Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MACAM-MACAM KONSEP ATAU

JENIS KURIKULUM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum PAI

Dosen Pengampu : Ibu Alfi Nikmah, M.Pd.I

Disusun oleh kelompok 6 :

1. M. Arif Ainul Khakim (2310110097)


2. Sheila Vika Feranadia (2310110100)
3. M. Dava Aulia Rahman (2310110101)
4. Ainun Nihayah (2310110102)
5. Alifya Nabila Nugraheni (2310110103)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN AKADEMIK 2024

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah proses pembelajaran seumur hidup.
Seseorang menerimanya sejak dalam buaian hingga akhir hayatnya. Seberapa
pentingkah pendidikan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan
tersebut, manusia menjadi manusia yang utuh. Salah satu faktor yang
berkontribusi terhadap keberhasilan pendidikan adalah kurikulum yang
digunakan dalam pendidikan. Kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan berbagai aspek baik
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sehingga dapat diintegrasikan dengan
mata pelajaran lain.
Kurikulum terpadu dapat memanfaatkan hubungan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler sehingga dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran lain.
Diharapkan melalui integrasi, siswa akan memperoleh pengetahuan dan
keterampilan secara utuh, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
bermakna. Kebermaknaan dalam hal ini berarti bahwa melalui pembelajaran
terpadu, siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui
pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan konsep-konsep intra
dan interdisipliner.
Dalam kurikulum terintegrasi, tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa siswa memahami beberapa materi untuk menciptakan unit baru yang
disebut tema; istilah 'tema' yang dikembangkan saat ini, terutama dalam
pendekatan kurikulum 2013, merupakan gabungan dari beberapa mata
pelajaran. Konsep tema integratif sebenarnya sudah dikembangkan sejak
lama, namun baru belakangan ini muncul di Indonesia.

2
Sebuah fakta dilapangan adanya beberapa permasalahan dalam
penyajian materi dalam buku wajib Indonesia kurikulum 2013 di Sekolah
Menengah. Permasalahan tersebut melingkupi materi sastra yang disajikan
banyak mengutip karya yang bersumber dari situs
internet. Selain itu, penggunaan materi dalam pelajaran bahasa Indonesia tidak
sesuai dengan tujuan pembelajaran, misalnya penugasan yang diberikan
kepada peserta didik tidak berkaitan dengan karya itu sendiri. Terdapat juga
karya yang tidak mengandung nilai pendidikan dan sarat akan pendidikan
karakter. Terakhir, kurangnya peranan materi yang disajikan dalam kegiatan
pembelajaran, dan sebagainya.
Penjelasan ini seakan-akan “menghajar telak” Kurikulum 2013 yang
dianggapnya “menelantarkan” pembelajaran dengan mengurangi jatah
pembelajaran. Ditambah dengan berbagai permasalahan yang dipaparkannya
di atas mengenai penyajian materi. Syafrial (2014) melanjutkan
pernyataannya dalam penelitian yang sama bahwa kedudukan materi pada
kurikulum-kurikulum sebelumnya tetap saja,menumpang. Pernyataan ini
menyinggung kebijakan pemerintah sejak dahulu yang selalu memposisikan
sastra “kalah” dibandingkan nonsastra. Menurut Syafrial, di Kurikulum 2013
ini porsi sastra semakin dikurangi, Dalam setiap penyusunan kurikulum baru,
khususnya pada Kurikulum 2013, tentu saja diharapkan permasalahan seperti
yang ada dalam tidak terjadi.
Harapan yang dimunculkan yaitu permasalahan materi dan
pembelajarannya pada kurikulum sebelum-sebelumnya berkurang, bahkan
hilang. Itulah harapan yang dimunculkan dalam setiap kurikulum baru.
Namun, penelitian-penelitian para ahli di atas berkata lain. Tentu saja hal ini
bukan sambutan yang cukup baik bagi kehadiran Kurikulum
2013 sebagai kurikulum terbaru.
Oleh karena itu, guru sekarang harus mampu merancang dan
menerapkan kurikulum yang sesuai. Manfaat dari kurikulum terpadu adalah

