Anda di halaman 1dari 15

PROGRAM BK DI SEKOLAH

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah bimbingan dan konseling Pada fakultas tarbiyah
Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang

Dosen Pengampu :
Dr. AMINATUZ ZAHRO, M.Pd.I
NIY : 19721228984009

Disusun Oleh :
Achmad Syaidummajid
(NIM : 2021100012205)

Muchammad Ilhan Mansis


(NIM : 2021100012181 )

Izzam Maghrobiy
(NIM : 2021100012195)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INTITUT AGAMA ISLAM SYARIFUDDIN LUMAJANG
SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi Robbil Alamin. Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam.
Atas segala karunia nikmatnya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah Program BK disekolah disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas
mata kuliah “Bimbingan dan Konseling” yang dibimbing oleh Bapak/Ibu.
Meskipun telah disusun secara maksimal, namun saya sebagai manusia biasa menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya saya mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca sekalian.
Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana belajar, diskusi satu sama lain dalam
memahami materi ini.
Demikian apa yang bisa saya sampaikan , semoga semuanya dapat mengambil manfaat dari
makalah ini.

Lumajang, 15 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................................................... 2
BAB II....................................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................................................3
A. Pengertian Program BK.............................................................................................................................3
B. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.........................................................................................4
C. Organisasi bimbingan dan konseling di sekolah........................................................................................8
BAB III................................................................................................................................................................ 10
PENUTUP............................................................................................................................................................10
A. Kesimpulan.............................................................................................................................................10
B. Saran....................................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah bimbingan dan konseling (BK) bukanlah hal yang asing lagi bagi kita.
Namun kenyataannya tidak semua orang mengetahui dan mengerti akan esensi dan
substansi dari pelaksanaan BK tersebut. Banyak orang yang berpendapat bahwa BK
adalah tempat untuk menangani siswa-siswa yang suka membolos, rajin tidak masuk,
serta yang bandel dan nakal saja. Sehingga BK terkesan seolah-olah hanya menjadi
tempat evakuasi segala pelaku kejahatan sekolah.
Sekolah merupakan bagian dari pendidikan, dimana di sekolah terdapat peserta
didik yang mana membutuhkan suatu perhatian agar dapat mengembangkan potensinya
secara optimal. Sekolah memiliki banyak sekali kegiatan, sehingga perlu adanya suatu
manajemen sekolah yang baik agar kegiatan-kegiatan di sekolah dapat di laksanakan
dengan sebaik-baiknya. Siswa atau peserta didik merupakan salah satu objek penerima
layanan bimbingan dan konseling, sehingga untuk memudahkan pemberian layanan
bimbingan dan konseling di sekolah, seorang guru bimbingan dan konseling diharuskan
membuat suatu perencanaan penyusunan program terlebih dahulu untuk kelancaran
pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
Persepsi yang kurang tepat terhadap BK tersebut, ternyata tidak hanya
menjangkiti masyarakat awam. Para guru sebagai pendidik pun masih ada yang
menganggap bahwa BK itu bukan bagian dari tugasnya, tetapi adalah tugas khusus yang
hanya boleh dilaksanakan oleh “guru BK” (konselor). Pandangan semacam ini kemudian
menjadikan guru leluasa meminggirkan siswa-siswanya yang dianggap “buruk, jahat, dan
kurang asertif” dalam pendidikan. Mereka kemudian akan mengirim anak “nakal”
tersebut ke ruang sempit mencekam tempat para konselor berada. Padahal, gurulah yang
seharusnya memberikan penanganan pertama terhadap problematika siswa-siswanya
karena merekalah yang lebih sering berinteraksi. Berdasarkan hal tersebut, guru pun
sebenarnya dituntut untuk menguasai kompetensi dalam hal bimbingan dan konseling.
Maka dari itu, sudah saatnya para guru mengubah persepsinya masalah yang
cukup serius ini. Dalam makalah ini, akan kami uraikan mengenai peranan yang
seharusnya dilakukan oleh para guru dalam pelaksanaan BK meliputi: pengidenfikasian

1
masalah siswa, pengalihtanganan siswa yang bermasalah, penciptaan suasana belajar
kondusif, konferensi kasus dan hal-hal lain yang bertalian dengan pelaksanaan BK.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka penyusun dapat merumuskan beberapa masalah
yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu:
a. Apa pengertian program BK ?
b. Apa saja program BK disekolah ?
c. Apa saja organisasi BK disekolah ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian program BK
b. Untuk mengetahui program BK disekolah
c. Untuk mengetahui oraganisi BK disekolah
a.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Bimbingan dan konseling merupakan alih bahasa dari bahasa Inggris yaitu guidance
dan counseling. Dulu istilah counseling diindonesiakan menjadi penyuluhan (nasehat). Akan
tetapi, karena istilah penyuluhan banyak digunakan di bidang lain, seperti penyuluhan
pertanian dan penyuluhan keluarga berencana yang sama sekali berbeda isinya dengan
counseling, maka agar tidak menimbulkan salah paham, istilah counseling tersebut diserap
menjadi konseling.1

