan

praktikum.

54
2) Mendefinisikan karakteristik peserta didik

Tahap ini dilaksanakan melalui pengamatan di kelas saat

pembelajaran. Pada tahap ini didapatkan informasi bahwa rentang usia

peserta didik kelas X SMAN 1 Bawang, Banjarnegara, Jawa Tengah

adalah 15-16 tahun. Peserta didik pada usia tersebut menurut teori Piaget

berada pada tahap operasional formal dengan peserta didik telah dapat

berpikir abstrak dan berlogika matematis. Berdasarkan hasil pra survei

didapatkan hasil bahwa keterampilan dan kemampuan peserta didik

belum maksimal untuk dikembangkan karena terkendala waktu dan

kondisi laboratorium. Temuan lain yang didapatkan adalah kegiatan

pembelajaran belum menggunakan media pembelajaran yang beragam

dalam pembelajaran.

3) Memeriksa landasan dibutuhkan pengembangan

Landasan pengembangan dibuat berdasarkan hasil observasi,

wawancara dan studi literatur. Hal-hal yang harus didapatkan untuk

dibuat sebagai landasan penelitian dan pengembangan dapat berbentuk

keterbatasan sumber daya, motivasi dan kurangnya kemampuan dan

keterampilan.

Keterbatasan sumber daya dapat berupa guru atau peserta didik

mempunyai keinginan atau sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran,

namun tidak dapat mewujudkannya. Seperti di sekolah terdapat

laboratorium, namun karena keterbatasan waktu dan alat praktikum tidak

dapat terlaksana.

55
Kurangnya motivasi dapat disebabkan karena materi sulit

dipahami, pemilihan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan

materi, dan dapat pula karena pemilihan media pembelajaran yang

kurang sesuai dengan karakeristik peserta didik. Kurangnya kemampuan

dan keterampilan dapat terjadi meskipun terdapat sumber daya dan

motivasi belajar tinggi. Salah satu hal yang dapat menyebabkan hal

tersebut terjadi perangkat pembelajaran yang tersedia kurang mendorong

kemampuan dan keterampilan peserta didik.

4) Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan

Memeriksa sumber daya yang diperlukan termasuk langkah yang

penting. Tanpa adanya sumber daya, proses pengembangan produk dapat

terhambat. Contohnya adalah apabila peneliti ingin mengembangkan

media pembelajaran web maka sumber daya yang diperlukan adalah

designer, programmer dan ketersediaan sarana dan prasarana untuk

menjalankan media tersebut.

b. Mendefinisikan rencana pengembangan perangkat pembelajaran

1) Mendefinisikan konsep

Tahap ini bertujuan mendefinisikan konsep-konsep yang akan

diajarkan dan menyusunnya secara rinci dan sistematis dan

mengkaitkannnya dengan konsep yang satu dengan yang lain dalam

bentuk peta konsep. Selain itu, tujuan yang lain yaitu menemukan

fenomena sehari-hari yang berkaitan dengan materi momentum dan

impuls. Pada momentum dan impuls, dapat mengambil contoh gerobak

yang membawa bermacam-macam massa yang memiliki berat berbeda.

56
Pada hukum kekekalan momentum dan tumbukan dapat menggunakan

kelereng dengan berbagai bentuk yang ditumbukkan pada lintasan.

2) Perumusan tujuan pembelajaran

Dalam tahap ini dirancang tujuan pembelajaran yang akan dicapai

selama penelitian. Tujuan pembelajaran didasarkan pada KI dan KD

pada Permendikbud Nomer 24 Tahun 2016. Selain itu, tujuan

pembelajaran juga mengacu dari tujuan pengembangan perangkat

pembelajaran yaitu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan

keteraampilan proses sains peserta didik.

3) Spesifikasi produk yang dikembangkan

Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan mempunyai

spesifikasi sebagai berikut.

a) Perangkat pembelajaran terdiri dari RPP, buku teks dan media web.

b) Perangkat pembelajaran berorientasi untuk mengembangkan

kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains peserta

didik.

c) Perangkat pembelajaran dirancang untuk mendorong peserta didik

terlibat langsung dalam pembelajaran.

d) RPP dirancang berdasarkan model pembelajaran PBL dan

disesuaikan untuk mendukung penggunaan perangkat pembelajaran

yang dikembangkan.

e) Buku teks terdiri dari buku teks pegangan guru dan buku teks

pegangan peserta didik.

57
f) Buku teks pegangan guru berisi alokasi waktu, silabus, materi, lkpd,

lembar jawab lkpd, soal evaluasi dan kunci jawaban evaluasi.

g) Buku teks pegangan peserta didik berisi materi dan lkpd.

h) Media pembelajaran yang akan dibuat adalah media web yang dapat

dibuka melalui handphone maupun laptop yang terkoneksi dengan

internet.

i) Media web mendukung pembelajaran dengan model pembelajaran

PBL.

j) Perangkat pembelajaran memuat materi momentum dan impuls yang

disesuaikan menurut kurikulum 2013.

k) Media web berisi materi pembelajaran, latihan soal, aplikasi flash,

video dan lkpd.

l) Latihan soal dalam web dapat dikerjakan secara langsung oleh

peserta didik dan langsung diketahui skor dan jawaban yang benar.

m) Media web dibagi menjadi 3 sub bab yaitu momentum dan impuls,

hukum kekekalan momentum dan tumbukan.

n) Aplikasi flash dalam media web berfungsi sebagai media praktikum

untuk membuat peserta didik lebih paham memahami konsep

momentum dan impuls.

58
2. Tahap Perancangan (Design)

Berikut adalah tahapan yang akan dilaksanakan pada tahap perencanaan

yaitu:

a. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP yang akan digunakan dirancang terlebih dahulu. Format pembuatan

RPP yang digunakan disesuaikan dengan kurikulum 2013 dan disesuaikan

dengan sintaks model pembelajaran PBL. Kegiatan dalam RPP disesuaikan

dengan pemanfaatan media web yang telah dikembangkan. Penyusunan

RPP difokuskan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

keterampilan proses sains.

b. Merancang Buku Teks

Buku Teks yang akan digunakan terdiri dari buku teks pegangan guru

dan buku teks pegangan peserta didik. Buku disesuaikan dengan kurikulum

2013 dan disesuaikan dengan sintaks model pembelajaran PBL. Materi

yang digunakan dalam buku teks adalah momentum dan impuls.

c. Merancang Media Pembelajaran

Media dibuat dengan memanfaatkan media web. Dalam tahap ini

dalam membuat media web ditentukan terlebih dahulu materi yang akan

digunakan, rancangan website dan konten yang akan tersedia di dalam web.

Web disesuaikan dengan model pembelajaran PBL.

Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat flowchart yang

menjelaskan alur produk yang akan dibuat, selanjutnya membuat

storyboard yaitu sketsa tampilan web dan fungsi komponen-komponennya

dan langkah berikutnya membuat dan mengumpulkan konten web.

59
d. Merancang Instrumen Tes

1) Menentukan tujuan instrumen

Tujuan nstrumen tes yang dibuat adalah tes tertulis dan tes

kinerja. Tes tertulis adalah tes untuk mengukur kemampuan berpikir

kritis dan keterampilan proses sains aspek kognitif. Sedangkan tes

kinerja adalah tes untuk mengukur keterampilan proses sains aspek

psikomotorik.

2) Menyusun kisi-kisi instrumen

a) Kisi-kisi Instrumen Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis

Penyusunan kisi-kisi instrumen mengacu pada KD yang diambil

dari kurikulum 2013 kelas X mata pelajaran fisika materi momentum

dan impuls. Kisi-kisi instrumen tes mengacu pada indikator

kemampuan berpikir kritis yaitu mengungkapkan penjelasan secara

sederhana, menyimpulkan, memberi penjelasan lanjut dan

merancang taktik dan strategi. Indikator tersebut kemudian

diturunkan menjadi 7 sub indikator yaitu fokus pada

pertanyaan,pertanyaan dianalisis, menjawab maupun bertanya

mengenai suatu penjelasan, membuat dan menentukan hasil

pertimbangan, mengurangi dan memikirkan kembali hasil

pengurangan, menjelaskan istilah dan memikirkan kembali suatu

definisi dan memutuskan perubahan. Hasil pengembangan kisi-kisi

instrumen penilaian kemampuan berpikir kritis disajikan pada

lampiran 2l.

60
b) Kisi-kisi Instrumen Penilaian KPS Aspek Kognitif

Tes mengacu pada indikator KPS yang terdiri dari

mengidentifikasi variabel, mendefinisikan secara operasional,

merumuskan hipotesis dan menginterpretasikan data. Indikator

tersebut kemudian diturunkan menjadi 4 sub indikator yaitu

menentukan variabel terikat dan bebas, menyatakan bagaimana cara

untuk mengukur variabel dalam percobaan, menyatakan generalisasi

sementara observasi dan menyimpulkan data pada tabel. Hasil

pengembangan kisi-kisi instrumen penilaian KPS aspek kognitif

disajikan pada lampiran 2e.

c) Kisi-kisi Instrumen Penilaian KPS Aspek Psikomotor

Penyusunan kisi-kisi instrumen tes kinerja mengacu pada aspek

KPS yang terdiri dari kemampuan merangkai alat praktikum,

melaksanakan percobaan dengan tepat dan menuliskan data hasil

praktikum. Aspek tersebut kemudian diturunkan masing-masing

menjadi 4 pernyataan pada lembar observasi.

3) Menentukan Bentuk Instrumen

Instrumen tes kemampuan berpikir kritis terdiri dari 9 soal esai

dengan tingkat kognitif C3-C5. Sedangkan tes keterampilan proses sains

aspek kognitif terdiri dari 11 soal pilihan ganda dengan tingkat kognitif

C3-C5.

Instrumen tes KPS aspek psikomotor berupa pernyataan yang

dikembangkan dari aspek KPS yang harus diisi oleh observer.

61
Pernyataan tersebut diisi sesuai indikator yang dipenuhi peserta didik.

Instrumen menggunakan skala likert 1-4.

4) Menelaah Instrumen

Telaah instrumen dilaksanakan berdasarkan dua tahap, tahap

pertama adalah telaah instrumen yang dilaksanakan oleh dosen ahli

dengan tujuan untuk memvalidasi lembar penilaian yang digunakan

untuk menilai produk yang dikembangkan. Validasi dilaksanakan

dengan menuliskan valid atau tidak terhadap lembar penilaian serta

dengan memberikan saran dan pendapat.

Tahap kedua dilaksanakan uji kelayakan ahli. Uji kelayakan ahli

dilaksanakan oleh dosen ahli instrumen, dosen ahli materi, guru mata

pelajaran fisika dan teman sejawat. Uji tersebut dilaksanakan untuk

menilai instrumen penilaian yang telah dikembangkan. Instrumen yang

telah diuji kelayakannya kemudian digunakan pada uji coba terbatas.

Subjek uji coba terbatas adalah peserta didik kelas XI MIPA. Hasil dari

uji coba terbatas kemudian dianalisis menggunakan program Quest.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap ini memiliki tujuan mendapatkan produk yang telah melewati revisi

oleh validator ahli serta data yang didapatkan saat proses uji coba. Berikut

beberapa langkah pada tahap ini:

a. Validasi ahli

Langkah yang dilakukan pertama adalah memvalidasi draft awal

perangkat pembelajaran model problem based learning berbasis web oleh

ahli (validator). Setelah mendapatkan saran dan masukan dari validator,

62
perangkat pembelajaran yang dibuat diperbaiki sehingga menghasilkan draft

I. Kemudian, dilaksanakan penilaian draft 1 oleh ahli dan praktisi.

b. Uji coba terbatas

Uji coba terbatas memiliki tujuan menemukan keterbatasan yang terdapat

pada perangkat yang dikembangkan. Media pembelajaran web, lembar

evaluasi kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains

diujicobakan secara terbatas, kemudian dilakukan evaluasi dan perbaikan.

Untuk menguji media web dilaksanakan uji keterbacaan. Uji keterbacaan

media web dilaksanakan karena terbatasnya waktu penelitian di sekolah. Uji

keterbacaan media web dilaksanakan pada 28 peserta didik kelas X MIPA 5 di

SMAN 1 Bawang. Uji coba terbatas lembar evaluasi kemampuan berpikir

kritis dan keterampilan proses sains dilakukan dengan tujuan mengetahui

validitas dan reliabilitas tiap soal. Subjek uji coba terbatas lembar evaluasi

adalah seluruh kelas XI MIPA di SMAN 1 Bawang. Untuk evaluasi

kemampuan berpikir kritis diujikan pada 30 peserta didik dan tes keterampilan

proses sains aspek kognitif pada 30 peserta didik.

c. Uji Coba Lapangan

Uji coba lapangan mempunyai tujuan untuk menghasilkan produk akhir

dari perangkat pembelajaran yang dikembangkan. RPP, Buku Teks dan media

pembelajaran web yang sudah diujicobakan secara terbatas dan sudah melalui

proses evaluasi dan perbaikan diujicobakan secara lebih luas. Uji coba

lapangan dilaksanakan dengan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang

telah disusun dengan didukung penggunaan perangkat pembelajaran yang

dikembangkan. Subjek uji coba lapangan adalah kelas X MIPA 1 dengan

63
jumlah 31 peserta didik, MIPA 2 dengan jumlah 30 peserta didik dan MIPA 3

dengan jumlah 30 peserta didik di SMAN 1 Bawang.