3
materi yang terkandung dalam setiap mata pelajaran dikaitkan dengan konsep-
konsep yang sedang dipelajari oleh para siswa. Sangat penting bagi guru
untuk mengetahui cara memilih topik yang tepat untuk memandu proses
pembelajaran.
Untuk memenuhi persyaratan konten yang termasuk dalam standar
pendidikan nasional, sangat penting juga untuk memperkenalkan
pembelajaran terpadu di sekolah dasar agar pembelajaran tidak stagnan di
dalam kelas, tetapi jauh lebih menyenangkan dan relevan dengan kehidupan
siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Macam Macam Konsep Kurikulum PAI
2. Mengapa Peran Guru Sangat Dibutuhkan dalam Kurikulum Humanistik
3. Mengapa Guru Menekankan Konsep Kurikulum Teknologi dalam
Pembelajaran saat ini

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Macam Macam Konsep Kurikulum PAI


Sekolah merupakan institusi pendidikan yang memiliki peran strategis,
yaitu sebagai agen perubahan sosial. Tujuan utama kurikulum adalah
mengembangkan kemampuan siswa untuk menghadapi masalah masalah
yang ada dalam masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
dikembangkanlah proses pembelajaran yang berorientasi pada masalah
masalah sosial yang emang dianggap urgent.1
Konsep kurikulum muncul sebagai implikasi berbagai aliran dalam
pendidikann, seperti aliran pendidikan pribadi melahirkan konsep
kurikulum aktualisasi diri atau humanistik, sedangkan aliran pendidikan
interaksionalisasi melahirkan konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial dan
juga Pendidikan Teknologis melahirkan kurikulum teknologis. Ada
beberapa fungsi kurikulum seperti2:
1. Sebagai transmisi yaitu Mewariskan nilai-nilai kebudayaan
2. Sebagai transformasi yaitu Melakukan perubahan atau Rekonstruksi
Sosial
3. Sebagai Pengembangan Individu.
Kurikulum dikategorikan ke dalam 3 kategori umum, yaitu humanistic,
rekonstruksi sosial, teknologi dan akademik.
 Kurikulum Humanistik
Konsep Kurikulum Humanistik lebih mengarah pada kurikulum yang
dapat memuaskan setiap individu, agar mereka dapat mengaktualisasikan
dirinya sesuai dengan potensi dan keunikan masing masing. Menurut
1
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan kurikulum (Bandung, PT. REMAJA ROSDAKARYA,
2011), 129
2
Oemar Hamalik, Dasar Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung, Pt Remaja Rosdakarya, 2007)
143

5
Kurikulum Humanistik, tujuan kurikulum adalah untuk memberikan
pengalaman naluriah kepada siswa yang berkontribusi pada perkembangan
individu, Kurikulum Humanistik berasal dari aliran humanistik, mereka
sangat menentang pendidikan yang lebih mengutamakan intelektual.
Murid harus diberi kebebasan dan kemerdekaan3.
Dalam kurikulum humanistic, guru diharapkan dapat membangun
hubungan emosional yang baik untuk perkembangan individu peserta
didik itu selanjutnya. Sebagai contoh peran guru yang baik seperti :
1. Mendengarkan pandangan peserta didik secara komperehensif
2. Menghormati individu peserta didik
3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat buat.
Pada kurikulum ini, guru diharapkan mengetahui respons peserta didik
terhadap kegiatan mengajar. Acuan guru dalam kurikulum humanistik
atara lain yaitu4:
1. Integrasi : Emosi, sikap dan nilai nilai domain (elemen yang harus ada
yaitu partisipasi, interaksi, relevan dengan kebutuhan hidup dan tujuan
sosial untuk membangun keutuhan pribasi dan lingkungan.
2. Kesadaran dan kepentingan
3. Respons terhadap ukuran tertentu.
Kurikulum humanistic juga mempunyai kelemahan yaitu
1. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi
perkembangan individual peserta didik
2. Kurikulum ini kurang memerhatikan kebutuhan masyarakat secara
keseluruhan
3. Prinsip psikologis yang ada kurang terhubung.

