Anda di halaman 1dari 16

Makalah Etika dan Profesi Keguruan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan, yang atasrahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ETIKA
DAN PROFESI KEGURUAN”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Etika dan Profesi Keguruan.
Terselesainya makalah pada mata kuliah Etik dan Profesi Keguruanini, tidak
terlepas dari bimbingan Dosen mata kuliah dan partisipasi dari teman-teman semua yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya demi terselesai makalah ini.
Sudah tentunya penulis berharap, semoga makalah yang telah disusun ini dapat
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari bagi penulis khususnya dan para pembaca
umumnya. Dari itu kritik dan saran yang sifanya membangun penulis harapkan untuk
perbaikan di masa akan datang. Terimakasih

Tondano, November 2013

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Konsep Profesi Keguruan....................................................................................................3
B. Sikap Profesional Keguruan................................................................................................4
C. Bimbangan dan Konseling...................................................................................................5
D. Program Bimbingan disekolah dan Peran Guru dalam Pelaksanaannya.............................8
E. Perkembangan Keprofesian Guru......................................................................................11
F. Perkembangan Diri Menuju Guru Profesional…………………………………………..13
G. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru…………………………………………………15
H. Standar Kompotensi dan Sertifikasi Guru; Guru Sebagai Agen Pembelajaran………….17
I. Kompetensi Guru………………………………………………………………………...19
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................20
A. Kesimpulan........................................................................................................................20
B. Saran..................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru merupakan bagian internal dari sebuah organisasi pendidikan yang memiliki fungsi,
peran dan kedudukan yang sangat strategis dalam rangka mencapai tujuan pembangunan bangsa
dalam bidang pendidikan. Guru menjadi ujung tombak pelaksanaan berbagai macam program
pendidikan melalui kegiatan pembelajaran di kelas. Sehingga berhasil atau tidak, berkualitas atau
tidak proram-program pendidikan yang dirancang oleh penentu kebijakan pendidikan, salah
satunya akan sangat tergantung dari kinerja dan profesionalisme para guru. Bersamaa dengan hal
tersebut, masayarakat modern seperti sekarang ini selalu menuntut terpenuhinya kebutuhan
pendidikan yang baik dan berkualitas bagi putra-putrinya. Masyarakat kian menantang,
mengharuskan dan menuntut terselenggaranya pendidikan yang dikelola dengan profesional,
salah satunya adalah tersedianya para guru yang profesional. Jika ditambah lagi dengan tuntutan
global dan kehidupan modern, maka profesinalisme dalam bidang pendidikan pada umumnya
dan profesionalisme guru pada khususnya menjadi mutlak segera diwujudkan.
Pada umumnya pendidikan yang dilakukan untuk mengembangkan profesi guru terdiri
dari dua jenis, yaitu pendidikan prajabatan dan pendidikan dalam jabatan. Dua jenis pendidikan
itu berbeda esensi dalam sistem pengelolahannya meskipun diarahkan pada tujuan yang sama,
yaitu meningkatkan mutu layanan atau kinerja guru. Pendidikan prajabatan merupakan
pendidikan yang ditempuh sebelum seseorang menjadi guru. Jenis pendidikan ini bertujuan
untuk menyiapkan calon guru dalam meniti karir dalam bidang pengajaran. Pendidikan dalam
jabatan adalah jenis pendidikan yang ditempuh oleh guru dalam melaksanakan jabatan dan
dimaksudkan untuk mengembangkan kompetensi profesional dalam melaksanakan tugas
profesionalnya. Seorang guru dinilai memiliki kompetensi profesional apabila mampu
mengembangkan tanggung jawab dengan baik, maupun melaksanakan peran dengan berhasil,
mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (pembelajaran) dan mampu
melaksanakan peranannya dalam proses pembelajaran dalam kelas dalam sudut pembelajaran,
guru yang profesional adalah mereka yang mampu merencanakan, melaksanakan, menilai,
membimbing pelajaran.

B. Rumusan Masalah
Untuk lebih terarah dan agar dapat mencapai sasaran yang dikehendaki sebagaimana latar
belakang. Yang menjadi perumusan dalam makalah ini yaitu pengertian dan syarat-syarat profesi
keguruan, perkembangan profesi keguruan serta hal-hal yang berhubungan dengan etika dan
profesi keguruan.

