Anda di halaman 1dari 32

BAB IV PENGUJIAN STRESS CORROSION CRACKING

Pada bab IV ini berisikan tentang tujuan, teori dasar, alat dan bahan,
metodologi praktikum, data pengamatan, perhitungan, persamaan reaksi, analisa
dan pembahasan, dan kesimpulan.

4.1 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya stress corrosion
cracking.
2. Mengetahui parameter proses stress corrosion cracking.
3. Mengetahui Standarisasi pada stress corrosion cracking.
4. Mengetahui para meter yang mempengaruhi stress corrosion cracking.
5. Mengetahui Perubahan yang terjadi pada spesimen uji.

4.2. Teori Dasar


Pada bagian teori dasar ini memjelaskan tentangan pengertian korosi, jenis
jenis korosi dan mekanisme pengujian Stress corrosion cracking
Korosi adalah kegagalan logam yang diakibatkan tegangan oleh aksi tegangan dan
kimiawi serangan. Ini adalah fenomena yang terkait dengan kombinasi tegangan
tarik statis, lingkungan, dan dalam beberapa sistem, kondisi metalurgi yang
menyebabkan kegagalan komponen karena inisiasi dan penyebaran retakan rasio
aspek tinggi. Hal ini ditandai dengan retakan – retakan yang menyebabkan
kegagalan komponen – komponen struktur yang bersangkutan. Retak korosi
tegangan disingkat SCC. Kegagalan lebih sering tiba – tiba dan tidak dapat
diprediksi yang mungkin terjadi setelah beberapa bulan atau tahun layanan
sebelumnya memuaskan.
Stress corrosion craking merupakan mekanisme dan bentuk korosi dimana
material mengalami tegangan berkelanjutan yang menyebabkan keretakan akibat
pengaruh lingkungnya. Stress corrosion craking terjadi pada paduan logam yang
mengalami tegangan Tarik statis dilingkungan tertentu, misalnya baja tahan karat
sangat rentan terhadap lingkungan klorida panas. Tembaga rentan terhadap larutan
anomia dan baja karbon rentan terhadap nitrat

66
BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

Salah satu standar pengujian Stress corrosion craking yaitu standard ASTM
G49 yang menyelidiki kerentanan terhadap Stress corrosion craking. SCC adalah
proses mekanis-kimiawi yang mengarah ke pemecahan paduan tertentu pada
tekanan dibawah kekuatan tariknya. Diperlukan rentan paduan yang, lingkungan
kimiawi yang tepat, ditambah tarik yang tahan lama tegangan. Sepertinya tidak
ada sistem paduan yang sepenuhnya kebal terhadap SCC di semua lingkungan.
Biasanya, ada periode induksi, selama nukleasi retak pada mikroskopis tingkat.
Periode latensi ini mungkin cukup lama (misalnya, berbulan – bulan atau bertahun
– tahun) sebelum berlanjut ke tahap propagasi.
Stress korosi retak (SCC) adalah jenis retak yang terjadi ketika material
yang rentan terhadap SCC secara bersamaan tertekan dan terkena lingkungan
yang menyebabkan SCC pada tingkat makroskopik, kegagalan SCC tampak rapuh
yaitu, keuletan material yang biasa sangat berkurang. Tegangan tarik dapat
diterapkan atau sisa, atau keduanya. Tegangan sisa dihasilkan dari proses
fabrikasi, seperti deformasi dan pengelasan. Tegangan retak korosi dapat berupa
intergranular atau transgranular, atau kombinasi keduanya. atau kombinasi
keduanya. Secara umum, ada tiga tahapan dalam proses stress korosi retak :
1. Pembangkitan lingkungan yang menyebabkan SCC.
2. Inisiasi SCC.
3. Propagasi SCC hingga terjadi kegagalan
Retak korosi tegangan merupakan merugikan fenomena yang terjadi di
bawah tegangan tarik, baik residu maupun diterapkan pada lingkungan korosif.
Retakan dimulai dan diperbanyak oleh efek gabungan dari tegangan dan
lingkungan. Mekanisme korosi tegangan retak sangat kompleks dan meskipun
telah dilakukan penelitian ekstensif, masih belum dipahami secara meyakinkan.
Namun, berbagai faktor penting yang menyebabkan SCC diberikan di bawah ini.
Retakan SCC dapat berupa intergranular atau transgranular, tergantung pada
paduan, kondisi tegangan, dan lingkungan. Retak korosi tegangan dimulai dan
menyebar tanpa bukti korosi dari luar. Kegagalan dapat terjadi tanpa peringatan
sebelumnya. Mereka sering memulai cacat yang sudah ada sebelumnya atau cacat

