Anda di halaman 1dari 23

KEBUTUHAN UDARA PEMBAKARAN

Amri Faldi Nasution (5192122002)

Winona Hawaly Purba (5193122023)

Dosen Pengampu : Janter Simanjutak,ST,MT,Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGHANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiratan Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “kebutuhan udara pembakaran” untuk memenuhi tugas mata kuliah bahan bakar dan
pelumas dengan baik meskipun banyak kekurangandidalamnya. Dan juga saya
berterimakasih kepada Bapak Janter Simanjutak,ST,MT,Ph.D selaku Dosen pengampu mata
kuliah bakar dan pelumas di Universitas Negeri Medan yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.

Kami sangat berharap sekiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
mengetahui isi makalah tersebut. kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Medan,25 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................

BAB I PEMBAHASAN.....................................................................................

A.Udara Pembakar……………………………………………………………

B.Pengaruh Pencemaran Lingkungan……………………………………….

C.persyaratan Kesehatan………………………………………………………

BAB II PENUTUP……………….......................................................................

Kesimpulan………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I
PEMBAHASAN

A.UDARA PEMBAKAR

1.PENDAHULUAN

Bahan bakar adalah zat yang dapat dibakar dengan cepat bersama udara (oksigen) dan akan
menghasilkan panas. Oleh karena itu bahan bakar harus mengandung satu atau lebih unsur
yang dapat terbakar.
Biasanya unsur-unsur pokok dalam bahan bakar adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen
(O), belerang (S), nitrogen (N). Selain itu bahan bakar juga mengandung logam-logam
mineral, yang merupakan ikatan dai tambang seperti Natrium (Na), besi (Fe), aluminium
(Al), mangan (Mn), silika (Si), vanadium (V), kalsium (Ca), Timah hitam (Pb), dsb.

2.KAJIAN TEORI

Proses pembakaran adalah reaksi yang sanga cepat antara bahan bakar dengan oksider untuk
menghasilkan produk. Dalam hal ini oksider adalah udara. Udara terdiri atas 21% oksigen
dan 79% nitrogen (basis molal).
Persyaratan terjadinya pembakaran sempurna apabila:
1) Semua Carbon C yang terdapat di dalam bahan bakar menjadi CO2 di dalam produk.
2) Semua Hidrogen H yang terdapat dalam bahan bakar menjadi H2O di dalam produk
3) Semua Sulfur S di dalam bahan bakar menjadi SO2 di dalam produk.
Dari gambaran ini terlihat bahwa unsur Carbon, Hidrogen dan Sulfur yang terkandung dalam
bahan bakar misalnya batu bara sangat menentukan kebutuhan udara pembakaran.

3.BAHAN BAKAR
Bahan bakar adalah zat yang dapat dibakar dengan cepat bersama udara (oksigen) dan akan
menghasilkan panas. Oleh karena itu, bahan bakar harus mengandung satu atau lebih unsur
yang dapat terbakar.
Biasanya unsur-unsur pokok dalam bahan baar adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O),
belerang (S), nitrogen (N),. Selain itu bahan bakar juga mengandung logam logam mineral,
yang merupakan ikutan dari tambang seperti natrium (Na), besi (Fe), aluminium (Al),
mangan (Mn), silika (Si), Vanadium (V), Kalsium (Ca), Timah hitam (Pb), dsb.
Bahan bakar terbagi atas 3 bagian, yaitu :
1. Padat
Alam : Kayu, Gambut, Batubara
Buatan : Arang, Kokas, Briket
2. Cair
Alam : Minyak bumi seperti bensin, solar, HSD, IDO, residu.
Buatan : batu bara, minyak distilasi
3. Gas
Alam : gas alam
Buatan : gas batubara

4.Nilai Kalor Bahan Bakar

Reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara menghasilkan panas.Besarnya
panas yang timbulkan jika satu satuan bahan bakar dibakar sempurna disebut nilai kalor
bahan bakar (Calorific Value).
Berdasarkan asumsi ikut tidaknya panas laten pengembunan uap air dihitung sebagai bagian
dari nilai kalor suatu bahan bakar, maka nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan menjadi
nilai kalor atas dan nilai kalor bawah.
Nilai kalor atas (High Heating Value) merupakan nilai kalor yang diperoleh secara
eksperimen dengan menggunakan calorimeter dimana hasil pembakaran bahan bakar
didinginkan sampai suhu kamar sehingga sebagian besar uap air yang terbentuk dari
pembakaran hydrogen mengembun dan melepaskan panas latennya.
Secara teoritis, besarnya nilai kalor atas (HHV) dapat dihitung bila diketahui komposisi
bahan bakar dengan menggunakan persamaan Dulong:

HHV = 33950 + 144200 (𝐻2 − 𝑂2/8 )+ 9400 S

Dimana :
HHV = Nilai kalor atas (kJ/kg)
C = Persentase karbon dalam bahan bakar
H2 = Persentase hidrogen dalam bahan bakar
O2 = Persentase oksigen dalam bahan bakar
S = Persentase sulfur dalam bahan bakar
Nilai kalor bawah (Low Heating Value) merupakan nilai kalor bahan bakar tanpa panas laten
yang berasal dari pengembunan uap air. Umumnya kandunganhidrogen dalam bahan bakar
cair berkisar 15% yang berarti setiap satu satuan bahan bakar dan 0,15 bagian merupak
hidrogen.
Pada proses pembakaran sempurna, air yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar adalah
setengah dari jumlah mol hidrogennya.

Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk pada proses pembakaran
dapat pula berasal dari kandungan air yang memang sudah ada didalam bahan bakar
(moisture).
Panas laten pengkondensasian uap air pada tekanan parsial 20 kN/m2 (tekanan yang umum
timbul pada gas buang) adalah sebesar 2400 kJ/kg, sehingga besarnya nilai kalor bawah
(LHV) dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:

LHV = HHV – 2400 (M + 9 H2)


Dimana :
LHV = Nilai kalor bawah (kJ/kg)
M = Persentase kandungan air dalam bahan bakar (moisture)
Dalam perhitungan efisiensi panas dari mesin bakar, dapat menggunakan nilai kalor bawah
(LHV) dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang meninggalkan mesin tidak terjadi
pengembunan uap air.
Namun dapat juga menggunakan nilai kalor atas (HHV) karena nilai tersebut umumnya lebih
cepat tersedia.
Peraturan pengujian berdasarkan ASME (American of Mechanical Engineers) menentukan
penggunaan nilai kalor atas (HVV), sedangkan peraturan SAE (Society of Automotive
Engineers) menentukan penggunaan nilai kalor bawah (LHV).
Proses pembakaran adalah reaksi oksidasi terhadap unsur-unsur penyusun bahan bakar dan
adanya pemicu.
Oksigen yang diperlukan untuk pembakaran di dalam ketel uap diambil dari udara.
Bila unsur-unsur penyusun bahan bakar diketahui dengan pertolongan persamaan-persamaan
reaksi di atas, kebutuhan teoritis gas oksigen untuk pembakaran sempurna dapat dihitung.
Untuk bahan bakar padat & cair komposisinya dinyatakan dengan % berat dari unsur-unsur
penyusunnya.
Teknik Pembakaran adalah salah satu cabang ilmu termofluida terapan yang digunakan untuk
menyelidiki, menganalisis serta mempelajari tentang proses pembakaran (combustion), bahan
bakar (fuel), serta sifat dan kelakuan nyala api (flame).
Bahan bakar yang ditelaah dalam tinjauan pembakaran dapat merupakan bahan bakar gas,
cair atau padat. Terdapat banyak definisi terkait dengan pembakaran. Secara umum
pembakaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang melibatkan reaksi kimia antara
material mampu bakar (combustible) dan oksigen yang teradung di dalamnya.
Definisi lain mengatakan bahwa pembakaran adalah suatu transisi dari bentuk tidak reaktif ke
bentuk reaktif dimana stimuli eksternal menyebabkan terjadinya suatu proses thermochemical
yang diikuti oleh transisi sangat cepat ke pembakaran yang stabil.

Stimuli dari pembakaran sendiri terbagi menjadi tiga jenis, yaitu energi termal, kimia dan
mekanis.
Namun demikian, semua definisi dari pembakaran mengarah pada penekanan akan
pentingnya reaksi kimia yang terjadi, dimana pembakaran mengubah energi yang tersimpan
dalam ikatan kimia menjadi panas (heat) yang dapat digunakan dalam berbagai macam
aplikasi. Sehingga terdapat dua variabel penting dalam proses pembakaran, yaitu reaksi kimia
antara bahan bakar dan oxidizer, serta adanya pelepasan energi panas (reaksi bersifat
eksotermis).
Reaksi pembakaran secara umum terjadi melalui 2 cara, yaitu pembakaran sempurna dan
pembakaran tidak sempurna. Pembakaran sempurna adalah proses pembakaran yang terjadi
jika semua karbon bereksi dengan oksigen menghasilkan CO2, sedangkan pembakaran tidak
sempurna adalah proses pembakaran yang terjadi jika bahan bakar tidak terbakar habis
dimana proses pembakaran yang tidak semuanya menjadi CO2.
Proses pembakaran yaitu reaksi kimia antara bahan bakar dengan oksigen dari udara yang
dapat digunakan untuk pengolahan limbah padat.