C. Tujuan Penulisan
Selain untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen dalam mata kuliah etika dan profesi
keguruan, Secara umum tujuan penulisan yang ingin dicapai dalammakalah ini adalah
untuk memberi informasi kepada mahasiswa ataupun calon guru agar mengetahui pengertian dan
syarat-syarat profesi keguruan serta perkembangan profesi keguruan serta hal-hal yang
berhubungan dengan etika dan profesi keguruan.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini yaitu memungkinkan terlaksananya peningkatan kualitas proses
pembelajaran secara berkelanjutan, peningkatan efesiensi pengelolaan pendidikan dan
pengembangan profesionalisme para guru, dengan demikian guru ataupun calon guru akan dapat
menentukan sendiri cara untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peserta didik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PROFESI KEGURUAN
Secara etimologi istilah profesi berasal dari bahasa inggris yaitu professionatau bahasa
Latin profecus yang artinya mengakui,adanya pengakuan,menyatakan mampu,atau ahli dalam
melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara terminologi profesi berarti suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental
yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrument untuk melakukan pebuatan
praktis, bukan pekerjaan manual. Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok yaitu
pengetahuan,keahlian,dan persiapan akademik.
1. Syarat-Syarat Profesi Keguruan
National Education Association (Sucipto, Kosasi, dan Abimanyu, 1994) menyusun sejumlah
syarat atau kriteria yang harus ada dalam jabatan guru, yaitu:
1) Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
2) Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus.
3) Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
4) Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
5) Jabatan yang menjanjikan karier hidup dalam keanggotaan yang permanen.
6) Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
7) Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keutungan pribadi.
8) Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Lebih khusus Sanusi ;dkk(1991) mengajukan 6 asumsi yang melandasi perlunya
profesionalisasi dalam pendidikan,yakni sebagai berikut:
1) Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi,dan perasaan.
2) Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan maka pendidikan
menjadi normatif yang diikat oleh norma-norma dan nilai-nilai yang baik secara
universal,nasional maupu lokal yang merupakan acuan para pendidik,peserta didik, dan
pengelola pendidikan.
3) Teori-teori pendidikan merupakan kerangka hipotesisi dalam menjawab permasalahan
pendidikan.
4) Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai potesi yang
baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pedidikan adalah usaha utuk megembagkan potesi
unggul tersebut.
5) Inti pedidikan terjadi dalam prosesnya, yakni situasi dimana terjadi dialog antara peserta didik
dengan pendidik, yang memungkinkan peserta didik tumbuh ke arah yang dikehendaki oleh
pendidik dan selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat.
6) Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yakni menjadikan manusia sebagai
manusia yang baik dengan misi instrumental yakni yang merupakan alat untuk perubahan atau
mencapai sesuatu.
2. Organisasi Profesional Keguruan
Selain PGRI sebagai satu-satunya organisasi guru yang diakui pemerintah sampai saat
ini, ada organisasi guru yang di sebut Musyarwarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), yang
bertujuan meningkatkan mutu dan profesionalisasi guru dalam kelompoknya masing-masing.
Organisasi profesi pendidikan lainnya adalah ikatan sarjana pendidikan Indonesia (ISPI),
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Profesi Indonesia (ABKIN), Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia (IPBI), Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN), Himpunan
Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia (HSPBI), dan lain-lain.