A. Pengertian Program BK
Program adalah rancangan mengenai asas serta usaha (dalam ketatanegaraan,
perekonomian, dan sebagainya) yang akan dijalankan2 Sedangkan yulikusparto
mengemukakan bahwa program adalah deretan instruksi atau statement dalam bahasa
yang dimengerti oleh komputer yang bersangkutan.
Menurut Moegiadi bimbingan berarti suatu proses pemberian bantuan atau
pertolongan kepada individu dalam hal: memahami diri sendiri; menghubungkan
pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan
menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan.3
Konseling berasal dari istilah Inggris “counseling” yang kemudian diindonesiakan
menjadi “konseling”. Sedangkan secara etimologi istilah konseling berasal dari bahasa
latin yaitu “counsiliun” yang berarti “menerima atau memahami”.
Konseling sebagai salah satu upaya profesional adalah berdimensi banyak, di
Indonesia perkembangan konseling didorong oleh beberapa hal antara lain: (1) Pada diri
individu yakni pada masa–masa kritis dalam tiap perkembangan individu terutama masa
remaja masa gejolak, labil dan mudah terombang- ambing oleh berbagai pengaruh dari
dalam diri atau luar diri. (2) Kondisi luar individu yakni era globalisasi dengan ditandai
percepatan teknologi yang berdampak positif dan juga negatif. Dampak ini cukup plural
dan berpengaruh pada berbagai sendi kehidupan sehingga dibutuhkan kemampuan untuk
beradaptasi dengan segala perubahan yang ada.4
1
Eunice S. Han and Annie goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, “BIMBINGAN DAN KONSELING Prespektif
Sekolah,” Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2019): 1689–99.
2
https://kbbi.web.id/program
3
Winkel & sri hastuti 2007 : halaman 29 )
4
Han and goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, “BIMBINGAN DAN KONSELING Prespektif Sekolah.”

3
Di lihat dari pengertian tersebut, program bimbingan dan konseling adalah
rancangan kegiatan BK untuk memberikan bimbingan atau pertolongan pada siswa.
Sedangkan dalam modul belajar mandiri bidang BK tim GTK DIKNAS mendefinisikan
program bimbingan BK merupakan suatu dokumen yang memaparkan arah yang hendak
dituju dari pelayanan bimbingan dan konseling yang akan di selenggarakan oleh konselor
selana satu tahun.5

B. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Program Bimbingan Konseling Komprehensif Program konseling sekolah yang
komprehensif merupakan komponen integral dari misi akademik sekolah program
konseling sekolah komprehensif, didorong oleh data siswa dan berdasarkan standar
akademik, karir dan / pembangunan sosial personal, mempromosikan dan meningkatkan
proses pembelajaran untuk semua peserta didik. Lebih lanjut menurut Bowers & Hatch
menyatakan bahwa program bimbingan dan konseling sekolah tidak hanya bersifat
komprehensif dalam ruang lingkup, namun juga harus bersifat preventif dalam desain,
dan bersifat pengembangan dalam tujuan (comprehensive in scope, preventive in design
and developmental in nature).6
Jenis program yang perlu disusun oleh guru bimbingan dan konseling, dalam
permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum lampiran IV bagian
VIII ada lima sebagai berikut :
1. Program tahunan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh
kegiatan selama satu tahun ajaran untuk masing-masing kelas rombongan belajar
pada satuan pendidikan.
2. Program semesteran yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi
seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
3. Program bulanan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh
kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4. Program mingguan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi
seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5. Program Harian yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan
5
Tim GTK DIKDAS, MODUL BELAJAR MANDIRI Bidang Studi Bimbingan Konseling, 2021.
6
(Fathur Rahman, 2002:7)