Diantara nya adalah Insinerasi yang merupakan proses pengolahan limbah padat dengan cara
pembakaran pada temperatur lebih dari 800°C untuk mereduksi sampah mudah terbakar yang
sudah tidak dapat didaur ulang lagi, membunuh bakteri, virus dan kimia toksik.
Proses ini dilakukan di dalam sebuah alat bernama insinerator. Salah satu kelebihan yang
dikembangkan terus dalam teknologi terbaru dari incinerator adalah sampah dapat
dimusnahkan dengan cepat, terkendali dan insitu, serta tidak memerlukan lahan yang luas.
Menurut Bayuseno dan Sulistyo, teknik pembakaran sampah dengan insinerator merupakan
metode yang sangat efektif untuk diterapkan dalam mengolah sampah organik karena
kemampuan menurunkan volume sampah secara cepat sebelum dibuang ke tempat
pembuangan akhir (TPA).
Akan tetapi yang menjadi kendalanya saat ini adalah penggunaan teknologi insinerator belum
digunakan secara maksimal karena alat insinerator sering kali menimbulkan pencemaran
udara yang disebabkan karena asap yang dikeluarkan dari cerobong asap pada insinerator dan
abu yang tidak terkontrol.
Berdasarkan kajian WHO (1999), rata-rata produksi limbah rumah sakit di negara-negara
berkembang sekitar 1-3 kg/TT.hari, sementara di negara-negara maju (Eropa, Amerika)
mencapai 5-8 kg/TT.hari. Sedangkan berdasarkan kajian dan perkiraan Depkes RI timbulan
limbah medis dalam satu tahun berkisar 8.132 ton dari 1.686 RS seluruh Indonesia.
Pada tahun 2003, timbulan limbah medis dari Rumah Sakit sekitar 0,14 kg/TT.hari.
Komposisi limbah medis ini antara lain terdiri dari: 80% limbah non infeksius, 15% limbah
patologi & infeksius, 1% limbah benda tajam, 3% limbah kimia & farmasi, >1% tabung &
termometer pecah.
Sementara berdasarkan kajian Depkes RI dan WHO, pada tahun 2009 di 6 Rumah sakit di
Kota Medan, Bandung dan Makasar, menunjukkan bahwa 65% Rumah Sakit telah
melakukan pemilahan antara limbah medis dan limbah domestik (kantong plastik kuning dan
hitam), tetapi masih sering terjadi salah tempat dan sebesar 65% RS memiliki insinerator
dengan suhu pembakaran antara 530 – 800 ºC, akan tetapi hanya 75% yang berfungsi.
Pengelolaan abu belum dilakukan dengan baik. Selain itu belum ada informasi akurat
timbulan limbah medis karena 98% RS belum melakukan pencatatan.
Namun permasalahan yang sering terjadi pada penerapan pembakaran menggunakan
incinerator ialah emisi udara berupa particulate matter (PM), SO2, CO, CO2, HCl, dioksin,
furan dan logam berat.
Terbentuknya bahan tersebut dipengaruhi jenis komponen sampah, proses pembakaran yang
tidak sempurna dan sistem pembakaran yang digunakan. Jenis komoponen sampah yang ada
diantaranya adalah plastik (Polimer) mudah terbakar.
Asap hasil pembakaran bahan plastik sangat berbahaya karena mengandung gas-gas beracun
seperti hidrogen sianida (HCN) dan karbon mooksida (CO).
Hidrogen sianida berasal dari polimer berbahan dasar akrilonitril, sedangkan karbon
monoksida sebagai hasil pembakaran tidak sempurna. Hal inilah yang menyebabkan sampah
plastik sebagai salah satu penyebab pencemaran udara dan mengakibatkan efek jangka
panjang berupa pemanasan secara global pada atmosfer bumi.
Berdasarkan hal diatas penelitian yang akan dilakukan adalah modifikasi alat insinerator
dengan menambahkan absorben untuk menurunkan kandungan gas CO2 dengan
menggunakan teknologi absorbsi.
Penyerapan kadar CO2 yang terkandung dalam flue gas adalah cara untuk meningkatkan
efisiensi konversi dari proses insinerasi dengan menggunakan larutan NaOH sehingga gas
yang dilepas ke lingkungan merupakan gas yang bersih dari emisi sehingga tidak mencemari
lingkungan.
5.PRINSIP PEMBAKARAN

Pembakaran merupakan oksidasi cepat bahan bakar disertai dengan produksi panas, atau
panas dan cahaya. Pembakaran sempurna bahan bakar terjadi hanya jika ada pasokan oksigen
yang cukup. Oksigen merupakan salah satu elemen bumi paling umum yang jumlahnya
mencapai 20.9% dari udara.
Bahan bakar padat atau cair harus diubah kebentuk gas sebelum dibakar. Biasanya diperlukan
panas untuk mengubah cairan atau padatan menjadi gas. Bahan bakar gas akan terbakar pada
keadaan normal jika terdapat udara yang cukup.
Hampir 79% udara (tanpa adanya oksigen) merupakan nitrogen, dan sisanya merupakan
elemen lainnya. Nitrogen dianggap sebagai pengencer yang menurunkan suhu yang harus ada
untuk mencapai oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran.