B. SIKAP PROFESIONAL KEGURUAN


Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila
dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat
sekelilingnya. Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat, tetapi guru
memiliki beberapa perilaku yang berhubungan dengan profesinya, hal yang berhubungan dengan
pola tingkah laku guru dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap profesionalnya,
pola pikir itu membahas tentang sasaranya. Sasaran sikap keprofesional guru ada tujuh yakni :
Sikap Terhadap Peraturan Perundang-undangan, Sikap Terhadap Organisasi Profesi, Sikap
Terhadap Teman Sejawat, Sikap Terhadap Anak Didik, Sikap Terhadap Tempat Kerja, Sikap
Terhadap Pemimpin, Sikap Terhadap Pekerjaan
1. Pengembangan Sikap Profesional
Pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan, baik selagi dalam pendidikan
prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan ). Dalam pendidikan prajabatan, calon guru
dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
pekerjaannya nanti. Karena tugasnya besifat unik, guru selalu menjadi panutan bagi siswanya,
dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap terhadap
pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat. Pengembangan sikap
profesional tidak berhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pendidikan prajabatan.
Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan dalam
masa pengabdiannya sebagai guru.
2. Landasan Yuridis
Sikap profesional seorang guru terhadap pemimpin memiliki landasan yuridis yakni
terdapat pada kode etik guru no 9 yang berbunyi “guru melaksanakan segala kebijakan
pemerintah dalam bidang pendidikan” dengan adanya kode etik guru tersebut guru dituntut
memiliki sekap profesional terhadap pemimpin baik pemimpin pusat maupun pemimpin sekolah.
Guru juga dituntut melaksanakan segala kebijakan pemimpin demi tercapainya tujuan yang
positif.

C. BIMBINGAN DAN KONSELING


Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi
individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif,
pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam
lingkungannya. Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam
konteks adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi,
melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik.
1. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan Bimbingan dan Konseling ialah agar siswa dapat :
a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa
yang akan datang.
b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara optimal.
c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan
kerjanya.
d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan
pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling
a. Fungsi Pemahaman
yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman
terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
Berdasarkan pemahaman ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara
optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b. Fungsi Preventif
yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai
masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh
peserta didik. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi, informasi, dan
bimbingan kelompok.
c. Fungsi Pengembangan
yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor
senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan siswa. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan informasi,
tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
a. Fungsi Perbaikan (Penyembuhan)
yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya
pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek
pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling,
dan remedial teaching.
b. Fungsi Penyaluran
yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan
atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat,
bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu
bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
c. Fungsi Adaptasi
yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan
staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa (siswa).

d. Fungsi Penyesuaian
yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa (siswa) agar dapat menyesuaikan diri
dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
3. Macam-macam layanan bimbingan dan konseling :
a. Layanan Orientasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah
dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.
b. Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan jabatan) yang
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan
peserta didik (klien).
c. Layanan Penempatan dan penyaluran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di
dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan
ektrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat, minat erta kondisi pribadinya.
d. Layanan pembelajaran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai meteri pelajaran yang
cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan
belajar lainnya.
e. Layanan Konseling Individual
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam
rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.
f. Layanan Bimbingan Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik untuk
pengembangan kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, serta untuk
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.
g. Layanan Konseling Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui
dinamika kelompok.

