Anda di halaman 1dari 191

MANAJEMEN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK

MENINGKATKAN MUTU LULUSAN YANG SIAP LANJUT


PERGURUAN TINGGI
(Studi kasus di SMA N 67 dan SMAN 48 Jakarta)

DISERTASI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Doktor Ilmu
Pendidikan

oleh :
Erlis Warti
NIM. 4103810417109

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2021
`

LEMBAR PERSETUJUAN
MANAJEMEN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK
MENINGKATKAN MUTU LULUSAN YANG SIAP LANJUT
PERGURUAN TINGGI
(Studi kasus di SMA N 67 dan SMAN 48 Jakarta)

oleh :
Erlis Warti
NIM. 4103810417109

Bandung, 5 Mai 2021


Promotor,

.....................................
Prof. DR.H. Sutaryat Trisnamansyah, M.A.

Ko-Promotor,

.....................................
Dr. H. Hendi S. Muchtar, M.Pd
Anggota,

.....................................
Dr. Hj. Ida Tejawiani, M.M.

i
`

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Erlis Warti
NIS : 4103810417109
Konsentrasi : Manajemen Pendidikan
Program Studi : S3 Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara Bandung
Dengan ini saya menyatakan bahwa, disertasi dengan judul:
“Manajemen dan Strategi Pembelajaran Untuk Meningkatkan Mutu
Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan Tinggi (Studi kasus pada SMA
Negeri di DKI Jakarta)”, adalah benar-benar hasil karya sendiri dan tidak
ada penjiplakan, isi disertasi tidak mengandung kebohongan, semuanya
dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.dan apabila dikemudian
hari ditemukan kesalahan akademik dan atau bertentangan dengan norma-
norma hukum, saya bersedia mempertanggungjawabkan secara hukum dan
akademik.
Demikianlah pernyataan ini dibuat atas dasar kebenaran, tanpa adanya
tekanan dari pihak manapun.

Bandung, Agustus 2022


Penulis

Materai 10 rb

Erlis Warti
NIS :4103810417109

ii
`

ABSTRAK
Manajemen dan Strategi Pembelajaran Untuk Meningkatkan Mutu Lulusan Yang
Siap Lanjut Perguruan Tinggi belum berjalan secara optimal dalam
pelaksanaannya, sehingga dalam proses pembelajaran belum terealisasi
sebagaimana mestinya. Bila tidak ada solusinya dikhawatirkan kegiatan
pembelajaran semakin tidak berjalan.Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui
perencanaan, ,pelaksanaan,penilain hambatan dan solusi pembelajaran. Landasan
filosofis penelitian ini adalah filsafat Rekontruktivisme , sedangkan landasan teori
yang digunakan adalah teori mananjemen, teori strategi pembelajaran dan teori
mutu lulusan.Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan melalui: Studi dukumentasi, observasi dan
wawancara, triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a)Perencanaan
mananjemen dan strategi pembelajaran dibuat bersama visi dan misi sekolah
menunjukkan bahwa proses terbentuknya visi dan misi melalui proses
musyawarah tim yang dibentuk oleh pimpinan. Hasil rumusan visi tersebut sesuai
dengan keinginan dan harapan, sikap dan komitmen untuk diwujudkan oleh
semua warga sekolah (b)Pelaksanaan mananjmen dan strategi pembelajaran serta
kebijakan yang telah dirumuskan dalam upaya mencapai tujuan-tujuan visi dan
misi (d).Penilaian mananjmen dan strategi pembelajaran untuk mewujudkan visi
dan misi melalui tujuan yang diimplementasikan (e). Hambatan pada masalah
mananjmen dan strategi pembelajaran manajemen sekolah yang kurang
proporsional dan profesional, terutama fungsi mananjemen sangat tidak berfungsi
(f) Solusi dari masalah mananjmen dan strategi pembelajaran untuk meningkatkan
mutu lulusan adalah dengan langkah-langkah yang dilakukan kepala sekolah
bekerjasama dengan pengawas dan komite SMA sudah tepat yaitu melalui
pembinaan, pelatihan, supervisi, bimbingan dan konseling, penyediaan sarana
prasarana pembelajaran, dan sekolah menyiapkan para siswa memiliki
kompetensi yang unggul,kreatif, inovatif, memahami dunia digital
(IPTEK).Simpulan ; Terdapat kesamaan tujuan mananjmen dan strategi
pembelajaran untuk meningkatkan mutu lulusan,yaitu; peningkatan mutu sesuai
dengan kebutuhan perguruan tinggi, mensingkronisasikan kurikulum dan
mensinergikan program sekolah, meningkatkan daya serap dan penempatan
lulusan sekolah ke perguruan tinggi baik swasta maupun negeri, baik bea siswa
maupun mandiri. mananjmen dan strategi pembelajaran untuk meningkatkan mutu
lulusan, berdampak pada peningkatan kualitas lulusan SMA, baik dari segi input,
process, output maupun outcome. Rekomendasi: (1)Bagi SMA dapat dijadikan
dasar,untuk melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi ;(2)Bagi Kepala
sekolah,guru dapat dijadikan dasar untuk melakukan perubahan,inovasi untuk
kemajuan sekolah;(3)Bagi Siswa dijadikan dasar untuk meningkatkan
kompetensinya agar dapat diterima di perguruan tinggi ;(4) Bagi para Peneliti,
dapat dijadikan dasar dalam penelitian lebih lanjut mengenai mananjmen dan
strategi pembelajaran untuk meningkatkan mutu lulusan yang siap masuk
perguruan tinggi pada SMA di DKI Jakarta.
Kata Kunci: Manajemen, Strategi Pembelajaran , Mutu Lulusan ,Lanjut
Pendidikan

iii
`

ABSTRACT

Management and Learning Strategies to Improve the Quality of Graduates Who


Are Ready to Enter Higher Education have not run optimally in their
implementation, so that the learning process has not been realized properly. If
there is no solution, it is feared that learning activities will not run. This research
aims: To determine the planning, implementation, assessment of obstacles and
learning solutions. The philosophical foundation of this research is
Recontructivism philosophy, while the theoretical basis used is management
theory, learning strategy theory and graduate quality theory. The research
approach used is a qualitative approach. Data collection was carried out through:
documentation study, observation and interviews, triangulation. The results
showed that: (a) Management planning and learning strategies are made with the
vision and mission of the school showing that the process of forming a vision and
mission is through a process of team deliberation formed by the leadership. The
results of the vision formulation are in accordance with the wishes and
expectations, attitudes and commitments to be realized by all school members (b)
Implementation of management and learning strategies and policies that have
been formulated in an effort to achieve the goals of the vision and mission (d)
Management assessment and learning strategies to realize the vision and mission
through implemented objectives (e). Barriers to management problems and
learning strategies for school management that are not proportional and
professional, especially the management function is very dysfunctional (f) The
solution to management problems and learning strategies to improve the quality of
graduates is the steps taken by the principal in collaboration with high school
supervisors and committees it is appropriate, namely through coaching, training,
supervision, guidance and counseling, providing learning infrastructure, and
schools preparing students to have superior competencies, be creative, innovative,
understand the digital world (Science and Technology). There are similarities in
management objectives and learning strategies to improve the quality of
graduates, namely; quality improvement according to higher education needs,
synchronizing curriculum and synergizing school programs, increasing the
absorption and placement of school graduates to universities both private and
public, both on student and independent scholarships. management and learning
strategies to improve the quality of graduates, have an impact on improving the
quality of high school graduates, both in terms of inputs, processes, outputs and
outcomes. Recommendations: (1) For SMA it can be used as a basis for
collaborating with universities; (2) For principals, teachers can be used as a basis
for making changes, innovations for school progress; (3) For students it is used as
a basis for increasing their competence in order to be able to accepted in tertiary
institutions; (4) For researchers, it can be used as a basis for further research on
management and learning strategies to improve the quality of graduates who are
ready to enter tertiary institutions in SMA in DKI Jakarta.
Keywords: Management, Learning Strategies, Quality of Graduates,further
education

iv
`

KATA PENGANTAR

‫يم‬
ِ ‫س ِم هللاِ ال َّر ْحم ِن ال َّر ِح‬
ْ ِ‫ب‬

Bismillahi Tawakalna Alallah La Haula Wala Quwata Illa Billah,


Asyhadu Alla Ila Hailallah Wa Ashaduanna Muhammadarasullah. Alhamdullillah
puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas Ijin Allah serta Taufik dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini tepat pada waktunya.
Judul disertasinya yaitu : “Manajemen dan Strategi Pembelajaran Untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan Tinggi (Studi
Kasus pada SMA Negeri 67 dan SMA Negeri 48 di DKI Jakarta)”. Penulisan
disertasi ini merupakan salah satu syarat dalam tugas kelulusan untuk gelar
Doktor pada Universitas Nusantara Bandung.
Disertasi ini disusun kembali setelah perbaikan sesuai dengan arahan
dan masukan pada saat bimbingan dan sidang tertutup baik dari promotor, ko-
promotor dan anggota promotor, dan dengan bimbingan bersama dari para
penguji. Selanjutnya diajukan untuk mengikuti sidang terbuka.
Penulis menyadari bahwa penulisan disertasi ini masih terdapat
berbagai kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima berbagai masukan dan
saran demi kesempurnaan disertasi ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terima
kasih kepada para pembimbing dan kepada seluruh dosen Pascasarjana S3
UNINUS, yang telah membimbing dan membina serta memberikan ilmu yang
bermanfaat. Akhirnya penulis berharap semoga disertasi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi diri sendiri dan umumnya untuk masyarakat. Aamiin YRA.

َ‫ا ْل َح ْم ُد هّلل ِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِمين‬


Bandung, Agustus 2022

Erlis Warti / 4103810417109

v
`

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwata’alla, atas


limpahan dan rahmat-Nya, penelitian berjudul; “Manajemen dan Strategi
Pembelajaran Untuk Meningkatkan Mutu Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan
Tinggi (Studi Kasus pada SMA Negeri 67 dan SMA Negeri 48 di DKI Jakarta)”,
disertasi ini dapat diselesaikan.
Dalam penyelesaian studi dan penyusunan disertasi ini, penulis banyak
mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena
itu dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Engkus kuswarno,M.Si, selaku Rektor UNINUS,yang
telah memberikan fasilitas dan pelayanan selama dalam perkuliahan dan
selama penulis menyelesaikan penulisan disertasi.
2. Bapak Prof. Dr. H. Iim Wasliman,M.Pd,selaku Direktur Pasca Sarjana
UNINUS, yang senantiasa memberikan inspirasi serta motivasi,
bimbingan penuh kesungguhan dan keikhlasan dalam pencitraan mutu
pendidikan.
3. Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, M.A, selaku Promotor, Tim
Pembimbing, dan Dosen Pasca Sarjana UNINUS yang telah banyak
memberikan arahan, motivasi, bimbingan dengan penuh kesungguhan dan
keikhlasan selama penulis menyelesaiakan studi dan penulisan disertasi.
4. Dr. H. Hendi S. Muchtar, M.Pd, selaku Ko Promotor, Tim Pembimbing
Disertasi dan Dosen Pasca Sarjana UNINUS yang telah banyak
memberikan arahan, motivasi, bimbingan dengan penuh kesungguhan dan
keikhlasan selama penulis menyelesaikan studi dan penulisan disertasi.
5. Dr. Hj. Ida Tejawiani, M.M, selaku Anggota Tim Pembimbing Disertasi
dan Dosen Pasca Sarjana UNINUS yang telah banyak memberikan arahan,
motivasi, bimbingan dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan selama
penulis menyelesaikan studi dan penulisan disertasi.
6. Bapak Dr. H. Sumiyar, M.Pd selaku Kordinator Pascasarjana dan rekan-

vi
`

rekan Angkatan satu mahasiswa Jakarta, yang selalu berdoa dan


memberikan motivasi kepada penulis selama mengikuti kuliah di Program
Doktor Pasca Sarjana UNINUS, serta staf civitas akedemik, tata usaha
yang tidak bosan-bosannya dengan terbuka dan keramahan dalam
pelayanan administrasi sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan
mendapat gelar Doktor Pendidikan.
7. Pengawas SMA Negeri DKI Jakarta telah memberikan kesempatan dalam
pelaksanaan penelitian dan yang selalu berdoa dan memberikan motivasi.
8. Bapak Zulhamshah,S.Pd,M.Si selaku Kepala SMAN 67, bapak Drs.Sri
Rejoko selaku Kepala SMAN 48 beserta para guru-guru, yang telah
memberikan informasi selama pelaksanaan penelitian.
9. Suamiku Hariyanto Joko Widodo dan anak-anakku , serta saudara-
saudaraku, khususnya sahabat saya Dr. Hj. Siti Ubaiadah,MM ,kakak saya
Prof.DrIr.Hj Nurjanah,MS-THP FPIK IPB dan teman –teman angkatan 24
yang sudah banayak membantu dan memberikan motivasi kepada penulis
selama mengikuti kuliah di Program Doktor Pasca Sarjana UNINUS
Bandung, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan mendapat gelar
Doktor Pendidikan.
Dalam menempuh dan menyelesaikan studi serta penyelesaian disertasi ini
tentunya penulis banyak kekhilafan yang disengaja maupun tidak disengaja
dilakukan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga amal baik bapak/ibu dan semua pihak mendapatkan
imbalan dan pahala yang berlimpah dari Allah SWT. Aamiin Ya Robbal’alammiin

Jakarta , Agustus 2022

Erlis Warti / 4103810417109


DAFTAR ISI

vii
`

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
ABSTRACT............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
UCAPAN TERIMA KASIH...................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah......................................................6
1. Perumusan Masalah................................................................................................6
2. Pembatasan masalah...............................................................................................7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................................8
1. Tujuan Penelitian................................................................................................8
2. Manfaat Penelitian..................................................................................................8
D. Asumsi dan Pertanyaan Penelitian.............................................................................9
1. Asumsi Penelitian.......................................................................................................9
E. Pendekatan dan Metode Penelitian..........................................................................10
F. Sumber Data Penelitian........................................................................................13
G. Sistematika Penelitian.............................................................................................14
BAB II...................................................................................................................16
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................16
A. Landasan Teologi..............................................................................................16
B. Landasan Filosofis................................................................................................18
C. Teori Yang Melandasi..........................................................................................19
E. Konsep Dasar Yang Melandasi...........................................................................22
BAB III.................................................................................................................63
PROSEDUR PENELITIAN..............................................................................63
A. Pendekatan dan MetodePenelitian...................................................................63
B. Lokasi dan Subyek Penelitian...............................................................................68
C. Teknik Analisis Data............................................................................................69

viii
`

D. Keabsahan Hasil Penelitian..................................................................................71


E. Kisi-kisi Penelitian...............................................................................................73
F. Teknik PengumpulanData................................................................................87
G. Prosedur Penelitian............................................................................................89
H. Penafsiran dan AnalisisData............................................................................92
BAB IV..................................................................................................................97
DESKRIPSI HASIL TEMUAN , INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN.......97

ix
`

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Penelitian.......................................................................141

x
`

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Konsep dan Prinsip Kemitraan................................................40

xi
`

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pengangkatan sebagai Kandidat Doktor


2. Pengangkatan Tim Pembimbing Disertasi
3. Permohonan Ijin Penelitian dari Program Pascasarjana Universitas Islam
Nusantara ke Pengwasas DKI jakarta
4. Permohonan Ijin Penelitian dari Program Pascasarjana Universitas Islam
Nusantara ke Kepala SMA Negeri 67 DKI Jakarta
5. Permohonan Ijin Penelitian dari Program Pascasarjana Universitas Islam
Nusantara ke Kepala SMA Negeri 48 DKI Jakarta
6. Daftar Riwayat Hidup
7. Kisi-Kisi Penelitian
8. Catatan Lapangan Hasil Wawancara SMAN 67 dan SMAN48
9. Dokumentasi
10. Foto-Foto Kegiatan Penelitian
11. Kartu Bimbingan Disertasi

xii
`

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting karena dengan
pendidikan suatu bangsa itu dapat bangkit dan berkembang menjadi Negara maju.
Melalui cita-cita luhur bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan undang-undang dasar Negara
Republik Indonesia. Melalui pendidikan diharapkan dapat tercipta sumber daya
manusia yang berkualitas, karena sumber daya manusia yang berkualitas
merupakan modal utama suatu bangsa. Negara-negara yang memiliki tingkat
kompetensi terbaik di dunia selalu didukung oleh kualitas sumber daya manusia
yang juga terbaik. Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan harus terencana dan
terwujud dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas,hal ini sejalan
dengan amanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4
yaitu:
Mencerdaskan kehidupan bangsa, merupakan bukti keseriusan para
pendiri negara ini dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia
yang mempunyai harkat dan martabat yang tinggi. Kemudian komitmen
tersebut dituangkan dalam Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
pada pasal 32 ayat 1 yang berbunyi bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan. Fokus dari dari UUD 1945 tersebut adalah
peningkatan sumber daya manusia Indonesia agar menjadi manusia yang
punya harkat dan martabat yang mulia, bebas dari belenggu kebodohan.

Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu


yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi
sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting.
Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

1
2

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia saat


ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum
nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan
buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana
pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah.
Namun demikian, berbagai indicator mutu pendidikan belum menunjukan
peningkatan yang berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukan
peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian
lainnya masih memprihatinkan.
Menurut Umaedi, mutu pendidikan mencakup hal – hal berikut :
a. Input pendidikan, yaitu segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan
untuk berlangsungnya suatu proses. Terdiri dari:
1). Input sumber daya, meliputi sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
perlengkapan, uang, bahan dan seterusnya;
2). Input perangkat meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang
undangan, dan rencana program; c. Input harapan-harapan seperti visi dan
misi.
b. Proses pendidikan, yaitu berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain.
Ditingkat sekolah, proses yang dimaksud adalah:
(1). proses pengambilan keputusan,
(2). proses pengelolaan lembaga,
(3). proses pengelolaan program,
(4). proses belajar mengajar, dan
(5). proses monitoring dan evaluasi.
c. Output pendidikan, yaitu kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi
sekolah yang dihasilkan dari proses / perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat
diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktivitasnya, efisiensinya,
inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya.

Berdasarkan uraian di atas, maka sintesa mutu pendidikan adalah sejauh mana

2
3

penyelenggaraan pendidikan dapat memenuhi kriteria, standar atau rujukan


tertentu, yang terdiri dari indikator:
1) Mutu input; 2) Mutu proses; dan 3) Mutu output.
Keberhasilan pendidikan sebagaian besar ditentukan oleh kinerja guru.
Baik kinerja guru yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran maupun disiplin dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya di
sekolah. Setelah siswa melewati tahap kelulusan pendidikan di tingkat SMA,
selayaknya ia melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Sistem
pendidikan di perguruan tinggi berbeda dengan pendidikan di SMA, salah satu
perbedaan utama adalah perguruan tinggi memiliki banyak pilihan fakultas dan
jurusan dengan materi pembelajaran yang berbeda-beda. Perbedaan sistem belajar
tersebut mengakibatkan banyak siswa mengalami kesulitan untuk memilih jurusan
atau program studi di perguruan tinggi yang sesuai minat, kemampuan intelektual
serta harapan karir setelah lulus dari perguruan tinggi tersebut. Dalam situasi ini
terdapat permasalahan tentang faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan
keputusan ketika seorang siswa lulusan SMA hendak memilih jurusan serta
perguruan tinggi yang dia inginkan Proses pengambilan keputusan studi lanjut
dipengaruh oleh beberapa hal, diantaranya potensi akademik, dukungan finansial
dari orang tua, kesiapan mental serta pengetahuan dan pemahaman orientasi karir,
sehingga peluang untuk diterima terbuka lebar, namun siswa juga harus
memperhitungkan jika menjumpai kegagalan pada pilihan pertama yang dicita-
citakan.
Menentukan lanjutan studi bagi lulusan SMA bukanlah merupakan perkara
yang mudah, hal ini sejalan dengan pendapat Gunawan (2001) bahwa: “Pilihan
untuk memasuki perguruan tinggi atau dengan kata lain melanjutkan studi atau
pendidikan ke perguruan tinggi adalah salah satu persoalan yang sangat penting
yang dihadapi oleh orangtua dan siswa Sekolah Menengah Atas.” Oleh sebab itu,
sebelum membuat pilihan studi lanjut, siswa perlu membuat perencanaan yang
matang atas beberapa informasi yang telah diperoleh. Sehingga pada akhirnya
siswa mampu membuat keputusan yang tepat atas pilihan studi lanjut sesuai
dengan keadaan diri dan lingkungannya, serta keputusan yang dibuat tersebut
tidak menimbulkan penyesalan dikemudian hari.

3
4

Orientasi karir adalah sikap individu terhadap pemilihan pendidikan


lanjutan dan pekerjaan yang ditunjukkan adanya tujuan yang jelas, pemahaman
diri, pertimbangan atas peluang, eksplorasi sumber informasi yang relevan, dan
perencanaan masa depan. Ketidakpamaham siswa mengenai orientasi karir
membuahkan kesulitan, kebingungan, dan keragu-raguan siswa dalam
menentukan pilihan studi lanjut. Informasi yang relevan mengenai berbagai
jurusan di perguruan tinggi beserta prospek kerjanya perlu dipahami untuk
mengatasi hal tersebut. Usia siswa SMA adalah sekitar lima belas sampai delapan
belas tahun. Pada rentangan usia tersebut seorang individu berada pada tahap
perkembangan masa remaja akhir, yang dalam perkembangan mereka dihadapkan
pada berbagai permasalahan. Berikut ada empat macam masalah yang sering
dialami oleh siswa sekolah menengah atas,hal ini sejalan dengan pendapat
pendapat Gunawan (2001) bahwa:
Keputusan meninggalkan sekolah, persoalan-persoalan belajar,
pengambilan keputusan ke perguruan tinggi,dan problem sosial siswa
sekolah menengah atas. Tentu saja tahap perkembangan ini akan menjadi
tahap yang sangat berat bagi siswa, karena siswa harus menentukan masa
depannya, dengan kata lain siswa diharuskan mengambil keputusan
untuk masa depannya.

Dalam menentukan masa depan akan dijumpai pilihan-pilihan yang rumit


dan kompleks. Namun, hal ini harus dilalui oleh siswa karena menentukan pilihan
karir merupakan tugas perkembangnan remaja yang harus dilalui pada tahap ini,
dan apabila mengalami masalah maka akan menghambat tugas-tugas
perkembangan berikutnya. Pengambilan keputusan karir merupakan proses yang
berlangsung sepanjang hayat. Untuk mejadi individu yang sukses dalam karir,
siswa harus mampu mengambil keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
masa depan karirnya dengan baik, termasuk dalam hal studi lanjut. Peran serta
dukungan orang tua sangat membantu meningkatkan kepercayaan diri siswa,
terutama dalam pengambilan keputusan jurusan studi lanjut sehingga anak dapat
mengembangkan potensinya dan merintis karir yang sesuai dengan
kemampuannya. Dukungan orang tua merupakan suatu bantuan yang diberikan
orang tua kepada anaknya, bentuk dukungan orang tua yang diterima oleh anak
(siswa) dari orang tuanya terdiri dari dukungan instrumental, informasional,
emosional, dan dukungan pada harga diri.Memperhatikan latar belakang masalah

4
5

yang dikemukakan di atas, untuk mempertegas dan mempertajam pembahasan,


dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang erat kaitannya dengan
manajemen dan stategi pembelajaran untuk meningkatkan mutu lulusan yang siap
masuk keperguruan tinnggi pada siswa SMA Negeri di Provinsi DKI Jakarta.
Hasil identifikasi terdapat beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Lulusan SMA lebih banyak pencari kerja dari pada kuliah
2. Lulusan SMA lebih banyak pencari kerja karena faktor biaya dalam
kehidupan
3. Penerapan manajemen dan strategi pembelajaran, memerlukan
dukungan sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan, berupa
insan-insan pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional,
kompeten, kreatif, inovatif, Sampai saat ini sekolah-sekolah masih
sangat kekurangan tenaga-tenaga yang memenuhi kompetensi tersebut.
4. Dalam pembelajaran terkait pilihan karir masa depan siswa lebih
banyak berperan sebagai obyek belum menjadi subyek
5. Siswa belum barpartisipasi aktif dalam manajemen pembelajaran,
sehingga siswa masih menjadi obyek belum menjadi subyek
pembelajaran.
6. Kurangnya dukungan sarana prasarana, bahan, media, alat dan
sumber pembelajaran serta sosialisasi tentang perguruan tinggi.
7. Kurangnya akses terhadap permodalan, teknologi, informasi pasar,
dan jaringan yang memberikan bea siswa untuk para siswa
keperguruan tinggi.
8. Mahalnya biaya kuliah,dan jangka waktu lama dalam kuliah membuat
para siswa kurang berminat.
9. Hanya 30% lulusan SMA/Sederajat yang bisa kuliah ,hanya sedikit
yang dapat mengenyam pendidikan di Perguruan tinggi
10. 87% mahasiswa salah jurusan,alasan karena didesak pilihan orang tua
dan melihat peluang bangku kosong yang kurang peminat.(sumber:
Zaman Sudah Berubah, Bagaimana dengan Kualitas Lulusan Sekolah? -
Kompas.com
Berdasarkan permasalahan pada SMA Negeri di DKI Jakarta bahwa

5
6

dengan manajemen dan stategi pembelajaran yang berkaitan dengan


peningkatkan mutu lulusan yang siap lanjut perguruan tinggi sudah
berjalan tapi belum optimal, hal ini diungkap oleh kepala sekolah maka
penulis menganggap merupakan kasus yang perlu di dalami melalui
sebuah penelitian disertasi yang berjudul Manajemen dan Strategi
Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut
Perguruan Tinnggi (Studi kasus di SMA N 67 dan SMAN 48 Jakarta)

B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah

1. Perumusan Masalah
Akar masalah dalam penelitian ini adalah Manajemen dan Strategi
Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Masuk Perguruan
Tinnggi pada SMAN di DKI Jakarta. Perumusan masalah dalam penelitian ini
dapat dilihat dalam bagan 1.1, berikut:
Bagan 1.1: Alur Pemikiran Menyusun Rumusan Masalah ini sebagai berikut :
Gambar 1.1 Perumusan masalah
Instrumental Input:
Kurikulum
Tendik
Sarpras
Biaya

Raw Input: Proses


Manajemen dan strategi Output : Out Come
Peserta
Pembelajaran Mutu Peserta
Didik
Perencanaan Pembelajaran lulusan Didik
Pelaksanaan Pembelajaran masuk
Penilian Pembelajaran perguruan
Hambatan Pembelajaran tinggi
Solusi

Environmental Input :
Keluarga
Pemerintah
Pengguna Lulusan/DUDI

6
7

2. Pembatasan masalah
Mengingat luasnya masalah yang dirumuskan maka peneliti membatasi
masalah berkaitan dengan Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Masuk Perguruan Tinnggi , yang
mencakup:
1. Perencanaan Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada
SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.
2. Pelaksanaan Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada
SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.
3. Penilaian Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan
Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada SMAN 67
dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.
4. Hambatan Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan
Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada SMAN 67 dan
SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.
5. Solusi Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan
Mutu Lulusan yang siap lanjut Perguruan Tinnggi pada SMAN 67 dan
SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.

Proses
Manajemen Pembelajaran
Output :
Partisipatif :
Raw Input: Perilaku
Perencanaan Pembelajaran
Peserta Didik Mutu
Pelaksanaan Pembelajaran
lulusan
Penilaian Pembelajaran
Peserta
Hambatan Pembelajaran
Didik
Solusi

Gambar : 1.2. Pembatasan Masalah

7
8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui dan mendiskripsikan
manajemen dan strategi pembelajaran untuk meningkatkan mutu lulusan
yang siap masuk perguruan tinggi dan ikatan dinas.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk Mengetahui Perencanaan Manajemen dan Strategi Pembelajaran
untuk Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan
Tinnggi pada SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.
2. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Manajemen dan Strategi
Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut
Perguruan Tinnggi pada SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI
Jakarta.
3. Untuk Mengetahui Penilaian Manajemen dan Strategi Pembelajaran
untuk Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan
Tinnggi pada SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.
4. Untuk Mengetahui Hambatan Manajemen dan Strategi Pembelajaran
untuk Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan
Tinnggi pada SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.
5. Untuk Mengetahui Solusi Manajemen dan Strategi Pembelajaran
untuk Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan
Tinnggi pada SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.

2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran terhadap manajemen pendidikan
b. Manfaat Praktis
1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
masukan dalam upaya meningkatkan Mutu Lulusan yang Siap Masuk
Perguruan Tinggi di Provinsi DKI Jakarta.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat di jadikan dasar bagi guru untuk

8
9

meningkatkan Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk


Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Masuk Perguruan Tinggi di
Provinsi DKI Jakarta.
3. Bagi Siswa,hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi peserta didik
untuk meningkatkan Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Masuk Perguruan Tinnggi di
Provinsi DKI Jakarta.
4. Bagi orang tua akan menambah kepercayaan untuk memilih sekolah
dalam meningkatkan Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Masuk Perguruan Tinnggi di
Provinsi DKI Jakarta.
5. Bagi peneliti lain; dapat dijadikan panduan untuk penelitian
selanjutnya.

D. Asumsi dan Pertanyaan Penelitian

1. Asumsi Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa

pengelolaan Sekolah Menengah Atas (SMA) berorientasi pada Manajemen dan

strategi pembelajaran untuk meningkatkan mutu lulusan yang siap lanjut

Perguruan tinggi negri (PTN) .

Peneliti juga berasumsi bahwa dalam meningkatkan pelayanan mutu

lulusan maka factor-faktor pendukung khususnya para pengelola kebijakan harus

benar-benar memperhatikan tugas yang harus dilakukan, sehingga dalam

pelayanan terhadap manajemen dan strategi pembelajaran untuk meningkatkan

mutu lulusan yang siap lanjut Perguruan tinggi negri (PTN) di SMAN 67 dan

SMAN 48.

9
10

2. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan Penelitian ini difokuskan pada Manajemen dan Strategi


Pembelajaran Untuk Meningkatkan Mutu Lulusan Yang Siap lanjut Pendidikan ke
Perguruan Tinggi Negeri.
1. Bagaimana Perencanaan Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada
SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.
2. Bagaimana Pelaksanaan Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada
SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.
3. Bagaimana Penilaian Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada
SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.
4. Apa Hambatan Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada
SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.
5. Bagaimana Solusi Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada
SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.

E. Pendekatan dan Metode Penelitian


1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak dalam
pengalaman sosial, hal ini sejalan dengan pendapat Sukmadinata Nana Syaodih
(2005:52) bahwa: dasar penelitian kualitatif adalah kontruktivisme yang
berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak interaktif dan suatu pertukaran
pengalaman sosial yang di interprestasikan oleh setiap individu. Sejalan juga
dengan pendapat Danim (2002:85) bahwa: Peneliti kualitatif percaya bahwa
kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelahaan
terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti objek

10
11

alamiah yang merupakan instrumen kunci, hal ini sejalan dengan pendapat.
Sugiyono (2005:21), bahwa:
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi
yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk
memahami fenomena-fenomena sosial dan sudut pandang partisipan.
Dengan demikian artinya pengertian penelitian kualitatif adalah peneltian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana
peneliti merupakan instrumen kunci.

2. Prosedur Pengumpulan Data


Secara teoritis prosedur pengumpulan data dalam penelitian kualitatif,
dengan observasi,wawncara dan dokumentasi, hal sejalan dengan model Lincoln
& Guba (1985: 189) yaitu; melalui tiga cara yaitu: observasi berperan serta,
wawancara, pengkajian dokumen. Sesuai dengan teori tersebut maka peneliti akan
menggabungkan ketiga cara pengumpulan data dengan teknik dan sasaran sebagai
berikut:
A. Observasi
Observasi adalah untuk mengungkapkan makna suatu kejadian dari setting
tertentu, yang merupakan perhatian esensial penelitian kualitatif. Observasi
berperan serta dilakukan untuk mengamati objek penelitian, seperti tempat
khusus suatu organisasi, sekelompok orang atau beberapa aktivitas suatu
sekolah. Pengamatan (obsever) dalam berlangsungnya observasi dapat
berperan sebagai pengamat yang hanya semata-mata mengamati dengan tidak
ikut berpartisipasi dalam kegiatan subjek. Di sisi lain pengamat dapat
berperanserta dalam kegiatan subjek dengan sedikit terdapat perbedaan antara
peneliti dengan subjek. Dalam melakukan observasi peneliti membuat
langkah-langkah untuk mempermudah melakukan observasi dengan cara:
1) Mengamati Perencanaan Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada SMAN
67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.
2) Mengamati Pelaksanaan Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada SMAN
67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta
3) Mengamati penilaian Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan
Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada SMAN 67 dan SMAN

11
12

48 di Provinsi DKI Jakarta.


4) Mengamati Hambatan Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada SMAN
67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.
5) Mengamati Solusi Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan
Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada SMAN 67 dan SMAN
48 di Provinsi DKI Jakarta.

B. Wawancara
Wawancara adalah sumber data dan informasi yang dilakukan dengan
tujuan menggali informasi tentang fokus penelitian. Selain menggunakan
teknik observasi, teknik wawancara dapat digunakan untuk mengumpulkan
data. Wawancara merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih
pertanyaan diajukan oleh seseorang yang berperan sebagai pewawancara.
Adapun langkah-langkah untuk mempermudah wawancara peneliti melakukan
dengan cara:
1) Membuat persiapan pedoman wawancara secara sistematis tentang
Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu Lulusan
yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada SMAN 67 dan SMAN 48 di
Provinsi DKI Jakarta.
2) Melakukan wawacara langsung kepada Pengawas Sekolah tentang
Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu Lulusan
yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada SMAN 67 dan SMAN 48 di
Provinsi DKI Jakarta.
3) Melakukan wawancara langsung kepada kepala Sekolah tentang
Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu Lulusan
yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada SMAN 67 dan SMAN 48 di
Provinsi DKI Jakarta.
4) Melakukan wawancara langsung kepada Wakil Kepala Sekolah bidang
kurikulum tentang Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap Lanjut Perguruan Tinnggi pada
SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta.
5) Melakukan wawancara langsung kepada guru tentang Manajemen dan

12
13

Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap


Lanjut Perguruan Tinnggi pada SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi
DKI Jakarta.
6) Melakukan wawancara langsung kepada siswa tentang Manajemen dan
Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu Lulusan yang siap
Lanjut Perguruan Tinnggi pada SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi
DKI Jakarta
C. Studi Dokumen
Pengkajian dokumen biasa di sebut teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukkan kepada subjek penelitian dalam rangka memperoleh
informasi yang terkait objek penelitian. Dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan atau karya-
karya seseorang. Pengkajian dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi berperanserta dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Dalam penelitian kualitatif pengkajian dokumen berupa arsip, foto, dan
dokumen penting yang di perlukan peneliti mencari data yang mendukung
keabsahan data peneliti. Pengkajian dokumen di lakukan dengan melihat
arsip-arsip di SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta yaitu:
dokumen profil SMAN 67 dan SMAN 48 di Provinsi DKI Jakarta, daftar
keadaan guru staf dan siswa, dokumen sarana prasarana, dan dokumen-
dokumen lainnya.

F. Sumber Data Penelitian


a. Lokasi Penelitian
Sekolah Menengah atas Negeri 67 dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 48
DKI Jakarta.
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi atas
permasalahan yang diteliti oleh penulis. Adapun subjek dalam penelitian ini
meliputi (a) Pengawas Sekolah (b) Kepala sekolah, dan wakil kepala sekolah (c)
Guru (d) Warga belajar, (e). Orang tua murid Pada bagian data dibagi kedalam
kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistis. Oleh karena itu dalam
penelitian ini penulis akan mengambil data berupa kata-kata dan tindakan dari: (a)

13
14

Pengawas Sekolah (b) Kepala sekolah, dan wakil kepala sekolah (c) Guru (d)
Warga belajar, (e). Orang tua murid . Selanjutnya data tertulis berupa daftar
lulusan yang melanjtkan ke perguruan tinggi di dua Sekolah Menengah Atas yang
diteliti.

G. Sistematika Penelitian
Dalam Penulisan disertasi ini, dibagi ke dalam lima bab yakni :
BAB I Merupakan bab pendahuluan yang mencakup : latar belakang
masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian, asumsi dan pertanyaan penelitian, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
BAB II Berisi uraian mengenai landasan teologi dan filosofis, konsep
dasarpendidikan yang digunakan sebagai alat analisis untuk
menjelaskanpermasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
BAB III Berisi tentang uraian hal-hal yang berkaitan dengan metode dalam
penelitian ini, seperti : pendekatan dan jenis penelitian, data dan sumber
data teknik pengumpulan data, operasionalisasi konsep, teknik analisis
data, dan pengecekan keabsahan data.
BAB IV Penguraian mengenai hasil penelitian dan analisis atau pembahasan hasil
penelitian, dalam hal ini menjelaskan deskripsi mengenai objek
penelitian dan penjelasan analisis atau pembahasan hasil penelitian
berupa data yang diperoleh dari hasil penelitian.Temuan penelitian, Pada
interpretasi, temuan penelitian hasil analisis data kasar (baik penelitian
kuantitatif maupun kualitatif) atau data kasar yang esensial
diinterpretasikan, yaitu diberi penafsiran dan pemaknaan oleh peneliti,
terutama dalam hubungannya dengan tujuan dan fokus penelitian.
Pembahasan
Pada pembahasan, temuan penelitian yang telah diinterpretasikan tersebut
dibahas, dikomentari, atau didiskusikan dengan menggunakan teori dan landasan
kebijakan atau perundangan yang dijadikan dasar pembahasan yang telah
dikemukakan pada Bab II dengan cukup dikemukakan inti-intinya saja sesuai
dengan tujuan penelitian.

14
15

Bab V Simpulan, Implikasi, Rekomendasi, dan Produk Penelitian.

1) Simpulan
Simpulan terdiri atas dua bagian, yaitu simpulan umum dan
simpulan khusus. Simpulan umum menunjukan hasil penelitian
secara umum yang mengacu ke judul, sedangkan simpulan khusus
menunjukkan hasil penelitian secara khusus yang mengacu ke
pertanyaan penelitian.

2) Implikasi
Dalam disertasi sebaiknya dikemukakan juga implikasi dari
simpulan khusus. Implikasi berisi mengenai akibat/konsekuensi
logis dari simpulan khusus tersebut.

3) Rekomendasi
Rekomendasi atau saran, berisi saran-saran masukan bagi pihak-
pihak tertentu yang dapat memanfaatkan hasil penelitian yang
tercantum dalam manfaat praktis pada Bab I. Rekomendasi
hendaknya cukup spesifik bertolak pada temuan hasil penelitian.
Rekomendasi atau saran-saran hendaknya bersifat inovatif yang
dirumuskan secara jelas dan operasional.

4) Produk Penelitian
Produk penelitian dapat berupa pengembangan konsep model
(Hipotetik) atau pengembangan model.
a) Pengembangan Konsep Model (Hipotetik)
Pengembangan konsep model (hipotetik) yaitu para mahasiswa
mengembangkan model dari hasil penelitiannya melalui uji
kepakaran melalui seminar yang pesertanya terdiri atas:
mahasiswa peneliti, tim pembimbing, pakar dan praktisi dari
lokasi penelitian.
b) Pengembangan Model
Pengembangan model yaitu para mahasiswa mengembangkan
model dari hasil penelitiannya melalui research and
development dengan memadukan pendekatan penelitian cara
pertama (kualitatif dengan kuantitatif) atau cara kedua
(kuantitatif dengan kuantitatif) yang ditandai adanya uji
kepakaran, dan uji coba terbatas di lapangan.

c) Publikasi Ilmiah
Hasil penelitian disertasi dapat dimuat di jurnal nasional,
nasional terakreditasi (Sinta), internasional, dan internasional
bereputasi (Scopus/WoS).

15
16

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
MANAJEMEN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK
MENINGKATKAN MUTU LULUSAN YANG SIAP MASUK
PERGURUAN TINGGI

A. Landasan Teologi.
Strategi pembelajaran dalam pelaksanaannya merupakan suatu
perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara
bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik. Dalam
proses pembelajaran peranan guru dalam memberikan ilmu pengetahuan
sangat penting untuk meningkat mutu lulusan. Dengan keberadaan ilmu
tersebut kehidupannya menjadi berarti, masa depannya cemerlang, selain itu
juga kenikmatan yang tidak pernah dirasakan di dunia pun akan diraihnya.
Maka disertasi ini disusun atas dasar pada sumber kebenaran yang tinggi
yaitu, merujuk pada Al-Quran, hal ini sejalan dalam firman Allah pada
surat Al ‘Arrahman ayat 33, sebagai berikut:

ِ ‫ت َواَأْل ْر‬
‫ض فَا ْنفُ^ ُ^ذوا ۚ اَل‬ َّ ‫ستَطَ ْعتُ ْم َأنْ تَ ْنفُ ُذوا ِمنْ َأ ْقطَا ِر‬
ِ ‫الس^ َما َوا‬ ِ ‫ش َر ا ْل ِجنِّ َواِإْل ْن‬
ْ ‫س ِإ ِن ا‬ َ ‫يَا َم ْع‬
‫ان‬
ٍ ‫ط‬ ُ ‫تَ ْنفُ ُذونَ ِإاَّل ِب‬
َ ‫س ْل‬
Artinya: Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup
menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,maka tembuslah.
Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan
(dari Allah).” (Q.S. Ar-Rahman: 33)
Ayat 33 memiliki isi kandungan tentang pentingnya ilmu
pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Dengan ilmu pengetahuan,
manusia dapat mengetahui benda-benda langit. Dengan ilmu pengetahuan,
manusia dapat menjelajahi angkasa raya. Dengan ilmu pengetahuan,
manusia mampu menembus sekat-sekat yang selama ini belum terungkap.
Menuntut ilmu tidak hanya terbatas pada hal-hal ke akhiratan saja, tetapi
juga tentang keduniaan.
Hal – hal yang mempengaruhi kehidupan terhadap ilmu pendidikan

16
17

yaitu antara lain :


1. Diberikan Petunjuk dan Hidayah
Ketika seorang hamba mendapatkan kemudahan untuk memahami
serta mempelajari ilmu syar’i. Itu berarti bahwa Allah telah
menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, serta membimbing
hambanya menuju kepada perihal yang diridhai-Nya.
Dengan keberadaan ilmu tersebut kehidupannya menjadi berarti,
masa depannya cemerlang, selain itu juga kenikmatan yang tidak
pernah dirasakan di dunia pun akan diraihnya.
2. Lebih Utama Daripada Ahli Ibadah
Ilmu saja sebenarnya merupakan bagian dari sebuah ibadah, yaitu
jika ilmu yang kita miliki diajarkan kepada manusia lain akan
bernilai jariyah. Selain itu dengan Ilmu kita dapat lebih mengerti
tentang ibadah yang kita lakukan sehingga niat, maksud, dan
tujuan dari kita ibadah lebih terarahkan.
3. Diangkat Derajatnya
Dengan mencari ilmu, maka kita akan menjadi seorang yang
berilmu dan sebagai cara sukses dunia akhirat menurut Islam.
Jangan lupa bahwa janji Allah yang kepada mereka yang berilmu
ialah mengangkat derajat mereka.
Mencari ilmu pengetahuan sesuai surat Ar Rahman ayat 33
merupakan bentuk amalan yang tidak akan terputus. Sebagaimana
anjuran menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat, maka amalan
ini merupakan amalan yang harus terus dilakukan.

Selanjutnya bahwa, pemahaman nilai pembelajaran yang dibangun


dari dirinya sendiri dimulai dengan pengakuan akan karunia.
Dikembangkan dengan keyakinan dalam setiap perkembangan individu
tersebut untuk menentukan arah motivasi hidupnya sesuai dengan
keinginannya, hal ini sejalan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu
dibanding ahli ibadah, seperti keutamaan bulan di malam purnama
dibanding seluruh bintang- bintang.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

17
18

B. Landasan Filosofis
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pada
penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Maka dalam penelitian ini juga ditentukan atas dasar landasan
filosofi yang merujuk pada pemahaman teori sebagai landasan filosofis
filsafat rekontruktivisme, yaitu suatu aliran yang berusaha merombak
tata sususnan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang bercorak modern dengan pandangan bahwa keadaan sekarang
merupakan zaman yang menpunyai kebudayaan yang terganggu oleh
kehancuran , kebingungan dan kesimpangsiuran. Mereka ingin
membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil serta
lebih menekankan peradapan manusia masa depan, pemecahan masalah
dan berpikir kritis.
Filsafat ini memiliki dua buah pemikiran, yaitu (1) masyarakat
memerlukan rekontruksi atau perubahan (2) perubahan sosial tersebut
adalah perubahan pendidikan dan penggunaan pendidikan dalam
merubah masyarakat, hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik,O (2011:
62), mengemukakan “premis utama dari filsafat ini adalah untuk
menjadikan sekolah merupakan agen perubahan dalam rekontruksi sosial
dan keberadaan sekolah adalah untuk adanya perbaikan dalam
masyarakat”.
Berdasarkan filosofis rekontruksi ini dalam pelaksanaan
pendidikan, seperti yang dikemukakan di atas, lebih mempertegas
adanya kesesuaian dengan manajemen dan strategi pembelajaran.
Kesesuaian tersebut terletak pada karakteristik dan penerapannya dalam
proses pembaharuan pembelajaran, antara lain dalam manajemen dan
strategi pembelajaran serta filsafat rekontruktisme, sama-sama
memperhitungkan minat dan kebutuhan siswa, serta melibatkan siswa
dalam pelaksanaan fungsi manajemennya dalam menghasilkan agen
agen perubahan di sekolah, terutama dalam meningktkan pendidikannya
kejenjang yang lebih tinggi.

18
19

C. Teori Yang Melandasi


Mengacu terhadap landasan teori dalam manajemen dan strategi
pembelajaran dalam meningkatkan mutu lulusan yang siap masuk perguruan
tinggi, yang dijadikan landasan dalam penelitian ini, meliputi: Teori
manajemen, teori strategi pembelajaran dan teori mutu.
1. Teori manajemen
Manajemen merupakan proses yang dilakukan dengan melakukan
tindakan berupa perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian untuk
mencapai tujuan dalam organisasi, hal ini sejalan dengan pendapat
Hasibuan (2014, 3), menyatakan bahwa:
Manajemen merupakan sebuah proses yang khas,yang terdiri
dari tindakan-tindakan (planning), pengorganisasian (organizing),
penggiatan (actuating),dan pengawasan (controlling),yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran
yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber- sumber lainnya.

Untuk Keberhasilan suatu manajemen, selain terlaksananya


fungsi-fungsi pokok manajemen seperti: perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan penilaian. Diperlukan juga berbagai kemampuan
diantaranya; kemampuan memimpin, menggerakan, mengatur,
memberikan pengorbanan dalam mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Dalam kegiatan manajemen diperlukan juga syarat-syarat
sebagai berikut: (a). Berpandangan jauh ke depan (b). Bersikap dan
bertindak bijaksana (c). Berpengetahuan yang luas (d). Besikap dan
bertindak adil (e). Berpendirian teguh (f). Mempunyai keyakinan bahwa
misinya akan berhasil (g). Berhati ikhlas (h). Memiki kondisi fisik sehat
(i). Mamapu berkomunikasi.

2. Teori Strategi pembelajaran


Strategi pembelajaran dalam pelaksanaannya merupakan suatu
perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara
bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik, hal
ini sejalan dengan pendapat Gulo, W (2008:1), yang berpendapat bahwa:

19
20

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berarti


jenderal atau panglima, sehingga strategi diartikan sebagai ilmu
kejenderalan atau ilmu kepanglimaan. Strategi dalam pengertian
kemiliteran ini berarti cara penggunaan seluruh kekuatan militer
untuk mencapai tujuan perang.

Gagne sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Nazarudin


(2007:162) bahwa:
Pembelajaran dapat diartikan sebagai seperangkat peristiwa
eksternal yang dirancang untuk mendukung proses belajar yang
sifatnya internal. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses
interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi
perubahan perilaku ke arah lebih baik. Selama proses
pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi siswa
.
hal ini sejalan dengan pendapat E.Mulyasa,(2003:163).
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Maka belajar merupakan
pembelajaran untuk menyampaikan pengetahuan,dan
mempersiapkan siswa untuk memiliki kompetensi.