6.FAKTOR UTAMA PROSES PEMBAKARAN

Terjadinya proses pembakaran bergantung pada tiga faktor utama yang dikenal dengan “3T”,
yaitu:
1. Time (waktu)
2. Turbulence (turbulensi aliran)
3. Temperature (suhu)
Artinya tercapainya suatu fase pembakaran harus memenuhi waktu penyalaan (time to
ignition) yang bergantung pada beberapa suhu ideal agar pembakaran dapat terjadi dan
bagaimana kondisi aliran fluidanya.
Semakin turbulen aliran fluida yang terjadi, maka proses perpindahan panas juga akan
semakin cepat.
Pada proses pembakaran dengan proses penyalaan api yang normal, dibutuhkan tiga
komponen utama untuk tercapainya suatu fase pembakaran, yaitu panas, bahan bakar, dan
oksigen.
Ketiganya merupakan elemen-elemen yang harus ada untuk mewujudkan terjadinya proses
pembakaran, sehingga jika salah satu elemen ditiadakan maka proses pembakaran yang
ditandai dengan adanya nyala api dapat terhenti.
Konsep inilah yang kemudian dijadikan dasar dalam mengontrol nyala api dari pembakaran.
Tetapi, pada dasarnya keberadaan tiga elemen itu saja belum cukup untuk memenuhi syarat
terjadinya nyala api pembakaran.
Nyala api yang terbentuk dari proses pembakaran merupakan fenomena yang terjadi dalam
fasa gas, karena proses pembakaran baru terjadi apabila campuran udara dan bahan bakar
sudah berada pada fase yang sama (fase gas).
Sehingga pembkaran yang menghasilkan nyala api dengan bahan bakar cair dan padat harus
didahului dengan proses fase bahan bakar menjadi fase gas terlebih dahulu untuk dapat
bercampur dengan udara.
Untuk bahan bakar cair, proses ini pada umumnya berupa penguapan sederhana dari hasil
pendidihan pada permukaan bahan bakar.
Pada dasarnya, vaporisasi dari bahan bakar cairan hanya akan terjadi pada tingkat
temperature permukaan tertentu dari cairan itu sendiri.
Selanjutnya, uap hasil vaporasi tersebut akan bercampur dengan oksigen yang terkandung di
dalam udara (oxidizer) untuk membentuk campuran yang dapat terbakar.
Setelah bahan bakar berubah fase menjadi gas dan bersifat mudah terbakar (volatile), bahan
bakar akan dengan mudah bercampur dengan udara sebagai oksidator, kemudian ketika reaksi
campuran udara dan bahan bakar sudah cukup panas, nyala api akan terbentuk sebagai tanda
terjadinya proses pembakaran dengan atau pemantikan menggunakan electrical spark igniter.

7.REAKSI PEMBAKARAN

Hasil utama pembakaran adalah CO2 dan disertai energi panas.


Selain itu pembakaran juga menghasilkan CO, Sulfur, abu, NOX atau sulfur tergantung dari
jenis bahan bakar yang digunakan.
Dibawah merupakan reaksi pembakaran :

C + O2 CO2 + Panas

Dari bahan bakar Dari udara


2H2 + O2 → H2O + Panas
Dari bahan bakar Dari udara
8.RASIO UDARA DAN UDARA BERLEBIH

Pada suatu reaksi pembakaran berlangsung dapat diketahui dari angka perbandingan antara
jumlah udara actual dengan jumlah udara teoritasnya atau melihat seberapa besar kelebihan
udara actual dari kebutuhan udara teoritisnya (dalam %), hal ini bertujuan untuk menilai
efisiensi dari suatu proses pembakaran.
Untuk mengetahui jumlah udara actual harus diketahui kandungan O atau CO2 dalam gas
buang (% volume, basis kering) melalui pengukuran, sedangkan udara teorotis tergantung
bahan bakar yang digunakan.
Rasio udara dan udara berlebih dapat diketahui sebagai berikut :
Rasio Udara = (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙) /(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠) = ( 21 )/ ( 21−%𝑂2)
% Excess air = % 𝑂2/ 21−% 𝑂2 x 100 %
Jumlah udara actual tergantung pada beberapa faktor antara lain :
1. Jenis bahan bakar dan komposisinya
2. Desain ruang bakar (Furnace)
3. Kapasitas pembakaran (Firing Rate) Optimum 70 – 90 %
4. Desain dan pengaturan burner

9.PROFIL PEMBAKARAN

Mengetahui komposisi gas buang melalui pengukuran berguna untuk dapat mengerti dengan
baik proses pembakaran yang terjadi dalam suatu boiler atau furnace.
Pada gambar profil pembakaran bahan bakar hubungan antara udara berlebih dengan gas-gas
hasil pembakaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pada laju udara dibawah kebutuhan teoritisnya, semua karbon dalam bahan bakar tidak
semuanya diubah menjadi CO2, tetapi lebih banyak CO yang dihasilkan.
2. Dengan menambah udara, sebagian CO diubah menjadi CO2 dengan melepas lebih banyak
panas. Komposisi CO dalam gas buang turun tajam dan CO2 meningkat.
3. Pada titik dimana udara stoikiometrik terpenuhi , semua karbon dapat seluruhnya diubah
menjadi CO2 pada system ideal. Kondisi ini tidak pernah dapat dicapai.
4. Operasi pembakaran normal pada prakteknya dpat dicapai dengan menambah sedikit
udara diatas kebutuhan stoikiometrinya (excess air) untuk mencapai pembakaran lengkap.
Pada kondisi ini, CO2 pada level maksimumnya, dan produksi CO pada level minimumnya
dalam gas buang. Pembakaran paling efisien.
5. Semakin banyak udara ditambahkan, level CO2 kembali turun karena bercampur dengan
udara lebih. Udara lebih yang tinggi juga merugikan karena menurunkan temperature
pembakaran dan menyerao panas berguna dalam gas buang.

10.PROSES DAN REAKSI PEMBAKARAN

Secara umum, pembakaran dapat didefenisikan sebagai proses atau reaksi oksidasi yang
sangat cepat antara bahan bakar dan oksidator dengan menimbulkan panas atau nyala dan
panas. Bahan bakar merupakan segala substansi yang melepaskan panas ketika dioksidasi dan
secara umum mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur.
Sementara oksidator adalah segala substansi yang mengandung oksigen misalnya udara yang
akan beraksi dengan bahan bakar.