D. PROGRAM BIMBINGAN DISEKOLAH DAN PERAN GURU DALAM


PELAKSANAANYA
1. Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan Disekolah
Dalam penyusunan program bimbingan perlu ditempuh langkah-langkah seperti
dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985)
seperti berikut:
h. Tahap persiapan.
i. Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk oleh pemimpin
sekolah.
j. Pembentukan panitia penyelenggara program.
k. Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan.
2. Variasi Program Bimbingan menurut Jenjang pendidikan
Winkel (1991) memberikan rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam menyusun
program bimbingan di tingkat pendidikan tertentu, yaitu:
a. Menyusun tujuan jenjang pendidikan tertentu, seperti yang telah dirumuskan.
b. Menyusun tugas-tugas perkembangan dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik pada tahap
perkembangan tertentu.
c. Menyusun pola dasar yang dipedomani dalam memberikan layanan.
d. Menentukan komponen-komponen bimbingan yang diprioritaskan.
e. Menentukan bentuk bimbingan yang sebaiknya diutamakan.
f. Menentukan tenaga-tenaga bimbingan yang dapat dimanfaatkan, misalkan konselor, guru atau
tenaga ahli lainnya.
Berdasarkan rambu-rambu tersebut, program bimbingan untuk masing-masing jenjang
pendidikan dapat dirumuskan dengan tepat sesuai dengan karakteristiknya.
a. Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Taman kanak-kanak sebenarnya belum termasuk jenjang pendidikan formal dan lebih
dikenal dengan pendidikan prasekolah.
b. Program Bimbingan di Sekolah Dasar
Berkenaan dengan penyusunan program bimbingan di sekolahdasar, Gibson dan Mitchell
(19810 mengemukakan beberapa factor yang harus dipertimbangkan, seperti:
1. Kegiatan bimbingan di SD hendaknya lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas belajar.
2. Di SD masih menggunakan system guru kelas sehingga seandainya ada anak yang tidak
disenangi oleh guru, maka akan lebih fatal akibatnya.
3. Adanya kecendrungan seorang anak bergantung kepada teman sebayanya.
4. Minat orang tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan anak.
5. Masalah-masalah yang timbul di tingkat SD, dan tidak terlalu kompleks.
c. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi
kepada:
1. Bimbingan belajar, karena cara belajar di SLTP berbeda dengan di SD.
2. Bimbingan tentang hubungan muda-mudi, karena pada usia ini mereka mulai mengenal
hubungan cinta kasih.
3. Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya, maka program bimbingan hendaknya
juga menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan social.
4. Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun.
5. Bimbingan karier baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia pendidikan atau pekerjaan.
d. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Program bimbingan di SLTA hendaknya berorientasi kepada:
1. Hubungan muda-mudi/hubungan sosial.
2. Pemberian informasi pendidikan dan jabatan.
3. Bimbingan cara belajar.
e. Program Bimbingan di Perguruan Tinggi
Efektivitas dan efisiensi program bimbingan dapat terwujud bila diarahkan kepada
masalah-masalah sebagaimana digambarkan di atas. Oleh sebab itu, program bimbingan di
perguruan tinggi hendaknya berorientasi kepada:
1. Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat akademik.
2. Hubungan sosial dan hubungan muda-mudi.
1. Tenaga Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Peranannya
Dalam kurikulum SMA 1975 Buku III C tentang Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan
dikemukakan bahwa konselor di sekolah terdiri dari:
a. Kepala sekolah
b. Penyuluh Pendidikan (Konselor sekolah)
c. Guru Pembimbing/Wali Kelas
d. Guru/Pengajar
e. Petugas Administrasi
2. Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan tanggung jawab
kepala sekolah. Program bimbingan di sekolah merupakan bagian yang terintegrasi dengan
seluruh kegiatan pendidikan. Untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah,
konselor beserta personel lainnya perlu memperhatikan komponen kegiatan sebagai berikut:
a. Komponen pemrosesan data
b. Komponen kegiatan pemberian informasi
c. Komponen kegiatan konseling
d. Komponen pelaksana
e. Komponen metode/alat
f. Komponen waktu kegiatan
g. Komponen sumber data
3. Peranan Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah
Dalam layanan bimbingan, guru mempunyai beberapa tugas utama, sebagaimana
dituangkan dalam kurikulum SMA 1975 tentang Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.
a. Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di Kelas
Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat
otoriter akan menimbulkan suasana tegang, hubungan guru siswa menjadi kaku, keterbukaan
siswa untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi
terbatas, dan sebagainya.

b. Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di Luar Kelas


Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses belajar-
mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan bimbingan di luar kelas. Tugas-
tugas bimbingan itu antara lain:
1. memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching).
2. memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa.
3. melakukan kunjungan rumah (home visit).
4. menyelenggarakan kelompok belajar.
4. Kerja Sama Guru dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan
Dalam kegiatan-kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara
guru dengan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas pook guru
dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan, sebaliknya layanan
bimbingan di sekolah perlu dukungan atau bantuan guru.