1) Design Eksperimen

Produk yang telah diujicobakan secara terbatas dan telah direvisi,

kemudian diujicobakan di lapangan pada kelompok besar. Tahap ini

bertujuan untuk memperoleh produk akhir yang layak digunakan dalam

pembelajaran. Ujicoba ini menggunakan quasi eksperiment dengan

melibatkan 2 kelempok yaitu eksperimen dan kontrol. Kelas eksperimen 1

diberikan perlakuan yaitu menggunakan pembelajaran model PBL

berbantuan web, kelas eksperimen 2 diberikan perlakuan yaitu

menggunakan pembelajaran model PBL sedangkan kelompok kontrol diberi

perlakuan pembelajaran konvensional (menggunakan pembelajaran yang

biasa dilaksanakan oleh guru di sekolah). Rancangan penelitian yang akan

dilaksanakan adalah:

Tabel 3.Rancangan Penelitian


Kelompok Pretest Treatment Posttest
Kelas Eksperimen 1 √ Xa1 √
Kelas Eksperimen 2 √ Xa2 √
Kontrol √ Xb √

Keterangan:
Xa1 = Pembelajaran fisika dengan model pembelajaran PBL berbantuan
web

Xa2 = Pembelajaran fisika dengan model pembelajaran PBL

Xb = Pembelajaran fisika dengan model pembelajaran konvensional

2) Validitas Internal

Pada saat uji lapangan perlu memperhatikan validitas internal. Hal

tersebut bertujuan untuk memastikan apakah perubahan yang diamati sudah

64
tepat dan memang disebabkan oleh model pembelajaran PBL berbantuan

web dibandingkan pengaruh yang berasal dari variabel eksternal. Berikut

adalah contoh validitas internal antara lain:

a) History yaitu kondisi tertentu diluar perlakuan yang dapat mempengaruhi

variabel terikat. Dalam penelitian ini dikontrol dengan cara menggunakan

kelas kontrol pada tingkat yang sama dan dari sekolah yang sama.

b) Maturation, umumnya berkaitan dengan selang waktu perlakuan seperti

perubahan biologis dan psikologis dalam diri subjek yang diteliti

sehingga mempengaruhi hasil penelitian. Dalam penelitian ini dikontrol

dengan cara menggunakan peserta didik kelas X yang memiliki rentang

usia yang sama. Kelompok kontrol dan eksperimen menerima materi

yang sama dengan jumlah jam belajar yang sama.

c) Testing, pemberian soal tes yang telah dilaksanakan kepada subjek dapat

mempengaruhi hasil posttest. Dalam penelitian ini dikontrol dengan cara

memberikan jeda cukup lama antara pretest dan posttest dengan tujuan

agar peserta didik telah melupakan soal pretest saat mengerjakan soal

posttest.

d) Validation yaitu perubahan instrumen seperti perubahan tipe pengukuran,

tingkat kesulitan, cara menskor dan cara menjawab. Dalam penelitian ini

dikontrol dengan cara memberikan soal yang sudah diuji secara empiris

dan tidak mengubah teknik penskoran.

e) Experiment effect yaitu interaksi antara pematangan dengan seleksi

seperti saat menetapkan kelompok eksperiman dan kontrol. Dalam

65
penelitian ini dikontrol dengan cara pengajar pada kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol dilaksanakan oleh orang yang sama.

f) Mortality, yaitu berkurangnya atau hilangnya subjek saat penelitian

berlangsung. Dalam penelitian ini peneliti meminta peserta didik untuk

terus hadir selama pembelajaran berlangsung agar ukuran sampel dapat

terjaga.

3) Validitas Eksternal

Pada saat uji lapangan selain memperhatikan validitas internal juga perlu

memperhatikan validitas eksternal. Berikut adalah contoh validitas eksternal

antara lain:

a) Multiple treatment interaction (perlakuan berulang) sehingga

mengakibatkan kesulitan menemukan perlakuan mana yang berakibat

pada subjek. Faktor ini dihindari dengan cara menggunakan dua

kelompok eksperimen.

b) Treatment difussion, kebocoran sistematik perlakuan kelompok

eksperiman pada kelompok kontrol. Dalam penelitian ini diasumsikan

kelompok eksperimen tidak membicaran perlakuan yang diberikan

dengan kelas lain.

4. Tahap Penyebarluasan (Disseminate)

Tahap terakhir adalah tahap penyebarluasan. Tahap ini bertujuan

menyebarluaskan produk yang sudah dikembangkan. Tahap ini tidak

dilaksanakan karena keterbatasan biaya dan waktu. Perangkat pembelajaran

hanya diberikan kepada guru fisika SMAN 1 Bawang dan SMAN 1

Banjarnegara.

66
C. Desain Uji Coba Produk

Uji coba ini mempunyai maksud dapat mengetahui keefektifan perangkat

pembelajaran fisika model PBL berbantuan web efektif untuk digunakan.

1. Desain Uji Coba

a. Validasi dan Penilaian

Memberikan validasi instrumen kepada dosen ahli dengan maksud agar

perangkat pembelajaran tersebut dinilai dan diberikan saran. Setelah

melakukan revisi berdasarkan masukan dari ahli, maka perangkat

pembelajaran tersebut dinilai kembali. Penilaian dilaksanakan oleh dosen ahli

dan guru fisika. Produk yang dinilai yaitu RPP, Buku Teks, dan media

pembelajaran web.

b. Uji Coba Terbatas

Uji coba ini dilaksanakan dengan membagikan produk yang

dikembangkan pada peserta didik dengan jumlah terbatas. Peserta didik

tersebut juga dibagikan angket untuk membaca respon peserta didik tentang

produk yang dihasilkan.

c. Uji Coba Lapangan

Kegiatan uji coba lapangan adalah menguji keefektifan perangkat

pembelajaran yang telah direvisi hasil uji coba terbatas secara lebih luas.

Pelaksanaan yang akan dilakukan pada uji coba ini adalah dengan

mengaplikasikan perangkat serta melakukan observasi pada kegiatan

pembelajaran.

Pada uji coba lapangan ini, desain eksperimen yang dipakai yaitu pretest-

posttest control group design. Prosedur yang akan dilaksanakan yaitu:

67
1) Pretest berbentuk tes uraian kemampuan berpikir kritis dan tes pilihan

ganda keterampilan proses sains aspek kognitif. Pretest dilaksanakan

sebelum kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan perlakuan.

2) Pembelajaran dilaksanakan memakai perangkat pembelajaran yang

dikembangkan pada kelas eksperimen. Pada saat pembelajaran

berlangsung, terdapat observer yang mengisi lembar observasi

keterlaksanaan RPP.

3) Postest memiliki ketentuan yang sama dengan pretest. Postest diberikan

pada saat pembelajaran berlangsung. Postest untuk kemampuan berpikir

kritis dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Sedangkan penilaian kinerja

dilaksanakan saat peserta didik melaksanakan praktikum.

2. Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Bawang pada bulan Februari 2019-

April 2019. Subjek penelitian yaitu peserta didik kelas X semester genap

dengan pokok bahasan Momentum dan Impuls yang terdiri dari 3 kelas yaitu X

MIPA 1, X MIPA 2, dan X MIPA 3. Pemilihan sampel menggunakan metode

random sampling. Pada kelas X MIPA 1 dengan jumlah 31 peserta didik

diberikan treatment dengan menggunakan model pembelajaran problem based

learning berbantuan web, kelas X MIPA 2 dengan jumlah 30 peserta didik

diberikan pembelajaran model problem based learning dan kelas X MIPA 3

dengan jumlah 30 peserta didik diberikan pembelajaran konvensional.

68
3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang akan dipakai adalah teknik tes dan non tes. Teknik tes

berbentuk uraian untuk menilai kemampuan berpikir kritis dan pilihan ganda

untuk menilai KPS aspek kognitif. Teknik non tes untuk menilai KPS aspek

psikomotorik dan respon peserta didik melalui lembar pengamatan dan angket.

b. Instrumen Pengumpulan Data

1) Lembar Validasi Instrumen Penilaian

Perangkat pembelajaran yang akan digunakan akan melalui proses

validasi. Namun sebelum itu lembar instrumen penilaian divalidasi dahulu

oleh dosen ahli. Validasi dilaksanakan dengan memberikan lembar

penilaian kepada dosen ahli, guru fisika, dan teman sejawat.

2) Lembar Penilaian Perangkat Pembelajaran

Sebelum dilakukan uji coba terbatas di sekolah, maka perangkat

pembelajaran akan divalidasi dengan instrumen-instrumen dibawah ini:

a) Lembar Penilaian RPP

Untuk mengetahui kelayakan RPP yang akan digunakan dalam

pembelajaran digunakan lembar penilaian RPP. Adapun kisi-kisi

validasi RPP pada Tabel 4 berikut.

69
Tabel 4.Kisi-kisi Penilaian Produk RPP
Aspek Sub aspek
Format Kelengkapan komponen identitas RPP
pembelajaran Keefesiensian waktu yang dialokasikan
Kesesuaian perumusan indikator pembelajaran dengan
KI, dan KD.
Perumusan
Kesesuaian penggunaan kata kerja operasional dengan
indikator
kompetensi dasar yang diukur
pembelajaran
Kesesuaian indikator pembelajaran dengan kemampuan
berpikir kritis
Kesesuaian tujuan pembelajaran dengan indikator
Perumusan Ketercakupan format A (audience), B (behaviour), C
Tujuan (condition), D (degree) dalam tujuan pembelajaran
Pembelajaran Ketercakupan pencapaian kemampuan berpikir kritis dan
keterampilan proses sains dalam tujuan pembelajaran
Model dan Kesesuaian model pembelajaran PBL yang digunakan
pendekatan Kesesuaian pendekatan saintifik yang digunakan
pembelajaran Kesesuaian metode pembelajaran yang digunakan
Kesesuaian materi ajar dengan tujuan pembelajaran.
Materi Kesesuaian isi materi ajar dengan karakteristik peserta
Pembelajaran didik SMA
Kecocokan materi dengan model pembelajaran berbasis
masalah.
Kesesuaian metode pembelajaran terhadap tujuan
pembelajaran
Metode Kesesuaian metode pembelajaran dengan model
Pembelajaran pembelajaran berbasis masalah
Keluwesan kegiatan pembelajaran
Langkah
Ketercakupan seluruh sintaks pbl
Pembelajaran
Pembelajaran Kesesuaian pembelajaran berbantuan web dengan model
web pbl
Kesesuaian media yang digunakan dengan pembelajaran
Media dan pbl
sumber Kesesuaian media web yang digunakan
belajar Keterdukungan sumber belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran
Penilaian Kejelasan prosedur penilaian
Hasil Belajar Kelengkapan Instrument Penilaian
Kesesuaian penggunaan bahasa dengan EYD
Bahasa
Kekomunikatifan bahasa yang digunakan

70
b) Lembar Penilaian Buku Teks
Lembar penilaian buku teks dipakai untuk mengetahui

kelayakan buku teks yang akan digunakan dalam pembelajaran.

Tabel 5. Kisi-kisi Penilaian Produk Buku Teks


Aspek Sub aspek
Materi Kesesuaian materi
Kesesuaian materi dengan KD
Kebenaran prinsip/hukum fisika
Kelogisan materi
Mendukung guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik
Mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik
Mendorong keterampilan proses sains peserta didik
Konstruksi Ketepatan penyusunan latihan soal
Kelengkapan informasi penting yang terdapat dalam materi.
Kesesuaian isi dengan tingkat pemahaman peserta didik.
Keruntutan penyusunan isi Buku Teks
Kebahasan Bahasa yang digunakan komunikatif dan mudah dipahami
Konsistensi penggunaan istilah
Kalimat tidak menimbulkan makna ganda
Kesederhanaan struktur kalimat yang digunakan
Tampilan Gambar,grafik dan tabel yang disajikan menunjang
penyampaian materi
Kejelasan gambar, grafik, dan tabel yang disajikan
Kesesuaian jenis dan ukuran huruf
Ketepatan pengombinasian warna

3) Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar ini bermanfaat untuk menemukan seberapa banyak

keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan pada RPP yang telah dibuat.

Lembar ini juga bermanfaat untuk mengetahui keterlaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan produk yang telah dibuat.

4) Soal Kemampuan Berpikir Kritis

Soal digunakan untuk pretest dan postest yang memiliki tujuan dapat

mengetahui apakah terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta

didik. Soal dibuat berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis dan

indikator materi yang dipilih yaitu Momentum dan Impuls. Soal

71
dipadukan dengan KD dan indikator pencapaian kompetensi yang

terdapat pada RPP yang telah dibuat. Soal berbentuk uraian.

Tabel 6. Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis


Indikator Pencapaian Aspek Berpikir Ranah Bloom
No
Kompetensi Kritis C1 C2 C3 C4 C5 C6
1 Peserta didik dapat Menjawab √
mengimplementasikan maupun bertanya
konsep momentum dan mengenai suatu
impuls. penjelasan
2 Peserta didik dapat Mengurangi dan √
menganalisias memikirkan
persamaan momentum kembali hasil
dan impuls. pengurangan
3 Peserta didik dapat Pertanyaan √
menganalisis persamaan dianalisis
momentum dan impuls.
4 Peserta didik dapat Pertanyaan √
menganalisias dianalisis
persamaan momentum
dan impuls.
5 Peserta didik dapat Membuat dan √
menjelaskan konsep menentukan hasil
hukum konservasi pertimbangan
momentum dan kaitanya
dengan peristiwa
tumbukan.
6 Peserta didik Menjelaskan √
memecahkan persoalan istilah dan
matematis yang memikirkan
berkaitan dengan kembali suatu
momentum dan impuls. definisi
7 Peserta didik Memutuskan √
menemukan persoalan perbuatan
matematis yang
berkaitan dengan hukum
konservasi momentum
dan kaitanya dengan
peristiwa tumbukan
8 Peserta didik Fokus pada √
menemukan persoalan pertanyaan
matematis yang
berkaitan dengan hukum
konservasi momentum
dan kaitanya dengan
peristiwa tumbukan
9 Peserta didik dapat Pertanyaan √
menganalisias dianalisis
persamaan momentum
dan impuls.

72
5) Soal Keterampilan Proses Sains Aspek Kognitif

Soal digunakan untuk pretest dan postest yang memiliki tujuan

dapat mengetahui apakah terjadi peningkatan KPS aspek kognitif

pada peserta didik. Soal dibuat berdasarkan indikator KPS dan

indikator materi yang dipilih yaitu Momentum dan Impuls. Soal

dipadukan dengan KD dan indikator pencapaian kompetensi yang

terdapat pada RPP yang telah dibuat. Soal berbentuk pilihan ganda

dengan jumlah soal 11.

Tabel 7. Kisi-kisi soal tes Keterampilan Proses Sains


Indikator Pencapaian Ranah Bloom
No Indikator KPS C1 C2 C3 C4 C5 C6
Kompetensi
1 Peserta didik dapat menemukan Menentukan variabel √
contoh penerapan momentum terikat dan bebas
dan impuls.
2 Peserta didik dapat menemukan Menentukan variabel √
contoh penerapan tumbukan. terikat dan bebas
3 Peserta didik dapat menemukan Menentukan variabel √
contoh penerapan tumbukan. terikat dan bebas
4 Peserta didik dapat menemukan Menentukan variabel √
contoh penerapan tumbukan. terikat dan bebas
5 Peserta didik dapat Menyatakan √
mengimplementasikan konsep bagaimana cara untuk
tumbukan. mengukur variabel
dalam percobaan
6 Peserta didik dapat Merumuskan √
mengimplementasikan konsep hipotesis
tumbukan.
7 Peserta didik menganalisis Merumuskan √
persamaan tumbukan hipotesis
8 Peserta didik dapat Merumuskan √
mengimplementasikan konsep hipotesis
momentum dan impuls
9 Peserta didik dapat menemukan Menginterpretasikan √
contoh penerapan tumbukan. data
10 Peserta didik dapat Menginterpretasikan √
memecahkan persoalan data
matematis yang berkaitan
dengan momentum dan impuls
11 Peserta didik dapat Menginterpretasikan √
memecahkan persoalan data
matematis yang berkaitan
dengan momentum dan impuls

73
6) Lembar Penilaian Kinerja Peserta Didik

Tujuan penggunaan lembar ini adalah agar memperoleh data

keterampilan proses sains peserta didik sebelum dan setelah

dilaksanakan penggunaan produk. Aspek KPS aspek pikomortorik yang

dipakai disajikan pada Tabel 8:

Tabel 8. Aspek Penilaian KPS aspek psikomotorik


No Aspek yang Dinilai
1. Kemampuan merangkai alat praktikum dengan
tepat
2. Melaksanakan percobaan dengan tepat
3. Menganalisis data hasil praktikum

Untuk penilaian keterampilan proses sains peserta didik

menggunakan 4 pilihan kriteria penilaian. Guru memberikan checklist

(√) pada kolom kriteria penilaian yang sesuai dengan keadaan peserta

didik dalam lembar penilaian.