11.MANAJEMEN PEMBAKARAN

Pembakaran dengan ratio udara maksimum atau Excess air bisa mengakibatkan kerugian
panas sensibel di flue gas dan apabila ratio udara rendah bisa mengakibatkan pembakaran
yang tidak sempurna dan menyebabkan terbentuknya gas CO. Untuk menjaga ratio udara
yang optimum harus menjaga inflitrasi udara.
Infiltrasi udara lewat celah-celah ruang bakar bisa menyebabkan kerugian energi karena
udara tersebut tidak ikut terbakar dalam proses pembakaran bahkan menyebabkan panas yang
dihasilkan terserap dari proses pembakaran.
Kemudian infiltrasi lewat celah-celah pada cerobong menyebabkan pengukuran komposisi
dan tempratur gas buang menjadi tidak akurat sehingga perhitungan efisiensinya tidak akurat.
Kemudian menjaga agar kapasitas burner susuai dengan beban supaya diperoleh nyala api
yang sesuai sehingga perpindahan panasnya optimum.
Nyala api yang optimum dapat diperoleh apabila kecepatan udara optimum dapat dipenuhi.
Dan yang terakhir adalah mengontrol polusi atau gas yang dihasilkan oleh pembakaran.

12.SIFAT-SIFAT UDARA

Dalam keadaan udara kering komposisi unsur – unsur gas yang terdapat pada atmosfer terdiri
atas unsur nitrogen (N2) 78%, oksigen (O2) 21%, karbondioksida (CO2) 0,3%, argon (Ar)
1%, dan sisanya unsur gas lain seperti: ozon (O3), hidrogen (H2), helium (He), neon (Ne),
xenon (Xe), krypton (Kr), radon (Rn), metana, dan ditambah unsur uap air dalam jumlah
yang berbeda-beda sesuai dengan ketinggian tempat.
13.PERUMUSAN MASALAH
Ditinjau dari hasil pembakaran pada alat incinerator penanganan limbah infeksius (B3)
menggunakan proses pembakaran tersebut beresiko minimbulkan emisi udara akibat
tingginya produksi gas CO2 yang tidak diiringi dengan sistem pengelolaan flue gas yang
tepat.
Maka yang menjadi permasalahan pada penelitian ini adalah berapa konsentrasi maksimum
NaOH sebagai absorben untuk menangkap kandungan gas CO2 hasil pemakaran pada
incinerator sebagai teknologi pembakaran limbah infeksius (B3) yang ramah lingkungan.

B.PENGARUH PENCEMARAN UDARA DAN LINGKUNGAN


1. Pencemaran Udara
Udara merupakan sumber utama untuk pernapasan makhluk hidup. Namun seiring dengan
meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah
mengalami perubahan.
Karbon monoksida (CO) merupakan salah satu zat pencemar. Berdasarkan estimasi, jumlah
CO di Indonesia diperkirakan mendekati 60 juta ton/tahun. Seperdelapan dari jumlah ini
berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan sepertiganya
berasal dari sumber tidak bergerak.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia, WHO memperkirakan bahwa sekurangnya satu jenis
pencemaran udara di kota-kota besar telah melebihi ambang batas toleransi pencemaran
udara.
Pencemaran udara adalah kondisi udara yang tercemar dengan adanya bahan, zat-zat asing
atau komponen lain di udara yang menyebabkan berubahnya tatanan udara oleh kegiatan
manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara menjadi berkurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-kota besar dan juga daerah yang memiliki banyak
industri yang menghasilkan gas-gas buangan yang mengandung zat berbahaya.