E. PERKEMBANGAN KEPROFESIAN GURU


1. Membangun Kemandirian Dalam Pengembangan Keprofesian Guru
Profesi pendidik merupakan profesi yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa,
hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting dalam konteks kehidupan bangsa.
Pendidik merupakan unsur dominan dalam suatu proses pendidikan, sehingga kualitas
pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik dalam menjalankan peran dan tugasnya di
masyarakat.
a. Pengembangan profesi Pendidik/Guru
Perlindungan hukum memang diperlukan terutama secara sosial agar civil effect dari
profesi pendidik mendapat pengakuan yang memadai, namun hal itu tidak serta-merta menjamin
berkembangnya profesi pendidik secara individu, sebab dalam konteks individu justru
kemampuan untuk mengembangkan diri sendiri menjadi hal yang paling utama yang dapat
memperkuat profesi pendidik. Oleh karena itu upaya untuk terus memberdayakannya merupakan
suatu keharusan agar kemampuan pengembangan diri para pendidik makin meningkat. Dengan
demikian, dapatlah difahami bahwa meskipun perlindungan hukum itu penting, namun
pengembangan diri sendiri lebih penting dan strategis dalam upaya pengembangan profesi, ini
didasarkan beberapa alasan yaitu :
1. Perlindungan hukum penting dalam menciptakan kondisi dasar bagi penguatan profesi pendidik,
namun tidak dapat menjadikan substansi pengembangan profesi pendidik otomatis terjadi.
2. Perlindungan hukum dapat memberikan kekuasan legal pada pendidik, namun akan sulit
menumbuhkan profesi pendidik dalam pelaksanaan peran dan tugasnya di bidang pendidikan
3. Pengembangan diri sendiri dapat menjadikan profesi pendidik sadar dan terus memberdayakan
diri sendiri dalam meningkatkan kemampuan berkaitan dengan peran dan tugasnya di bidang
pendidikan
4. Pengembangan diri sendiri dapat memberikan kekuasaan keahlian pada pendidik, sehingga dapat
menjadikan pendidik sebagai profesi yang kuat dan penting dalam proses pendidikan bangsa.
b. Strategi Pengembangan profesi Pendidik/Guru
Dalam hal ini, terdapat beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menciptakan situasi
yang kondusif bagi pengembangan profesi pendidik, yaitu :
1) Strategi perubahan paradigma.
Strategi ini dimulai dengan mengubah paradigma birokasi agar menjadi mampu mengembangkan
diri sendiri sebagai institusi yang berorientasi pelayanan, bukan dilayani.
2) Strategi debirokratisasi.
Strategi ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkatan birokrasi yang dapat menghambat pada
pengembangan diri pendidik
c. Pengembangan profesi tenaga pendidik dan arah perkembangan pendidikan di Indonesia
Banyak pakar yang menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia masih rendah dan
ketinggalan, banyak faktor penyebabnya, dari mulai masalah anggara pendidikan yang kecil,
sistem pendidikan yang masih perlu diperbaiki, sosial budaya masyarakat serta hambatan dalam
implementasi kebijakan, namun yang jelas ini menunjukan bahwa masih diperlukannya kerja
keras dalam membangun pendidikan di Indonesia guna mengejar ketertinggalannya dari negara
lain. Oleh karena itu pengembangan profesi pendidik akan memberi dampak besar bagi
peningkatan kualitas pendidikan yang sekarang masih tertinggal, serta memberi arah yang tepat
pada peserta didik dalam berperan di masyarakat untuk ikut bersama masyarakat dalam
membangun bangsa
d. Pengembangan profesi tenaga pendidik berbasis kemandirian dan marketing
Kemandirian pada dasarnya merupakan kemampuan untuk berani dalam mewujudkan
apa yang menjadi keyakinannya dengan dasar keakhlian, kemandirian akan menjadi dasar yang
memungkinkan seseorang mampu mengaktualisasikan dirinya. Oleh karena itu kemandirian