7) Lembar Angket Respon Peserta Didik

Lembar ini dipakai dengan tujuan mendapatkan data

mengenai pendapat peserta didik tentang proses pembelajaran yang

dialami. Instrumen angket penilaian disusun menggunakan skala

Likert.

Tabel 9. Aspek Angket Respon Peserta Didik


Aspek Indikator
Pembelajaran Peserta didik merasa senang terhadap model pembelajaran yang digunakan.
Peserta didik memahami materi ketika menggunakan model pembelajaran.
Peserta didik termotivasi untuk belajar fisika
Peserta didik dapat menerapkan materi pada kehidupan sehari-hari
Peserta didik merespon model pembelajaran yang digunakan
Media Membantu peserta didik belajar dan memahami materi
Evaluasi Peserta didik dapat melaksanakan percobaan dan mengerjakan lkpd dengan
diskusi kelompok
Peserta didik mampu mengerjakan soal ulangan

74
4. Teknik Analisis Data

a. Analisis Hasil Validasi Instrumen Tes

Teknik analisis terhadap data hasil validasi instrumen tes dilaksanakan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengumpulkan semua data dari validator

2) Uji V’Aiken digunakan untuk mencari nilai validitas butir instrumen

penilaian produk.Koefisien validitas isi dengan V’Aiken dihitung

dengan rumus:


(16)

Keterangan:

S = r-lo

lo = angka penilaian validitas terendah

c = angka penilaian validitas tertinggi

r = angka yang diberikan peneliti

n = jumlah penilai

3) Membandingkan nilai V’aiken dengan tabel kategori kualitas sebagai

berikut.

Tabel 10. Kategori Kualitas Nilai V’Aiken


No Rentang Skor Kategori Kualitas
1 >0,35 Baik Digunakan
2 0,21-0,35 Dapat Digunakan
3 0,11-0,20 Tergantung Keadaan
4 0,11 Tidak dapat digunakan
(Azwar,2017:149)

b. Analisis Uji Empiris Soal Tes

Uji coba empiris dilaksanakan di SMAN 1 Bawang dengan

menggunakan tes kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains

75
aspek kognitif yang dilaksanakan terhadap 30 orang peserta didik. Hasil uji

coba kemudian dianalisis secara klasik. Cara klasik yaitu memanfaatkan

aplikasi QUEST dengan tujuan mengetahui kevalidan dan reabilitas item.

Item dikatakan valid jika nilai infit mean square (MNSQ) pada batas 0,77-

1,33 dan nilai OUTFIT t kurang dari 2. Untuk koefisien reabilitas dilihat

pada nilai reabilitas estimates dan internal consistency. Subjek uji coba

empiris adalah peserta didik kelas XI MIPA, yang memiliki kemampuan

rendah, rata-rata dan tinggi. Pada saat pengambilan data dibantu oleh guru

fisika kelas XI SMAN 1 Bawang. Kriteria penilaian reabilitas dapat dilihat

pada Tabel 11.

Tabel 11. Kategori Reliabilitas


Koefisien reliabilitas Kategori
x>0,9 Sangat baik
x>0,8 Baik
x>0,7 Diterima
x>0,6 Dipertanyakan
x>0,5 Buruk
x>0,4 Ditolak
(Gliem & Gliem, 2003)
c. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran

Analisis dilaksanakan dengan cara menjumlahkan skor setiap komponen

yang terdapat pada lembar keterlaksanaan pembelajaran. Penilaian

melibatkan observer yang telah dikordinasikan sehingga dapat menilai dan

mengobservasi dengan benar.

Presentasi keterlaksanaan RPP menggunakan rumus:


(17)

Keterangan:

P = Persentase keterlaksanaan RPP

76
Σx = Total skor keterlaksanaan

n = Jumlah komponen keterlaksanaan RPP yang dinilai

Setelah dihitung nilai persentase keterlaksanaannya lalu menentukan

kategorinya berdasarkan Tabel 12:

Tabel 12. Kategori Persentase Jumlah Skor Lembar Observasi


Keterlaksanaan Pembelajaran.
Persentase jumlah skor (P) Kategori
85%≤P≥ 100% Sangat Baik
70%≤P≥ 84,99% Baik
55%≤P≥ 69,99% Cukup
40%≤P≥ 54,99% Kurang
0% ≤P≥ 39,99% Sangat Kurang
Hamalik (1989:122)

c. Analisis Hasil Penilaian Perangkat Pembelajaran dan Respon Peserta

didik

Berikut adalah langkah untuk menganalisis penilaian ahli dan respon

peserta didik:

1) Mengumpulkan semua data yang didapatkan yang terdapat pada

instrumen penelitian

2) Mencari skor rata-rata penilaian dengan persamaan:


̅ (18)

3) Mengkonversi skor rata-rata dalam skala lima dengan acuan:

Skor rata-rata yang sudah dihitung kemudian diubah menjadi nilai

standar berskala lima dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan

perangkat pembelajaran. Pedoman pengubahan skor terdapat pada

Tabel 13.

77
Tabel 13. Kategori Penilaian Skala Lima
No Rentang Skor Kategori
1 X>Mi +1,80 Sbi Sangat Baik
2 Mi+ 0,60Sbi <X≤ Mi + 1,80 SBi Baik
3 Mi -0,60 Sbi < X ≤ Mi + 0,60 SBi Cukup
4 Mi-1,80 Sbi<X≤ Mi -0,60 Sbi Kurang
5 X≤Mi – 1,80 Sbi Sangat Kurang
(Widyoko, 2009: 238)
Keterangan:

X = Skor rata-rata

Mi = ½ (skor tertinggi + skor terendah)

Sdi = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)

d. Analisis Deskriptif Keterampilan Proses Sains Aspek Psikomotor

Skor keterampilan proses sains aspek psikomotor didapatkan

menggunakan lembar observasi pengamatan pada saat peserta didik

melaksanakan praktikum. Menurut Iskandar (2009) data hasil observasi

dapat dianalisis menggunakan persamaan:

(19)

Skor yang sudah dihitung kemudian dilaksanakan pengkategorian

berdasarkan Tabel 14 berikut ini:

Tabel 14. Persentase Keterlaksanaan Praktikum


Interval Kategori
80,01%-100% Sangat Baik
70,01%-80% Baik
50,01%-70% Kurang Baik
0%-50% Tidak Baik
(Akbar,2013:157)

e. Analisis Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan

Proses Sains Aspek Kognitif

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains

aspek kognitif dilaksanakan dengan memberi pretest dan posttest.

78
Peningkatan tersebut dianalisis menggunkan rumus standard Gain (g).

Berdasarkan Hake (1999:1), untuk menghitung gain ternormalisasi dapat

dicari dengan menggunakan rumus:


̅ ̅
(g) = ̅ ̅
(20)

Keterangan:

̅ 1 = Nilai rata-rata test sebelum perlakuan

̅ 2 = Nilai rata-rata test sesudah

̅ = Nilai maksimal

Pengkategorian tersebut kemudian diaktegorikan menurut Hake (1999:1)

disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Kategorisasi nilai gain


Interval Kategori
(g)≥0,7 Tinggi
0,7>(g)≥0,3 Sedang
(g)<0,3 Rendah
Hake (1999:1)
f. Deskripsi Sebaran Data

Deskripsi sebaran data bertujuan untuk menguji sebaran data

berdistribusi normal atau tidak. Deskripsi sebaran data adalah hasil pretest

dan postest kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains

aspek kognitif dari kelas eksperimen 1, eksperimen 2 dan kelas kontrol.

Adapun hipotesis untuk uji normalitas adalah:

H0 = sebaran data berdistribusi normal

H1 = sebaran data tidak berdistribusi normal

Kriteria yang digunakan adalah Ho diterima apabila nilai sig. > 0.05.

79
g. Deskripsi Varians

Deskripsi varians bertujuan menemukan asal populasi dari subjek

penelitian homogen atau tidak. Deskripsi varians menggunakan

perhitungan hasil pretest dan posttest. Adapun hipotsis untuk uji

homogenitas adalah:

H0 = varians data adalah homogen

H1 = varians data tidak homogen

Kriteria yang digunakan untuk menentukan homogenitas adalah Ho

diterima apabila nilai sig. > 0.05.

h. Uji Hipotesis Penelitian

Uji ini menggunakan teknik anava mixed design dengan General Linear

Model. Uji yang digunakan memiliki hipotesis yaitu:

Ho : tidak ada perbedaan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis dan

keterampilan proses sains antara peserta didik pada kelas yang

menggunakan perangkat pembelajaran model PBL berbantuan

web, peserta didik pada kelas yang menggunakan perangkat

pembelajaran model PBL dan pada kelas yang menggunakan

perangkat pembelajaran konvensional

H1 : ada perbedaan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis dan

keterampilan proses sains antara peserta didik pada kelas yang

menggunakan perangkat pembelajaran model PBL berbantuan web,

peserta didik pada kelas yang menggunakan perangkat pembelajaran

model PBL dan pada kelas yang menggunakan perangkat

pembelajaran konvensional

80
Hipotesis statistik penelitian yaitu:

H0: =

H1:

Kriteria yang digunakan untuk menyimpulkan uji hipotesis adalah Ho

ditolak dan H1 diterima apabila nilai sig.< 0.05.

g. Analisis Effect Size

Analisis ini bertujuan untuk membandingkan arah dan kekuatan relatif

dari variabel bebas yang berbeda terhadap variabel terikat yang sama.

Analisis dilaksanakan secara terpisah dengan menggunakan hasil pretest dan

posttest.

Analisis effect size dilaksanakan dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut:
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
(21)

Keterangan:

= effect size

̅̅̅= rata-rata kelompok eksperimen

̅̅̅= rata-rata kelompok kontrol

= standart deviasi kelompok control

Kriteria effect size berdasarkan (Cohen,1977:25) ditunjukan pada tabel

berikut:

Tabel 16. Kriteria effect size


Effect size Kategori
0,2 Kecil
0,5 Sedang
0,8 Besar
(Cohen,1977:25)

81
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengembangan Produk Awal

Pada bab ini akan dibahas proses pengembangan produk sesuai dengan

langkah-langkah penelitian pengembangan model 4D. Bagian ini mendeskripsikan

proses pengembangan produk awal menghasilkan rancangan web model problem

based learning yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

KPS peserta didik. Adapun data hasil pengembangan produk awal disajikan dalam

beberapa tahap antara lain:

1. Hasil Tahapan Define

Tahap define menghasilkan pendefinisian landasan pengembangan perangkat

pembelajaran dan mendefinisikan rencana pengembangan perangkat

pembelajaran. Berikut adalah hasil dari tahap define yang telah dilaksanakan

yaitu:

a. Mendefinisikan landasan pengembangan perangkat pembelajaran

1) Mendefinisikan sekolah yang akan digunakan dalam penelitian

Tahapan ini diawali dengan wawancara, observasi, dan studi literatur.

Berdasarkan hasil observasi, SMAN 1 Bawang memiliki fasilitas yang

mendukung untuk mengimplementasikan pembelajaran berbantuan web

berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan. SMAN 1

Bawang memiliki laboratorium fisika dan laboratorium komputer, di setiap

kelas terdapat LCD proyektor yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

Terdapat peralatan praktikum dalam lab fisika namun tidak memiliki jumlah

yang banyak untuk setiap percobaan. SMAN 1 Bawang juga mempunyai

82
koneksi wifi yang memadai untuk mendukung pembelajaran dengan

menggunakan web.

Hasil wawancara dan observasi menunjukan bahwa RPP sudah

berformat kurikulum 2013, namun dalam pelaksanaannya RPP tersebut jarang

diterapkan karena keterbatasan jam pembelajaran. Sumber belajar yang

digunakan berupa buku cetak. Perangkat yang dikembangkan mengacu pada

penggunaan model pembelajaran konvensional. LKPD yang digunakan

disusun oleh guru tersebut sendiri yang kontennya disesuaikan dengan

keinginan guru. LKPD terdiri dari latihan-latihan soal sehingga kemampuan-

kemmapuan lain belum dapat ditingkatkan. Guru sudah menerapkan

pembelajaran berbantuan teknologi seperti penggunaan slide powerpoint. Pada

proses pembelajaran guru jarang membuat peserta didik ikut serta aktif dalam

pembelajaran karena proses pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat

pada guru. Kegiatan pembelajaran berupa pemberian catatan/rangkuman di

kelas, memberikan tugas dan pekerjaan rumah. Kegiatan ini diduga dapat

menimbulkan peserta didik kurang tertarik dengan pembelajaran sehingga

berdampak pada pembelajaran dapat berjalan kurang maksimal. Proses

pembelajaran juga jarang dilaksakan kegiatan praktikum disebabkan karena

sedang proses pembangunan maka laboratorium fisika sering berpindah-

pindah tempat sehingga sulit dilaksanakan kegiatan praktikum sehingga

keterampilan peserta didik kurang terasah.

Bertolak dengan hasil studi literatur dapat memberikan penyelesaian

alternatif untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemukan. Alternatif

penyelesaiannya yang perlu dilakukan dalam proses pembelajaran fisika,

peserta didik dapat dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran yaitu

83
dengan model pembelajaran PBL, karena sintak pembelajarannya mendorong

peserta didik dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta didik.

Media pembelajaran untuk mendorong keterlibatan peserta didik adalah buku

teks dan web. Oleh sebab itu, dikembangkan perangkat pembelajaran berbasis

model PBL berbantuan web untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

dan KPS peserta didik.

2) Mendefinisikan karakteristik peserta didik

SMAN 1 Bawang memiliki 6 kelas untuk jurusan IPA dan 4 kelas

untuk jurusan IPS. Peserta didik SMAN 1 Bawang kelas X rata-rata berjumlah

lebih dari 30 orang dalam satu kelas yang berusia rata-rata 15-16 tahun, dalam

teori perkembangan kognitif Piaget dapat digolongkan dalam tahap

operasional formal, mampu memecahkan semua persoalan yang bersifat

rasional dan logis. Tahap ini mempunyai karakteristik peserta didik telah

mampu berpikir secara konseptual, mampu berpikir kritis untuk membuat

hipotesis, dan bernalar secara abstrak sehingga peserta didik dapat berhadapan

dengan objek atau kejadian dalam pembelajaran secara langsung. Hal ini

dibutuhkan dalam mempelajarai konsep fisika seperti momentum dan impuls

karena dalam mempelajarinya konsep ini sangat kompleks untuk dipelajari.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan disesuaikan dengan tingkat

perkembangan hasil analisis ini.

Pada tahap ini ditemukan bahwa guru belum menggunakan perangkat

dan media pembelajaran yang beragam. Selain itu, guru cenderung

memberikan pembelajaran dengan latihan-latihan soal, contoh dan tugas.

Diduga guru tidak mengoreksi jawaban peserta didik.

84
Keterbatasan penggunaan media pembelajaran yang beragam karena

keterbatasan waktu guru untuk mengembangkan media pembelajaran. Latihan

soal sudah dianggap efektif untuk dilaksanakan karena keterbatasan waktu

terutama pada semester 2 sehingga untuk mengejar materi pembelajaran yang

dilaksanakan hanya berpusat pada pengembangan kognitif peserta didik.

Peserta didik diduga menjadi bergantung pada penjelasan guru sehingga

diperlukan media pembelajaran yang dapat mendorong kemandirian peserta

didik sehingga peserta didik tidak bergantung pada guru.

3) Memeriksa landasan dibutuhkan pengembangan

Smartphone berbasis android dan iOS telah menjadi alat komunikasi

yang sangat umum digunakan di kalangan guru dan peserta didik. Berdasarkan

hasil observasi, semua peserta didik mempunyai dan membawa smartphone ke

sekolah. SMAN 1 Bawang memperbolehkan peserta didik membawa HP ke

sekolah, namun guru harus mengawasi penggunaan HP pada saat jam

pembelajaran.

Sering saya temui ketika guru sedang mengajar di depan kelas,

terdapat peserta didik yang tidak memperhatikan pelajaran namun malah

bermain HP. Selain itu, terdapat peserta didik yang tertidur atau melamun.

Dari keterangan guru didapatkan bahwa karakteristik peserta didik SMA saat

ini sangat dekat dengan teknologi, smartphone dan kurang tertarik dengan

model pembelajaran yang monoton.

Berdasarkan kurikulum 2013, dibutuhkan pengembangan buku teks

pegangan guru dan pegangan peserta didik yang telah dirancang berdasarkan

dengan karakteristik peserta didik, materi yang digunakan, dan LKPD yang

dibuat untuk membuat peserta didik terlibat secara langsung dalam

85
pembelajaran. Pengembangan buku teks diharapkan dapat mengembangkan

keterampilan dan kemampuan peserta didik.

4) Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan

Sumber daya yang diperlukan dalam pengembangan perangkat

pembelajaran berbantuan web ini yang dapat dibuka melalui smartphone,

komputer dan laptop antara lain: aplikasi designer,dan programmer. Aplikasi

yang digunakan adalah wordpress yang dapat dibuka melalui hp, komputer

dan laptop yang memiliki koneksi internet. Designer dalam pengembangan

media web ini adalah peneliti sendiri. Dalam pembuatan web, programmer

dibutuhkan untuk membantu membeli domain dan memilih aplikasi yang

mudah digunakan untuk membuat web.

b. Mendefinisikan rencana pengembangan perangkat pembelajaran

1) Mendefinisikan konsep

Analisis konsep dilaksanakan dengan tujuan memahami konsep-

konsep materi yang akan disajikan didalam web. Materi disesaikan dengan

aturan Permendikbud No.22 tahun 2016 berkaitan dengan kerangka dasar

serta struktur kurikulum di sekolah menengah atas/ madrasah aliyah. Hasil

dari analisis konsep selengkapnya dinyatakan dalam Tabel 17:

86
Tabel 17. Analisis Konsep
Fakta Konsep Prinsip
Setiap partikel yang ada di Momentum dapat Hukum
jagad raya ini senantiasa dirumuskan sebagai kekekalan
bergerak hasil perkalian massa momentum
Benda bergerak dikarenakan dengan kecepatan. menyatakan
adanya kecepatan akibat gaya Impuls adalah gaya bahwa jika gaya
luar yang mempengaruhinya yang diperlukan luar yang bekerja
Partikel yang bergerak untuk membuat pada suatu
berpeluang untuk bertumbukan sebuah benda sistem adalah nol
satu sama lain bergerak dalam maka momentum
Bola yang awalnya diam interval waktu linear total
setelah ditendang akan tertentu. sistem tersebut
bergerak. Semakin besar massa akan tetap
Bola yang ditendang dengan benda, semakin besar konstan.
keras lebih sulit dihentikan momentumnya.
daripada bola yang ditendang Semakin cepat benda
dengan pelan. bergerak, semakin
Mobil yang kencang akan besar pula
lebih parah kerusakannya jika momentumnya.
bertabrakan. Pada tumbukan tidak
Mobil yang besar akan lebih lenting sama sekali,
sulit dihentikan ketika setelah tumbukan
bergerak. kedua benda menjadi
Sepeda motor yang melaju satu dan bergerak
kencang akan lebih sulit untuk bersama-sama
dihentikan. ( )

2) Perumusan tujuan pembelajaran

Dalam merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan pada hasil analisis

konsep dengan maksud agar lebih operasional. Pembuatan tujuan

pembelajaran mengacu pada ABCD yang dapat diidentifikasi yaitu:

a) Melalui praktikum dan diskusi peserta didik dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan KPS pada saat proses diskusi yaitu saat

mengumpulkan dan menganalisis persoalan berkaitan dengan momentum

dan impuls dengan benar.

b) Melalui praktikum dan diskusi peserta didik dapat mengimplementasikan

dengan benar konsep momentum dan impuls

87
c) Melalui praktikum dan diskusi peserta didik dapat menganalisis persamaan

momentum dan impuls dengan benar.

d) Melalui praktikum dan diskusi peserta didik menemukan contoh penerapan

momentum dan impuls dengan benar.

e) Melalui praktikum dan diskusi peserta didik dapat memecahkan persoalan

matematis yang berkaitan dengan momentum dan impuls dengan tepat

f) Melalui praktikum dan diskusi peserta didik dapat menjelaskan konsep

hukum kekekalan momentum dan kaitanya dengan peristiwa tumbukan

dengan benar.

g) Melalui praktikum dan diskusi peserta didik dapat menganalisis persamaan

hukum kekekalan momentum dan kaitanya dengan peristiwa tumbukan

dengan benar

h) Melalui praktikum dan diskusi peserta didik dapat menemukan persoalan

matematis yang berkaitan dengan hukum kekekalan momentum dan

kaitanya dengan peristiwa tumbukan dengan tepat.

i) Melalui praktikum dan diskusi peserta didik didik dapat menemukan

contoh penerapan hukum kekekalan momentum dan kaitanya dengan

peristiwa tumbukan dengan tepat.

j) Melalui praktikum dan diskusi peserta didik dapat mengetahui jenis-jenis

tumbukan dengan tepat melalui diskusi dengan benar

k) Melalui praktikum dan diskusi peserta didik mampu menemukan contoh

penerapan tumbukan dengan benar.

l) Melalui praktikum dan diskusi peserta didik dapat memecahkan persoalan

matematis yang berkaitan dengan tumbukan dengan benar

88
m) Melalui praktikum dan diskusi peserta didik dapat menganalisis hubungan

antara massa dan kecepatan benda pada peristiwa tumbukan dengan

cermat.

n) Melalui praktikum dan diskusi peserta didik dapat menggambarkan

diagram gerak benda setelah tumbukan dengan tepat.

3) Spesifikasi produk yang dikembangkan

Spesifikasi produk tidak terdapat perubahan dari rancangan awal.

Spesifikasi produk yang dikembangkan dapat selengkapnya dilihat pada bab 3.

2. Tahap Perancangan (Design)

Perangkat Pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu RPP,

Buku Teks Pegangan Guru dan Peserta Didik, media pembelajaran web dan

instrumen penilaian. Produk awal yang berbentuk perangkat pembelajaran yang

telah dibuat ini kemudian akan dinilai kelayakannya oleh dosen ahli dan guru

fisika sebelum dilakukan uji coba. Sebelum dilaksanakan penilaian, lembar

penilaian kelayakan perangkat pembelajaran akan divalidasi oleh dosen ahli

terlebih dahulu.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Format RPP yang diterapkan mengacu pada Permendikbud No. 22

Tahun 2016. Hasil dari pengembangan RPP Model PBL berbantuan web

adalah:

1) KI dan KD yang diterapkan berdasarkan dengan deskripsi pada kurikulum

2013 untuk kelas X semester genap.

2) Kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan berdasarkan pada sintaks

model PBL.

89
3) Kegiatan pembelajaran melibatkan peserta didik secara langsung melalui

diskusi dengan maksud meningkatkan kemampuan dan keterampilan

peserta didik.

4) Kegiatan praktikum dilaksanakan secara berkelompok dengan maksud

mendorong peserta didik meningkatkan KPS.

5) Alokasi waktu yang dipakai dalam semua proses pembelajaran materi

momentum dan impuls yaitu 3x3 JP.

6) Sumber yang digunakan adalah buku teks pegangan guru dan peserta didik

yang telah dikembangkan.

b. Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang akan dikembangkan yaitu buku teks dan

media web. Buku teks terdiri dari buku teks pegangan guru dan peserta didik

yang telah diselaraskan dengan sintaks PBL dan kurikulum 2013. Di dalam

buku teks pegangan guru terdiri dari alokasi waktu, peta konsep, materi,

LKPD disertai kunci jawaban dan soal evaluasi disertai pedoman penskoran.

Sedangkan di dalam buku teks pegangan peserta didik berisi peta konsep,

materi dan LKPD.

Pemilihan media web dilatarbelakangi oleh peserta didik yang dapat

mengakses fitur web dimana saja dan kapan saja serta memiliki berbagai fitur

untuk mendukung pembelajaran. Setiap kelas di SMAN 1 Bawang telah

terfasilitasi wifi sehingga peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam

mengakses internet. Web yang digunakan dibuat menggunakan wordpress

karena mudah digunakan untuk pemula dan tidak perlu memahami sistem

coding. Web memiliki alamat www.Fisikaone.com. Pemilihan domain

berdasarkan kemudahan penulisan dan mudah diingat.

90
Struktur web yang dikembangkan didasarkan dengan pengembangan

media pembelajaran. Secara umum web yang dikembangkan memiliki

komponen seperti Tabel 18.

Tabel 18. Komponen Web


No Visual Komponen dalam
web
1 Beranda, berupa
tampilan depan
yang memuat
tampilan pokok
bahasan dan
informasi konten
web

2 Menu Pokok
Bahasan berisi 3
menu materi yaitu
usaha dan energi,
momentum dan
impuls serta alat-
alat optik

3 Menu momentum
dan impuls

91
No Visual Komponen dalam
web
4 Materi dibagi
menjadi tiga.
Disetiap sub bab
terdiri dari materi
pembelajaran,
video
pembelajaran ,
simulasi flash,
contoh soal dan
jawaban serta
latihan mandiri

6 Tentang kami

Didalam web terdapat fitur-fitur yang dapat dimanfaat peserta didik

dan guru. Fitur-fitur tersebut disajikan pada Tabel 19.

92
Tabel 19. Fitur-fitur dalam web
No Menu Isi
1.

93
No Menu Isi
5

c. Instrumen tes

1) Menentukan Tujuan Instrumen

Tujuan Instrumen tes yang dikembangkan yaitu mengukur kemampuan

berpikir kritis dan KPS peserta didik. Agar tujuan tersebut terpenuhi,

maka pengembangan instrumen berdasarkan aspek-aspek yang mewakili.

kemampuan berpikir kritis dan KPS peserta didik.

94
2) Menyusun Kisi-kisi Instrumen

a) Kisi-kisi Instrumen Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis

Penyusunan kisi-kisi instrumen penilaian kemampuan berpikir

kritis mengacu pada aspek yang sudah dijelaskan secara rinci pada bab

3. Kisi-kisi instrumen secara lengkap disajikan pada lampiran 2l.

b) Kisi-kisi Instrumen Penilaian KPS Aspek Kognitif

Penyusunan kisi-kisi instrumen penilaian KPS aspek kognitif

mengacu pada aspek yang sudah dijelaskan secara rinci pada bab 3.

Kisi-kisi instrumen secara lengkap disajikan pada lampiran 2e.

c) Kisi-kisi Instrumen Penilaian KPS Aspek Psikomotor

Penyusunan kisi-kisi instrumen penilaian KPS aspek

psikomotor dijelaskan secara rinci dalam tabel berikut.

Tabel 20. Aspek dan Butir Pernyataan KPS Aspek Psikomotor


No Aspek Butir Pernyataan
1. Kemampuan merangkai alat Peserta didik merangkai alat praktikum
praktikum dengan tepat sesuai sesuai teori.
teori
Peserta didik merangkai alat praktikum
dengan tepat.
Peserta didik merangkai alat praktikum
tanpa bantuan guru.
Peserta didik merangkai alat dengan
rapih.
2. Melaksanakan percobaan Peserta didik melaksanakan percobaan
dengan tepat secara berulang.
Peserta didik tidak merusak alat
percobaan.
Peserta didik memvariasi alat sesuai
dengan variabel.
Peserta didik dapat melaksakan
pengukuran dengan tepat.
3. Menuliskan data hasil Peserta didik menuliskan data dengan
praktikum berurutan.

Terdapat data pengukuran.

Peserta didik menuliskan data dalam


tabel
Peserta didik menuliskan data lengkap
dan akurat.

95
3) Menentukan Bentuk Instrumen

Tes kemampuan berpikir kritis sesuai dengan draft awal yaitu

berbentuk uraian dan terdiri dari 9 soal. Pada tes KPS sesuai dengan draft

awal yaitu menilai KPS aspek psikomotor dan penilaian aspek kognitif.

KPS aspek kognitif berbentuk pilihan ganda berjumlah 11 soal. KPS

aspek psikomotor berupa lembar observasi.

4) Menelaah Instrumen

Hasil dari telaah instrumen yang dilaksanakan oleh dosen ahli

menyatakan bahwa instrumen penilaian produk dapat digunakan dengan

beberapa revisi. Setelah direvisi, lembar penilaian dapat digunakan pada

tahap selanjutnya.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap pengembangan mempunyai maksud untuk mendapatkan perangkat

pembelajaran yang telah dikoreksi yang selanjutnya diujicobakan secara terbatas.

a. Validasi ahli

Uji validasi dilaksanakan untuk menilai draft rancangan awal perangkat

pembelajaran sebelum dilaksanakan uji coba terhadap peserta didik. Validasi

ini dilaksanakan oleh 3 orang ahli, 2 orang praktisi dan 2 orang teman sejawat.

1) Kelayakan RPP

Tahap ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan RPP model

pembelajaran PBL berbantuan web pada materi momentum dan impuls.