4
jabaran dari program mingguan dalam bentuk Satuan Layanan atau Rencana Program
Layanan dan/atau Satuan Kegiatan Pendukung atau Rencana Kegiatan Pendukung
pelayanan bimbingan dan konseling.7
Pelaksanaan program BK perkembangan yang komprehensif untuk masing-
masing komponen layanan BK memiliki 4 (empat) program dijelaskan di Permendikbud
no 111 tahun 2014 :
1. Layanan dasar
Layanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh
konseling melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau
kelompok yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dalam rangka
mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang efektif sesuai dengan tahap dan
tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi
kemandirian).
2. Layanan Peminatan dan Perencanaan Individual
Peminatan adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi
pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan peserta didik/konseli dengan orientasi
pemusatan, perluasan, dan/atau pendalaman mata pelajaran dan/atau muatan kejuruan.
3. Layanan responsif
Layanan responsif adalah pemberian bantuan kepada peserta didik/konseli
yang menghadapi masalah dan memerlukan pertolongan dengan segera, agar peserta
didik/konseli tidak mengalami hambatan dalam proses pencapaian tugas-tugas
perkembangannya. Strategi layanan responsif diantaranya konseling individual,
konseling kelompok, konsultasi, kolaborasi, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus
(referral).
4. Dukungan sistem
Ketiga komponen program (layanan dasar, layanan peminatan dan perencanan
individual, dan responsif) sebagaimana telah disebutkan sebelumnya merupakan
pemberian layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik/konseli secara
langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan
manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi),
dan pengembangan kemampuan profesional konselor atau guru bimbingan dan

7
Menteri Pendidikan, D A N Kebudayaan, and Republik Indonesia, “PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,” 2013.

5
konseling secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan
kepada peserta didik/konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta
didik/konseli dan mendukung efektivitas dan efisiensi pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling.8
Program bimbingan dan konseling harus memiliki ciri sebagai berikut : Holistik.
Program bimbingan dan konseling komprehensif berorientasi pada upaya pengembangan
seluruh aspek perkembangan siswa, tanpa terkecuali. Program BK harus masuk dalam
program sekolah, selaras dengan tujuan sekolah. Refleksi. Refleksi merupakan kegiatan
untuk menganalisa efektivitas kerja konselor dan efektifitas program bimbingan dan
konseling komprehensif. Kegiatan ini untuk mengetahui sejauhmana pengaruh layanan
bimbingan dan konseling dalam kehidupan dan perkembangan siswa.9
Prosedur dalam penyusunan program bimbingan dan konseling komprehensif
adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penerapan
(implementating), dan evaluasi (evaluation).
1. Perencanaan (Planning)
Proses Perencanaan program bimbingan dan konseling di sekolah, seharusnya
dilakukan secara terbuka, bukan hanya guru bimbingan dan konseling, namun juga
melibatkan seluruh pihak yang memiliki peran penting dalam pengambilan
kebijakan. pada tahap perencanaan yang dilakukan adalah berfokus pada prosedur
kepemimpinan dan keputusan tentang schoolwide, mengadakan asesmen pada siswa,
orang tua, dan guru, setelah itu merancang tujuan yang obyektif. pada tahap
merancang program bimbingan ada beberapa hal yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Menentukan tujuan program
b. Menentukan standar program
c. Penilaian sekolah dan kebutuhan siswa
d. Penilaian program saat ini
e. Identifikasi kompetensi siswa
f. Identifikasi kebutuhan dibandingkan kesenjangan sumber daya.
g. Menentukan prioritas

8
Menteri Pendidikan, D A N Kebudayaan, and Republik Indonesia, “PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014,” 2014.
9
Dollarhide (2011:51)

6
2. Perancangan (Designing)
Sebagai arahan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling
komprehensif ada enam tahap mewujudkan desain program BK sebagai berikut :
a. Menentukan struktur program dasar dari program yang akan disusun, termasuk
menyusun struktur komponen dan menentukan komponen program.
b. Merancang kompetensi siswa berdasarkan isi wilayah dan tingkat sekolah.
c. Menegasan kembali dukungan kebijakan pengembangan program bimbingan
dan konseling.
d. Menetapkan prioritas pada program delivery
e. Menetapkan parameter untuk alokasi sumber daya program.
f. Menempatkan semua keputusan secara tertulis dan mendistribusikan pedoman
g. pelaksanaan program kepada semua konselor dan para pengelola.
3. Penerapan (Implementating)
Beberapa rekomendasi aktualisasi program untuk perubahan, pemimpin
program bimbingan dan konseling perlu mempertimbangkan sumberdaya personil,
sumber daya keuangan dan sumber daya politik program bimbingan dan konseling
a. Sumber daya Personil
1) Mengimplementasikan rasio jumlah siswa : konselor yang
direkomendasikan. Untuk standart di Indoensia rasio konselor dengan siswa
yaitu 1 : 150 siswa.
2) Mengembangkan deskripsi tugas konselor sekolah
3) Menetapkan tingkat peran dan tanggung jawab pemimpin program
bimbingan dan konseling.
4) Mengembangkan deskrisi tugas untuk semua personil yang terlibat dalam
program bimbingan dan konseling
5) Memperjelas hubungan dalam organisasi program bimbingan dan konseling.
b. Sumberdaya Keuangan
1) Menetapkan anggaran pada setiap bagian bimbingan
2) Mengekplorasi penggunaan sumber daya luar sekolah.
3) Mengembangkan panduan sumberdaya komponen program bimbingan dan
konseling.
4) Menetapkan fasilitas standar bimbingan.
c. Sumberdaya Politik

7
1) Memperbaharui kebijakan dan prosedur yang ada.
2) Memunculkan dukungan dari tingkatan konselor, pengelola dam guru.
3) Bekerja dengan resistan terhadap staff pendukung.
4) Bekerja dengan unsur penting yaitu orang tua bersngkutansan,
4. Evaluasi (Evaluation)
Setelah pada tahap perencanaan dan perancangan program selesai, melangkah
pada tahap implementasi program, maka tahap selanjutnya adalah evaluasi. Gysbers
mendefinisikan evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan dan menganalisis tentang
program atau intervensi dengan cara tertib untuk membuat keputusan.10

C. Organisasi bimbingan dan konseling di sekolah


Sekolah adalah suatu organisasi formal. Di dalamnya terdapat usaha-usaha
administrasi untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran nasional. Bimbingan
konseling adalah adalah sub organisasi dari organisasi sekolah yang melingkupinya.
Bimbingan dan konseling disekolah merupakan bagian terpadu dari sekolah
tersebut, sehingga dalam pelaksanaannya tergantung bagaimana pengorganisasian yang
dijalankan disekolah tersebut, sehingga tidak ada tolok ukur bagaimana organisasi
bimbingan dan konselng disekolah yang terbaik.11
Organisasi bimbingan konselin disekolah dalam pengertian umum adalah suatu
wadah atau badan yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan
bersama-sama.12
Sebagai suatu badan, banyak ahli menawarkan model atau pola organisasi mana
yang cocok diterapkan disekolah. Akan tetapi pola organisasi yang terpilih harus
mendasarkan atas kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terkait disekolah yang
dilanjutkan dengan usaha-usaha perencanaan untuk mencapai tujuan, pembagian tugas,
pengendalian proses dan penggunaan sumbersumber bimbingan.
Organisasi bimbingan konseling disekolah mutlak diperlukan, karena :
1. Pelayanan bimbingan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keseluruhan program pendidikan. Ini berarti bahwa seluruh staf sekolah baik kepala

10
Gysbers (2012:353)
11
Dewa ketut sukarji. Organisasi dan administrasi bimbingan dan konseling disekolah. (surabaya, usaha
nasional, 2010)
12
Artikel, bimbingan dan konseling disekolah, (jakarta; depdiknas, 2008)

8
sekolah, guru, Sali kelas, maupun staf admnistrasi sekolah perlu melibatkan diri
dalam usaha layanan bimbingan
2. Pembinaan bimbingan dan konseling di sekolah ada pada kepala sekolah sebagai
administrator sekolah yang memegang peranan kunci.
3. Tanggung jawab langsung dalam melaksanakan layanan bimbingan konseling di
sekolah hendaknya dilimpahkan kepada staf yang berwenang yang memilikii
persyaratan tertentu baik dalam segi pendidikan formal, sifat, sikap dan kepribadian,
ketrampilan dan pengalaman serta waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas.
4. Program bimbingan merupakan suatu bentuk kegiatan yang cukup luas bidang
geraknya.
5. Program layanan bimbingan di sekolah hendaknya perlu di evaluasi untuk
mengertahui efektivitas dan efisiensi program.
6. Petugas-petugas yang diserah tanggung jawab bimbingan yang bersifat khusus,
seperti kegiatan konseling hendaknya ditangani oleh petugas yang professional da
berkompeten mengerjakan tugas tersebut.
7. Petugas-petugas bimbingan dan seluruh staf pelaksanan bimbingan mutlak perlu
diberikan latihan dalam jabatan. Sebagai suatu alat untuk memperbaiki pelayanan
bimbingan disekolah.13
Dalam organisasi bimbingan dan konseling di sekolah perlu diperhatikan
beberapa prinsip operasional, karena pelaksanan dari prinsip-prinsip tersebut digunakan
untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program bimbingan di sekolah. Prinsip tersebut
antara lain:
1. Program layanan bimbingan di sekolah harus dirumuskan dengan jelas
2. Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah masing-masing
3. Penempatan petugas-petugas bimbingan harus disesuaikan dengan kemampuan,
potensi-potensi (bakat, minat dan keahliannya masing-masing)
4. Program bimbingan hendaknya diorganisasikan secara sederhana
5. Menciptakan jalinan kerjasama yang erat diantara petugas bimbingan di sekolah, dan
di luar sekolah yang berkaitan dengan program bimbingan di sekolah.
6. Organisasi harus dapat memberikan berbagai informasi yang penting bagi
pelaksanaan program layanan bimbingan.