Gas-gas pencemar udara yang paling utama adalah gas CO, CO2, NO, NO2 dan SO2.
Gas CO atau karbon monoksida adalah gas yang dapat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Gas CO ini akan mengganggu pengikatan oksigen pada darah karena CO lebih mudah terikat
oleh hemoglobin dibandingkan dengan oksigen dan gas-gas lainnya.
Gas CO dapat membuat sesak nafas. Hal ini dikarenakan oksigen yang seharusnya disalurkan
oleh hemoglobin keseluruh tubuh tidak dapat dialirkan karena hemoglobin lebih mudah
mengikat CO dari pada oksigen.
Pada kasus daerah yang tercemar karbon monoksida dalam kadar 70% hingga 80% dapat
menyebabkan kematian pada orang.
Salah satu yang mempengaruhi kandungan emisi gas buang adalah kualitas pembakaran yang
didasarkan oleh campuran udara dengan bahan bakar. Istilah untuk menyebutkan
perbandingan campuran antara udara dan bahan bakar yang digunakan untuk proses
pembakaran biasa disebut Air Fuel Ratio (AFR).
Gas karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran mesin yang tidak sempurna. Pembakaran
bahan bakar di dalam mesin membutuhkan oksigen dalam prosesnya. Pada saat mesin
melakukan pembakaran, namun jumlah oksigen yang masuk terlalu sedikit, maka akan terjadi
pembakaran yang tidak sempurna sehingga menghasilkan gas buang karbon monoksida.
Semakin tinggi gas buangan CO dari mesin kendaraan, maka pembakaran mesin tersebut
kurang baik sehingga lingkungan semakin tercemar oleh gas beracun.
Kondisi lingkungan yang sangat memprihatinkan memaksa pemerintah juga mengeluarkan
peraturan tentang standar kualitas udara yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia tentang standar kualitas udara.
Menurut peraturan menteri perhubungan Republik Indonesia nomor PM 133 Tahun 2015
tentang pengujian berkala kendaraan bermotor yaitu pengujian layak jalan kendaraan
bermotor harus berdasarkan pada:
- Pasal 13: 1 pengujian persyaratan layak jalan paling sedikit meliputi uji:
a. Emisi gas buang termasuk ketebalan asap gas buang;
b. Tingkat kebisingan suara klakson dan/atau knalpot;
- Pasal 16: 2 Peralatan uji utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada huruf a
paling sedikit meliputi:
a. Alat uji emisi gas buang;
b. Alat uji ketebalan asap gas buang (smoke tester)
BURNER
Burner adalah alat untuk mensuplai udara dan bahan bakar ke dalam suatu daerah
pembakaran, sehingga bisa terjadi reaksi pembakaran. Proses pembakaran pada mesin tenaga
uap terjadi pada furnace.
Pada furnace terdapat burner.Furnace ditempatkan menyatu dengan boiler dan terpisah
dengan fluida kerja air yang mengalir pada pipa-pipa boiler.
Pada burner sangat diharapkan terjadi pembakaran yang sempurna untuk itu diperlukan
beberapa faktor, antara lain :
1. Nyala api yang stabil
2. Pembakaran yang lengkap
3. Pengontrolan yang baik
Berdasarkan dari jenis bahan bakar yang digunakan, burner diklasifikasikan menjadi tiga
yaitu:
1. Burner untuk bahan bakar cair
2. Burner untuk bahan bakar gas
3. Burner untuk bahan bakar padat

1. Liquid Fuel Burner


Burner dengan berbahan bakar cair mempunyai permasalahn khusus yaitu proses mixing
antara bahan bakar cair dan udara. Untuk memperbaiki pencampuran bahan bakar udara,
proses pengkabutan harus menjamin terjadi atomisasi yang bagus dari bahan bakar sehingga
udara dapat berdifusi dengan mudah masuk ke bahan bakar. Dari proses tersebut akan
tercapai campuran yang lebih homogen. Proses pembakaran akan berlangsung menjadi lebih
sempurna.
2. Gas Burner
Proses pembakaran bahan bakar gas tidak memerlukan proses pengkabutan atau atomisasi,
bahan bakar langsung berdifusi dengan udara. Bahan bahar gas dan udara tidak bercampur
dulu sebelum terjadi proses pembakaran. Bahan bakar gas bertekanan dilewatkan melalui
nosel, udara akan berdifusi secara alami dengan bahan bakar. Proses pembakaran dengan
burner tipe ini dinamakan pembakaran difusi.

3. Solid Burner
Bahan bakar padat merupakan bahan bakar yang sangat berlimpah di alam. Bahan bakar ini
harus melalui proses yang lebih rumit daripada jenis bahan bakar lainnya untuk terbakar.
Bahan bakar padat mengandung air, zat terbang, arang karbon dan abu. Air dan gas terbang
yang mudah terbakar harus diuapkan dulu melalui proses pemanasan sebelum arang karbon
terbakar.

Bahan bakar padat banyak dipakai sebagai sumber energi pada mesin tenaga uap.Bahan bakar
tersebut dibakar di furnace dengan stoker atau burner. Ada beberapa tipe burner atau stoker
yang dipasang di furnace sebagai berikut:
a. Pulverized fuel burner
Bahan bakar padat akan dihancurkan lebih dahulu dengan alat pulverized sampai ukuran
tertentu sebelum dicampur dengan udara. Selanjutnya campuran serbuk batu bara dan udara
diberi tekanan kemudian disemprotkan menggunakan diffuser. Proses pembakaran dibantu
dengan penyalaan dengan bahan bakar gas atau cair untuk menguapkan air dan zat terbang.
Udara tambahan diperlukan untuk membantu proses pembakaran sehingga lebih efisien.
b. Underfeed stoker
Stoker jenis ini banyak dipakai untuk industri skala kecil, konstruksinya sederhana. Bahan
bakar di dalam berupa batu bara dimasukan ke perapian dengan screw pengumpan. Proses
pembakaran terjadi di dalam retort, batu bara akan dipanaskan untuk menguapkan air dan zat
terbang kemudian arang terbakar. Sisa pembakaran berupa abu akan digeser ke luar karena
desakan batu bara baru yang belum terbakar. Udara tambahn digunakan untuk membantu
proses pembakaran sehingga lebih efisien.

CAMPURAN UDARA-BAHAN BAKAR

Dalam suatu proses pembakaran beberapa hal penting yang perlu diperhatikan antara lain
bahan bakar, udara (oksigen), kalor, dan reaksi kimia. Selain itu, perbandingan campuran
bahan bakar udara memegang peranan yang penting pula dalam menentukan hasil proses
pembakaran itu sendiri yang secara langsung mempengaruhi reaksi pembakaran yang terjadi
serta hasil keluaran produk proses pembakaran.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung rasio campuran bahan bakar dan
udara antara lain AFR (Air Fuel Ratio), FAR (Fuel Air Ratio) dan Rasio Ekuivalen.
1. Rasio Udara-Bahan Bakar ( Air Fuel Ratio/AFR )
Metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan dalam mendefenisikan
campuran dan merupakan perbandingan antara massa dari udara dengan bahan bakar pada
suatu titik tinjau.