3
Oemar Hamalik, Dasar Dasar Pengembangan Kurikulum (Bndung, pt remaja rosdakarya, 2007) 144
4
Rohman Rohman et al., ‘Karakter Kurikulum Humanistik dalam Pengembangannya Terhadap Proses
Pembelajaran di SD Adnani Panyabungan Mandailing Natal’, Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam
15, no. 2022, 149

6
Menurut Nana Sy. Sukmadinata (2005), ada beberapa aliran yang
menjadi bagian dari pendidikan humanistik, yaitu aliran konfluen, kritis,
radikal, dan mistik modern5. Pendidikan konfluen menekankan pada
kebutuhan individu, individu harus bereaksi secara keseluruhan dalam
pikiran perasaan dan tindakan terhadap keseluruhan kesatuan lingkungan.
Kritik radikal berasal dari naturalisme atau romantisme Reosseus. Modern
Mysticism adalah sekolah yang menekankan pada pembelajaran dan
pengembangan kepekaan emosional dan penyempurnaan karakter.
Kurikulum humanistick berpusat pada anak dan menekankan ekspresi
kreatif, individualisme, dan pertumbuhan dari dalam, tanpa paksaan dari
luar.
Menurut Mc Neil, karakteristik kurikulum humanistik adalah:
1. Partisipasi artinya peserta didik secara aktif terlibat dalam proses
pembelajaran.
2. Integrasi artinya adanya hubungan dan keterpaduan antara pikiran,
perasaan, dan tindakan (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
3. Relevansi artinya ada kesesuaian antara materi pembelajaran dengan
kebutuhan dasar dan kehidupan anak.
4. Anak sendiri merupakan objek utama pembelajaran sehingga anak
dapat mengenali dirinya sendiri.
5. Tujuannya adalah perkembangan anak secara utuh dalam masyarakat
manusia.6
Seperti halnya dasar fundamental kurikulum, konsep kurikulum
humanistic juga memiliki karakteristik tersendiri, antara lain
1. Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan individu yang
holistik dan dinamis dengan integritas yang tinggi dan sikap yang positif.

5
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005, hal 86-87
6
Mc. Neil, 2006, The Humanistic Curiculum, Los Angeles: John Wiley&Son Inc

7
2. Materi yang diajarkan harus memberikan pengalaman berharga bagi
anak-anak yang dapat mendorong pertumbuhan pribadi dan perkembangan
mereka secara keseluruhan
3. Proses yaitu membangun hubungan emosional yang baik antara
guru dan siswa.
4. Penilaian yang memprioritaskan proses daripada hasil.
Program humanistik menganggap aktualisasi diri sebagai kebutuhan
mendasar. Setiap anak memiliki diri yang perlu dikembangkan dan
diperkuat. Para pendukung program ini menginginkan pendidikan yang
memungkinkan individu menjadi lebih mandiri dan memiliki sikap yang
lebih sehat terhadap diri mereka sendiri, teman, dan pembelajaran.
Sekolah harus menjadi tempat yang menyenangkan untuk belajar yang
menghasilkan motivasi intrinsik karena materi pelajarannya relevan dan
bermakna bagi kebutuhan anak.
 Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Kurikulum rekonstruksi sosial berfokus pada hubungan antara


kurikulum dan pembangunan sosial dan politik-ekonomi. Para
pendukung kurikulum ini sangat menekankan pemikiran sosial yang
dibatasi oleh kesepakatan sosial. Kegiatan yang tercakup dalam
kurikulum rekontruksi meliputi :

1. Survey kritis terhadap suatu masyarakat,

2. Studi yang melihat hubungan antara ekonomi lokal dengan ekonomi


nasional atau internasional.