3. Teori Mutu
Disertasi ini disusun atas dasar Teori Mutu yang menekankan pada
perbaikan yang berkelanjutan dalam rangka meningkatkan mutu lulusan yang siap
lanjut pendidikan ke Perguruan Tinggi, sesuai dengan kebutuhan DUDI, hal ini
sejalan dengan pendapat Goethsch dan Davis (Nasution 2010:22) menyatakan
bahwa;
Mutu, khususnya dalam konteks Total Quality Management (TQM)
merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba
untuk memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus
menerus atas produk, tenaga kerja, proses dan lingkungannya.Untuk
mencapai usaha tersebut digunakan unsur-unsur Total Quality Management
(TQM), adalah fokus pada pelanggan yang terobsesi terhadap kualitas,
pendekatan ilmiah, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan dan
keterlibatan serta pemberdayaan karyawan.
Perbaikan berkesinambungan harus diterapkan baik terhadap proses,
produk maupun terhadap pelaksanaannya agar pelanggan terobsesi terhadap
kualitas, pendekatan ilmiah, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan dapat
berjalan secara optimal. Dalam melakukan perubahan yang berkesinambungan

20
21

(continuous improvement) dan merupakan usaha konstan untuk mengubah sesuatu


kearah yang lebih baik, hal ini merupakan unsur yang paling fundamental dalam
pendekatan total quality management (TQM). Perbaikan kesinambungan harus
diterapkan baik terhadap proses, produk maupun jasa. Hal ini sejalan dengan
pendapat Tjiptono (2000:271), yaitu:
Proses perbaikan dan pengendalian dibentuk oleh empat building blocks,
yaitu input, transformasi, output dan costomer value. Adapun elemen dasar
dan proses perbaikan dan pengendalian terdiri dari empat tahap yakni : (1)
penetapan standar untuk pengendalian dan perbaikan; (2) pengukuran; (3)
studi ; (4) tindakan. Tahap tindakan mengandung arti melakukan tindakan
perbaikan berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari umpan balik.
Mutu pembelajaran ditentukan oleh tiga variabel, yaitu budaya atau
kebiasaan sekolah, proses belajar dan mengajar, dan realitas (kenyataan)
sekolah, hal ini sejalan dengan pendapat Sagala, (2012:132), bahwa;
Kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang dilakukan baik guru ataupun
peserta didik di sekolah dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran.
Pada saat guru mengajar di dalam kelas, tahap pembelajarannya dapat
mempengaruhi kualitas pembelajaran. Kebiasaan di sekolah dapat
terbentuk pada saat peserta didik mulai mengenal lingkungan sekolah,
dan akan menjadi kebiasaan untuk peserta didik pada tahun ajaran
berikutnya.Hal ini dapat terjadi hampir setiap tahun dalam setiap tahun
ajaran baru. Kebiasaan ini nantinya secara terus menerus akan
mempengaruhi semua warga di sekolah. Kebiasaan-kebiasaan yang
terbentuk dapat mempengaruhi mutu sekolah.
Karakteristik peserta didik yang terbentuk dengan baik akan
meningkatkan mutu sekolah, akan tetapi apabila karakteristik yang
terbentuknya kurang baik maka akan menghambat peningkatan mutu
sekolah. Sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam
membentuk karakteristik baik untuk peserta didik. Kegiatan belajar dan mengajar
merupakan salah satu aktivitasyang dapat mempengaruhi mutu sekolah. Hal ini
juga nantinya dapat untuk menentukan mutu lulusan. Mutu pembelajaran dapat
dikatakan sebagai gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh
peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sekolah dianggap
bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik
dikaitkan dengan tujuan pendidikan yang akan berdampak pada peningkatan mutu
lulusan baik dari segi input, process, output maupun outcome.

21
22

E. Konsep Dasar Yang Melandasi


1. Manajemen
a. Pengertian Manajemen
Menurut Andang (2014:21) Manajemen berasal dari kata to
manage yang artinya mengatur Adapun unsur-unsur manajemen
yang terdiri dari man, money, mothode, machines, materials, dan
market. Manajemen adalah suatu cara/seni mengelola sesuatu
untuk dikerjakan oleh orang lain. Untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan secara efektif dan efisien diperlukan langkah-
langkah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan.
penilaian hal ini sejalan dengan pendapat G. R. Terry (2010:16)
menyatakan:
Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan
serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber yang
lainnya.
Adapun definisi manajemen yang dikutip oleh. Hasibuan, M
(2012;1) menyatakan “manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Kemudian definisi Manajemen menurut Massie yang dikutip oleh
Arsyad, A (2002;1) menyatakan:
Manajemen adalah suatu proses dimana kelompok secara kerjasama
mengerahkan tindakan atau kerjanya untuk mencapai tujuan
bersama. Proses tersebut mencakup teknik-teknik yang digunakan
oleh para manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan atau aktifitas
orang lain menuju tercapainya tujuan bersama (Arsyad, A 2002;1).
Makna manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesional.
Manajemen diartikan sebagai ilmu karena merupakan suatu bidang
pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan
bagaimana orang bekerja sama. Manajemen diartikan sebagai kiat karena
manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain
menjalankan dalam tugas. Adapun manajemen diartikan sebagai profesi karena
manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi
manajer, dan para profesional dituntut oleh suatu kode etik Untuk mengetahui
istilah manajemen, pendekatan yang digunakan adalah berdasarkan

22
23

pengalaman manajer. Manajemen sebagai suatu sistem yang setiap


komponennya menampilkan sesuatu unstuk memenuhi kebutuhan. Dengan
demikian maka manajemen merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien.
b. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen secara umum merupakan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian yang digerakan untuk
mencapai tujuan, hal ini sejalan dengan pendapat George Terry
(Herujito 2001:27) yang membentuk manajemen sebagai salah satu
proses sebagai berikut:
George Terry (Herujito 2001:27) Perencanaan (Planning)
Kegiatan yang menetapkan tujuan dan sebab dari
tintakantindakan selanjutnya. (a) Menjelaskan, memastikan
dan memantapkan tujuan yang dicapai. (b) Memprediksi
keadaan atau peristiwa pada waktu yang akan datang. (c)
Memperkirakan kondisi pekerjaan yang dilakukan. (d)
Memilih tugas sesuai dengan pencapaian tujuan. (e)
Membuat rencana secara menyeluruh dengan menekankan
kreativitas agar diperoleh sesuatu yang baru dan lebih baik.
(f) Membuat kebijaksanaan, standar, prosedur dan metode-
metode untuk pelaksanaan kerja. (g) Memikirkan
kemungkinan dan peristiwa akan terjadi. (h) Mengubah
perencanaan sesuai dengan arahan dari hasil
pengawasan.Pengorganisasian (Organizing) (a)Kegiatan
untuk membagi tugas atau pekerjaan diantara anggota
kelompok dan membuat ketentuan dalam hubungan-
hubungan yang diperlukan. Membagi pekerjaan ke dalam
tugas-tugas operasional. (b) Mengelompokkan tugas ke
dalam posisi-posisi secara operasional. (c) Menempatkan
dan memilih pekerja untuk pekerjaan yang sesuai. (d)
Menggabungkan jabatan operasional ke dalam unit-unit
yang saling berkaitan. (e) Menjelaskan persyaratan dari
setiap jabatan. (f) Menyediakan berbagai fasilitas untuk
pegawai. (g) Menyesuaikan wewenang dan tanggungjawab
bagi setiap anggota. (h) Menyelaraskan organisasi sesuai
dengan petunjuk hasil pengawasan. Kegiatan menggerakkan
anggota-anggota kelompok untuk melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan tugas masing-masing. (a) Mengikuti dengan
senang hati terhadap semua putusan, tindakan atau
perbuatan. (b) Berkomunikasi secara efektif. (c) Memotivasi
anggota. (d) Mengarahkan oranglain agar bekerja dengan
baik. (e) Memberi penghargaan kepada pekerja yang
memiliki prestasi. Mencukupi kebutuhan pegawai sesuai

23
24

dengan kegiatan pekerjaannya. (g) Mengupayakan


perbaikan pengarahan sesuai petunjuk pengawasan.Kegiatan
untuk menyelaraskan antara pelaksanaan dan rencana yang
telah ditentukan. (a) Membandingkan hasil pekerjaan
dengan perencanaan yang telah ditentukan. (b) Membuat
media pelaksanaan secara akurat dan tepat. (c)
Memindahkan data secara terperinci agar dapat terlihat
perbandingannya dan penyimpangannya. (d)
Memberitahukan media pengukur pekerjaan. (e) Menilai
hasil pekerjaan dengan standar hasil kerja. (f) Membuat
saran sebagai tindakan perbaikan kepada anggota. (g)
Melaksanakan pengawasan sesuai dengan petunjuk hasil
pengawasan.

c. Tujuan Manajemen
Tujuan manajemen adalah langka-langkah suatu organisasi
yang terdiri perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
penilaian,hal ini sejalan dengan pendapat dari Sofian A. &
Muttahidah (2013: 16) bahwa:
Tujuan manajemen adalah penyelenggaraan kegiatan
organisasi dimulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dengan baik sehingga organisasi
berjalan dengan memuaskan maka akan tercapai tujuan
perusahaan yaitu memperoleh keuntungan yang besar dan
berlangsungnya organisasi dapat berjalan dengan masa
waktu yang lama dan panjang.

Pencapaian tujuan-tujuan organisasi dilaksanakan dengan


pengelolaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing),
pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan
(controlling).Adapun bermacam-macam defenisi tentang manajemen, dan
tergantung dari sudut pandang, keyakinan, dan komprehensi dari pada
pendefinisi, antara lain: kekuatan menjalankan sebuah perusahaan dan
bertanggung jawab atas sukses atau kegagalannya. Ada pula pihak lain
yang berpendapat bahwa, manajemen adalah tindakan memikirkan dan
mencapai hasil-hasil yang diinginkan melalui usaha-usaha kelompok yang
terdiri dari tindakan mendayagunakan bakat-bakat manusia dan sumber
daya secara singkat orang pernah menyatakan tindakan manajemen adalah

24
25

sebagai tindakan merencanakan dan mengimplementasi kannya.


Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lain secara efektif dan efesien untuk
mencapai satu tujuan.
Manajemen merupakan sebuah proses kerjasama untuk mencapai
tujuan bersama. Walaupun Al-Quran secara khusus tidak menyebutkan
istilah manajemen, akan tetapi menyingung istilah manajemen dengan
menggunakan kalimat yudabbirua, mengandung arti mengarahkan,
melaksanakan, menjalankan, mengendalikan, mengatur, mengurus dengan
baik, mengkoordinasikan, membuat rencana yang telah ditetapkan, hal ini
sejalan dengan pendapat Thoha, bahwa; manajemen diartikan sebagai
“suatu proses pencapaian tujuan organisasi lewat usaha orang lain”.
Ungkapan senada dikemukakan oleh Nawawi (2011:11), yaitu:
“Manajemen adalah kegiatan yang memerlukan kerjasama orang lain
untuk mencapai tujuan”. Pendapat kedua pakar tersebut di atas, dapat
disimpulkan, bahwa manajemen merupakan proses kerjasama antara dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Lebih lanjut, hal ini juga
sejalan dengan pendapat Martayo (1980:21) bahwa:
manajemen adalah usaha untuk menentukan, menginteraksikan dan
mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia atau
kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan serta pengawasan .
Manajemen dalam organisasai terinspirasi dari firman Allah SWT :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan, hal ini sejalan dengan
pendapat At-Thabary bahwa; memberi makna memperhatikan apa yang
diperbuatnya untuk hari esok adalah beraktivitas dengan keimanan yang
benar,sehingga dengan aktivitas yang didasarkan pada niat yang baik
dengan keimanan yang benar, para manajer di sekolah-sekolah mendapat
nilai plus dari Allah SWT.
Unsur-unsur Manajemen dalam Pembelajaran. pada umumnya
terdiri dari 6 (enam) yang dikenal dengan the six MS, yaitu Men, Money,

25
26

Materials, Teachers, Methods and Students. Diantara seluruh unsur


tersebut, manusia adalah unsur yang paling penting di dalam proses
manajemen, sebab manajemen itu ada karena adanya dua orang atau lebih
yang bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah dipakati bersama.
Hal ini berarti manusia merumuskan tujuan, manusia yang menyusun
organisasi sebagai wadah pencapaian tujuan, manusia pula yang bekerja
untuk mencapai tujuan dan sekaligus manusia pula yang mengendalikan
serta menikmati hasil-hasil yang dicapai.
Prosedur dan tahapan Implementasi Manajemen dalam
Pembelajaran Sebagai paradigma pendidikan yang baru maka dalam
implementasi Manajemen Berbasis sekolah melalui beberapa tahapan.
Menurut E,Mulyasa (2007:118), bahwa;
Tahapan implementasi tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu tahapan
sosialisasi, tahapan piloting, dan tahapan diseminasi. Adapun
penjabarannya sebagai berikut;(1). Tahap Sosialisasi Tahap
sosialisasi merupakan tahapan yang penting mengingat luasnya
daerah yang ada terutama daerah yang sulit dijangkau serta
kebiasaan masyarakat yang umumnya tidak mudah menerima
perubahan karena perubahan yang bersifat personal maupun
organisasional memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang
baru. Dengan adanya sosialisasi ini maka akan mengefektifkan
pencapaian implementasi Manajemen Berbasis Sekolah baik
menyangkut aspek proses maupun pengembangannya di sekolah.(2).
Tahap Piloting Tahapan piloting yaitu merupakan tahapan uji coba
agar penerapan tidak mengandung resiko. Efektivitas model uji coba
memerlukan persyaratan dasar yaitu akseptabilitas, akuntabilitas,
reflikabilitas, dan sustainabilitas.(3). Tahap Diseminasi Tahapan
desiminasi merupakan tahapan memasyarakatkan model Manajemen
Berbasis Sekolah yang telah diujicobakan ke berbagai sekolah agar
dapat mengimlementasikannya secara efektif dan efisien.

Peran Guru pada Manajemen dalam Pembelajaran memiliki peran


sebagai salah satu unsur pengelola pendidikan pada suatu lembaga
pendidikan yang terlihat langsung dalam mentransfer pengetahuan kepada
siswa, harus mampu mengelola kelasnya, merumuskan tujuan pembelajaran
secara opersional, menentukan materi pembelajaran, menetapkan metode
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, melaksanakan kegiatan
pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar dan kemampuan profesional guru

26
27

lainnya, agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai. Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap
pelaksanaan pendidikan di sekolah. Di antara peran dan fungsi guru tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Guru sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi
para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memilki
standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri,
dan disiplin.
2. Guru sebagai Pengajar
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhin oleh berbagai faktor, seperti
motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru,kemampuan
verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam ber
komunukasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran
peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat
sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan
masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefenisikan, Menganalisis,
Pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji materi
standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada perasaan.
Agar pembelajaran memilki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus
senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat
yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
3. Guru sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamanya bertanggungjawab atas kelancaran
perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut
fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan
spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan,
guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal
berikut: a. Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi
kompetensi yang hendak dicapai. b. Guru harus melihat keterlibatan peserta

27
28

didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik
melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi
mereka harus terlihat secara psikologis. c. Guru harus memaknai kegiatan
belajar. d. Guru harus melaksanakan penilaian.
4. Guru sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik
intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak
sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalamkurikulum 2004 yang
berbasis kompetensi, karena tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan
penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai
keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.
5. Guru sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memilki latihan khusus sebagai penasehat dan
dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta
didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan
dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari
perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam,
ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
6. Guru sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang
bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan
luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya
pengalaman orang tua memilki arti lebih banyak daripada nenek kitea.
Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh
dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan
dalam pendidikan. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan
pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang
akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antar generasi tua dan
generasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi
pribadi yang terdidik.
7. Guru sebagai Model dan Teladan

28
29

Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang
yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar
untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untu ditentang, apalagi
ditolak. Sebagai teldan. Tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru
akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya
yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh guru: sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan
bekerja, sikap melalui pengalaman dan kesalahan, pakaian, hubungan
kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neurotis, selera, keputusan, kesehatan
gaya hidup secara umum. Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik
harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang
baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan
apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang
bersalah. Kesalahan harus dikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk
tidak mengulanginya.
8. Guru sebagai Pribadi
Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik.
Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan
ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa
dipercaya untuk dilksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani.
Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan
cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan
masyarakat yang berakibat tergangunya proses pendidikan bagi peserta
didik. Guru perlu juga memilki kemampuan untuk berbaur dengan
masyarakat melaluin kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olahraga,
keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimilki, sebab kalau
tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan
kurang bisa diterima oleh masyarakat.
9. Guru sebagai Peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaanya memerlukan
penyesuain-penyesuain dengan kondisi lingkungan. Untuk itu perlukan
berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru

29
30

adalah seorang pencari atau peneliti. Menyadari akan kekurangannya guru


berusaha mencari apa yang belum diketahuai untuk meningkatkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang yang telah
mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus dikerjakan,
yakni penelitian.
10. Guru sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreatifitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan
guru dituntut untuk mende akan monstrasikan dan menunjukkan kreatifitas
tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan
merupakan ciri aspek dunia disekitar kita. Kreatifitas ditandai oleh adanya
kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak
dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan
sesuatu. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan
cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik
akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu
secara rutin saja. Kreatifitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan
oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
11. Guru sebagai pembangkit pandangan
Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan
peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini
guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang
keagungan kepada peserta didiknya. Mengembangkan fungsi ini guru harus
terampil dalam berkomunikasi dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang
fungsi ini.
12. Guru sebagai Pekerja Rutin
Guru bekerja dengan ketrampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan
rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan. Jika kegiatan
tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak
keefektifan guru pada semua peranannya.
13. Guru sebagai Pemindah kemah
Hidup ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang
suka memindah–mindahkan dan membantu peserta didik dalam

30
31

meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami.
Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan
dan kebiasaaan yang menghalangi kemajuan serta membantu menjauhi dan
meninggalkannya untuk mendapatkannya untuk mendapatkan cara-cara baru
yang lebih sesuai. Guru harus memahami hal yang bermanfaat dan tidak
bermanfaat bagi peserta didiknya.
14. Guru sebagai Pembawa Cerita
Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan
keberadaanny serta bagaimana berhubungan dengan keberadaaanya itu.
Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul dalam lingkungannya dan
berhubungan dengan lingkungan, tanpa mengetahui asal usulnya. Semua itu
diperoleh melalui cerita. Guru tidak takut menjadi alat menyampaikan
cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu
sangat bermanfaat bagi manusia. Cerita ini adalah cermin yang bagus dan
merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati
bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya,
menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia
lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka. Guru berusaha
mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa
mendatang.
15. Guru sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi
yang harus ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia
sehingga mampu memahami respon-respon pendengarnya, dan
merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Sebagai
aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam
yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang aktor
berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para
pendengar.
16. Guru sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik,
menghormati setiap insan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan

31
32

“budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman,


pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self
image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari 28 perasaan tertolak
dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika
peserta didik yang dicampakan secara moril dan mengalami berbagai
kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
17. Guru sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling
kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta
varible lain yang mempunyai arti apabila berhubungan konteks yang hampir
tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik
apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang
jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak
lanjut serta penilaian harus adil dan objektif.
18. Guru sebagai Pengawet
Salah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke
generasi berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak
yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun di masa depan.
Sarana pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia terdahulu adalah
kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang
akan awetkan.
19. Guru sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari
awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan
melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta
didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator
terpadu dengan peran sebagai evaluator.
Begitu Banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran
yang begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon
guru mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi
tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di
masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Kemampuan mengajar

32
33

guru sebenarnya merupakan pecerminan keahlian dan kepandaian serta


penguasaan guru atas kompetensinya, hal ini sejalan dengan pendapat Joni,
R (1992:12). Bahwa:
Ada 10 (sepuluh) kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh guru,
yaitu: (1) menguasai bahan; (2.) menguasai landasan pendidikan; (3)
menyusun program pengajaran; (4.) melaksanakan program
pengajaran; (5) menilai proses dan hasil belajar; (6)
menyelenggarakan program bimbingan dan penyuluhan; (7).
menyelenggarakan kepribadian; (8.) mengembangkan kepribadian;
(9.) berinteraksi dengan teman sejawat dan masyarakat;
(10).menyelenggarakan penelitian sederhana untuk kepentingan
mengajarnya.

2. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran dalam pelaksanaannya memerlukan
langkah-langkah mulai dari perencanaan,pelaksanaan dan penilaian
sebagai berikut:
a. Perencanaan Strategi Pembelajaran
Perencanaan merupakan proses pendefinisian tujuan dan
bagaimana untuk mencapainya sedangkan perencanaan dalam
pembelajaran berarti menentukan tujuan, aktifitas dan hasil yang ingin
dicapai dalam proses pembelajaran. Dengan demikian perencanaan
berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilaksanakan. Fungsi
perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai dan
bagaimana cara mencapainya, berapa lama waktu yang akan dibutuhkan
dan berapa orang yang akan dibutuhkan, hal ini sejalan dengan
pendapat Hamalik (2009:50). Bahwa;

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat rencana


pembelajaran yaitu Rencana yang dibuat harus disesuaikan
dengan tersedianya sumbersumber b. Organisasi pembelajaran
harus senantiasa memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat
sekolah c. Guru selaku pengelola pembelajaran harus
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan penuh tanggung
jawab.

Strategi pembelajaran merupakan rencana/rangkaian tindakan


dalam menggunakan suatu metode yang akan diaplikasikan ke dalam

33
34

proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan-tujuan belajar di kelas.


Jadi perencanaan strategi pembelajaran adalah melalui perencanaan
dan dengan cara menggunakan dan menentukan tujuan, aktifitas dan
hasil yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran yang ingin
dicapai.
Standar perencanaan proses pembelajaran sebaiknya
berprinsip pada asas sistematis dan sistemik. Sistematis
dimaknai yakni pendidik harus melakukan perencanaan
pembelajaran secara berurutan, terarah, dan terukur dan
berksinambungan. Sistemik artinya pendidik harus
melakukan perencanaan pembelajaran dengan
memperhatikan berbagai aspek yang saling berkaitan,
diantaranya tujuan pembelajaran yang mencakup
pengetahuan,sikap dan keterampilan, karaktersitik peserta
didk dan materi ajar yang mencakup konsep, prosedur,dan
prinsip pembelajaran, hal ini sejalan dengan Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2006 disebutkan bahwa
“perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) sekurang-kurangnya
meliputi tujuan pembelajaran, materi ajar, metode
pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.
(Fokus Media, 2006:74-75).

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan


rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas
mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar
(KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran,
materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
a) Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas
mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).

34
35

b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru
pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan
dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru dapat merancang
penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan
dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Komponen RPP meliputi: Identitas mata pelajaran;
Standar kompetensi; Kompetensi dasar; Tujuan pembelajaran
;Materi ajar; Alokasi waktu; Metode pembelajaran;Kegiatan
pembelajaran (Pendahuluan, Inti dan Penutup); Indikator
pencapaian kompetensi; Penilaian hasil belajar (Prosedur,
teknik, jenis dan instrumen penilaian) dan Sumber belajar;
(Komponen RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan
substansi antar komponen yang dikembangkan).

b. Pelaksanaan Strategi Pembelajaran


Dari seluruh rangkaian proses manajemen, penggerakkan
(actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam
fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan
dengan aspek- aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan

35
36

Dalam kegiatan pendahuluan, guru: (a)Menyiapkan peserta didik


secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran,
(b)Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari,
(c)Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar,
(d)Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan.
2) Kegiatan Inti,
Dalam pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran
untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan pendekatan scentifif dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi
proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a) Eksplorasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencaritemukan
berbagai informasi, pemecahan masalah, dan inovasi.
Dalam kegiatan eksplorasi, guru: (1)Melibatkan peserta didik
mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi
yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang
jadi guru dan belajar dari aneka sumber, (2)Menggunakan beragam
pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar
lain,(3)Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta
antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar
lainnya,(4)Melibatkan peserta didik secara aktif dalam
pembelajaran,(5)Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan
di laboratorium, studio, atau lapangan.
b) Elaborasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik mengekspresikan dan
mengaktualisasikan diri melalui berbagai kegiatan dan karya yang

36
37

bermakna.
Dalam kegiatan elaborasi, guru: (1)Membiasakan peserta didik
membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu
yang bermakna.(2)Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian
tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan secara
lisan maupun tertulis,(3)Memberi kesempatan untuk berpikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa
takut,(4)Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif,(5)Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara
sehat untuk meningkatkan prestasi belajar,(6 )Memfasilitasi peserta
didik membuat laporan eksplorasi baik lisan maupun tertulis,
secara individual maupun kelompok,(7)Memfasilitasi peserta didik
untuk menyajikan hasil kerja,(8)Memfasilitasi peserta didik
melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang
dihasilkan,(9).Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c) Konfirmasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang
memberi kesempatan bagi peserta didik untuk dinilai, diberi
penguatan dan diperbaiki secara terus-menerus.
Dalam kegiatan konfirmasi, guru (1)Memberikan umpan balik
positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun
hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,(2)Memberikan
konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber,(3)Memfasilitasi peserta didik melakukan
refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah
dilakukan,(4)Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh
pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar (5)
Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar,(6) Membantu
menyelesaikan masalah,(7)Memberi acuan melakukan pengecekan
hasil eksplorasi,(8)Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih

37
38

jauh,(9)Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang


atau belum berpartisipasi aktif.
3) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran,
b) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram,
c) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran,
d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling
dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai hasil belajar peserta didik,
e) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Dari pengertian di atas, penggerakkan (actuating) tidak lain
merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan,
dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap
karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan
peran, tugas dan tanggungjawabnya. Hal yang penting untuk
diperhatikan dalam pelaksanaan (actuating), adalah bahwa seorang
karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa
yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut
memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh
problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4)
tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5)
hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
Tujuan Strategi Pembelajaran merupakan dasar yang
dijadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, media dan
evaluasi pembelajaran. Maka dari itu, penentuan tujuan komponen yang
pertama kali harus dipilih oleh guru merupakan target yang ingin

38
39

dicapai dalam kegiatan pembelajaran.


a. Bahan Pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis
dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan
kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan.
b. Kegiatan Pembelajaran dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi
pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran
yang sesuai dengan standar proses pembelajaran.
c. Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat
menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
d. Alat yang dipergunakan dalam pembelajaran merupakan segala
sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
e. Sumber Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat atau rujukan di mana bahan
pembelajaran bisa diperoleh.
f. Evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga
bisa berfungsi sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang
telah ditetapkan.
g. Situasi atau Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam
menentukan strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud
adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak
madrasah, dan lan sebagainya), dan hubungan antar insani,
misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang lain.

Maka dari komponen-komponen strategi pembelajaran tersebut


akan mempengaruhi jalannya pembelajaran, untuk itu semua komponen
strategi pembelajaran di atas merupakan faktor yang sangat berpengaruh

39
40

terhadap proses pembelajaran. Pemerintah mengeluarkan aturan No. 32


tahun 2013 menjelaskan secara rinci UU Sisdiknas yaitu mengenai
standar proses. Standar proses berisi tentang standar atau aturan
nasional pendidikan tentang pelaksanaan pembelajaran di
sekolah-sekolah untuk mencapai standar kelulusan peserta didik. Oleh
karena itu mutu pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai
baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam
proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu bila
berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik
dikaitkan dengan tujuan pendidikannya.
Faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu pembelajaran dapat
dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Eksternal
a. Tantangan Globalisasi
Sejalan dengan dengan kemajuan dan ilmu pengetahuan dan
teknologi, telah menjadikan dunia ini banyak mengalami
perubahan di berbagai aspek kehidupan. Setiap individu dalam
berkarya tidakhanya dituntut untuk mampu berkiprah dan
berkompetensi sebatas lokal dan nasional, akan tetapi juga
mampu berkiprah ditingkat Internasional. Sebagaimana juga yang
diungkapkan oleh Syaiful Sagala, pada abad globalisasi ini,
manusia dituntut berusaha tahu banyak (knowing much), berbuat
banyak (doing much), mencapai keunggulan (beeing exellence),
serta berusaha memegang teguh nilai-nilai moral. Dari kedua
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya
sumber daya manusia yang mampu berkompetisi, bukan saja
dengan sesama warga dalam suatu daerah, wilayah ataupun
negera, melainkan juga dengan warga negara dan bangsa lainnya.
b. Penguasaan Bahasa Asing
Dengan meningkatnya lembaga hubungan bisnis Internasional dan
bertambahnya banyaknya investasi asing masuk ke

40
41

Indonesia,kecenderungan penguasaan bahasa Internasional tambah


meningkat,berbagai informasi kerja menuntut penguasaan
berbahasa Inggris sebagai salah satu syaratnya. Buku-buku dan
sumber informasi lain yang masuk ke Indonesia banyak memakai
bahasa Inggris. Begitu juga dengan teknologi komputer yang kini
menjadi satu-satunya kebutuhan penting, juga terprogram dalam
bahasa Inggris. Bahkan komunikasi sehari-hari dikalangan kelas
mengengah atas di dalam Negeri pun, istilah- istilah yang
digunakan sering berasal dari kosa kata bahasa Inggris.
Pengembangan Bahasa Arab bertujuan untuk membangun
kemampuan siswa dalam berbahasa Arab yang selanjutnya
dijadikan sebagai alat melakukan kajian keislaman. Melalui
pembelajaran bahasa secara intensif, kreatif, menggembirakan dan
membisakan ini, diharapkan siswa mampu berkomunikasi dengan
bahasa Arab dan mampu melakukan kajian terhadap literatur yang
berbahasa Arab secara mandiri, sehingga harapan agar siswa
mampu mengembangkan keilmuan lebih lanjut dapat terwujud.
Dengan demikian penguasaan bahasa Asing menambah wawasan
yang luas dan tak terbatas terhadap peluang peluang yang ada di
lingkup global. Penyesuaian bahasa asing secara aktif, terutama
bahasa Inggris perlu dilaksanakan dengan cara mengaplikasikan
penggunaan bahasa Inggris kedalam bentuk kajian buku-buku
berbahasa Inggris. Sehingga tidak dipungkiri kenyataan bahwa
penguasaan bahasa Internasional (Inggris) merupakan salahsatu
syarat mutlak untuk mampu bersaing di dunia Internasional.
c. Faktor Keluarga
Keluarga adalah merupakan tempat tinggal anak didik, dalam
keluarga tersebut peserta didik mengalami pertumbuhan dan
perkembangannya. Ada beberapa hal, yang mempengaruhi
peningkatan mutu siswa dalam lingkungan keluarga yaitu; tingkat
pendidikan orang tua, cara orang tua mendidik/membina,
hubungan anggota keluarga, suasana atau situasi keluarga,

41
42

keadaan ekonomi keluarga.Semuanya itu, dapat memberi dampak


baik ataupun baruk terhadap kegiatan belajar dan peningkatan
hasil yang dicapai olehpeserta didik.
d. Faktor Sekolah (faktor Instrumental)
Menurut Umaedi ada bebeberapa faktor yang mempengaruhi
peningkatan mutu pendidikan siswa di sekolah seperti: Bahan ajar
(kurikulum), kemampuan guru, dukungan administrasi, sarana
prasarana dan lingkungan sekolah yang mendukung. Menurut
Zamroni beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan
mutu siswa adalah: pemimpin/pengelola yang profesional, sumber
daya yang berkualitas, tata usaha yangbermutu, sarana prasarana
yang memadai, dan lingkungan yang mendukung serta faktor-
faktor lainnya.
e. Lingkungan Sosial/Masyarakat
Peserta didik merupakan makluk sosial yang cenderung
hidupbersama satu sama lainnya. Hidup yang seperti ini, akan
melahirkan sebuah interaksi sosial yang saling memberi dan
menerima dan merupakan kegiatan yang selalu ada dalam
kehidupan manusia. Perkembangan lingkungan sosial peserta
didik akan mempengaruhinya terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya. Menurut Slameto keberadaan siswa dalam
masyarakat dapat dipengaruhi beberapa hal sebagai seperti:
kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul
dan bentuk kehidupan masyarakat.
2. Faktor Internal
a. Kesehatan jasmani
Kesehatan jasmani peserta didik dapat mempengaruhi semangat
dan intensitas dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh
yanglemah apalagi pusing-pusing kepala. Hal tersebut dapat
menurunkan kualitas rana cipta (kognitif), sehigga materi yang
dipelajarinya pun akan dapat meningkatkan rana cipta siswa,
sehingga mudah menerimamateri yang dipelajarinya.

42
43

b. Apsek psikologis
Merupakan kecerdasan, bakat, kecakapan nyata atau prestasiyang
telah dimiliki peserta didik baik itu bersifat bawaan maupun yang
diperoleh dari hasil pengaruh lingkungan dan kepribadian tertentu
seperti: sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi,
penyesuaian diri. Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang
tergolong kedalam faktor psikologis yaitu: intelegensi,
perhatian,minat, bakat, motif, kematengan dan kelelahan. Dari
semuanya itu akan berpengaruh terhadap peningkatan baikdan
buruknya mutu siswa atau keberhasilan yang dicapai siswa.

c. Penilaian Strategi Pembelajaran


Penilaian merupakan bagian integral dari sebuah
pembelajaran. Dalam Setiap pembelajaran, penilaian berfungsi
untuk mengukur sejauhmana siswa dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Penilaian di dalam
pembelajaran membantu guru dalam mengevaluasi keefektifan
kurikulum, strategi mengajar dankegiatan belajar yang mencakup
kompetensi pengetahuan,sikap dan keterampilan siswa, hal ini
sejalan dengan pendapat Arifin(2013:4),bahwa:
Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang
proses dan hasil belajar siswa dalam rangka membuat keputusan
keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.
Penilaian bukan hanya sebatas nilai saja, namun melalui
penilaian guru dapat merayakan pencapaian dan mendukung
siswa dalam menghadapi tantangan belajar.

Ada tiga tipe penilaian siswa yang berbeda dan memiliki sasaran
masing- masing,yaitu:
1. Penilaian atas pembelajaran (atau penilaian sumatif), merangkum
pencapaiansiswapada akhir tahunajaran. Penilaianinimemonitor
seberapa baik siswa telah belajar apa yang diajarkan guru dan
dilaporkan sebagai sebuah angka atau huruf.
2. Penilaian bagi pembelajaran (atau penilaian formatif), memberikan

43
44

tanggapan deskriptif untuk meningkatkan pembelajaran dan proses


pembelajaran. Penilaian ini menolong siswa mengklarifikasi makna
dan mengatasi hambatan pembelajaran. Penilaian ini dapat
menciptakan kepercayaan diri siswa mengenai kemampuan mereka
untuk belajar dan menantang siswa meneruskan serta
meningkatkan pembelajaran mereka.
3. Penilaian sebagai pembelajaran, siswa belajar dari menilai
kemajuan mereka sendiri. Siswa mempraktekkan penilaian diri
sendiri terhadap pembelajaran mereka, pengetahuan,
keterampilan,kreativitas dan sifat mereka.Siswa juga belaja
rmenentukan tujuan yang bermakna dan realistis.
Penilaian merupakan cara untuk mencari tahu setelah proses
pembelajaran, hal ini sejalan dengan pendapat Brummelen (2011:150),
bahwa :
Ketiga tipe penilaian ini tidak selalu berbeda, oleh karena itu
penilaian yang tepat mencoba mencari tahu seberapa baik siswa
telah mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Karena tidak
semua hasil pembelajaran dapat diukur secara penuh, kecuali guru
dapat melihat siswa mengaplikasikan apa yang sudah dipelajarinya
dalam kehidupan nyata yang relevan (Brummelen 2011:150).

Penilaian dipandang sebagai salah satuf aktor yang penting dalam


menentukan keberhasilan proses dan hasil belajar,sehingga guru dapat
meningkatkan mutu pembelajaran siswa.Guru juga harus mengetahui
tujuan dari penilaian siswa,antaralain untuk:

1. Mendorong dan meningkatkan pembelajaran siswa


a. Menilai sejauhmana siswa mencapai hasil belajar yang diharapkan,
mencari dan mengevaluasi hasil yang tidak diharapkan.
b. Mengenali pencapaian dan mendiagnosa kesulitan belajar agar
siswa belajar mengembangkan kekuatan dan mengatasi kelemahan
mereka.
c. Mempertajam pengajaran dan pengalaman belajar lain untuk
meningkatkan baik pembelajara nindividual maupun kelas.

44
45

d. Menolong siswa mengembangkan dan mempraktekkan penilaian


diri dan pemahaman diri mengenai pembelajaran mereka.
e. Menolong siswa menentukan tujuan pembelajaran yang bermakna
dan realistis serta menerima tanggungjawa batas pembelajaran
mereka sendiri.
2. Mengkomunikasikan informasi bermakna kepada siswa,orang tua dan
otoritas sekolah mengenai pembelajaran siswa.
a. Memberikan tanggapan yang realistis dan bermanfaat mengenai
prestasi,kemampuan,perilaku,sikap dan sifat.
b. Menempatkan guru, siswa dan orang tua/wali dalam posisi saling
berhubungan satu sama lain mengenai kemajuan siswa sejalan
dengan waktu.
c. Memberikan bimbingan bagi pilihan pendidikan dan pekerjaan.
d. Melaporkan prestasi belajar kepada otoritas sekolah dan
pemerintah.
Dalam proses pembelajaran, penilaian merupakan hasil akhir ,
hal ini sejalan dengan pendapat Brummelen,2011:151-152), bahwa:
Penekanan pada penilaian bagi dan sebagai pembelajaran,yaitu
penilaian terhadap perkembangan proses pembelajaran siswa
dalam mencapai kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan
didalam kegiatan belajar mengajaran. Sedangkan yang kedua
menekankan kepada penilaian atas pembelajaran, yaitu penilaian
terhadap hasil akhir siswa setelah mengikuti kegiatan belajar
mengajar.

Penilaian Autentik Salah satu penekanan didalam kurikulum2013


adalah penilaian autentik, hal ini sejalan dengan pendapat Kunandar,
(2013:35-36) bahwa:
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang
memberikan gambaran mengenai perkembangan siswa setelah
siswa mengalami proses pembelajaran. Penilaian autentik adalah
kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang
seharusnya dinilai,baik proses maupun hasil dengan berbagai
instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi

45
46

yang Ada di Standar Kompetensi (SK)atau Kompetensi Inti (KI)


dan Kompetensi Dasar (KD)

Pada penilaian autentik,siswa diminta untuk menerapkan


konsepatau teori dalam keadaan sebenarnya sesuai dengan kemampuan
atau keterampilan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu,guru harus
memperhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi
sikap,keterampilan dan pengetahuan yang disesuaikan dengan
perkembangan karakteristik siswa sesuai dengan jenjangnya. Contohnya
untuk PAUD, TK dan SD, lebih banyak porsinya pada soft skill
(misalnya kemampuan yang perlu dilatih dan diukur, antara lain:
mengamati, motivasi berprestasi, kemauan kerja
keras,disiplin,berkomunikasi,tatakrama, dll) dari pada penilaian
hardskill(pengukuran penguasaan pengetahuan dan keterampilan).
Berikut adalah ciri-ciri penilaian autentik:
1. Mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil
atau produk.
2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
berlangsung.
3. Menggunakan berbagai cara dan sumber.
4. Tes hanya salah satu alat pengumpulan data penilaian.
5. Tugas-tugas yang diberikan mencerminkan bagian-bagian
kehidupan nyata setiap hari.
Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan
keahlian, bukan keluasannya(kuantitas).
Sedangkan karakteristik penilaian autentik,adalah sebagai berikut:
1. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, pencapaian
kompetensi terhadap satu kompetensi dasar (formatif) maupun
pencapaian terhadap standar kompetensi atau kompetensi inti
dalam satu semester (sumatif). (performance),bukan kompetensi
yang sifatnya hafalan dan ingatan.
2. Berkesinambungan dan terintegrasi, merupakan satu kesatuan
secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap

46
47

pencapaian kompeten sisiswa.


3. Dapat digunakan sebagai feed back, dapat digunakan sebagai
umpan balik terhadap pencapaian kompetensi siswa secara
komprehensif.
Berdasarkan ciri-ciri dan karakteristik penilaian autentik
diatas,maka proses penilaian harus merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari proses pembelajaran dan mencerminkan masalah dunia
nyata/sehari-hari.Sehingga dalam merancang penilaian autentik,perlu
memperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut: penilaian harus
menggunakan berbagai ukuran,metode dan kriteria yang sesuai dengan
karakteristik dan esensi pengalaman belajar; penilaian harus bersifat
holistic mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran(sikap,
keterampilandan pengetahuan).
Setiap organisasi yang ingin maju, selalu melakukan
pengawasan (monitoring). Pengawasan dilakukan untuk menselaraskan
antara perilaku personalia organisasi dengan tujuan organisasi, dan
menjamin tidak terjadi penyimpangan yang berarti antara perencanaan
dengan pelaksanaan, hal ini sejalan dengan pendapat Pidarta (2004;158)
mengungkapkan “ada dua sasaran pengawasan yaitu perilaku individu
sebagai orang-orang yang memproses input menjadi output dan output
organisasi itu sendiri”, yang satu diarahkan agar berperilaku organisasi,
sedang yang lain diusahakan agar tidak menyimpang dari rencana
semula. Kedua sasaran tersebut sejalan dengan definisi kontrol yang
dikemukakan Robbins (1982;376) yaitu “proses memonitor aktivitas-
aktivitas untuk mengetahui apakah individu-individu dan organisasi itu
sendiri memperoleh dan memanfaatkan sumber-sumber pendidikan
secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuannya, dan
memberi koreksi bila tidak tercapai”.
Dalam hal ini kontrol diartikan sebagai kendali agar performan
petugas, proses dan output sesuai dengan rencana”. Berdasarkan
pengertian tersebut, pengawasan manajemen dapat diartikan sebagai
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan

47
48

tujuan–tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik,


membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan,
serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin
bahwa semua sumber daya organisasi dipergunakan secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Pengawasan merupakan
kegiatan pengendalian agar pelaksanaan berjalan sesuai rencana, dan
memastikan tujuan organisasi tercapai. Urgensi dari pengawasan adalah
apabila terjadi penyimpangan, cepat diketahui letak penyimpangannya,
dan tindakan apa yang diperlukan untuk mengatasinya.
Pengawasan dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan
pengawas sekolah. Wujud dari pengawasan itu adalah pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut.
1). Pemantauan
a. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil
pembelajaran.
b. Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok
terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara,
dan dokumentasi.
c. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan
pengawas satuan pendidikan.
2). Supervisi
a. Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil
pembelajaran.
b. Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara
pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi.
c. Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas
satuan pendidikan.

3). Evaluasi

48
49

a. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk


menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan,
mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil
pembelajaran.
b. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan
cara:
1). Membandingkan proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru dengan standar proses,
2). Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru.
3). Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada
keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran.
4). Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses
pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan.
5). Tindak lanjut
a. Penguatan dan penghargaan kepada guru yang
memenuhi standar.
b. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru
yang belum memenuhi standar.
c. Guru diberi kesempatan untuk mengikuti
pelatihan/penataran lebih lanjut serta melakukan
diseminasi dari hasil perolehan pengetahuan dan
keterampilan yang diperolehnya.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan
saling kait mengait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan
apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses
manajemen sebenarnya interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat
tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan
memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah

49
50

merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai


komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara
profesional, baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen
yang baik, hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi,
yang pada gilirannya tujuan pendidikan tidak akan pernah mencapai
sasaran sesuai dengan keinginan. Setiap kegiatan pendidikan di sekolah
harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian
yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan, pengerahan,
penugasan/penempatan dan pemotivasian seluruh personil sekolah
sesuai dengan kaidah humanisme, dengan mempertimbangkan tugas
pokok dan fungsinya masing-masing, agar dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya dan melakukan pengawasan secara periodik, berkelanjutan.
Dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan
pengawasan di sekolah, harus melibatkan semua komponen yang
kompeten, dan masyarakat sebagai pemasok peserta didik dan pemakai
lulusan, sehingga jaminan kuantitas dan kualitas hasil kegiatan dapat
dipertanggung- jawabkan, transparan dan akuntabel, yang pada
akhirnya akan memperbaiki citra sekolah di masyarakat, sebagai
sekolah unggul dan efektif. Keterlibatan masyarakat dan orang tua
peserta didik mutlak diperlukan karena orang tua merupakan pihak
yang berkepentingan terhadap kualitas penyelenggaraan pendidikan di
sekolah, orang tua berhak menuntut peningkatan mutu pendidikan yang
diperoleh anak-anaknya, kepada penyelenggara pendidikan, yaitu
sekolah dan pemerintah.
3. Mutu Lulusan
d. Pengertian Mutu Lulusan
Pengertian mutu/kualitas sesuatu yang yang memenuhi
standar kualitas yang telah ditentukan, hal ini sejalan dengan
pendapat Sallis, E (2008:56), bahwa:
Mutu dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang memuaskan
dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi
ini disebut juga dengan istilah mutu sesuai persepsi ( quality
in perception ).Mutu yang absolut ialah mutu yang
idealismenya tinggi dan harus dipenuhi,berstandar tinggi,

50
51

dengan sifat produk bergengsi tinggi.Mutu yang relatif


bukanlah sebuah akhir, namun sebagai sebuah alat yang telah
ditetapkan atau jasa dinilai, yaitu telah memenuhi standar
yang telah ditetapkan.

Oleh karena langkah dalam mengelola mutu diperlukan


kerangka komponen mutu, hal ini sejalan dengan pendapat oleh
Sullis (2003, 138) bahwa:
Kerangka komponen-komponen mutu meliputi: 1)
Kepemimpinan dan strategi meliputi komitmen, kebijakan
mutu, analisis organisasional, misi dan rencana strategi, serta
kepemimpinan; 2) sistem dan prosedur, meliputi efisiensi
administrative, pemaknaan data, International Standardisert
Organization (ISO) 9001, dan biaya mutu; 3) kerja tim,
meliputi pemberdayaan guru, memanaj diri sendiri,
kelompok, alat bermutu yang digunakan; 4) asesmen diri
sendiri, meliputi asesmen sendiri, memonitoring dan
evakuasi, survey kebutuhan pelanggan, dan pengujian
standar. Semua kegiatan yang dilakukan berfokus kepada
peserta didik.

Mutu lulusan sangat berpengaruh terhadap kinerja kepala


sekolah dan guru, karena mutu akan terwujud dan terlihat dari asfek
mutu/kualitas yang baik. Membangun profil mutu lulusan yang baik
merupakan pekerjaan yang sangat penting bagi kepala sekolah dan
guru, agar dapat terus memperbaiki kualitas mutu lulusan.
Batasan pengertian mengenai mutu lulusan dapat ditegaskan
dengan konsep mutu dan bermutu itu mengandung nilai dan ber-nilai
atau “quality refers to values”. Hal ini sejalan dengan pendapat
Sanusi (2009:97) sebagai berikut:
a. Nilai Teologis adalah nilai ketuhanan atau nilai kepercayaan,
keyakinan dan cara-cara ibadahnya.
b. Nilai Logik adalah tetap-salah/keliru, nilai rasional dan nilai
ilmiah, kesimpulan dan kecocokan/ketepatan data tentang
unsur-unsur dan fungsinya, kinerjanya, antara hubungannya.
c. Nilai Etik adalah nilai baik dan buruk/jahat, kasih sayang,
hormat, sopan, santun, jujur, adil, dalam hubungan antara
manusia, antara kelompok dan lain sebagainya.