2. Rasio Bahan Bakar Udara ( Fuel Air Ratio/ FAR )


Rasio bahan bakar udara merupakan kebalikan dari AFR.
3. Rasio Ekuivalen (Equivalent Ratio)
Metode ini termasuk juga metode yang umum digunakan. Rasio euivalen didefenisikan
sebagai perbandingan antara rasio udara bahan bakar (AFR) stoikometrik dengan rasio udara-
bahan bakar (AFR) aktual atau juga sebagai perbandingan antara rasio bahan bakar udara
(FAR) aktual dengan rasio bahan bakar udara (FAR) simetrik.
4. Udara Berlebih (Excess Air – XSA)
Dalam proses pembakaran sulit untuk mendapatkan pencampuran yang memuaskan antara
bahan bakar dengan udara pda proses pembakaran aktual. Udara perlu diberikan dalam
jumlah berlebih untuk memastikan terjadinya pembakaran secara sempurna seluruh bahan
bakar yang ada.
Udara berlebih didefenisikan sebagai udara yang diberikan untu pembakaran dalam jumlah
yang lebih besar dari jumlah teoritis yang dibutuhkan bahan bakar.
Udara lebih dapat dideduksi dengan pengukuran komposisi produk pembakaran dalam
keadaan kering (dry basis ).
PENGARUH PENCEMARAN LINGKUNGAN

Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk
diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa
berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita.
Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih
luas. Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus
mngetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagauimana
langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri.

PENGERTIAN PENCEMARAN

Pencemaran adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat energi, dan atau
komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan
manusia atau proses alami, sehingga mutu kualitas lingkungan turun sampai tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

JENIS-JENIS, PENYEBAB, dan AKIBAT PENCEMARAN LINGKUNGAN

Adapun penyebab pencemaran lingkungan yang dikenal dengan istilah Polutan atau Bahan
Pencemar. Adapun pengertian dari polutan adalah suatu zat yang menjadi penyebab dari
pencemaran terhadap lingkungan. Suatu zat/bahan baru dapat dikatakan sebagai polutan
apabila :
1. Jumlahnya melebihi jumlah normal/ambang batas
2. Berada pada waktu yang tidak tepat
3. Berada pada tempat yang tidak semestinya
Sifat polutan itu sendiri adalah merusak, baik itu dalam jangka waktu yang singkat maupun
dalam waktu yang lama. Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan
tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat
yang merusak.

Berdasarkan tempat terjadinya, Pencemaran Lingkungan dibedakan menjadi 3 :


1. PENCEMARAN AIR
Pencemaran Air merupakan peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen lainnya ke
dalam air sehingga menganggu kualitas air. Kualitas air yang terganggu ditandai dengan
perubahan warna, bau, dan rasa. Pencemaran air dapat dibedakan menjadi beberapa bagian
berdasarakan asal polutan/bahan pencemarnya, antara lain :
a. Limbah Industri
Limbah industri berupa polutan orgnik yang berbau busuk, polutan anorganik yang berubah
dan berwarna, polutan yang mengandung asam belerang berbau busuk, dan polutan berupa
cairan panas.
Contoh singkat dari pencemaran akibat limbah industri ini adalah sebuah kebocoran tanker
minyak yang dapat menyebabkan minyak menggenangi lautan sampai jarak ratusan
kilometer. Tumpahan minyak mengancam kehidupan ikan, terumbu karang, burung laut, dan
organisme laut.
b. Limbah Pertanian
Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik,. Insektisida
dapat mematikan biota sungai.
c. Limbah Rumah Tangga
Limbah Rumah Tangga berupa berbagai bahan organik misalnya sisa ikan, sayur, nasi,
minyak, lemak, dan air buangan manusia, atau bahan anorganik misalnya plastik, aluminium,
dan botol yang hanyut terbawa arus air.

2. PENCEMARAN UDARA
Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam
atmosfer yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada
kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.
Polutan penyebab pencemaran lingkungan dapat berupa :
a. CO2
b. CO
c. CFC
d. SO dan SO2
e.
3. PENCEMARAN TANAH

Pencemaran tanah dapat terjadi karena adanya sampah organik dan anorgani yang berasal
dari limbah rumah tangga, pasar, industri, kegiatan pertanian, peternakan dan sebagainya.
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah dapat berupa terganggunya kehidupan
organisme (terutama mikroorganisme dalam tanah).
Berdasarkan bahan pencemarnya, pencemaran lingkungan dapat dibedakan menjadi beberapa
kelompok seperti :
1. Pencemaran Kimia : CO2, logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni), bahan radioaktif,
pestisida, detergen, minyak dan pupuk organik.
2. Pencemaran Biologi : mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoba coli,
Salmonella thyposa.
3. Pencemaran Fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet.
4. Pencemaran Suara : kebisingan ( menyebabkan sulit tidur, tuli, gangguan kejiwaan,
penyakit jantung, gangguan janin dalam kandungan, dan stress).