3. Studi pengaruh sejarah dan kecenderungan situasi ekonomi local,

4. Uji coba kaitan praktik politik dengan perekonomian,

5. Berbagai pertimbangan perubahan politik.

8
Pembelajaran yang berlangsung dalam kurikulum ini harus
memenuhi tiga kriteria: Realistis, Memerlukan tindakan, dan
Mengkomunikasikan nilai-nilai. Penilaian dalam kurikulum ini
mencakup berbagai bidang, termasuk kemampuan siswa dalam
mengkomunikasikan masalah dan kemungkinan pemecahan masalah.
Siswa diharapkan mampu mengevaluasi pembelajaran mandiri yang
dilakukan untuk menentukan apa yang telah dipelajarinya.7

Konsep kurikulum ini bertujuan untuk menekankan pada


proses pengembangan nilai-nilai sosial. Konsep kurikulum ini antara
lain dipengaruhi oleh gagasan John Dewey, George Counts, dan
Othanel Smith. John Dewey melihat pendidikan sebagai alat yang
ampuh untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan membangun
masa depan yang lebih baik. Bahkan George melihat pendidikan
sebagai alat rekayasa sosial. Ia menjelaskan, pendidikan dapat
mengatur dan mengendalikan perubahan sosial. Selanjutnya, Osanel
Smith memandang pendidikan sebagai tugas sosial, yaitu pemenuhan
misi sosial8.

Pendidikan dapat memandu dan mengarahkan perubahan


sosial. Kurikulum rekonstruksi sosial dimulai pada tahun 1920-an.
Harold Rugg sangat berharap agar mahasiswanya memperoleh
berbagai ilmu dan pemahaman, serta mengembangkan ide-ide
cemerlang tentang masyarakat, termasuk upaya penyelesaian
permasalahan sosial. Pada tahun 1950-an, Theodore Brummeld juga
menganjurkan gagasan menolak intimidasi dan kompromi palsu. Pada
tahun 1960-an, Hilda Tava mengutarakan gagasannya melalui
7
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan kurikulum (Bandung, PT. REMAJA ROSDAKARYA,
2011), 132
8
Oemar Hamalik, Dasar Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung, Pt Remaja Rosdakarya, 2007)
147

9
penerapan salah satu fungsi kurikulum: transformasi, atau rekonstruksi
sosial.

Kurikulum ini berasal dari pendidikan pertukaran sekolah yang


menekankan interaksi dan kolaborasi antara siswa, guru, kepala
sekolah, orang tua, dan masyarakat. Menurut pemahaman kurikulum,
dalam rekonstruksi sosial, kepentingan sosial harus diutamakan di atas
kepentingan individu dan kelompok. Menurut S. Nasution, ada dua
kelompok konsep kurikulum ini: “adaptif” dan “reformasi”.
Kemampuan beradaptasi berarti bahwa seseorang mampu beradaptasi
terhadap perubahan apa pun. Sebaliknya, para reformis ingin
memastikan bahwa individu tidak hanya mampu menghadapi
permasalahan di masa depan. Konsep kurikulum rekonstruksi sosial
sangat menekankan pada relevansi kurikulum dengan masa depan
masyarakat.

 Teknologi dan akademik

Konsep kurikulum ini menyampaikan pandangan bahwa


kurikulum harus diciptakan sebagai suatu proses teknis untuk
memenuhi tuntutan para pengambil kebijakan. Saat ini perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat. Perkembangan tersebut
mempengaruhi sistem pendidikan nasional Indonesia. Dengan
berkembangnya teknologi, banyak guru SD, SMP, dan SMA yang
kini menggunakan komputer, dan hampir setiap sekolah mempunyai
laboratorium komputer, serta LCD, televisi, flash disk, radio, kaset,
yang dilengkapi dengan fasilitas video dan film. Oleh karena itu, ada
dua aspek utama teknologi: perangkat keras dan perangkat lunak.
Perangkat keras seperti proyektor, komputer, flash disk dan film, serta
perangkat lunak seperti modul dan peralatan pengajaran. Seperti

10
pendekatan kurikulum lainnya, pendekatan kurikulum teknologi juga
mencakup tantangan seperti sulitnya mengajarkan materi pembelajaran
yang kompleks atau materi pembelajaran yang memerlukan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, sulitnya mengembangkan ranah
emosional, dan tantangan yang dihadapi oleh individu siswa. Seperti
kesulitan dalam mempertimbangkan kebutuhan (bakat, sikap, minat)
dan siswa mudah bosan.