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 67


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

yang terbentuk selama masa layanan komponen. Berikut ini adalah umumnya
lokasi untuk inisiasi retak :
1. Diskontinuitas permukaan. Retakan dapat dimulai pada permukaan yang
tidak rata, seperti alur
2. Lubang korosi. SCC juga dapat dimulai di pit yang terbentuk di permukaan
karena pemecahan kepasifan oleh ion klorida
3. Batas butir. Korosi intergranular akibat sensitisasi oleh pengotor, seperti
fosfor atau belerang
4. Retak musiman. Istilah ini sekarang sudah usang. Itu hanya memiliki
signifikansi historis. Ini hanya mengacu pada SCC kuningan diamoniak
lingkungan, tetapi kadang-kadang masih terjadi di pabrik pendingin
SCC adalah proses anodik, fakta yang dapat diverifikasi dengan
menggunakan perlindungan katodik sebagai tindakan perbaikan yang efektif. SCC
dapat terkadang menyebabkan kelelahan, korosi, atau sebaliknya.
Biasanya,sebenarnya sifat dari retakan tersebut dapat diidentifikasi dari morfologi
retakan yang diamati. Dalam kegagalan SCC biasanya ada sedikit kehilangan
logam karena korosi umum. Jadi, kegagalan baut tegangan yang berkarat sampai
akhirnya tidak dapat menopang beban yang diterapkan tidak diklasifikasikan
sebagai SCC
Berbagai jenis SCC dibedakan sebagai berikut:
1. Perengkahan korosi tegangan klorida. Itu terjadi pada baja austenitik di
bawah tegangan tarik dengan adanya oksigen, ion klorida dan tinggi suhu.
2. Retak korosi tegangan kaustik. Retak baja di lingkungan kaustik di mana
konsentrasi hidrogen tinggi, misalnya, retak tabung Inconel dalam larutan
alkali.
3. Retak korosi tegangan sulfida. Retak baja di lingkungan hidrogen sulfida
seperti yang ditemui di industri pengeboran minyak.
4. Retak musiman. Istilah ini sekarang sudah usang. Itu hanya memiliki
signifikansi historis. Ini hanya mengacu pada SCC kuningan diamoniak
lingkungan, tetapi kadang-kadang masih terjadi di pabrik pendingin yang
menggunakan amonia refrigerant

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 68


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

Retak korosi tegangan korosi pada baja pertama kali ditemui dengan cara
praktis di ketel uap paku keling. Tekanan pada paku keling selalu melebihi batas
elastis, dan ketel air biasanya diolah dengan alkali untuk meminimalkan korosi.
Celah antara paku keling dan plat boiler memungkinkan air boiler untuk
terkonsentrasi, hingga konsentrasi alkali mencukupi untuk menginduksi SCC,
terkadang disertai dengan ledakan boiler. Karena alkali dikenali sebagai salah satu
penyebabnya, kegagalan semacam ini pertama kali disebut perapuhan kaustik.
Dengan munculnya boiler yang dilas dan dengan boiler yang lebih baik
pengolahan air, SCC boiler menjadi kurang umum. Namun, kejadiannya belum
dihilangkan sepenuhnya, karena tekanan yang signifikan, misalnya, dapat terjadi
pada bagian boiler yang dilas atau di tangki yang digunakan untuk menyimpan
alkali pekat.
Pengaruh kimia material dan mikrostruktur pada korosi antar butir dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori :
1. Presipitasi Batas Butir : Hal ini paling baik diilustrasikan dengan
pembentukan kromium karbida (Cr23C6) pada batas butirdan
penipisan kromium yang berdekatan dengan batas butir dalam baja
tahan karat, seperti AISI 304. Daerah batas butir mengalami serangan
korosi yang disebut serangan intergranular. Presipitasi karbida juga
terjadi padanikel paduan, seperti paduan 600.
2. Pemisahan Batas Butir : Pengotor, seperti fosfor, belerang, karbon
dan silikon, terpisah pada batas butir dan retakan berkontribusi
pada baja SCC dan paduan dasar nikel. Contoh presipitasi batas
butir :
1. Pengendapan kromium karbida dalam baja tahan karat pada
kisaran suhu 500–800°C.
2. Pengendapan karbida kromium dalam paduan dasar nikel,
seperti paduan 600.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 69