51
52

d. Nilai Estetik adalah nilai indah dan jelek, kebersihan,


kemurnian, keanggunan, kemerduan, perbandingan antar bagi
keseluruhan.
e. Nilai Fisik adalah sesuai wujudnya dan nilai fungsional serta
energi atau kehampaan nya, mengenal besar, berat, tinggi,
bentuk, letak, jaraknya, kerasnya, panas.
f. Nilai Teleologik adalah nilai manfaat, nilai kegunaan, nilai
kerusakan atau kehancuran, praktisnya/instrumentalnya,
harganya.
Nilai - nilai dalam kehidupan merupakan hal yang sangat pnting
dalam proses pembelajaran terhadap peserta didik,yaitu ;
a. Nilai Teologis
Nilai teologis bersumber pada ajaran-ajaran agama dalam hal
ini adalah ajaran agama Islam. Iman kepada Allah SWT, Malaikat,
Kitab suci, Rasul, Qada dan Qodar merupakan sumber nilai teologis,
hal ini sejalan dengan pendapat Sanusi, (2015:36). “Manusia tidak
akan mengetahui hakekat keberadaan dirinya kecuali penciptanya.
Pribadi manusia secara utuh sulit dikenali oleh dirinya. Hal ini
disebabkan adanya keterbatasan manusia dalam kebebasan sekaligus
ketidakbebasan dalam diri manusia terdapat keteraturan yang
mengarah pada yang maha pencipta”.
Manusia dapat memperoleh pemahaman mengenai makna
nilai teologi berdasarkan keyakinan yang bertopang pada prinsip
tauhid yakni kesatuan manusiawi yang memiliki keterbatasan dengan
Allah SWT. Al-Quran sebagai wahyu menjadi landasan utama
kegiatan manusia dalam memahami nilai-nilai teologi termasuk
mengenal hakekat pengenalan dirinya terhadap nilai teologi maupun
keberadaan dirinya. Dasar keyakinan untuk berkreatifitas
memahami realitas dirinya sebagai manusia maupun
memahami nilai ketuhanan didasarkan pada satu keyakinan sebagai
pijakan yaitu Allah SWT.
Pemahaman mengenai nilai teologis diobjektifkan dalam

52
53

bentuk perilaku yang sesuai ajaran agama. Manusia mengarahkan


perilaku maupun refleksi tentang realitasnya berdasarkan Al-Quran
dan Al-Hadist sebagai penyadaran kritis sekaligus peringatan bagi
dirinya. Al-Quran sebagai pembentuk kesadaran kritis mengarahkan
manusia pada tujuan penciptaan manusia yaitu untuk beribadah
kepada-Nya. Manusia dalam tindakannya menerima nilai teologis
yang bersumber pada Al-Quran dan Al-Hadist dengan prinsip yang
ideal dan kokoh. Pikiran dan tindakan normatif berimplikasi pada
seluruh aspek kehidupannya.
Pemahaman tentang nilai teologi yang diobjektifkan dalam
bentuk perilaku mengandung dimensi moral yang dimunculkan dalam
ketentuan Allah Swt yang dipatuhi. Prinsip-prinsip etis yang dipatuhi
tidak hanya masalah dosa yang umumnya dipahami sebagai urusan
“manusia dengan Pencipta”. Pelanggaran etika dipahami dalam
dimensi yang luas yaitu tentang bagaimana hakekat tujuan
penciptaan manusia. Tidak bersumber pada pemahaman tanpa adanya
refleksi diri, perenungan yang menghasilkan kesadaran teologis.
Pemahaman nilai melalui proses yang berketuhanan untuk
meningkatkan kesadaran diri dan perilaku yang dibimbing oleh
keimanan dan penalaran seperti dapat dilihat pada gambar berikut:

Kesadaran
diri

Didasari oleh tingkah laku yang


tepat

Dituntun oleh pengetahuan


sejati

Terletak pada pemahaman tentang


hukum- hukum alam dan atau Illahiah

Dibimbing oleh iman dan


penalaran
Gambar 2.1 Intelektualitas berketuhanan

53
54

(diadaptasi dari Oneil: 2008:272)

Berdasarkan konsep tersebut diketahui bahwa pemahaman


terhadap nilai-nilai teologis bersumber dari nilai-nilai agama.
Penggunaan nilai teologis bukan didasarkan pada adanya perintah
yang bersifat moral dalam agama. Manusia memiliki kebebasan
berpikir mengenai apa yang diperintahkan oleh Tuhan YME dan
manusia menyadari hal tersebut. Apa yang dilakukan manusia sebagai
tindakan jujur karena kejujuran tersebut benar. Tuhan maha
mengetahui kebenaran. Manusia memiliki kewajiban untuk
mengetahui aspek kebenaran yang terkandung dalam setiap perintah-
Nya. Pengembangan nilai-nilai karakter yang bersumber pada nilai-
nilai agama dalam praktek-praktek kehidupan dilakukan berdasarkan
penalaran dankeimanan.
b. Nilai Logik
Unsur-unsur nilai dalam hidup manusia antara lain adalah
logika. Nilai Logik berkaitan dengan berpikir, memahami, dan
mengingat adalah pekerjaannya. Pikiran, pemahaman, pengertian,
peringatan (ingat) adalah buahnya. Nilai ini menjadi dasar untuk
berbuat, bertindak sesuai dengan ajaran-Nya. Allah, dalam Al-Quran
banyak berfirman agar manusia berfikir dengan sebutan lubb atau aqal
dalam memahami alam termasuk hakekat keberadaan dirinya dan
Tuhan-Nya dengan keterbatasan yang ada. Nilai-nilai logis rasional
menurut Sanusi (2015:35)” memiliki dimensi seperti kecocokan,
benar, tepat, sesuai kesimpulan cocok”.
Terkait dengan pemebelajaran. nilai-nilai logik seperti kecocokan
antara fakta dengan kesimpulan, tepat sesuai, jelas, nyata, identitas
proses maupun kesimpulan dapat digunakan guna memperkuat
pemebelajaran sebagai sistem yang melandasi pemebelajaran.Strategi
pemebelajaran dirancang berdasarkan logika indutiktif tentang
praktek-praktek belajar yang umumnya berlangsung dengan
menghasilkan inovasi teknologi. Pada jenjang pendidikan diarahkan

54
55

untuk mengoptimalkan fungsi lembaga pendidikan untuk


menghasilkan SDM yang bermutu sesuai dengan yang dibutuh pada
perguruan tinggi.
c. Nilaia Etik
Nilai etik mempunyai arti hormat, dapat dipercaya, adil
semua berkaitan dengan akhlak kita, nilai etik pada saat ini banyak
tidak digunakan baik oleh orang yang bodoh ataupun orang yang
katanya berpendidikan. Allah sangat memperhatikan akhlak dengan
menyebutnya uswatun hasanah (suri tauladan yang baik), hal ini
sejalan dengan pendapat Sanusi (2015:35) “nilai etik terwujud antara
lain dalam hormat, rendah hati, setia, dapat dipercaya jujur dan
bertanggungjawab”.
d. Nilai Estetik

Nilai estetika meliputi keserasian, menarik, manis, keindahan,


cinta kasih. Allah menciptakan Alam bukan hanya bermanfaat tetapi
ada keserasian serta keindahan, keteraturan. Dalam menjalani hidup
kita jangan terlepas dari nilai estetika karena keserasian kita dengan
orang lain dan alam sekitar sangat mendukung kita dalam kehidupan
seperti kasih sayang di antara kita, keharmonisan. Kasih sayang serta
keindahan adalah fitrah manusia yang diberikan oleh Allah.
Pembelajaran yang dilandasi oleh nilai estetika akan lebih
memperhatikan bagaimana harmoni antara perilaku sekolah dan guru
dan peserta didik dalam mewujudkan sekolah bermutu.

e. Nilai Fisik
Nilai fisilologi merupakan fisik pada manusia harus
memaksimalkan fungsi nilai-nilai fisik dalam menjalani kehidupan ini.
Manusia sebagai ciptaan Allah memiliki potensi dan bakat. Di sisi lain
sebagian besar manusia kurang mengoptimalkan potensi dari Allah
yaitu As-Sama’ (pendengaran), Al-Basar (penglihatan), dan Fuad
(hati). As- Sama’ berfungsi berfungsi untuk mendengar ilmu dari orang
lain, Al-Basar berfungsi untuk mengembangkan penemuan ilmu
pengetahuan dan Fuad untuk memfilter ilmu apabila tidak sesuai

55
56

dengan kemanusiaan. Pemahaman manusia terhadap nilai fisik


diwujudkan dalam bentuk perilaku yang mengarahkan diri pada-Nya
serta menghindari terjadinya resiko “tergelincir” akibat nafsu yang
bersifat hewaniah.
Manusia dengan As-Sama (pendengaran), Al-Basar (penglihatan), dan
Fuad (hati) mengarahkan diri agar terus membangun kesadaran diri
terhadap Allah SWT berdasarkan kesadaran untuk menolak dorongan
hewaniah. Upaya untuk mengarahkan “nafs muthmainah” yaitu
dorongan penyadaran diri dilakukan dengan cara mengendalikan nafsu
hewaniah.
Manusia dengan nilai-nilai fisiologi yang melekat pada dirinya
berupaya meningkatkan kemampuan akalnya untuk memahami
realitas. Pada prakteknya Fungsi-fungsi jasmani belum sepenuhnya
mengarahkan diri pada pemahaman mengenai hakekat keberadaan
dirinya dan penyadaran diri kepada Allah. Hal ini tampak dari
perilakunya dalam menghargai bentuk atau fisik. Pada dasarnya
manusia dapat mengoptimalkan fungsi- fungsi jasmani untuk
memahami nilai-nilai fisiologis untuk mengarahkan dirinya pada
Tuhannya. Kesadaran kritis seseorang terhadap nilai-nilai fisiologis,
hakl ini sejalan dengan pendapat Sanusi (2015:36) “nilai-nilai fisiologis
antara lain, ada atau terlahir, berbentuk, ukuran, tampak, terlihat,
berfungsi, berguna, tumbuh, bergerak, berkembang, kokok, kuat, hilang
, hancur dan mati mengarahkan perilakunya”.
Nilai-nilai Fisik tersebut dapat difungsikan untuk memperkuat
manajemen dan strategi pembelajaran, karena merupakan kesadaran
kritis terhadap makna nilai fisiologis tersebut diwujudkan dalam
bentuk perilaku yang terarah pada upaya efektif meningkatkan mutu.
Sebagai contoh kesadaran kritis terhadap nilai seperti tumbuh,
berkembang, kemudian hancur dan pada akhirnya mati, diobjektifkan
dalam bentuk perilaku untuk memperkuat kemitraan secara
berkelanjutan. Kemitraan sebagai sebuah sistem dapat tumbuh,
berkembang, kemudian hancur dan pada akhirnya mati. Oleh karena itu

56
57

nilai yang melandasi pembelajaran serta fungsi-fungsi sistem


pendukung pembelajaran dapat dioperasikan secara berkelanjutan agar
strategi pembelajaran terus berkembang, tumbuh dan tidak hancur
dalam mencapai tujuan.
Kesadaran terhadap adanya unsur-unsur sistem nilai fisik–
fisiologis dalam pembelajaran menjadikan para guru, terus berupaya
agar strategi pembelajaran tetap dapat difungsikan sebagai landasan
untuk mencapai mutu lulusan dalam pendidikan.

g. Nilai Teleologik
Nilai teleologi berkaitan dengan manfaat, efektif, efisien,
produktif dan akuntabel dalam setiap sisi kehidupan. Islam sangat
memperhatikan masalah dan manfaat dalam syariatnya untuk
kepentingan manusia dengan lingkungannya. Banyak larangan dan
kewajiban yang memang hikmahnya menjadikanmanfaat. Nilai-nilai
tersebut terwujud dari perilaku dan akan memperkuat manajemen dan
strategi pembelajaran yang harus memberikan manfaat dilaksanakan
secara efektif dengan penggunaan sumber daya yang efisien.
Produktifitas pembelajaran untuk mendorong beroperasinya sistem
manajemen mutu menjadi salah satu atribut nilai yang menunjukan
perkembangan proses pembelajaran yang lebih efektif dan dalam
pelaksanaannya.
Nilai-nilai tersebut di atas dapat menjadikan seseorang menjadi
berkualitas. Selaras dengan mutu kaitannya dengan mutu institusi
pendidikan, hal ini sejalan dengan pendapat Sanusi (2009:14-16) sebagai
berikut:
a. Kesadaran peserta didik, guru/dosen, pimpinan staff mengenai
budaya mutu.
b. Komitmen mereka pada mutu baku (standart).
c. Motivasi kerja diatas mutu baku.
d. Komunikasikan dan sikap terbuka.
e. Komitmen terhadap tempat kerja dengan zero defect.

57
58

f. Kemampuan setiap pimpinan dan pegawai dalam menjalankan


tugasnya.
g. Informasi mengenai organisasi terbuka luas hamper merata.
h. Komitmen pimpinan memberi teladan membudayakan mutu.
i. Sikap dan upaya perbaikan mutu secara terus menerus.
j. Kemampuan menyelesaikan tugas tepat waktu.
k. Kebiasaan bekerja dalam ikatan tim kesiapan memberikan
kepuasan pada pelanggan internal dan ekternal.
l. Kesiapan memelihara kesetiaan pelanggan internal dan ekternal.
m. Komitmen semua pihak untuk memajukan citra (baik positif dan
negatif) organisasi.

Dari pendapat-pendapat di atas, sesuatu dikatakan bermutu jika


melalui proses input, proses, out put dan out come. Input pendidikan
bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,
menyenangkan, bergembira dan berbobot, hal ini sejalan dengan
pendapat Mulyasana, E (2011:120) bahwa:
Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan
proses pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan
dengan cara membebaskan peserta didik dari ketidak tahuan,
ketidak mampuan, ketidak berdayaan, ketida benaran, ketidak
jujuran, dan dari buruknya akhlak dan keimanan. Pendidikan
bermutu lahir dari sistem perencanaan yang baik (good planning
system) dengan materi dan sistem tata kelola yang baik (good
govermance system) dan disampaikan oleh guru yang baik (good
teacher) dengan komponen pendidikan bermutu.

Sedangkan menurut Sudrajat (2005:17) menyatakan pendidikan


bermutu sebagai berikut:
Pendidikan bermutu yaitu pendidikan yang mampu menghasilkan
lulusan yang mempunyai kompetensi baik secara akademik
maupun kompetensi lainnya dalam bidang kejuruan yang
dilandasi oleh kompetensi individu dan social, serta nilai-nilai
akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan kelayakan hidup
(life skill). Pendidikan bermutu yaiti pendidikan yang mampu
melahirkan manusia yang paripurna dengan pribadi integral
(integrate personality) yaitu; manusia yang mampu

58
59

mengintegralkan segala potensi dan kelebihannya,baik iman, ilmu


dan amal.Namun guna meningkatkan mutu pendidikan, sekolah
harus dituntut menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
yang merupakan fokus utama dalam peningkatan mutu atau
kualitas tertentu.

Mutu lulusan merupakan prestasi pada lemabaga pendidikan hal


ini sejalan dengan pendapat Engkoswara dan Komariyah (2010:313),
bahwa:
“Mutu lulusan (hasil pendidikan) adalah lulusan yang mempunyai
prestasi akademis maupun non akademis. Prestasi (student
achievment) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (UAS,
UKK, hasil ujian nasional dan sebagainya), prestasi akademis
(prestasi di bidang olah raga, seni, dan sebagainya), prestasi
dalam sikap (suasana disiplin, keakraban, saling menghormati dan
lain sebagainya)”.

Dalam sistem pendidikan, lulusan adalah titik puncak untuk


pencapaian tujuan dalam organisasi. Mutu lululusan tidak dapat tercapai
apabila tidak ada mutu di dalam proses, dan isi. Mutu didalam proses
tidak mungkin ada apabila tidak ada atau tanpa tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan serta segala sumber baik sarana dan prasarana
maupun pembiayaan. Pengelola organisasi yang tepat memerlukan
penilaian untuk terus menerus melakukan koreksi dan perbaikan serta
penyempurnaan organisasi dan kompetensi lulusan.

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan pokok permasalahan yang


diteliti, sangat terbatas dan sukar untuk ditemukan, kenyataan ini sebagai
akibat dari adanya keterbatasan pengetahuan dan wawasan peneliti.
Walaupun sangat terbatas hasil penelitian yang sesuai dengan tulisan
yang sedang dikembangkan, akan tetapi paling tidak ada beberapa hasil
penelitian yang dianggap relevan, atau sejalan dengan penelitian ini.
Hasil-hasil penelitian terdahulu yang dianggap sejalan dan relevan

59
60

dengan penelitian ini, lebih banyak ditemui dalam disertasi dan jurnal,
antara lain adalah sebagai berikut;
1. Subandono, (2008); mengadakan suatu penelitian, dengan judul:
Pengaruh Pembelajaran Life Skill Diklat Kimia Produktif dan
Prestasi Belajar Diklat Kewirausahaan Terhadap Minat
Berwirausaha pada Siswa SMA Kimia Industri Theresiana
Semarang. Dari penelitian tersebut mengahsilkan beberapa
kesimpulan yaitu: (a). Pelaksanaan pembelajaran life skill
tergolong kurang baik, 58,70 % siswa memandang bahwa
pelaksanaan pembelajaran life skill pada mata diklat kimia
produktif masih tergolong kurang baik. Pembelajaran lebih
menekankan kecakapan akademik, namun belum sepenuhnya
melatih kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan
vokasional secara baik.(b).Prestasi belajar mata diklat
kewirausahaan tergolong baik, 54,35 % siswa memperoleh
prestasi baik (antara 76-89) dan 45,65 % siswa memperoleh
prestasi cukup (antara 60-75). Minat berwirausaha tergolong baik,
sebanyak 69,57 % siswa memiliki minat berwirausaha yang baik,
karena memiliki kepercayaan diri baik, berorientasi pada tugas
dan hasil, memiliki keberanian mengambil resiko, kepemimpinan
dan orsinil. (c). Hasil analisis regresi menunjukkan
pelaksanaan pembelajaran life skill berpengaruh positif terhadap
minat berwirausaha, sedangkan prestasi belajar diklat
kewirausahaan tidak berpengaruh.
2. Maswan, mengadakan suatu penelitian, dalam (Jurnal Tarbawi,
Vol. 12, No. 2, Juli-Desember 2015) tentang Manajemen
Peningkatan Mutu Sekolah. Gagasan munculnya Manajemen
Peningkatan Mutu Sekolah adalah suatu strategi manajemen
untuk membangun sebuah sekolah dengan kekuatan sendiri.
Maksudnya potensi yang ada dalam sistem persekolahan tersebut
diberdayakan secara maksimal agar menghasilkan mutu
lulusannya. Dalam konsep manajemen, berarti pemimpin atau

60
61

leader mampu menggerakkan semua komponen sekolah agar


mampu mengaplikasikan semua potensi secara maksimal,
sinergis, dan berkesinambugan dalam lembaga tersebut. Dalam
konsep manajerial,kepala sekolah sebagai top leader membangun
sistem orgaisasi agar mampu meningkatkan mutu sekolah yang
dipimpinnya dengan upaya-upaya untuk: “(a) Mengendalikan
proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun
administrasi; (b) Melibatkan proses diagnosa dan proses tindakan
untuk menindaklanjuti diagnosa; dan (c) Memerlukan partisipasi
semua pihak: guru, staf administrasi, siswa, orang tua dan
pakar.”Metode penulisan artikel ini menggunakan pendekatan
analisis, dari berbagai refensi secara konseptual. Selain itu juga
menggunakan penggalian data melalui data empiris dengan
analisa faktual yang aada dalamkehidupan, terutama di lembaga
pendidikan (sekolah) untuk meningkatkan mutu pendidikan
sangattergantung pada pemimpinnya (kepala sekolah).. Sebagai
leader maka kepala sekolah harus: (a) Lebih banyak
mengarahkan. (b) Lebih bersandar pada kerjasama dalam
menjalankan tugas, (c) Senantiasa menanamkan kepercayaan pada
diri guru dan staf administrasi, (d) Senantiasa menunjukkan
bagaimana cara melakukan sesuatu, (e) Senantiasa
mengembangkan suasana antusias, dan (f) Senantiasa
memperbaiki kesalahan yang ada.Dalam jurnal tersebut
memaparkan tentang manajemen peningkatan mutu sekolah.
Sedangkan tesis penelitian yang akan saya tulis tentang
manajemen dalam meningkatkan mutu pendidikan di jurusan
Progrm Keagamaan.
3. Suharsono, dkk. (2009) meneliti tentang Model Pembelajaran
Multimedia dengan CD Interaktif untuk Menumbuhkan Budaya
Kewirausahaan di Perguruan Tinggi. Dari penelitian tersebut
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut(a). Hasil analisis isi
terhadap data kualitatif secara umum menunjukkan adanya

61
62

keberhasilan uji empirik perangkat produk pembelajaran yang


dihasilkan dan kadar interaktif komponen program multimedia
yang dikembangkan.(b). Dari analisis data kuantitatif hasil belajar
mahasiswa, ditemukan adanya pengaruh yang signifikan dari
usaha menyelesaikan tugas latihan yang diskenariokan dalam
program dengan kemajuan belajar kewirausahaan baik dari aspek
proses maupun hasil belajar yang dicapai siswa.
4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tasimin, (2004)” Strategi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SBI SMP N 2
Semarang” . Fokus dari penelitian ini mengenai bagaimana proses
pembelajaran dan hanya terbatas mengenai strategi yang
digunakan, fokus penelitian ini mengamati proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah yang bertaraf
Internasional.

62
63

BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

A. Pendekatan dan MetodePenelitian

1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang diimplementasikan dalam penelitian ini adalah
kualitatif yang mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
persepsi, pemikiran informant atau kejadian di SMAN Jakarta secara
komprehensif, integratif dan terbuka, serta menarik perhatian untuk
diteliti. Pendekatan ini digunakan untuk “menemukan karakteristik
esensial-holistik berdasarkan kualitatif bertolak dari pandangan
naturalisme bahwa kenyataan bersifat menyeluruh, terintegrasi, dan
terbuka, hal ini sejalan dengan pendapat Sukmadinata 2005:60), atau
dengan kata lain tujuan pendekatan dalam penelitian ini yaitu“to describe
and to explore” serta “to describe and to explain” Manajemen dan Strategi
Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu lulusan yang siap masuk
Perguruan Tinggi di SMAN Jakarta, sehingga berdampak pada
meningkatkan mutu lulusan, hal ini sejalan dengan pendapat Erickson
dalam Susan Stainback (2003) dalam Sugiyono (2009: 22) menyatakan
bahwa:
Ciri-ciri pendekatan kualitatif adalah: (a). Intensive, long term
participation in field setting. (b). Careful recording of what
happens in the setting by writing field notes and interview notes by
collecting other kinds of documentary evidence. (c). Analytic
reflection on the documentary records obtained in the field. (d).
Reporting the result by means of detailed descriptions, direct
quotes from interview, and interpretative commentary.

Berdasarkan pernyataan di atas, penelitian kualitatif merupakan


partisipasi intensif peneliti di SMAN Jakarta dalam kurun waktu lebih
dari 6 bulan, yang merekam segala kejadian, merefleksikan analisis
terhadap rekaman kejadian, melaporkan hasil dengan deskripsi mendetail,
menginterpretasi komentar-komentar, pendapat, pemikiran, serta persepsi

63
64

partisipan atau orang-orang yang diwawancarai dan diobservasi, yang


berhubungan dengan Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
meningkatkan Mutu lulusan yang siap masuk perguruan tinggi di SMAN
Jakarta sehingga berdampak pada meningkatkan mutu lulusan. Hal ini
sesuai dengan Sukmadinata (2006: 94) yang mengemukakan bahwa :

penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-


fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan atau orang-orang
yang diwawancarai dan diobservasi dalam memberikan data,
pendapat, pemikiran, serta persepsinya.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, metode ini digunakan
untuk pemecahan masalah yang diteliti dimana penelitian ini ditujukan
untuk menggali data dan informasi yang berkaitan dengan manajemen
Sumber Daya Manusia SMAN dalam peningkatan mutu pendidikan.
Untuk mendapatkan data yang objektif dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode dan teknik pengumpulan data tertentu. Metode ini
digunakan sesuai dengan tujuan utama dari penelitian yakni untuk
mendeskripsikan Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk
meningkatkan Mutu lulusan Yang siap masul perguruan Tinggi di SMAN
Jakarta.

Dengan karakteristik penelitian kualitatif yang dikemukakan


diatas, maka untuk penelitian ini peneliti secara langsung berhubungan
dengan sumber data untuk melakukan pengamatan sambil berpartisipasi
dengan metode tersebut agar dapat menghasilkan data yang lebih terinci,
hal ini sejalan dengan pendapat M.Q. Platton dalam Nasution (1996: 60)
“participant observation is the most comprehensive of research strategis”.
Penelitian kualitatif harus terhindar dari pengaruh bias pribadi terhadap
objek penelitian, untuk itu perlu disusun catatan rinci tentang informasi
yang di peroleh dari lapangan secara lengkap dan akurat, karena hal ini
sangat penting dilakukan untuk langkah analisis berikutnya.

64
65

Berdasarkan pendapat di atas bahwa penelitian dengan


menggunakan pendekatan kualitatif lebih mengutamakan kemampun
peneliti untuk mengungkapkan dan mengamati interaksi perilaku manusia
dalam setting kehidupan sebagaimana adanya tanpa memanipulasi dan
diatur atau direkayasa sesui dengan keinginan peneliti.

B. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi.

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh


data secara langsung dan utuh. Dalam tiap pengamatan harus selalu
dikaitkan dua hal yaitu informasi (apa yang terjadi) dan konteks yaitu
hal-hal ini sejalan dengan pendapat Nasution,(1988:58) bahwa:

Teknik observasi dilakukan secara langsung dan tidak langsung


mengamati semua kegiatan sekolah dari Kepala Sekolah hingga guru
yang bersertifikasi, data yang diharapkan adalah pelaksanaan
kompetensi utama guru yang terintegrasi dalam kinerja guru dalam
kegiatan hasil pembelajaran di dalam kelas dan diluar kelas.
Observasi dilakukan dalam upaya mendapatkan data atas
pengamatan langsung maupun tidak langsung yang meliputi : (1)
Landasan yang dijadikan acuan oleh guru dalam melaksanakan tugas
profesinya pada SMAN 67 dan SMAN 48 di DKI Jakarta. (2) Alasan
menggunakan acuan standar kinerja tersebut dalam upaya
meningkatkan mutu hasil pembelajaran pada SMA Negeri di DKI
Jakarta.(3) Pelaksanaan standar kompetensi pedagogik dan profesional
dalam upaya meningkatkan mutu hasil pembelajaran pada SMA
Negeri di DKI Jakarta.(4) Hasil dari kinerja guru dalam upaya
meningkatkan mutu hasil pembelajaran pada SMA Negeri di DKI
Jakarta.(5) Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan standar
kompetensi pedagogik dan profesional dalam upaya meningkatkan
mutu hasil pembelajaran pada SMA Negeri di DKI Jakarta dan solusi

65
66

mengatasinya.

b. Wawancara.

Teknik wawancara dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara


berstruktur dan tak berstruktur. Adapun isi wawancara ini meliputi :
(1) Pengalaman dan perbuatan responden. (2) Pendapat, pandangan,
tanggapan, tafsiran tentang sesuatu.(3) Perasaan, respons emosional
yakni apakah merasa cemas, gembira, curiga.(4) Pengetahuan yakni
fakta-fakta yang diketahuinya tentang sesuatu.(5) Penginderaan yakni
apa yang dilihat, didengar, diraba diuraikan secara deskriiptif.(6) Latar
belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga.

Prosedur wawancara ditempuh dengan langkah-langkah sebagai


berikut: (1) Menyusun rencana secara menyeluruh dengan
memperhatikan perumusan aspek-aspek yang ,meliputi masalah
pokok, tujuan, variabel, jenis data yang dikehendaki.(2) Memilih
Responden.(3) Menyusun pertanyaan.(4) Melakukan revisi. (5)
Membuat catatan lapangan .(6) Melaksanakan wawancara.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dalam upaya


mendapatkan data langsung dari para responden yang terkait dengan
judul penelitian. Wawancara akan dilakukan kepada : (1) Pengawas
Dinas Pendidikan DKI Jakarta berkaitan dengan standar kinerja guru,
pengaplikasiannya, problematika yang dihadapi dan solusinya dalam
upaya meningkatkan mutu hasil pembelajaran pada SMAN di DKI
Jakarta.(2) Kepala SMA Negeri di DKI Jakarta berkaitan dengan
standar kinerja guru, pengaplikasiannya, problematika yang dihadapi
dan solusinya dalam upaya meningkatkan mutu hasil pembelajaran
pada SMA Negeri di DKI Jakarta.(3) Ketua Komite sekolah berkaitan
dengan standar kinerja guru, pengaplikasiannya, problematika yang
dihadapi dan solusinya, dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran
pada SMA Negeri di Jakarta.(4) Guru mata pelajaran MIPA yang
sudah berkaitan dengan standar kinerja guru, pengaplikasiannya,
problematika yang dihadapi dan solusinya dalam upaya

66
67

meningkatkan mutu hasil pembelajaran pada SMA Negeri di Jakarta .


(5) Siswa kelas .XII, berkaitan dengan Manajemen dan Strategi
Pembelajaran untuk meningkatkan Mutu lulusan Yang siap Lanjut
perguruan Tinggi di SMA Provinsi DKI Jakarta.

c. Studi Dokumentasi.

Teknik dokumentasi dilakukan untuk memperoleh sejumlah data


dan informasi yang berkenaan dengan gambaran benda-benda yang
dijadikan alat dalam proses pelaksanaan. Sasaran studi dokumentasi
meliputi manajemen pembelajaran partisipatif. Dokumen guru yang
diteliti meliputi : (a). Program kerja pengawas sekolah, Kepala
Sekolah,dan ketua Komite sekolah serta program kerja guru (b). Visi,
misi, strategi dan tujuan sekolah.(c). Absensi guru dan siswa, (d).
Laporan kegiatan guru sekolah. (e). Jumlah Lulusan yang masuk ke
perguruan tinggi dan daftar nilai US.(f). Daya serap siswa.(g).
Kegiatan intrakulikuer dan ekstrakurikuler dan metode
pembelajarannya.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk dapat memahami makna dan penafsiran terhadap fenomena


dan interaksi di tempat penelitian, dibutuhkan keterlibatan dan
penghayatan langsung peneliti terhadap subjek di lapangan. Artinya
peneliti sendiri sebagai instrumen kunci (human instrument) dalam
mengumpulkan data primer dan data sekunder di sekolah.

Peneliti sebagai alat peneliti atau instrumen, hal ini sejalan dengan
pendapat Nasution, (2002:34), bahwa :

Peneliti merupakan instrumen yang utama dalam penelitian


kualitatif. Peneliti sebagai alat penelitian sangatlah penting dalam
menentukan hasil penelitian. Dalam proses penelitian berlangsung
ia harus mampu berinteraksi dan beraadaptasi dengan subjek
penelitian. Hal ini sangat penting mengingat peneliti harus mampu
mengumpulkan data secara objektif, sehingga data primer harus
langsung diperoleh oleh peneliti dengan kemampuannya dalam
berinteraksi dan beradaptasi dengan subjek atau tempat
berlangsungnya penelitian dilaksanakan,

67
68

hal ini sejalan dengan pendapat Lincoln dan Guba (1985:193-194)


bahwa :
Ada beberapa alasan mengapa manusia sebagai instrumen
utama dalam penelitian kualitatif: Pertama,peneliti sebagai
instrumen dapat berinteraksi dengan responden dan
lingkungan yang ada. Kedua, peneliti dapat menyesuaikan
diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat memahami
situasi dalam segala seluk-beluknya.Ketiga, peneliti dapat
merasakan, memahami, dan mendalami secarakompeten
dan simultan atas aneka peristiwa dan fenomena yang
muncul secara kontekstual atau melalui proses interaksi.
Keempat, dengan adanya peneliti sebagai instrumen utama
memungkinkan fenomena dan respon yang berbeda (aneh)
atau menyimpang, bahkan bertentangan dapat digali lebih
jauh dan mendalam.\Kelima, hanya peneliti sebagai
instrumen yang dapat mengambil kesimpulan berdasarkan
data yang dikumpulkan pada saat tertentu dan dapat
menggunakannya secara segera sebagai umpan balik untuk
memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan, atau
penolakan atas aneka fenomena yang diperoleh dari
responden.
B. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Peneliti memilih lokasi di dua sekolah yaitu SMAN 67 dan SMAN


48 di Provinsi DKI Jakarta,alasan memilih lokasi tersebut adalah kedua
sekolah tersebut diminati masyarakat dan mutu kelulusan 100%, untuk
lanjut PTN 80%, selain itu tempat penelitian dekat dari tempat tinggal dan
menghemat biaya penelitian, kedua sekolah tersebut memiliki mutu
lulusan yang terbaik dan masyarakat sangat berharap dapat sekolah di
Lembaga tersebut.

Penempatan tempat penelitian ini didasarkan pada penelitian studi


pendahuluan yang dilaksanakan peneliti, penelitian ini dilakukan terhadap
para kepala sekolah, guru BK ,guru Matematika, Pengawas, komite SMA
dan siswa.

2. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada SMA Negeri di Jakarta dengan


pengambilan data menggunakan purposive sampling, hal ini sejalan

68
69

dengan pendapat Nasution (1988:29 )

Purposive sampling adalah teknik pengumpulan sample


didasarkan atas pemilihan peneliti tentang aspek apa dan siapa
yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan karena itu terus
menerus sepanjang penelitian sampling bersifat purposive yakni
tergantung pada tujuan fokus suatu saat.

Subjek penelitian ini meliputi Kepala SMAN 67 dan SMAN 48


Jakarta, satu orang pengawas Dinas Pendidikan DKI Jakarta, tiga orang
Ketua Komite SMA dan masing-masing 3 orang guru dari mata pelajaran
MIPA dari masing-masing SMA serta beberapa siswa/i jurusan MIPA dan
yang mengambil kegiatan exsrakurikuler Rohani Islam.
Untuk mendapatkan data ini memerlukan waktu yang relatif cukup
lama serta kesabaran dan kehati hatian dalam mengumpulkan data yang
diperlukan, yaitu yang berkenaan dengan Manajemen dan Strategi
Pembelajaran untuk meningkatkan Mutu lulusan Yang siap lanjut
perguruan Tinggi di SMA DKI Jakarta.

C. Teknik Analisis Data


Pada analisa data dilakukan berdasarkan interaksi model pada
analisa data.Pada model ini terdapat empat komponen yang saling
berinteraksi, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Apabila kesimpulan dianggap masih kurang maka
peneliti akan kembali kelapangan untuk mengumpulkan data sehinggga
kegiatan ini merupakan siklus yang berulang.
Teknik dan analisis data kualitatif memiliki langkah-langkah
penelitian sebagai berikut:
a. Persiapan Peneliti
b. Pemilihan topik dan permasalahan yang akan diteliti
c. Melakukan survey lokasi dan subjek penelitian
d. Melaksanakan pendalaman sumber/materi yang berhubungan dengan
problem penelitian
e. Menyusun desain penelitian, pedoman interview

69
70

f. Membuat pengajuan permohonan surat ijin penelitian kepada semua


pihak yang terkait dalam penelitian.

1. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian disini dilakukan dengan tiga tahap, hal ini
sejalan dengan pendapat Nasution, (2003:33) yaitu:
a. Tahap Orientasi
Bertujuan untuk memperoleh gambaran secara dan jelas
mengenai masalah yang akan diteliti. Pada tahapan ini peneliti
melakukan berbagai kegiatan: (1) observasi awal atau penjajakan
lapangan untuk memperoleh gambaran permasalahan dan upaya
menentukan subjek sejak dini; (2) melakukan pendalaman
masalah/problem; dan (3) memilih dan menetapkan lokasi yang
relevan.
b. Tahap Ekplorasi
Tahapan eksplorasi ini merupakan tahapan sesungguhnya
dalam proses pengumpulan data sesuai dengan fokus dan tujuan
penelitian yang telah ditetapkan. Tahapan ini merupakan implementasi
kegiatan pengumpulan data yang meliputi; (1) melakukan wawancara
secara insentif dengan pengawas, kepala sekolah, guru, dan siswa; (2)
melakukan observasi terhadap pelaksanaan berbagai kegiatan; dan (3)
melakukan studi dokumentasi terhadap pelaksanaan supervisi.
c. Tahap Member Check
Tahapan member cek ini merupakan tahapan yang dilakukan
untuk mengecek keabsahan atau kebenaran data atau informasi-
informasi yang telah dikumpulkan agar hasil penelitian dapat
dipercaya. Adapun tujuan dari tahapan member cek adalah untuk dapat
menguji validitas, reliabilitas dan objektivitas. Selain itu pula penulis
dapat meminta sumber informasi dan persetujuan kepada informan
intuk mengoreksi catatan hasil dari lapangan baik berupa data
observasi, wawancara dan trigulasi kepada infrorman atau reponden.
Dengan demikian tujuan member cek agar dapat menguji validitas,

70
71

realibilitas dan objektivitas.


Dalam penelitian kualitatif ini, data diperoleh dari berbagai
sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang
bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus
sampai datanya jenuh.Untuk teknik analisis data kualitatif, Bogdan
(dalam Sugiyono, 2009:88) menyatakan:
Data alanisys is the process of systematically searching and
arrangingthe interview transcripts, fieldnotes, and orther
materials that you accumulate to increase your own
understanding of them and to enable you to present what you
have discovered to others.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan tamunya
dapat diinformasikan kepada orang lain. Selanjutnya Sugiyono (2009:
89) menyatakan:“Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan
sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan; dan setelah
selesai di lapangan”.
Selama dilapangan yang dilakukan adalah: (1).Mempersempit
fokus studi, menetapkan tipe studi; (2). Mengembangkan secara terus
menerus pertanyaan analitik; (3). Menuliskan komentar peneliti sendiri;
(4). Upaya penjagaan tentang ide dan tema penelitian pada subjek
sebagai analisis penjagaan; 5). Membaca kembali pustaka yang relevan
selama di lapangan; (6). Menggunakan metaphora, analogi dan konsep.

D. Keabsahan Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil dan interpretasi temuan penelitian agar sesuai
dengan realita di lapangan pada SMAN 67 dan SMAN 48 Jakarta, maka
hasil analisis dan interpretasi data penelitian itu, akan dikonfirmasikan
dengan uji keabsahan data.Uji keabsahan data meliputi: uji credibility
(validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability
(reliabilitas) dan confirmability (objektivitas) (Sugiyono, 2009:121), dengan
rincian sebagai berikut:

71
72

1. Kredibilitas (credibility)
Kredibilitas atau derajat kepercayaan merupakan salah satu
ukuran tentang kebenaran (the truth value) data yang dikumpulkan.
Dalam penelitian ini bermasud untuk menggambarkan konsep penelitian
dengan konsep yang ada pada responden atau narasumber. Untuk
mencapai hal tersebut dalam penelitian ini dilakukan, antara lain:
a. Perpanjangan pengamatan, mengulang ke lapangan melakukan
wawancara kembali tentang rencana mengagendakan data secara rutin
melakukan pertemuan/rapat yang akan datang kemudian pula
mencocokkan kembali data serta memperluas dan memperdalam data.
b. Meningkatkan ketekunan, pengamatan terhadap sumber data di
lapangan dilakukan dengan lebih cermat dan berkesinambungan sesuai
dengan urutan peristiwa. Seperti untuk sumber data bagaimana
terwujudnya metode pembelajaran mulai dari pendekatan terhadap
proses mengajar kemudian diproses sampai pada pemilihan materi
pokok pemebelajaran terhadap kompetensi dasar.
c. Tringgulasi, bertujuan mengecek kebenaran data dengan
membandingkan terhadap data yang diperoleh dari sumber lain, atau
dengan melalui teknik berada dan atau melalui kondisi yang
berbeda.Sebagaimana dikemukakan Wiliam Wiersma dalam
(Sugiyono, 2009:125): “Triangulationis qualitative cross-validitation.
Is assesses the sufficiency of data according to convergence of
multiple data sources or multiple data collection procedures”.
Triangulasi dalam pengujuankredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat trianggulasi sumber,
trianggulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
Adapun yang dimaksud sumber, triangulasi teknik pengumpulan
oleh banyak orang menurut Sugiyono (2009: 131) seperti yang di
kemukakan bahwa:
Agar kebenaran dan objektivitas hasil penelitian dapat
dipertanggungjawabkan (akuntabilitas), dilakukan dengan cara

72
73

audittrai”, yakni dengan melakukan pemeriksaan ulang sekaligus


konfirmasi untuk menyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkan
dapat dipercaya keabsahannya dan sesuai dengan kenyataan.

Upaya-upaya yang lain dilakukan peneliti, adalah sebagai berikut:


a. Data mentah yang diperoleh dari hasil rekapitulasi baik berupa
rekaman, catatan, akan disusun dengan selengkap mungkin, untuk
digunakan sebagai bahan analisis selanjutnya;
b. Menyusun bagian-bagian analisis atau ketegori informan dan
mendeskripsikan dengan menyeleksi, kemudian merangkum dalam
bentuk deskripsi yang lebih sistematis
c. Membuat hasil sintesa data berupa kesesuaian tema, tujuan penelitian,
penafsiran dan kesimpulan;
d. Melaporkan seluruh proses penelitian sejak pra survey dan penyusunan
disain pengolahan data hasil penelitian secara utuh dalam bentuk
disertasi dan telah diuji kelayakannya.
2. Transferabilitas (transferability)
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian. Nilai transfer dan laporan penelitian
tersebut harus memberikan uraian yang jelas, rinci, sistematis, dan dapat
dipercaya.

E. Kisi-kisi Penelitian
Penyusunan kisi-kisi instrumen sesuai pendapat G.R Terry (2010:16)
bahwa:
Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
serta sumber-sumber yang lainnya.

73
74

Tabel 3.1 Kisi Kisi Penelitian

No Tujuan Sumber Teknik


Indikator Penelitian
. Penelitian Data Penelitian
1 Untuk a. Bagaimana Perencanaan Informa Wawancara
mengetahui Manajemen dan strategi n

Perencanaan pembelajaran Pada SMAN 67

Manajemen dan 48 Jakarta ?

dan Strategi b. Apa Tujuan Perencanaan

Pembelajaran Manajemen dan strategi

dalam pembelajaran Pada SMAN 67

meningkatkan dan 48 Jakarta ?

Mutu lulusan c. Apa Manfaat Perencanaan

Yang siap Manajemen dan strategi

lanjut pembelajaran Pada SMAN 67

perguruan dan 48 Jakarta ?

Tinggi d. Bagaimana Perencanaan Strategi


Pembelajaran Pada SMAN 67
dan 48 dan 48 Jakarta ?
e. Apa Tujuan Perencanaan
Strategi Pembelajaran Pada
SMAN 67 dan SMAN 48
Jakarta ?
f. Apa Manfaat Perencanaan
Strategi Pembelajaran Pada
SMAN 67 dan SMAN 48
Jakarta ?

2 Untuk a. Bagaimana Pelaksanaan Informa Wawancara


mengetahui Manajemen dan strategi n dan
pelaksanaan pembelajaran Pada SMAN 67 dokumentasi
Manajemen dan SMAN 48 Jakarta ?
dan Strategi b. Apa Tujuan Pelaksanaan
Pembelajaran Manajemen dan strategi

74
75

untuk pembelajaran Pada SMAN 67


meningkatkan dan SMAN 48 Jakarta ?
Mutu lulusan c. Apa Manfaat pelaksanaan
Yang siap Manajemen Stategik Pada
masuk SMAN 67 dan SMAN 48
perguruan Jakarta ?
Tinggi d. Bagaimana Pelaksanaan Strtegi
Pembelajaran Pada SMAN 67
dan SMAN 48 Jakarta ?
e. Apa Tujuan Pelaksanaan
Strategi Pembelajaran Pada
SMAN 67 dan SMAN 48
Jakarta ?
f. Apa Manfaat Pelaksanaan
strategi Pembelajaran Pada
SMAN 67 dan SMAN 48
Jakarta ?
3 Untuk a. Bagaimana Penilaian Informa Wawancara,
mengetahui Manajemen dan strategi n observasi
Penilaian pembelajaran Pada SMAN 67 dan
Manajemen dan SMAN 48 Jakarta ? dokumentasi
dan Strategi b. Apa Tujuan Penilaian
Pembelajaran Manajemen dan strategi
untuk pembelajaran Pada SMAN 67
meningkatkan dan SMAN 48 Jakarta ?
Mutu lulusan c. Apa Manfaat Penilaian an
Yang siap Manajemen dan strategi
masuk pembelajaran Pada SMAN 67
perguruan dan SMAN 48 Jakarta ?
Tinggi d. Bagaimana Penilaian strategi
Pembelajaran Pada SMAN 67
dan SMA 48 Jakarta ?
e. Apa Tujuan Penilaian Strategi
Pembelajaran Pada SMAN 67
dan SMAN 48 Jakarta ?
f. Apa Manfaat Penilaian strtegi
Pembelajaran Pada SMAN 67
dan SMAN 48 Jakarta ?

75
76

4 Untuk a. Hambatan apa dalam Informa Wawancara


mengetahui Manajemen dan strategi n
Hambatan pembelajaran Pada SMAN
Manajemen 67 dan SMAN 48 Jakarta?
dan Strategi b. Bagaimana Hambatan
Pembelajaran SDM Pada SMAN 67 dan
untuk SMAN 48 Jakarta ?
meningkatkan c. Apa saja hambatan SDM
Mutu lulusan Pada SMAN 67 dan SMAN
Yang siap 48 Jakarta ?
masuk d. Bagaimana hambatan SDM
perguruan dalam strategi Pembelajaran
Tinggi Pada SMAN 67 dan SMAN
48 Jakarta ?
e. Apa saja hambatan SDM
dalam Pembelajaran Pada
SMAN 67 dan SMAN 48
Jakarta ?
f. Bagaimana hambatan
anggaran dalam
pembelajaran Pada SMAN
67 dan SMAN 48 Jakarta
g. Bagaimana hambatan sarana
prasaran dalam
pembelajaran Pada SMAN
67 dan SMAN 48 Jakarta
h. Bagaimana hambatan mutu
lulusan Pada SMAN 67
dan SMAN 48 Jakarta ?
i. Berapa persen setiap tahun
yang melanjutkan ke
perguruan tinggi ?
j. Apa yang menjadi
hambatannya ?

76
77

5 Untuk a. Bagaimana solusi SDM Pada Informa Wawancara


mengetahui SMAN 67 dan SMAN 48 n
Solusi Jakarta ?
Manajemen b. Apa saja solusi SDM Pada
dan Strategi SMAN 67 dan SMAN 48 Jakarta
Pembelajaran ?
untuk c. Bagaimana solusi SDM dalam
meningkatkan Pembelajaran Pada SMAN 67 dan
Mutu lulusan SMAN 48 Jakarta ?
Yang siap d. Apa saja solusi SDM dalam
masuk Pembelajaran Pada SMAN 67
perguruan dan SMAN 48 Jakarta ?
Tinggi. e. Bagaimana solusi h anggaran
dalam pembelajaran Pada SMAN
67 dan SMAN 48 Jakarta?
f. Bagaimana solusi sarana prasaran
dalam pembelajaran Pada SMAN
67 dan SMAN 48 Jakarta?
g. Bagaimana solusi mutu lulusan
Pada SMAN 67 dan SMAN 48
Jakarta?
h. Berapa persen setiap tahun yang
melanjutkan ke perguruan tinggi
bagaimana solusinya ?

77
Langkah Penelitian
No Fokus Penelitian Pertanyaan Penelitian Sumber Data
DO DW DD

1 Bagaimana Perencanaan Manajemen 1. Bagaimana hubungan Visi Misi Tujuan 1. KepalaSekolah   


dan Strategi Pembelajaran untuk dan CapaianSekolah? 2. W.K,Sekolah   
meningkatkan Mutu lulusan siap lanjut 2. Bagaimana Pra Rencana dalam   
3. Guru
Pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri Manajemen dan Strategi Pembelajaran
dan Ikatan Dinas”.? untuk meningkatkan Mutu lulusan siap 4. Bimbingan Konseling   
lanjut Pendidikan ke Perguruan Tinggi 5. Siswa   
Negeri dan Ikatan Dinas”.?
6. Komite Sekolah   
3. BagaimanaHasilEvaluasiSebelumnya?
4. Bagaimana Rencana Pengembangan
Kedepan ?
5. ApaMekanismeyangakanditetapkan?

DO : Dokumen Observasi, DW : Dokumen Wawancara dan DD : Dokumen Dokumentasi

63
Langkah Penelitian
No Fokus Penelitian Pertanyaan Penelitian Sumber Data
DO DW DD
2 Bagaimana Pengorganisasia 1. Bagaimana Struktur 1. KepalaSekolah   
Manajemen dan Strategi OrganisasiSekolah? 2. W.K,Sekolah   
Pembelajaran untuk 2. Bagaimana Tupoksi Satuan 3. Guru   
4. BimbinganKonseling   
meningkatkan Mutu lulusan siap Organisasi Sekolah?
5 Siswa   
3. Bagaimana Proporsi
5. Komite Sekolah   
Penempatan
PersonalitySekolah?
4. Bagaimana Proporsisi dalam
Lingkup Sekolah?

DO : Dokumen Observasi, DW : Dokumen Wawancara dan DD : Dokumen Dokumentasi

64
Langkah
No Fokus Penelitian Pertanyaan Penelitian Sumber Data
Penelitian
DO DW DD

3 Bagaimana Pelaksanaan 1. Bagaimana Pelaksanaan secara 8 1. KepalaSekolah   


Manajemen dan Strategi Standar Pendidikan? 2. W.K,Sekolah   
Pembelajaran untuk meningkatkan 2. Bagaimana Pelaksanaan 3. Guru   
Mutu lulusan siap lanjut Pembelajaran?strategi apa saja
Pendidikan ke Perguruan Tinggi yang dilakukan sekolah?
Negeri dan Ikatan Dinas”.? 3. Bagaimana pelaksanaan

65
Pendidikan ke Perguruan Tinggi Pembelajaran yang dilaksanakan 4. BimbinganKonseling   
Negeri dan Ikatan Dinas? untuk mencapai siswa mampu lulus dan 5. Siswa   
lanjut pendidikan ke perguruan tinggi?   
6. KomiteSekolah
media apa saja yang digunakan
dalam pembelajaran?
4. Bagaimana Sistem Pelaksanaan
yang diterapkandalammutu
lulusan siap lanjut Pendidikan
Tinggi Negeri dan Ikatan Dinas?
5. Apa Yang Menjadi Nilai dan
Capaian Nilai Untuk Sekolah.
Kepala Sekolah, Guru,
Bimbingan Konseling, Komite
Sekolah dan Siswa dari

DO : Dokumen Observasi, DW : Dokumen Wawancara dan DD : Dokumen Dokumentasi

66
Langkah Penelitian
No Fokus Penelitian Pertanyaan Penelitian Sumber Data
DO DW DD
4 Bagaimana Pengawasa 1. Bagaimana Pengawasan 1. KepalaSekolah   
Manajemen dan Strategi terhadap 2. W.K,Sekolah   
Pembelajaran untuk meningkatkan Perencanaan yang ditetapkan? 4. BimbinganKonseling   
2. Bagaimana Pengawasan   
5. Siswa
Terhadap   
6. KomiteSekolah
Organisasi?
3. Bagaimana Pengawasan
Terhadap

DO : Dokumen Observasi, DW : Dokumen Wawancara dan DD : Dokumen Dokumentasi

67
87

F. Teknik PengumpulanData
1. Wawancara.

Wawancara dikembangkan dalam penelitian ini untuk


memperoleh respon secara partisipatif dalam penjabaran terkait
penelitian yang menyangkut proses “Manajemen dan Strategi
Pembelajaran untuk meningkatkan Mutu lulusan siap lanjut
Pendidikan ke Perguruan Tinggi.” Komponen wawancara dibangun
guna memberikan masukan dan gambaran secara luas atas
pemahaman lingkup penelitian secara obyek yang ditentukan
berdasarkan kapasitas dan objektifitas yang jelas. Kepala Sekolah
sebagai pemangku kebijakan dalam pengelolaan kegiatan
pembelajaran disekolah menjadi nilai faktor penentu dalam lingkup
pelaksanaan wawancara. Sementara sebagai fokus di tujukan kepada
Staf Hubungan mutu lulusan dan lanjut pendidikan sebagai Satuan
Pelaksanaan Teknik Pendidikan Menengah Atas Siap Lanjut
Pendidikan Ke Perguruan Tinggi. Dalam mengembangkan sistem
proses penerapan pengembangan sistem Manajemen dan Strategi
Pembelajaran untuk meningkatkan Mutu lulusan siap lanjut
Pendidikan ke Perguruan Tinggi .

“ Pelaksanaan teknik wawancara sendiri diperkuat dengan


masukan dari Staf Hubungan Tenaga Kependidikan (TU) dalam
bidang hubungan antara sekolah , instansi Perguruan Tinggi dan
kepala sekolah serta guru dan siswa sebagai obyek pengembangan
nilai dari prinsip penelitian yang dikembangkan terkait “Manajemen
dan Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu Lulusan Yang
Siap Lanjut Pendidkan Ke Perguruan Tinggi”.
2. Observasi.
Bagian mendasar dalam penelitian kualitatif adalah observasi
dengan ruang lingkup secara luas akan bentuk fenomena terkait
penelitian yang dilaksanakan. Komponen tersebut terfokus kepada

87
88

nilai induktif dari sumber daya di lingkungan Pendidikan Menengah


dalam pengembangan nilai proses penerapan pengembangan
“Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu
Lulusan Yang Siap Lanjut Pendidkan Ke Perguruan Tinggi”.yang
dilaksanakannya secara penatakelolaan dalam lingkup manajemen
yang tersetruktur. Nilai observasi sendiri secara luas adalah melihat
komponen secara mendasar akan lingkup penelitian yang
dilaksanakan, terkait hal tersebut semua sumber dasar baik yang
bersifat data primer, sekunder dan pendukung lainya di himpun
menjadi indikator pelaksanaan teknik penelitian yang akan
dilaksanakan.
keterkaitan nilai akan fokus penelitian menjadi catatan
mendasar peneliti dalam mengoptimalisasi nilai-nilai penjabaran yang
akan dikemukakan. Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati (2016:133)
mengatakan,
teknik pengumpulan data dan informasi yang lazim digunakan
dalam pendekatan kualitatif adalah observasi, wawancara
mendalam, studi dokumentasi, focus Group Disccusion (FGD),
partisipatoris. Berikut disajikan secara rinci teknik
pengumpulan data dan informs dalam pendekaan kualitatif
tersebut yaitu: observasi, wawancara mendalam, studi
dokumentasi. a. Observasi Observasi memiliki makna lebih
dari seledar teknik pengumpulan data. Namun dalam kontek
ini, observasi difaokuskan sebagai upaya peneliti
mengumpulkan data dan Dalam lingkup observasi sendiri
ditekankan lingkup mendasar terkait bentuk perkembangan
yang merubah paradigma dari perkembangan nilai secara
global.

Dalam penelitian pendidikan dikutip dalam jurnal yang


dikemukakan oleh Kivunja & Kuyini (2017:26-41) menyatakan
pemahaman yang membangun prinsip observasi sendiri dibangun
melalui pengertian akan “istilah paradigma digunakan untuk
menggambarkan 'pandangan dunia' peneliti” yang dikemukakan
Mackenzie & Knipe, (2006 : 193-205). Hal yang mempengaruhi nilai
prinsip dalam membangun sistem “Manajemen dan Strategi
Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu Lulusan Yang Siap Lanjut

88
89

Pendidkan Ke Perguruan Tinggi”.itu sendiri dilandasi atas lingkup


perkembangan secara paradigma yang dijabarkan dengan deskripsi
secara sistematik mengupas keterakitan nilai masing- masing
komponen dalam penelitian.
3. Dokumentasi.
Dokumentasi mencakup nilai proses pengumpulan informasi
yang relevan menyangkut bentuk dan lingkup dokumen yang
memuat data primer, sekunder dan tersier. Data Primer ditunjukan
dengan lingkup hasil wawancara langsung terkait dengan penelitian
“Manajemen dan Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu
Lulusan Yang Siap Lanjut Pendidkan Ke Perguruan Tinggi”. dengan
pihak terkait dilingkungan kegiatan penelitian sebagai obyek fokus
penelitian yang dilaksanakan. Data Sekunder menyangkut informasi
data data relevan sekitar lingkup obyek penelitian ditunjang dengan
bentuk dokumen dari proses dan pedoman Sekolah Menengah Atas
serta pemberdayaanya dalam meningkatkan bentuk proses
pembelajaran yang dilaksanakan dengan mengacu dan
berpedoman kepada silabus,RPP dan Standar Pendidikan.
Data tersier mengumpulkan informasi relevan secara luas terkait dengan
lingkup kegiatan penelitian yang membangun nilai perluasan pemahaman
dan pemikiran peneliti dalam membangun prinsip untuk fokus
mempertajam secara mendasar penguraian yang dikemukaan dalam
penelitian ini.

G. Prosedur Penelitian

Ada beberapa sumber yang menjelaskan prosedur penelitian


kualitatif, antara lain (Bogdan 1972 dalam Moleong 1990) mengemukakan
ada tiga tahapan penelitian kualitatif, yaitu (1) Pralapangan,(2) Kegiatan
Lapngan,(3)Analisis intensif,Kirk dan Miller (1986) menyatakan ada empat
tahapan dalam penelitian kualitatif, yaitu (1) invensi, (2) temuan, (3)
penafsiran data, dan (4) eksplanasi. Nasution (1983:33) dan Subino (1988)
menyatakan ada tiga tahapan, yaitu (1) orientasi, (2) eksplorasi, dan (3)

89
90

member-check. Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam


penelitian ini meliputi hal berikut.
1. Persiapan(Pra-lapangan)

a. Studi penjajakan ke arah fokus telaahan atau permasalahan penelitian.

b. Studi kepustakaan untuk menemukan acuan dasar penelitian.

c. Penyusunan rancangan penelitian.

d. Penyusunan kerangka pokok tentang jenis data yang hendak


diperoleh dari lapangan, disusun dalam bentuk kisi-kisi pengumpulan
data.

e. Mengadakan koordinasi dan perencanaan bersama untuk penelitian


lapangan dengan mengacu pada petunjuk Pembimbing Universitas
Islam Nusantara Bandung, baik dalam menyusun pedoman pengumpul
data maupun untuk penugasan studi lapangan.

f. Mengurus perizinan yang diperlukan dalam rangka pengumpulan


data, baik untuk kepentingan peneliti sendiri maupun untuk
kepentingan lainnya dalam proses penelitian ini.

g. Dengan berbekal surat izin penelitian tersebut, peneliti menghubungi


pihak-pihak terkait untuk merencanakan kegiatan selanjutnya bersama
pihak-pihak tersebut.
2. Orientasi
a. Mengadakan pembicaraan pendahuluan dengan Pihak Rektorat
sebelum menemui Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah
sebagai Nara sumber utama, selanjutnya secara sistematis
dilaksanakan pembicaraan dengan Guru, Hubungan Manjemen dan
Strategi Pembelajaran Untuk Meningkatkan Mutu Lulusan Yang siap
lanjut Pendidikan , siswa terkait penelitian.
b. Menganalisis data awal dan merumuskan temuan awal berupa
fenomena yang berkaitan dengan masalah penelitian, kemudian
menginterpretasikan hasil temuan dalam tahap orientasi.

90
91

c. Penentuan lokasi dan kasus yang akan dikaji lebih seksama dan
mendapat persetujuan dari kepala sekolah SMAN 67 Jakarta Timur
dan kepala sekolah SMAN 48 Jakarta Timur yang menjadi obyek
penelitian.
d. Pembagian waktu tugas untuk melakukan studi dokumentasi,
observasi, dan wawancara ke beberapa wilayah dan sekolah sampel,
yang ditetapkan. Terkait dengan lingkup Manajemen dan Strategi
Pembelajaran Untuk Meningkatkan Mutu Lulusan yang Siap Lanjut
Pendidikan Tinggi.

3. Pelaksanaan Penelitian

a. Mengadakan pengumpulan data dan penggalian informasi melalui


observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan penelusuran terhadap
subjek subjek yang dipandang perlu dan ditentukan secara snowball
dengan memperhatikan saran-saran dan pendapat dari informan
terdahulu.

b. Menginterpretasikan, menganalisis, dan memprediksi data dan


informasi.

c. Penulisan laporan berlangsung, peneliti berupaya untuk selalu


melengkapi dan memperbaharui data, serta mengadakan triangulasi
dan member-check.Triangulasi “yaitu teknik pemeriksaan keabsahan
data yangmemanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluanpengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu
(Moleong, 2010: 330)”. Hal ini dilakukan dengan cara
membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain dan membandingkan hasil
wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

d. Dengan keterbatasan pribadi, penelitian agak memakan waktu yang


lama untuk merampungkan laporan ini dalam bentuk disertasi dengan
penggunaan waktu untuk studi pendahuluan dan penghimpunan data

91
92

awal, studi kasus, melengkapi data, dan pengecekan awal;


pengolahan data dan triangulasi.

4. Penyusunan laporan
Kegiatan akhir penelitian ini berupa penyusunan laporan penelitian
yang ditulis dalam bentuk disertasi. Pada disertasi telah direkomendasikan
terkait Kebijakan Di SMAN 67 dan SMAN 48 dengan Manajemen dan
Strategi Pembelajaran Untuk Meningkatkan Mutu Lulusan yang Siap
Lanjut Pendidikan Tinggi.

H. Penafsiran dan AnalisisData

Pada dasarnya sukar memisahkan analisis data dari penafsiran data.


Moleong (1990:198) menyatakan bahwa “analisis data dimulai sejak di
lapangan, sejak saat itu sudah ada penghalusan data, penyusunan kategori
dengan kawasannya, dan ada upaya dalam rangka penyusunan hipotesis,
yaitu teorinya itu sendiri”. Jadi dalam hal ini, analisis data terjalin secara
terpadu dengan penafsiran data. Bogdan dan Bicklen (1982:145–149)
mengemukakan beberapa saran dalam menganalisis data penelitian
kualitatif, antara lain
(1) force yourself to make decisions that narrow the study; (2)
force yourself to make decisions concerning the type of study
you want to accomplish; (3) develop analytic question; (4) plan
data collection session sin light of what you find inprevious
observation;(5)write many “observer’s comments” about ideas
you generate; dan (6) write memos to your self about what youre
learning.

Sependapat dengan Bogdan dan Bikclen, Nasution (1988:126)


mengemukakan bahwa “analisis data kualitatif adalah proses menyusun
data (menggolongkannya dalam tema atau kategori) agar dapat ditafsirkan
atau di interpretasikan”. Dengan demikian, dalam proses analisis data
kualitatif diperlukan daya kreatif dari peneliti untuk mengolah data
tersebut sehingga bermakna. Oleh karena data yang dikumpulkan
bervariasi bergantung pada fokus penelitian, setiap peneliti perlu mencari

92
93

sendiri metode yang dinilainya cocok dengan sifat penelitiannya. Data dan
informasi yang telah diolah dan disajikan secara deskriptif dianalisis lebih
lanjut dengan teknik analisis Trianggulasi. Kajian teoretis praktis, analisis
kualitatif, dan ekspert judgment banyak digunakan pada fase
pembahasan dan penyusunan model intervensi. bagi percepatan capaian
dalam mewujudkan Peningkatan Mutu Mutu lulusan dengan tujuan lanjut
pendidikan tinggi negeri dan Ikatan Dinas.
H. Validitas dan Reliabilitas Data

Menurut versi “positivisme”, kesahihan (validitas) dan keandalan


(reliabilitas) data merupakan hal yang penting dari keabsahan penelitian.
Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai
dengan apa yang sesungguhnya ada dan terjadi dalam dunia kenyataan
(Nasution 1988:105). Penelitian ilmiah membedakan dua macam validitas,
yaitu validitas internal (berkenaan dengan instrumentasi) dan validitas
eksternal (berkenaan dengan generalisasi).Validitas internal dalam
penelitian kualitatif adalah kesesuaian konsep peneliti dengan konsep pada
responden. Validitas eksternal dalam penelitian kualitatif berarti adanya
kecocokan (fittingness) dan kemungkinan diterapkan atau diaplikasikan
oleh peneliti lain dalam situasi atau konteks yang dihadapi, adakalanya
diadakan adaptasi seperlunya. Validasi atau pemeriksaan keabsahan data
berpedoman pada teknik perpanjangan keikutsertaan, ketekunan
pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensi, kajian
kasus negatif, pengecekan anggota, uraian rinci, serta audit
ketergantungan dan audit kepastian sebagaimana diikhtiarkan Moleong
(1990:175) pada Tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Kriteria dan teknik pemeriksaan data


‘[=Kriteria Teknik Pemeriksaan

93
94

Kredibilitas (1) Perpanjangan keikutsertaan


(2) Ketekunan pengamatan
(3) Triangulasi
(4) Pengecekan sejawat
(5) Kecukupan referensial
Keterangan (6) Uraian rinci
Ketergantungan (7) Audit ketergantungan
Kepastian (8) Auditkepastian

Sumber: Moleong J Lexy (1990:175)


Validasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara memperpanjang
keikutsertaan dalam kehidupan responden, ketekunan dan ketelitian dalam
mengadakan pengamatan triangulasi, ulasan referensi yang memadai, pengecekan
anggota, dan penguraian jawaban responden secara rinci. Dengan trianggulasi,
peneliti mengecek kebenaran dalam menafsirkan data tertentu dan
membandingkannya dengan sumber lain (dokumentasi, wawancara dengan
Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, Hubungan mutu lulusan dan
Siswa); mengadakan member-check, dimana subjek penelitian (informan)
mengecek kebenaran data, sehingga informasi yang diperoleh dan digunakan
sesuai dengan yang dimaksud oleh informan; mengadakan audit trail, yaitu
mengecek kebenaran data sesuai dengan sumber asli (dokumen, foto, rekaman
tape); membicarakan dengan teman dan pembimbing mengenai data dan tafsiran
data yang dibuat bagi kepentingan analisis selanjutnya. Matthew B Miles dan A
Michael Huberman (1994:12) mengemukakan sebuah model interaktif dalam
menganalisis data,kegiatannya terdiriatas (1) datacollection,(2) datadisplay, (3)
data reduction, dan (4) conclussions: drawing/ verifying dengan interaksi seperti
pada Diagram 3.1.

94
95

Gambar 3.1 Diagram Model interaktif analisis data Sumber: Matthew B Miles dan
A Michael Huberman (1994:12)

Dalam siklus tersebut dijelaskan bahwa setelah data terkumpul, data


disajikan dan direduksi, baru kemudian disimpulkan dengan penjelasan dan/atau
verifikasi. Lebih lanjut Bogdan dan Bicklen (1982:154–169) mencoba
memisahkan proses analisis data di lapangan dengan analisis setelah data
terkumpul dan kegiatan lapangan cukup memadai. Peneliti juga memanfaatkan
media internet yaitu memberikan survey melalui googgle form dan mencari link
sekolah atau tempat penelitian dan untuk mencocokan data peneliti langsung
survey lapangan, konsep analisis data kualitatif tersebut, maka data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini ditafsirkan atau dianalisis dengan mengikuti
pedoman sebagai berikut. Pada saat pengumpulan data, peneliti membuat catatan
lapangan (hasil observasi dan wawancara yang langsung dicatat ketika proses
berlangsung).
Berdasarkan catatan lapangan, dibuat laporan lapangan yang lebih rapi dan
lengkap; membuat rangkuman hasil observasi, wawancara, maupun studi
dokumentasi; mengadakan member check terhadap rangkuman laporan hasil
observasi dan wawancara dengan subjek penelitian yang bersangkutan serta
mengadakan audit-trail terhadap rangkuman hasil studi dokumentasi;
melaksanakan trianggulasi untuk mendapatkan keabsahan data; mengadakan
perbaikan rangkuman laporan lapangan, sehingga data yang diperoleh sesuai
dengan yang dimaksud oleh subjek penelitian dan sesuai dengan sumber aslinya;
memberi kode pada setiap laporan lapangan yang telah diperbaiki, pemberian
kode ini dapat dilakukan dan direvisi beberapa kali disesuaikan dengan

95
96

perkembangan proses dan jenis data yang diperoleh.


Memberi komentar secara umum maupun khusus untuk bagian tertentu
dari rangkuman laporan lapangan. Setelah data terkumpul, peneliti mengadakan
reduksi data dengan jalan merangkum laporan lapangan tersebut; mencatat hal-hal
pokok yang relevan dengan fokus penelitian, menyusunnya secara sistematis
berdasarkan kategori dan klasifikasi tertentu; membuat display data dalam bentuk
tabel ataupun gambar sehingga hubungan antar data yang satu dengan data
lainnya menjadi jelas dan tidak terlepas, merupakan suatu kesatuan yang utuh;
mengadakan cross site analyses dengan cara membandingkan dan menganalisis
data yang satu dengan data yang lainnya secara lebih mendalam; menarik
kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut dalam bentuk kecenderungan
umum dan beberapa temuan lainnya yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan; serta melakukan analisis kebutuhan pengembangan berbagai
program dan langkah yang perlu diambil sebagai implikasi dan merumuskan
model intervensi bagi percepatan Capaian mewujudkan Manajemen dan Strategi
sekolah bagaimana upaya sekolah yang termasuk adalah kepala sekolah,wakil
kepala sekolah,guru pelajaran ,komite sekolah, dan melibatkan alumni.Untuk
lebih jelas dan nyata peneliti akan melakukan penelitian langsung ke lokasi
penelitian yaitu di sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN 48) dan SMAN 67.

BAB IV
DESKRIPSI HASIL TEMUAN , INTERPRETASI DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian.


Hasil penelitian penulis di bagi menjadi beberapa bahasan, yaitu: 1) Profil

96
97

umum dari SMA yang menjadi sasaran penelitian; 2) Temuan penelitian di


lapangan sesuai pertayaan penelitian; kedua temuan tersebut saling berkaitan dan
menjadi penting dalam pembahasan penelitian.
Profil SMAN sasaran penelitian ini sangat penting penulis uraikan, agar
mempermudah pembahasan tentang topik yang sedang penulis lakukan. Profil
ini akan menggambarkan sedikit tentang sejarah dan kondisi umum yang
dimiliki oleh masing masing SMAN tersebut. Profil tersebut merupakan hasil
dari wawancara, observasi dan studi dokumentasi, baik dokumentasi yang
dimiliki oleh masing masing SMAN atau informasi dari internet.

1. Diskripsi Umum SMA Negeri 67 Jakarta

a. Profil SMAN 67 Jakarta


SMA Negeri 67 Jakarta terletak di Jalan Squadron Halim Perdana
Kusuma Rt. 013/ 004 Kel. Halim P, Kec. Makasar, Jakarta Timur Telp.
& Fax.: 8090386 email : info@sman67-jkt.sch.id web : www.sman67-
jkt.sch.id, Dengan kepala sekolah Drs. Danu,MM
NPSN :20103304
Kurikulum :Kurikulum 13
Akreditasi :A
Status Kepemilikan :Pemerintah Pusat
Luas Tanah : 3000 m2
NPWP :2147483647
Website :http://www.sman67-jkt.sch.id
Waktu Penyelenggaraan :Sehari penuh (5h/m)
Sertifikasi ISO :Belum bersertifikat
Sumber Listrik :PLN
Daya Listrik(watt) :50000 watt
Akses Internet :Tidak Ada
Kepala Sekolah :Zulhamshah
Operator Pendataan :Sriyono

97
98

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, efektifitas dan


efesiensi,program kerja sekolah di SMA Negeri 67 Jakarta, memiliki
harapan yang dituangkan melalui visi, misi, dan tujuan penyelenggaraan
kegiatan pendidikan adalah sebagai berikut:
b. Visi :
Terciptanya sekolah yang bermutu, unggul dalam prestasi,
berwawasan lingkungan, serta kompetitif di era global.
c. Misi:
a. Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran berbasis
Standar Nasional Pendidikan.
b. Mengembangkan warga sekolah menjadi insan pembelajar
yang berakhlak mulia.
c. Mengembangkan karakter dan nilai budaya bangsa sebagai
bagian dari  proses pembelajaran dan kultur sekolah.
d. Mengembangkan proses pembelajaran interaktif yang mampu
mengaktualisasikan potensi peserta didik berbasis teknologi
informasi.
e. Mengembangkan prestasi dan kecintaan warga sekolah
terhadap seni budaya dan olahraga.
f. Menghasilkan  lulusan yang unggul, berkarakter kuat,
menguasai ilmu dan teknologi serta mampu bersaing 
memasuki perguruan tinggi nasional dan internasional.
g. Mewujudkan lingkungan yang bersih, hijau, dan asri.
h. Melaksanakan pembinaan karakter yang ramah peserta didik
i. Menciptakan sekolah berbudaya literasi.
d. Tujuan:
a. Meningkatkan akhlaqul karimah, berpengetahuan, terampil,
cerdas, mandiri, dan tanggung jawab.
b. Menghasilkan Lulusan yang unggul dan berkarakter serta
diterima di Perguruan Tinggi Negeri favorit di dalam
maupun di luar negeri
c. Mampu bersaing dalam ajang lomba intra dan ekstrakurikuler

98
99

tingkat Nasional dan Regional serta Internasional.


SMA Negeri 67 Jakarta dalam pengelolaan personal mulai dari
peran kepala sekolah, guru, siswa, tata usaha kurikulum dan sarana
prasarana yang harus saling menunjang dan mendukung untuk
mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah tesebut, tenaga pendidik yang
ada di SMA Negeri 67 Jakarta adalah 58 orang dan Tenaga kependidikan
17 0rang.
2. Diskripsi Umum SMA Negeri 48 Jakarta
SMA Negeri 48 Jakarta terletak di Jalan Pinang Ranti II No 1 kelurahan
Pinang Ranti ,Kecamatan Makasar Jakarta Timur Kode pos.
3560,Telp.8006204 / Fax.8009437 Website : http://www.sman48-
jkt.sch.id, Email : sman48_jkt@yahoo.com.
Akreditasi SMAN 48 Jakarta adalah A,unggul,total Skor 97.(3 desember
2018)
Didirikan tahun 1967.
Kurikulum:Kurikulum 2013.
Jurusan atau peminatan :IPA dan IPS
Jumlah Kelas : 8 kelas setiap tingkat.
Jumlah siswa : 864 siswa (36 siswa per kelas)
Rentang Kelas : X IPA (1-5),X IPS (1-3),XI IPA (1-5),XI IPS (1-3),XII
IPA (1-5),XII (IPS) (1-3).
Ruang Kelas:24,Laboratorium :3,Perpustakaan :1
Kurikulum:SMA 2013
Penyelenggaraan : Sehari Penih /5 hari
Managemen Berbasis Sekolah
Akses Internet :Telkom Speedy
Sumber Listrik :PLN
Daya Listrik :201,500
Luas Tanah : 3 M²
Dengan kepala sekolah Sri Joko,M.Pd. Dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan, efektifitas dan efesiensi kerja sekolah di SMA Negeri 48
Jakarta, memiliki harapan yang dituangkan melalui visi, misi, dan tujuan

99
100

penyelenggaraan kegiatan pendidikan adalah sebagai berikut:


a). Visi SMAN 48 Jakarta;
Mewujudkan generasi unggul dalm prestasi,berakhlak mulia, dan
berwawasan lingkungan berlandaskan keimanan dan ketaqwaan.
Indikator Pencapaian Visi:
1. Sekolah mampu menghasilkan lulusan yang dapat bersaing
melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya
2. Sekolah mampu menghasilkan peserta didik yang dapat
berprestasi dalam lomba atau olimpiade MIPA dan IPS
3. Sekolah mampu menghasilkan peserta didik yang dapat
berprestasi dalam pertandingan atau perlombaan bidang seni dan
olah raga.
4. Sekolah mampu meningkatkan pengetahuan keagamaan bagi
peserta didik
5. Sekolah mammpu meningkatkan penghayatan dan pengamalan
keagamaan bagi peserta didik
6. Sekolah mampu menerapkan pembiasaan cinta lingkungan
kepada semua warga sekolah.

b). Misi SMAN 48 Jakarta


1. Membudayakan sikap religius.
2. Memperkuat nilai budaya dan karakter bangsa.
3. Memberikan layanan pendidikan yang bermutu.
4. Optimalisasi 8 standar pendidikan nasional.
5. Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik.
6. Manajemen sekolah bersih, transparan dan profesional.
7. Meningkatkan dukungan orang tua dan masyarakat.
8. Menjalin kerjasama dengan sekolah, Perguruan Tinggi,
Lembaga dalam dan luar negeri.
9. Membiasakan berperilaku hidup bersih dan sehat.

100
101

10. Menanamkan jiwa kewirausahaan.


11. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan asri.

c). Tujuan SMAN 48 Jakarta


1. Membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif dan
mandiri;
2. Mengembangkan sikap toleransi untuk mewujudkan masyarakat
yang damai, saling menghargai sehingga terwujud kerukunan
hidup;
3. Mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari; .
4. Meningkatkan kecintaan terhadap kebudayaan nasional;
5. Meningkatkan rasa cinta tanah air;
6. Meningkatkan pelayanan kepada anak didik;
7. .Memberikan proses pengajaran yang kreatif, inovatif dan
menyenangkan;
8. Meningkatkan minat belajar dengan menggunakan media
pembelajaran yang bervariasi;
9. Meningkatan tertib administrasi;
10. Menerapkan kurikulum KTSP secara konsisten;
11. Meningkatkan pemahaman tentang undang-undang sidiknas
dan peraturan-peraturan tentang pendidikan;
12.Meningkatkan nilai ulangan/Penilaian baik Harian maupun
akhir semester/tahun dan nilai Ujian Nasional dengan program
pendalaman materi;
13. Meningkatkan siswa yang diterima di perguruan tinggi baik
negeri maupun swasta;
14. Memberikan kesempatan peserta didik mengembangkan
kreatifitas melalui kegiatan kegitan OSIS dan ekstrakurikuler;
15. Meningkatkan prestasi ekstrakurikuler dengan memberikan
fasilitas kegiatan yang memadai dan program yang baik, serta
pelatih/pembina yang kompeten;

101
102

16. Manajemen yang akuntabel dan transparan;


17. Meningkatkan harapan yang tinggi untuk belajar dan
mengembangkan karier;
18. Menjalin hubungan dengan orang tua dan alumni;
19. Menjalin kerjasama dengan sekolah, Perguruan Tinggi,
Lembaga dalam dan luar negeri
20. Terwujudnya pembiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat.
21. Terwujudnya penanaman jiwa kewirausahaan.
22. Terwujudnya menciptakan lingkungan yang nyaman dan asri

SMA Negeri 48 Jakarta dalam pengelolaan personal mulai dari


peran kepala sekolah, guru, siswa, tata usaha kurikulum dan sarana
prasarana yang harus saling menunjang dan mendukung untuk
mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah tesebut, tenaga pendidik yang
ada di SMA Negeri 48 Jakarta adalah 48 orang.

Tabel 4.1 Tabel Perkembangan Siswa 3 Tahun Terkhir


Tabel Perkembangan Siswa 3 Tahun Terkhir

2017/2018 2018/2019 2019/2020


kela
no
s
Jumla
L P Jumlah L P L P Jumlah
h
1 X 111 177 288 110 174 284 105 182 287
2 XI 110 178 288 109 178 287 108 180 288
11
3 XII 127 161 288 0 177 287 113 175 288
32
JUMLAH
348 516 864 9 529 858 326 537 863

Jika dilihat dari data siswa 3 tahun terakhir disimpulkan bahwa; Tahun
pertama (2017/2018), Laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Yaitu,
keseluruhan 864 siswa dengan selisih 28 siswa. Tahun kedua (2018/2019),

102
103

Perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Yaitu, keseluruhan 858 siswa, dengan
selisih 200 siswa. Tahun ketiga (2019/2020), Perempuan lebih banyak daripada
laki-laki. Yaitu, keseluruhan 863 siswa, dengan selisih 211 siswa. Jadi
perkembangan siswa, jika dilihat dari jenis kelamin, siswa perempuan lebih
banyak daripada siswa laki-laki.

B. Temuan Hasil Penelitian Manajemen dan Strategi Pembelajaran Dalam


Meningkatkan Mutu Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan Tinggi

1. Hasil Temuan di SMA 67 DKI Jakarta


1. Rekapitulasi Data pendidik dan tenaga kependidikan SMAN 67
Jakarta
Tabel 4.2 Pendidik Dan Tenaga kependidikan

Tabel Pendidik Dan Tenaga kependidikan


PNS Honorer
no status Jumlah Keterangan
L P L P
1 Kepala Sekolah 1 - - - 1 S2
2
2 Guru 32 2 3
1 58 S2 (23), S1 (34)
3 Tata Usaha 4 2 2 - 8 S1 (4), SMA (4)
4 Keamanan - - 2 - 2 SMA
5 Caraka 2 - 5 - 7 SMA (5), SMP (2)

Tabel di atas merupakan data pendidik dan tenaga kependidikan.


Dilihat dari status pendidik dan tenaga kependidikan ada PNS dan
honorer.

Berikut adalah tabel data PTK dan PD terbaru tahun 2020/2021;


1. Data PTK dan PD
No. Uraian Guru Tendik PTK PD
1 Laki-laki 23 12 35 375
2 Perempuan 30 2 32 518
TOTAL 53 14 67 893
Keterangan:
Perhitungan jumlah PTK adalah yang sudah mendapat penugasan,
berstatus aktif dan terdaftar di sekolah induk. Singkatan:
1. PTK = Guru ditambah Terdidik
2. PD = Peserta Didik

2. Data Sarpas
No. Uraian Jumlah
1 Ruang Kelas 24
2 Ruang Lab 7

103
104

3 Ruang Perpus 1
TOTAL 32

3. Data Rombongan Belajar


No. Uraian Detail Jumlah Total
1 Kelas X L 127 286
P 159
2 Kelas XI L 147 319
P 172
3 Kelas XII L 101 288
P 187

2. jadwal

Hasil temuan penelitian pada SMAN 67 Jakarta diperoleh bahwa


Secara umum proses kegiatan pembelajaran dilaksanakan mulai jam 07.00 -
11.45. Semua guru telah menyiapkan perangkat pembelajaran mulai dari
Silabus, RPP. Penataan tempat duduk yang kurang memperhatikan
karakteristik siswa, metoda dan strategi pembelajaran yang kurang
tepat ,sumber dan media pembelajaran yang kurang mendukung di kedua
SMAN tersebut membuat Proses Belajar Mengajar kurang bermutu.Sebelum
ada peraturan baru dari pemerintah

Hasil temuan dilapangan menunjukan masih lemahnya


kepemilikan dan pemahaman kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial
dan profesional sehingga guru kurang menunjukkan sikap ketauladanan
bagi peserta didiknya dan lemahnya pendekatan yang dilakukan guru
terhadap para peserta didiknya baik dalam kegiatan belajar mengajar di
kelas maupun diluar kelas. Prosedur selanjutnya adalah metode yang
digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar kurang
bervariasi.Dengan adanya pemenuhan kurang lebih 24 jam setiap guru

104
105

mengajar dan adanya mutasi guru-guru ke beberapa sekolah.


Ini menyebabkan metode dan gaya mengajar atau pembelajaran
yang mengakibatkan mutu pembelajaran berpengaruh.hasil wawancara
dengan wakil kurikulum yang bermana bapak Sugiyanto,M.Pd:
Beliau mengatakan bahwa:Hasil penilaian pembelajaran sangat
dipengruhi oleh Para pendidik(guru),ini terlihat dari beberapa guru yang
dimutasi dan guru tersebut sudah berusia atau masa kerja sudah lama kira-
kira kurang lebih mau pensiun dan asal mula guru tersebut mengajar di
kelas rendah yaitu sekolah Dasar dan sekolah Menengah.Ini menyebabkan
masalah karena kelas atau sekolah yang akan diajar adalah kelas tinggi
atau kelas unggul kecepatan berfikir siswa sangat tinggi dan guru harus
memiliki manajemen dan strategi bagaimana cara meningkatkan daya
pikir,daya kecerdasan dan selama ini siswa sudah terbiasa dengan metode
tersebut.
Yang jadi Masalah guru yang dimutasi dari kelas rendah,bahkan
jika guru tidak berusaha belajar dan mencari tahu bagaimana untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam meningkatkan metode
Pembelajaran.
Solusi kepala sekolah untuk meningkat kompetensi guru adalah
mengikuti para guru untuk pelatihan sesuiai dengan bidang studi.
Guru sebaya,mengikuti webinar-webinar ,MGMP sekolah dan MGMP
wilayah.
Hasil temuan menunjukan guru masih mendominasi dalam proses
belajar mengajar sehingga interaksi dan komunikasi yang dibangun lebih
terkesan satu arah dengan berpusat di guru.Temuan lainnya yang gak kalah
pentingnya adalah pemberdayaan MGMP sekolah keberadaannya hanya
seremonial tetapi implementasinya untuk kerja yang tidak terealisasi.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sangat baik dilakukan untuk
menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran tetapi di SMA Negeri
67 , guru gurunya sangat minim untuk melakukan penelitian tindakan
kelas, terbukti bahwa mayoritas guru gurunya jenjang kepangkatannya
mentok di golongan IV/A.
Hasil temuan dilapangan berikutnya setelah penulis melakukan
observasi dan wawancara terhadap sejumlah nara sumber adalah
pemberdayaan komite sekolah yang kurang maksimal. Di SMA Negeri 67
bahwasannya semua beban biaya pendidikan sekolah di tanggung oleh
pemerintah pusat melalui BOS dan pemerintah daerah melalui BOP (Biaya
Operasional Pendidikan), sehingga keberadaan komite sekolah kurang efektif.
Di temukan bahwa jumlah siswa di dalam satu rombongan belajar atau kelas
tidak sesuai dengan standar yang di rekomendasikan oleh kemendikbud yaitu
32 orang setiap rombelnya, sedangkan kondiri riil di SMA Negeri 67
perombongan belajar di isi oleh 36 orang. Kondisi ini tidak ideal sehingga
akan mempengaruhi mutu pembelajaran.
Hasil temuan setelah penulis melakukan wawancara dan observasi di
tempat penelitian di temukan bahwa walaupun di SMA Negeri 67 , sama-
sama menggunakan Kurikulum 2013 tetapi di SMA tersebut mempunyai
struktur kurikulum yang berbeda khususnya pada mata pelajaran lintas minat.
Sesuai temuan di lapangan dan kemudian dikaitkan dengan pertanyaan

105
106

penelitian, maka penulis jabarkan sebagai berikut;

a. Perencanaan Manajemen dan Strategi Pembelajaran Dalam


Meningkatkan Mutu Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan Tinggi di SMA
Negeri 67 Jakarta
Berdasarkan temuan penulis di SMA Negeri 67 yang menjadi
landasan acuan guru dan strategi pembelajaran untuk meningkatkan
mutu lulusan adalah KKM dan Nilai UN. Hasil temuan setelah penulis di
tempat penelitian di temukan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM), sebagai berikut :
Tabel 4.5
KKM SMA Negeri 67 Jakarta Tahun Pelajaran 2019-2020
Sekolah sman 67 Kelas
X XI XII
Bahasa Indonesia 75 75 75
Bahasa Inggris 75 75 75
Matematika 75 75 75
Kimia 75 75 75
Fisika 75 75 75
Biologi 75 75 75

Hal ini juga akan berdampak terhadap mutu lulusan di SMA Negeri 67 Berikut
hasil nilai UN rata-rata tiga tahun terakhir :
Tabel 4.6
Hasil UN SMA Negeri 67 Jakarta Tahun Pelajaran 2016-2017,2017-2018
dan 2018-2019
No Program IPA 2016/2017 2017/2018 2018/2019
1 Bahasa Indonesia 83,26 80,40 85,49
2. Bahasa Inggris 76,42 76,93 84,60
3 Matematika 66,55 59,58 65,17
4 Fisika 66,65 59,58 69,12
5 Kimia 74,94 73,43 76,44
6 Biologi 77,74 71,92 74,31
Rata -Rata 74,26 70,31 75,86

No. Program IPS 2016/2017 2017/2018 2018/2019


1 Bahasa Indonesia 80,96 78,21 83,70
2 Bahasa Inggris 74,18 72,49 81,35
3 Matematika 68,94 52,26 57,96
4 Ekonomi 74,67 66,56 74,49
5 Sosiologi 77,43 72,29 77,51
6 Geografi 73,26 80,27 76,51
Rata-rata 74,91 70,35 75,25

Daya serap siswa yang diterima di PTN Th 2020:


SNMPTN : 5

106
107

PPKB UI : 16
SBMPTN: 72
KEDINASAN : 15
MANDIRI : 114
SIMAK UI : 10
JAPRES :1
Jml :233
Daya serap siswa yang diterima di PTN Th 2020 dan th 2021

SNPTN SBMPTN Kedinasan Mandiri Simak Japres Jumlah Ket:


UI
5 siswa 72 15 114 10 1 233 2020
20 2021

Sekolah yang berani menargetkan KKM tinggi dimungkinkan


kemampuan dan mutu lulusan SMA tersebut bermutu sehingga berdampak
lulusan SMA tersebut banyak diterima di perguruaan tinggi ternama di
Indonesia. Guru dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan landasan
yuridis yang berlaku di Negara Republik Indonesia, bahwa, Guru sebagai
pendidik yang bersertifikat memiliki tugas yang banyak diantaranya
mendidik, mengajar, melatih, membimbing, para peserta didik menjadi
generasi unggul, mampu menerapkan nilai Teologik, fisik, etik, estetik,
logik dan teleologik. Guru profesional adalah guru yang memiliki
kompetensi terintegrasi dalam pengetahuan, sikap, ucapan dan perbuatan
dengan ahlak yang mulia. Standar adalah kriteria minimal yang dijadikan
alat untuk mengukur kinerja guru. Guru profesional adalah guru yang
menyenangi akan profesinya dan disenangi oleh para peserta didiknya,
dimana ilmu yang dimilikinya didedikasikan untuk melakukan berbagai
perubahan yang terus menerus.
Dalam melaksanakan tugas sebagai guru profesional secara
umum mengacu kepada Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no
20 th 2003, yang dijabarkan dalam Peraturan pemerintah nomer 19 th 2005
terutama Permendikbud nomor 21 tahun 2016 tentang standar isi,
Permendikbud no. 20 tahun 2016 tentang standar lulusan, Permendiknas
nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi
guru. Permendikbud no. 23 tahun 2016 tentang standar penilaian,
Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses,
Permendikbud nomor 24 tahun 2016 tentang KI dan KD. Secara khusus
landasan yang digunakan berupa juknis pelaksanaan pengawasan hasil
pembelajaran di sekolah menengah atas dan juknis analisis standar isi,
standar proses, standar lulusan dan standar penilaian serta dokumen
panduan teknis pengembangan Kurikulum SMA 2013. Landasan tersebut
dijadikan fondasi bagi guru untuk melaksanakan standar kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan standar kompetensi profesional. Hal
tersebut sesuai dengan keberadaan dokumen perencanaan acuan tugas guru
di SMAN 67 Jakarta.
Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang harus dimiliki

107
108

guru berkaitan dengan kemampuan dalam melakukan kegiatan strategi


pembelajaran yang menghasilakan mutu lulusan, maka guru harus aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dari hasil pengamatan
langsung dilapangan menunjukan bahwa, standar guru profesional dalam
upaya meningkatkan kinerja dan hasil pembelajaran pada aspek
kompetensi pedagogik,secara umum adminitrasi guru sudah lengkap
namun masih nampak titik kelemahan dalam kemampuan
mengembangkan silabus, pemahaman akan teori pembelajaran, ucapan,
sikap dan perbuatan yang kurang mencerminkan sikap profesionalitas yang
ditandai dengan lemahnya daya kreativitas, idealisme dan motivasi
bekerja.
Dari hasil pengamatan langsung dilapangan menunjukan bahwa,
standar guru bersertifikat dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran
pada aspek kompetensi profesional kurang nampak secara utuh prinsip-
prinsip dan syarat profesionalitas unjuk kerja guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran yang dapat merangsang dan menumbuhkan
kecerdasan peserta didik, rendahnya kemampuan melakukan
pengembangan sikap keprofesionalan melalui tindakan inovatif, kreatif,
penelitian tindakan kelas.
Berdasarkan hasil temuan dilapangan menunjukan bahwa standar
guru bersertifikat pendidik pada SMAN 67 Jakarta, masih belum
terintegrasi secara utuh antara kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial
dan profesional diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.

b. Pelaksanaan Manajemen dan Strategi Pembelajaran Dalam Meningkatkan


Mutu Lulusan Yang Siap Masuk Perguruan Tinggi di SMA Negeri 67
Jakarta
Berdasarkan hasil temuan bahwa mereka mengharapkan guru
memiliki pengetahuan, sikap dan kepribadian guru yang utuh dalam
berperilaku, sehingga guru terlihat dengan mudah dalam melaksanakan
kompetensi dan kemampuan kinerjanya dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran. Indikator yang dibutuhkan untuk mencapainya sesuai dari
standar yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 16 tahun 2007 yang dipadukan dengan teori kepribadian yang
meliputi personalitiy traits, motivasi, intelegensi, pengetahuan, skill,
nilai-nilai, dan peranan adalah sebagai berikut. fungsi actuating justru
lebih menekankan pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran meliputi
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran,
b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari,
c) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar,

108
109

d) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan.


2) Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi
proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Eksplorasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencaritemukan
berbagai informasi, pemecahan masalah, dan inovasi. Dalam kegiatan
eksplorasi, guru:
(1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan
dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar
dari aneka sumber,
(2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain,
(3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta
antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya,
(4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran,
(5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan.
Elaborasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik mengekspresikan dan
mengaktualisasikan diri melalui berbagai kegiatan dan karya yang
bermakna.
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
(1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.
(2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan secara
lisan maupun tertulis,

109
110

(3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,


menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut,
(4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif,
(5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar,
(6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok,
(7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja,
(8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan,
(9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta
didik.
Konfirmasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang
memberi kesempatan bagi peserta didik untuk dinilai, diberi
penguatan dan diperbaiki secara terus-menerus.Dalam kegiatan
konfirmasi, guru:
(1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik,
(2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan
elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
(3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
(4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh
pengalaman yang bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar:
(a) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang
menghadapi kesulitan, dengan menggunakan
bahasa yang baku dan benar,
(b) Membantu menyelesaikan masalah,

110
111

(c) Memberi acuan melakukan pengecekan hasil


eksplorasi,
(d) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh,
(e) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang
kurang atau belum berpartisipasi aktif.
3) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran,
b) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram,
c) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran,
d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling
dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai hasil belajar peserta didik,
e) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Dalam pengamatan penulis terutama kepada guru-guru yang
sudah lulus sertifikasi kurang nampak perubahan yang mendasar, tetapi
disisi lain ada perubahan terutama secara administrasi mereka telah
memiliki persiapan yang matang dimana telah dibuatnya program tahunan,
program semester, Silabus, RPP, hasil supervisi dan kunjungan ke kelas
yang berdampak adanya perubahan dalam penguasaan materi
pembelajaran, tujuan pembelajaran, metode dan pengevaluasian hasil
pembelajaran.
Hal ini diakui oleh Kepala Sekolah dan Pengawas bahwa pemerintah
sudah memperhatikan semua kebutuhan guru namun kinerjanya belum
maksimal, artinya faktor utama adalah kesadaran dan kompetensi guru
yang masih rendah. Selain faktor tersebut juga sebagian besar masih
rendahnya mentalitas kerja yang berorientasi pada materi.
Pelaksanaan standar kompetensi pedagogik berkaitan dengan
kemampuan guru menguasai karakteristik peserta didik dalam proses
kegiatan pembelajaran, menunjukan bahwa kinerja guru dalam
penerapannya kurang sepenuhnya memahami dan memperhatikan
karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek personalitiy traits,
motivasi, intelejensi, pengetahuan, skill, dan nilai-nilai serta peranan
sehingga hasil pembelajaran masih berpusat pada guru. Penempatan

111
112

duduk siswa juga kurang relevan dengan kondisi fisik peserta didik.Guru
kurang nampak melakukan identifikasi potensi berkaitan dengan sifat dan
kepribadian siswa.Guru kurang nampak perubahannya dalam penguasaan
karaktersitik peserta didik, hal ini dapat dilihat dalam penataan tempat
duduk siswa belum mengarah secara ideal sesuai dengan karakteristik
peserta didik.
Pelaksanaan kompetensi pedagogik berkaitan dengan aspek
kemampuan guru dalam mengembangkan Kurikulum pada mata pelajaran
yang diampunya, menunjukan bahwa kinerja guru dalam pengembangan
Kurikulum pada materi pelajaran yang diampunya belum bisa
mencerminkan kebutuhan peserta didik, dimana materi yang dipilih masih
bersifat umum dan cenderung ke aspek kognitif saja. Metode pembelajaran
yang masih berpusat pada guru, evaluasi jarang dilakukan padahal guru
sudah membuat silabus dan RPP.
Pelaksanaan kompetensi pedagogik berkaitan dengan aspek
kemampuan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik,
menunjukkan bahwa guru telah melakukan persiapan pembelajaran dalam
silabus, RPP yang sesuai dengan prinsip-prinsip pembuatan RPP. Guru
menyusun perencanaan pembelajaran, pelaksanaan penilaian hasil
pembelajaran dan pengawasan hasil pembelajaran. Hal ini dikuatkan dari
hasil data wawancara dengan Kepala Sekolah, supervisi, dan kunjungan
kelas menunjukkan bahwa kinerja guru yang dalam aspek ini sudah cukup
baik dimana para pendidik telah memiliki kemampuan dalam (1)
memahami prinsip perancangan pembelajaran .(2) mampu
mengembangkan komponen rancangan pembelajaran. (3) membuat RPP
yang lengkap.(4) menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar
yang relevan dengan mata pelajaran yang diampunya.
Tujuan Strategi Pembelajaran merupakan dasar yang dijadikan
landasan untuk menentukan strategi, materi, media dan evaluasi
pembelajaran. Maka dari itu, penentuan tujuan komponen yang pertama
kali harus dipilih oleh guru merupakan target yang ingin dicapai dalam
kegiatan pembelajaran.
h. Bahan Pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis
dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan
kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan.
i. Kegiatan Pembelajaran dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi
pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran
yang sesuai dengan standar proses pembelajaran.
j. Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan

112
113

digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat


menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
k. Alat yang dipergunakan dalam pembelajaran merupakan segala
sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
l. Sumber Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat atau rujukan di mana bahan
pembelajaran bisa diperoleh.
m. Evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga
bisa berfungsi sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang
telah ditetapkan.
n. Situasi atau Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam
menentukan strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud
adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak
madrasah, dan lan sebagainya), dan hubungan antar insani,
misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang lain.
Pelaksanaan kompetensi pedagogik, berkaitan aspek kemampuan
guru dalam memanfaatkan teknologi komunikasi untukhasil pembelajaran
menunjukan kurang nampak pemanfaatan IT untuk kegiatan pembelajaran
terutama perangkat keras. Hal ini disebabkan keberadaaan sarana IT
masih kurang memadai dan kemampuan guru dalam menggunakan
teknologi masih kurang, sehingga pembelajaran berlangsung kurang
menarik yang menyebabkan stimulus dan motivasi belajar pada peserta
didik rendah. Hal ini diakui oleh guru kimia bahwa dalam
mengaplikasikan kompetensi pedagogik berkaitan dengan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi sudah memanfaatkan dan
memberdayagunakan teknologi komunikasi yang ada, hanya saja belum
begitu paham terhadap media TIK. Data lain dari hasil wawancara dengan
Kepala SMAN 67 ,menunjukan belum ada perubahan kinerja guru yang
mendasar dalam aspek ini. Hal ini bisa dilihat dari kemampuan guru dalam
memanfaatkan dan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pengembangan diri dan kepentingan peningkatan mutu pembelajaran.
Perilaku guru dalam berkomunikasi dengan peserta didik baik
secara lisan maupun tulisan mencerminkan etika sopan santun dan penuh
perhatian sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Dalam proses
kegiatan belajar mengajar, komunikasiefektif dilakukan melalui metode
diskusi, dalam metode tersebut menggunakan komunikasi empatik yang
dilakukan dengan memperlakukan seluruh peserta didik samatanpa
membedakan jenis kelamin. Komunikasi yang santun dalam PBM

113
114

dilakukan denganmenggunakan bahasa yang sopan, sesuai dengan hasil


wawancara guru Aplikasi standar kompetensi guru dalam berkomuniksi
dengan peserta didik, guru melakukan komunikasi vertikal dan horizontal
dalam kegiatan PBM baik didalam kelas maupun diluar kelas yang
berkaitan dengan mata pelajaran yang diampu.
Dari hasil temuan di lapangan menunjukan, kinerja guru dalam
melaksanakan kompetensi pedagogik masih bersifat formalistik kurang
menyentuh kepada aspek subtantif, kurangnya pendekatan yang dilakukan
guru kepada para peserta didik, metode pembelajaran yang sentralistik
pada guru, pree test dan post test jarang dilakukan diawal dan akhir proses
pembelajaran sehingga sulit bagi guru untuk mengidentifikasi keberhasilan
peserta didik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan wawancara, observasi dan studi dokumentasi penulis
dengan Kepala Sekolah, Guru, Komite, Pengawas dan siswa tentang
pembelajaran guru dalam melaksanakan kompetensi profesionalnya
diperoleh bahwa guru pada aspek bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum sosial dan Kebudayaan Nasional Indonesia, menunjukan bahwa
perilaku guru baik ucapan, sikap, dan perbuatan dalam kegiatan
pembelajaran belum mencerminkan perilaku yang mengarah kepada unsur
personalitiy traits, motivasi, intelejensi, pengetahuan, skill, dan nilai-nilai
serta peranannya, namun sudah ada kesesuaian dengan norma agama,
hukum sosial dan kebudayaan. Kepekaan terhadap siswa dan lingkungan
belajar kurang nampak dan terkesan apriori, dan problematika belajar
siswa kurang mendapat empati yang spontan untuk di tindaklanjuti oleh
guru. Belum nampak keikhlasan dalam melaksanakan tugas. Belum
nampak secara utuh perilaku guru secara proporsional dan profesional.
Hasil wawancara dengan guru diperoleh, dalam kegiatan PBM
maupun diluar PBM guru harus dekat dengan siswa, karena guru berperan
sebagai orang tua siswa di sekolah, tetapi kedekatannya sebaiknya dibatasi
oleh norma agama, hukum, sosial, budaya sehingga tidak menimbulkan
penafsiran yang negatif. Perilaku guru dalam norma hukum
memberlakukan sama semua peserta didik, menjunjung tinggi nilai sosial
dan budaya.Sesuai dengan hasil wawancara dengan kepala Sekolah,
pelaksanaan gurupada aspek etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa
bangga menjadi guru, menunjukan masih rendah. Motivasi kerja masih
bersifat materi yang berdampak kepada etos kerja yang kurang mandiri.
Sementara data lain menunjukan program sertifikasi sedikit ada perubahan
dalam etos kerja,tetapi semuanya bersifat normatif.
Guru dalam merumuskan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
idealnya yaituKompetensi Dasar diurutkan dari mudah hingga yang sukar,
metode yang digunakan relevan dalam memberikan penjelasantujuan
pembelajaran sehingga bisa direspon dengan baik oleh para peserta didik.
Adanya kesesuaian antara Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan
Indikator,adanya kelengkapan Indikator dan kejelasan Kompetensi
Dasar.Pemahaman guru akan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
kurang nampak secara jelas dalam kegiatan PBM , ini terlihat dari guru
kurang bisa mengaitkanKompetensi Inti dan materi ajar dengan kenyataan
yang terjadi. Walaupun secara administrasi guru telah membuat

114
115

kelengkapan persiapan pembelajaran dalam bentuk Silabus, RPP, yang


tersusun dalam perangkat pembelajaran sesuai dengan hasil wawancara
dengan kepala sekolah SMAN 67 Jakarta.
Dari hasil observasi terhadap guru SMA 67 diperoleh bahwa
kinerja guru dalam pelaksanaan kompetensi profesional berkaitan dengan
aspek dalam mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan melakukan tindakan reflektif, menunjukan bahwa kurang nampak
secara utuh penerapan prinsip dan syarat profesionalitas dalam unjuk kerja
guru selama proses belajar mengajar yang dapat merangsang
menumbuhkan kecerdasan peserta didik. Berkaitan dengan pengembangan
keprofesionalan, hasil wawancara menunjukan guru aktif dalam organisasi
profesi, MGMP, dokumen penelitian tindakan kelas, dan membuat
makalah. Guru berminat mengikuti kegiatan ilmiah seperti seminar,work
shop. Didapatkan juga dokumen kegiatan guru dalam mengisi jurnal
peserta didik, PTK, dan menulis di media masa.
Berdasarkan hasil temuan di lapangan berkaitan dengan kinerja
guru dalam melaksanakan kompetensi profesional menunjukan bahwa
masih rendahnya penguasaan materi , struktur dan konsep pembelajaran
oleh guru, hal ini terlihat dari kurang pahamnya terhadap Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang diampunya, pemilihan dan
pengolahan materi ajar kurang memperhatikan tingkat perkembangan
siswa, dan lemahnya kepemilikan kompetensi penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran dalam upaya
pengembangan peserta didik.

b. Penilaian Manajemen dan Strategi Pembelajaran Dalam Meningkatkan Mutu


Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan Tinggi di SMA Negeri 67 Jakarta
Berdasarkan temuan penulis bahwa hasil pelaksanaan kompetensi
pedagogik dan profesional dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran pada
SMAN di Jakarta sebagai berikut: Bila mengacu kepada SKL yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan, hasil pendidikan di SMA terutama dalam
sikap dan keterampilan masih jauh dari harapan, begitu juga dalam aspek
pengetahuan masih ada peserta didik yang belum tuntas mencapai KKM yang telah
ditetapkan. KKM rata rata di SMA tempat penelitian adalah 75.
Hasil wawancara dengan guru SMAN 67 di perolah bahwa hasil penilaian
pada aspek kognitif atau pengetahuan masih ada mata pelajaran yang belum tuntas,
namun secara umum semua mencapai KKM, tetapi pada aspek sikap dan
keterampilan masih belum sesuai dengan harapan. Hasil dari penilaian formatif,
dan sumatif, secara keseluruhan dapat mencapai KKM, namun dalam aspek afektif
dan psikomotorik masih beLum memenuhi harapan.
Dari hasil supervisi dan kunjungan kelas Kepala Sekolah, hasil kinerja
guru kurang menunjukan hasil yang mengarah kepada perubahan yang mendasar,

115
116

namun pada sisi lain kelengkapan administrasi pembelajaran, guru selalu membuat
dan ditanda tangani oleh Kepala Sekolah. Pelaksanaan pembelajaran secara umum
masih berpusat pada guru. Penilaian yang dilakukan guru bervariasi, pada aspek
kognitif masih ada yang belum mencapai KKM, pada aspek afektif dan
psikomotorik para peserta didik masih kurang sesuai dengan harapan .
Berdasarkan hasil supervisi dan kunjungan kelas menunjukan guru dalam
membuat perencanaan pembelajaran (RPP) sudah sesuai dengan kaidah
penyusunan RPP. Dalam pelaksanaan pembelajaran masih kurang produktif dan
efektif dalam penerapan metode pembelajaran. Hasil free test dan post tes jarang
ditindaklanjuti.
Hasil temuan di lapangan menunjukan bahwa hasil penilaian yang bervariasi
setiap kelasnya dari mata pelajaran yang berbeda, namun ada titik persamaan
yakni hampir semua guru telah membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
dan penilaian pembelajaran, hampir seluruhnya berpusat pada guru. Penilaan
proses pembelajaran hampir semua guru lebih cenderung kepada aspek kognitif
peserta didik, adapun aspek afektif dan psikomotorik kurang begitu diperhatikan
oleh guru. Hal ini terlihat dari data penilaian kognitif datanya selalu ada namun
dalam aspek afektif dan psikomotorik hampir rata-rata guru malas melakukan
penilaian dan pengarsipan data nilainya.

c. Hambatan Manajemen dan Strategi Pembelajaran Dalam Meningkatkan


Mutu Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan Tinggi di SMA Negeri 67
Jakarta
Berdasarkan penelitian di lapangan maka dalam penelitian ini ditemukan
bahwa yang menjadi kendala dalam melaksanakan kompetensi pedagogik dan
profesional dalam upaya meningkatkan mutu hasil pembelajaran pada SMAN di
Jakarta adalah sebagai berikut; Hambatan yang dihadapi terdapat pada sistem
manajemen Sekolah yang secara fungsional belum berjalan maksimal, dimana
faktor penunjang kegiatan terutama pembiayaan kurang adanya keterbukaan,
disamping itu pemberian jobs kerja kurang berlandaskan asas proporsional dan
profesional, lebih cenderung kepada asas kedekatan dan kesenioran.Selain itu juga
team work yang kurang kompak dan kurang cerdas dalam menyikapi berbagai
permasalahan Sekolah terutama dalam hasil pembelajaran . Net work belum
menggambarkan hubungan tata cara kerja yang efektif dan produktif.Secara khusus
kesulitan yang dihadapi meliputi ; (a) Media dan sarana pembelajaran yang kurang

116
117

tepat sasaran.(b) Pembiayaan pendidikan belum sesuai dengan kebutuhan.(c)


Kompetensi pendidik belum merata.(d) Kesejahteraan guru perlu ditingkatkan.
(e)Perkembangan psikis peserta didik yang berbeda-beda.(f) Sistem pengawasan
belum maksimal. Selain itu juga lemahnya kemampuan guru dalam memahami
karakteristik peserta didik, penggunaan metode pembelajaran kurang tepat, visi dan
misi serta tujuan kurang dipahami secara keseluruhan oleh para guru,lemahnya
mentalitas dan kesadaran guru untuk meningkatkan kompetensinya, hasil
pembinaan Kepala Sekolah dan pengawas jarang ditindak lanjuti, rendahnya
partisipasi masyarakat. Sistem manajemen Sekolah masih sentral dan tertutup.
Disisi lain hasil wawancara dengan beberpa guru permasalahan datang
secara internal dan ekternal. Faktor internal diantaranya sarana prasarana belum
maksimal penggunaannya, sumber daya guru yang belum sepenuhnya memahami
standar kompetensi guru, sistem pengawasan dari kepala Sekolah yang kurang jelas
ujungnya, pembiayan belum maksimal, rewards dan punishment kurang jelas.
Faktor eksternal diantaranya, daya dukung masyarakat masih rendah hal ini terlihat
ketika ada masalah dengan peserta didik, orang tua masih ada yang kurang antusias
untuk menjalin kerja sama dengan pihak Sekolah. Lemahnya net work dan team
work.
Sementara masalah lain menurut Komite Sekolah hambatan yang paling
mendasar adalah pertama, lemahnya mentalitas dan kesadaran guru untuk terus
meningkatkan kompetensinya,kedua hasil pembinaan dari kepala Sekolah dan
pengawas jarang di tindaklanjuti, ketiga partisipasi masyarakat masih rendah.
Dari hasil temuan diatas menunjukan masih lemahnya kemampuan
manajerial Kepala Sekolah dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya
Sekolah serta menggerakannya, disisi lain masih rendahnya kesadaran diri guru
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar, dan
pelatih serta pembimbing bagi para peserta didiknya. Daya dukung dan partisipasi
aktif masyarakat sekitarpun masih rendah.

e. Solusi Mengatasi Hambatan Manajemen dan Strategi Pembelajaran Untuk


Meningkatkan Mutu Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan Tinggi di SMA
Negeri 67 Jakarta
Berdasarkan penelitian di lapangan maka dalam penelitian ini ditemukan
untuk mengatasi berbagai permasalahan diatas, Kepala Sekolah bersama-sama
dengan komite Sekolah dan guru serta Pengawas melakukan langkah-langkah yang
strategis. Untuk kompetensi guru yang belum merata dilakukan pembinaan,

117
118

pelatihan, dan diikutsertakan dalam seminar, work shop yang menunjang kepada
pembentukan kompetensi utama guru. Menerapkan Tunjangan Kinerja Daerah
(TKD) berbasis kinerja yang diikuti rewards dan punishment. Untuk
menumbuhkan kesadaran diri akan profesi dilakukan pembinaan, supervisi,
kunjungan kelas kepada semua pendidik.Untuk sarana prasarana yang kurang
memadai, maka dilakukan terobosan dengan berbagai pihak terkait baik dengan
Dinas Pendidikan DKI Jakarta, orang tua siswa dan masyarakat sekitar dan
memberdayakan sarana prasarana yang ada.
Untuk sistem pengawasan dilakukan sistem pengawasan melekat dengan
pemberdayaan tenaga guru piket, para wakil kepala sekolah bidang Kurikulum,
kesiswaan dan sarana prasarana yang setiap minggunya membuat laporan dari hasil
pengawasan untuk dievaluasi dan ditindak lanjuti. Untuk sarana komunikasi dan
informasi dibuat jalinan kerjasama dengan instansi terkait, memasang telepon, bel,
speaker, media informasi untuk guru dan peserta didik, serta memberdayakan
wakil kepala sekolah bidang sarpras dan humas. Disisi lain langkah yang dilakukan
guru adalah, memberdayakan sarana prasarana yang ada, meningkatkan kualitas
sumber daya guru melalui ikut dalam pelatihan, seminar, meneruskan sekolah yang
relevan dengan kualifikasi akademik, melakukan kunjungan kepada para peserta
didik untuk menjalin hubungan baik dengan orang tua dan masyarakat.
Kepala Sekolah, guru, komite Sekolah dan pengawas yaitu; (a)
Menyediakan fasilitas dan sumber belajar untuk kegiatan produktif dan kreatif
yang mudah dicapai sehingga guru yang mempunyai sikap malas dan loyo
diarahkan dengan intensif yang pada giliranya akan membuat mereka mengarah
pada kerja yang produktif dan kreatif. (b) Menciptakan budaya kerja guru. Budaya
kerja merupakan suatu tata cara dimana suatu pekerjaan sesuai dengan norma-
norma serta nilai-nilai kerja. (c) Menumbuhkan sikap kreatif dan positif terhadap
tantangan-tantangan dan tidak pernah merasa puas dengan hasil yang dicapai.(d)
Untuk kompetensi guru yang belum merata dilakukan pembinaan, pelatihan, dan
diikutsertakan dalam seminar, work shop yang menunjang kepada pembentukan
kompetensi utama guru.(e) Untuk menumbuhkan kesadaran diri akan profesi
dilakukan pembinaan , supervisi, class visit kepada semua pendidik.(f) Untuk
sarana prasarana yang kurang memadai, maka dilakukan menggalang dana melalui
net working bagi penyediaan sarana prasarana pendidikan dan memberdayakan
sarana prasarana yang lebih utama sambil mempersiapkan kebutuhan sarana yang
lainnya.

118
119

Untuk bisa menimbulkan kesadaran guru perludilakukan pelatihan dan


pembinaan yang rutin dengan daya kontrol yang kontinu, PKG harus objektif
dilakukan kepala Sekolah, memberikan rewards kepada guru agar mau
melanjutkan studi lagi, menjalin kerjasama dengan orang tua siswa dan masyarakat
dengan baik. Perlu diberlakukan punishment yang tegas dan jelas. Melakukan
pendekatan dengan Kepala Sekolah untuk melakukan keterbukaan terutama dalam
masalah keuangan Sekolah, melakukan pendekatan dan kerjasama dengan para
tokoh masyarakat yang dianggap mewakili para orang tua peserta didik.
Melakukan pembenahan manajemen Sekolah secara perlahan-lahan, memberikan
masukan kepada kepala Sekolah untuk perbaikan, menjalin kerjasama dengan
pihak lain dalam rangka pengadaan sarana prasarana pembelajaran,meningkatkan
kesejahteraan guru,memberikan pembinaan tentang profesionalisme guru secara
berkesinambungan, memberikan input kepada kepala Sekolah akan pengelolaan
Sekolah yang proporsional, dan profesional sesuai dengan kebutuhan para
customersnya. Langkah yang dilakukan guru adalah, memberdayakan sarana
prasarana yang ada, meningkatkan kualitas sumber daya guru melalui ikut dalam
pelatihan, seminar, meneruskan studi yang relevan dengan kualifikasi akademik,
melakukan home visit kepada para peserta didik untuk menjalin hubungan baik
dengan orang tua dan masyarakat.
Dari hasil wawancara dengan kepala SMAN 67 Jakarta di temukan bahwa
kegiatan MGMP di sekolah keberadaan hanya seremonial belaka tidak sesuai
dengan apa fungsi MGMP yang sebenarnya. Seharusnya Pembinaan yang
dilaksanakan melalui kegiatan MGMP kepada guru dapat meningkatkan kinerja
bagi guru-guru. Karena Setelah guru melaksanakan kegiatan yang diselenggarakan
oleh pengurus MGMP diharapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan guru dalam
mengajar semakin meningkat yang diaktulisasikan melalui proses belajar mengajar
di kelas untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang berkesinambungan yang
pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan.
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), merupakan forum atau wadah
kegiatan guru mata pelajaran yang dibentuk atas dasar kebutuhan untuk
meningkatkan kompetensi dan kinerja guru mata pelajaran serta mengimbangi
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat cepat.
Kegiatan yang dilaksanakan di MGMP adalah upaya peningkatan pembinaan
profesional guru yang disebut dengan sistem pembinaan profesional yang diberikan
kepada guru melalui penekanan pada bantuan layanan profesi berdasarkan

119
120

kebutuhan guru di lapangan dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru.


MGMP adalah wadah kerjasama guru-guru sebagai tempat mendiskusikan masalah
yang berkaitan dengan kemampuan profesional yaitu dalam hal merencanakan,
melaksanakan, dan menilai kemajuan belajar siswa. Di MGMP guru dapat bertukar
pendapat untuk meningkatkan proses belajar mengajar dan menyelesaikan masalah
pendidikan yang dihadapi, menyangkut pada upaya perbaikan pembelajaran.

2. Hasil Temuan di SMA Negeri 48 Jakarta


Sesuai hasil temuan penelitian di lapangan maka hasil penelitian ini
diuraikan dalam bentuk deskriptif analisis dari data yang diperoleh pada
SMA Negeri 48 di Jakarta. Proses kegiatan pembelajaran dilaksanakan
mulai jam 06.30 -15.00. Semua guru telah menyiapkan perangkat
pembelajaran mulai dari Silabus, RPP. Penataan tempat duduk yang kurang
memperhatikan karakteristik siswa, metoda dan strategi pembelajaran yang
kurang tepat ,sumber dan media pembelajaran yang kurang mendukung di
SMAN 48 tersebut membuat proses belajar mengajar kurang bermutu.
Hasil temuan dilapangan menunjukan masih lemahnya kepemilikan
dan pemahaman kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional
sehingga guru kurang menunjukkan sikap ketauladanan bagi peserta
didiknya dan lemahnya pendekatan yang dilakukan guru terhadap para
peserta didiknya baik dalam kegiatan belajar mengajar di kelas maupun
diluar kelas. Prosedur selanjutnya adalah metode yang digunakan dalam
proses kegiatan belajar mengajar kurang bervariasi. Hasil temuan
menunjukan guru masih mendominasi dalam proses belajar mengajar
sehingga interaksi dan komunikasi yang dibangun lebih terkesan satu arah
dengan berpusat di guru.Temuan lainnya yang gak kalah pentingnya adalah
pemberdayaan MGMP sekolah keberadaannya hanya seremonial tetapi
implementasinya untuk kerja yang tidak terealisasi.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sangat baik dilakukan untuk
menyelesaikan permasalahan dalam strategi pembelajaran tetapi di SMAN
48 Jakarta tempat penelitian, guru gurunya sangat minim untuk melakukan
penelitian tindakan kelas, terbukti bahwa mayoritas guru gurunya jenjang
kepangkatannya mentok di golongan VI/A. Hal ini ditemukan pada saat
penulis melakukan observasi dan studi dokumentasi di SMAN tersebut.
Hasil temuan dilapangan berikutnya setelah penulis melakukan
observasi dan wawancara terhadap sejumlah nara sumber adalah
pemberdayaan komite sekolah yang kurang maksimal. Di SMA 48
bahwasannya semua beban biaya pendidikan sekolah di tanggung oleh
pemerintah pusat melalui BOS dan pemerintah daerah melalui BOP (Biaya
Operasional Pendidikan), sehingga keberadaan komite sekolah seperti
pepatah, hidup segan mati tak mau.
Hasil temuan setelah penulis melakukan wawancara dan observasi
di tempat penelitian di temukan bahwa jumlah siswa di dalam satu
rombongan belajar atau kelas tidak sesuai dengan standar yang di
rekomendasikan oleh kemendikbud yaitu 32 orang setiap rombelnya,
sedangkan kondisi riil di SMA Negeri 48 rombel belajar di isi oleh 36

120
121

orang untuk kelas XI dan XII, sedangkan kelas X di isi 40 orang tiap
kelasnya. Kondisi ini mau tidak mau akan mempengaruhi mutu
pembelajaran.
Hasil temuan setelah penulis melakukan wawancara dan observasi di tempat
penelitian di temukan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM) .Berikut
tabel KKM :
Tabel 4.1
KKM SMA Negeri 48 Jakarta Tahun Pelajaran 2020-2021

Sekolah sman 48 Kelas


X XI XII
B.Indonesia 70 73 75
B.Inggris
Matematiks
Kimia
Fisika
Biologi

Hal ini juga akan berdampak terhadap mutu pembelajaran diSMA 48


Jakarta. Landasan kerja guru berikutnya hasil nilai UN rata-rata di SMAN 48
Tabel 4.2
Hasil UN SMA Negeri 48 Jakarta Tahun Pelajaran 2017-2018 dan 2018-2019

B.IIN B.ING MAT FIS KIM BIO


Sekolah 2018 201 201 201 201 201 201 201 201 201 201 201
9 8 9 8 9 8 9 8 9 8 9
SMA 66,7 74,4 45,3 49,5 40,2 43,0 50,3 60,0 54,5 70,6 61,8 65,7
102 1 8 8 5 5 4 2 7 7 1

Sekolah yang berani menargetkan KKM tinggi dimungkinkan mutu


lulusan SMA tersebut bermutu sehingga berdampak lulusan SMA tersebut
banyak diterima di perguruaan tinggi ternama di Indonesia.
Hasil temuan setelah penulis melakukan wawancara dan observasi di SMA
ini menggunakan Kurikulum 2013 ternyata di SMAN 48 pelajaran muatan
lokalnya Sesuai temuan di lapangan dan kemudian dikaitkan dengan
pertanyaan penelitian, maka penulis jabarkan sebagai berikut;

a. Perencanaan Manajemen dan Strategi Pembelajaran Dalam


Meningkatkan Mutu Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan Tinggi di
SMA Negeri 48 Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan penulis menemukan bahwa
guru dalam menjalankan tugasnya sudah sesuai dengan landasan yuridis
yang berlaku di Negara Republik Indonesia. Guru sebagai pendidik
profesional memiliki tugas yang banyak diantaranya mendidik, mengajar,
melatih, membimbing agar para peserta didik menjadi generasi unggul,

121
122

mampu menerapkan nilai Teologik, fisik, etik, logik, estetik dan teleologi
di masyarakat. Guru sebagai pendidik adalah guru yang memiliki
kompetensi terintegrasidalam pengetahuan, sikap, ucapan dan perbuatan
dengan ahlak yang mulia. Standar adalah kriteria minimal yang dijadikan
alat untuk mengukur keberhasilan guru. Guru profesional adalah guru
yang menyenangi akan profesinya dan disenangi oleh para peserta
didiknya, dimana ilmu yang dimilikinya didedikasikan untuk melakukan
berbagai perubahan yang terus menerus.
Dalam melaksanakan tugas sebagai guru SMA Negeri 48 Jakarta,
secara umum mengacu kepada Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional no 20 tahun 2003, yang dijabarkan dalam Peraturan pemerintah
nomer 19 th 2005 terutama Permendikbud nomor 21 tahun 2016 tentang
standar isi, Permendikbud no. 20 tahun 2016 tentang standar lulusan,
Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik
dan kompetensi guru. Permendikbud no. 23 tahun 2016 tentang standar
penilaian, Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses,
Permendikbud nomor 24 tahun 2016 tentang KI dan KD. Secara khusus
landasan yang digunakan berupa juknis pelaksanaan pengawasan hasil
pembelajaran di sekolah menengah atas dan juknis analisis standar isi,
standar proses, standar lulusan dan standar penilaian serta dokumen
panduan teknis pengembangan Kurikulum SMA 2013. Landasan tersebut
dijadikan fondasi bagi guru untuk melaksanakan standar kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan standar kompetensi profesional.. Hal
tersebut sesuai dengan keberadaan dokumen perencanaan acuan tugas guru
pada SMAN 48 Jakarta.
Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang harus dimiliki
guru berkaitan dengan kemampuan dalam melakukan kegiatan hasil
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dari
hasil pengamatan langsung dilapangan menunjukan bahwa, standar guru
berhasil di SMA Negeri 48, dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran pada aspek kompetensi pedagogik,secara umum adminitrasi
guru sudah lengkap namun masih nampak titik kelemahan dalam
kemampuan mengembangkan silabus, pemahaman akan teori
pembelajaran, ucapan, sikap dan perbuatan yang kurang mencerminkan
sikap profesionalitas yang ditandai dengan lemahnya daya kreativitas,
idealisme dan motivasi bekerja.
Dari hasil pengamatan langsung dilapangan menunjukan bahwa,
standar guru di SMA Negeri 48, dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran pada aspek kompetensi profesional kurang nampak secara
utuh prinsip-prinsip dan syarat profesionalitas unjuk kerja guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran PKWU yang dapat merangsang dan
menumbuhkan kecerdasan peserta didik, rendahnya kemampuan
melakukan pengembangan sikap keprofesionalan melalui tindakan
inovatif, kreatif, penelitian tindakan kelas. Bahwa standar guru pada
SMAN 48 di Jakarta, masih belum terintegrasi secara utuh antara
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini diakui oleh Kepala Sekolah dan
Komite Sekolah .

122
123

b. Pelaksanaan Manajemen dan Strategi Pembelajaran Dalam


Meningkatkan Mutu Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan Tinggi di
SMA Negeri 48 Jakarta
Berdasarkan temuan di lapangan diperoleh bahwa guru-guru yang
mengajar kurang nampak perubahan tugas pokok dan fungsinya secara
mendasar, tetapi disisi lain ada perubahan terutama secara administrasi
mereka telah memiliki persiapan yang matang dimana telah dibuatnya
program tahunan, program semester, Silabus, RPP, hasil supervisi dan
kunjungan ke kelas yang berdampak adanya perubahan dalam penguasaan
materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, strategi pembeljaran dan
metode dan pengevaluasian mutu lulusan.
Hal ini diakui oleh Kepala Sekolah dan Pengawas bahwa
pemerintah sudah memperhatikan semua kebutuhan guru namun
kinerjanya belum maksimal, artinya faktor utama adalah kesadaran dan
kompetensi guru yang masih rendah. Selain faktor tersebut juga sebagian
besar masih rendahnya mentalitas kerja yang berorientasi pada materi.
Dari hasil observasi dengan guru kelas XII IPA SMA Negeri 48
diperoleh bahwa pelaksanaan strategi pembelajaran dan standar
kompetensi berkaitan dengan kemampuan guru menguasai karakteristik
peserta didik dalam proseskegiatan pembelajaran, menunjukan bahwa
kinerja guru dalam penerapannya kurang sepenuhnya memahami dan
memperhatikan karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek
personalitiy traits, motivasi, intelejensi, pengetahuan, skill, dan nilai-nilai
serta peranan sehingga hasil pembelajaran masih berpusat pada guru.
Penempatan duduk siswa juga kurang relevan dengan kondisi fisik peserta
didik.Guru kurang nampak melakukan identifikasi potensi berkaitan
dengan sifat dan kepribadian siswa.
Pada pelaksanaan strategi pembelajaran berkaitan dengan
penguasaan teori belajar dan prinsip pembelajaranyang digunakan belum
jelas dan kurang relevan dengan kompetensi dasar, pendekatan,
strategi,dan metodenya sehingga proses belajar mengajar kurang aktif dan
komunikatif.Penerapan teori dan prinsip pembelajaran yang utuh kurang
nampak dalam pembelajaran.Guru juga belum mengimplementasikan
prinsip dan teori belajar dalam proses belajar mengajar. Dari hasil
supervisi dan kunjungan kelas pada waktu pembelajaran berlangsung,
sebenarnya para pendidik secara teoritis telah menguasai teori belajar dan
prinsip pembelajaran, namun dalam penerapannya belum bisa
mengimplementasikannya stategi pembelajaran secara maksimal Sesuai
dengan hasil wawancara kepala SMAN 48.
Pada pelaksanaan pembelajaran partisipatif berkaitan dengan aspek
kemampuan guru dalam mengembangkan Kurikulum pada mata pelajaran
yang diampunya, menunjukan bahwa dalam pengembangan Kurikulum
pada materi pelajaran yang diampunya belum bisa mencerminkan
kebutuhan peserta didik, dimana materi yang dipilih masih bersifat umum
dan cenderung ke aspek kognitif saja. Metode pembelajaran yang masih
berpusat pada guru,evaluasi jarang dilakukan padahal guru sudah

123
124

membuat silabus dan RPP, sesuai hasil observasi dengan guru kelas XII.
Fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
penutup.
1) Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran,
b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari,
c) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar,
d) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan.
2) Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi peserta didik berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang
dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a) Eksplorasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mencaritemukan berbagai
informasi, pemecahan masalah, dan inovasi.
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
(1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan
dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari
aneka sumber,
(2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain,
(3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta
antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya,
(4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran,
(5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan.

124
125

b) Elaborasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang


memungkinkan peserta didik mengekspresikan dan
mengaktualisasikan diri melalui berbagai kegiatan dan karya yang
bermakna.
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
(1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.
(2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi,
dan lain-lain untuk memunculkan gagasan secara lisan maupun
tertulis,
(3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut,
(4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif,
(5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar,
(6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi baik
lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok,
(7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja,
(8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan,
(9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c) Konfirmasi adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang memberi
kesempatan bagi peserta didik untuk dinilai, diberi penguatan dan
diperbaiki secara terus-menerus.
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
(1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk
lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan
peserta didik,
(2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,

125
126

(3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk


memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
(4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
(a) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi
kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar,
(b) Membantu menyelesaikan masalah,
(c) Memberi acuan melakukan pengecekan hasil eksplorasi,
(d) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh,
(e) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang
atau belum berpartisipasi aktif.
3) Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran,
b) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram,
c) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,
d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai hasil belajar
peserta didik,
e) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Hasil wawancara dengan Kepala SMAN 48 diperoleh bahwa pada
pelaksanaan berkaitan dengan aspek kemampuan guru dalam
menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, menunjukkan bahwa guru
telah melakukan persiapan pembelajaran dalam silabus, RPP yang sesuai
dengan prinsip-prinsip pembuatan RPP. Guru menyusun perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan
hasil pembelajaran. Hal ini dikuatkan dari hasil data wawancara dengan
Kepala Sekolah, supervisi, dan kunjungan kelas menunjukkan bahwa guru
yang dalam aspek ini sudah cukup baik dimana para pendidik telah memiliki
kemampuan dalam (1) memahami prinsip perancangan pembelajaran .(2)
mampu mengembangkan komponen rancangan pembelajaran. (3) membuat

126
127

RPP yang lengkap.(4) menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar


yang relevan dengan mata pelajaran yang diampunya.
Strategi yang dilakukan guru dalam menerapkankan Kompetensi pedagogik
dalam menyusun rencana pembelajaran diawali dengan membuat administrasi
guru yang meliputi : (1) Mempersiapkan kalender akademik. (2)program
tahunan. (3) Menyusun program semester. (3) Membuat RPP yang meliputi
identitas mata pelajaran, kompetensi Inti atau KI, kompetensi dasar atau KD,
indikator , tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, strategi pembelajaran, penilaian hasil
belajar, dan sumber belajar.
Tujuan Strategi Pembelajaran merupakan dasar yang dijadikan
landasan untuk menentukan strategi, materi, media dan evaluasi
pembelajaran. Maka dari itu, penentuan tujuan komponen yang pertama kali
harus dipilih oleh guru merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan
pembelajaran.
a. Bahan Pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai
dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tuntutan.
b. Kegiatan Pembelajaran dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi pembelajaran
perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
standar proses pembelajaran.
c. Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentuan metode yang akan
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan
berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
d. Alat yang dipergunakan dalam pembelajaran merupakan segala sesuatu
yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
e. Sumber Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan
sebagai tempat atau rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh.
f. Evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah
tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi
sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan.
g. Situasi atau Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan
strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan
keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak madrasah, dan lan
sebagainya), dan hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan
peserta didik dengan orang lain.

127
128

Hasil observasi terhadap guru SMA Negeri 48 di hasilkan bahwa


pelaksanaan kompetensi pedagogik, berkaitan aspek kemampuan guru dalam
memanfaatkan teknologi komunikasi untukhasil pembelajaran menunjukan
kurang nampak pemanfaatan IT untuk kegiatan pembelajaran terutama
perangkat keras. Hal ini disebabkan keberadaaan sarana IT masih kurang
memadai dan kemampuan guru dalam menggunakan teknologi masih kurang,
sehingga pembelajaran berlangsung kurang menarik yang menyebabkan
stimulus dan motivasi belajar pada peserta didik rendah. Hal ini diakui oleh
guru bahwa dalam mengaplikasikan kompetensi pedagogik berkaitan dengan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sudah memanfaatkan dan
memberdayagunakan teknologi komunikasi yang ada, hanya saja belum
begitu paham terhadap media TIK.Data lain juga menunjukan belum ada
perubahan kinerja guru yang mendasar dalam aspek ini. Hal ini bisa dilihat
dari kemampuan guru dalam memanfaatkan dan menerapkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri dan kepentingan
peningkatan mutu pembelajaran partisipatif.
Perilaku guru dalam berkomunikasi dengan peserta didik baik secara
lisan maupun tulisan mencerminkan etika sopan santun dan penuh perhatian
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Dalam proses kegiatan
belajar mengajar, komunikasiefektif dilakukan melalui metode diskusi, dalam
metode tersebut menggunakan komunikasi empatik yang dilakukan dengan
memperlakukan seluruh peserta didik samatanpa membedakan jenis kelamin.
Komunikasi yang santun dalam PBM dilakukan dengan menggunakan bahasa
yang sopan. Aplikasi standar kompetensi guru dalam berkomuniksi dengan
peserta didik, guru melakukan komunikasi vertikal dan horizontal dalam
kegiatan PBM baik didalam kelas maupun diluar kelas yang berkaitan dengan
mata pelajaran yang diampu.
Dari hasil temuan di lapangan menunjukan, guru dalam melaksanakan
kompetensi pedagogik masih bersifat formalistik kurang menyentuh kepada
aspek subtantif, kurangnya pendekatan yang dilakukan guru kepada para
peserta didik, metode pembelajaran yang sentralistik pada guru, pree test dan
post test jarang dilakukan diawal dan akhir proses pembelajaran sehingga
sulit bagi guru untuk mengidentifikasi keberhasilan peserta didik pada aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan wawancara, observasi dan studi dokumentasi penulis
dengan Kepala Sekolah, Guru, Komite, Pengawas dan siswa tentang guru
dalam melaksanakan kompetensi profesionalnya diperoleh bahwa guru pada
aspek bertindak sesuai dengan norma agama, hukum sosial dan Kebudayaan
Nasional Indonesia, menunjukan bahwa perilaku guru baik ucapan, sikap, dan
perbuatan dalam kegiatan pembelajaran belum mencerminkan perilaku yang
mengarah kepada unsur personalitiy traits, motivasi, intelejensi, pengetahuan,
skill, dan nilai-nilai serta peranannya, namun sudah ada kesesuaian dengan
norma agama, hukum sosial dan kebudayaan. Kepekaan terhadap siswa dan
lingkungan belajar kurang nampak dan terkesan apriori, dan problematika
belajar siswa kurang mendapat empati yang spontan untuk di tindaklanjuti
oleh guru. Belum nampak keikhlasan dalam melaksanakan tugas. Belum
nampak secara utuh perilaku guru secara proporsional dan profesional.
Dalam kegiatan PBM maupun diluar PBM guru harus dekat dengan

128
129

siswa, karena guru berperan sebagai orang tua siswa di sekolah, tetapi
kedekatannya harus dibatasi oleh norma agama, hukum, sosial, budaya
sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang negatif. Perilaku guru dalam
norma hukum memberlakukan sama semua peserta didik, menjunjung tinggi
nilai sosial dan budaya.
Pelaksanaan strategi pembelajaran guru pada aspek etos kerja,
tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, menunjukan masih
rendah. Motivasi kerja masih bersifat materi yang berdampak kepada etos
kerja yang kurang mandiri. Sementara data lain menunjukan program
sertifikasi sedikit ada perubahan dalam etos kerja,tetapi semuanya bersifat
normatif. Guru dalam merumuskan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
idealnya yaitu; Kompetensi Dasar diurutkan dari mudah hingga yang sukar,
metode yang digunakan relevan dalam memberikan penjelasantujuan
pembelajaran sehingga bisa direspon dengan baik oleh para peserta didik.
Adanya kesesuaian antara Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan
Indikator,adanya kelengkapan Indikator dan kejelasan Kompetensi
Dasar.Pemahaman guru akan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar kurang
nampak secara jelas dalam kegiatan PBM , ini terlihat dari guru kurang bisa
mengaitkanKompetensi Inti dan materi ajar dengan kenyataan yang terjadi.
Walaupun secara administrasi guru telah membuat kelengkapan persiapan
pembelajaran dalam bentuk Silabus, RPP, yang tersusun dalam perangkat
pembelajaran.Guru dalam pelaksanaan kompetensi profesional berkaitan
dengan aspek dalam mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan melakukan tindakan reflektif, menunjukan bahwa kurang nampak
secara utuh penerapan prinsip dan syarat profesionalitas dalam unjuk kerja
guru selama proses belajar mengajar yang dapat merangsang menumbuhkan
kecerdasan jiwa kewirausahaan peserta didik.
Berkaitan dengan pengembangan keprofesionalan, hasil wawancara
menunjukanguru aktif dalam organisasi profesi, MGMP, dokumen penelitian
tindakan kelas, dan membuat makalah. Guru berminat mengikuti kegiatan
ilmiah seperti seminar,work shop. Didapatkan juga dokumen kegiatan guru
dalam mengisi jurnal peserta didik, PTK, dan menulis di media masa. Dan
hasil temuan di lapangan berkaitan dengan guru dalam melaksanakan
pembelajaran partisipatif menunjukan bahwa masih rendahnya penguasaan
materi , struktur dan konsep pembelajaran oleh guru, hal ini terlihat dari
kurang pahamnya terhadap Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dari mata
pelajaran yang diampunya, pemilihan dan pengolahan materi ajar kurang
memperhatikan tingkat perkembangan siswa, dan lemahnya kepemilikan
kompetensi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan pembelajaran dalam upaya pengembangan peserta didik.

c. Penilaian Manajemen dan Strategi Pembelajaran Dalam Meningkatkan


Mutu Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan Tinggi di SMA Negeri 48
Jakarta
Berdasarkan temuan di lapangan bahwa hasil pelaksanaan strategi
pembelajaran pada kompetensi pedagogik dan profesional dalam upaya

129
130

meningkatkan mutu dalam strategi pembelajaran pada SMAN di Jakarta sebagai


berikut: Bila mengacu kepada SKL yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan, hasil pembelajaran di SMA terutama dalam sikap dan keterampilan
masih jauh dari harapan, begitu juga dalam aspek pengetahuan masih ada peserta
didik yang belum tuntas mencapai KKM yang telah ditetapkan. Hasil penilaian
pada aspek kognitif masih ada mata pelajaran yang belum tuntas, namun secara
umum banyak mencapai KKM, tetapi pada aspek sikap dan keterampilan masih
belum sesuai dengan harapan. Hasil dari Penilaian Akhir Tahun, secara
keseluruhan dapat mencapai KKM, namun dalam aspek afektif dan psikomotorik
masih belum memenuhi harapan.
Hasil penilaian dari pelaksanaan strategi pembelajaran pada kompetensi
pedagogik dan profesional dalam aspek kepemilikan pengetahuan secara
keseluruhan peserta didik mencapai KKM walau beberapa belum tuntas, pada
aspek sikap dan keterampilan dari hasil penilaian dalam PBM para peserta didik
masih kurang menunjukan kreativitas dan motivasi belajar tinggi.Secara
administrasi guru telah sesuai dengan perannya sebagai administrator, yang
dibuktikan dengan membuat adminitrasi guru sebelum melaksanakan proses
pembelajaran partisipatif, berdasarkan hasil laporan guru menunjukan masih
rendahnya hasil penilaian kognitif peserta didik, dan dalam PBM siswa kurang
kreatif merespon materi yang disampaikan guru. Untuk target UN, lulus 100%
tercapai, tetapi nilai rata-rata hasil Ujian Nasional belum mencapai target 7,5
masih berkisar rata-rata 7,0.
Dari hasil supervisi dan kunjungan kelas Kepala Sekolah, hasil kinerja
guru kurang menunjukan hasil yang mengarah kepada perubahan yang mendasar,
namun pada sisi lain kelengkapan administrasi pembelajaran, guru selalu
membuat dan ditanda tangani oleh Kepala Sekolah. Pelaksanaan pembelajaran
secara umum masih berpusat pada guru. Penilaian yang dilakukan guru
bervariasi, pada aspek kognitif masih ada yang belum mencapai KKM, pada
aspek afektif dan psikomotorik para peserta didik masih kurang sesuai dengan
harapan. Kunjungan kelas menunjukan guru dalam membuat perencanaan
pembelajaran (RPP) sudah sesuai dengan kaidah penyusunan RPP. Dalam
pelaksanaan pembelajaran masih kurang produktif dan efektif dalam penerapan
metode pembelajaran. Hasil free test dan post tes jarang ditindaklanjuti.
Hasil temuan di lapangan menunjukan bahwa hasil penilaian yang
bervariasi setiap kelasnya dari mata pelajaran yang berbeda, namun ada titik

130
131

persamaan yakni hampir semua guru telah membuat perencanaan pembelajaran,


pelaksanaan dan penilaian pembelajaran, hampir seluruhnya masih berpusat pada
guru. Penilaan proses pembelajaran hampir semua guru lebih cenderung kepada
aspek kognitif peserta didik, adapun aspek afektif dan psikomotorik kurang
begitu diperhatikan oleh guru. Hal ini terlihat dari data penilaian kognitif datanya
selalu ada namun dalam aspek afektif dan psikomotorik hampir rata-rata guru
malas melakukan penilaian dan pengarsipan data nilainya.

d. Hambatan dalam Manajemen dan Strategi Pembelajaran Dalam


Meningkatkan Mutu Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan Tinggi di
SMA Negeri 48 Jakarta
Berdasarkan temuan di lapangan bahwa yang menjadi kendala dalam
melaksanakan strategi pembelajaran pada kompetensinya dalam upaya
meningkatkan mutu dalam stategi pembelajaran pada SMAN di Jakarta
sebagai berikut; Hambatan yang dihadapi terdapat pada sistem
manajemen Sekolah yang secara fungsional belum berjalan maksimal,
dimana faktor penunjang kegiatan terutama pembiayaan kurang adanya
keterbukaan, disamping itu pemberian jobs kerja kurang berlandaskan asas
proporsional dan profesional, lebih cenderung kepada asas kedekatan dan
kesenioran.Selain itu juga team work yang kurang kompak dan kurang
cerdas dalam menyikapi berbagai permasalahan Sekolah terutama dalam
hasil pembelajaran . Net work belum menggambarkan hubungan tata cara
kerja yang efektif dan produktif.Secara khusus kesulitan yang dihadapi
meliputi ; (a) Media dan sarana pembelajaran yang kurang tepat sasaran.
(b) Pembiayaan pendidikan belum sesuai dengan kebutuhan.(c)
Kompetensi pendidik belum merata.(d) Kesejahteraan guru perlu
ditingkatkan.(e)Perkembangan psikis peserta didik yang berbeda-beda.(f)
Sistem pengawasan belum maksimal. Selain itu juga lemahnya
kemampuan gurudalam memahami karakteristik peserta didik,
penggunaan metode pembelajaran kurang tepat, visi dan misi serta tujuan
kurang dipahami secara keseluruhan oleh para guru,lemahnya mentalitas
dan kesadaran guru untuk meningkatkan kompetensinya, hasil pembinaan
Kepala Sekolah dan pengawas jarang ditindak lanjuti, rendahnya
partisipasi masyarakat. Sistem manajemen Sekolah masih sentral dan
tertutup.
Disisi lain menurut responden permasalahan datang secara internal
dan ekternal. Faktor internal diantaranya sarana prasarana belum maksimal
penggunaannya, sumber daya guru yang belum sepenuhnya memahami
standar kompetensi guru, sistem pengawasan dari kepala Sekolah yang
kurang jelas ujungnya, pembiayan belum maksimal, rewards dan
punishment kurang jelas. Faktor eksternal diantaranya, daya dukung
masyarakat masih rendah hal ini terlihat ketika ada masalah dengan
peserta didik, orang tua masih ada yang kurang antusias untuk menjalin
kerja sama dengan pihak Sekolah. Lemahnya net work dan team work.

131
132

Sementara masalah lain menurut Komite Sekolah hambatan yang paling


mendasar adalah pertama, lemahnya mentalitas dan kesadaran guru untuk
terus meningkatkan kompetensinya,kedua hasil pembinaan dari kepala
Sekolah dan pengawas jarang di tindaklanjuti, ketiga partisipasi
masyarakat masih rendah..
Dari hasil temuan di atas menunjukan masih lemahnya kemampuan
manajerial Kepala Sekolah dalam mengelola dan memanfaatkan sumber
daya Sekolah serta menggerakannya, disisi lain masih rendahnya
kesadaran diri guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih serta pembimbing bagi para peserta
didiknya. Daya dukung dan partisipasi aktif masyarakat sekitarpun masih
rendah.

e. Solusi Mengatasi Masalah Manajemen dan Strategi Pembelajaran


Dalam Meningkatkan Mutu Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan
Tinggi di SMA Negeri 48 Jakarta
Berdasarkan temuan di lapangan bahwa untuk mengatasi berbagai
permasalahan diatas, Kepala Sekolah bersama-sama dengan komite
Sekolah dan guru serta Pengawas melakukan langkah-langkah yang
strategis. Untuk kompetensi guru yang belum merata dilakukan
pembinaan, pelatihan, dan diikutsertakan dalam seminar, work shop yang
menunjang kepada pembentukan kompetensi utama guru.Menerapkan
Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) berbasis kinerja yang diikuti rewards
dan punishment.
Untuk menumbuhkan kesadaran diri akan profesi dilakukan
pembinaan, supervisi, kunjungan kelas kepada semua pendidik.Untuk
sarana prasarana yang kurang memadai, maka dilakukan terobosan dengan
berbagai pihak terkait baik dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta, orang
tua siswa dan masyarakat sekitar dan memberdayakan sarana prasarana
yang ada. Untuk sistem pengawasan dilakukan sistem pengawasan
melekat dengan pemberdayaan tenaga guru piket, para wakil kepala
sekolah bidang Kurikulum, kesiswaan dan sarana prasarana yang setiap
minggunya membuat laporan dari hasil pengawasan untuk dievaluasi dan
ditindak lanjuti.Untuk sarana komunikasi dan informasi dibuat jalinan
kerjasama dengan instansi terkait, memasang telepon, bel, speaker, media
informasi untuk guru dan peserta didik, serta memberdayakan wakil
kepala sekolah bidang sarpras dan humas.
Disisi lain langkah yang dilakukan guru adalah, memberdayakan
sarana prasarana yang ada, meningkatkan kualitas sumber daya guru
melalui ikut dalam pelatihan, seminar, meneruskan sekolah yang relevan
dengan kualifikasi akademik, melakukan home visit kepada para peserta
didik untuk menjalin hubungan baik dengan orang tua dan masyarakat.
Kepala Sekolah, guru, komite Sekolah dan pengawas yaitu; (a)
Menyediakan fasilitas dan sumber belajar untuk kegiatan produktif dan
kreatif yang mudah dicapai sehingga guru yang mempunyai sikap malas
dan loyo diarahkan dengan intensif yang pada giliranya akan membuat
mereka mengarah pada kerja yang produktif dan kreatif. (b) Menciptakan

132
133

budaya kerja guru. Budaya kerja merupakan suatu tata cara dimana suatu
pekerjaan sesuai dengan norma-norma serta nilai-nilai kerja. (c)
Menumbuhkan sikap kreatif dan positif terhadap tantangan-tantangan dan
tidak pernah merasa puas dengan hasil yang dicapai.(d) Untuk kompetensi
guru yang belum merata dilakukan pembinaan, pelatihan, dan
diikutsertakan dalam seminar, work shop yang menunjang kepada
pembentukan kompetensi utama guru.(e) Untuk menumbuhkan kesadaran
diri akan profesi dilakukan pembinaan , supervisi, class visit kepada semua
pendidik.(f) Untuk sarana prasarana yang kurang memadai, maka
dilakukan menggalang dana melalui net working bagi penyediaan sarana
prasarana pendidikan dan memberdayakan sarana prasarana yang lebih
utama sambil mempersiapkan kebutuhan sarana yang lainnya.
Hasil wawancara dengan ketua komite SMAN 48 di peroleh bahwa
untuk bisa menimbulkan kesadaran guru perludilakukan pelatihan dan
pembinaan yang rutin dengan daya kontrol yang kontinu, PKG harus
objektif dilakukan kepala Sekolah, memberikan rewards kepada guru agar
mau melanjutkan studi lagi, menjalin kerjasama dengan orang tua siswa
dan masyarakat dengan baik. Perlu diberlakukan punishment yang tegas
dan jelas.Melakukan pendekatan dengan Kepala Sekolah untuk melakukan
keterbukaan terutama dalam masalah keuangan sekolah, melakukan
pendekatan dan kerjasama dengan para tokoh masyarakat yang dianggap
mewakili para orang tua peserta didik. Melakukan pembenahan
manajemen sekolah secara perlahan-lahan, memberikan masukan kepada
kepala Sekolah untuk perbaikan, menjalin kerjasama dengan pihak lain
dalam rangka pengadaan sarana prasarana pembelajaran,meningkatkan
kesejahteraan guru,memberikan pembinaan tentang profesionalisme guru
secara berkesinambungan, memberikan masukan kepada kepala Sekolah
akan pengelolaan Sekolah yang proporsional, dan profesional sesuai
dengan kebutuhan para customersnya. Langkah yang dilakukan guru
adalah, memberdayakan sarana prasarana yang ada, meningkatkan kualitas
sumber daya guru melalui ikut dalam pelatihan, seminar, meneruskan studi
yang relevan dengan kualifikasi akademik, melakukan home visit kepada
para peserta didik untuk menjalin hubungan baik dengan orang tua dan
masyarakat.
Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah di temukan bahwa
kegiatan MGMP di sekolah keberadaan hanya seremonial belaka tidak
sesuai dengan apa fungsi MGMP yang sebenarnya. Seharusnya Pembinaan
yang dilaksanakan melalui kegiatan MGMP kepada guru dapat
meningkatkan pembelajaran bagi guru-guru. Karena Setelah guru
melaksanakan kegiatan yang diselenggarakan oleh pengurus MGMP
diharapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan guru dalam mengajar
semakin meningkat yang diaktulisasikan melalui proses belajar mengajar
di kelas untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang berkesinambungan
yang pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan. Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP), merupakan forum atau wadah kegiatan guru
mata pelajaran yang dibentuk atas dasar kebutuhan untuk meningkatkan
kompetensi dan kinerja guru mata pelajaran serta mengimbangi
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat

133
134

cepat. Kegiatan yang dilaksanakan di MGMP adalah upaya peningkatan


pembinaan profesional guru yang disebut dengan sistem pembinaan
profesional yang diberikan kepada guru melalui penekanan pada bantuan
layanan profesi berdasarkan kebutuhan guru di lapangan dalam rangka
meningkatkan profesionalisme guru.
MGMP adalah wadah kerjasama guru-guru sebagai tempat
mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan kemampuan profesional
yaitu dalam hal merencanakan, melaksanakan, dan menilai kemajuan
belajar siswa. Di MGMP guru dapat bertukar pendapat untuk
meningkatkan proses belajar mengajar dan menyelesaikan masalah
pendidikan yang dihadapi, menyangkut pada upaya perbaikan
pembelajaran.

C. Interpretasi Temuan Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi dan di
dukung oleh Teori Manajemen,Teori Manajemen, Teori Strategi
Pembelajaran dan Teori Mutu, bahwa hasil penelitian tentang Manajemen dan
Strategi Pembelajaran Dalam Meningkatkan Mutu Lulusan Yang Siap Masuk
Perguruan Tinggi. Maka diperoleh beberapa persamaan dan perbedaan dalam
perencanaan pelaksanaan dan penilaian pada Strategi Pembelajaran di tingkat
sekolah yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan Manajemen dan Strategi Pembelajaran Dalam Meningkatkan


Mutu Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan Tinggi.
Dari data perencanan pembelajaran, terungkap bahwa perumusan
perencanaan pada kedua sekolah yang diteliti adalah sebagai berikut.
a. Visi dan misi SMA
Berdasarkan perolehan hasil penelitian yang telah dipaparkan di
atas, ditemukan bahwa perumusan strategi sekolah mendorong para
pembuat keputusan organisasi sekolah untuk memfokuskan diri pada
kondisi sekarang dan masa depan secara sistemik dan menyeluruh.
Perumusan strategi pemberdayaan sekolah mengandung visi, misi,
tujuan dan strategi serta program yang dikembangkan secara realistik
untuk mengantisipasi perkembangan masa kini dan masa depan.
Pemahaman visi dan misi oleh pengelola dan pimpinan pada
kedua sekolah tersebut menunjukkan bahwa pihak yayasan, kepala
sekolah dan wakil kepala sekolah memahami visi dan misi sekolah
sebagai acuan dan arah dalam membangun dan mewujudkan cita-cita
sekolah. Mereka memahami visi dan misi sebagai ruh organisasi
sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan tuntutan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tantangan internal
maupun eksternal sekolah. Visi dan misi sekolah sudah dipahami para
pimpinan sekolah, namun berdasarkan hasil wawancara, sebagian
besar guru, staf belum memahami visi dan misi sekolah secara utuh.
Sekalipun menurut pandangan para pimpinan sekolah, mereka sudah
memahami dengan benar terkait visi dan misi masing-masing sekolah.

134
135

Dari hasil wawancara lanjutan dengan staf dan beberapa guru di


masing-masing sekolah, terlihat lebih kontras bahwa visi dan misi
sekolah hanya dipahami oleh kepala sekolah dan wakilnya sebagai
pimpinan sekolah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, terungkap bahwa
sosialisasi visi dan misi sekolah dilakukan oleh kepala sekolah dan
wakil kepala sekolah dalam beberapa kegiatan formal maupun non
formal. Bentuk kegiatan formal diantaraya berupa rapat dengan para
guru, rapat dengan karyawan, masa orientasi siswa baru, pertemuan
rapat orang tua siswa, pertemuan rapat dengan dewan sekolah atau
kegiatan formal lainya. Sedangkan bentuk sosialisasi visi dan misi
yang dilakukan secara non formal oleh pimpinan sekolah terungkap
melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler siswa, kegiatan
kebersamaan dengan warga sekolah, berupa tulisan yang dipampang
di tempat-tempat strategis sekolah dan di berbagai kesempatan
lainnya.
Dari kedua kasus sekolah yang diteliti terungkap bahwa
pimpinan sekolah memahami pentingnya sosialisasi visi dan misi
sekolah dalam upaya memobilisasi segenap warga sekolah sehingga
pada akhirya mampu mendayagunakan segenap kemampuannya untuk
mewujudkan visi dan misi secara berkelanjutan. Hal ini menunjukkan
bahwa ketiga apa kedua ? kasus sekolah yang diteliti memiliki
kemampuan untuk meningkatkan mutu sekolah dalam bentuk prestasi
akademik dan non akademik.
Pentingnya visi bagi organisasi sekolah pada kedua sekolah
yang diteliti menunjukkan bahwa pimpinan sekolah dan warga
sekolah memahami betapa pentingnya visi bagi kekuatan organisasi
untuk diwujudkan. Selain itu, juga menandakan bahwa pimpinan
sekolah dan warga sekolah memahami bahwa visi sebagai daya
pandang jauh ke depan, mendalam dan luas yang merupakan daya
pikir abstrak, memiliki kekuatan yang amat dahsyat dan dapat
menerobos segala batas-batas fisik, waktu dan tempat.
Berdasarkan hasil analisis wawancara dan observasi,
menunjukkan bahwa pimpinan dan warga sekolah memahami betapa
pentingnya menggairahkan dan memformulasikan visi kaitannya
dengan manajemen sekolah yang berbasis mutu lulusan. Dalam
mewujudkan visi menjadi sebuah kenyataan, seorang pemimpin
sangat penting untuk merumuskan visinya dengan jelas. Sekolah
sebagai organisasi yang dihadapkan kepada perubahan akibat
kemajuan iptek, sehingga dipandang penting untuk merumuskan
visinya. Kandungan visi ketiga apa kedua ? sekolah, sudah baik dan
memiliki tujuan utama yang selalu dikaitkan dengan porses
perubahan, yaitu: (1) memperjelas arah umum perubahan kebijakan
organisasi, (2) memotivasi karyawan, dan (3) membantu proses
mengkoordinasikan tindakan-tindakan tertentu dari anggota yang
berbeda-beda.
Pada kedua sekolah menunjukkan bahwa visi dan misi
ditumbuhkembangkan kepada seluruh warga sekolah untuk kemudian

135
136

dipahami, dimaknai dan tertanam di dalam setiap tindakan, pikiran


dan hatinya sehingga mampu menghadapi tantangan dan harapan
masyarakat sebagai pelanggan pendidikan. Hal tersebut menegaskan
bahwa pimpinan sekolah dan stafnya telah mengetahui dengan persis
bahwa tujuan dirumuskannya visi adalah: (1) menyelesaikan masalah-
masalah yang dihadapi organisasi melalui pendekatan yang mendasar,
(2) menjadikan karyawan berdaya untuk mengendalikan perilakunya
sesuai dengan yang diharapkan di dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, dan (3) visi yang akurat memberikan jaminan bagi
kelangsungan hidup dan perkembangan organisasi.
Visi mendapat perhatian penting dalam manajemen sekolah
yang diteliti. Visi dipandang sebagai acuan dalam proses pengambilan
keputusan, pembuatan kebijakan dan perumusan sratejik. Pimpinan
sekolah juga memahami bahwa visi merupakan arah bagi manajemen
organisasi, karena disadari dan ditemukan bahwa visi itu amat
dominan perannya dalam proses pembuatan keputusan, termasuk
dalam setiap pembuatan kebijakan dan perumusan strategi. Visi
merupakan atribut kunci kepemimpinan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan sekolah tentang
terbentuknya visi sekolah menunjukkan bahwa proses terbentuknya
visi melalui proses musyawarah tim yang dibentuk oleh pimpinan.
Hasil rumusan visi tersebut sesuai dengan keinginan dan harapan,
sikap dan komitmen untuk diwujudkan oleh semua warga sekolah.
b. Tujuan SMA
Secara filosofis perumusan tujuan sekolah sama dengan tujuan
hidup. Pentingnya tujuan dalam penyelenggaraan pendidikan sama
pentingnya dengan penentuan tujuan dalam proses kehidupan.
Mungkin tidak ada tujuan bagi orang yang tidak memiliki tujuan
hidup. Tanpa adanya tujuan yang jelas seperti dikatakan Davies
(1976:73) semua perencanaan itu bagaikan mimpi yang tak mungkin
dilakukan. Tujuan pembelajaran menggambarkan tentang idealisme,
cita-cita keadaan individu atau masyarakat yang dikehendaki.
Karenanya tujuan merupakan salah satu hal yang penting, sebab tidak
saja memberikan arah kemana harus dituju, tetapi juga memberikan
arah ketentuan yang pasti dalam memilih strategi-strategi dan evaluasi
kegiatan yang dilakukan.
Sesuai dengan kriteria yang baik, tujuan kedua SMA yang
diteliti: (1) rumusan tujuannya sudah kosisten dengan tujuan pada
tingkat yang lebih atas. Tujuan-tujuan yang bersifat penjabaran dari
suatu tujuan yang lebih tinggi jenjangnya sudah sesuai atau tidak
bertentangan dengan hal-hal yang diisyaratkan oleh tujuan tersebut.
Tujuan ketiga SMA tersebut, dijabarkan dari visi dan misi SMA; (2)
rumusan tujuannya tepat, seksama dan teliti. Tujuan hanya berguna
jika dirumuskan secara teliti dan tepat sehingga memungkinkan orang
mempunyai kesamaan pengertian terhadapnya. Perumusan tujuan
yang cermat akan memungkinkan kita untuk melaksanakannya dengan
penuh kepastian. Ketelitian berhubungan dengan skope tujuan, walau
tidak untuk menentukan berapa banyak harapan yang harus

136
137

terkandung dalam suatu tujuan; (3) rumusan tujuannya


mengidentifikasi secara spesifik yang menggambarkan keluaran
kompetensi yang dimaksudkan; (4) rumusan tujuannya bersifat
relevan dan berfungsi. Kerelevansian berhubungan dengan persoalan
personal dan sosial, atau masalah praktis yang dihadapi individu dan
masyarakat. Memang harus diakui bahwa terdapat perbedaan
pengertian tentang kerelevansian itu karena adanya perbedaan masalah
dan kepentingan antara tiap individu; (5) rumusan tujuannya,
mempunyai kemungkinan untuk dicapai. Perumusan tujuan yang
terlalu muluk (karena terasa lebih ideal) dan melupakan faktor
kemampuan atau realitas hanya akan berakibat tujuan itu tak tercapai.
Suatu program kegiatan dikatakan efektif jika hasil yang dicapai dapat
sesuai atau paling tidak, tidak terlalu jauh berbeda dengan
perencanaan; (6) rumusan tujuannya, memenuhi kriteria kepantasan
“worthwhilness” . Pengertian “pantas” yang dimaksud mengarah pada
kegiatan memilih tujuan yang dianggap lebih memiliki potensi,
bersifat mendidik, dan lebih bernilai. Memang agak sulit menentukan
tujuan yang lebih pantas karena dalam hal ini, dikaenakansetiap orang
bisa mengalami perbedaan kesepakatan pengertian. Namun secara
umum kriteria kepantasan tersebut sudah digunakan sebagai dasar
pertimbangan objektif, dan argumentasi yang objektif. Dalam hal ini
Peter dalam (Davies, 1976:18) menyarankan tiga kriteria, yaitu“(a)
aktivitas harus berfungsi dari waktu ke waktu, (b) aktivitas harus
bersifat selaras dan seimbang dari pada bersaing, mengarah ke
keharomonisan secara keseluruhan, dan (c) aktivitas harus bernilai dan
sungguh-sungguh khususnya yang menunjang dan memajukan
keseluruhan kualitas hidup”.
Tujuan kedua SMA yang diteliti, dapat dilihat seperti pada
uraian berikut ini: Tujuan SMAN 67 dalam penyelenggaraan
sekolah, yaitu: tujuan umum: (1) Meningkatkan akhlaqul karimah,
berpengetahuan, terampil, cerdas, mandiri, dan tanggung jawab
(2).MenghasilkanLulusan yang unggul dan berkarakter serta diterima
di Perguruan Tinggi Negeri favorit di dalam maupun di luar negeri
(3). Mampu bersaing dalam ajang lomba intra dan ekstrakurikuler
tingkat Nasional dan Regional serta Internasional.
Tujuan SMAN 48 Jakarta dalam penyelenggaraan sekolah,
yaitu: (1) Membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif dan
mandiri; (2).Mengembangkan sikap toleransi untuk mewujudkan
masyarakat yang damai, saling menghargai sehingga terwujud
kerukunan hidup; (3).Mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan
sehari-hari; .(4).Meningkatkan kecintaan terhadap kebudayaan
nasional; (5). Meningkatkan rasa cinta tanah air; (6). Meningkatkan
pelayanan kepada anak didik; (7). Memberikan proses pengajaran
yang kreatif, inovatif dan menyenangkan; (8). Meningkatkan minat
belajar dengan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi;
(9)Meningkatan tertib administrasi; (10)Menerapkan kurikulum KTSP
secara konsisten; (11)Meningkatkan pemahaman tentang undang-

137
138

undang sidiknas dan peraturan-peraturan tentang pendidikan;


(12).Meningkatkan nilai ulangan/Penilaian baik Harian maupun akhir
semester/tahun dan nilai Ujian Nasional dengan program pendalaman
materi; (13).Meningkatkan siswa yang diterima di perguruan tinggi
baik negeri maupun swasta; (14).Memberikan kesempatan peserta
didik mengembangkan kreatifitas melalui kegiatan - kegitan OSIS dan
ekstrakurikuler; (15).Meningkatkan prestasi ekstrakurikuler dengan
memberikan fasilitas kegiatan yang memadai dan program yang baik,
serta pelatih/pembina yang kompeten; (16)Manajemen yang akuntabel
dan transparan; (17)Meningkatkan harapan yang tinggi untuk belajar
dan mengembangkan karier; (18)Menjalin hubungan dengan orang tua
dan alumni; (19).Menjalin kerjasama dengan sekolah, Perguruan
Tinggi, Lembaga dalam dan luar negeri (20).Terwujudnya pembiasaan
berperilaku hidup bersih dan sehat. (21).Terwujudnya penanaman jiwa
kewirausahaan. (22). twazerwujudnya menciptakan lingkungan yang
nyaman dan asri
Dari rumusan tujuan kedua SMAN tersebut, menggambarkan
adanya strategi pembelajaran yang dilakukan sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan. Hal ini mengisyaratkan bahwa sekolah
telah merencanakan adanya perbaikan-perbaikan dalam mencetak
lulusan dengan mengedepankan akhlak-akhlak yang terpuji sebagai
landasan dalam menjalankan falsafah manusia sebagai makhluk
pribadi yang diciptakan Allah Subhanahu Wata’ala dan sebagai
makluk sosial sebagai pondasi utama yang harus dilakukan pembinaan
terlebih dahulu, sehingga dapat melandasi kemampuan-kemampuan
lainnya dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama. Selain
itu, tersirat pula adanya strategi pembelajaran dalam pengembangan
kompetensi lulusan berbasis kecakapan hidup, pemenuhan sarana-
prasarana dan program pendidikan serta program pengembangan
kemandirian yang semuanya berorientasi keunggulan mutu lulusan.

2. Pelaksanaan Manajemen dan Strategi Pembelajaran Dalam


Meningkatkan Mutu Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan Tinggi
Pelaksanaan strategi pembelajaran merupakan proses pendefinisian
tujuan dan bagaimana untuk mencapainya sedangkan perencanaan dalam
pembelajaran berarti menentukan tujuan, aktifitas dan hasil yang ingin
dicapai dalam proses pembelajaran. Untuk mengimplementasikan strategi
dan kebijakan yang telah dirumuskan dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
organisasi, yaitu berupa pengembangan program, pengembangnan prosedur,
dan penganggaran biaya untuk mewujudkan berbagai langkah strategi.
Dalam implementasi strategi, sangat dituntut efektivitas pemimpin dalam
menjalankan kepemimpinannya, karena hal tersebut akan berdampak pada
banyak hal dalam produktivitas organisasi. Untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan dengan efisien, diperlukan motivasi personil dan

138
139

adanya kerjasama yang harmonis antara anggota internal dan eksternal


organisasi sekolah, sehingga mampu saling memberdayakan antar personil.
Dari hasil penelitian, dalam penerapan penyelenggaraan sekolah menengah
atas, ditemuan beberapa karakteristik sebagai berikut:

a. Pengelolaan Kebijakan
Penerapan kegiatan di bidang kurikulum, pada dasarnya mengacu
pada: (1) kompetensi, (2) pembelajaran tuntas (mastery learning),
(3) berbasis luas dan mendasar, (4) menggunakan system ganda
(mengikuti kurikulum sesuai kompetensi lulusan yang
distandarkan dinas pendidikan dan mengacu kepada standar
kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja), (5) mengarah
pada penguatan daya saing dan kemandirian lulusan. Dari hal itu,
maka kepada setiap sekolah menengah atas diberi keleluasaan
untuk secara aktif mengembangkan kurikulum yang ada, sesuai
dengan kemampuan sekolah dan perkembangan tuntutan
masyarakat terhadap mutu pendidikan, yang kemudian dikenal
dengan istilah kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang diterapkan pada kedua
sekolah menengah atas tersebut, diantaranya memiliki
karakteristik sebagai berikut (1) telah ditelaah dan disesuaikan
secara bersama antara pihak sekolah, dunia udaha dan industri
serta pihak perguruan tinggi, (2) terdapat beberapa kesepakatan
antara pihak sekolah dengan dunia industri terkait sub-sub
kompetensi lulusannya, (3) kurikulum diimplementasikan dengan
cara menambah dan mengoptimalkan jam pelajaran, terutama
untuk materi praktek laboratorium, sehingga memberikan
pengalaman yang lebih baik, (4) untuk mengetahui kesesuaian
kurikulum, sekolah bersama-sama dengan pihak industri secara
bersama mengevaluasinya secara periodik tiap tahun. Berdasarkan
uraian di atas, terlihat bahwa siswa mempunyai beberapa
kelebihan, selain kompetensi yang disyaratkan oleh dinas
pendidikan melalui standar kompetensi, dan kompetensi dasarnya,
para siswa juga memiliki keahlian yang dibutuhkan secara teknis
oleh pihak dunia usaha. Digunakannya kurikulum tambahan yang
telah disesuaikan dengan industri ini, diantaranya terdapat dua
alasan pokok yaitu: (1) percepatan perkembangan teknologi
industri biasanya lebih cepat daripada informasi yang diperoleh
sekolah (bilamana tidak langsung mengadopsi), sehingga
kemudian pihak sekolah harus senantiasa berupaya untuk selalu
menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi tersebut; (2)
perkembangan situasi dan kondisi industri pada tiap tempat tidak
selalu bersamaan, sehingga terkadang terdapat industri yang
sudah sangat maju atau ada pula industri yang relatif belum maju.
Hal tersebut merupakan suatu tantangan bagi sekolah, untuk
seantiasa menyediakan tenaga terampil, yang benar-benar sesuai

139
140

dengan yang diharapkan oleh industri tersebut.


b. Penataan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tenaga pendidik merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan
pembelajaran, sehingga berhasil tidaknya seorang siswa menguasai
suatu kompetensi banyak ditentukan oleh kualitas pendidik. Sumber
daya penunjang dalam menyelenggarakan sekolah adalah tenaga
kependidikan, yang mengelola administrasi, sehingga semua proses
pembelajaran berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan.
c. Pengalokasian sumber-sumber agar strategi pembelajaran yang
diformulasikan dapat dilaksanakaan
1) Sarana Prasarana Sekolah
Agar pelaksanaan kurikulum berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, dibutuhkan sarana prasarana sekolah menengah
farmasi yang memadai. Karakteristik sarana prasarana
sekolah menengah farmasi yang diteliti diantaranya sebagai
berikut (1) memiliki ruang kelas dengan kuantitas jumlah
dan kualitas yang memadai sesuai dengan jumlah siswa tiap
rombongan belajar. Pada beberapa ruang kelas sudah
dilengkapi dengan peralatan multimedia berupa computer,
proyektor dan sound system yang sangat membantu dan
memudahkan dalam pembelajaran; (2) selain memiliki
laboratorium, ketiga sekolah juga memiliki sarana lain
seperti perpustakaan, tempat ibadah, lapangan olahraga,
bahkan terdapat diantaranya yang memiliki asrama untuk
pemondokkan para siswanya. Pada sekolah yang memiliki
pemondokkan ini, selain pembelajaran sebagaimana biasa,
terhadap para siswanya juga diberikan mentoring
keagamaan dan remediasi sekaligus bimbingan bagi siswa-
siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran.Dari
kedua sekolah menengah atas yang diteliti, nampak
beberapa kekuatan sarana prasarana yang menunjang dalam
pembelajaran yang kemudian akan sangat berpengaruh
dalam mutu lulusan yang dihasilkan.
2) Kesiswaan
Sebagai salah satu sumber daya pendidikan, siswa
menempati posisi strategi dalam keseluruhan proses
penyelenggaraan pendidian di sekolah, termasuk sekolah
menengah farmasi. Segenap aktivitas sekolah sesunguhnya
diorientasikan sebesar-besarnya untuk menyuguhkan
sesuatu yang sangat bermakna bagi siswa, sehingga pada
akhirnya memiliki kompetensi yang sesuai dengan harapan
semua pihak.
Pada kedua SMA yang diteliti, ditemukan beberapa
karakteristik terkait siswa, yaitu sebagai berikut (1) pada

140
141

tiap tahunnya siswa pendaftar selalu di atas jumlah flapon


yang akan diterima, (2) siswa pendaftar, terkadang
dianjurkan oleh kakak atau saudaranya sendiri, yang sudah
terlebih dahulu lulus dari SMA tersebut; (3) semangat
belajar siswa sangat tinggi, hal tersebut dapat diamati ketika
mengikuti proses belajar mengajar serta sesudahnya,
dimana para siswa masih banyak menghabiskan waktu di
kelas atau di laboratorium, sekalipun jam belajar sudah usai,
dan mereka memanfaatkannya untuk kegiatan
menyelesaikan tugas-tugas atau praktek laboratorium; (4)
kedisiplinan untuk cara berpakaian baik ketika proses
belajar mengajar, ketika istirahat ataupun ketika pulang
sekolah; (5) kedisiplinan untuk cara menggunakan berbagai
peralatan terutama di laboratorium, sangat hati-hati dan
teratur, sehingga sesuai dengan yang disyaratkan dalam
praktek industri; (6) terdapat penanaman sikap dan budaya
kerja seperti diterapkan dalam dunia usaha dan industri,
diantaranya dalam hal kedisiplinan waktu, prosedur kerja,
cara berpakaian, cara bertingkah laku dan cara bekerja serta
menyelesaikan permasalahan sekitar pekerjaan; (7) terdapat
penanaman nilai-nilai keagamaan yang relatif kuat pada
satu sekolah yang diteliti, dan hal tersebut berpengaruh
banyak pada cara bersikap, cara berpakaian dan
ketenangannya dalam belajar atau ketika mendapatkan
suatu masalah dalam belajar.
3). Lulusan
Baik buruknya mutu suatu SMA, dapat pula diteropong
melalui kompetensi dan keberadaannya lanjut PTN dan
Ikatan Dinas. Karena biasanya sekolah yang bermutu dilihat
dari hasil lulusan yang lanjut Pendidikan, Dan di terima di
PTN dan Ikatan Dinas yang direncanakan siswa. diketahui
secara pasti kompetensi lulusannya.
Terkait dengan lulusan, pada kedua sekolah menengah atas
yang diteliti, memiliki ciri-ciri sebagai berikut (1) pada tiap
tahunnya, tingkat kelulusan 100 % dan 80% siswa lanjut
pendidikan (PTN dan Ikatan Dinas), (2) perolehan nilai ujian
siswa, relatif jauh lebih tinggi dibandingkan nilai terendah
lulusan yang distandarkan dinas pendidikan.
d. Nilai Budaya Mutu yang Ditumbuh kembangkan dalam Strategi
Pembelajaran di SMAN Jakarta
Nilai-nilai ketaqwaan dibudayakan kepada siswa, hal ini dimaksudkan
sebagai pondasi dalam hal keimanan dan ketaqwaan menuju ketauhiddan yang
hakiki, serta menjadi penyejuk dan ketenangan jiwa, sehingga memiliki
keseimbangan antara lahiriah dan batiniah, dan membentuk pribadi yang
matang. Selain itu juga diterapkan pendidikan karakter sebagai dasar
berprilaku. Nilai-nilai perusahaan, dimaksudkan sebagai cara kerja dan cara

141
142

berpikir yang dipersyaratkan dalam dunia kerja, khususnya industri atau


perusahaan, seperti kemandirian, etos kerja, disiplin dan professional.
Dari kedua sekolah yang diteliti, diantaranya memiliki karakteristik
sebagai berikut (1) siswa berpenampilan sopan, bersih dan ramah, (2)
berinisiatif dan berupaya untuk mengembangkan diri; (3) datang, dan bekerja
tepat waktu, sesuai dengan prosedur yang benar, (4) bertanggung jawab, (5)
peka terhadap lingkungan kerja, (6) berkomunikasi dengan baik, (7)
berkonsultasi atas tugas-tugas yang belum dipahami, (8) komitmen dan
semangat untuk terus berupaya menjadi yang lebih baik, (9) kepala sekolah
mampu memahami dan membimbing segenap warga sekolah untuk
mewujudkan visi dan misi serta tujuan sekolah, serta mensinergiskan semua
komponen sehingga bersatu untuk mewujudkan sekolah yang mampu
menghasilkan lulusan yang berkualitas, (10) kompetensi siswa menggunakan
standar kompetensi sesuai dengan yang digariskan oleh dinas pendidikan dan
juga sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia kerja; (11)
adanya kepercayaan masyarakat dan dunia kerja serta stake holder lainnya
yang tinggi terhadap perkembangan sekolah menengah farmasi, (12) adanya
dukungan kebijakan dan komitmen dinas pendidikan yang tinggi terhadap
sekolah menengah atas, (13) semua sekolah menengah farmasi yang ada,
seluruhnya dikelola oleh pihak swasta. Untuk memudahkan dalam
menyambungkan antara kepentingan sekolah, kepentingan siswa, kepentingan
perusahaan, kepala sekolah yang dianggap menguasai dan sesuai dengan
pilihan guru.

c. Manajemen dan Strategi Pembelajaran Dalam Meningkatkan Mutu Lulusan


Yang Siap Masuk Perguruan Tinggi.
Untuk melihat seberapa jauh fungsi-fungsi manajemen dijalankan dalam
mengimplementasikan perencanaan strategi pembelajaran , dilakukan evaluasi
strategi. Keterlibatan seluruh personil dalam berbagai level manajemen, harus
terlibat secara aktif dan proaktif sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing.
Keterlibatan seluruh personil organisasi akan menentukan seberapa jauh
perencanaan yang telah ditetapkan berhasil secara efektif. Disamping keterlibatan
personil organisasi secara menyeluruh, iklim organisasi dan motivasi menjadi
penting untuk mendukung berbagai program yang telah ditetapkan. Selain itu,
yang tak kalah pentingnya adalah meyakinkan seluruh sumber daya manusia
untuk proaktif sehingga jelas memberikan kontribusi bagi organisasi sekolah.

142
143

Dalam upaya mengevaluasi perencanaan dan penerapan untuk


mewujudkan tujuan organisasi sekolah, kedua sekolah tersebut diantaranya
memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) senantiasa melakukan refleksi atas
kemampuan para siswa, terutama berkaitan dengan kompetensi produktif, yang
merupakan andalan dan ciri khas bidang keahlian farmasi, yaitu berupa
kompetesi laboratorium resep den simplisia, (2) membandingkan kompetensi
para siswa didiknya dengan sekolah menengah farmasi lainnya ketika melakukan
praktek yang kemudian dijadikan umpan balik untuk memperbaiki pembelajaran
dan kompetensi siswa selanjutnya, (3) berupaya menyelenggarakan pembelajaran
yang lebih efektif dengan senantiasa melakukan evaluasi internal dengan periode
tengah semester, semester dan tahunan; (4) melakukan studi banding serta
kesesuaian antara program sekolah dan program-program kewirausahaan,
terutama menyangkut standar kompetensi lulusan, (5) melihat turun naiknya
jumlah siswa pendaftar, yang merupakan cerminan mutu dan pandangan
masyarakat sebagai konsumen. Visualisasinya dirumuskan melalui aktivitas
mental berupa kepercayaan masyarakat akan mutu sekolah sehingga berdampak
pada mutu lulusan yang dihasilkan, hal ini sejalan dengan pendapat Edward
Sallis (2008:56), bahwa: Mutu dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang
memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi ini
disebut juga dengan istilah mutu sesuai persepsi ( quality in perception ).Mutu
yang absolut ialah mutu yang idealismenya tinggi dan harus dipenuhi,berstandar
tinggi, dengan sifat produk bergengsi tinggi.Mutu yang relatif bukanlah sebuah
akhir, namun sebagai sebuah alat yang telah ditetapkan atau jasa dinilai, yaitu
telah memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Namun demikian masih ditemukan adanya hal-hal yang kurang optimal
dalam penerapan langkah-langkah strategi, diantaranya berupa: (1) sebagian guru
yang mengajar pada kedua SMA. Latar belakang pendidikan mereka juga berasal
dari non kependidikan, namun sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya,
hanya saja wawasan dan pemahaman guru terkait penggunaan metodologi
pembelajaran serta bimbingan dan konseling dalam pembelajaran sangat kurang,
sehingga terkadang dalam pembelajaran bila terdapat siswa yang merasa tidak
mampu atau mengalami kesulitan dalam pembelajaran, kemudian
penyelesaiannya sering dilaksanakan dengan penambahan tambahan waktu dan
kegiatan pembelajaran yang relatif lebih banyak untuk siswa tersebut
dibandingkan dengan siswa lainnya, tanpa didiagnosis terlebih dahulu apa

143
144

penyebab terjadinya kesulitan tersebut, serta dicarikan langkah-langkah


konstruktif lainnya untuk membantu siswa, sehingga tidak terjadi pada saat-saat
berikutnya; (2) metode pembelajaran yang digunakan para guru cenderung
monoton, yaitu bersifat ceramah untuk tiap mata pelajaran, sekalipun gurunya
beda-beda. Hanya guru-guru yang baik dalam hal menjelaskan, mungkin tidak
mudah menjemukan bagi para peserta didik, namun untuk guru yang
kemampuannya kurang dalam upaya menjelaskan pada siswa, terkadang hal
tersebut menjadi kendala. Hal tersebut terkadang terjadi, dimana guru tersebut
sebenarnya menguasai bahan yang akan disampaikan, namun beliau kurang
menguasai sistematika penyampaian serta metodologi pembelajaran, sehingga
para siswa sering mengalami kesulitan dalam belajar; (3) penggunaan metode
serta media pembelajaran pada mata pelajaran tertentu cenderung tidak
diperhatikan; (4) terbatasnya buku-buku sumber pelajaran yang dimiliki sekolah
untuk bisa digunakan oleh siswa. Buku-buku pelajaran yang ada di sekolah
dilihat dari segi kuantitas, tidak mencukupi sejumlah anak yang memerlukan,
selain itu dilihat dari kualitasnya, buku-buku pelajaran tersebut kurang lebih
terbitan 10-15 tahun yang lalu. Dimana informasi yang disampaikan dalam buku
tersebut, belum ter-update sesuai dengan informasi-informasi baru. Selain itu
buku-buku pelajaran yang ada hanya terbatas pada mata pelajaran tertentu; (5)
sebagian besar orang tua peserta didik, berasal dari keluarga yang kemampuan
ekonominya rendah, sehingga daya dukung keluarga dalam bentuk penyediaan
pembiayaan sekolah serta penyediaan buku-buku dan sarana penunjang lainnya
dalam pembelajaran relatif kurang;
Upaya-upaya yang dilakukan pihak sekolah selaku penyelenggara
pendidikan dalam memperbaiki tindakan, keputusan serta penerapan kebijakan
yang kurang atau tidak sesuai dengan harapan tersebut, diantaranya berupa: (1)
melakukan diskusi guru di sekolah sebagai tindakan refleksi terhadap beberapa
pelaksanaan pembelajaran yang mengalami hambatan, baik dari sudut pandang
siswa maupun dari sudut pandang guru; (2) menambah wawasan guru-guru
dengan menyediakan buku-buku terkait metodik didaktik pembelajaran; (3)
meminta pemerintah berupa bantuan buku elektronik sekolah dalam bentuk cetak,
walaupun masih terbatas untuk pelajaran-pelajaran tertentu. Meminta bantuan
alumni dan komite sekolah untuk mencarikan jalan keluar, terkait media dan
sumber belajar yang dapat digunakan para siswa dan guru dalam pelajaran,
termasuk diantaranya berupa buku-buku paket mata pelajaran; (4) menangguhkan

144
145

pembebanan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu, dengan mencari jalan
keluar berupa mencarikan donatur tetap sebagai orang tua asuh bagi anak
tersebut, menangguhkan beban biaya sampai mereka bekerja; (5) mengusulkan
calon-calon kepala sekolah dan wakil-wakilnya yang sesuai dengan tujuan
sekolah, senantiasa mampu mensinkronkan antara kepentingan sekolah dan
kepantingan yayasan yang kemudian berujung untuk meningkatkan kualitas
lulusan.

d.Hambatan Yang dihadapi dalam Manajemen dan Strategi Pembelajaran


Dalam Meningkatkan Mutu Lulusan Yang Siap Lanjut Perguruan Tinggi.
Berdasarkan wawancara, observasi dan studi dokumentasi penulis dengan
Kepala Sekolah, Guru, Siswa, Komite, dan Pengawas yang telah dilakukan
penulis terhadap 2 sekolah sasaran penelitian, masalah yang dihadapi dalam
melaksanakan kompetensi pedagogik dan profesional untuk meningkatkan mutu
hasil dari strategi pembelajaran pada SMAN di Jakarta , adalah manajemen
sekolah yang kurang proporsional dan profesional. Manajemen Sekolah
merupakan sebuah sistem artinya semua komponen sekolah memiliki keterkaitan
satu sama lainya secara sistemik, apabila salah satu komponen kurang berfungsi
dengan baik maka bisa berdampak kepada komponen lainnya yang dapat
mengganggu stabilitas kinerja guru kurang produktif. Komponen manajemen
sekolah meliputi manajemen ketenagaan, Kurikulum , kesiswaan, sarana
prasarana, pembiayaan dan hubungan kemasyarakatan. Fungsi manajemen
sekolah yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian
akan sulit berfungsi dengan baik bila pola manajemen sekolah bersifat tertutup
terutama pada SMA 48 Jakarta. Hal ini berdampak kepada kurangnya
permberdayaan guru yang secara tidak langsung dapat membunuh kreativitas
guru dan peserta didik untuk berinovasi dalam meningkatkan kompetensinya
yang berdampak pada peningkatan kinerja dan Mutu hasil pembelajaran.
Kultur sekolah berkaitan dengan lingkungan dan kebiasaan masyarakat
sekitar, bila dilihat dari letak geografis ketiga SMAN ini sangat strategis untuk
mengembangkan kemampuan guru dan siswa serta lembaga. Iklim spiritual yang
ada dilingkungan sekolah cukup baik terbukti ketiga SMA tersebut mempunyai
masjid yg cukup megah dan para guru banyak yang relegius.Pembiayaan
pendidikan di SMA terutama di SMA Negeri di Jakarta ditanggung oleh
pemerintah Pusat dan daerah melalui dana BOS dan BOP, sedangkan
kemampuan sekolah berbeda beda dalam pengelolaannya. Kedua fenomena ini

145
146

dapat memberikan implikasi akan kinerja guru profesional yang beragam.


Berbagai permasalahan yang beragam muncul dalam mengaplikasikan
Kompetensi Inti oleh guru dalam meningkatkan kinerja dan hasil pembelajaran
perlu disikapi dengan cepat, tepat dan akurat untuk ditemukan solusinya.

e. Solusi dalam mengatasi Hambatan Manajemen dan Strategi


Pembelajaran Dalam Meningkatkan Mutu Lulusan Yang Siap Masuk
Perguruan Tinggi
Berdasarkan wawancara, observasi dan studi dokumentasi penulis
dengan Kepala Sekolah, Guru, Siswa, Komite, dan Pengawasyang telah
dilakukan penulis terhadap 3 sekolah sasaran penelitian maka berdasarkan
temuan di lapangan, langkah-langkah yang dilakukan kepala sekolah
bekerjasama dengan pengawas dan komite SMA sudah tepat yaitu melalui
pembinaan, pelatihan, supervisi, bimbingan dan konseling, penyediaan sarana
prasarana pembelajaran, belum mampu memberikan hasil yang
mengembirakan. Bila diinterpretasikan langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut: (1) Materi pembinaan yang diberikan kurang berorientasi
kepada kebutuhan guru, hanya sebatas seremonial terpenuhinya kewajiban
kerja kepala Sekolah dan pengawas telah melakukan pembinaan.(2) Pembinaan
yang dilakukan pengawas terlalu umum untuk semua guru mata pelajaran,
bukan berdasarkan kelompok MGMP karena pengawas di Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan serta Dinas pendidikan Kota Administrasi Jakarta
Timur, belum ada rumpun pengawas khusus mata pelajaran, hal ini bertolak
belakang dengan tuntutan standar kualifikasi,kompetensi dan sertifikasi guru.
(3) Pelatihan penelitian tindakan kelas yang diberikan tidak di tindaklanjuti
dengan fungsi pengawasan kepala Sekolah yang berkelanjutan.(4) Manajemen
Sekolah kurang mampu membuat sistem pemberdayaan guru secara
proporsional dan kurang memfungsikan unsur-unsur fungsi manajemen secara
tepat.
Pembinaan yang dilaksanakan melalui kegiatan MGMP kepada guru
dapat meningkatkan kinerja bagi Guru-guru. Karena Setelah guru
melaksanakan kegiatan yang diselenggarakan oleh pengurus MGMP
diharapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru dalam mengajar
semakin meningkat yang diaktulisasikan melalui proses belajar mengajar di
kelas untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang berkesinambungan yang
pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan. Musyawarah Guru Mata

146
147

Pelajaran (MGMP), merupakan forum atau wadah kegiatan guru mata


pelajaran yang dibentuk atas dasar kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi
dan kinerja guru mata pelajaran serta mengimbangi perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat cepat. Kegiatan yang
dilaksanakan di MGMP adalah upaya peningkatan pembinaan profesional guru
yang disebut dengan sistem pembinaan profesional yang diberikan kepada guru
melalui penekanan pada bantuan layanan profesi berdasarkan kebutuhan guru
di lapangan dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru.
MGMP adalah wadah kerjasama guru-guru sebagai tempat
mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan kemampuan profesional yaitu
dalam hal merencanakan, melaksanakan, dan menilai kemajuan belajar siswa.
Di MGMP guru dapat bertukar pendapat untuk meningkatkan proses belajar
mengajar dan menyelesaikan masalah pendidikan yang dihadapi, menyangkut
pada upaya perbaikan pembelajaran.

D. Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil temuan bahwa lembaga pendidikan menengah atas
atau SMA merupakan sebuah lembaga yang memiliki korelasi yang tinggi
perguruan tinggi, dalam arti bahwa semakin tinggi mutu lulusan, semakin banyak
lulusan terserap oleh perguruan tinggi , maka akan semakin baik image tentang
lembaga pendidikan atau SMA, dan akan semakin tinggi pula minat masyarakat
untuk menjadi customer lembaga pendidikan tersebut.
SMAN 67 dan SMAN 48 merupakan lembaga pendidikan yang dimiliki
tenaga pendidik yang mampu memenuhi customers’ supply, demand and
satisfaction karena senantiasa meningkatkan mutu lulusannya. Hal ini terjadi akibat
dari SMAN 67 SMAN, 48, menerapkan Menejemen dan Strategi Pembelajaran
untuk meningkatkan mutu lulusan, yang terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian, dalam menentukan berbgai asfek yang akan dilkaksanakan, hal ini
sejalan dengan pendapat G. R. Terry (2010:16) bahwa:
Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
serta sumber-sumber yang lainnya.

Konsep dasar yang akan dilaksanakan dalam strtaegi pembelajaran dalam


rangka meningkatkan mutu lulusan yang siap masuk perguruan tinggi, mencakup
lima hal, yaitu: (1). Perencanaan Menejemen dan Strategi Pembelajaran untuk

147
148

meningkatkan mutu lulusan yang siap masuk perguruan tinggi (2). Pelaksanaan
Menejemen dan Strategi Pembelajaran untuk meningkatkan mutu lulusan yang
siap masuk perguruan tinggi ; (3). Penilaian Menejemen dan Strategi
Pembelajaran untuk meningkatkan mutu lulusan yang siap masuk perguruan
tinggi ;(4). Hambatan Menejemen dan Strategi Pembelajaran untuk
meningkatkan mutu lulusan yang siap masuk perguruan tinggi (5). Solusi
Menejemen dan Strategi Pembelajaran untuk meningkatkan mutu lulusan yang
siap masuk perguruan tinggi , diantaranya;

1. Perencanaan Menejemen dan Strategi Pembelajaran untuk


meningkatkan mutu lulusan yang siap masuk perguruan tinggi
Perumusan manajemen dan strategi pembelajaran di provinsi DKI
Jakarta diawali dengan melakukan analisis lingkungan sekolah dan
lingkungan luar sekolah, serta dilanjutkan dengan mengkaji berbagai
kekuatan-kelemahan dan hambatan-peluang yang dimiliki dan dialami
sekolah.
Dari hasil analisis tersebut, kemudian disusun visi, misi, tujuan,
sasaran dan target organisasi sekolah menengah Atas. Misi beserta tujuan
pencapaian, biasanya dirumuskan terlebih dahulu dibandingkan dengan
visinya. Sasaran dan target kemudian dirumuskan setelah misi dan tujuan
tersusun dengan sempurna dan realistis. Setelah diperoleh sasaran dan target,
kemudian dirumuskan program-program kegiatan, besar pembiayaan serta
waktu dan personil pelaksananya. Perumusan tersebut, dilakukan bersama-
sama dengan melibatkan seluruh personil internal sekolah, ditambah dengan
personil eksternal sekolah.
Pengambilan keputusan dan kebijakan organisasi, dilandasi oleh
semangat musyawarah sehingga memudahkan terjadinya pengendalian dan
pemanfaatan berbagai sumber daya yang dimiliki, serta membawa hasil yang
optimal. Proses pemberdayaan segenap sumber daya sekolah, dijalankan
baik secara manajerial maupun organisasi, yang termanifestasi berupa
pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang terinci dalam
melaksanakan tugasnya masing-masing, dan tertulis pada job description
yang disahkan oleh sekolah.
Hal itu berdampak pada efisiensi pelaksanaan tugas dan beban kerja
yang diberikan pada tiap personil, yang kemudian meningkatkan gairah dan
semangat kerjanya. Dari gairah kerja yang termotivasi dari perumusan dan

148
149

pelaksanaan kegiatan yang diprogramkan tersebut, menumbuhkan suasana


dan budaya kerja yang kondusif sehingga memungkinkan penyelenggaraan
pembelajaran dan pengelolaan berbagai potensi serta pengadministrasian
berjalan dengan optimal, sesuai dengan yang diharapkan.
Selain itu, rumusan yang disusun pihak sekolah, juga telah
mengadopsi standar-standar kompetensi yang telah digariskan oleh dinas
pendidikan dan dinas kesehatan, serta kompetensi yang dibutuhkan oleh
dunia usaha dan industri. Rumusan tersebut tertuang dalam kurikulum, yang
kemudian diterapkan dalam penyelenggaraan sekolah menengah farmasi.
Dari rumusan tersebut tergambar pula secara faktual adanya rencana-rencana
konseptual terkait pemberdayaan segenap warga sekolah, untuk
menghasilkan lulusan yang kompetitif dan sesuai dengan kebutuhan dunia
usaha dan industri, serta sinkron dengan kompetensi minimal yang
disyaratkan oleh jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

2. Pelaksanaan Menejemen dan Strategi Pembelajaran untuk


meningkatkan mutu lulusan yang siap masuk perguruan tinggi .
Implementasi manajemen dan strategi pembelajaran pada SMA di
Provinsi DKI Jakarta, dalam pemberdayaan sekolah yang berorientasi
keunggulan mutu lulusan, dilakukan dengan berorientasi pada rumusan-
rumusan strategi pembelajaran,sebagaimana telah diuraikan di atas. Segenap
personil sekolah menengah farmasi dan program-programnya diarahkan
dalam upaya mempersiapkan peserta didik agar menjadi lulusan yang
dibutuhkan pada perguruan tinggi. Penyelenggaraan pembelajaran benar-
benar menekankan pada upaya untuk meningkatkan kompetensi yang
dibutuhkan oleh dunia usaha serta sesuai dengan standar kompetensi yang
digariskan oleh dinas pendidikan. Agar kompetensi siswa benar-benar sesuai
dengan kompetensi yang diharapkan dunia usaha serta untuk melihat
sejauhmana kesiapan siswa untuk memasuki dunia perguruan tinggi ,
diupayakan melalui adanya program kajian mutu dimana siswa benar-benar
terjun di dunia perguruan tinggi yang sesungguhnya, namun masih dalam
pengawasan pihak sekolah.
Dari hal ini dapat terlihat plus minusnya kompetensi siswa baik saat
masih di bangku SMA dengan di bangku perguruan tinggi , serta siap
tidaknya mereka untuk memasuki perguruan tinggi. Selepas, lulus dari
bangku SMA siswa diadakan refleksi sebagai upaya untuk memperbaiki

149
150

berbagai kekurangan, terkait kompetensi mereka. Sejalan dengan itu, kepala


sekolah memberikan wewenang kepada segenap personil untuk
melaksanakan tugas yang telah diembankannya sesuai dengan struktur dan
job deskripsinya masing-masing. Nilai-nilai budaya mutu
ditumbuhkembangkan dalam manajemen yang didasari oleh perilaku
profesional seluruh warga sekolah. Perilaku profesional tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan yang ditopang oleh kepemimpinan kepala sekolah yang
profesional, berupa kedisiplinan, kejujuran dan ketauladanan, sangat
membantu menumbuhkan nilai-nilai budaya mutu yang selanjutnya
berdampak terhadap pemberdayaan sekolah.
Implementasi aspek-aspek pemberdayaan, direalisasikan sejalan
dengan penerapan manajemen dan strategi pembelajaran berupa: membentuk
susunan kelompok yang lebih kecil dengan mempartisi bagian besar dari
program pendidikan pada tujuan dan program yang lebih kecil baik dari
ukuran tanggung jawab maupun keluasan cakupan programnya;
memindahkan antar tanggung jawab, dengan menyusun struktur organigram
yang sesuai dengan potensi dan peluang sekolah, yang kemudian dilanjutkan
dengan penjelasan struktur organisasi dan job deskription; pelaksanaan
kepemimpinan secara partisipan yang dilaksanakan mulai dari tingkat kepala
sekolah, wakil kepala sekolah dan staf; kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
guru maupun staf secara keseluruhan merupakan agen fasilitator selain
sebagai agen pelayanan pendidikan baik pada para siswa maupun
masyarakat; proses hubungan yang dilaksanakan oleh segenap pemimpin
dan pelaksana program pendidikan di sekolah, bersifat demokratis; metode
yang mendukung perubahan seseorang untuk berubah, sehingga dapat
memotivasi dirinya sendiri untuk memajukan diri dan lingkungannya.

3. Penilaian Menejemen dan Strategi Pembelajaran untuk meningkatkan


mutu lulusan yang siap masuk perguruan tinggi
Penilaian manajemen dan strategi pembelajaran di SMAN Provinsi
DKI Jakarta, yang berorientasi keunggulan mutu lulusan dilaksanakan
dengan mengacu pada keterlaksanaan rumusan-rumusan strategi
pembelajaran yang terealisasi melalui program-program kegiatan
sekolah.Dalam upaya mengevaluasi perencanaan dan penerapan untuk
mewujudkan tujuan organisasi sekolah, dilakukan sebagai berikut sebagai
berikut senantiasa melakukan refleksi atas kemampuan para siswa, terutama

150
151

berkaitan dengan kompetensi produktif, yang merupakan andalan dan ciri


khas bidang keahlian farmasi, yaitu berupa kompetesi laboratorium resep
dan simplisia; membandingkan kompetensi para siswa didiknya dengan
sekolah menengah farmasi lainnya ketika melakukan praktek kerja industri,
yang kemudian dijadikan umpan balik untuk memperbaiki pembelajaran dan
kompetensi siswa selanjutnya; berupaya menyelenggarakan pembelajaran
yang lebih efektif dengan senantiasa melakukan evaluasi internal dengan
periode tengah semester, semester dan tahunan; melakukan studi banding
serta kesesuaian antara program sekolah dan program-program dunia kerja,
terutama menyangkut standar kompetensi lulusan; melihat turun naiknya
jumlah siswa pendaftar, yang merupakan cerminan mutu dan pandangan
masyarakat sebagai konsumen, serta diterimanya para siswa lulusan pada
perguruan tinggi.
Selain itu, juga diadakan refleksi untuk melihat plus minusnya
penerapan rumusan tersebut, serta dampaknya terhadap kinerja sekolah
secara keseluruhan. Efektif tidaknya strategi pembelajaran yang
dilaksanakan, ter-evaluasi secara periodik melalui beberapa tes dan ujian
akhir, baik secara tertulis maupun secara praktek serta kemudahan yang
dialami para siswa ketika mendapatkan pekerjaan yang merupakan penilaian
sangat objektif karena dilakukan oleh lembaga dunia usaha dan industri
sebagai pengguna para lulusan SMA tersebut, atau ketika para siswa hendak
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Keterlaksanaan
program-program penilaian secara reguler dan terinformasikan melalui
beberapa pertemuan dewan guru dan personil lainnya yang diadakan khusus
untuk mengevaluasi program penilaian pembelajaran sekolah. Penilaian
yang di gunakan oleh SMAN 67 dan SMAN 48 Jakarta mengunakan
Penilaian autentik

c. Hambatan Yang di hadapi Menejemen dan Strategi Pembelajaran untuk


meningkatkan mutu lulusan yang siap masuk perguruan tinggi
Hambatan yang dihadapi guru sebagai pendidik dalam strategi
pembelajaran untuk meningkatkan mutu lulusan pada SMA di Jakarta adalah
sebagai berikut:
1) Pergeseran Nilai Sosial dan Budaya di Masyarakat.
Pergeseran nilai dan budaya merupakan gejala sosial yang
selalu terjadi dalam masyarakat mengarah kepada perubahan yang

151
152

mengarah kepada kemajuan dan kemunduan. Perubahan budaya


adalah kondisi ketidaksesuaian antara unsur-unsur budaya yang
saling berbeda sehingga terjadi keadaan yang tidak serasi fungsinya
dalam kehidupan di masyarakat. Pergeseran yang mengarah
kepada perubahan budaya dipengaruhi oleh faktor pendorong dan
penghambat secara internal dan eksternal.
Faktor pendorong secara eksternal meliputi akulturasi
budaya, difusi, penetrasi, inovasi dan invasi serta asimilasi budaya.
Faktor internal meliputi sistem pendidikan yang maju, adanya
keterbukaan, toleransi yang tinggi, masyarakat yang heterogen.
Adapun faktor penghambat meliputi masyarakat yang tertutup,
pendidikan yang rendah, tradisional, ideologis, rasa ketakutan.
Pergeseran nilai sosial dan budaya tidak lepas dari unsur-unsur
universal budaya yaitu sistem religi, sistem mata pencaharian,
pengetahuan, bahasa, teknologi, kekerabatan, organisasi sosial dan
sistem kesenian. Pergeseran budaya menimbulkan kecenderungan
dalam sistem mata pencaharian yang berkaitan dengan kinerja.
Kecenderungan tersebut dapat melahirkan pola hidup matrialistis,
individualistis, kapitalis, pragmatis,hedeonisme, konsumtif.
Matrialistis adalah pola hidup yang mengukur kebahagian
dan kepuasan kerja pada materi. Orientasi kerja adalah
menghasilkan materi sebanyak mungkin sehingga status sosial akan
meningkat bila kekayaannya banyak. Berdasarkan dari analisis
kelemahan dan keunggulan serta potensi, kinerja guru profesional
kedepan akan lebih cenderung mengarah kepada penumpukan
materi bukan pengabdian sejati. Kelemahan program sertifikasi
memberikan peluang dan harapan guru yang mentalnya lemah
untuk meningkatkan kesejahteraan melalui profesionalitas kerja
yang berorientasi kepada materi.
Individualistis merupakan pola hidup yang selalu
mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan umum.
Kecenderungan ini bisa terjadi pada kinerja guru terutama di
masyarakat perkotaan yang serba kompetitif sehingga kurang
memperhatikan keberadaan masyarakat sekitar. Dalam hasil
pembelajaran , kinerja guru profesional dalam memberikan
pelayanan kepada peserta didik lebih cenderung bersifat individu
dari pada secara kolektif.
Pragmatisme berasal dari kata pragma artinya praktik atau
aku berbuat, maksudnya makna segala sesuatu tergantung dari
hubungannya dengan apa yang dapat dilakukan. Kecenderungan
pola kerja pragmatisme yang diukur dengan realitas lahir tanpa
memikirkan realitas batin membuat hidup menjadi ngambang
seperti tak berujung.
Hedonisme merupakan pola hidup yang lebih
mengutamakan hidup dengan berpoya-poya, bersuka-suka,
berpenampilan selalu mau lebih dan beda dari yang lainnya.
Kekuatan materi menjadi ukuran dalam hidupnya. Kinerja guru
profesional kecenderungan ke depan masih jauh untuk pola hidup

152
153

hedonisme.
Konsumtif merupakan pola hidup yang suka boros dalam
menggunakan apa yang dimilikinya tanpa dengan kerja keras.
Masyarakat konsumtif selalu panjang angan-angan untuk selalu
mendapatkan sesuatu dengan apa saja caranya. Kecenderungan
pola konsumtif dimasyarakat sudah nampak sekali dimana
masyarakat lebih suka memakai dari pada membuat. Hal ini
memperlihatkan rendahnya daya kreativitas dalam berpikir,berbuat
dan bertindak.

2) Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa
dihindarkan dalam kehidupan nyata, karena tuntutan kebutuhan
yang beraneka ragam membuat manusia selalu mencari ilmu
pengetahuan yang baru dilengkapi dengan penerapan sistem
teknologi yang canggih untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan
cepat dan mudah.Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
telah membawa perubahan dari masyarakat tradisional ke modern,
dengan mata pencaharian dari pertanian ke industri. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi perlu disikapi dengan positif. Hal
ini mendorong kecenderungan pola kinerja guru profesional harus
bisa memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Penggunaan
teknologi informasi komunikasidalam pembelajaran dapat
memudahkan para peserta didik menyerap materi yang diajarkan
guru lebih luas dan dalam. Menghadapi kecenderungan iniguru
perlu mempersiapkan diri dengan berbagai kompetensi dalam
penggunaan IT untuk hasil pembelajaran .

3) Perubahan Kebijakan Pendidikan.


Perubahan kebijakan pendidikan dewasa ini sebagai bentuk
dari adanya berbagai kelemahan dari sistem pendidikan yang lama
dirasakan kurang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dan
tuntutan zaman. Salah satu perubahan kebijakan dalam pendidikan
adalah sistem sentralisasi pendidikan menjadi desentralisasi,
dimana masyarakat lebih banyak dilibatkan dalam mengelola
lembaga pendidikan melalui pemberdayaan komite SMA. Lahirnya
kebijakan pemerintah dalam UU nomor 20 tahun 2003, tentang
Sistem Pendidikan Nasional. PP nomor 19 tahun 2005 tentang
standar Nasional Pendidikan, UU nomor 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, yang dilengkapi dengan berbagai Permendikbud
no 20 th 2016 tentang SKL, Permendikbud no 21 th 2016 tentang
Standar Isi, Permendikbud no 22 th 2016 tentang Standar Proses,
Permendikbud no 23 th 2016 tentang Standar Penilaian,
Permendikbudno 24 th 2016 tentang KI dan KD menjadi bukti
kepedulian pemerintah untuk komitmen dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
Perubahan kebijakan pendidikan ini membawa

153
154

kecenderungan pola kinerja guru yang harus dibekali dengan


berbagai kompetensi.Perubahan kebijakan pendidikan ini
memberikan peluang dan harapan bagi guru memberikan
pelayanan prima kepada para peserta didik. Hal ini akan bisa
terjadi bila dimulai dari kesadaran diri guru sendiri untuk membuat
perubahan yang lebih maju.

4) Perubahan Politik
Perubahan politik biasanya berkaitan erat dengan perubahan
kekuasaan yang berdampak kepada dunia pendidikan. Di Indonesia
kebijakan pendidikan merupakan produksi dari kepentingan
politik. Para pejabat pendidikan lebih cenderung ditempatkan oleh
para birokrat politik untuk kepentingan keutuhan kekuasan
kedepan. Hal ini membawa kecenderungan kepada pola kinerja
guru profesional yang terkadang mengarahkan peserta didik dan
masyarakat keranah politik tertentu.

5) Perubahan Ekonomi
Perubahan ekonomi berkaitan erat dengan adanya
perubahan kesejahteraan hidup masyarakat. Pendidikan dapat
mengembangkankualitas sumber daya manusia sehingga bisa
melatar belakangi ditemukan inovasi baru untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Semakin terbukanya lapangan pekerjaan
memberikan peluang untuk hidup lebih baik dari sebelumnya.
Disisi lain krisis ekonomi yang berkepanjangan membawa dampak
kepada meningkatnya angka putus sekolah pada jenjang SMA
walaupun SMAN di DKI Jakarta sudah gratis, dan bertambah
naiknya angka kemiskinan. Program sertifikasi guru telah
membawa kecenderungan kedepan dari kinerja guru profesional
dilihat dari aspek ekonomi dalam sisi negatif lebih mengarah
kepada pola kerja yang konsumtif, boros. pamrih. Dari sisi
positifnya kesejahteran meningkat pola kerja akan lebih giat,
kreatif, dan inovatif dalam mendidik para peserta didik.
Dari semua uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa kinerja guru profesional yang diharapkan sesuai dengan
tuntutan perubahan adalah kinerja guru yang didasari dengan
tatanan nilai-nilai luhur yaitu nilai teologi, fisik, etika, estetika dan
teleologika. Kinerja guru yang didasari nilai teologi menjadikan
Allah SWT, sebagai tempat bergantung akan segala macam
pekerjaan. Perubahan yang terjadi tidak bisa mengubah falsafah
guru akan bekerja giat tanpa diawasi oleh pimpinandengan niat
Lillahita’ala dan niat yang ikhlas
Nilai fisik diartikan adanya kesesuaian antara ucapan,
sikap dan perbuatan guru dalam melaksanakan peran tugas dan
fungsinya. Dalam kinerjanya guru lebih menampilkan diri sebagai
suri tauladan bagi para peserta didik. Nilai etik berkaitan dengan
penerapan kode etik profesi guru dalam mendidik, mengajar,

154
155

membimbing para peserta didiknya. Nilai estetika berkaitan dengan


nilai keindahan, kebersamaan baik secara fisik maupun non fisik.
Penampilan guru sangat disukai oleh para peserta didik, dan teman
guru sejawat. Nilai teleologika berkaiatan dengan nilai kegunaan
dari apa yang telah diperoleh para siswa bisa bermanfaat
dimasyarakat. Berbagai macam perubahan yang terjadi di
masyarakat semua akan bisa diantisipasi dengan baik.

d. Solusi Untuk Mengatasi Masalah Menejemen dan Strategi


Pembelajaran untuk meningkatkan mutu lulusan yang siap masuk
perguruan tinggi
Untuk mengatasi permasalahan kelemahan dan berbagai
kecenderungan dalam mengaplikasikan strategi pembelajaran pada standar
kompetensi oleh pimpinan sekolah perlu dilakukan pendekatan managerial
dan strategi pembelajaran yang tepat sehingga semua hambatan bisa
diatasi dengan baik. Dalam kontek kelembagaan, pendidikan mengandung
makna bahwa semua sumber daya sekolah yang mencakup : (1)
Kepemimpinan kepala Sekolah. (2) Tenaga pendidik dan kependidikan. (3)
Pembiayaan. (4) Sarana prasarana pendidikan. (5) Peserta didik. (6) Sistem
informasi manajemen Sekolah. (7) Orang tua siswa dan masyarakat. (8).
Lingkungan eksternal Sekolah. (9) Jaringan kerja. Semuanya saling
mendukung, mengisi dan melengkapi seperti mata rantai. Semua
komponen Sekolah tersebut diatas diimplementasikan dan dijabarkan
dalam kegiatan pembelajaran yang secara rutin dilaksanakan oleh guru
mata pelajaran secara bergiliran .
Guru sebelum melaksanakan kegiatan strategi pembelajaran
terlebih dahulu melakukan persiapan dengan menyusun program tahunan,
program semester, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, intrumen
penilaian dan sebagainya. Perencanaan yang telah disusun berdasarkan
analisis kebutuhan siswa,dan guru diorganisasikan secara proporsional
kemudian di implementasikan didalam kegiatan proses belajar
mengajar.Agar perencanaan dan pengorganisasian serta pelaksanaan
pembelajaran dapat diketahui kelemahan dan kelebihannya,maka perlu
dilakukan penilaian proses dan hasil pembelajaran sehingga semua
kekurangan bisa diatasi dengan cepat. Pengawasan perlu dilakukan agar
keempat komponen tersebut bisa berjalan dengan baik sesuai dengan
rencana sehingga tujuan akan dengan mudah tercapai.
Untuk mengatasi hambatan dalam mengaplikasikan strategi
pembelajaran pad standar kompetensi guru, perlu susun sebuah
perencanaan yang stratejik. Agar terhindar dari kesalahan-kesalahan dan
kekeliruan yang terulang-ulang. Konsep dasar perencanaan dalam
pendidikan meliputi perubahan lingkungan pendidikan, kebutuhan
organisasi pendidikan, sistem dan teori yang digunakan dalam menyusun
sebuah perencanaan. Perencanaan yang sistemik memiliki manfaat yang
sangat besar sekali bagi pengaplikasian standar kompetensi guru dalam
menyeimbangkan antara suply dan demand. Hal ini sejalan dengan Pidarta
(1990:21) yaitu (1) Menyeimbangkan ketidaktentuan. (2) Meningkatkan

155
156

penghematan operasi-operasi. (3) Memusatkan diri pada tujuan. (4)


Menyediakan fasilitas kontrol.
Dalam menyusun sebuah perencanaan untuk mengatasi hambatan
dalam pengaplikasian standar kinerja guru perlu dibangun kerjasama yang
harmonis semua personalia lembaga pendidikan dan masyarakat melalui
perencanaan partisipatori. Perencanaan partisipatori memiliki karakteristik
sebagai berikut: (1) Perencanaan terintegrasi dalam proses pengambilan
keputusan secara menyeluruh. (2) Penilaian pada program dan tujuan
sistem pendidikan. (3) perencanaan desentralisasi.
Karakteristik tersebut kiranya perlu diimplementasikan
perencanaan strateginya sebagai sistem dengan sifat partisipatorinya,
karena memiliki beberapa keunggulan strategis , diantaranya : (1)
Perencanaan partisipatori yang kuat tidak memandang perbedaan ekonomi,
memajukan komunikasi dalam perencanaan pendidikan. (2) Melahirkan
perubahan nilai yang berarti bagi perencanaan pendidikan.
Perencanaan kinerja guru ini diwujudkan dengan membuat
perencanaan pembelajaran yang meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran atau RPP. Silabus sebagai acuan dalam pembuatan dan
pengembangan RPP memuat : (a) Identitas mata pelajaran, atau tema
pelajaran. (b) Kompetensi Inti. (c) Kompetensi Dasar. (d) materi
pembelajaran.(e) Kegiatan pembelajaran. (f) Indikator pencapaian
kompetensi. (g) Penilaian. (f) Alokasi waktu. (g) Sumber belajar. Silabus
dikembangan berdasarkan standar isi dan standar kompetensi kelulusan
dengan memberdayakan guru melalui MGMP. RPP dijabarkan dari silabus
untuk mengarahkan kegiatan hasil pembelajaran dalam rangka mencapai
kompetensi dasar
Dalam penyusunan RPP guru perlu memahami prinsip-prinsip
penyusunannya. Diantaranya adalah: (1) Memperhatikan perbedaan
individu. (2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik.(3)
Mengembangkan budaya membaca dan menulis.(4) Memberikan umpan
balik dan tindak lanjut.(5) Keterkaitan dan keterpaduan.(6) Menerapkan
teknologi informasi dan komunikasi.Pengelolaan kinerja guru merupakan
proses pembagian tugas secara proporsional sesuai dengan kualifikasi
akademiknya sehingga guru lebih menguasai materi pembelajaran dan para
peserta didik mudah menerima materi ajar sehingga tercipta proses yang
menyenangkan dan kinerja yang optimal. Untuk itu perlu dijaring
kerjasama dan hubungan yang harmonis antara kepala Sekolah dengan
guru dan siswa serta tenaga kependidikan lainnya. Komunikasi yang
berkesinambungan merupakan proses dimana kepala Sekolah dan guru
bekerjasama untuk saling tukar informasi kerja, hambatan dan
permasalahan serta solusinya.
Pengawasan kinerja guru profesional dalam melaksanakan hasil
pembelajaran dalam konteks TQM perlu dilakukan mulai dari input,
proses dan output, untuk menghindari kesalahan yang terulang-ulang.
Bentuk pengawasan ini dinamakan Quality Assurance (QA). Pengawasan
perlu dilakukan oleh kepala Sekolah agar bisa terhindar dari kesalahan dan
meningkatkan mutukinerja. Proses pengawasan bisa dilakukan secara
kolektif maupun perorangan melalui peran dan fungsi kepala Sekolah

156
157

sebagai supervisor.Untuk memudahkan pengawasan perlu dibangun sistem


informasi dan komunikasi dengan menggunakan teknologi. Melihat
kondisi kualitas pendidikan sekolah kejuruan khususnya di Kabupaten
Indramayu yang masih menghadapi berbagai permasalahan mutu, baik
secara internal maupun secara ekternal karena peserta didik dilahirkan
dari masyarakat dengan berbagai keterbatasan.
Apalagi sekarang masalah kasus virus covid 19 semua sekolah
diliburkan, belajar di rumah melalui IT, tidak semua peserta didik
memiliki pulsa apalagi HP.Tuntutan peserta didik kiranya menjadi tidak
realistis selama input calon anggota yang direkrut dilahirkan dari
masyarakat dengan sistem pendidikan yang tak mampu menghasilkan
peserta didik yang berkualitas unggul. Institusi lembaga pendidikan
dihadapkan pada tantangan besar yaitu mempersiapkan dirinya melalui
pendidikan yang inputnya dari masyarakat yang sarat dengan
problematika. Secara spesifik keberadaan masyarakat jakarta diwamai oleh
masyarakat yang sedang sakit. Indikasinya, rapuhnya mentalitasnya,
dengan gejaia merajalelanya perilaku korupsi, pelanggaran hak asasi
manusia, kriminalitas dan diskriminasi serta ketidak adilan.
Kelemahan sekolah di DKI Jakarta, karena manajemen dan
kepemimpinan masih kurang konsisten dalam melaksanakan visi, misi,
tugas, fungsi, tujuan dan peran lembaga pendidikan. Dampaknya adalah
profil sekolah yang kurang professional dan tuntutan untuk mewujudkan
profesionalisme adalah melalui upaya membangun komitmen yang kuat.
Fungsi pengawasan yang kurang berjalan secara optimal, karena sistem
yang ada menjadi kurang efektif dipengaruhi oleh kualitas sumber daya
manusia terutama kompetensi pengelola kemitraan dan dihadapkan
dengan persoalan para pejabat yang perilakunya cenderung
kompromistis, koruptif serta permisif bahkan berbudaya Korupsi Kolusi
dan Nepotisme, sulit untuk dihilangkan. .
Pembentukan strategi pembelajaran sebagai suatu cara yang tepat
untuk mewujudkan program sekolah yang berkaitan dengan upaya
meningkatkan mutu lulusan. Strategi pembelajaran adalah kiat-kiat untuk
mencapai tujuan dengan cepat. Langkah selanjutnya untuk menentukan
sebuah strategi pembelajaran terlebih dahulu dilakukan penggabungan
dari analisis PEST dan Seven’S yang telah dibahas pada bagian
terdahulu,untuk membuat strategi pembelajaran tentang kinerja guru
bersertifikat dalam meningkatkan mutu lulusan pada SMAN 67 dan SMA
48 di Jakarta. Strategi pembelajaran bisa tercapai optimun apabila di
sekolah terdapat sebagai berikut : (1) IFAS adalah internal fasilitas , yaitu
seluruh fasilitas sekolah yang menjadi faktor kekuatan dalam
mengaplikasikan standar kinerja guru untuk meningkatkan mutu lulusan
dalam strategi pembelajaran pada SMAN di Jakarta.(2) EFAS adalah
eksternal fasilitas , yaitu seluruh fasilitas eksternal Sekolah yang dapat
menjadi faktor peluang keberhasilan dalam mengaplikasikan standar
kinerja guru untuk meningkatkan mutu lulusan dalam strategi
pembelajaran pada SMAN di Kota Administrasi Jakarta Timur.(3)
Kekuatan ( strengths) adalah semua sumber daya Sekolah yang dapat
dijadikan kekuatan untuk bisa mendorong kinerja guru bersertifikat untuk

157
158

mengatasi hambatan dalam mengaplikasikan standar kinerja guru untuk


meningkatkan mutu lulusan dalam strategi pembelajaran pada SMAN 67
dan SMAN 48 di Jakarta .(4) Kelemahan ( weaknesses) adalah semua
sumber daya Sekolah yang bisa menimbulkan kelemahan terhadap kinerja
guru profesionaldan pelaksanaan standar kinerja guru untuk meningkatkan
mutu lulusan dalam strategi pembelajaran pada SMAN 67 dan SMAN 48
di Jakarta.(5) Peluang (opportunities) adalah pemanfaatan semua
komponen sumber daya Sekolah yang bersifat eksternal untuk
diproyeksikan kepada kinerja guru berserfikasi dan upaya mengatasi
hambatan mengaplikasikan standar kinerja guru untuk meningkatkan
mutu lulusan dalam strategi pembelajaran pada SMAN 67 dan SMAN 48 .
(6) Strengths opportunities (SO) adalah strategi yang dibuat berdasarkan
pikiran pada SMAN di Jakarta untuk memanfaatkan seluruh kekuatan-
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. (7)
Strengths Threaths (ST) yaitu strategi yang dibuat berdasarkan jalan
pikiran pada SMAN di Jakarta untuk memanfaatkan kekuatan yang ada
dengan cara meminimalkan ancaman yang ada. (8) Weaknesses
opportunities (WO), yaitustrategi yang dibuat berdasarkan pikiran pada
SMAN di Jakarta untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada. (9) Weaknesses Threaths (WT) yaitu
strategi yang dibuat berdasarkan pikiran pada SMAN di Jakarta untuk
melakukan strategi yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan
kelemahan yang ada serta berusaha menghindari dari ancaman.
Pendekatan yang digunakan dalam menyusun perencanaan
pendidikan adalah selain pendekatan sistemik, bisa dilakukan dengan
pendekatan bimbingan, plan manajemen, dan pendekatan investigasi.
Pertama, pendekatan bimbingan adalah pendekatan yang dilakukan Kepala
Sekolah kepada guru baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
bersifat kelompok atau perorangan dalam upaya meningkatkan kinerja
guru sehingga tercipta mutu pembelajaran yang maksimal. Pendekatan
bimbingan bisa juga dilakukan guru kepada para siswa dalam rangka
memberikan pelayanan prima melalui kegiatan proses belajar mengajar.
Langkah-langkah stratejik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah
(1) Menentukan tujuan jangka panjang akan pemecahan masalah yang
berkaitan dengan kinerja guru dan mutu pembelajaran di SMAN 67 dan
SMA 48 Jakarta. (2) Melakukan identifikasi faktor lingkungan yang
menjadi penunjang dan penghambat dalam upaya meningkatkan kinerja
guru dan meningkatkan mutu lulusan dalam strategi pembelajaran. (3)
Memiliki keterkaitan dengan pembaharuan yang ada. (4) Melakukan
analisis yang dideskripsikan secara nyata. (5) Melakukan perbandingan
dengan strategi pembelajaran yang ada. (6) Pengimplementasian
strategipembelajaran.
Kedua,pendekatan plan majemen. Pendekatan ini diartikan sebagai
suatu proses yang mengintegrasikan seni dan ilmu untuik memindahkan
konsep dalam realitas melalui metode yang praktis. Adapun langkah-
langkah stratejik yang dilakukan dalam pendekatan plan majemen untuk
meningkatkan kinerja guru dan mutu pembelajaran di SMAN 67 dan
SMAN 48 di Jakarta adalah : (1) Mengumpulkan semua informasi, fakta

158
159

dan data tentang kinerja guru dan kualitas hasil pembelajaran baik faktor
pendukung, penghambat, kelemahan dan kekuatan, peluang dan ancaman.
(2) Menganalisis data. (3) Mengambil keputusan yang strategis (4)
Mengembangkan program strategis.
Ketiga, pendekatan investigasi. Pendekatan ini dimaknai sebagai
pendekatan yang menggunakan jasa penelitian untuk mendapatkan data
tentang kegiatan, proses dan hasil pendidikan suatu lembaga pendidikan.
Adapun langkah-langkah stratejik yang dilakukan pendekatan ini adalah :
(1) Melakukan orientasi terhadap pendidikan yang lalu. (2) Melakukan
penilaian sumber-sumber pendidikan yang tersedia. (3) Merumuskan
kembali strategi baru yang terbaik.
Perencanaan pembiayaan menempati posisi strategi karena sebaik
apapun program dalam peningkatan kinerja guru dan mutu pembelajaran
tanpa ditunjang dengan dana yang memadai akan sulit terwujudkan. Dalam
membuat sebuah perencanaan pembiayaan dalam mengantisispasi
hambatan mengaplikasikan standar kinerja guru untuk meningkatkan mutu
pembelajaran, maka kepala sekolahan guru perlu memperhatikan :
(1)Aspek struktur yaitu dimulai dengan mengidentifikasi kelompok
program, elemen program dan tujuan spesifik.(2) Aspek analisa yaitu
untuk mengetahui tingkat efektivitas biaya pada setiap tugas melalui
berbagai alternatif. (3) Aspek kontrol. Pembiayaan pendidikan pada
SMAN di Jakarta secara global terdiri dari biaya investasi, operasional
dan personal.
Berdasarkan uraian diatas terdapat relevansi bahwa sumber
pembiayaan pada SMAN di Jakarta bersumber dari pemerintah melalui
dana BOS dan BOP. Adapun sekolah swasta sumber pembiayaan dari
pemerintah dalam bentuk BOS, dan sumber pembiayaan dari orang tua
siswa dalam bentuk dana komite. Agar penggunaan pembiayaan
pendidikan tepat sasaran perlu dilakukan analisis kebutuhan biaya, analisis
keefektifan biaya, keuntungan biaya, manfaat biaya dan kemungkinan
biaya. Aspek kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah dalam upaya
meningkatkan kualiatas pendidikan dan kesejahteraan guru dilakukan
dengan lahirnya Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Nasional Pendidikan, PP no 19 tahun 2005 tentang SNP, yang diikuti oleh
Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Masing-
masing undang-undang tersebut dilengkapi dengan berbagai Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Salah satu
kebijakan pemerintah yang sangat penting adalah kualifikasi dan sertifikasi
guru dengan harapan kesejahteraan guru meningkat yang berpengaruh
kepada peningkatan motivasi kerja sehingga peningkatan mutu
pembelajaran dapat terwujud. Program sertifikasi dan kualifikasi belum
bisa merubah etos kerja guru yang belum maksimal sehingga berimbas
kepada proses dan mutu pembelajaran yang belum memenuhi rasa
kebutuhan para pelanggan pendidikan. Hal ini terjadi karena lemahnya
sistem pengawasan di setiap sekolah oleh Kepala Sekolah dan Pengawas
terhadap kinerja guru. Supaya tidak terjadi penurunan mutu lulusan perlu
disusun sebuah perencanaan dan strategi pembelajaran yang baik.
Perencanaan strategis berkaitan dengan kinerja guru bersertifikat

159
160

perlu dibuat dengan terlebih dahulu melakukan analisis lingkungan


internal dan eksternal sehingga diperoleh aspek kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman terhadap upaya meningkatkan mutu pembelajaran.
Program yang telah dibuat dalam perencanaan strategis dan perencaan
operasional dibagi-bagi dalam job discription secara proporsional yang
semuanya diproyeksikan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam
pengaplikasian standar kinerja guru sehingga dapat meningkatkan mutu
pembelajaran pada SMAN 67 dan SMA 48 di Jakarta.
Pelaksanaan adalah fungsi manajemen dari sebuah lembaga
pendidikan yang kegiatannya meliputi pengarahan, bimbingan, komunikasi
dan koordinasi. komponen-komponenactuating adalah Pengarahan
(commanding) dan bimbingan (directing).Visi merupakan pernyataan
tentang tujuan organisasi yang diekpresikan dalam produk dan pelayanan
yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok
masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-
cita masa depan. Misi adalah mempresentasikan semua tujuan dari
program yang dikembangkan dari visi. Hasil analisis internal yang
mencakup aspek kekuatan dan kelemahan yang diawali dengan analisis
analisis SEVEN’S. Hasil analisis eksternal meliputi aspek peluang dan
ancaman terlebih dahulu dilakukan analisis PEST.
Tahapan formulasi strategi sebagai hasil gabungan dari pendekatan
PEST dan SEVEN’S (7S) yang diproyeksikan ke dalam analisis internal
dan eksternal yang dikenal dengan analisis SWOT diperoleh empat
strategi untuk mengatasi hambatan menggunakan standar kinerja guru
dalam meningkatan mutu pembelajaran pada SMA di Kota Administrasi
Jakarta Timur, yaitu ; (a) Strategi Agresif (SO). (b) Strategi Preventif (ST)
(c) Strategi ofensif (WO).(d) Strategi Defensif (WT).
Tahapan strategi implementasi merupakan pelaksanaan dari
pemilihan strategi yang ditujukan untuk jangka sedang dan menengah
dalam menggunakan standar kinerja guru untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Tahapan evaluasi strategi meliputi pemberdayaan dari
fungsi-fungsi manajemen, mengukur dan menilai kinerja guru dalam
meningkatkan mutu pembelajaran di SMAN 67 dan SMAN 48 di Jakarta.
1) Strategi Agresif (SO)
Strategi agresif adalah sebuah strategi yang dilakukan dengan membuat
berbagai program dan mengatur langkah-langkah atau tindakan untuk
mendobrak semua penghalang, rintangan atau ancaman untuk mencapai
keunggulan atau prestasi yang ditargetkan. Nawawi
(2000:176).Hambatan dalam menggunakankan standar kinerja guru
datang dari kompetensi personal tenaga pendidik dan kependidikan,
Sekolah dan lingkungan eksternal Sekolah.
Implementasi dari strategi agresif ini dilakukan dalam mengatasi
hambatan diatas adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Menerapkan Nilai Pengabdian Yang Berbasis Nilai Ketuhanan
( Nilai Teologi- Etika-Estetika-Fisik-Logika dan Teleologi).Kinerja
guru dalam melaksanakan tugas dan perannya perlu memahami dan

160
161

memiliki aspek ke-Tuhanan sebagai pondasi untuk berbuat dan


bertindak yang bertujuan agar semua kegiatan merupakan
pengabdian yang ikhlas kepada Allah Swt. Hal ini sejalan dengan
Sanusi, nilai-nilai tersebut dikembangkan sebagai berikut;
1. Nilai Teologi. Semua harus menyadari bahwa tiada kekuatan yang
maha dahsyat kecuali kekuatan Allah SWT, dan perlu disadari bahwa
semua manusia akan kembali kepadaNya dengan membawa iman,
amal yang ikhlas. Esensi kinerja guru profesional adalah keikhlasan
karena semua pekerjaan yang tidak dibarengi dengan niat yang ikhlas
akan sia-sia dihadapan Allah SWT. Dengan menyakini akan
kebenaran nilai Teologi atau Ketuhanan akan terjadi proses
pembelajaran yang menyenangkan dan menenangkan pada peserta
didik.
2. Nilai etik. Semua guru perlu memahami nilai-nilai kode etik profesi
guru, nilai etik tersebut harus diimplementasikan dalam ucapan, sikap
dan perbuatan dengan akhlak mulia, sehingga guru menjadi tauladan
bagi para siswa dan masyarakat sekitarnya.
3. Nilai estetika merupakan nilai keindahan yang berbasis ke-Tuhanan
perlu diterapkan oleh guru dengan berpenampilan sebagai seorang
muslim dan muslimah yang utuh. Nilai keindahan diterapkan dalam
tutur kata dan perbuatan yang mencerminkan keindahan ajaran Islam,
bukan hanya itu semua komponen sekolah perlu mencerminkan
nilai-nilai estetika baik fisik maupun psikis.
4. Nilai fisik berkaitan dengan unsur-unsur dhohiriyah yang bisa dilihat
dan diraba. Semua sumber daya sekolah perlu memiliki fisik yang
sehat, kuat dan indah sehingga bisa mendukung terciptanya kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan para siswa.
5. Nilai logika, lebih menitikberatkan kepada daya kreasi dan inovasi
para pendidik untuk mengembangkan karya nyata dalam mendidik
para peserta didik lewat penerapan pola pikir yang logis. Hal ini bisa
diaplikasikan dalam penggunaan berbagai strategi dan metode
pembelajaran.
6. Nilai teleologi merupakan nilai kemanfaatan dari hasil pengajaran
dan pembelajaran guru sehingga para lulusan SMA bisa diserap oleh

161
162

para pelanggan baik internal dan eksternal dan bermanfaat


dimasyarakat serta memiliki ahlak yang mulia.
Meningkatkan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan e-learning,
Pembinaan Profesional yang Berkesinambungan, Ikut Dalam Kegiatan
Forum Ilmiah, UKG dan PKG. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) yang sangat pesat memberi pengaruh yang besar bagi
pendidikan, salah satunya penggunaan media dan metode pembelajaran.
Agar tidak terjadi kekakuan TIK perlu diperkenankan kepada guru dan
para peserta didik yang dituangkan dalam Kurikulum SMA. Menurut
Rosenberg (2001) berkembangnya penggunaan TIK berdampak kepada
lima pergeseran dalam hasil pembelajaran, yaitu : (1) Dari pelatihan ke
penampilan. (2) Dari ruang kelas di mana dan kapan saja. (3) dari kertas ke
on line .(4) Dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja.(5) Dari waktu
siklus ke waktu nyata.
Berkembangnya penggunaan TIK dalam pembelajaran melahirkan
model pembelajaran yang disebut pengajaran maya yaitu proses
pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Model
pembelajaran ini lebih populer disebut e-learning, yaitu model
pembelajaran dengan menggunakan media TIK ataupenggunaan teknologi
internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas. Model
pembelajaran e-learning berlandaskan tiga kriteria yaitu ; (a) E-learning
merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui ,
menyimpan, mendistribusikan dan membagi materi ajar atau informasi.(b)
Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan
menggunakan teknologi internet yang standar.(c) Memfokuskan pada
pandangan yang paling luas tentang pembelajaran dibalik paradigma
pembelajaran tradisional. (http/edukasi. Kompasiana,
com/2020/10/aplikasi-dan-potensi-tik-da).Selain e-learning pemanfaatan
TIK dalam pembelajaran di SMA dapat diaplikasikan dalam e-laboratory
dan e-library. Adanya laboratorium virtual memungkinkan guru dan siswa
belajar menggunakan alat-alat laboratorium media komputer. E-library
atau perpustakaan eletronik bisa diaplikasikan oleh guru dan peserta didik
dengan menggunakan buku-buku sumber yang mudah diaskes melalui
jaringan internet.
Semua model dan stategi pembelajaran diatas tidak akan bisa
diaplikasikan tanpa diikuti oleh kompetensi guru dan sarana prasarana
pembelajaran. Untuk itu semua guru yang sudah tersertifikasi wajib
memiliki dan memahami penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
untuk kegiatan pembelajaran sehingga bisa memberikan keleluasan dan
kemudahan bagi para peserta didik dalam mentransfer ilmunya. Langkah-
langkah operasional yang perlu dilakukan oleh Sekolah untuk
meningkatkan kompetensi guru melalui e-learning adalah sebagai berikut:
(1) Menyusun rencana program pembelajaran berbasis IT.(2) Menyediakan
sarana prasarana rung kelas dan komputer yang memadai sesuai dengan
jumlah kebutuhan.(3) Mengadakan pelatihan khusus bagi guru dalam
penggunaan komputer.(4) Mengaplikasikan penggunaan komputer dalam
kegiatan hasil pembelajaran .(5) Melakukan pengawasan dan evaluasi

162
163

secara berkesinambungan terhadap kegiatan hasil pembelajaran dengan


menggunakan media komputer.
Langkah-langkah operasional yang perlu dilakukan oleh Kepala
Sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru melalui pembinaan
profesional adalah sebagai berikut : (1) Melakukan kunjungan kelas. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui mutu hasil pembelajaran, untuk itu selama
melakukan kunjungan kelas. Kepala Sekolah melakukan pengamatan
untuk :(a) Mempelajari peta kekuatan dan kelemahan pelaksanaan
pembelajaran untuk pengembangan dan pembinaan lebih lanjut lagi.(b)
Melakukan identifikasi kendala yang dihadapi sewaktu melaksanakan
kegiatan pembelajaran.(c) Mengetahui secara langsung kebutuhan guru
dikelas dalam pembelajaran.(d) Memperoleh informasi agar bisa
menyusun program pembinaan profesional secara lebih terperinci.(e)
Menumbuhkan kepercayaan diri guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran .(2) Pembinaan pribadi adalah pertemuan antara kepala
Sekolah dengan guru untuk sharing, berdialog, bertukar pikiran berkaitan
dengan peningkatan kemampaun profesional guru yang diwujudkan dalam
kegiatan pembelajaran . pertemuan bersifat kekeluargaan, keterbukaan dan
kebersamaan. Teknik pertemuan ini bisa dilakukan dengan : (a) Pertemuan
pribadi sebelum melakukan kunjungan kelas dengan maksud untuk
membicarakan aspek-aspek kegiatan pembelajaran yang akan menjadi
pusat perhatian pengamatan.(b) Pertemuan dilaksanakan sesudah
kunjungan kelas, dimaksudkan untuk menganalisis aspek kekuatan dan
kelemahan kegiatan hasil pembelajaran di kelas.(c) Pertemuan
dilaksanakan atas permintaan guru itu sendiri.(3) Melalui rapat rutin
dewan guru, yaitu suatu mekanisme pertemuan antara Kepala Sekolah
dengan semua tenaga pendidik dan kependidikan dalam forum formal
yang rutin dilaksanakan.
Tujuan dari rapat dewan guru adalah ; (a) Mengatur dan
menghimpun potensi guru yang berbeda-beda tingkat pendidikan
pengalaman dan kompetensi sebagai upaya untuk mengembangkan mutu
hasil pembelajaran. (b) Untuk memotivasi guru memahami dan
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. (c) Untuk menentukan cara
memperbaiki mutu pembelajaran. (d) Untuk meningkatkan interaksi,
komunikasi dan informasi antar guru dan kepala Sekolah.(4) Penerbitan
buletin dan majalah Sekolah.(5) Kerjasama dengan pengawas dalam
memberikan pembinaan.(6) Memberdayakan musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP) sebagai bagian dari penggalian potensi dan
pengembangan profesi guru.
Sasaran pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru adalah
kinerja guru dalam meningkatkan mutu hasil pembelajaran. Hal ini sejalan
dengan Djuzak Ahmad (1995) sasaran pembinaan kemampuan profesional
bagi guru meliputi :(1) Perencanaan kegiatan belajar.(2) Pelaksanaan
KBM yang menantang dan menarik.(3) Menilai kemajuan anak belajar.(4)
Memberikan umpan balik.(5) Membuat alat bantu belajar mengajar.(6)
Memanfaatkan lingkungan.(7) Membimbing siswa yang mengalami
kesulitan belajar.(8) Mengelola kelas.
Langkah strategis yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam

163
164

pembinaan dan pengembangan profesional guru adalah (1) Giliran


pekerjaan artinya semua guru diberi kesempatan dengan tugas yang
bergiliran dalam waktu yang terbatas.(2) Rapat-rapat rutin.(3)
Menganalisis kebutuhan guru dan siswa dalam kegiatan hasil pembelajaran
.(4) Pembinaan guru terhadap penguasaan bahan ajar, mengelola kelas.(5)
Melakukan pengawasan terhadap kinerja guru.(6) Melakukan tindak lanjut
dari pengawasan.(7) Memberdayakan MGMP.(8) Memberikan
kesempatan ikut aktif dalam organisasi profesi.(9) Memberikan
kesempatan kepada guru untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih
tinggi.
Langkah-langkah strategis yang dilakukan Kepala Sekolah dalam
memotivasi guru untuk meningkatkan kinerjanya adalah sebagai berikut
(1) Menata ruang guru yang kondusif.(2) Menata ruang kelas yang
kondusif untuk kegiatan proses pembelajaran.(3) Mengatur sarana
prasarana fisik dan non fisik untuk kegiatan hasil pembelajaran.(4)
Menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan seluruh tenaga
pendidik dan kependidikan di sekolah.(5) Memberikan penghargaan
kepada guru yang kinerjanya sangat baik. (6).Meningkatkan Pemberian
Layanan kepada Peserta Didik.
Langkah-langkah strategis dalam meningkatkan kinerja guru melalui
pemberian layanan kepada peserta didik adalah sebagai berikut: (1)
Peningkatan kualifikasi akademik guru melalui pemberian kesempatan izin
belajar ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan mata pelajaran yang
diampunya.(2) Memberikan penugasan guru dalam mengajar dan tugas
lainnya secara proporsional.(3) Adanya ketersediaan fasilitas
pembelajaran yang memadai.(4) Mengikutsertakan guru-guru dalam
kegiatan ilmiah seperti penataran, diklat, seminar dan MGMP.(5)
Memberikan motivasi kepada semua guru untuk ikut aktif berpartisipasi
dalam organisasi profesi dengan tidak mengganggu tugas pokok dalam
kegiatan pembelajaran .(6) Memberikan penghargaan dengan
meningkatkan kesejahteraan guru melalui peningkatan pemberian hak-hak
profesi guru seperti, kenaikan pangkat, dan mengusulkan guru menjadi
guru prestasi ke tingkat propinsi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembinaan profesional
yang dilakukan Kepala Sekolah diarahkan untuk terwujudnya suatu
perubahan etos kerja guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
dikelas. Perubahan yang paling pokok adalah adanya kesadaran diri yang
dimplementasikan dengan adanya perubahan sikap, perilaku dalam
melaksanakan tupoksinya. Untuk itu perlu dimiliki Pancarasa sebagai
bekal untuk melakukan perbaikan yaitu ; (1) sense of bellonging yaitu
adanya rasa memiliki kepada profesi dan lembaga serta kepada peserta
didik sebagai amanat dari Allah yang harus dibina, didik, dilatih dan digali
potensi dirinya agar menjadi manusia yang taqwa. (2), sense of
participation yaitu memiliki rasa keterlibatan, bahwa kinerja yang
dilakukan bisa berhasil bila adanya kerjasama dengan orang lain, sehingga
perlu dijalin hubungan, komunikasi, koordinasi dan konsultasi dengan
berbagai pihak untuk saling mengoreksi dan mengevaluasi kinerja
sehingga bisa saling mengingatkan dan memperbaiki kelemahan masing-

164
165

masing. (3) sense of responcibility yaitu memiliki rasa tanggung jawab.


Bahwa guru memiliki tanggung jawab kepada profesi, tanggung jawab
moral, sosial , dan tanggung jawab spiritual agar para siswa menjadi
manusia yang bermutu, unggul dan berdaya beda. Harus diyakini bahwa
pekerjaannya akan dipertangung jawabkan kepada diri sendiri, masyarakat
dan kepada Allah swt.(4) sense of scurity yaitu rasa aman, tentram. Bahwa
kinerja guru akan berhasil dalam meningkatkan mutu hasil pembelajaran
bila kondisi sekolah dan kelas tempat berlangsungnya penguatan
pembelajaran berada dalam iklim yang kondusif. (5) sense of succes yaitu
memiliki rasa keberhasilan, bahwa keberhasilan yang diperoleh adalah
merupakan hasil kerjasama semua pihak yang saling mendukung satu
sama lain, karena komponen sumber daya sekolah merupakan satu sistem
yang saling keterkaitan satu sama lain.
Panca Rasa ini diproyeksikan dan diaplikasikan untuk melakukan
berbagai perbaikan diantaranya adalah : (1) Pribadi yaitu perbaikan
kepribadian, artinya guru sebelum melakukan perbaikan kepada para siswa
alangkah baiknya memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu agar bisa
menjadi tauladan bagi para peserta didiknya. Ada pepatah bahwa guru itu
orang yang harus di guru dan ditiru.(2) logika yaitu perbaikan kecerdasan,
artinya kinerja guru harus diprioritaskan kepada aspek kognisi peserta
didik sehingga bisa melahirkan peserta didik manusia yang selalu
berdzikir, berpikir, merefleksikan dirinya untuk memikirkan semua
ciptaan Allah swt untuk membuat manusia mau berkreasi dan inovasi
membuat penemuan dan perubahan-perubahan yang bermanfaat bagi
dirinya dan orang lain. Dalam konteks pembelajaran guru harus melakukan
perbaikan kompetensi kepribadian para siswanya. (3) Agama yaitu
perbaikan agama artinya orang sudah memiliki kepribadian yang
sempurna dan cerdas sebagai bekal untuk memperbaiki nilai-nilai agama
Islam pada diri para peserta didik sehingga bisa membentuk kompetensi
spiritual yang utuh.(4) Keluarga yaitu perbaikan tatanan keluarga sebagai
bekal awal peserta didik mendapat pengetahuan di sekolah.
2). Strategi Preventif (ST)
Strategi preventif adalah sebuah strategi dengan membuat
program-program, proyek dan mengatur langkah-langkah atau tindakan
untuk melakukan koreksi dan memperbaiki kekeliruan baik yang
dilakukan oleh organisasi sendiri maupun yang diperintahkan atasan.
(Nawawi, 2000:177). Adapun langkah-langkah srategis dalam
meningkatkan kinerja guru dan mengaplikasikan standar kinerja guru
untuk meningkatkan mutu hasil pembelajaran adalah :
a). Mensosialisasikan Visi, Misi, Tujuan Pendidikan di Sekolah
Langkah-langkah yang dilakukan kepala Sekolah dan guru dalam
mensosialisasikna visi, misi dan tujuan pendidikan diwujudkan
dengan melakukan :(1) Memberikan penjelasan dan penjabaran dari
misi, misi serta tujuan pendidikan.(2) Memberikan pembinaan,
bimbingan kepada guru.(3) Menjadikan visi, misi sebagai landasan
bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran .(4)
Memasangkan visi, misi dan tujuan pendidikan ditempat-tempat yang
strategis dilingkungan sekolah.

165
166

b). Melakukan Sistem Pengawasan dan Penilaian dengan Rewards


Berbasis Kinerja. Adapun langkah-langkah strategis yang dilakukan
oleh kepala Sekolah dan guru dalam bidang pengawasan untuk
meningkatkan kinerja guru dilakukan dengan : (1) Melakukan
kunjungan kelas dalam kegiatan pembelajaran . (2) Melakukan
penilaian admnisitrasi guru yang meliputi program tahunan, program
semester, Silabus, RPP.(3) Memberikan reward sesuai dengan kinerja.
(4) Melakukan punishmant yang mendidik.
Langkah-langkah yang dilakukan Kepala Sekolah dalam melakukan
penilaian kinerja guru (PKG) untuk mengukur ketercapaian dan
keberhasilan guru dalam merefleksikan kinerja profesionalnya adalah (a)
Penilaian dilakukan secara komprehensif yang meliputi : (1) Kompetensi
kepribadian. (2) kompetensi sosial. (3) Kompetensi pedagogik. (4)
Kompetensi profesional.(b) Penilaian dilakukan secara berkala yaitu ; (1)
Penilaian akhir semester (PAS). (2) Penilaian setiap akhir tahun pelajaran
(PAT). (c) Penilaian dilakukan secara terpadu antara Kepala Sekolah,
pengawas dan guru.(d) Aspek yang dinilai dalam kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut ( 1) Program tahunan. (2) Program semester . (3)
Analisis materi pelajaran. (4) Program satuan pelajaran. (5) Rencana
pelaksanaan pembelajaran. (6) Kumpulan soal.(7) Analisis soal.(8) Program
remedial. (9) Program pengayaan. (10) Buku nilai dan kehadiran siswa. (11)
Buku kasus. (e) Teknik yang digunakan adalah kunjungan kelas, yaitu
pendekatan yang dilakukan kepala sekolah dengan mengunjungi kelas disaat
guru sedang melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mengetahui secara
langsung kegiatan proses belajar mengajar.
Langkah-langkah stratejik yang dilakukan Kepala Sekolah dalam
melaksanakan kunjungan kelas adalah : (1) Membuat jadwal kunjungan
kelas. (2) Mengintruksikan kepada seluruh guru untuk mempersiapkan
seluruh program yang sudah ditentukan. (3) Kepala Sekolah ada didalam
kelas selama guru melaksanakan kegiatan pembelajaran . (4) Kepala
Sekolah dan guru bersangkutan melakukan pembicaraan khusus untuk
membahas tentang hasil kunjungan kelas. Aspek kelemahan dan kekuatan
yang perlu ditindaklanjuti oleh guru.
a) Menjalin Komunikasi dan Kerjasama Internal dan Eksternal dengan
Pihak -pihak Terkait Kunci keberhasilan sebuah organisasi adalah
komunikasi dan kerjasama yang kompak dan cerdas. Komunikasi
memiliki fungsi strategis salah satunya untuk mempersatukan
berbagai perbedaan menjadi suatu komitmen kebersamaan untuk
mencapai tujuan dalam hal ini terciptanya mutuhasil pembelajaran .
Kepala Sekolah sebagai top leader dan managersekolah perlu
membangun suatu sistem komunikasi yang efektif dan efisien baik
komunikasi vertikal, horizontal dan diagonal. Langkah-langkah
startegik yang dilakukan adalah sebagai berikut :(1) Memahami

166
167

karakterisik guru dan siswa.(2) Berbicara dengan santun, lembut dan


kasih sayang.(3) Menjadi panutan dan tauladan bagi semua guru.(4)
Menjalin hubungan baik dengan semua tenaga pendidik dan
kependidikan. (5) Menjunjung sikap keterbukaan, kebersamaan, dan
toleransi.
b) Meningkatkan Layanan Pembinaan Guru
Langkah-langkah strategis yang dilakukan untuk meningkatkan
kinerja guru melalui layanan pembinaan adalah: (1) Pemberian izin
dan kesempatan belajar ke jenjang yang lebih tinggi.(2) Penugasan
guru dalam mengajar dan tugas lainnya sesuai dengan latarbelakang
pendidikannya.(3) Penyediaan fasilitas belajar mengajar yang
memadai.(4) Mengikutsertakan guru-guru dalam forum ilmiah dan
profesi.(5) Meningkatkan kesejahteraan guru melalui hak
kepegawaiannya.(6) Memberikan penghargaan terhadap guru
berprestasi.

2) Strategi ofensif (WO)


Strategi ofensif adalah strategi yang dilakukan dengan membuat
program, dan mengatur tindakan yang selalu berusaha memanfaatkan
semua peluang , baik sesuai maupun tidak sesuai dengan pengarahan,
petunjuk, pedoman, peraturan dari organisasi atasan, yang berlaku bagi
semua organisasi pendidikan. Langkah-langkah strategis untuk
menerapkankan strategi ini adalah :
a) Meningkatkan Kreativitas dan Inovasi Guru Dalam Layanan
Pembelajaran Peserta Didik. Peningkatan mutu pendidikan sangat
tergantung kepada kemampuan profesional guru dalam meningkatkan
layanan pembelajaran kepada para peserta didik. Untuk itu perlu
dikembangkan sikap responsif guru untuk meningkatkan kreativitas
dan inovasi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
melalui langkah-langkah : (1) Guru dituntut untuk mempelajari,
memahami dan menerapkan pedoman dan juknis untuk peningkatan
pengelolaan pembelajaran.(2) Guru dituntut meningkatkan
pengelolaan pembelajaran melalui pemberdayaan fasilitas belajar
mengajar yang tersedia.(3) Guru dituntut untuk menciptakan kondisi
belajar mengajar yang menarik, menyenangkan dan produktif.(4)
Guru perlu memanfaatkan eksistensi MGMP.
b) Meningkatkan Keterlibatan dan Kemitraan Dalam Pembinaan Guru.
Upaya untuk meningkatkan kinerja guru dilakukan kerjasama dengan

167
168

departemen terkait, para pengawas rumpun mata pelajaran, komite


sekolah, organisasi profesi, tokoh masyarakat dan para stakeholders
lainnya yang peduli akan pendidikan.

3) Strategi Difensif (WT)


Strategi difensif adalah strategi dengan membuat program-program dan
mengatur langkah-langkah untuk mewujudkan keunggulan yang
melebihi organisasi pendidikan lainnya yang sama posisi dan
jenjangnya. Penerapan strategi tersebut diwujudkan dengan
melakukan :
a) Peningkatan Keprofesionalan Tenaga Pendidik
Bersifat kausalitas dimana seseorang akan berperilaku yang
profesional bila memiliki kompetensi yang relevan, lalu diterapkan
dalam prestasi kerja yang nyata. Kompetensi berkaitan erat dengan
motive, sifat, konsep diri dan keterampilan diri. (Spencer Sikap
profesionalisme berkaitan erat dengan kinerja dan kompetensi.Ketiga
komponen tersebut dalam Moerheriono,2019:8).
Langkah-langkah stratejik dalam upaya meningkatkan
profesionalitas guru, dilakukan Kepala Sekolah dan Pengawas
meliputi aspek- aspek sebagai berikut :
Pertama, Pengembangan dan peningkatan wawasan kependidikan
guru yang dilakukan melalui langkah-langkah strategik ; a)
Pemberian kesempatan kepada guru untuk belajar ke jenjang lebih
tinggi yang linier seperti SI,S2,S3.b) Penyediaan sumber belajar
yang memadai, seperti buku, majalah, koran, modul.c) Memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengikuti kegiatan forum ilmiah,
pelatihan, penataran dalam berbagai tingkat.d) Membentuk
kelompok diskusi dengan terjadwal dan komitmen dalam
pelaksanaannnya.
Kedua, Peningkatan dan pengembangan dalam penguasaan bahan
pembelajaran. langkah-langkah yang dilakukan adalah a) Melakukan
telaah kepada berbagai buku paket dan buku penunjang sesuai
dengan mata pelajaran yang diampunya.b) Melakukan
pengembangan materi pelajaran melalui pembuatan naskah diktat
mata pelajaran yang diampunya c) Melakukan pengembangan paket
belajar seperti modul, lembaran kerja siswa, portofolio.d) Membuat
rangkuman dari materi pembelajaran dari berbagai literatur dan
sumber lainnya yang relevan.e) Melakukan diskusi dan pendalaman
materi dalam media MGMP.
Ketiga, meningkatan kemampuan menyusun program pembelajaran.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah: a) Memberdayakan
MGMP. b) Menyusun dan merumuskan program pembelajaran. c)
Mengembangkan program pembelajaran yang meliputi: 1) Tujuan
pembelajaran. 2) Bahan pembelajaran. 3) Pendekatan dan metode
pembelajaran. 4) Media dan alat pembelajaran. 5) Alat dan jenis
serta teknik penilaian. (d) Peningkatan kemampuan dalam layanan

168
169

pembelajaran. langkah-langah stratejik yang dilakukan adalah :a)


Menciptakan suasana iklim belajar yang kondusif.b) Melakukan
penataan ruang belajar dan menyediakan sarana prasarana
pembelajaran yang dibutuhkan. c) Melakukan pengelolaan interaksi
kegiatan belajar mengajar. d) Menguasai berbagai keterampilan
dasar mengajar. e) Melakukan pengendalian terhadap peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran .(f) Peningkatan kemampuan dalam
melakukan bimbingan belajar. Langkah-langkah stratejik yang
dilakukan guru adalah sebagai berikut : 1) Melakukan pembiasaan
dan pemantapan sikapdan kebiasaan belajar yang efektif dan
produktif. 2) Melakukan pembiasaan dan pemantapan disiplin
belajar dan berlatih secara individu dan kelompok. 3) Melakukan
pembiasaan dan penguasaan materi pembelajaran.(f) Peningkatan
kemampuan dalam mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.
adapun langkah-langkah stratejik yang dilakukan guru adalah : 1)
Menentukan pendekatan yang digunakan dalam evaluasi. 2)
Menentukan jenis evaluasi yang digunakan. 3) Menentukan bentuk
evaluasi. 4) Melaksanakan evaluasi. 5) Melakukan pengolahan hasil
evaluasi. 6) Melakukan tindak lanjut perbaikan dan pengayaan.

b) Meningkatkan Rewards dan Motivasi Guru.


Rewards adalah penghargaan yang diberikan kepada guru atas kinerjanya
yang baik sehingga guru merasa puas dengan penghargaan tersebut yang
berdampak kepada tumbuhnya motivasi baru untuk terus meningkatkan
kinerjanya. Bentuk penghargaan banyak macamnya bisa dengan materi
atau non materi. Hal ini akan memberikan motivasi positif baik intrinsik
maupun ekstrinsik sehingga kinerja guru bisa lebih meningkat. Hal ini
sejalan dengan Mc Clelland, dengan teori kepuasaannya Faktor-faktor
dari dalam individu yang menyebabkan seseorang bertindak dengan cara
tertentu.”.(Stoner terj.Maulana,1986:84).Agar tidak terjebak dengan
motivasi sekuler , perlu ditanamkan landasan etika profesi yang diawali
dengan kepemilikan moralitas tinggi yang bisa menumbuhkan motivasi
dan kepercayaan publik.(Kohn dalam Harjana,2000:72-74). Selain itu
juga perlunya guru memiliki motivasi spiritual yang tinggi bahwa setiap
pekerjaan adalah bagian dari pengabdian kepada Allah Swt yang akan
mendapat balasan didunia dan akhirat. Menurut Mulyasa (2006, 149-150)
), beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk memotivasi guru dan
kependidikan dalam meningkatkan kinerjanya, yaitu; Kegiatannya
menarik,tujuan disusun dengan jelas, hasil dari setiap pekerjaannya
diinformasikan,pemberian hadiah memperhatikan perbedaan individual
tenaga kependidikan,memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan.

c) Pemberdayaan dan Pemanfatan Sarana Prasarana Pembelajaran


yang ada.
Pemberdayaan sarana prasarana dilakukan langkah-langkah inovasi
yaitu selain mendayagunakan sarana prasarana yang ada, juga mendapat
bantuan dari pemerintah dan dilakukan terobosan dengan

169
170

memberdayakan peran dan fungsi komite sekolah sehingga semua


kebutuhan para peserta didik bisa terpenuhi walaupun belum maksimal.
Fungsi budgeting berkaitan erat dengan masalah penerimaan,
pengeluaran, penyimpanan, penggunaan dan pertanggung jawaban. Agar
pembiayaan yang sudah disepakati bisa diaplikasikan sesuai dengan
perencanaan, maka perlu dilakukan tiga tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan pertanggung jawaban. Tahapan perencanaan keuangan
diawali dengan menyusun RAKS atau Rencana Anggaran Kegiatan
Sekolah untuk satu tahun kedepan. Jenis-jenis pembiayaan pendidikan
terbagi tiga yaitu dana investasi, operasional dan dana personal.
Sumber pembiayaan pendidik berasal dari pemerintah melalui
APBN dan APBD.Tahapan pelaksanaan dilakukan setelah RAKS
disepakati dengan melibatkan menejemen puncak dalam hal ini kepala
sekolah sebagai top leader pada SMA di Kota Administrasi Jakarta
Timur. Tahapan pertanggung jawaban perlu dilakukan secara formal
tertulis setiap tiga bulan sekali. laporan pertanggung jawaban yang
dilakukan setiap tiga bulan sekali,bila dibuat dalam bagan ruang lingkup
manajemen pembiayaan sebagai berikut:

Bagan 4.8
Ruang lingkup manajemen pembiayaan
Fungsi Planning Organizng Actuatig controllig Evaluating
Kompone A B C D E
n
BOS A.1 B.1 C.1 D.1 E.1
BOP A.2 B.2 C.2 D.2 E.2
Donatur A.3 B.3 C.3 D.3 E.3

Ruang lingkup Manajemen Keuangan (Suderajat,2004:141)


Pengawasan adalah fungsi dari manajemen kinerja yang harus
dilakukan oleh Kepala Sekolah dan guru sebagai manager pendidikan.
Pengawasan sangat penting dilakukan karena didalamnya terdapat beberapa
manfaat yang sangat berguna bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal. Diantara manfaat pengawasan adalah (1) Untuk memberikan feed
back tentang informasi kekurangan, kelemahan, kekuatan untuk dicarikan
solusinya.(2) Untuk membandingkan cara melaksanakaan kegiatan
pembelajaran untuk dicarikan jalan terbaik guna tercapainya mutu hasil
pembelajaran .(3) Untuk menemukan problematika yang dihadapi guru,
siswa dalam kegiatan pembelajaran .(4) Untuk menghimpun berbagai
informasi yang berkenaan dengan kinerja guru dalam meningkatkan mutu
pembelajaran .(5) Untuk menimbulkan rasa memiliki dan tanggung jawab
yang tinggi terhadap profesinya.
Pengawasan terhadap kinerja guru bisa dilakukan melalui
pemantauan, supervisi dan evaluasi. Pemantauan hasil pembelajaran
dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil
pembelajaran. pemantauan bisa dilakukan juga dengan melalui diskusi
kelompok, pengamatan, pencatatan, wawancara dan dokumentasi.Supervisi

170
171

kinerja guru dalam pembelajaran dapat dilakukan pada perencanaan,


pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran oleh Kepala Sekolah atau
pengawas satuan pendidikan.Evaluasi hasil pembelajaran dapat
dilaksanakan untuk menentukan mutu pembelajaran secara komprehensif
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
Evaluasi hasil pembelajaran terpusat pada keseluruhan kinerja guru dalam
hasil pembelajaran. Prosedur evaluasi kinerja guru meliputi : (1)
Mengobservasi kegiatan kelas.(2) Meninjau kembali rencana pengajaran dan
catatandalam kelas.(3) Memperluas jumlah orang-orang yang terlibat dalam
evaluasi.
Dalam konteks TQM bentuk pengawasan yang dapat digunakan
untuk mengawasi kinerja guru profesionaladalah pengawasan total quality
control(TQC) dengan memberdayakan dan melibatkan berbagai unsur
secara terpadu mulai dari input, proses dan outputsebagai upaya perbaikan
yang terus menerus. Komponen yang terlibat dalam pengawasan ini
diantaranya ;
Pertama, Pengawasan internal yaitu pengawasan yang dilakukan oleh
pimpinan. Secara manajerial Kepala Sekolah perlu melakukan supervisi
kepada seluruh bawahannya baik didalam kelas maupun diluar kelas secara
berkesinambungan. Supervisi bisa diawali dengan pemeriksaan administrasi
guru secara keseluruhan mulai dari silabus, RPP, program tahunan, program
semester, sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Semua adminitrasi
guru tersebut ditanda tangani sebagai bentuk sudah diperiksa dan layak
untuk digunakan .
Kedua, Pengawasan eksternal yaitu pengawasan yang dilakukan oleh
organisasi lain yang sifatnya independent. Pengawasan ini perlu dilakukan
sebagai bentuk adanya net working dan kepedulian masyarakat akan
pendidikan. Salah satunya pengawasan dilakukan oleh Komite Sekolah
sebagai lembaga yang mewakili orang tua siswa dan masyarakat.
Ketiga, Pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan melalui evaluasi
laporan. Bentuk pengawasan ini bisa dilakukan dalam waktu seminggu
sekali atau sebulan sekali. Hasil pengawasan ini disampaikan oleh Kepala
Sekolah dalam pembinaan rutin untuk diperbaiki kekurangannya dan
ditingkatkan kualitas kinerja gurunya.
Keempat, Pengawasan langsung yaitu pengawasan yang dilakukan dengan
mendatangi objeknya seperti kunjungan kelas. Kepala Sekolah dan
Pengawas perlu sekali melakukan kunjungan kelas untuk melihat secara
langsung kinerja guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan
begitu bisa dilihat penerapan standar kompetensi guru sudah relevan atau
belum dengan tuntutan kebutuhan perundang-undangan dan masyarakat
serta peserta didik.
Kelima, Pengawasan melekat yaitu proses pemantauan, pemeriksaan oleh
pimpinan kepada seluruh unit organisasi sebagai sistem. Bentuk
pengawasan ini dilakukan Kepala Sekolah melalui pengamatan dari kinerja
guru baik dalam aspek kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan
sosialnya,
Keenam,Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan sesuai
dengan fungsinya masing- masing. Bentuk pengawasan ini lebih cenderung

171
172

kepada pembentukan kesadaran diri guru dalam melaksanakan tugas dan


fungsinya baik dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas maupun diluar
kelas.
Ketujuh, Pengawasan masyarakat, yaitu pengawasan berupa saran kritik,
pertanyaan dan lain-lain yang dilakukan masyarakat. Bentuk pengawasan ini
lebih nampak diluar kelas dimana masyarakat akan melihat sikap, ucapan
dan perbuatan para guru, TU, peserta didik. Hasil kinerja guru akan terlihat
melalui lulusan SMA menjadi bentuk nyata dimasyarakat akan
kebergunaannya. Bila lulusannnya bermutu akan muncul kepercayaan
masyarakat untuk memasukan putra-putrinya ke SMA tersebut dan
sebaliknya. Komite Sekolah sebagai lembaga independen menjembatani
keinginan masyarakat sebagai bahan masukan kepada pihak sekolah yang
perlu direspon oleh pihak sekolah dan diterapkan dalam program kerja yang
nyata.
Agar sistem pengawasan bisa berjalan dengan efektif dan efisien
serta berhasil dengan baik maka perlu dilakukan sistem pengawasan yang
rutin dan berkelanjutan dengan menggunakan, memberdayakan semua
sistem dan sumber daya manusia dengan pola delegasi yang berprinsip
kepada asas kepercayaan, keterbukaan dan kebersamaan serta demokrasi.

d) Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan Mutu Lulusan yang Siap


Lanjut Perguruan Tinggi
Dalam upaya menjawab strategi pembelajaran untuk meningkatkan
mutu lulusan yang siap masuk perguruan tinggi,merupakan suatu
kebutuhan dan tantangan dunia global saat ini, paling tidak ada tiga aspek
dalam sistem pendidikan yang dapat dijadikan bahan kajian dan digali
untuk dilakukan perubahan menjadi paradigma baru yang berlaku.
1. Aspek metode pembelajaran. Dalam hal metode pembelajaran, sejak dahulu
metode pembelajaran yang diterapkan di Negara Republik Indonesian ini ,
selalu berorientasi dan bersumber hanya kepada guru dan berlangsung satu
arah (one way). Bahwa metode ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
Dengan tanpa mengenyampingkan bahwa guru itu tetap harus menjadi insan
yang pantas dijadikan sebagai panutan. Contoh dimaksudkan sebagai figur
ideal dalam semangat menimba pengetahuan dan keterampilan, kualitas
pengetahuan, kualitas perilaku etis normatif serta sebagai figur yang tepat
dijadikan contoh sumber daya manusia berkualitas unggulan. Sudah saatnya
kini orientasi berubah tidak hanya kepada satu sumber saja (Guru), tetapi
harus dilakukan berorientai kepada peserta didik dan secara multi arah.
Dengan terjadinya proses interaksi ini diharapkan akan menstimulir para
peserta didik untuk lebih menumbuhkan tingkat kepercayaan dirinya, proaktif,
mau saling bertukar informasi, meningkatkan keterampilan berkomunikasi,
berfikir kritis, membangun kerja sarna, memahami dan menghormati akan

172
173

adanya perbedaan pendapat dan masih banyak harapan positif lainnya yang
lahir dari adanya perubahan tersebut serta pada akhirnya siswa akan
dihadapkan pada realitas yang sebenarnya dalam memandang dan memahami
konteks dalam kehidupan kesehariannya.
2. Aspek manajemen lembaga pendidikan. Hal ini menyangkut manajemen
lembaga pendidikan itu sendiri, seperti telah dialami selama ini dimana pada
waktu sebelumnya sekolah hanya bergerak dan beroperasi sendiri-sendiri
secara mandiri. Maka dalam konteks pembelajaran masa kini dan kedepan
setiap sekolah harus mempunyai dan membangun networking antar lembaga
pendidikan yang dapat saling bertukar informasi, pengetahuan dan sumber
daya, artinya sekolah lain sebagai institusi tidak lagi dipandang sebagai
competitor semata tetapi lebih sebagai mitra (counterpart). Memang jika di
kembali ketiga aspek paradigma baru ini dalam implementasinya tidak akan
semudah seperti membalik telapak tangan. Akan banyak ekses maupun aspek
lainnya yang harus dipikirkan seperti misalnya berakibat akan adanya
perubahan dan peran sebuah lembaga pendidikan yang selama ini dipahami
oleh khalayak. Namun melalui konteks perubahan ini kelak akan jelas terlihat
bagaimana sektor pendidikan dapat bersinergi dan seiring sejalan dengan
kemajuan dan perkembangan teknologi, pengetahuan dan bisnis sekalipun,
karena ouput dari suatu pendidikan menjadi lebih berkualitas.
Berpusat pada peserta didik, dalam mengembangkan potensi, melalui
pelayanan lembaga pendidikan kepada peserta didik. Mengingat perbedaan
karakteristik peserta didik, maka cara penilaiannya pun beragam sesuai
dengan kemampuan peserta didik. Meski subyektif, namun penilaian model
ini sangat relevan dengan beragamnya kondisi peserta didik. Belajar dengan
melakukan, KBM memberikan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-
hari, dan dunia tugas yang terkait dengan penerapan konsep, kaidah, prinsip
disiplin ilmu, yang dipelajari peserta didik. Pendekatan ini mendorong
berkembangnya kreativitas peserta didik melalui pengalaman
berkuat.Mengembangkan kemampuan sosial.
Aspek penting dalam muatan Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK)
adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan sosial. Yang mencakup bagaimana
menjalin relassi dengan sesamanya, lingkungan ciptaan Tuhan
lainnya.Mengembangkan keingintahuan.
Di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memuat
serangkaian program pembelajaran yang mampu membangkitkan

173
174

semangat untuk mengembangkan keingintahuan peserta didik.


Dampak semangat ini adalah tumbulmya kemauan untuk selalu ingin
berubah menuju perbaikan dati waktu ke waktu.
Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Penataan
seluruh mata pelajaran dan kegiatan yang didesain dalam kurikulum
mampu mengembangkan keterampilan peserta didik. Dengan tingkat
keterampilan yang handal maka kompetensi seseorang akan
mengantar ke tingkat profesionalitas.
Mengembangkan kreativitas peserta didik. Selain terampil maka
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran akan mampu
meningkatkan kompetensi di bidang hard competency.
Mengembangkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Melalui Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dipadukan dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menjadi lebih
proporsional.
Menumbuhkan kesadaran sebagai warga Negara. Selain menyandang
profesi dengan kemampuan tertentu maka setiap warga negara dituntut
memiliki kesadaran tinggi terhadap posisinya sebagai warga negara
dengan segenap tugas dan tanggungjawabnya.Belajar sepanjang hayat.
Salah satu keberhasilan proses pembelajaran tumbuhnya semangat
untuk senantiasa belajar sepanjang hayat. Meningkatkan seluruh
potensi yang mampu mewujudkan tingkat kedewasaan seseorang.
Perpaduan kompetisi, kerjasama dan solidaritas. Sebagai individu
yang telah mencapai kematangan dalam belajar maka akan
mengindikasikan semangat dan kemampuan berkompetisi secara
sehat. Selanjutnya melakukan kerjasama secara normatif dan
proprosional. Selain itu, dalam kinerja yang kompetitif mampu
membangun semangat solidaritas.Mengembangkan disiplin. Analogi
tak seorangpun dapat memerintah orang lain kalau ia tak dapat
memerintah diri sendiri. Demikian juga tak seorangpun bisa
mengajarkan disiplin kepada orang lain kalau ia tidak mampu
mengajarkan disiplin kepada diri sendiri.
3. Aspek strategi pembelajaran. Dalam pembelajaran, siswa harus ditempatkan
sebagai subjek yang mampu merencanakan pembelajarannya, menggali dan
menginterpretasikan materi pembelajaran yang diperlukan, serta mengevaluasi
proses dan hasil pemelajarannya. Guru lebih berfungsi sebagai fasilitator.
Dengan demikian akan mendorong terciptanya iklim pembelajaran yang
memungkinkan: (a) siswa mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sampai
tuntas; (b) guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar; (c) tempat
pembelajaran bisa terjadi dimana saja baik di sekolah maupun di dunia kerja;
(d) siswa secara aktif menyelesaikan tugas-tugasnya tanpa menunggu instruksi
guru.
Proses pembelajaran akan sangat tergantung pada struktur program keahlian
yang tersedia dalam kurikulum. Bahan ajar (learning materials) harus

174
175

dikemas sesuai dengan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa


belajar sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Alat dan bahan praktik harus
mencukupi, agar kompetensi yang telah ditetapkan tercapai. Struktur program
keahlian dan progam pemelajaran diupayakan selalu menarik untuk
meningkatkan mutu, efisiensi dan relevan dengan kebutuhan pembangunan.
Program pembelajaran hendaknya lebih memberikan pengalaman belajar,
karena itu dalam menyusun program pembelajaran akan lebih baik apabila
melibatkan pengalaman belajar peserta didik. Pengalaman kongkrit dapat
cepat diingat dan direfleksikan dalam kehidupan, kekuatan daya ingat akan
sangat dipengaruhi oleh pengalaman nyata, Proses belajar seseorang harus
sesuai dengan kekuatan otak yang dimilikinya, karena kekuatan otak
merupakan aset yang paling berharga, kekayaan sejati terletak pada otak, dan
belajar merupakan jembatan untuk itu, modal intelektual merupakan landasan
kemakmuran suatu bangsa. Masyarakat yang belajar terus menerus sepanjang
hayat akan selalu kreatif, analitis dan terampil, mereka tidak akan tergantung
secara ekonomi, mereka dapat mempergunakan potensi otak dan akal budinya.
Pola pembelajaran pada umumnya dilaksanakan secara klasikal, lebih banyak
mengarah pada ranah kognitif, proses pembelajarannya lebih dominan guru,
satu arah, kurang mempertimbangkan penerapan sikap mental dan
keterampilan kewirausahaan, bimbingan pengembangan diri siswa kurang
mendapat porsi yang seimbang dibanding dengan penerapan konsep keilmuan
yang penuh dengan retorika teoretis, siswa kurang diajak berpikir kekinian,
mengetengahkan kondisi obyektif yang terjadi di lingkungan siswa, atau
bahkan jauh dari penerapan konsep berpikir analitis situasional, pemecahan
masalah dan kontekstual. Karena pola pembelajaran seperti itu maka wajar
apabila siswa lebih banyak tahu daripada paham dan terampil. Kegiatan
pembelajaran kewirausahaan di SMA Negeri di Jakarta Timur, selanjutnya
dilihat dan dianalisis berdasarkan aspek-aspek perencanaan, proses
pembelajaran, dan evaluasi seperti berikut ini :
a. Perencanaan Pembelajaran.
Perencanaan sebagai esensi manajemen merupakan faktor penentu
keberhasilan, berhasil tidaknya suatu kegiatan akan sangat
tergantung dari perencanaan yang disiapkan. Sebelum proses
pembelajaran terlebih dahulu disusun rencana pembelajaran. Dalam
penyusunan rencana pembelajaran melalui manajemen
pembelajaran partisipatif, peserta didik dilibatkan secara aktif
terutama dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Apabila

175
176

tujuan sudah ditetapkan, langkah berikutnya menyusun kerangka


materi yang akan dipelajari, selanjutnya menyusun bahan, alat,
media, sumber belajar, metode dan format evaluasi pembelajaran.
Rencana pembelajaran dapat disuun dalam bentuk silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran atau bentuk lain yang disusun secara
sistematis, logis dan sesuai dengan standar kompetensi yang
diharapkan, dengan pedoman Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang telah disusun terlebih dahulu untuk semua mata
diklat. Bentuk dan pola rencana pembelajaran tidak memerlukan
format baku, karena rencana harus disesuaikan dengan tujuan,
materi, alat, bahan dan media pembelajaran yang tersedia, sesuai
dengan tingkat kesiapan siswa untuk belajar, dan
mempertimbangkan situasi dan kondisi lingkungan dimana proses
pembelajaran akan dilaksanakan.
Rencana pembelajaran paling tidak mencakup: (a) standar
kompetensi (b) kompetensi dasar (tujuan pembelajaran umum), (c)
indikator keberhasilan (tujuan pembelajaran khusus), (d) materi
pembelajaran (bahan yang akan dibahas atau dipelajari dalam
proses pembelajaran) (e) alokasi waktu yang disediakan untuk
pokok bahasan yang akan dipelajari. Dalam proses pembelajaran
waktu sangat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan, perhatikan
kapan mulai kegiatan dan kapan kegiatan harus berakhir, sehingga
materi pembelajaran seluruhnya dapat dipelajari siswa, jangan
mengabaikan waktu pembelajaran karena motivasi dan kesiapan
belajar siswa dipengaruhi juga oleh waktu, belajar pagi akan sangat
berbeda dengan belajar siang atau sore bahkan malam hari. Karena
itu waktu belajar juga akan berpengaruh terhadap kesiapan guru
dalam menyampaikan materi pelajaran, penggunaan metode, alat,
media, sarana dan sumber belajar serta strategi pembelajaran, (f)
metode pembelajaran yang akan digunakan harus sesuai dengan
materi pelajaran, agar dalam proses pembelajaran siswa aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dinamisasi proses belajar
merupakan kata kunci keberhasilan pembelajaran, (g) media dan
alat pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan
pembelajaran. Dengan media serta alat pembelajaran yang sesuai,
proses pembelajaran akan berjalan menarik dan inovatif, biasanya
perhatian siswa akan tertuju pada materi pembelajaran yang sedang
dipelajari apabila siswa menyenangi apa yang sedang dipelajarinya.
Karena itu media pembelajaran dibuat atau disiapkan sebaik
mungkin agar lebih menarik perhatian siswa, manfaatkanlah media
pembelajaran konservatif dan sederhana, dan sajikan pula media
pembelajaran yang berbasis teknologi serta menggugah rasa ingin
tahu siswa. (h) evaluasi hasil belajar yang relevan untuk mencapai
indikator keberhasilan, dan (g) referensi yang dibutuhkan untuk
pengayaan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bentuk dan penyajiannya
dapat disesuaikan dengan materi pelajaran, kondisi dan situasi
siswa, tempat belajar, media dan alat pembelajaran, metode belajar

176
177

dan tujuan belajar serta kompetensi yang harus dikuasai. Walaupun


demikian dalam penelitian ini Rencana Program Pembelajaran
yang dikembangkan merupakan hasil diskusi dan analisis
perencanaan pembelajaran, alternatif untuk meningkatkan
kapasitas, kreativitas dan aktivitas siswa, dengan harapan terjadi
suasana belajar yang produktif dan inovatif menuju Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM).
Guru yang profesional selalu menyiapkan diri sebelum proses
pembelajaran dimulai, desain program pembelajaran yang disajikan
menggunakan pendekatan sistem yang mencakup analisis
perencanaan, analisis pengembangan, analisis implementasi dan
analisis evaluasi. Tujuan pembelajaran harus sejalan dengan tujuan
hidup, karena pada filosofisnya manusia mempunyai tujuan hidup,
dan tujuan itu akan dicapai melalui kerja keras dan kerjasama, tiada
seorangpun manusia yang dapat sukses sendiri, pastilah mereka
sukses dengan bantuan dan campurtangan orang lain. Tujuan itu
mestilah realistis, yang menggambarkan pertimbangan yang baik.
Tujuan yang realistik mengantarkan kesuksesan, karena kesuksesan
diukur dan dinilai oleh tingkat kebahagiaan, dan kebahagiaan
ditentukan oleh berapa banyak yang sudah kita berikan.
Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks,
dan harus dipersiapkan dengan baik, karena segala sesuatu yang
terjadi dalam proses pembelajaran sangat berarti dalam tumbuh
kembangnya peserta didik, setiap kata, pikiran, tindakan dan
asosiasi akan sangat mempengaruhi pengalaman belajarnya.
Kehidupan pendidikan merupakan pengalaman proses belajar yang
akan terus dihayati sepanjang hidup manusia. Kemahiran pendidik
dalam mengubah lingkungan belajar dan mempresentasikan materi
pelajaran yang dirancang berdasarkan kurikulum dan kebutuhan
belajar peserta didik akan sangat menentukan hasil belajarnya.
Untuk pembelajaran kewirausahaan di SMA Negeri Kota Jakarta
Timur program pembelajarannya disusun menjadi Rencana
Pelakasanaan Pembelajaran (RPP), tujuannya agar proses
pembelajaran lebih efektif dan efisien, terarah pada konsep satuan
materi yang harus disampaikan dan dipelajari oleh siswa. Dalam
kegiatan pembelajaran di SMA Negeri Jakarta, silabus
dipersiapkan terlebih dahulu yang penyusunannya melibatkan guru
sejenis, dunia usaha dan industri serta tim khusus yang dibentuk
kepala sekolah, terdiri atas wakil kepala sekolah bidang manajemen
mutu, wakil kepala sekolah bidang sarana-prasarana yang meliputi
fungsi pengadaan, pemeliharaan dan lingkungan hidup, wakil
kepala sekolah bidang hubungan industri yang membidangi
pembina osis, guru pembina BP/BK dan praktek kerja industri,
serta wakil kepala sekolah bidang kurukulum pendidikan yang
mengurusi masalah koordinator pembelajaran, koordinator
administrasi dan perpustakaan sekolah. Sedangkan dalam
penyusunan RPP guru melibatkan siswa terutama dalam
menetapkan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan

177
178

kegiatan/proses pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan


situasi serta minat siswa.
Semua komponen yang terlibat dalam penyusunan rencana
pembelajaran bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilan
pembelajaran pada semua mata diklat, karena prinsipnya sekolah
merupakan sistem yang solid dalam mewujudkan visi, misi dan
tujuan yang telah ditetapkannya. Pernyataan ini sejalan dengan
perubahan lingkungan milenium baru yang membutuhkan
kerjasama antar berbagai pihak yang berkepentingan, karena
lingkungan sekolah tempat siswa belajar sangat berperan dalam
meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Penjelasan tersebut
sejalan dengan teori yang menjelaskan bahwa stabilitas masa lalu
telah pergi, satu-satunya yang menetap adalah perubahan yang kian
cepat dalam berbagai bidang, dalam praktek kerja, pasar, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sekolah tempat siswa belajar juga
harus bergerak cepat mengikuti kecepatan para pesaingnya yaitu
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, lapangan kerja, dan
budaya. Sekolah tidak dapat bergerak cepat apabila warganya
selalu lambat. Tiada masa depan bagi manusia yang melawan
perubahan.
Khusus di SMA Negeri Jakarta, materi pembelajarannya
terdiri dari materi pokok dan materi tambahan baik dalam bentuk
pembelajaran intra kurikuler ataupun ekstra kurikuler. Kedua
program tersebut tidak menjadi mata diklat pokok bagi seluruh
siswa, hanya materi pelajaran intra kurikuler yang harus
disampaikan kepada seluruh siswa, sementara materi khusus yang
dikembangkan di SMA Negeri Jakarta bekerjasama dengan
Prestasi Junior Indonesia disampaikan kepada siswa terpilih sesuai
dengan hasil seleksi. Pola kerjasama yang dibangun adalah
membina kemandirian, menumbuh kembangkan pengetahuan,
sikap, kemampuan dan keterampilan mengelola perusahaan yang
dibangun atas dasar kepentingan bersama. Dalam konteks
kebersamaan pembinaan, kedua belah pihak bertanggung jawab
terhadap suksesnya siswa dalam mengelola perusahaan yang
didirikannya, dengan mempertimbangkan iklim sekolah, waktu
belajar dan kurikulum sekolah, serta melibatkan semua komponen
yang ada di sekolah. Program ini memungkinkan siswa untuk
menjadi pembelajar yang berkesinambungan, kreatif, analitis dan
tidak ketergantungan pada siapapun secara ekonomi, serta
mendorong siswa untuk mengembangkan rencana tindak belajar
mandiri (personal learning action plan), dengan harapan agar
mereka selalu berpikir, menulis dan merencanakan sesuatu untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri.
Pembelajaran, berpedoman pada program yang telah
disiapkan sebelumnya dalam bentuk silabus, dan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan yang efektif didasari oleh
kebutuhan nyata, karena itu guru sebagai perencana kegiatan
pembelajaran harus memperhatikan mempertimbangkan,

178
179

mengetahui, memahami dan memaknai kebutuhan belajar


siswanya. Kebutuhan belajar ini juga tidak akan terlepas dan harus
selalu berhubungan dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dilandasi oleh kondisi dan situasi sosial budaya
masyarakat dimana peserta didik berada. Konsep penting yang
harus benar-benar ditanamkan dalam pembelajaran di sekolah
adalah bagaimana cara beradaptasi dengan perubahan, karena
mungkin apa yang sekarang didapat siswa dari sekolah tak lama
lagi akan menjadi usang, mengingat laju perubahan ilmu
pengetahuan dan teknologi, terjadi begitu cepat, sulit diprediksi dan
diikuti.
Interaksi dalam proses pembelajaran antara pendidik dan
peserta didik, terjalin dengan baik dan menyenangkan, guru harus
menyadari bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi senantiasa
berkembang, berubah dan berganti, karenanya aktivitas
pembelajaran tidak didominasi guru, harus berjalan seimbang,
saling menghargai, dan saling membantu.Pembelajaran di SMA
Negeri Jakarta, terdiri atas intra kurikuler dan program khusus
melalui Student Company, dan belum semua siswa mengikuti
program tersebut. Karena itu dalam program pembelajarannya
terdapat perbedaan. Perencanaan pembelajaran yang diuraikan di
atas sesuai dengan teori fungsi-fungsi manajemen yang
dikemukakan para ahli seperti; Terry dengan teori Principles of
Management, Albers; Management The Basic Concept, Anderson;
dengan teorinya managemen praktis (Management Practice) dan
Hicks; The Management of Organizations, serta teori Desain
Pembelajaran dari Dick and Carrey.
b. Efektifitas Pembelajaran
Strategi pembelajaran sangat efektif dalam meningkatkan mutu
lulusan siswa, hal ini sejalan dengan indikator keberhasilan belajar
mengajar, faktor-faktor pembelajaran efektif, dan model pembelajaran
Student Teams Achievement Divisions (STAD),. dan searah dengan tujuan
belajar yang ditetapkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional, karena perubahan prilaku dalam manajemen pembelajaran
partisipatif yang ditujuakan untuk meningkatkan kemampuan
kewirausahaah siswa, mencakup seluruh aspek pribadi peserta didik, yaitu
aspek kognitif, afektif dan psikomotor, hal ini juga sesuai dengan teori
Bloom. Pembelajaran yang efektif, menuntut keterlibatan pesera didik
secara aktif, dalam setiap fase manajemen pembelajaran. Peserta didik
merupakan pusat dari kegiatan pembelajaran untuk membentuk kompetensi
tertentu. Agar pembelajaran partisipatif lebih efektif, peserta didik harus
didorong untuk menafsirkan berbagai informasi yang diterimanya dalam
proses pembelajaran, sampai informasi tersebt dapat difahami dan
diterimanya sesuai rasio dan akal sehatnya. Proses manajamen pembelajaran
partisipatif, tidak lebih sukar dan tidak lebih mudah dibandingkan dengan
proses manajemen pembelajaran konvensional. Dalam proses manajemen
pembelajaran partisipatif diperlukan pemahaman yang sama terhadap materi
standar. Untuk mencapai tujuan tersebut bisa dilakukan melalui pertukaran

179
180

pikiran, diskusi, perdebatan, atau media lain yang dapat memberikan


motivasi dan kebersamaan dalam belajar.
Strategi pembelajaran lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional, karena ditunjang oleh lingkungan belajar yang sesuai dengan
tujuan dan materi pembelajaran, kesadaran dan tanggung jawab peserta
didik akan pentingnya arti pembelajaran sangat tinggi, tujuan dan materi
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, media, alat dan
metode pembelajaran sejalan dengan tuntutan peserta didik. Dengan
demikian guru dituntut untuk mengelola tempat belajar dengan baik,
mengelola peserta didik, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola
isi/materi pembelajaran, mengelola alat bahan dan media pembelajaran,
serta mengelola sumber-sumber belajar lain yang sesuai dengan materi
pembelajaran.
Stategi Pembelajaran ditandai dengan adanya perbedaan yang sangat
signifikan, antara lain nilai pembelajaran konvensional dibandingkan
dengan nilai pembelajaran partisipatif. Kondisi ini sebagai akibat dari
keterlibatan siswa dalam semua aspek manajemen pembelajaran. Melalui
partisipasi siswa pada semua fase manajemen pembelajaran, maka
terciptalah suasana pembelajaran yang kondusif, tumbuh tanggung jawab
yang positif terhadap tugas dan kewajiban belajarnya, adanya saling
memberi dan menerima informasi sesama peserta didik dan guru, kerjasama
yang saling menguntungkan, dan memberikan pengalaman belajar yang
fleksibel, lebih menekankan tumbuhnya prakarsa dan kreativitas, serta rasa
ingin tahu yang tinggi, melalui bimbingan dan pengarahan guru agar peserta
didik mencapai taraf kedewasaannya
Materi pembelajaran yang dipelajari lebih menitik beratkan pada
kondisi obyektif dimana siswa berada, disesuaikan dengan lingkungan
tempat belajar, kondisi sosial ekonomi peserta didik, minat dan
kecenderungan peserta didik dalam berwirausaha, serta mengaplikasikan
teori kedalam praktik, yang dilandasi adanya kebersamaan, tanggung jawab
kolektif dan kesesuaian antara input proses dan out putnya, sehingga semua
siswa yang tergabung dalam kelompok belajar kewirausahaan, dapat
melakukan proses pembelajaran, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan
sampai pada evaluasi, secara berkelompok, mandiri dan saling tukar belajar,
dengan bimbingan guru.
Proses pembelajaran, kegiatan intinya adalah penyampaian informasi
tentang bahan belajar atau materi standar untuk membentuk kompetensi
peserta didik. Materi standar disampaikan melalui penjelasan, praktik,
penugasan dan tukar pendapat dan tukar pengalaman dalam memecahkan
masalah yang dihadapi bersama. Guru membantu penguasaan kompetensi
dan bertindak sebagai fasilitator, mengembangkan dan memodifikasi bahan
dan kegiatan pembelajaran apabila kegiatan tersebut perlu dimodifikasi.
Pembentukan kompetensi dalam proses pembelajaran partisipatif perlu
dilakukan dengan sabar, ikhlas, tenang dan menyenangkan. Untuk itu
menuntut aktifitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif. Kegiatan inti dalam upaya membentuk kompetensi
peserta didik, dapat dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:

180
181

 Peserta didik aktif dalam pengelolaan pembelajaran ( participative


teaching and learning), berkaitan dengan tugas dan tangggung
jawabnya sebagai pembelajar dalam program pembelajaran.
 Peserta didik bertugas sebagai pembelajar, dan tanggung jawabnya
adalah melibatkan diri dalam semua kegiatan pembelajaran, sesuai
dengan komitmen yang telah disepakati, pada waktu menyusun
program pembelajaran.
 Guru bertindak sebagai fasilitator, dan dapat memodifikasi kegiatan
belajar sesuai dengan hasil penilaian kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
Manajemen dan strategi pembelajaran dapat menumbuh
kembangkan kreativitas, inovasi dan motivasi belajar, ternyata sangat
diminati peserta didik, dengan alasan keterlibatan mereka pada setiap fase
manajemen pembelajaran merupakan suatu pengakuan dan kebanggaan
dirinya. Mereka merasa dihargai, dipercaya dan diberikan tanggung jawab
belajar yang sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkannya. Manajemen
dan strategi pembelajaran dapat meningkatkan daya saing, pengetahuan,
sikap dan keterampilan kewirausahaan siswa, karna proses
pembelajarannya berlangsung secara terbuka, dengan menggunakan
metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi, seperti bekerja
kelompok, bermain peran dan pemecahan masalah. Proses pembelajaran
partisipatif menuntut guru selalu merangsang kreativitas dan aktifitas
siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan berpikir ataupun dalam
melakukan suatu tindakan.
Dalam perspektif masyarakat terhadap pendidikan harus mampu
menjembatani dan mengatasi kesenjangan antara proses, hasil dan
pengalaman selama di bangku sekolah dengan kenyataan tuntutan hidup
yang riil. Dalam era globalisasi ini tantangan pendidikan menjadi tidak
terbatas (waktu, lokasi dll). Untuk meningkatkan mutu lulusan yang siap
masuk perguruan tinggi yang berdampak pada kualitas lulusan yang
terserap di perguruan tinggi. Adanya kerjasama membantu lulusan SMA
untuk siap memasuki dunia pendidikan yang lebih tinggi dan memudahkan
perguruan tinggi dalam mencari calon-calon mahasiswa berkualitas.
Kerjasama membuat lembaga pendidikan (SMA) dengan Perguruan Tinggi
berdampak pada peningkatan mutu lulusan SMA, baik dari segi input,
process, output maupun outcome. Maka marilah seluruh masyarakat
jakarta jangan berdiam diri, kita melakukan suatu perubahan kearah
perbaikan, untuk para generasi penerus: Tuntutlah ilmu samapai keliang
lahat .

181
182

182

Anda mungkin juga menyukai