13
Ridwan, penanganan efektif bimbingan dan konseling disekolah (yogyakarta; pustaka belajar,1998)

9
7. Program layanan bimbingan harus merupakan suatu program yang integral dengan
keseluruhan program pendidikan di sekolah.14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Program bimbingan dan konseling adalah rancangan kegiatan BK untuk
memberikan bimbingan atau pertolongan pada siswa. Sedangkan dalam modul
belajar mandiri bidang BK tim GTK DIKNAS mendefinisikan program bimbingan
BK merupakan suatu dokumen yang memaparkan arah yang hendak dituju dari
pelayanan bimbingan dan konseling yang akan di selenggarakan oleh konselor
selana satu tahun.
2. Adapun beberapa program yang harus di bentuk oleh guru bimbingan dan koseling
yaitu (a) Program Tahunan (b) Program Semesteran (c) Program Bulanan (d)
Program Mingguan (e) Program Harian.
3. Dalam pelaksanaan program BK ada empat di jelaskana dalam Permendikbud no
111 tahun 2014 ; (a) Pelayanan, (b) Layanan dasar, (c) Layanan Peminatan dan
Perencanaan Individual, (d) Layanan responsif , (e) Dukungan sistem.
4. Organisasi bimbingan konselin disekolah dalam pengertian umum adalah suatu
wadah atau badan yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai tujuan
bimbingan bersama-sama. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk menjamin
kelancaran pelaksanaan program bimbingan di sekolah. Prinsip tersebut antara
lain:
a. Program layanan bimbingan di sekolah harus dirumuskan dengan jelas
b. Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah masing-
masing
c. Penempatan petugas-petugas bimbingan harus disesuaikan dengan
kemampuan, potensi-potensi (bakat, minat dan keahliannya masing-masing)
d. Program bimbingan hendaknya diorganisasikan secara sederhana
e. Menciptakan jalinan kerjasama yang erat diantara petugas bimbingan di
sekolah, dan di luar sekolah yang berkaitan dengan program bimbingan di
sekolah.
14
Tim dosen PPB FIP, bimbingan dan konseling sekolah menengah (yogyakarta; UNY 1993)

10
f. Organisasi harus dapat memberikan berbagai informasi yang penting bagi
pelaksanaan program layanan bimbingan.
g. Program layanan bimbingan harus merupakan suatu program yang integral
dengan keseluruhan program pendidikan di sekolah

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka penulis sangat
mengharapkan kritikan yang dapat mendukung ntuk lebih baiknya dimasa yang akan
datang. Penulis juga menyarankan kepada pembaca agar lebih belajar dari beberapa sisi
lain. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan perlindungan, semoga makalah
ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

11
DAFTAR PUSTAKA
Eunice S. Han and Annie goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, “BIMBINGAN DAN
KONSELING Prespektif Sekolah,” Journal of Chemical Information and Modeling 53,
no. 9 (2019): 1689–99.
https://kbbi.web.id/program
Winkel & sri hastuti 2007 : halaman 29 )
Tim GTK DIKDAS. MODUL BELAJAR MANDIRI Bidang Studi Bimbingan Konseling,
2021.
Han, Eunice S., and Annie goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee. “BIMBINGAN DAN
KONSELING Prespektif Sekolah.” Journal of Chemical Information and Modeling 53,
no. 9 (2019): 1689–99.
Fathur Rahman, 2002:7
Pendidikan, Menteri, D A N Kebudayaan, and Republik Indonesia. “PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,” 2013.
“PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014,” 2014.
Dollarhide (2011:51)
Gysbers (2012:353)
Dewa ketut sukarji. Organisasi dan administrasi bimbingan dan konseling disekolah.
(surabaya, usaha nasional, 2010)
Artikel, bimbingan dan konseling disekolah, (jakarta; depdiknas, 2008)
Ridwan, penanganan efektif bimbingan dan konseling disekolah (yogyakarta; pustaka
belajar,1998)
Tim dosen PPB FIP, bimbingan dan konseling sekolah menengah (yogyakarta; UNY 1993)

12

Anda mungkin juga menyukai