Pada tahun 1960-an, B.F. Skinner bertujuan untuk efisiensi


pembelajaran, sebuah metode pengajaran yang menawarkan lebih
banyak mata pelajaran kepada lebih banyak siswa. Bentuk efisien ini
merupakan fase pembelajaran dengan terminal perilaku tertentu.
Teknologi ini mengembangkan aturan pembuatan kurikulum dalam
bentuk latihan terprogram, yakni :

1. Memberi perhatian kepada peserta didik

2. Menginformasikan kepada peserta didik

3. Memberikan stimulus pada tugas

4. Memberi tanggapan koreksi pada saat terjadi kesalahan

5. Menyediakan masukan

6. Mengukur kinerja, dan menyakini ingatan

Inti dari kurikulum ini adalah keyakinan bahwa materi


kurikulum yang digunakan siswa harus mampu membekali siswa
dengan kompetensi tertentu. Ada tiga masalah dalam kurikulum
teknologi ini yang masih belum terselesaikan. yaitu :

11
1. Kesalahan hierarki dalam prasyarat dan standar pemisahan dari
penguasaan belajar,

2. Ketidaktepatan penerapan dalam situasi yang tidak pasti,

3. Keterbatasan konsep individualisasi.

Salah satu kelemahan kurikulum teknologi ini adalah


kurangnya perhatian terhadap penerapan dan dinamika inovasi. Model
teknologi ini tidak hanya berfokus pada pengembangan efektivitas
produk, namun juga pada perbaikan lingkungan dalam arti yang lebih
luas, antara lain : Organisasi sekolah dan sikap serta cara pandang
guru sangat beragam. Di sisi lain kelemahan kurikulum akademis ini
adalah ketidakmampuannya memusatkan perhatian pada orang lain.

2. Peran Guru Sangat Dibutuhkan dalam Kurikulum Humanistik


Kurikulum humanistik dikembangkan para pakar pendidikan
yang menganut humanistik, para penganut aliran ini membuat konsep
aliran pendidikan pribadi (personalizer education),penganut aliran ini
lebih berorientasi pada pemusatan terhadap siswa, mereka berasumsi
bahwa anak atau siswa yang pertama dan utama dalam pendidikan
diantara tokohnya adalah john Dewey (Progressive Eucation). Dalam
pendidikan, mereka beranggapan bahwa siswa atau peserta didik
merupakan subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan, mereka
meyakini siswa sangat mempunyai potensi, punya kemampuan, dan
kemampuan untuk berkembang.
Para pendidik humanis juga memegang konsep Gestalk, bahwa
individu atau anak merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh,
fokus kegiatan pendidikannya lebih diarahkan pada pembinaan
manusianya atau peserta didiknya secara utuh tidak hanya segi fisik
dan intelektual akan tetapi segi sosial dan afektif yaitu: emosi, sikap,
perasaan, nilai dan lain lain. Para ahli humanistik mengharapkan para
pendidik atau guru dapat membangun hubungan emosional yang
baik dengan peserta didiknya. Peran guru diharapkan menjadi

12
pendengar pendapat siswa secara menyeluruh, menghargai setiap individu
atau setiap siswa.Tampil secara sederhana, otentik, tidak dibuat buat.9
Kalangan Humanistik memiliki keyakinan bahwa fungsi kurikulum
adalah menyediakan pengalaman yang bersifat naluriah yang dapat
memberikan kontribusi terhadap kebebasan dan pengembangan totalitas
pribadi. Bagi mereka tujuan pendidikan berhubungan dengan
pertumbuhan pribadi yang ideal, integritas dan otonomi, kepribadian yang
mantap, dan mengembangkan aktualisasi diri. Seseorang dianggap
berkualitas tidak hanya dilihat dari kecakapan kognitifnya, tetapi juga dari
sisi estetis dan moral. Dengan demikian, seseorang tidak saja menjadi
orang yang dapat bekerja dengan baik, tetapi juga memiliki karakter dan
etika yang baik.
Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar secara
perlahan tetapi pasti ia mampu mecapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baiknya. Aktualisasi diri yang di maksud adalah peserta didik dapat
menemukan jati dirinya, tujuan hidupnya dalam menjalani hidup ini.
Kepercayaan diri dalam melangkah masa depan yang jelas di matanya.
Walaupun kita tahu bahwa sebagai manusia kita mampu merencanakan
jalan hidup kita namun hanya Tuhan lah yang menetukan jalan hidup kita.
Tetapi peserta didik sudah mampu berusaha untuk semangat dan optimis
untuk menatap masa depan yang cerah dengan sikap yang positif.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator
bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran
mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi
peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Guru seharusnya memberikan dan menyediakan layanan yang hangat
dalam proses pengembangan potensi siswa dan atas dasar emosi yang
positif. Kedudukan guru dalam hal ini sebagai fasilitator dan mediator.
Mereka harus memberikan materi yang bersifat imajinatif dan
menciptakan suasana yang menantang bagi peserta didik. Guru humanistik
memaknai peserta didik melalui pembangunan kepercayaan atau saling
percaya. Mereka membangun hubungan yang positif dan pembelajaran
dilakukan bukan atas dasar kepentingan guru, tetapi komitmen terhadap
kepercayaan bahwa setiap anak dapat belajar.

9
Reka Miswanto, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan dalam Perspektif Kurikulum Humanistik
(Studi Kasus di Sekolah Dasar Muhammadiyah Karangbendo Bantul), 2015, 205

13
Kurikulum humanistik merupakan sebuah pendekatan pendidikan
yang mengacu pada filosofis belajar humanisme, yaitu pendidikan
yang memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas
kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri
individu yang melibatkan seluruh domain yang ada (kognitif, afektifdan
pskomotorik). Sehingga dalam proses pembelajarannya nilai-nilai
kemanusiaan yang ada dalam diri peserta didik mendapat perhatian
untuk dikembangkan. Menurut teori pendidikan humanistik, tujuan
belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap
berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.10
Peran guru dalam pendidikan humanistik adalah bagaimana guru
mampu menjadi fasilitator dalam tujuan pembelajaran untuk peserta
didik agar potensi yang dimilikinya dapat berkembang dengan baik.
Peran peserta didik disini bertujuan untuk dapat mengembangkan
potensi secara posistif bukan mengembangkan potensi yang negatif.
Kurikulum 2013 proses pembelajarannya menggunakan
pendekatan ilmiah yang harus menyentuh tiga ranah yaitu: ranah
sikap, ranah pengetahuan dan ranah ketrampilan. Sementara itu,
pendekatan ilmiah yang digunakan harus meliputi penggalian
informasi dengan cara: pengamatan, bertanya, percobaan, mengolah
data, menyajikan data, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, menyimpulkan, dan mencipta.11
3. Guru Menekankan Konsep Kurikulum Teknologi dalam
Pembelajaran saat ini
 Teknologi pendidikan sebagai teori dan praktik
Teknologi pendidikan dalam bahasa inggris yaitu instructional
tecnologhy adalah media komunikasi yang berkembang pesat, dan dapat
dimanfaatkan dalam pendidikan. Pendapat lain mengatakan bahwa
teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan, dan penilaian
system system teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar manusia.12
Definisi teknologi pendidikan bisa dilihat dari berbagi aspek yaitu:
aspek teoritik, aspek bidsng garapan, dan aspek profesi. Jika dipandang
dari aspek teoritik, teknologi pendidikan adalah serangkaian ide dan

10
Rahimi, “Teori Belajar Humanisme dalam Perspektif Pendidikan Islam,” 2021, 25
11
Rahimi, “Teori Belajar Humanisme dalam Perspektif Pendidikan Islam,” 2021, 25
12
S. Nasution, Teknologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 1

14
prinsip tentang cara bagaimana pendidikan dan pembelajaran harus
dilaksanakan dengan menggunakan teknologi. Sedangkan aspek bidang
garapan memandang teknologi pendidikan sebagai aplikasi ide ide dan
prinsip prinsip teoritik untuk memecahkan masalah masalah konkrit dalam
bidang pendidikan dan pembelajaran. Serta dari aspek profesi teknologi
pendidikan dipandang sebagai profesi suatu kelompok pelaksaa tertentu
yang diorganisasikan, memenuhi kriteria tertentu, memeiliki tugas
tertentu, da bergabung untuk membentuk bagian tertentu dari bidang
tersebut 13
Pada aspek kajian, teknologi pendidikan dimaknai sebagai pendekatan
pendekatan yang didapat memberikan beberapa alternative metode
pemecahan masalah(problem – solving-method) dalam pembelajaran.
Secara garis besarnya, langkah langkah yang perlu ditempuh dalam
pemndekatan teknologi pendidikan ini adalah: 1. Merumuskan tujuan
jelas, harus dicapai, dan dapat dipandang sebagai masalah, 2. Menyajikan
hipotesis, 3. Menilai hasil pelajaran atau hipotesis 4. Mencari perbaikan
(revisi), jika hasilnya belum memenuhi syarat atau standar yang telah
ditentukan.14
Teknlogi memiliki karakteristik tertentu yang sangat relefan bagi
kepetingan pendidikan. Teknologi pendidikan memungkinkan adanya: 1.
Penyebaran informasi secara luas, merata, cepet, dan terintegrasi, 2.
Penyajian materi secara lgis, ilmiah, dan sistematis. 3. Menjadi partner
gurudalam rangka mewujudkan proses belajar mengajar secara efektif
sesuai kebutuhan dan tuntutan peserta diidik. 4. Sebagai sumber belajar,
dapat menyajikan materi secara lebih menarrik.15
 Internet sebagai media pembelajaran
Internet merupakan suatu media untuk berbagagi informasi dan
berinteraksi kapan dan dimana saja. Menurut Turban, internet merupakan
jaringan computer yang besar didunia yang secara actual merupakan
jaringan dari jarungan. O’Brien berpendapat bahwa internet merupakan
jaringan computer yang berkembang pesat dari jutaan pendidikan yang
berhubungan dengan jutaan computer dan pengguna nya banyak sekali.16

13
AECT, Devinisi Teknologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali, 1977), 19-20
14
Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2007), 544
15
Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 3-4
16
Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Bandung: Alfabeta,
2009), 147

15
Pendayagunaan internet untuk pendidikan dan pembelajaran bisa
dilakukan dalam tiga bentuk yaitu: 1. Web Course, adalah penggunaan
internet untuk keperluan pembelajaran, dimana seluruh bahan belajar,
diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan
melalui internet. 2. Web Centric Course, dimana sebagian bahan belajar,
diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet,
sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan
secara tatap muka.3. Web Enhance Course, yaitu pemanfaatan internet
untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas kegiatan belajar
mengajar dikelas.
 Pembelajaran E-Learning sebagai Pembelajaran
Istilah e-learning terdiri dari huruf e merupakan singkatan dari
electronic dan kata learning artinya pembelajaran, dengan demikian e-
learning bisa diartikan sebagai pembelajaran dengan memanfaatkan
bantuan perangkat elektronik, khususnya perangkat komputer. Istilah e-
learning dapat pula didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi
informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk dunia
maya. Namun istilah e-learning lebih tepat ditunjukkan sebagai usaha
untuk membuat sebuah transformasi proses pembelajaran yang ada di
sekolah, madrasah, atau perguruan tinggi ke dalam bentuk digital yang
dihubungkan oleh teknologi internet.17
 Inovasi Pembelajaran PAI di Sekolah atau Madrasah
Inovasi adalah suatu perubahan baru menuju kearah perbaikan atau
berbeda dari yang ada sebelumnya. dalam konteks teknologi pembelajaran
inovasi mangacu kepada pemanfaatan teknologi canggih, baik
menggunakan perangkat lunak (software) maupun perangkat keras
(hardware) dalam proses pembelajaran.Tujuan utama aplikasi teknologi
baru ini adalah untuk meningkatkan mutu, efektivitas, dan efisiensi
pembelajaran.18