Penilaian RPP meliputi aspek format pembelajaran, perumusan indikator

pembelajaran, tujuan pembelajaran, model dan pendekatan pembelajaran,

materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah pembelajaran,

96
pembelajaran web, media dan sumber belajar, penilaian hasil belajar dan

bahasa. Hasil validasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

Tabel 21. Konversi Skor Validasi RPP Menjadi Skala Lima


Aspek Interval skor Nilai Kategori
Format Pembelajaran X>8,4 A Sangat Baik
6,8<X≤8,4 B Baik
5,2<X≤6,8 C Cukup
3,6<X≤5,2 D Kurang
X≤3,6 E Sangat Kurang
Perumusan indikator X>11,4 A Sangat Baik
pembelajaran 10,2<X≤11,4 B Baik
7,8<X≤10,2 C Cukup
6,6<X≤7,8 D Kurang
X≤6,6 E Sangat Kurang
Perumusan Tujuan X>8,4 A Sangat Baik
Pembelajaran 6,8<X≤8,4 B Baik
5,2<X≤6,8 C Cukup
3,6<X≤5,2 D Kurang
X≤3,6 E Sangat Kurang
Model dan X>8,4 A Sangat Baik
Pendekatan 6,8<X≤8,4 B Baik
Pembelajaran 5,2<X≤6,8 C Cukup
3,6<X≤5,2 D Kurang
X≤3,6 E Sangat Kurang
Materi Pembelajaran X>11,4 A Sangat Baik
10,2<X≤11,4 B Baik
7,8<X≤10,2 C Cukup
6,6<X≤7,8 D Kurang
X≤6,6 E Sangat Kurang
Metode Pembelajaran X>11,4 A Sangat Baik
10,2<X≤11,4 B Baik
7,8<X≤10,2 C Cukup
6,6<X≤7,8 D Kurang
X≤6,6 E Sangat Kurang
Langkah X>4,2 A Sangat Baik
Pembelajaran 3,4<X≤4,2 B Baik
2,6<X≤3,4 C Cukup
1,8<X≤2,6 D Kurang
X≤1,8 E Sangat Kurang
Pembelajaran web X>4,2 A Sangat Baik
3,4<X≤4,2 B Baik
2,6<X≤3,4 C Cukup
1,8<X≤2,6 D Kurang
X≤1,8 E Sangat Kurang
Media dan sumber X>13 A Sangat Baik
belajar 11<X≤13 B Baik
9<X≤11 C Cukup
7<X≤9 D Kurang
X≤7 E Sangat Kurang
Penilaian hasil belajar X>9 A Sangat Baik
8<X≤9 B Baik
7<X≤8 C Cukup
6<X≤6 D Kurang
X≤1,8 E Sangat Kurang
Bahasa X>8,4 A Sangat Baik
6,8<X≤8,4 B Baik
5,2<X≤6,8 C Cukup
3,6<X≤5,2 D Kurang
X≤3,6 E Sangat Kurang

97
Setelah melaksanakan konversi skala lima langkah berikutnya

membandingkan rata-rata skor yang diperoleh dari hasil penilaian

validator. Hasil penilitian dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Hasil Penilaian Kelayakan RPP


Aspek yang Dinilai Rerata Kategori
Format pembelajaran 9,8 Sangat Baik
Perumusan indikator 13,6 Sangat Baik
pembelajaran
Perumusan Tujuan Pembelajaran 9 Sangat Baik
Model dan Pendekatan 9,2 Sangat Baik
Pembelajaran
Materi Pembelajaran 14 Sangat Baik
Metode Pembelajaran 13,6 Sangat Baik
Langkah Pembelajaran 5 Sangat Baik
Pembelajaran web 4,4 Sangat Baik
Media dan sumber belajar 13,4 Sangat Baik
Penilaian Hasil Belajar 8,8 Baik
Bahasa 10 Sangat Baik
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 hal 294

Berdasarkan hasil penilaian oleh validator pada tabel 22, RPP yang

dikembangkan layak untuk diujicobakan dalam pembelajaran fisika untuk

peserta didik kelas X.

Berikut adalah hasil revisi rencana pelaksanaan pembelajaran

berdasarkan saran dari ahli:

a) Tabel dibuat lebih ringkas lagi dengan menghapus kolom sintaks

pembelajaran

b) Kompetensi dasar dan indikator dibuat tabel

2) Kelayakan Buku Teks

Kelayakan buku teks digunakan untuk mengetahui kelayakan buku

teks model pembelajaran PBL berbantuan web pada materi momentum dan

impuls. Penilaian buku teks meliputi aspek kelayakan isi, penyajian,

kebahasan, dan tampilan. Hasil validasi selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 4.

98
Tabel 23. Konversi Skor Validasi Buku Teks Menjadi Skala Lima
Aspek Interval skor Nilai Kategori
Kelayakan Isi X>12,6 A Sangat Baik
10,2<X≤12,6 B Baik
7,8<X≤10,2 C Cukup
5,4<X≤7,8 D Kurang
X≤5,4 E Sangat Kurang
Penyajian X>8,4 A Sangat Baik
6,8<X≤8,4 B Baik
5,2<X≤6,8 C Cukup
3,6<X≤5,2 D Kurang
X≤3,6 E Sangat Kurang
Kebahasaan X>8,4 A Sangat Baik
6,8<X≤8,4 B Baik
5,2<X≤6,8 C Cukup
3,6<X≤5,2 D Kurang
X≤3,6 E Sangat Kurang
Tampilan X>8,4 A Sangat Baik
6,8<X≤8,4 B Baik
5,2<X≤6,8 C Cukup
3,6<X≤5,2 D Kurang
X≤3,6 E Sangat Kurang

Setelah melaksanakan konversi skala lima langkah berikutnya

membandingkan rata-rata skor yang diperoleh dari hasil penilaian

validator. Hasil penilitian dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel. 24 Hasil Penilaian Kelayakan Buku Teks


Aspek yang Dinilai Rerata Kategori
Kelayakan Isi 13,8 Sangat Baik
Penyajian 9,2 Sangat Baik
Kebahasan 9,6 Sangat Baik
Tampilan 9,4 Sangat Baik
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 hal 298

Berdasarkan hasil penilaian oleh validator pada Tabel 24, Buku teks

yang dikembangkan layak untuk diujicobakan dalam pembelajaran fisika

untuk peserta didik kelas X.

Berikut adalah hasil revisi buku teks berdasarkan saran dari ahli:

a) Terdapat kesalahan penulisan kata implus menjadi impuls

b) Penulisan rumus harus menggunakan equation

99
c) Lambang fisika ada yang belum italic

d) Setiap gambar dan rumus diberikan nomor

e) Terdapat kesalahan kunci jawaban dalam lembar kerja

3) Media Pembelajaran Web Model PBL

Validasi media pembelajaran web model PBL digunakan untuk

mengetahui kelayakan web model PBL pada materi momentum dan

impuls. Penilaian web meliputi aspek kelayakan isi materi, kebahasaan

materi, penyajian materi, kualitas situs web, kualitas tampilan web dan

kualitas intruksional web. Hasil validasi selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 4.

Tabel 25. Konversi Skor Validasi Media Web Menjadi Skala Lima
Aspek Interval skor Nilai Kategori
Kelayakan isi materi X>8,4 A Sangat Baik
6,8<X≤8,4 B Baik
5,2<X≤6,8 C Cukup
3,6<X≤5,2 D Kurang
X≤3,6 E Sangat Kurang
Kebahasaan materi X>12,6 A Sangat Baik
10,2<X≤12,6 B Baik
7,8<X≤10,2 C Cukup
5,4<X≤7,8 D Kurang
X≤5,4 E Sangat Kurang
Penyajian materi X>8,4 A Sangat Baik
6,8<X≤8,4 B Baik
5,2<X≤6,8 C Cukup
3,6<X≤5,2 D Kurang
X≤3,6 E Sangat Kurang
Kualitas situs web X>12,6 A Sangat Baik
10,2<X≤12,6 B Baik
7,8<X≤10,2 C Cukup
5,4<X≤7,8 D Kurang
X≤5,4 E Sangat Kurang
Kualitas tampilan web X>16,8 A Sangat Baik
13,6<X≤16,8 B Baik
10,4<X≤13,6 C Cukup
7,2<X≤10,4 D Kurang
X≤5,4 E Sangat Kurang
Kualitas instruksional X>8,4 A Sangat Baik
web 6,8<X≤8,4 B Baik
5,2<X≤6,8 C Cukup
3,6<X≤5,2 D Kurang
X≤3,6 E Sangat Kurang

100
Setelah melaksanakan konversi skala lima langkah berikutnya

membandingkan rata-rata skor yang diperoleh dari hasil penilaian

validator. Hasil penilitian dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Hasil Penilaian Kelayakan Web


Aspek yang Dinilai Rerata Kategori
Kelayakan Isi Materi 8,7 Sangat Baik
Kebahasaan Materi 12,7 Sangat Baik
Penyajian Materi 9 Sangat Baik
Kualitas situs Web 14,5 Sangat Baik
Kualitas Tampilan Web 18,2 Sangat Baik
Kualitas Intruksional Web 9,2 Sangat Baik
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 hal 300

Berdasarkan hasil penilaian oleh validator pada Tabel 26, web yang

dikembangkan layak untuk diujicobakan dalam pembelajaran fisika untuk

peserta didik kelas X.

Berdasarkan hasil validasi terdapat beberapa revisi berdasarkan saran

dari ahli yang disajikan pada Tabel 27:

Tabel 27. Perbandingan Web Sebelum dan Sesudah Revisi


Sebelum Sesudah

Ukuran font dan background belum Ukuran font dan background sesudah
disesuaikan disesuaikan

Terdapat google map pasca uny Sesudah menghilangkan google map


pasca uny

101
Sebelum Sesudah

Tampilan halaman depan sebelum Tampilan halaman depan sesudah


diganti diganti

Tampilan temukan kami sebelum Tampilan temukan kami sesudah


diganti foto dan konten isi profile diganti foto dan konten isi profile

Tampilan menu momentum dan Tampilan menu momentum dan


impuls sebelum diganti impuls sesudah diganti

Tampilan isi menu momentum dan Tampilan isi menu momentum dan
impuls sebelum diganti impuls sesudah diganti

102
4) Angket Respon Peserta Didik

Validasi angket respon peserta didik dipakai untuk melihat kelayakan

angket respon peserta didik. Penilaian angket respon peserta didik meliputi

aspek isi, konstruksi dan kebahasan. Hasil validasi selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 4.

Tabel 28. Konversi Skor Validasi Angket Respon Peserta Didik Menjadi Skala Lima
Aspek Interval skor Nilai Kategori
Isi X>8,4 A Sangat Baik
6,8<X≤8,4 B Baik
5,2<X≤6,8 C Cukup
3,6<X≤5,2 D Kurang
X≤3,6 E Sangat Kurang
Konstruksi X>12,6 A Sangat Baik
10,2<X≤12,6 B Baik
7,8<X≤10,2 C Cukup
5,4<X≤7,8 D Kurang
X≤5,4 E Sangat Kurang
Kebahasaan X>4,2 A Sangat Baik
3,4<X≤4,2 B Baik
2,6<X≤3,4 C Cukup
1,8<X≤2,6 D Kurang
X≤1,8 E Sangat Kurang

Setelah melaksanakan konversi skala lima langkah berikutnya

membandingkan rata-rata skor yang diperoleh dari hasil penilaian

validator. Hasil penilitian dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Hasil Penilaian Kelayakan Angket Respon Peserta Didik


Aspek yang Dinilai Rerata Kategori
Isi 9,2 Sangat Baik
Konstruksi 14 Sangat Baik
Kebahasaan 4,6 Sangat Baik
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 hal 303

Berikut adalah hasil revisi angket respon peserta didik berdasarkan

saran dari ahli:

a) Penulisan kalimat dibuat lebih sederhana agar peserta didik lebih

memahaminya.

103
b) Ditambahkan kolom petunjuk pengisian.

5) Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Validasi tes kemampuan berpikir kritis bertujuan untuk melihat

kelayakan soal tes. Penilaian tes meliputi aspek kesesuaian isi dengan

indikator, kelengkapan instrumen, kontruksi, kesesuaian isi/substansi dan

kebahasan. Hasil validasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

Tabel 30. Hasil Validasi Tes Kemampuan Berpikir Kritis


Butir V’Aiken Kategori
1 0,9 Baik Digunakan
2 0,9 Baik Digunakan
3 0,9 Baik Digunakan
4 0,9 Baik Digunakan
5 0,9 Baik Digunakan
6 0,9 Baik Digunakan
7 0,9 Baik Digunakan
8 0,9 Baik Digunakan
9 0,9 Baik Digunakan
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 hal 305

Berikut adalah hasil revisi tes kemampuan berpikir kritis berdasarkan

saran dari ahli:

1. Gambar pada soal nomer satu terlalu kecil.

2. Pedoman skor dibuat lebih rinci yaitu menjabarkan setiap indikator.

3. Pada pedoman skor dijabarkan letak memahami persoalan,

menganalisis persoalan, menyusun penyelesaian dan mengevaluasi

penyelesaian.

4. Terdapat kesalahan penulisan pada nomer 7 tidak lenting sama sekali

menjadi lenting sempurna.

6) Tes KPS

Validasi tes KPS aspek kognitif digunakan untuk mengetahui

kelayakan soal tes. Penilaian KPS aspek kognitif meliputi aspek

kesesuaian isi dengan indikator, kelengkapan instrumen, kontruksi,

104
kesesuaian isi/substansi dan kebahasan. Hasil validasi selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 4.

Tabel 31. Hasil Validasi Tes KPS Aspek Kognitif


Butir V’Aiken Kategori
1 1 Baik Digunakan
2 1 Baik Digunakan
3 1 Baik Digunakan
4 1 Baik Digunakan
5 1 Baik Digunakan
6 1 Baik Digunakan
7 1 Baik Digunakan
8 1 Baik Digunakan
9 1 Baik Digunakan
10 1 Baik Digunakan
11 1 Baik Digunakan
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 hal 306

b. Uji Lapangan Terbatas

1) Uji Keterbacaan Media Web

Uji keterbacaan dilaksanakan dalam skala kecil yang melibatkan 28

orang peserta didik kelas X MIPA 5 SMA Negeri 1 Bawang. Pada saat

melaksanakan uji keterbacaan, peserta didik diminta untuk menggunakan web

pembelajaran fisika tanpa panduan dari guru dan peneliti hanya memberikan

alamat webnya saja. Hal ini untuk mendapatkan hasil apakah peserta didik

bisa menggunakan web sebagai alternatif media pembelajaran fisika terutama

materi momentum dan impuls. Hasil dari uji keterbacaan dapat diamati pada

tabel :

105
Tabel 32. Konversi Skor Keterbacaan Menjadi Skala Lima
Aspek Interval skor Nilai Kategori
Isi X>46,2 A Sangat Baik
37,4<X≤46,2 B Baik
28,6<X≤37,4 C Cukup
19,8<X≤28,6 D Kurang
X≤19,8 E Sangat Kurang
Bahasa X>12,6 A Sangat Baik
10,2<X≤12,6 B Baik
7,8<X≤10,2 C Cukup
5,4<X≤7,8 D Kurang
X≤5,4 E Sangat Kurang

Hasil diatas dibandingkan dengan rata-rata skor yang didapatkan dari

hasil keterbacaan media web. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Hasil Uji Keterbacaan Media Web


Aspek Skor Kategori
Isi 49,68 Sangat Baik
Bahasa 14 Sangat Baik
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 hal 307

2) Uji Coba Empiris

Uji empiris tes kemampuan berpikir kritis dan KPS aspek kognitif

dilaksanakan pada 60 peserta didik kelas XI MIPA SMAN 1 Bawang Untuk

uji empiris kemampuan berpikir kritis 30 orang peserta didik dan 30 orang

peserta didik pada uji empiris KPS aspek kognitif. Uji coba empiris

memanfaatkan program QUEST.