Berdasarkan tingkat pencemarannya, pencemaran lingkungan dibagi atas :


1. Pencemaran ringan, yaitu pencemaran yang dimiliki menimbulkan gangguan
ekosistem lain.
Contohnya pencemaran gas kendaraan bermotor.
2. Pencemaran kronis, yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakt kronis.
Contohnya pencemaran Minamata di Jepang.
3. Pencemaran akut, yaitu pencemaran yang dapat mematikan seketika.
Contohnya pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang di dalam mobil tertutup,
dan pencemaran radioaktif.

SOLUSI TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN

Adapun berbagai cara dalam mencegah agar tidak terjadinya pencemaran lingkungan secara
umum seperti :
1. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah erumahan atau pemukiman
penduduk.
2. Pembuangan limabah industri atau pabrik tidak mencemari lingkungan atau
ekosistem.
3. Pengawasan terhadap penggunaan jeni-jenis pestisida dan zat kimia lain yang dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan.
4. Memperluas gerakan penghijauan.
5. Tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan.
6. Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga
manusia lebih mencintai lingkungan hidupnya.
7. Membuang sampah pada tempatnya
8. Penggunaan lahan yang ramah lingkungan.
C.SYARAT SYARAT LINGKUNGAN YANG SEHAT

1. Keadaan Air

Air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak tercemar dan dapat dilihat kejernihan
air tersebut, kalau sudah pasti kebersihannya dimasak dengan suhu 1000C, sehingga
bakteri yang di dalam air tersebut mati.

2. Keadaan Udara

Udara yang sehat adalah udara yang didalamnya terdapat yang diperlukan, contohnya
oksigen dan di dalamnya tidka tercear oleh zat-zat yang merusak tubuh, contohnya zat
CO2 (zat carbondioksida).

3. Keadaan tanah

Tanah yang sehat adalah tamah yamh baik untuk penanaman suatu tumbuhan, dan tidak
tercemar oleh zat-zat logam berat. 

Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan 

1. Tidak mencemari air dengan membuang sampah disungai

2. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor

3. Mengolah tanah sebagaimana mestinya

4. Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong 


BAB II PENUTUP

A.KESIMPILAN
Seperti yang kita ketahui bahwa Bahan bakar adalah zat yang dapat dibakar
dengan cepat bersama udara (oksigen) dan akan menghasilkan panas.
Adapun persyaratan terjadinya pembakaran sempurna apabila:
1.Semua Carbon C yang terdapat di dalam bahan bakar menjadi CO2 di dalam produk.

2.Semua Hidrogen H yang terdapat dalam bahan bakar menjadi H2O di dalam produk

3.Semua Sulfur S di dalam bahan bakar menjadi SO2 di dalam produk.

Terjadinya proses pembakaran bergantung pada tiga faktor utama yang dikenal dengan “3T”,
yaitu:
1. Time (waktu)
2. Turbulence (turbulensi aliran)
3. Temperature (suhu)
PENGARUH PENCEMARAN LINGKUNGAN
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting
untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita.
Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini,
termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai ke lingkungan
yang lebih luas. Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita
harus mngetahui sumber pencemar, bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan
bagauimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri

Berdasarkan tempat terjadinya, Pencemaran Lingkungan dibedakan menjadi 3 :


PENCEMARAN AIR
Pencemaran Air merupakan peristiwa masuknya zat, energi, unsur atau komponen lainnya ke
dalam air sehingga menganggu kualitas air. Kualitas air yang terganggu ditandai dengan
perubahan warna, bau, dan rasa. Pencemaran air dapat dibedakan menjadi beberapa bagian
berdasarakan asal polutan/bahan pencemarnya.
PENCEMARAN UDARA
Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam
atmosfer yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada
kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.
PENCEMARAN TANAH
Pencemaran tanah dapat terjadi karena adanya sampah organik dan anorgani yang
berasal dari limbah rumah tangga, pasar, industri, kegiatan pertanian, peternakan dan
sebagainya.
Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah dapat berupa terganggunya kehidupan
organisme (terutama mikroorganisme dalam tanah).
Adapun persyaratan lingkungan yang sehat adalah:
1.Keadaan Air

Air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak tercemar dan dapat dilihat kejernihan
air tersebut, kalau sudah pasti kebersihannya dimasak dengan suhu 1000C, sehingga bakteri
yang di dalam air tersebut mati.

2.Keadaan Udara

Udara yang sehat adalah udara yang didalamnya terdapat yang diperlukan, contohnya
oksigen dan di dalamnya tidka tercear oleh zat-zat yang merusak tubuh, contohnya zat CO2
(zat carbondioksida).

3.Keadaan tanah

Tanah yang sehat adalah tamah yamh baik untuk penanaman suatu tumbuhan, dan
tidak tercemar oleh zat-zat logam berat. 

Cukup sekian kesimpilan yang dapat kami berikan kurang lebihnya mohon maaf terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
Babcock & Wilcox, 1992., Steam in generation and use, Ed.40th, printed in the United
States of America.
El-Wakil, M.M, 1982, Powerplant Technology, 2nd printing, McGraw-Hill Book
Company
http://eprints.polsri.ac.id/90/2/BAB%20I%20Laporan%20T.pdf

Anda mungkin juga menyukai