17
Munir, pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi informasi dan komunikasi (Bandung: Alfabeta,
2009), 147
18
Arsita, teknologi pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),297

16
BAB III
KESIMPULAN

Kurikulum dikategorikan ke dalam 3 kategori umum, yaitu


humanistic, rekonstruksi sosial, teknologi dan akademik.Konsep
Kurikulum Humanistik lebih mengarah pada kurikulum yang dapat
memuaskan setiap individu, agar mereka dapat mengaktualisasikan
dirinya sesuai dengan potensi dan keunikan masing masing.
Dalam kurikulum humanistic, guru diharapkan dapat membangun
hubungan emosional yang baik untuk perkembangan individu peserta
didik itu selanjutnya. Kurikulum rekonstruksi sosial berfokus pada
hubungan antara kurikulum dan pembangunan sosial dan politik-ekonomi.
Para pendukung kurikulum ini sangat menekankan pemikiran sosial yang
dibatasi oleh kesepakatan sosial.
Sedangkan tekhnologi dan akademik, kurikulum harus diciptakan
sebagai suatu proses teknis untuk memenuhi tuntutan para pengambil
kebijakan. Saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat
pesat. kelemahan kurikulum teknologi ini adalah kurangnya perhatian
terhadap penerapan dan dinamika inovasi.
Para pendidik humanis juga memegang konsep Gestalk, bahwa
individu atau anak merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh,
fokus kegiatan pendidikannya lebih diarahkan pada pembinaan
manusianya atau peserta didiknya secara utuh tidak hanya segi fisik
dan intelektual akan tetapi segi sosial dan afektif.
Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar secara
perlahan tetapi pasti ia mampu mecapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baiknya.Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi
fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik.

17
DAFTAR PUSTAKA

- Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan kurikulum


(Bandung, PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2011), 129
- Oemar Hamalik, Dasar Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung,
PT Remaja Rosdakarya, 2007) 143
- Oemar Hamalik, Dasar Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung,
PT Remaja Rosdakarya, 2007) 144
- Rohman Rohman et al., ‘Karakter Kurikulum Humanistik dalam
Pengembangannya Terhadap Proses Pembelajaran di SD Adnani
Panyabungan Mandailing Natal’, Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan
Islam 15, 2022, 149
- Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum:
Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 86-87
- Mc. Neil, 2006, The Humanistic Curiculum, (Los Angeles: John
Wiley&Son Inc )
- Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan kurikulum
(Bandung, PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2011), 132
- Oemar Hamalik, Dasar Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung, Pt
Remaja Rosdakarya, 2007) 147
- Rahimi, “Teori Belajar Humanisme dalam Perspektif Pendidikan
Islam,” 2021, 25
- Rahimi, “Teori Belajar Humanisme dalam Perspektif Pendidikan
Islam, 2021, 25
- S. Nasution, Teknologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 1
- AECT, Devinisi Teknologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali, 1977), 19-
20
- Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta: Kencana,
2007), 544
- Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan (Jakarta: Bumi
Aksara, 1994), 3-4
- Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (Bandung: Alfabeta, 2009), 147
- Arsita, teknologi pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),297

18

Anda mungkin juga menyukai