menjadi amat penting dalam konteks pengembangan profesi tenaga pendidik. Selain basis
budaya kemandirian, basis marketing juga perlu mendapat perhatian, ini dimaksudkan agar
upaya-upaya pembangunan pendidikan tidak dilakukan asal saja, tetapi tetap memperhatikan
aspek marketing, dimana salah satu hal yang penting di dalamnya adalah kualitas.
e. Pengembangan profesi tenaga pendidik dan pendorong inovasi
Pengembangan profesi tenaga pendidik pada dasarnya hanya akan berhasil dengan baik
apabila dampaknya dapat menumbuhkan sikap inovatif. Sikap inovatif ini kan makin
memperkuat kemampuan profesional tenaga pendidik, untuk itu menurut Prof Idochi diperlukan
tujuh pelajar guna mendorong tenaga pendidik bersikaf inovatif serta dapat dan mau melakukan
inovasi, ketujuh pelajaran itu adalah sebagai berikut : Belajar kreatif, Belajar seperti kupu-kupu,
Belajar keindahan dunia dan indahnya jadi pendidik, Belajar mulai dari yang sederhana dan
konkrit, Belajar rotasi kehidupan, Belajar koordinasi dengan orang professional, Belajar ke luar
dengan kesatuan fikiran.
Tujuh pelajaran sebagaimana dikemukakan di atas merupakan pelajaran penting bagi
tenaga pendidik dalam upaya mengembangkan diri sendiri menjadi orang profesional. Dalam
kaitan ini, ketujuh pelajaran tersebut membentuk suatu keterpaduan dan saling terkait dalam
membentuk tenaga pendidik yang profesional dan inovatif.
F. PERKEMBANGAN DIRI MENUJU GURU PROFESIONAL
Menjadi Guru yang profesional merupakan dambaan bagi setiap guru guna meningkatkan
mutu pendidikan dan terciptanya peserta didik yang Cerdas dan bermartabat. Ada lima standar
pengembangan profesi guru yaitu:
1. Standar pengembangan profesi untuk para guru sains memerlukan pembelajaran isi sains yang
diperlukan melalui perspektif-perspektif dan metode-metode inquiri.
2. Pada guru yang efektif tidak hanya tahu sains namun mereka juga tahu bagaimana
mengajarkannya.
3. Guru yang efektif dapat memahami bagaimana siswa mempelajari konsep-konsep yang penting,
konsep-konsep apa yang mampu dipahami siswa pada tahap-tahap pengembangan, profesi yang
berbeda, dan pengalaman, contoh dan representasi apa yang bisa membantu siswa belajar.
4. Standar pengembangan profesi untuk para guru sains memerlukan pembentukan pemahaman dan
kemampuan untuk pembelajaran sepanjang masa.
5. Guru yang baik biasanya tahu bahwa dengan memilih profesi guru, mereka telah berkomitmen
untuk belajar sepanjang masa. Pengetahuan baru selalu dihasilkan sehingga guru berkesempatan
terus untuk belajar.
Faktor-faktor Penghambat Rendahnya Profesionalisme Guru adalah
1. Kondisi pendidikan nasional kita memang tidak secerah di negara-negara maju. Baik institusi
maupun isinya masih memerlukan perhatian ekstra pemerintah maupun masyarakat.
2. Guru sangat mungkin dalam menjalankan profesinya bertentangan dengan hati nuraninya,
karena ia paham bagaimana harus menjalankan profesinya namun karena tidak sesuai dengan
kehendak pemberi petunjuk atau komando maka cara-cara para guru tidak dapat diwujudkan
dalam tindakan nyata.
3. Profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya. Rendahnya gaji
berimplikasi pada kinerjanya
4. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh banyak
guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga
waktu untuk membaca dan menulis untuk guru Kurang.
5. kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang
lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di lapangan sehingga menyebabkan
banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi keguruan
6. kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk
meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.

