Anda di halaman 1dari 2

HASIL DISKUSI KELOMPOK 6

Anggota : 1. Eka Parida

2. Nisnatul Sukma Dwi

Kami dari kelompok 7 sebagai moderator dan notulen :

Moderator : Fina Aulia

Notulen : Normina

A. Pertanyaan
1. Penanya dari kelompok 11 : Nur’aulya
Apakah ada perbedaan validitas untuk alat tes dengan validitas untuk kegiatan
observasi dan wawancara?
Jawaban : dari Nisnatul Sukma Dwi
Validitas untuk alat tes berkaitan dengan ketepatan dan kecermatan alat tes
tersebut dalam melakukan fungsi tes atau fungsi ukurnya. Menurut buku
Standards yang ditulis oleh Asosiasi Psikologi Amerika (APA), validitas mengacu
pada derajat dimana bukti dan teori menyokong interpretasi dari skor tes dan
mengacu pada tujuan tes. Validitas adalah hal yang paling mendasar dalam
pengembangan evaluasi tes. Proses validitas meliputi akumulasi, pembuktian
tujuan dari evaluasi tersebut, bukan terhadap test itu sendiri. Pada alat tes biasanya
validitas akan dihitung secara statistik dan dalam bentuk rumusan angka.
Sedangkan validitas untuk kegiatan observasi dan wawancara berkaitan dengan
konsep yang digunakan untuk mendasari tujuan observasi dan wawancara itu
sendiri. Sebelum seseorang melakukan kegiatan observasi dan wawancara, ia
harus mendefinisikan konsep atau teori yang akan dipakai sebagai acuan kerangka
konsepnya sehingga kegiatan observasi dan wawancara yang dilakukan memiliki
acuan yang jelas. Hasil dari observasi dan wawancara dapat dijadikan referensi
yang akurat untuk membuat deskripsi tentang orang, situasi atau kejadian.
Validitas observasi dan wawancara tidak dihitung secara statistik, namun cukup
dengan menguraikan konsep atau teori menjadi beberapa indikator.

2. Penanya dari kelompok 3 : Arum Widianingsih


Kapan reabilitas dan validitas tidak berlaku?
Jawaban : dari Nisnatul Sukma Dwi
Validitas menjadi tidak berlaku ketika validitas sebuah alat ukur digunakan untuk
melihat validitas alat ukur lainnya, maka validitas tersebut menjadi tidak berlaku.
Reabilitas menjadi tidak berlaku pada dua kondisi. Yang pertama, alat ukur
tersebut digunakan untuk mengukur populasi atau sampel yang berbeda dengan
rancangan alat ukur itu. Kedua reabilitas menjadi tidak berlaku jika terjadi
kesalahan pengukuran atau error of measurement.

3. Penanya dari kelompok 9 : Siti Nurhaliza


Mengapa perlu adanya validitas dan reabilitas, kapan penelitian itu memerlukan
validitas?
Jawaban : dari Eka Parida
Instrumen perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas agar instrumen yang
digunakan benar-benar valid dan reliabel, tidak abal-abal dan tentunya sudah
dapat digunakan secara legal untuk penelitian ilmiah. Apabila sebuah penlitan
tiadk mementingkan uji validitas dan reabilitas. Maka penelitian akan menjadi
tidak kredibel dimana mungkin terdapat jawaban atas kuisioner maupun
pertanyaan yang diberikan kepada koresponden tidak berhubungan dengan
penelitian, atau tidak sesuai degan realita yang ada pada masyarakat dan juga
tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada saat itu juga. Penelitian memerlukan uji
validitas agar uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang
digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur.

B. Kesimpulan diskusi kelompok 6


Suatu kusioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kusioner mampu
mengungkapkan apa yang akan diungkapkan. Penelitian adalah sebagai suatu proses
penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk
menyelesaikan masalah. Validitas instrumen pada dasarnya berkaitan dengan
ketetapan dan kesesuaian antara instrumen sebagai alat ukur dengan objek yang
diukur.
Uji validitas ini mengukur apa yang harus diukur agar data yang diperoleh relavan.
Reabilitas atau keandalan dari serah bagian pengukuran atau serangkaian alat ukur.
Reabilitas terbagi menjadi dua yaitu : reabilitas eksternal dan reabilitas internal.

Anda mungkin juga menyukai