Soal yang diuji cobakan terdiri dari 9 soal uraian untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis berada dalam kisaran nilai Infit Mean Square

(MNSQ) dengan batas 0,77-1,30 dan menggunakan OUTFIT t dengan kriteria

penerimaan butir adalah OUTFIT t≤2. Hasil analisis uji coba empiris

instrument kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada Tabel 33 berikut

106
Tabel 34. Hasil Analisis Uji Coba Empiris Kemampuan Berpikir Kritis
No Item INFIT MNSQ Keterangan OUTFIT t Keterangan
Item 1 1,21 Cocok 0,8 Butir Soal Lolos
Item 2 0,89 Cocok 1,1 Butir Soal Lolos
Item 3 0,87 Cocok -0,2 Butir Soal Lolos
Item 4 0,99 Cocok 0,9 Butir Soal Lolos
Item 5 0,82 Cocok -0,3 Butir Soal Lolos
Item 6 1,09 Cocok -0,2 Butir Soal Lolos
Item 7 1,05 Cocok -0,3 Butir Soal Lolos
Item 8 0,88 Cocok -0,6 Butir Soal Lolos
Item 9 0,77 Cocok -0,5 Butir Soal Lolos
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 hal 311

Berdasarkan Tabel 34, menununjukan bahwa 9 butir soal Fit, hal ini

ditunjukan dengan nilai MNSQ yang berada antara 0,77 – 1,30 dan INFIT t

yang kurang dari 2, sehingga dapat disimpulkan soal yang diujikan pada

peserta didik kelas XI MIPA dinyatakan valid.

Reliabilitas tes kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada hasil

summary of case estimates pada program quest. Reliability of estimate yang

didapatkan yaitu 0,81 dan nilai internal consitency yaitu 0,88. Berdasarkan

Gliem & Gliem nilai tersebut dapat dikategorikan baik.

Soal yang diuji cobakan terdiri dari 11 soal pilihan ganda untuk

mengukur KPS aspek kognitif yang berada dalam kisaran nilai Infit Mean

Square (MNSQ) dengan batas 0,77-1,30 dan menggunakan OUTFIT t dengan

kriteria penerimaan butir adalah OUTFIT t≤2. Hasil analisis uji coba empiris

instrument KPS aspek kognitif dapat dilihat pada Tabel 35 :

107
Tabel 35. Hasil Analisis Uji Coba Empiris Keterampilan Proses Sains
No Item INFIT Keterangan OUTFIT t Keterangan
MNSQ
Item 1 1,23 Cocok 0,5 Butir Soal Lolos
Item 2 0,91 Cocok -0,4 Butir Soal Lolos
Item 3 0,94 Cocok 0 Butir Soal Lolos
Item 4 0,90 Cocok 0,2 Butir Soal Lolos
Item 5 1,26 Cocok 1,6 Butir Soal Lolos
Item 6 1,02 Cocok -0,1 Butir Soal Lolos
Item 7 0,86 Cocok -0,3 Butir Soal Lolos
Item 8 0,90 Cocok -0,4 Butir Soal Lolos
Item 9 0,90 Cocok -0,4 Butir Soal Lolos
Item 10 0,97 Cocok 0,6 Butir Soal Lolos
Item 11 0,99 Cocok 1,1 Butir Soal Lolos
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 hal 312

Berdasarkan Tabel 35, menununjukan bahwa 11 butir soal Fit, hal ini

ditunjukan dengan nilai MNSQ yang berada antara 0,77 – 1,30 dan INFIT t

yang kurang dari 2, sehingga dapat disimpulkan soal yang diujikan pada

peserta didik kelas XI MIPA dinyatakan valid.

Reliabilitas tes KPS aspek kognitif dapat dilihat pada hasil summary of

case estimates pada program quest. Reliability of estimate yang didapatkan

yaitu 0,73 dengan kategori diterima dan nilai internal consitency yaitu 0,94

dapat dikategorikan sangat baik.

c. Revisi I

Revisi pertama dilaksanakan setelah dilaksanakan ujicoba terbatas

kepada 28 peserta didik. Secara umum, media tidak mendapatkan revisi yang

berarti ataupun kesalahan maupun kritik dari peserta didik, hanya masih

terdapat link yang sempat tidak dapat diakses dan kesalahan penulisan

beberapa kata.

d. Uji Lapangan Operasional

Uji coba lapangan dilaksanakan di SMAN 1 Bawang kelas X MIPA 1,

MIPA 2 dan MIPA 3. Tujuan dari uji coba lapangan ini untuk mendapatkan

108
hasil apakah terdapat pengaruh perangkat pembelajaran yang dikembangkan

terhadap kemampuan berpikir kritis dan KPS peserta didik. Pada uji coba ini

kelas eksperimen adalah kelas X MIPA 1 dan MIPA 2. Kelas kontrol adalah

kelas X MIPA 3. Pada kelas X MIPA 1 diberikan perlakuan berupa

pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran model PBL berbantuan

web. Pada kelas X MIPA 2 diberikan perlakuan berupa pembelajaran

menggunakan perangkat pembelajaran model PBL dan kelas X MIPA 3

diberikan perlakuan berupa pembelajaran menggunakan perangkat

pembelajaran yang biasa digunakan guru di sekolah tersebut. Peserta didik

diberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal kemampuan berpikir

kritis dan KPS aspek kognitif peserta didik dan pada akhir pertemuan

dilaksanakan posttest untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan

kemampuan berpikir kritis dan KPS aspek kognitif peserta didik.

Pembelajaran untuk setiap kelas dilaksanakan 3 kali pertemuan. Pada saat

pembelajaran, peserta didik melaksanakan percobaan untuk mengetahui KPS

aspek psikomotorik peserta didik.

e. Revisi II

Revisi produk pada tahap kedua berdasarkan dari uji coba lapangan.

Revisi yang didapatkan yaitu terdapat kesalahan coding kunci jawaban dalam

lembar soal mandiri pada media web. Selain itu, terdapat revisi pada bagian

lkpd yang terdapat pada web ditambahkan pengantar mengenai pengertian

variabel bebas, terikat dan kontrol.

109
f. Produk Akhir

Data hasil uji coba lapangan berupa keterlaksanaan RPP, respon

peserta didik, skor tes kemampuan berpikir kritis dan KPS, akan menjadi

acuan untuk memutuskan kelayakan produk yang dikembangkan.

B. Hasil Uji Coba Produk

Perangkat pembelajaran model PBL berbantuan web dilaksanakan uji lapangan pada

bulan Februari 2019 hingga April 2019 di kelas X SMA Negeri 1 Bawang. Kelas

eksperimen dan kelas kontrol ditentukan dengan metode random sampling. Kelas

eksperimen 1 adalah kelas X MIPA 1 dengan peserta didik berjumlah 31 orang, kelas

eksprimen 2 adalah kelas X MIPA 2 dengan 30 orang, dan kelas kontrol ialah X MIPA 3

dengan 30 orang peserta didik.

Perbedaan eksperimen 1 dan eksperimen 2 yaitu pada media yang diberikan, dimana

kelas eksperimen 1 diberikan pembelajaran menggunakan model PBL dengan

berbantuan media web. Sedangkan kelas eksperimen 2 hanya menggunakan

pembelajaran model PBL tanpa bantuan media web. Di luar hal trsebut, kedua kelas

eksperimen menerima treatment yang sama. Pembelajaran kelas kontrol menggunakan

pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru di sekolah tersebut, yaitu belajar

berdasarkan alur buku. Masing-masing menggunakan buku paket fisika dan

pembelajaran mengikuti alur yang terdapat di buku.

1. Deskripsi Treatment

Treatment ini merupakan treatment yang diterapkan pada kelas X MIPA 1

(eksperimen 1) berupa pembelajaran dengan model PBL berbantuan web. Total

terdapat 3 sub materi yang diberikan, yaitu momentum dan impuls, hukum kekekalan

momentum dan tumbukan. Deskripsi alur waktu dari treatment yang diberikan dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

110
Tabel 36. Alur Waktu Treatment Pada Kelompok Eksperimen 1
Materi Kegiatan Waktu (2019)
Pretest Menjawab tes kemampuan berpikir kritis dan 1 Maret
keterampilan proses sains, pengarahan tentang
kegiatan yang akan dilaksanakan, pengenalan
media web
Momentum Pengenalan masalah, diskusi dan presentasi, 15 Maret
dan Impuls refleksi dan evaluasi (tatap muka 3 JP)
Hukum Pengenalan masalah, diskusi dan presentasi, 22 Maret
Kekekalan refleksi dan evaluasi (tatap muka 3 JP)
Momentum
Tumbukan pengenalan masalah, diskusi dan presentasi, 29 Maret
refleksi dan evaluasi (tatap muka 3 JP)
Posttest Menjawab tes kemampuan berpikir kritis dan 26 April
KPS

Materi momentum dan impuls dimulai dengan pengenalan masalah pada peserta

didik yang dapat dilihat pada web. Peserta didik kemudian menjawab pertanyaan

yang tertera pada web. Peserta didik kemudian mendiskusikan jawaban dengan

teman sekelompoknya. Setelah itu, peserta didik menampilkan hasil diskusi

bersama kelompoknya. Sementara kelompok lain memberikan tanggapan. Terakhir

adalah evaluasi yaitu guru dan peserta didik menyimpulkan materi yang dibahas

pada pertemuan itu.

2. Keterlaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran untuk kelas eksperimen 1 dilaksanakan sebanyak 3 kali

pertemuan. Data keterlaksanaan pembelajaran dikumpulkan oleh 2 orang

pengamat dengan instrumen observasi pembelajaran. Observer menilai dan

mengamati kesesuaian RPP yang dirancang dengan pembelajaran yang

dilaksanakan. Rerata hasil kedua observer merupakan skor dari keterlaksanaan

pembelajaran. Data skor keterlaksanaan pembelajaran ditunjukkan pada Tabel 37.

111
Tabel 37. Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan RPP
No Kegiatan
RPP I RPP II RPP III
Pengamat I II I II I II
1 Pendahuluan 100% 100% 80% 80% 100% 100%
2 Inti 83% 83% 92% 92% 75% 75%
3 Penutup 80% 80% 80% 80% 100% 100%
Rata-rata 88% 84% 92%
Kriteria Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

3. Hasil Respon Peserta Didik Terhadap Perangkat Pembelajaran

Angket respon peserta didik diberikan setelah proses pembelajaran dengan

menggunakan perangkat pembelajaran model PBL berbantuan web. Adapun

respon peserta didik dapat dilihat pada Tabel 38.

Tabel 38. Konversi Skor Respon Peserta Didik Menjadi Skala Lima
Aspek Interval skor Nilai Kategori
Penerapan RPP X>33,6 A Sangat Baik
27,2<X≤33,6 B Baik
20,8<X≤27,2 C Cukup
14,4<X≤20,8 D Kurang
X≤1,4 E Sangat Kurang
Model PBL X>21 A Sangat Baik
17<X≤21 B Baik
13<X≤17 C Cukup
9<X≤13 D Kurang
X≤9 E Sangat Kurang
Pembelajaran X>29,4 A Sangat Baik
berbantuan web 23,8<X≤29,4 B Baik
18,2<X≤23,8 C Cukup
12,6<X≤18,2 D Kurang
X≤12,6 E Sangat Kurang

Hasil diatas dibandingkan dengan rata-rata skor yang didapatkan dari

hasil angket respon peserta didik terhadap pembelajaran. Hasilnya dapat

dilihat pada Tabel 39.

112
Tabel 39. Hasil Respon Peserta Didik Terhadap Pembelajaran
Aspek Skor Kategori
Penerapan RPP 33,13 Baik
Model PBL 18,32 Sangat Baik
Pembelajaran berbantuan web 29,65 Sangat Baik
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 hal 311

Tabel 39 menunjukkan bahwa respon peserta didik terhadap perangkat

pembelajaran menurut aspek penerapan RPP termasuk dalam kategori baik dan

menurut aspek model PBL dan pembelajaran berbantuan web termasuk dalam

kategori sangat baik. Hasil ini menunjukkan bahwa produk perangkat

pembelajatan model PBL berbantuan web layak digunakan dalam pembelajaran

fisika.

4. Hasil Analisis Deskriptif Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dapat dilihat dengan memberikan

peserta didik soal pretest sebelum dilaksanakan pembelajaran dan memberikan

soal posttest pada akhir pembelajaran. Pembelajaran dilaksanakan pada kelas

konvensional, PBL dan PBL berbantuan web. Soal pretest dan posttest berupa

essai dengan jumlah soal yaitu 9 soal.

a. Kelas Konvensional

Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas

konvensional dapat dilihat dari peningkatan n gain skor pada pretest dan

posttest. Hasil pretest dan posttest dapat disajikan pada Gambar 3 dan secara

rinci pada lampiran 4. Berikut adalah hasil pretest, posstest dan nilai n gain

kelas konvensional:

Tabel 40. Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Konvensional


No Rata-Rata N Gain Kategori
1 Pretest 29 0,82 Tinggi
2 Posttest 86,97
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4

113
Hasil pretest dan posttest secara rinci berdasarkan dari masing-masing

indikator disajikan pada gambar:

100

80

60
Nilai

40

20

0
Menjawab
Mengurangi Menjelaskan
maupun Membuat dan
dan istilah dan
bertanya Pertanyaan menentukan Memutuskan Fokus pada
memikirkan memikirkan
mengenai dianalisis hasil perbuatan pertanyaan
kembali hasil kembali suatu
suatu pertimbangan
pengurangan definisi
penjelasan
Pretest 18,15 57,33 28,21 17,18 78 39,05 37,33
Posttest 88,64 76 79,36 100 88 93,33 84,67

Gambar 3. Pretest-posttest kemampuan berpikir kritis kelas konvensional

Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa semua indikator

kemampuan berpikir kritis mengalami peningkatan setelah diberikan

treatment dengan pembelajaran konvensional. Sehingga dapat

disimpulkan pembelajaran konvensional efektif untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis.

b. Kelas Model PBL

Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas model

PBL dapat dilihat dari peningkatan n gain skor pada pretest dan posttest.