G. PROFESIONALISASI DAN ETIKA PROFESI GURU


1. Pengertian Profesionalisasi
Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualitas atau kemampuan para anggota
penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan
yang diinginkan oleh profesinya itu. Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama,
yaitu peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis. Aksentasinya dapat dilakukan
melalui penelitian, diskusi antar rekan seprofesi, penelitian dan pengembangan, membaca karya
akademik terkini, dsb. Kegiatan belajar mandiri, mengikuti pelatihan, penataran, studi banding,
observasi praktikal, dan lain-lain menjadi bagian integral upaya profesionalisasi.
2. Profesionalisasi Guru dan Kompetensinya
Bila diperhatikan karakteristik suatu pekerjaan yang bersifat profesional seperti telah
dikemukakan sebelumnya, maka akan tampak bahwa profesi guru tidak mungkin dapat
dikenakan kepada sembarang orang yang dipandang oleh masayarakat umum sebagai guru. Guru
dalam melaksanakan tugasnya harus mempunyai kemampuan dasar yang disebut kompetensi.
Menurut Sudjana (1998), kompetensi tersebut terdiri dari tiga bidang, yaitu:
1. Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual yang dimiliki oleh guru.
2. Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang
berkenaan dengan tugas dan profesinya.
3. Kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan dan
berperilaku.
3. Kode Etik Profesi Keguruan
a) Pengertian Kode Etik
Kode etik merupakan pernyataan-pernyataan yang berisi persyaratan tindakan yang harus
dilakukan dan tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam kegiatan
layanan. Maka dapat dikatakan bahwa kode etik suatu profesi merupakan norma-norma yang
harus diindahkan dan diamalkan oleh setiap anggotanya dalam pelaksanaan tugasdan pergaulan
hidup sehari-hari di masyarakat.
b) Tujuan Kode Etik
Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut.
1) Menjunjung tinggi martabat profesi guru.
2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya kesejahteraan mencakup lahir
(atau material) maupun (spiritual), emosional, dan mental.
3) Pedoman berprilaku kode etik menggandung peraturan yang membatasi tingkah laku yang tidak
pantas dan titik jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesame rekan anggota
profesi.
4) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi kode etik berkaitan dengan peningkatan
kegiatan pengabdian profesi.
5) Untuk meneingkatkan mutu profesi.
6) Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
c) Sanksi Pelanggaran Kode Etik
Pada umumnya kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman sikap, tingkah
laku dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggar kode etik adalah sanksi moral. Barang siapa
melanggar kode etik akan mendapat celaan dari rekan-rekannya sedangkan sanksi yang dianggap
berat adalh si pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi.
d) Kode Etik Guru Indonesia
Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan
Maha Esa, bangsa, dan Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa
Pancasila dan setia pada Undang-undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya
cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.oleh sebab itu, guru
Indonesia terpanggiluntuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai
berikut:
1) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa pancasila.
2) Guru memiliki dn melaksanakan kejujuran professional.
3) Guru berusaha memperolah informasi tentang peserta didik sebagai bahan melalukan bimbingan
dan pembinaan.
4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar.
5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat di sekitarnya untuk
membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersma terhadap pendidikan
6) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangankan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
7) Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekekuargaan, dan kesetiakawanan sosial.
8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian.
9) Guru melaksanakan segala kebajikan Pemerintah dalam bidang pendidikan.

H. STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI GURU ; GURU SEBAGAI AGEN


PEMBELAJARAN
1. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru
Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan
profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah
khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan
zaman. Hasil penelitian dapat diidentifikasi beberapa indikator yang menjadi ukuran
karakteristik guru yang dapat dinilai kompetensi dan profesional, yaitu
1) mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik
2) mampu melaksanakan peran dan fungsi dengan tepat
3) mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah
4) mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas.
Beberapa tanggung jawab guru yang dapat diketahui yaitu
1) tanggung jawab moral berupa menghayati prilaku dan etika sesuai dengan moral pancasila
2) tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah seperti belajar-mengajar efektif
mengembangkan kurikulum (KTSP), silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menjadi
model bagi siswa, penasehat, mengevaluasi hasil belajar dan mengembangkan peserta didik
3) tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan dinyatakan dengan turut serta mensukseskan
pembangunan, membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat
4) tanggung jawab dalam bidang keilmuan yakni memajukan ilmu, melaksanakan penelitian dan
pengembangan.

Peran dan fungsi guru dapat diwujudkan sebagai


1) pendidik dan pengajar seperti memiliki kestabilan emosi, memajukan peserta didik, realitas,
jujur, terbuka, dan inovasi
2) anggota masyarakat diwujudkan dengan pandai bergaul dengan masyarakat
3) pemimpin dapat diwujudkan dengan kepribadian, ilmu kepemimpinan, teknik berkomunikasi
dan menguasai aspek kegiatan organisasi di sekolah
4) administrator seperti jujur teliti rajin, memahami strategi dan manajemen pendidikan
5) pengelola pembelajaran diwujudkan dengan memiliki berbagai metode pembelajaran dan
memahami situasi belajar-mengajar di dalam maupun diluar kelas.
2. Guru Sebagai Agen Pembelajaran
Dalam standar nasional pendidikan (SNP) pasal 28, di kemukakan bahwa : “pendidikan
harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetisi sebagaiagen pembelajaran, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Selanjutnya
dalam penjelasan dikemukakan bahwa : ‘yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen
pembelajaran (learning agent) adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator,
pemacu, dan pemberi insspirasi. Meskipun dalam uraian ini peran guru sebagai agen
pembelajaran di bahas secara terpisah-pisah, namun dalam pelaksanaan pembelajaran peran-
peran tersebut saling berhubungan satu sama lain untuk membentuk kompetensi dan pribadi
peserta didik.