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

4.3 Metodologi Penelitian

Pada bagian Metodologi penelitiian menjelaskan tentang skema proses,


penjelasan skema proses dan gambar proses.
4.3.1. Skema Proses
a. Pembuatan NaCl 3,5%

Siapkan alat dan bahan

Hitung massa NaCl

Timbang massa NaCl

Masukkan kedalam gelas kimia

Tambahkan aqua dm

Aduk hingga homogen

Beri label pada gelas ukur

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 4.1 Pembuatan larutan NaCl 3,5 %


b. Proses pengujian Stress Corrosion Cracking

Siapkan alat dan bahan

Spesimen dibersihkan secara mekanik

Ukur dimensi dan berat awal spesimen

Pasang spesimen pada kedua penjepit di alat pengujian

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 70


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

Masukkan pasir laut ke dalam tabung uji

Masukkan larutan NaCl ke dalam tabung uji

Tambahkan beban di bagian belakang alat uji dan selang oksigen

Ukur pH dan potensial awal

Catat pertambahan panjang, pH, dan nilai potensial

Angkat spesimen dari alat uji

Ukur dimensi dan berat akhir spesimen

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan
Gambar 4.2 Proses pengujian Stress Corrosion Cracking
c. Pengujian Metalografi
Siapkan alat dan bahan

Buat analisa pendahuluan

Lakukan pemotongan pada speismen

Lakukan pembingkaian pada speismen

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 71


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

Lakukan pengamplasan pada spesimen

Lakukan pemolesan pada spesimen

Lakukan pengetsaan spesimen

Lakukan pengeringan metalografi

Lakukan pengujian metalografi

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 4.3 Gambar Proses pengujian metalografi

4.3.2 Penjelasan Skema Proses


a. Pembuatan Larutan NaCl 3,5%
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Dihitung massa NaCl yang dibutuhkan untuk pembuatan NaCl
3,5 %.
3. Padatan NaCl ditimbang dalam neraca digital dengan massa
yang didapat berdasarkan hasil perhitungan dari rumus.
4. Massa yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam gelas kimia.
5. Padatan NaCl dalam gelas kimia ditambahkan aqua dm.
6. Larutan diaduk hingga homogen.
7. Larutan yang sudah dibuat selanjutnya diberi label.
8. Hasil percobaan dibuat analisa dan pembahasan.
Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 72
BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

9. Dibuat kesimpulan.dari hasil pembahasan.

b. Proses pengujian Stress Corrosion Cracking


1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Permukaan spesimen dibersihkan secara mekanik dengan
cara diamplas menggunakan amplas 100 mesh, 800 mesh,
dan 1000 mesh.
3. Dimensi dan berat spesimen mula-mula diukur terlebih
dahulu menggunakan vernier calliper dan neraca analitik.
4. Spesimen dipasangkan pada kedua penjepit didalam tabung
uji pada alat pengujian.
5. Sejumlah pasir laut dimasukkan ke dalam tabung uji.
6. Larutan NaCl 3,5% dimasukkan ke dalam tabung uji yang
sudah terisi pasir laut.
7. Beban seberat 18,215 kg dipasangkan ke bagian pengait
beban pada alat pengujian dan selang oksigen dimasukkan
kedalam tabung uji. Beban 1 = 6,5 kg, beban 2 = 6,7 kg,
beban 3 : 1,89 kg, dan beban 4 = 1,945 kg, dan beban 5 =
0,980 kg
8. Diukur pH larutan dan potensial spesimen mula-mula
menggunakan alat pengukur zentest dan multimeter.
9. pH larutan, potensial spesimen serta petambahan panjang
spesimen diukur seterusnya setiap 1×24 jam selama 17 hari
menggunakan pH meter, multimeter serta dial gauge.
10.Setelah waktu pengamatan selesai, spesimen dilepas dari
kedua penjepit didalam tabung uji lalu spesimen
dibersihkan kembali dengan amplas.
11.Dimensi dan berat spesimen akhir diukur terlebih dahulu
menggunakan vernier calliper dan neraca analitik.
12.Hasil data pengujian dianalisa dan dibuat pembahasan.
13.Ditarik kesimpulan.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 73


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

c. Pengujian Metalografi
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Analisa pendahuluan dibuat untuk memilih bagian mana
yang akan dianalisa.
3. Spesimen dipotong dengan sesuai yaitu ke kiri 1 cm dan ke
kanan 1 cm dari bagian tengah ujung takikan.
4. Pembingkaian dilakukan menggunakan resin dan katalis
10 : 1 dan wadahnya menggunakan mounting mold.
5. Permukaan spesimen dibersihkan secara mekanik dengan
cara diamplas menggunakan amplas 120 mesh, 400 mesh,
800 mesh, 1000 mesh, dan 2000 mesh.
6. Pemolesan dilakukan pada spesimen menggunakan pasta
poles chromium oxide (Cr2O3) hingga mengkilap.
7. Spesimen dietsa menggunakan larutan etsa nital (95%
alkohol dan HNO3 5%) dalam 100 mL larutan, bilas
menggunakan aqua dm, kemudian semprotkan alkohol pada
permukaan spesimen.
8. Spesimen dikeringkan oleh udara panas menggunakan haat
gun.
9. Pengujian metalografi dilakukan untuk mengamati fasa,
ukuran butir, dan sifat mekanik.
10.Dibuat analisa dan pendahuluan.
11.Dibuat kesimpulan.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 74


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

4.3.3. Gambar Proses

a. Pembuatan larutan NaCl 3,5%

Komposisi NaCl yang dibutuhkan dihitung menggunakan perhitungan


pembuatan larutan zat padat

NaCl ditimbang menggunakan neraca analitik sesuai kebutuhan yang


telah dihitung pada perhitungan, dengan berat yaitu 150,93 gram

NaCl yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas ukur 500 mL, dan
ditambahkan aqua dm 2000 mL

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 75


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

Larutan NaCl 3,5% dan aqua dm 2000 mL diaduk menggunakan batang


pengaduk hingga larutan homogen

a. Persiapan permukaan spesimen dan pengujian stress corrosion


cracking

Spesimen dibersihkan secara mekanik menggunakan amplas

Dimensi spesimen seperti tebal, lebar dan panjang diukur menggunakan


jangka sorong

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 76


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

Massa spesimen diukur menggunakan neraca analitik

Dipasangkan penjepit alat pengujian stress corrosion cracking pada


bagian atas dan bawah

Pasir silika dimasukkan ke dalam alat pengujian tanpa berkontak


langsung dengan spesimen

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 77


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

Larutan NaCl 2000 mL dimasukkan ke dalam alat pengujian yang telah


berisi spesimen

Pemasangan beban seberat 18,215 kg pada alat pengujian stress


corrosion cracking

Pengecekan pH larutan menggunakan zentest

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 78


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

Pengamatan pertambahan panjang, pH, dan potensial secara teratur setiap


1 jam sekali selama 17 hari

Beban dilepas setelah dilakukan 17 hari pengamatan

Setelah 17 hari pengamatan, larutan NaCl dan pasir silika dikeluarkan


dari alat pengujian. Spesimen dibongkar dari alat pengujian

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 79


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

Spesimen diangkat dari alat pengujian dan diamplas untuk pembersihan

Pengukuran dimensi spesimen dilakukan setelah spesimen dibersihkan,


untuk mengetahui perbedaan dimensi sebelum dan sesudah pengujian

Massa spesimen ditimbang setelah pengamatan 17 hari untuk mengetahui


perbedaan massa

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 80


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

b. Pengujian metallography

Preparasi Rockwell C untuk mengukur kekerasan spesimen

Spesimen diukur 1 cm dari takikan untuk pemotongan dengan gergaji

Pembuatan larutan nital 5% dan resin dengan katalis 10:1

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 81


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

Pengamplasan spesimen dengan 120, 400, 1000, dan 2000 mesh dan
pengolesan dengan chromium oxide (Cr2O3)

Pengetsaan dilakukan menggunakan nital 5% dengan komposisi 95 mL


alcohol dan 5 mL HNO3

Pengujian metallography menggunkan perbesaran 100x atau 200 μm

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 82


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

4.4 Alat dan Bahan


Pada bagian ini membahas mengenai alat dan bahan yang digunakan pada
saat praktikum.
4.4.2 Alat
1. Neraca digital : 1 buah
2. Penggaris : 1 buah
3. Neraca analitik : 1 buah
4. Jangka sorong : 1 buah
5. pH meter (zentest) : 1 buah
6. tang : 1 buah
7. heat gun : 1 buah
8. botol semprot : 1 buah
9. Batang pengaduk : 1 buah
10. Kaca arloji : 1 buah
11. Spatula : 1 buah
12. Refence electrode : 1 buah
13. Gelas kimia : 1 buah
14. Multitester : 1 buah
15. Kunci inggris : 1 buah
16. Alat pengujian SCC : 1 buah
17. Kayu : 2 buah
18. Dial gauge : 1 buah
19. Gergaji besi : 1 buah
20. Cetakan : 1 buah
21. Mikroskop optik : 1 buah
22. Komputer : 1 buah
23. Ragum (alat penjepit) : 1 buah
4.4.3 Bahan
1. Spesimen Baja JIIS S45C : 1 buah
2. Beban baja : 18, 215 kg
3. Amplas 200,800 dan 1200 mesh : secukupnya

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 83


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

4. Aqua dm : secukupnya
5. Pasir silika (pantai) : secukupnya
6. Tissu : secukupnya
7. Larutan NaCl 3.5 % :2L
8. Lakban : secukupnya
9. Kain beludru : secukupnya
10. Pasta poles : secukupnya

4.5. Pengumpulan dan Pengolahan Data


4.5.1. Pengumpulan Data
1. Data Awal Pengamatan

Tabel 4.1 Data Awal Pengamatan


1. Spesimen JIS S 45C
2. Panjang awal (mm) 178 mm
3. Lebar awal (mm) 41 mm
4. Tebal awal (mm) 3,4 mm
5. Beban SCC (kg) 18,215 Kg
6. Larutan NaCl 3,5%
7. Waktu pengamatan `17 hari x 24 jam = 408 jam
8. Waktu awal pembebanan 19:37 WIB
9. Potensial awal (V) 0,799V
10. pH awal 9,14
11. Panjang takikan awal (mm) 4 mm
12. Berat awal spesimen (gram) 122,125 gram
13. Panjang gauge (mm) 7 mm

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 84


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

1. Gambar Teknik Spesimen dan Foto Spesimen


1. Gambar teknik spesimen sebelum pengujian

Gambar 4.4 Spesimen sebelum pengujian

2. Gambar teknik spesimen sesudah pengujian

Gambar 4.5 Spesimen sesudah pengujian

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 85


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

3. Data Akhir Pengamatan


Tabel 4.2 Data Akhir Pengamatan
1. Spesimen JIS S 45C
2. Panjang akhir (mm) 179 mm
3. Lebar akhir (mm) 41 mm
4. Tebal akhir (mm) 3,03 mm
5. Beban SCC (kg) 18,215 Kg
6. Larutan NaCl 3,5%
7. Waktu pengamatan 17 hari x 24 jam = 408 jam
8. Waktu akhir pembebanan 09:30 WIB
9. Potensial akhir (V) 0,655
10. pH akhir 7,52
11. Panjang takikan akhir (mm) 5 mm
12. Berat akhir spesimen (gram) 121,426 gram
13. Panjang gauge (mm) 6 mm

Tabel 4. 3 Pengujian Salinity, Resistivity, Conductivity, TDS, dan pH awal dan akhir
Conductivit
Salinity Resistivity TDS pH
y

Awal

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 86


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

Akhi
r

4.6 Pengolahan Data


Pada bagian ini membahas mengenai perhitungan dan persamaan reaksi hasil
praktikum
4.6.1 Perhitungan
a. Pembuatan larutan NaCl 3,5%
Diketahui:
V = 2000 mL
Mr = 58,5 g/cm3
% massa = 3,5 %
 = 2,16 g/cm3
Ditanya: berat (gram)?
Jawab:
1000 x ρ x % massa
M=
Mr
3
1000 x 2,16 g/ cm x 3,5%
M=
58,5 g/mol
M = 1,29 M
gr 1000
1,29 M= x
58,5 g/mol 2000 mL
gr = 150,93 gram = 2 Liter

b. Luas penampang awal


Diketahui: a = 47 mm

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 87


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

b = 7,8 mm
c = 68,4 mm
d = 84 mm
e =13 mm
f = 41 mm
g = 4 mm
h = 7 mm
i = 3,4 mm
j = 178 mm
r = 4,5 mm
Ditanya: A0 ?
Jawab:

[
A 0 =2 2 ( axf ) + ( cxe ) +2 (( 1
2 )) ] [(
( e+f ) x b + ( ixf ) + ( jxi ) -2
1
2 )
( gxh ) +(2 ( π r 2 ) ) ]
[
A 0 =2 2 ( 47x41 ) + ( 68,4x13 ) +2
(( 1
2 ))
( 13+41 ) x 7,8 + (3,4x41 ) + ( 178x3,4 )
]
-2
[( 1
2 )
( 4x7 ) +(2 ( (3,14) (4,5) 2 ) )
]
[
A 0 =2 2 ( 1927 ) + ( 889.2 ) +2 (( 1
2 ))
( 54 ) x 7,8 + ( 139,4 ) + ( 605,2 )
]
-2 ([ 12 ( 28) )+(127,17) ]
A 0 =2 [ 4.743,2+421,2+744,6 ] -2 [ 141,17 ]
A0 = 2 [5.909] – 2 [141,17]
A0 = 11.535,66 mm2 = 17,880273 inch2
c. Luas penampang akhir
Diketahui: a = 47,3 mm
b = 7,95 mm
c = 68,5 mm
d = 84,4 mm
e = 12,35 mm
f = 41 mm
g = 5 mm

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 88


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

h = 6 mm
i = 3,03 mm
j = 179 mm
r = 5 mm
Ditanya: A0 ?
Jawab:

[
A 0 =2 2 ( axf ) + ( cxe ) +2 (( 1
2 )) ] [(
( e+f ) x b + ( ixf ) + ( jxi ) -2
1
2 )
( gxh ) +(2 ( π r 2 ) ) ]
[
A0 =2 2 ( 47,3x41 ) + ( 68,5x12,35 ) +2
(( 1
2 ))
( 12,35+41 ) x 7,95 + ( 3,03x41 ) + ( 179x3,03 )
]
-2
[( 1
2 )
( 5x6 ) +(2 ( (3,14) (5)2 ) )
]
[
A 0 = 2 2 ( 1939,3 ) + ( 845,975 ) +2 (( 1
2 ))
( 53,35 ) x 7,95 + (124,23 ) + ( 542,37 )
]
-2
[( ) 1
2
( 30 ) +(157)
]
A 0 = 2 [ 4.724,575+424,132+666,6 ] -2 [ 172 ]
A0 = 2 [5.815,307] – 2 [172]
A0 = 11.286,614 mm2 = 17,4943 inch2

d. Perhitungan beban
Diketahui: σy = 235 N/mm2 = 235 MPa
Safety factor = 75%
σuts = 470 N/mm2
A0 = 11.535,66 mm2 = 17,880273 inch2
Ditanya: FDIN? F?
Jawab:
FDIN = σy x safety factor
= 235 MPa x 75%
= 23,9633 kg/mm2 x 0,75
= 17,9725 kg/mm2
F = σuts x A0
= 470 N/mm2 x 11.535,66 mm2

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 89


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

= 5.421,760.2 N
= 552,8657 kgf

e. Safety factor
Diketahui: FDIN = 17,9725 kg
F = 5.421,760.2 N
SFDIN = FDIN x 0,75
= 17,9725 kg x 0,75
= 13,4749 kg
SF = F x 0,75
= 5.421,760.2 N x 0,75
= 4.066.320,15 N
= 414649,2584 kgf

f. Regangan
Diketahui: l0 = 178 mm
l1 = 179 mm
Ditanya: e ?
Jawab:
l1 - l 0
e=
l0
179-178
e=
178
e = 0,005618

g. Modulus elastisitas
Diketahui: σ = 235 N/mm2 = 235 MPa
e = 0,005618
Ditanya: E..?
Jawab:
σ
E=
e
235 MPa
E=
0,005618

