JENIS KURIKULUM
FAKULTAS TARBIYAH
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah proses pembelajaran seumur hidup.
Seseorang menerimanya sejak dalam buaian hingga akhir hayatnya. Seberapa
pentingkah pendidikan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan
tersebut, manusia menjadi manusia yang utuh. Salah satu faktor yang
berkontribusi terhadap keberhasilan pendidikan adalah kurikulum yang
digunakan dalam pendidikan. Kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan berbagai aspek baik
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sehingga dapat diintegrasikan dengan
mata pelajaran lain.
Kurikulum terpadu dapat memanfaatkan hubungan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler sehingga dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran lain.
Diharapkan melalui integrasi, siswa akan memperoleh pengetahuan dan
keterampilan secara utuh, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
bermakna. Kebermaknaan dalam hal ini berarti bahwa melalui pembelajaran
terpadu, siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui
pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan konsep-konsep intra
dan interdisipliner.
Dalam kurikulum terintegrasi, tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa siswa memahami beberapa materi untuk menciptakan unit baru yang
disebut tema; istilah 'tema' yang dikembangkan saat ini, terutama dalam
pendekatan kurikulum 2013, merupakan gabungan dari beberapa mata
pelajaran. Konsep tema integratif sebenarnya sudah dikembangkan sejak
lama, namun baru belakangan ini muncul di Indonesia.
2
Sebuah fakta dilapangan adanya beberapa permasalahan dalam
penyajian materi dalam buku wajib Indonesia kurikulum 2013 di Sekolah
Menengah. Permasalahan tersebut melingkupi materi sastra yang disajikan
banyak mengutip karya yang bersumber dari situs
internet. Selain itu, penggunaan materi dalam pelajaran bahasa Indonesia tidak
sesuai dengan tujuan pembelajaran, misalnya penugasan yang diberikan
kepada peserta didik tidak berkaitan dengan karya itu sendiri. Terdapat juga
karya yang tidak mengandung nilai pendidikan dan sarat akan pendidikan
karakter. Terakhir, kurangnya peranan materi yang disajikan dalam kegiatan
pembelajaran, dan sebagainya.
Penjelasan ini seakan-akan “menghajar telak” Kurikulum 2013 yang
dianggapnya “menelantarkan” pembelajaran dengan mengurangi jatah
pembelajaran. Ditambah dengan berbagai permasalahan yang dipaparkannya
di atas mengenai penyajian materi. Syafrial (2014) melanjutkan
pernyataannya dalam penelitian yang sama bahwa kedudukan materi pada
kurikulum-kurikulum sebelumnya tetap saja,menumpang. Pernyataan ini
menyinggung kebijakan pemerintah sejak dahulu yang selalu memposisikan
sastra “kalah” dibandingkan nonsastra. Menurut Syafrial, di Kurikulum 2013
ini porsi sastra semakin dikurangi, Dalam setiap penyusunan kurikulum baru,
khususnya pada Kurikulum 2013, tentu saja diharapkan permasalahan seperti
yang ada dalam tidak terjadi.
Harapan yang dimunculkan yaitu permasalahan materi dan
pembelajarannya pada kurikulum sebelum-sebelumnya berkurang, bahkan
hilang. Itulah harapan yang dimunculkan dalam setiap kurikulum baru.
Namun, penelitian-penelitian para ahli di atas berkata lain. Tentu saja hal ini
bukan sambutan yang cukup baik bagi kehadiran Kurikulum
2013 sebagai kurikulum terbaru.
Oleh karena itu, guru sekarang harus mampu merancang dan
menerapkan kurikulum yang sesuai. Manfaat dari kurikulum terpadu adalah
3
materi yang terkandung dalam setiap mata pelajaran dikaitkan dengan konsep-
konsep yang sedang dipelajari oleh para siswa. Sangat penting bagi guru
untuk mengetahui cara memilih topik yang tepat untuk memandu proses
pembelajaran.
Untuk memenuhi persyaratan konten yang termasuk dalam standar
pendidikan nasional, sangat penting juga untuk memperkenalkan
pembelajaran terpadu di sekolah dasar agar pembelajaran tidak stagnan di
dalam kelas, tetapi jauh lebih menyenangkan dan relevan dengan kehidupan
siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Macam Macam Konsep Kurikulum PAI
2. Mengapa Peran Guru Sangat Dibutuhkan dalam Kurikulum Humanistik
3. Mengapa Guru Menekankan Konsep Kurikulum Teknologi dalam
Pembelajaran saat ini
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Kurikulum Humanistik, tujuan kurikulum adalah untuk memberikan
pengalaman naluriah kepada siswa yang berkontribusi pada perkembangan
individu, Kurikulum Humanistik berasal dari aliran humanistik, mereka
sangat menentang pendidikan yang lebih mengutamakan intelektual.
Murid harus diberi kebebasan dan kemerdekaan3.
Dalam kurikulum humanistic, guru diharapkan dapat membangun
hubungan emosional yang baik untuk perkembangan individu peserta
didik itu selanjutnya. Sebagai contoh peran guru yang baik seperti :
1. Mendengarkan pandangan peserta didik secara komperehensif
2. Menghormati individu peserta didik
3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat buat.
Pada kurikulum ini, guru diharapkan mengetahui respons peserta didik
terhadap kegiatan mengajar. Acuan guru dalam kurikulum humanistik
atara lain yaitu4:
1. Integrasi : Emosi, sikap dan nilai nilai domain (elemen yang harus ada
yaitu partisipasi, interaksi, relevan dengan kebutuhan hidup dan tujuan
sosial untuk membangun keutuhan pribasi dan lingkungan.
2. Kesadaran dan kepentingan
3. Respons terhadap ukuran tertentu.
Kurikulum humanistic juga mempunyai kelemahan yaitu
1. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi
perkembangan individual peserta didik
2. Kurikulum ini kurang memerhatikan kebutuhan masyarakat secara
keseluruhan
3. Prinsip psikologis yang ada kurang terhubung.
3
Oemar Hamalik, Dasar Dasar Pengembangan Kurikulum (Bndung, pt remaja rosdakarya, 2007) 144
4
Rohman Rohman et al., ‘Karakter Kurikulum Humanistik dalam Pengembangannya Terhadap Proses
Pembelajaran di SD Adnani Panyabungan Mandailing Natal’, Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam
15, no. 2022, 149
6
Menurut Nana Sy. Sukmadinata (2005), ada beberapa aliran yang
menjadi bagian dari pendidikan humanistik, yaitu aliran konfluen, kritis,
radikal, dan mistik modern5. Pendidikan konfluen menekankan pada
kebutuhan individu, individu harus bereaksi secara keseluruhan dalam
pikiran perasaan dan tindakan terhadap keseluruhan kesatuan lingkungan.
Kritik radikal berasal dari naturalisme atau romantisme Reosseus. Modern
Mysticism adalah sekolah yang menekankan pada pembelajaran dan
pengembangan kepekaan emosional dan penyempurnaan karakter.
Kurikulum humanistick berpusat pada anak dan menekankan ekspresi
kreatif, individualisme, dan pertumbuhan dari dalam, tanpa paksaan dari
luar.
Menurut Mc Neil, karakteristik kurikulum humanistik adalah:
1. Partisipasi artinya peserta didik secara aktif terlibat dalam proses
pembelajaran.
2. Integrasi artinya adanya hubungan dan keterpaduan antara pikiran,
perasaan, dan tindakan (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
3. Relevansi artinya ada kesesuaian antara materi pembelajaran dengan
kebutuhan dasar dan kehidupan anak.
4. Anak sendiri merupakan objek utama pembelajaran sehingga anak
dapat mengenali dirinya sendiri.
5. Tujuannya adalah perkembangan anak secara utuh dalam masyarakat
manusia.6
Seperti halnya dasar fundamental kurikulum, konsep kurikulum
humanistic juga memiliki karakteristik tersendiri, antara lain
1. Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan individu yang
holistik dan dinamis dengan integritas yang tinggi dan sikap yang positif.
5
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005, hal 86-87
6
Mc. Neil, 2006, The Humanistic Curiculum, Los Angeles: John Wiley&Son Inc
7
2. Materi yang diajarkan harus memberikan pengalaman berharga bagi
anak-anak yang dapat mendorong pertumbuhan pribadi dan perkembangan
mereka secara keseluruhan
3. Proses yaitu membangun hubungan emosional yang baik antara
guru dan siswa.
4. Penilaian yang memprioritaskan proses daripada hasil.
Program humanistik menganggap aktualisasi diri sebagai kebutuhan
mendasar. Setiap anak memiliki diri yang perlu dikembangkan dan
diperkuat. Para pendukung program ini menginginkan pendidikan yang
memungkinkan individu menjadi lebih mandiri dan memiliki sikap yang
lebih sehat terhadap diri mereka sendiri, teman, dan pembelajaran.
Sekolah harus menjadi tempat yang menyenangkan untuk belajar yang
menghasilkan motivasi intrinsik karena materi pelajarannya relevan dan
bermakna bagi kebutuhan anak.
Kurikulum Rekonstruksi Sosial
8
Pembelajaran yang berlangsung dalam kurikulum ini harus
memenuhi tiga kriteria: Realistis, Memerlukan tindakan, dan
Mengkomunikasikan nilai-nilai. Penilaian dalam kurikulum ini
mencakup berbagai bidang, termasuk kemampuan siswa dalam
mengkomunikasikan masalah dan kemungkinan pemecahan masalah.
Siswa diharapkan mampu mengevaluasi pembelajaran mandiri yang
dilakukan untuk menentukan apa yang telah dipelajarinya.7
9
penerapan salah satu fungsi kurikulum: transformasi, atau rekonstruksi
sosial.
10
pendekatan kurikulum lainnya, pendekatan kurikulum teknologi juga
mencakup tantangan seperti sulitnya mengajarkan materi pembelajaran
yang kompleks atau materi pembelajaran yang memerlukan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, sulitnya mengembangkan ranah
emosional, dan tantangan yang dihadapi oleh individu siswa. Seperti
kesulitan dalam mempertimbangkan kebutuhan (bakat, sikap, minat)
dan siswa mudah bosan.
5. Menyediakan masukan
11
1. Kesalahan hierarki dalam prasyarat dan standar pemisahan dari
penguasaan belajar,
12
pendengar pendapat siswa secara menyeluruh, menghargai setiap individu
atau setiap siswa.Tampil secara sederhana, otentik, tidak dibuat buat.9
Kalangan Humanistik memiliki keyakinan bahwa fungsi kurikulum
adalah menyediakan pengalaman yang bersifat naluriah yang dapat
memberikan kontribusi terhadap kebebasan dan pengembangan totalitas
pribadi. Bagi mereka tujuan pendidikan berhubungan dengan
pertumbuhan pribadi yang ideal, integritas dan otonomi, kepribadian yang
mantap, dan mengembangkan aktualisasi diri. Seseorang dianggap
berkualitas tidak hanya dilihat dari kecakapan kognitifnya, tetapi juga dari
sisi estetis dan moral. Dengan demikian, seseorang tidak saja menjadi
orang yang dapat bekerja dengan baik, tetapi juga memiliki karakter dan
etika yang baik.
Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar secara
perlahan tetapi pasti ia mampu mecapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baiknya. Aktualisasi diri yang di maksud adalah peserta didik dapat
menemukan jati dirinya, tujuan hidupnya dalam menjalani hidup ini.
Kepercayaan diri dalam melangkah masa depan yang jelas di matanya.
Walaupun kita tahu bahwa sebagai manusia kita mampu merencanakan
jalan hidup kita namun hanya Tuhan lah yang menetukan jalan hidup kita.
Tetapi peserta didik sudah mampu berusaha untuk semangat dan optimis
untuk menatap masa depan yang cerah dengan sikap yang positif.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator
bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran
mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan mendampingi
peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Guru seharusnya memberikan dan menyediakan layanan yang hangat
dalam proses pengembangan potensi siswa dan atas dasar emosi yang
positif. Kedudukan guru dalam hal ini sebagai fasilitator dan mediator.
Mereka harus memberikan materi yang bersifat imajinatif dan
menciptakan suasana yang menantang bagi peserta didik. Guru humanistik
memaknai peserta didik melalui pembangunan kepercayaan atau saling
percaya. Mereka membangun hubungan yang positif dan pembelajaran
dilakukan bukan atas dasar kepentingan guru, tetapi komitmen terhadap
kepercayaan bahwa setiap anak dapat belajar.
9
Reka Miswanto, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan dalam Perspektif Kurikulum Humanistik
(Studi Kasus di Sekolah Dasar Muhammadiyah Karangbendo Bantul), 2015, 205
13
Kurikulum humanistik merupakan sebuah pendekatan pendidikan
yang mengacu pada filosofis belajar humanisme, yaitu pendidikan
yang memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas
kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri
individu yang melibatkan seluruh domain yang ada (kognitif, afektifdan
pskomotorik). Sehingga dalam proses pembelajarannya nilai-nilai
kemanusiaan yang ada dalam diri peserta didik mendapat perhatian
untuk dikembangkan. Menurut teori pendidikan humanistik, tujuan
belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap
berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.10
Peran guru dalam pendidikan humanistik adalah bagaimana guru
mampu menjadi fasilitator dalam tujuan pembelajaran untuk peserta
didik agar potensi yang dimilikinya dapat berkembang dengan baik.
Peran peserta didik disini bertujuan untuk dapat mengembangkan
potensi secara posistif bukan mengembangkan potensi yang negatif.
Kurikulum 2013 proses pembelajarannya menggunakan
pendekatan ilmiah yang harus menyentuh tiga ranah yaitu: ranah
sikap, ranah pengetahuan dan ranah ketrampilan. Sementara itu,
pendekatan ilmiah yang digunakan harus meliputi penggalian
informasi dengan cara: pengamatan, bertanya, percobaan, mengolah
data, menyajikan data, kemudian dilanjutkan dengan menganalisis,
menalar, menyimpulkan, dan mencipta.11
3. Guru Menekankan Konsep Kurikulum Teknologi dalam
Pembelajaran saat ini
Teknologi pendidikan sebagai teori dan praktik
Teknologi pendidikan dalam bahasa inggris yaitu instructional
tecnologhy adalah media komunikasi yang berkembang pesat, dan dapat
dimanfaatkan dalam pendidikan. Pendapat lain mengatakan bahwa
teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan, dan penilaian
system system teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar manusia.12
Definisi teknologi pendidikan bisa dilihat dari berbagi aspek yaitu:
aspek teoritik, aspek bidsng garapan, dan aspek profesi. Jika dipandang
dari aspek teoritik, teknologi pendidikan adalah serangkaian ide dan
10
Rahimi, “Teori Belajar Humanisme dalam Perspektif Pendidikan Islam,” 2021, 25
11
Rahimi, “Teori Belajar Humanisme dalam Perspektif Pendidikan Islam,” 2021, 25
12
S. Nasution, Teknologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 1
14
prinsip tentang cara bagaimana pendidikan dan pembelajaran harus
dilaksanakan dengan menggunakan teknologi. Sedangkan aspek bidang
garapan memandang teknologi pendidikan sebagai aplikasi ide ide dan
prinsip prinsip teoritik untuk memecahkan masalah masalah konkrit dalam
bidang pendidikan dan pembelajaran. Serta dari aspek profesi teknologi
pendidikan dipandang sebagai profesi suatu kelompok pelaksaa tertentu
yang diorganisasikan, memenuhi kriteria tertentu, memeiliki tugas
tertentu, da bergabung untuk membentuk bagian tertentu dari bidang
tersebut 13
Pada aspek kajian, teknologi pendidikan dimaknai sebagai pendekatan
pendekatan yang didapat memberikan beberapa alternative metode
pemecahan masalah(problem – solving-method) dalam pembelajaran.
Secara garis besarnya, langkah langkah yang perlu ditempuh dalam
pemndekatan teknologi pendidikan ini adalah: 1. Merumuskan tujuan
jelas, harus dicapai, dan dapat dipandang sebagai masalah, 2. Menyajikan
hipotesis, 3. Menilai hasil pelajaran atau hipotesis 4. Mencari perbaikan
(revisi), jika hasilnya belum memenuhi syarat atau standar yang telah
ditentukan.14
Teknlogi memiliki karakteristik tertentu yang sangat relefan bagi
kepetingan pendidikan. Teknologi pendidikan memungkinkan adanya: 1.
Penyebaran informasi secara luas, merata, cepet, dan terintegrasi, 2.
Penyajian materi secara lgis, ilmiah, dan sistematis. 3. Menjadi partner
gurudalam rangka mewujudkan proses belajar mengajar secara efektif
sesuai kebutuhan dan tuntutan peserta diidik. 4. Sebagai sumber belajar,
dapat menyajikan materi secara lebih menarrik.15
Internet sebagai media pembelajaran
Internet merupakan suatu media untuk berbagagi informasi dan
berinteraksi kapan dan dimana saja. Menurut Turban, internet merupakan
jaringan computer yang besar didunia yang secara actual merupakan
jaringan dari jarungan. O’Brien berpendapat bahwa internet merupakan
jaringan computer yang berkembang pesat dari jutaan pendidikan yang
berhubungan dengan jutaan computer dan pengguna nya banyak sekali.16
13
AECT, Devinisi Teknologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali, 1977), 19-20
14
Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2007), 544
15
Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), 3-4
16
Munir, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Bandung: Alfabeta,
2009), 147
15
Pendayagunaan internet untuk pendidikan dan pembelajaran bisa
dilakukan dalam tiga bentuk yaitu: 1. Web Course, adalah penggunaan
internet untuk keperluan pembelajaran, dimana seluruh bahan belajar,
diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan
melalui internet. 2. Web Centric Course, dimana sebagian bahan belajar,
diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet,
sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan
secara tatap muka.3. Web Enhance Course, yaitu pemanfaatan internet
untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas kegiatan belajar
mengajar dikelas.
Pembelajaran E-Learning sebagai Pembelajaran
Istilah e-learning terdiri dari huruf e merupakan singkatan dari
electronic dan kata learning artinya pembelajaran, dengan demikian e-
learning bisa diartikan sebagai pembelajaran dengan memanfaatkan
bantuan perangkat elektronik, khususnya perangkat komputer. Istilah e-
learning dapat pula didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi
informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk dunia
maya. Namun istilah e-learning lebih tepat ditunjukkan sebagai usaha
untuk membuat sebuah transformasi proses pembelajaran yang ada di
sekolah, madrasah, atau perguruan tinggi ke dalam bentuk digital yang
dihubungkan oleh teknologi internet.17
Inovasi Pembelajaran PAI di Sekolah atau Madrasah
Inovasi adalah suatu perubahan baru menuju kearah perbaikan atau
berbeda dari yang ada sebelumnya. dalam konteks teknologi pembelajaran
inovasi mangacu kepada pemanfaatan teknologi canggih, baik
menggunakan perangkat lunak (software) maupun perangkat keras
(hardware) dalam proses pembelajaran.Tujuan utama aplikasi teknologi
baru ini adalah untuk meningkatkan mutu, efektivitas, dan efisiensi
pembelajaran.18
17
Munir, pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi informasi dan komunikasi (Bandung: Alfabeta,
2009), 147
18
Arsita, teknologi pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),297
16
BAB III
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18