Hasil pretest dan posttest dapat disajikan pada Gambar 4 dan secara rinci

pada lampiran 4. Berikut adalah hasil pretest, posstest dan nilai n gain

kelas konvensional:

Tabel 41. Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Model PBL


No Rata-Rata N Gain Kategori
1 Pretest 28 0,88 Tinggi
2 Posttest 91,17
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4

114
Hasil pretest dan posttest secara rinci berdasarkan dari masing-masing

indikator disajikan pada gambar:

100

80

60
Nilai

40

20

0
Menjawab
Mengurangi Menjelaskan
maupun Membuat dan
dan istilah dan
bertanya Pertanyaan menentukan Memutuskan Fokus pada
memikirkan memikirkan
mengenai dianalisis hasil perbuatan pertanyaan
kembali hasil kembali suatu
suatu pertimbangan
pengurangan definisi
penjelasan
Pretest 15,8 54 32,56 17,69 82 48,57 55,33
Posttest 95,56 76 91,15 100 86,67 68,57 96

Gambar 4. Pretest-posttest kemampuan berpikir kritis kelas PBL

Berdasarkan gambar 4, dapat disimpulkan bahwa nilai postest lebih

tinggi daripada pretest setelah diberikan treatment dengan pembelajaran

konvensional. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran model PBL

efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

c. Kelas Model PBL Berbantuan Web

Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas model

PBL berbantuan web dapat dilihat dari peningkatan n gain skor pada

pretest dan posttest. Hasil pretest dan posttest dapat disajikan pada

Gambar 5 dan secara rinci pada lampiran 4. Berikut adalah hasil pretest,

posstest dan nilai n gain kelas konvensional:

Tabel 42. Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Model PBL


Berabantuan Web
No Rata-Rata N Gain Kategori
1 Pretest 25,77 0,9 Tinggi
2 Posttest 93
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4

115
Hasil pretest dan posttest secara rinci berdasarkan dari masing-masing

indikator disajikan pada Gambar 5:

100
80
60
Nilai

40
20
0
Menjawab
Mengurangi Menjelaskan
maupun Membuat dan
dan istilah dan
bertanya Pertanyaan menentukan Memutuskan Fokus pada
memikirkan memikirkan
mengenai dianalisis hasil perbuatan pertanyaan
kembali hasil kembali suatu
suatu pertimbangan
pengurangan definisi
penjelasan
Pretest 14,58 50,32 29,28 17,12 78,06 44,7 49,03
Posttest 98,92 98,71 85,48 100 83,87 84,79 96,77

Gambar 5. Pretest-posttest kemampuan berpikir kritis kelas PBL berbantuan web

Berdasarkan Gambar 5, dapat disimpulkan bahwa nilai postest lebih

tinggi daripada pretest setelah diberikan treatment dengan pembelajaran

konvensional. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran model PBL

berbantuan web efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya peningkatan terhadap

kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan menggunakan

pembelajaran model PBL berbantuan web. Hasil ini sesuai dengan

penelitian (Diani, et al., 2018) yang menyatakan bahwa belajar dengan

model PBL dengan mengkombinasikan dengan web membuat

pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, pembelajaran

Model PBL berbantuan web juga mendorong kemandirian peserta didik

dengan menekankan pengalaman langsung melalui penyelidikan untuk

mengembangkan kompetensi untuk memahami permasalahan dunia secara

ilmiah (Setyowidodo, Pramesti & Handayani,2018).

116
Bersarkan teori dan temuan penelitian menunjukan bahwa perangkat

pembelajaran model PBL berbantuan web dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis peserta didik.

5. Hasil Analisis Deskriptif KPS Peserta Didik Aspek Kognitif

Peningkatan KPS aspek kognitif diukur dengan soal berbentuk pilihan ganda.

Peningkatan dilihat dengan cara memberikan soal pretest sebelum dilaksanakan

pembelajaran dan posttest pada akhir pelaksanaan pembelajaran. Soal pretest dan

posttest berupa pilihan ganda dengan 11 butir soal.

a. Kelas Konvensional

Peningkatan KPS aspek kognitif pada kelas konvensional dapat dilihat

dari peningkatan n gain skor pada pretest dan posttest. Hasil pretest dan

posttest dapat disajikan pada Gambar 6 dan secara rinci pada lampiran 4.

Berikut adalah hasil pretest, posstest dan nilai n gain kelas konvensional:

Tabel 43. Nilai KPS Aspek Kognitif Kelas Konvensional


No Rata-Rata N Gain Kategori
1 Pretest 27,3 0,46 Sedang
2 Posttest 59,7
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4

Hasil pretest dan posttest secara rinci berdasarkan dari masing-masing

indikator disajikan pada gambar:

100
80
60
Nilai

40
20
0
Mengidentifikasi Mendefinisikan Merumuskan Menginterpretasik
variable secara operasional hipotesis an data
Pretest 32,5 46,67 14,44 27,78
Posttest 73,33 70 41,11 58,89

Gambar 6. Hasil pretest dan posttest KPS aspek kognitif pada kelas konvensional

117
Berdasarkan Gambar 6, dapat disimpulkan bahwa nilai postest lebih

tinggi daripada pretest setelah diberikan treatment dengan pembelajaran

konvensional. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran dengan model

konvensional efektif untuk meningkatkan KPS.

b. Kelas Model PBL

Peningkatan KPS aspek kognitif peserta didik pada kelas model PBL

dapat dilihat dari peningkatan n gain skor pada pretest dan posttest. Hasil

pretest dan posttest dapat disajikan pada Gambar 7 dan secara rinci pada

lampiran 4. Berikut adalah hasil pretest, posstest dan nilai n gain kelas

konvensional:

Tabel 44. Nilai KPS Aspek Kognitif Kelas Model PBL


No Rata-Rata N Gain Kategori
1 Pretest 30 0,55 Sedang
2 Posttest 67,8
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4

Hasil pretest dan posttest secara rinci berdasarkan dari masing-masing

indikator disajikan pada gambar:

100

80

60
Nilai

40

20

0
Mengidentifikasi Mendefinisikan secara Menginterpretasikan
Merumuskan hipotesis
variable operasional data
Pretest 30 43,33 35,36 24,44
Posttest 61,67 100 57,78 82,22

Gambar 7. Hasil pretest dan posttest KPS aspek kognitif pada kelas PBL

Berdasarkan Gambar 7, dapat disimpulkan bahwa nilai postest lebih

tinggi daripada pretest setelah diberikan treatment dengan pembelajaran

118
model PBL. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran model PBL efektif

untuk meningkatkan KPS aspek kognitif.

c. Kelas Model PBL Berbantuan Web

Peningkatan KPS aspek kognitif peserta didik pada kelas model PBL

berbantuan web dapat dilihat dari peningkatan n gain skor pada pretest dan

posttest. Hasil pretest dan posttest dapat disajikan pada Gambar 8 dan

secara rinci pada lampiran 4. Berikut adalah hasil pretest, posstest dan

nilai n gain kelas konvensional:

Tabel 45. Nilai KPS Aspek Kognitif Kelas Model PBL Berbantuan Web
No Rata-Rata N Gain Kategori
1 Pretest 28,16 0,64 Sedang
2 Posttest 74,68
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4

Hasil pretest dan posttest secara rinci berdasarkan dari masing-masing

indikator disajikan pada gambar:

100

80

60
Nilai

40

20

0
Mengidentifikasi Mendefinisikan Merumuskan Menginterpretasikan
variable secara operasional hipotesis data
Pretest 38,71 25,81 32,26 11,83
Posttest 83,06 93,55 72,04 62,37

Gambar 8. Hasil pretest dan posttest KPS aspek kognitif pada kelas PBL berbantuan

web

Berdasarkan Gambar 8, dapat disimpulkan bahwa nilai postest lebih

tinggi daripada pretest setelah diberikan treatment dengan pembelajaran

model PBL berbantuan web. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran

119
model PBL berbantuan web efektif untuk meningkatkan KPS aspek

kognitif.

Hal ini sesuai dengan (Kurniawan, 2014) yang menyatakan

pembelajaran dengan model PBL berbantuan web dapat meningkatkan

KPS peserta didik karena dapat memfasilitasi kegiatan praktikum yang

sulit terlaksana karena keterbatasan alat dan bahan dengan praktikum

virtual yang diintegrasikan dengan web. Melalui PBL peserta didik dapat

belajar dan mengkontruksi pengetahuan dan berpartisipasi secara aktif

dalam menghadapi masalah yang diberikan. Peserta didik dituntut untuk

membuat kesimpulan dan mempresentasikan solusi mereka (Purba, 2015).

Sejalan dengan itu (Rahmatsyah et al., 2017) juga berpendapat

pengetahuan yang didapatkan secara langsung melalui PBL akan lebih

mudah diingat oleh peserta didik.

6. Hasil Analisis Deskriptif KPS Aspek Psikomotor

Untuk melihat hasil penilaian KPS aspek psikomotor dengan cara

menggunakan lembar observasi pada 2 pertemuan, yaitu pertemuan pertama dan

kedua, dengan skor tertinggi adalah 4 dan skor terendah adalah 1, yang diamati

oleh 3 pengamat, adapun aspek yang diukur yaitu merangkai alat percobaan,

melaksanakan percobaan dan menuliskan data.

Data dideskripsikan dengan cara menganalisis dengan menjumlahkan skor

yang didapat peserta didik dibagi dengan skor maksimal dikali 100%. Hasil

analisis dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 4.

a. Kelas Konvensional

KPS aspek psikomotorik peserta didik pada kelas konvensional dapat

diamati dari nilai persentase pada aspek merangkai alat percobaan,

120
melaksanakan percobaan dan menuliskan data yang ditampilkan pada

Gambar 9.

100
90
80
Persentase (%) 70
60 Merangkai alat
50
Melaksanakan Percobaan
40
30 Menuliskan data
20
10
0
Percobaan 1 Percobaan 2

Gambar 9. Hasil persentase KPS aspek psikomotor pada kelas


konvensional

Berdasarkan Gambar 9, KPS aspek psikomotor pada percobaan 1 dan

percobaan 2 pada aspek merangkai alat percobaan berkategori tinggi, pada

aspek melaksanakan percobaan berkategori tinggi dan aspek menuliskan

data berkategori sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa KPS

peserta didik kelas konvensional tergolong tinggi.

b. Kelas Model PBL

KPS aspek psikomotorik peserta didik pada kelas model PBL dapat

diamati dari nilai persentase pada aspek merangkai alat percobaan,

melaksanakan percobaan dan menuliskan data yang ditampilkan pada

Gambar 10.

121
100
90
80
70

Persentase (%)
60
Merangkai alat
50
Melaksanakan Percobaan
40
Menuliskan data
30
20
10
0
Percobaan 1 Percobaan 2

Gambar 10.Hasil persentase KPS aspek psikomotor pada kelas model PBL

Berdasarkan Gambar 10, KPS aspek psikomotor pada percobaan 1 dan

percobaan 2 pada aspek merangkai alat percobaan berkategori sangat

tinggi, pada aspek melaksanakan percobaan berkategori sangat tinggi dan

aspek menuliskan data berkategori tinggi. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa KPS peserta didik kelas model PBL tergolong tinggi.

c. Kelas Model PBL Berbantuan Web

KPS aspek psikomotorik peserta didik pada kelas model PBL

berbantuan web dapat diamati dari nilai persentase pada aspek merangkai

alat percobaan, melaksanakan percobaan dan menuliskan data yang

ditampilkan pada Gambar 11.

122
100
90
80
70

Persentase (%)
60
Merangkai alat
50
Melaksanakan Percobaan
40
Menuliskan data
30
20
10
0
Percobaan 1 Percobaan 2

Gambar 11. Hasil persentase KPS aspek psikomotor pada kelas model
PBL berbantuan web

Berdasarkan Gambar 11, KPS aspek psikomotor pada percobaan 1 dan

percobaan 2 pada aspek merangkai alat percobaan berkategori sangat

tinggi, pada aspek melaksanakan percobaan berkategori sangat tinggi dan

aspek menuliskan data berkategori sangat tinggi. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa KPS peserta didik kelas model PBL berbantuan web

tergolong sangat tinggi.

7. Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan KPS aspek kognitif peserta didik

menunjukan perbedaan nilai rata-rata. Uji yang digunakan adalah uji manova yang

bertujuan untuk menganalisis perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis

dan KPS aspek kognitif pada kelas model PBL berbantuan web, kelas model PBL,

dan kelas konvensional. Untuk melakukan uji manova hal yang dilakukan

sebelumnya yaitu uji prasyarat yaitu uji normalitas Multivariat dan uji

homogenitas.

123
a. Deskripsi Sebaran Data

Deskripsi sebaran data dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui

sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Tes tersebut menggunakan

metode shapiro-walk dengan bantuan SPSS 23.

Taraf signifikansi yang dipakai yaitu 0,05 dimana H0 dapat diterima

jika signifikansi yang diperoleh lebih dari 0,05. Berikut adalah hasil dari

deskripsi sebaran data yang ditunjukan pada Tabel 46 berikut.

Tabel 46. Tes Normalitas


No Variabel Data Kelas Sig Kesimpulan
1 Kemampuan Pretest Konvensional 0,181 Data berdistribusi
Berpikir normal
Kritis PBL 0,268 Data berdistribusi
normal
PBL 0,076 Data berdistribusi
berbantuan normal
web
2 Posttest Konvensional 0,316 Data berdistribusi
normal
PBL 0,220 Data berdistribusi
normal
PBL 0,083 Data berdistribusi
berbantuan normal
web
3 KPS aspek Pretest Konvensional 0,118 Data berdistribusi
kognitif normal
PBL 0,059 Data berdistribusi
normal
PBL 0,059 Data berdistribusi
berbantuan normal
web
4 Posttest Konvensional 0,197 Data berdistribusi
normal
PBL 0,105 Data berdistribusi
normal
PBL 0,216 Data berdistribusi
berbantuan normal
web
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 hal 329

124
Berdasarkan Tabel 46, dapat dilihat bahwa semua data mempunyai

nilai sig.>0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa semua sebaran data

normal.

b. Deskripsi Varians

Tes homogenitas varians dilaksanakan dengan tujuan untuk

menemukan asal populasi dari subjek penelitian homogen atau tidak. Uji

homogenitas dilaksanakan menggunakan uji levene dengan bantuan

aplikasi SPSS 23. Adapun hipotesis pada uji homogenitas ini ialah

H0 = sebaran data adalah homogen

H1 = sebaran data tidak homogen

Kriteria yang digunakan adalah H0 diterima apabila nilai sig.( 2 tailed)

> α (0,05). Hasil tes homogenitas dapat dilihat pada tabel 47 berikut.

Tabel 47. Hasil Tes Homogenitas


Data Sig. (p) Kesimpulan
Pretest Kemampuan Berpikir Kritis 0,299 Sebaran data homogen
Pretest KPS aspek kognitif 0,370 Sebaran data homogen
Posttest Kemampuan Berpikir Kritis 0,091 Sebaran data homogen
Posttest KPS aspek kognitif 0,083 Sebaran data homogen
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 hal 329

Berdasarkan Tabel 47 diatas dapat dilihat bahwa semua data memiliki

nilai sig.> 0,05. Dapat disimpulkan bahwa sebaran data adalah homogen.

c. Uji Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan anava mixed design

dengan General Linear Model. Hasil analsis dapat dijabarkan sebagai

berikut.

Analisis peningkatan dilaksanakan untuk mengetahui apakah terdapat

peningkatan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains

setelah diberikan treatment berbeda pada setiap kelas. Sebelum

125
dilaksanakan analisis, terlebih dahulu melakukan analisis tabel Mauchly’s

Test of Sphericity, dengan maksud untuk mengetahui interaksi antara jenis

tes yang diberikan pada masing-masing kelas. Syarat interpretasi tabel

Mauchly’s Test of Sphericity jika hasilnya tidak lebih dari 0.05 (Sig.>0.05)

maka selanjutnya dengan melihat baris Sphericity Assumed pada tabel

Test of Within Subjects Effects, jika hasilnya signifikan (sig<0.05) maka

dilhat baris Greenhouse-Geisser.

Tabel 48. Munchly’s Test of Sphericity

Within Subjects Effect Measure Mauchly's W df Sig.

time KPS 1,000 0 .


Kemampuan
1,000 0 .
Berpikir Kritis
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 hal 333

Berdasarkan tabel diatas, nilai signifikansi Mauchly’s Test of

Sphericity adalah 0,00 (sign.<0,05) ini berarti hasilnya signifikan.

Selanjutnya, dengan melihat Hotelling’s Trace pada tabel Multivariate.

Tabel 49. Multivariate


Effect F Sig. Partial Eta Squared

Between Kelas Pillai's Trace 2,388 ,053 ,051


Subjects Wilks' Lambda 2,420
b
,050 ,053

Hotelling's Trace 2,451 ,048 ,054


c
Roy's Largest Root 4,868 ,010 ,100
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 hal 333

Berdasarkan tabel diatas, nilai Parital Eta Square pada

Hotelling’s Trace adalah 0,054 dengan nilai signifikansi 0,048, hal

tersebut menunjukan terdapat pengaruh sebesar 5% antara pretest dan

posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk mengetahui

peningkatan hasil kemampuan berpikir kritis dan KPS aspek kognitif

antara kelas eksperimen 1, eksperimen 2 dan kontrol, dapat dilihat

126
pada tabel Univariate Tests yang ditunjukan pada Tabel 50. Hasil

analisis selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

Tabel 50. Univariate Tests

Source Measure Sig. Partial Eta Squared

time * Kelas KPS aspek Sphericity


,010 ,100
kognitif Assumed
Greenhouse-
,010 ,100
Geisser
Huynh-Feldt ,010 ,100
Lower-bound ,010 ,100
Kemampuan Sphericity
,007 ,106
Berpikir Kritis Assumed
Greenhouse-
,007 ,106
Geisser
Huynh-Feldt ,007 ,106
Lower-bound ,007 ,106
*)Data dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 4 hal 334

Berdasarkan uji Post Hoc pada tabel diatas, menunjukan bahwa

terdapat peningkatan hasil KPS aspek kognitif dan kemampuan

berpikir kritis pada kelompok kelas PBL berbantuan web, PBL dan

konvensional. Ditinjau dari KPS aspek kognitif yang mempunyai

signifikansi 0,010 dan ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dengan

signifikansi 0,007.

Untuk melihat dengan jelas terlihat pada Gambar 12 yang

menampilkan grafik peningkatan KPS berikut:

127
Gambar 12.Grafik peningkatan KPS

Berdasarkan Gambar 12 diatas, peningkatan KPS terlihat

bahwa grafik peningkatan kelas yang menggunakan perangkat

pembelajaran model PBL berbantuan web lebih baik dari kelas yang

menggunakan perangkat pembelajaran model PBL dan kelas kelas

yang menggunakan perangkat pembelajaran yang biasa digunakan

guru.

Untuk melihat dengan jelas terlihat pada Gambar 13 yang

menampilkan grafik kemampuan berpikir kritis berikut:

Gambar 13.Grafik Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis

Berdasarkan Gambar 13, terlihat bahwa terdapat peningkatan

kemampuan berpikir kritis pada semua kelas.

128
8. Analisis Pengaruh Pembelajaran

Analisis pengaruh pembelajaran dilaksanakan setelah mengetahui bahwa

pembelajaran model PBL berbantuan web dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan KPS aspek kognitif secara signifikan. Analisis ini bertujuan

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembelajaran model PBL berbantuan

web, model PBL dan konvensional dalam meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dan KPS aspek kognitif. Analisis dilaksanakan dua kali yaitu analisis

pertama merupakan effect size anatara kelompok eksperimen 1 terhadap

kelompok kontrol dan analisis kedua yaitu effect size antara kelompok

eksperimen 2 terhadap kelompok kontrol. Hasil analisis pengaruh pembelajaran

kelas eksperimen 1 dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 51.

Tabel 51. Effect size antara kelompok eksperimen 1 dan kelompok kontrol
Rata-rata kelas Rata-rata Standard deviasi Effect
Eksperimen 1 kelas kontrol kelas kontrol size
Kemampuan
93,00 86,97 7,41 0,81
Berpikir Kritis
KPS 74,61 59,70 16,29 0,92

Berdasarkan tabel 51 diatas menunjukan bahwa untuk kelas eksperimen 1

yang menggunakan model pembelajaran PBL berbantuan web terhadap kelas

kontrol memberikan pengaruh sebesar 0,81 dengan kategori besar terhadap

kemampuan berpikir kritis peserta didik. Selanjutnya kelas eksperimen 1 yang

menggunakan model pembelajaran PBL berbantuan web terhadap kelas kontrol

memberikan pengaruh sebesar 0,92 dengan kategori tinggi terhadap KPS aspek

kognitif peserta didik.

Tabel 52. Effect size antara kelompok eksperimen 2 dan kelompok kontrol
Rata-rata kelas Rata-rata Standard deviasi Effect
Eksperimen 2 kelas kontrol kelas kontrol size
Kemampuan
91,17 86,97 7,41 0,57
Berpikir Kritis
KPS 67,80 59,70 16,29 0,50

129
Berdasarkan Tabel 52 menunjukan bahwa untuk kelas eksperimen 2 yang

menggunakan model pembelajaran PBL berbantuan web terhadap kelas kontrol

memberikan pengaruh sebesar 0,57 dengan kategori sedang terhadap kemampuan

berpikir kritis peserta didik. Selanjutnya kelas eksperimen 2 yang menggunakan

model pembelajaran PBL berbantuan web terhadap kelas kontrol memberikan

pengaruh sebesar 0,50 dengan kategori sedang terhadap KPS aspek kognitif

peserta didik.

Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran menggunakan perangkat

pembelajaran model PBL berbantuan web memberikan pengaruh lebih besar

dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dan KPS aspek

kognitif dibandingkan dengan kelas yang menggunakan perangkat pembelajaran

model PBL saja.

9. Temuan dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dan KPS yang paling efektif adalah dengan menerapkan model

pembelajaran PBL berbantuan web dari pada model PBL ataupun konvensional.

Adanya peningkatan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan

menggunakan pembelajaran model PBL berbantuan web membuat pembelajaran

menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, pembelajaran model PBL berbantuan

web juga mendorong kemandirian peserta didik dengan menekankan pengalaman

langsung melalui penyelidikan untuk mengembangkan kompetensi untuk

memahami permasalahan dunia secara ilmiah.

Pembelajaran dengan model PBL berbantuan web dapat meningkatkan KPS

peserta didik karena dapat memfasilitasi kegiatan praktikum yang sulit terlaksana

karena keterbatasan alat dan bahan dengan praktikum virtual yang diintegrasikan

130
dengan web. Melalui PBL, peserta didik mendapatkan pengetahuan secara

langsung sehingga akan lebih mudah diingat oleh peserta didik dengan cara

peserta didik belajar dan mengkontruksi pengetahuan serta berpartisipasi secara

aktif dalam menghadapi masalah yang diberikan. Selain itu, peserta didik dituntut

untuk membuat kesimpulan dan mempresentasikan solusi mereka. Sehingga

kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat meningkat.

C. Kajian Akhir Produk

1. RPP

RPP yang telah dikembangkan dibuat dengan menyesuaikan format

Permendikbud No 22 Tahun 2016. Aspek kognitif yang dikembangkan difokuskan

pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan KPS. Materi yang dipilih

yaitu momentum dan impuls. Kegiatan disesuaikan dengan sintaks model

pembelajaran PBL yang mendorong peserta didik untuk terlibat secara langsung

dalam pembelajaran dengan memberikan masalah awal. Pada materi momentum

dan impuls terdapat fakta, konsep dan hukum yang mengarah pada kegiatan

eksperimen dan disesuaikan dengan kejadian dalam kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran PBL dipilih karena disesuaikan dengan analisis

kebutuhan peserta didik dan indikator kemampuan berpikir kritis dan KPS.

Pembelajaran dengan model PBL diawali dengan memberikaan masalah pada

peserta didik yang telah disesuaikan dengan eksperimen yang akan dilaksanakan.

Peserta didik kemudian melaksanakan percobaan untuk membuktikan hipotesis

yang sudah mereka buat lalu informasi hasil percobaan dianalisis dan hasilnya

dikomunikasikan.

RPP yang dikembangkan menggunakan pendekatan saintifik yang terdiri dari

mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.

131
Media yang dimanfaatkan dalam pembelajaran adalah web. Alasan pemilihan

media web diantaranya mudah dibuka dimana saja melalui hp/laptop, dapat

menampilkan video dan flash serta peserta didik sudah familiar dalam

menggunakan internet.

Penilaian yang dilaksanakan terdiri oleh dua aspek yakni aspek kognitif dan

psikomotor. Aspek kognitif dengan menggunakan metode tes tertulis untuk

kemampuan berpikir kritis menggunakan tes essai dan untuk KPS menggunakan

tes pilihan ganda. Aspek psikomotor menggunakan lembar observasi dengan

berpedoman dengan indikator KPS. Penilaian dilaksanakan saat peserta didik

melaksanakan penyelidikan.

2. Buku Teks

Buku teks yang disesuaikan dengan model pembelajaran PBL berbantuan web.

Buku teks dibagi menjadi buku teks pegangan guru dan pegangan peserta didik.

Adapun kegiatan dalam buku teks secara rinci seperti memberikan orientasi pada

permasalahan, mengorganisasikan untuk penyelidikan, menolong penyelidikan

secara independen, mengembangkan dan menampilkan hasil serta melakukan

evaluasi.

Didalam buku teks dilengkapi dengan alokasi waktu dan kegiatan guru yang

harus dilaksanakan pada bagian materi pembelajaran serta terdapat kunci jawaban

pada lembar kegiatan dan terdapat soal dan kunci jawaban ulangan harian.

3. Media Web

Media web berisi materi pembelajaran, lkpd, contoh soal, video pembelajaran,

aplikasi flash, latihan soal mandiri, soal pengayaan dan penerapan momentum dan

impuls dalam kehidupan sehari-hari. Soal-soal yang terdapat dalam web

disesuaikan dengan materi pembelajaran dan indikator kemampuan berpikir kritis

132
dan KPS. Peserta didik dapat belajar sendiri tanpa bantuan guru melalui

penggunaan web karena didalam web sudah terdapat materi yang lengkap, video

penerapan momentum dan impuls dalam kehidupan, aplikasi flash dan untuk

menguji pemahaman peserta didik disediakan soal mandiri dimana peserta didik

langsung menjawab soal pada web dan dapat mencocokan jawabannya secara

langsung.

D. Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan dalam penelitian antara lain:

1. Peserta didik cenderung kurang memanfaatkan website yang sudah dibuat di luar

jam pelajaran fisika.

2. Peserta didik sulit untuk didorong dan diarahkan untuk tidak membuka portal

website lain saat pembelajaran.

3. Pemilihan sampel tidak diuji homogenitasnya terlebih dahulu pada semua kelas X

SMAN 1 Bawang.

133
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uji coba pengembanangan perangkat

pembelajaran model PBL berbantuan web, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil penilaian yang dilaksanakan dosen ahli, guru fisika, dan teman sejawat untuk

menilai kelayakan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, Buku Teks dan

Media Web termasuk pada kategori layak. Hasil angket respon peserta didik

terhadap pembelajaran menunjukkan bahwa aspek penerapan RPP dan model PBL,

berada pada kategori baik dan pembelajaran web pada kategori sangat baik. Secara

umum perangkat pembelajaran yang dikembangkan layak digunakan dalam

pembelajaran fisika materi Momentum dan Impuls pada peserta didik SMA Kelas

X.

2. Penerapan perangkat pembelajaran fisika model PBL berbantuan web terdapat

perbedaan keefektifan yang signifikan dbandingkan dengan pembelajaran

konvensional terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan

proses sains aspek kognitif. Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil n gain, effect

size dan Anava Mixed Design. Nilai n gain kemampuan berpikir kritis 0,9 yang

termasuk dalam kategori tinggi dan hasil n gain keterampilan Proses Sains aspek

kognitif 0,56 yang termasuk dalam kategori sedang. Hasil Effect Size menunjukkan

effect size kemampuan berpikir kritis bernilai 0,81 yang termasuk dalam kategori

besar dan keterampilan proses sains aspek kognitif bernilai 0,92 yang termasuk

dalam kategori besar. Hasil Anava Mixed Design yang mempunyai yang

menunjukan terdapat pengaruh pembelajaran terhadap peningkatan nilai dari

pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains aspek

134
kognitif peserta didik SMA Kelas X. Sedangkan keterampilan proses sains aspek

psikomotor tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol,

eksperimen 1 dan 2.

B. Saran

Saran yang dapat dipertimbangkan mengenai penggunaan produk yaitu

sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Poduk perangkat pembelajaran model PBL berbantuan web hasil pengembangan

dapat digunakan di sekolah dengan tujuan agar meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dan keterampilan proses sains peserta didik.

2. Bagi Guru

a. Penerapan perangkat pembelajaran model PBL berbantuan web di sekolah,

dianjurkan kepada guru supaya menguasai terlebih dahulu model pembelajaran

PBL dan media web. Hal tersebut bertujuan agar guru mempunyai pengetahuan

yang baik tentang perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dengan

maksud pembelajaran dapat terlaksana.

b. Perangkat pembelajaran model PBL berbantuan web yang sudah dikembangkan

dapat menjadi referensi dalam meningatkan keterlibatan peserta didik dalam

pembelajaran secara langsung.

C. Diseminasi dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut

Diseminasi dapat dilaksanakan menggunakan cara mensosialisasikan

perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan kepada teman-teman pendidik

fisika dan presentasi pada seminar nasional atau internasional. Pengembangan produk

lebih lanjut dapat dilaksanakan dengan memasukan materi fisika yang lain.

135

Anda mungkin juga menyukai