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 90


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

23,9633 kg/mm 2
E=
0,005618
E=4.265,4503

h. Laju korosi
Diketahui: A0 = 11.535,66 mm2 = 17,880273 inch2
T = 17 Hari = 408 jam
Fe = 7,8 gram/cm3
Ditanya: Laju korosi?
Jawab:
Weight loss = W0 – W1
= 122,125 gr – 121,426 gr
= 0,699 gram
= 699 mg
534 x W
Laju korosi =
ρxAxT
534 x 699 mg
=
7,8 gram/cm3x 17,880273 inch 2 x 408 jam
= 6,55978 mpy

i. Konversi reference electrode ke hydrogen


Tabel 4. 4 Konversi 10 titik reference electrode ke hydrogen
Potensial Pertambahan
Titik Tanggal pH
(V) panjang (mm)
Sabtu, 30 Oktober 2021
7 4,53 0,619 0,00
(01:00 WIB)
Minggu, 31 Oktober 2021
39 4,26 0,638 4,06
(09:00 WIB)
Selasa, 02 November 2021
96 8,70 0,586 0,18
(18.00 WIB)
Kamis, 4 November 2021
133 8,76 0,609 0,22
(19.00 WIB)
Sabtu, 06 November 2021
198 8,47 0,610 0,25
(00.00 WIB)
Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 91
BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

Minggu, 07 November 2021


210 8,53 0,608 0,29
(12.00 WIB)
Selasa, 09 November 2021
256 8,54 0,654 0,24
(10.00 WIB)
Kamis, 11 November 2021
315 8,54 0,633 0,33
(21.00 WIB)
Jumat, 12 November 2021
334 8,52 0,635 0,33
(16.00 WIB)
Minggu, 14 November 2021
373 8,55 0,627 0,33
(07.00 WIB)
VH = Vpengukuran - Vstandar
VH = Vpengukuran – 0,197 V
Titik ke-7 VH = 0,619– 0,197 = 0,422 V
Titik ke-39  VH = 0,638– 0,197 = 0,441 V
Titik ke-96  VH = 0,586– 0,197 = 0,389 V
Titik ke-133  VH = 0,609– 0,197 = 0,412 V
Titik ke-198  VH = 0,610– 0,197 = 0,413 V
Titik ke-210 VH = 0,608– 0,197 = 0,411 V
Titik ke-256 VH = 0,654– 0,197 = 0,457 V
Titik ke-315 VH = 0,633 – 0,197 = 0,436 V
Titik ke-334 VH = 0,635– 0,197 = 0,438 V
Titik ke-373 VH = 0,627– 0,197 = 0,43 V

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 92


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

j. Diagram pourbaix
Gambar 4. 6 Diagram pourbaix NaCl 3,5%

Tabel 4. 5 Keterangan diagram pourbaix NaCl 3,5%


Titik ke Warna E (V) pH
1 0,422 4,53
2 0,441 4,26
3 0,389 8,70
4 0,412 8,76
5 0,413 8,47
6 0,411 8,53
7 0,457 8,54
8 0,436 8,54
9 0,438 8,52
10 0,43 8,55

k. Daerah pada spesimen uji


Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 93
BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

Atmosphare
zone
Splash
Intertidal zone
zone
Submerged
zone

Subsoil
zone

Gambar 4. 7 Gambar daerah pada spesimen uji

l. Metallography
Tabel 4. 6 Pengamatan pengujian metallography

Struktur Mikro Spesimen SCC JIS S


45C perhitungan metode Heyn

Gambar (1)

Struktur Mikro JIS S 45C sesudah


dilakukan pengujian

Gambar (2)

Struktur Mikro JIS S 45C sebelum


dilakukan pengujian

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 94


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

4.5.1 Persamaan reaksi


A. Pembuatan larutan
NaCl(s) + H2O(l) → NaCl(aq) + H2O(aq)
B. Korosi
1. Anoda : Fe Fe2+ + 2e-
Katoda : 2NaCl + 2e- 2Na + 2Cl-
Reaksi : Fe + 2NaCl FeCl2 + 2Na
2. Anoda : 2Fe 2Fe2+ + 4e-
Katoda : 2H2O + O2 + 4e- 4OH-
Reaksi : 2Fe + 2H2O + O2 2Fe(OH)2
4Fe(OH)2 + O2 2Fe2O3 + 2H2O

4.6 Analisa dan Pembahasan


Material yang digunakan pada pengujian kali ini adalah JIS S45Cyaitu untuk
JIS itu sendiri merupakan kode internasional untuk baja yang dikeluarkan oleh
industri yang ada di jepang. Kepanjangan JIS itu sendiri adalah Japanese
Industrial Standard. Untuk SS itu sendiri artinya bukan stainless steel, tetapi
structural steel atau dapat disebut baja kontruksi
Pada praktikum kali ini, beban yang diberikan pada spesimen sebesar 18,215
kg. Tujuan dari pemberian beban pada pengujian stress corrosion cracking sendiri
adalah untuk mengetahui seberapa kuat spesimen uji untuk menahan beban yang
diberikan, dan pada saat spesimen diberi beban Speimen mengalami
pertambahan Panjang, Panjang awal dari spesimen yaitu 178 mm, dan setelah
dilakukanya pengujian menjadi 179 mm
Faktor faktor yang mempengaruhi korosi pada spesimen adalah larutan uji,
lamanya pengujian dilakukan, contohnya semakin lama pengujian stress
corrosion cracking maka pertambahan Panjang dari spesimen semakin Panjang.
Potensial dan pH yang berubah ubah atau tidak stabil dikarenakan adanya
tegangan pada spesimen uji oleh beban yang di berikan.
Pasir silika adalah salah satu jenis mineral yang tersusun atas kristal silika
(SiO2) dan selama proses pengendapan mengandung kotoran yang dikeluarkan.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 95


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

Pasir kuarsa merupakan hasil pengikisan batuan yang mengandung mineral


penting, seperti kuarsa dan feldspar. Tujuan nya diberikan pasir silika adalah
untuk membuat suasana di dalam spesimen uji seperti di pantai dan juga pasir
silika dapat meningkatkan kekuatan Tarik, kekuatan tekan pada saat proses
pengujian dilakukan.
Regangan atau kompresi berpengaruh sangat kecil pada proses korosi,
tetapi jika tarikan dan lingkungan yang korosif dikondisi yang bersamaan maka
kondisi ini merupakan salah satu pembuktian apakah material tersebut gagal
atau tidak. Zona korosi yang terjadi pada spesimen uji yaitu pada daerah yang
mengalami regangan dan korosi yang terbentuk pada zona korosi tersebut yaitu
korosi tegangan, karena adanya suatu beban yang menyebabkan spesimen
mengalami tegangan dan lingkungan yang korosif dari larutan NaCl 3,5%.
Kondisi korosi yang paling parah ada di permukaan bagian bawah spesimen,
dikarenakan sebagian besar permukaan spesimen kontak langsung dengan
larutan NaCl 3,5% dan regangan dari pembebanan yang diberikan.
Hasil akhir dari pengujian stress corrosion cracking ini yaitu spesimen
mangalami penurunan beban yang dikarenakan spesimen uji terkorosi, berat awal
dari spesimen yaitu 122,125 gram dan berakhir nya sebesar 121,426 gram selisih
berat awal dan berat akhir yaitu sebesar 0,699 gram, laju korosi yang terjadi pada
pengujian ini yaitu 6,55978 mpy.
4.7 Kesimpulan
4.7.1. Kesimpulan
1. Standarisai yang digunakan pada praktikum ini yaitu yaitu ASTM
G1, ASTM E8, ASTM G49 – 85, ASTM G44 – 99, dan ASTM
G123.
2. Terjadi penambahan Panjang pada spesimen yang di akibatkan
adanya regangan yang di berikan oleh beban pada spesimen uji.
3. Parameter yang mempengaruhi stress corrosion cracking yaitu
waktu lama pengujian, larutan, dan lingkungan.
4. Penambahan Panjang diukur mengguanakan dial gauge, dan
mengukur potensial menggunakan multitester dan mengukur pH
menggunakan pH meter.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 96


BAB IV STRESS COROSSION CRACKING KELOMPOK 4

4.7.2 Saran
1. Pada saat pengukuran potensial, penambahan panjang dan pH
lebih teliti lagi agar tidak terjadi kesalahan.
2. Pada saat pengukuran berat dan dimensi spesimen uji lebih teliti
dalam membaca ukuran pada alat ukurnya.
3. Pada saat pengamatan spesimen uji setiap selama 21 hari lebih
teliti agar hasil pengamatannya lebih maksimal.

Laporan Akhir Praktikum Korosi TA. 2021/2022 97

Anda mungkin juga menyukai