I. KOMPETENSI GURU
Berdasarkan Permendiknas No.16 Tahun 2007, guru harus memiliki empat kompentensi, antara
lain:
a. Kompetensi Pedagogik
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, cultural, emosional, dan
intelektual
2. Menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait mata pelajaran yang diampu.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
5. Memanfaatkan TIK untuk kepentingan pembelajaran.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
7. Berkomunikasi efektif, empatik, dan santun ke peserta didik.
8. Menyelenggarakan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar.
b. Kompetensi Kepribadian
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, social dan budaya bangsa
2. Penampilan yang jujur, berakhlak mulia, teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3. Menampilkan dirisebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri.
5. Menjunjjung tinggi kode etik profesi guru.
c. Kompetensi Sosial.
1. Bersikap inkulif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
kelamin, agara, raskondisifisik, latar belakang keluarga, dan status sosial keluarga.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua dan masyarakat.
3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang memiliki keragaman social budaya.
4. Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan
d. Kompetensi Profesional
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung pelajaran yang
dimampu
2. Mengusai standar kompentensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan
yang dimampu
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang dimampu secara kreatif.
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif
5. Memanfaatkan TIK untuk berkomunikasi dan mengembangakan diri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa etika dan profesi guru meliputi Konsep
Profesi Keguruan, Sikap Profesional Keguruan, Bimbangan dan Konseling, Program Bimbingan
disekolah dan Peran Guru dalam Pelaksanaannya,Perkembangan Keprofesian Guru,
Perkembangan Diri Menuju Guru Profesional, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Standar
Kompotensi dan Sertifikasi Guru; Guru Sebagai Agen Pembelajaran serta Kompetensi Guru. Hal
ini amat perlu di perhatikan mengingat jabatan guru di tuntut untuk makin lama makin
meningkatkan keprofesionalannya. Seorang guru juga harus mampu mengembangkan sikap
prfesionalnya baik itu pada masa prajabatan maupun pada masa jabatan karena unsur terpenting
dalam profesi guru adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai keterampilan atau keahlian
khusus, yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mendidik dan mengajar secara efektif dan
efisien.
Jabatan guru merupakan jabatan Profesional, dan sebagai jabatan profesional,
pemegangnya harus memenuhi kualifikasi tertentu. Kriteria jabatan profesional antara lain
bahwa jabatan itu melibatkan kegiatan intelektual, mempunyai batang tubuh ilmu yang khusus,
memerlukan persiapan lama untuk memangkunya, memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan, merupakan karier hidup dan keanggotaan yang permanen, menentukan baku
perilakunya, mementingkan layanan, mempunyai organisasi profesional, dan mempunyai kode
etik yang di taati oleh anggotanya.
B. Saran
Dengan kenyataan yang ada bahwa jabatan guru masih jauh dari profesi guru yang
sesungguhnya meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa mereka itu “berstatus guru” maka yang
dapat kami sarankan yaitu kita masih harus banyak berbenah diri untuk menjadi guru yang
professional karena seorang guru harus memenuhi syarat-syarat pendidikan dan menaati kode
etik karena seorang guru dinilai memiliki kompetensi profesional apabila mampu
mengembangkan tanggung jawab dengan baik, maupun melaksanakan peran dengan berhasil,
mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (pembelajaran) dan mampu
melaksanakan peranannya dalam proses pembelajaran dalam kelas dalam sudut pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Azhar. Sikap profesional seorang guru. yogyakarta: UII. 2011

Hermawan S,R.1979.Etika Keguruan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Guru Indonesia.
Jakarta:PT.Margi Wahyu

Soetjipto, dkk. Proesi Keguruan. Rineka Cipta

Sujdana, N., 1998. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Cetakan Keempat. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Usman, M.U., 1994. Menjadi Guru Profesional. Cetakan Kelima. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai