Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

LANDASAN ILMU PENDIDIKAN

TENTANG
“KEBUDAYAAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEPRIBADIAN”

Oleh : Kelompok III

NINIK PUSPITA RAHAYU (17205027)


RIKA RAHMAWATY (17205071)
YOGI SATRIA PRATAMA (17205027)

Dosen Pembimbing
Prof. Nurhizrah Gistituati, M.Ed., Ed. D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas berkat rahmat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebudayaan Pendidikan dan
Kebudayaan Kepribadian”
Dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Prof. Nurhizrah Gistituati, M.Ed., Ed. D sebagai dosen pembimbing mata kuliah
Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritikan maupun saran kepada pembaca demi
kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua dan terutama untuk kami.

Padang, September 2018

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Secara sederhana kebudayaan berarti semua cara hidup (ways of life) yang
telah diperkembangkan oleh anggota-anggota suatu masyarakat. Dengan
kebudayaan tertentu dimaksudkan totalitas cara hidup yang dihayati oleh suatu
masyarakat tertentu yang terdiri dari cara berfikir, cara bertindak, dan cara merasa
yang dimanifestasikan, umpamanya dalam agama, hukum, bahasa seni dan
kebiasaan-kebiasaan, serta dalam budaya materi seperti papan, sandang, dan
peralatan. Dari persepektif lain kita bisa memandang suatu kebudayaan sebagai
perilaku yang dipelajari dan dialami bersama (fikiran, tindakan, perasaan) dari
suatu masyarakat tertentu termasuk artefak-artefaknya, dipelajari dalam arti
bahwa perilaku tersebut disampaikan (transmitted) secara sosial, bukan
diwariskan secara genetis, dialami bersama dalam arti dipraktekkan baik seluruh
anggota masyarakat atau beberapa kelompok dalam masyarakat.
Kebudayaan adalah keseluruhan pemikiran dan benda yang dibuat atau
diciptakan oleh manusia dalam perkembangan sejarahnya. Para ahli sepakat
bahwa kebudayaan adalah perilaku dan penyesuaian diri manusia berdasarkan hal-
hal yang dipelajari. Kebudayaan tidak pernah mempunyai bentuk yang abadi,
tetapi terus menerus berganti-gantinya alam dan zaman.
Secara umum Kebudayaan dan Kepribadian saling memiliki keterkaitan
dalam kehidupan setiap manusia. Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial
yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, selain itu karena disebut
sebagai makhluk sosila maka manusia tidak bisa hidup sendiri / saling
ketergantungan.
Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki
arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurut Soerjanto
Poespowardojo 1993). Selain itu Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi
atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

1
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk
oleh proses sosialisasi Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis
seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan,
berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan. Konsep kepribadian
merupakan konsep yang sangat luas, sehingga sulit untuk merumuskan satu
definisi yang dapat mencakup keseluruhannya.
Secara sederhana hubungan antara Budaya dan Kepribadian adalah manusia
yang terbentuk dalam suatu kepribadian dan kebudayaan merupakan obyek yang
dilaksanakan manusia dari sisi lain hubungan antara manusia dan kepribadian
adalah setiap kebudayaan yang berada di lingkungan manusia itu tinggal akan
membentuk kepribadian, dan biasanya faktor lingkungan dan kebudayaan yang
berada disekitarnya itu yang dapat membentuk suatu kepribadian sehingga di
setiap tempat atau lingkungan pasti setiap manusia mempunyai kepribadian yang
bermacam – macam.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang beberapa teori
kebudayaan dan teori kepribadian dalam perspektif pendidikan dan kepribadian
serta keterkaitan antara keduanya, yang dituangkan dalam judul “Kebudayaan &
Kepribadian dan Kebudayaan Pendidikan”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah yang
dapat dijadikan bahan pembahasan dalam makalah ini. Berikut adalah rumusan
masalahnya.
1. Apa itu kebudayaan ?
2. Apa itu pendidikan ?
3. Apa itu kepribadian ?
4. Bagaimana hubungan kebudayaan dan pendidikan ?
5. Bagaimana hubungan kebudayaan dan kepribadian ?

2
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui.
1. Mengetahui apa itu kebudayaan.
2. Mengetahui apa itu pendidikan.
3. Mengetahui apa itu kepribadian.
4. Mengetahui hubungan kebudayaan dan pendidikan.
5. Mengetahui hubungan kebudayaan dan kepribadian.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata latin colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam
bahasa Indonesia
Menurut Manan (1989: 33-35) kebudayaan adalah ciptaan manusia dan
syarat bagi kehidupan manusia. Manusia menciptakan kebudayaan dan
kebudayaan menjadikan manusia makhluk berbudaya. Kebudayaan membentuk
kita secara intelektual, emosional, dan bahkan secara fisik. Kebudayaan
menentukan cara-cara bereaksi secara fisik, seperti isyarat, ekspresi muka, cara
berjalan, duduk, makan, dan tidur. Syam (1988: 80-81) menyampaikan bahwa
kebudayaan di samping sebagai kreasi dalam arti ciptaan manusia (umat manusia
sepanjang sejarah), terutama adalah karya, prestasi, dan achievement seorang
pribadi yang sedikit banyak terdidik.
Kebudayaan membebaskan dan sekaligus membatasi manusia. Kebudayaan
membatasi kebebasan bertindak secara eksternal (melalui hukum dan sanksi) dan
secara internal (melalui kebiasaan dan kesadaran) untuk menciptakan tertib sosial
yang perlu bagi kehidupan manusia. Kebudayaan juga membatasi manusia
dengan membolehkan mereka memperkembang hanya sebagian dari seluruh
potensinya (Manan, 1989: 38).
Manan (1989: 9) menganalisa pendapat Taylor dan menyimpulkan
komponen-komponen kebudayaan yaitu:
1. Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, maksudnya betapapun
banyaknya unsur/aspek kebudayaan namun kebudayaan memiliki kesatuan,
pola dan model.

4
2. Kebudayaan meliputi serangkaian prestasi atau hasil-hasil kegiatan psikologis
yang mungkin tak terlihat secara nyata dalam bentuk benda-benda namun
pernyataan dalam bentuk emosional dan mental.
3. Kebudayaan tidak hanya mencakup hasil-hasil kesenian, namun juga
mencakup moralitas, misalnya moralitas kekeluargaan.
4. Kebudayaan memperlihatkan keteraturan dan kesinambungan.
5. Kebudayaan dilihat secara objektif dan tidak memihak.
6. Kebudayaan merupakan totalitas karakteristik yang diperoleh anggota suatu
masyarakat dari lingkunganya.
7. Kebudayaan tidak diciptakan oleh suatu kejeniusan yang terasing, dia harus
hidup bersama-sam dalam kelompok masyarakat
Dari kajian-kajian tentang kebudayaan-kebudayaan yang ada di muka
bumi ini Murdock (dalam Manan, 1989: 14) mengidentifikasikan beberapa
karakteristik kebudayaan yang bersifat universal yaitu:
1. Kebudayaan dipelajari dan bukan bersifat instingitif, karena itu kebudayaan
tak dapat dicari asal usulnya dari gen atau kromosom.
2. Kebudayaan ditanamkan, generasi baru tak punya pilihan tentang kurikulum
kebudayaan. Hanya manusia yang bisa menyampaikan warisan sosialnya dan
anak cucunya hanya dapat menyerapnya bukan merubahnya.
3. Kebudayaan bersifat sosial dan dimiliki bersama oleh berbagai masyarakat
yang teroganisir.
4. Kebudayaan bersifat gagasan, kebiasaan kelompok yang dikonsepsikan dan
diungkapkan sebagai norma-norma ideal atau pola-pola perilaku.
5. Kebudayaan sampai pada tingkat memuaskan individu-individu, memuaskan
kebutuhan biologis dan kebutuhan lainya.
Kebudayaan bersifat integrative, selalu ada tekanan ke arah konsistensi
dalam setiap kebudayaan, kalau tidak maka konflik dengan cepat akan
menghancurkanya. Kebudayaan yang terintegrasi dengan baik, mempunyai
kepaduan sosial diantara institusi-institusi dan kelompok-kelompok sosial yang
mendukung kebudayaan tersebut.

5
B. Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha yang sengaja secara sadar dan terencana untuk
membantu meningkatkan perkembangan potensi dan kemampuan anak agar
bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai
warga negara/masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan
teknik penilaian yang sesuai. Dilihat dari sudut perkembangan yang dialami oleh
anak, maka usaha yang sengaja dan terencana tersebut ditujukan untuk membantu
anak dalam menghadapi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang
dialaminya dalam setiap periode perkembangan. Dengan kata lain, pendidikan
dipandang mempunyai peranan yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam
perkembangan anak.
Purwanto (2007: 11) yang menyatakan bahwa Pendidikan adalah pimpinan
yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam
pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi
masyarakat.
Lucas (dalam Manan, 1989:7) menyatakan bahwa pendidikan dalam arti
luas adalah proses pembudayaan melalui masing-masing anak yang dilahirkan
dengan potensi yang lebih besar dari makluk lainya, dididik menjadi anggota
penuh suatu masyarakat, menghayati dan mengamalkan secara bersama-sama
anggota lainya suatu kebudayaan tertentu. Dalam arti praktis pendidikan dapat
diartikan sebagai proses penyampaian kebudayaan (procces of transmitting
culture) atau pendidikan dapat dikatakan sebagai the transmission of culture.
Hadi (2010) mengemukakan beberapa makna pendidikan menurut para
ahli, diantaranya sebagai berikut:
1. Carter V.Good dalam Dictinary of Education bahwa pendidikan itu
mengandung pengertian sebagai berikut.
a. Proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan
prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya.
b. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan
yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai
kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.

6
2. Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal Cultural History of Western
Education bahwa “Pendidikan adalah kegiatan menerima dan memberikan
pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke generasi
berikutnya”.

C. Kepribadian
Menurut Purwanto (2007: 154) kepribadian itu relatif stabil. Kepribadian itu
selalu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi dalam perubahan
itu terlihat adanya pola-pola tertentu yang tetap. Makin dewasa orang itu, makin
jelas polanya, makin jelas adanya stabilitas.
Kepribadian itu dinamis, tidak statis atau tetap saja tanpa perubahan.
Kepribadian menunjukkan tingkah laku yang terintegrasi dan merupakan
interaksi antara kesanggupan-kesanggupan bawaan yang ada pada individu
dengan lingkungannya. Kepribadian bersifat psikofisik, yang berarti baik faktor
jasmaniah maupun rohaniah individu itu bersama-sama memegang peranan dalam
kepribadian. Ia juga bersifat unik, artinya kepribadian seseorang sifatnya khas,
mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dari individu yang lain
(Purwanto, 2007: 156).
Kepribadian menurut teori dari George Kelly yang memandang bahwa
kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman
pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian
sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan
memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan. Lebih
detail tentang definisi kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah suatu
organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah
laku dan pikiran.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, antara lain:
1. Warisan Biologis (Heredity)
Warisan biologis manusia bermacam – macam, dan berbeda artinya setiap
individu mempunyai ciri khas masing – masing yang tidak sama walaupun dia
itu kembar sekalipun.

7
2. Warisan Lingkungan Alam (Natural Enviroment)
Perbedaan iklim di berbagai daerah sangat mempengaruhi dan menyebabkan
manusia melakukan adaptasi sesuai dengan iklim yang terjadi pada daerah
tersebut.
3. Warisan Sosial dan Kebudayaan
Setiap manusia mempunyai kebudayaan yang bermacam – macam, dan
biasanya antar budaya bisa saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
4. Pengalaman Unik
Setiap individu pasti memiliki pengalaman yang berbeda-beda serta beraneka
ragam, dan dari pengalaman tersebutlah biasanya kepribadian seseorang juga
dapat berubah.

D. Kebudyaan dan Pendidikan


Theodore Brameld dalam karyanya “Cultural Foundation of Education”
(1957) menyatakan adanya keterkaitan yang erat antara pendidikan dengan
kebudayaan berkenaan dengan satu urusan yang sama, dalam hal ini ialah
pengembangan nilai. Sementara itu Edward B. Tylor dalam karyanya "Primitive
Culture" (1929) menulis apabila kebudayaan mempunyai tiga komponen strategis,
yaitu sebagai tata kehidupan (order), suatu proses (process), serta bervisi tertentu
(goals), maka pendidikan merupakan proses pembudayaan. Masih menurut Tylor,
tidak ada proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa adanya masyarakat
sebaliknya tidak ada kebudayaan dalam pengertian proses tanpa adanya
pendidikan (Supriyoko, 2003).
Menurut Tohir (2011), antara pendidikan dan kebudayaan terdapat
hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang
sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan merupakan gejala kebudayaan, ini dinyatakan
dengan definisi pendidikan sebagai tingkah laku sampai pembentukan jiwa
nasionalisme pada manusia. Pendidikan membuat orang berbudaya. Makin
banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi
kebudayaan makin tinggi pula pendidikan atau cara pendidikannya. Karena ruang

8
lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia,
maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan dalam kebudayaan.
Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari
subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri.
Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah.
Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal,
dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil. Maka dapat
kita simpulkan bahwa pendidikan memang bagian dari kebudayaan. Bila
kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan
berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Sekolah sebagai salah satu dari
tempat enkulturasi suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi
anak dalam mengembangkan dirinya (Tohir, 2011).
Ada tiga pandangan tentang kebudayaan yang berimplikasi terhadap
konsep pendidikan. Ketiga pandangan tersebut yakni (Manan, 1989):
1. Pandangan Superorganik.
Kebudayaan merupakan sebuah kenyataan yang berada di atas dan di luar
individu-individu yang menjadi pendukung kebudayaan, dan realita tersebut
mempunyai hukum-hukumnya sendiri. Jadi kebudayaan itu merupakan realita
superorganis. Leslie White salah seorang pendukung pandangan Superorganik
mengemukakan bahwa: “Perilaku manusia semata-mata merupakan respons
organisme terhadap rangsangan budaya. Apa yang dicari orang dan bagaimana
ia mencarinya ditentukan oleh kebudayaan. Ini merupakan pandangan
“determinisme budaya” dimana manusia dipandang sebagai instrumen,
melalui manusia kebudayaan mengungkapkan dirinya sendiri. Oleh karena itu
teori kebudayaan mempunyai implikasi terhadap analisis pendidikan, karena
pendidikan merupakan proses pembudayaan yang pada akhirnya terlihat
dalam bentuk kepribadian-kepribadian.
2. Pandangan Konseptualis.
Kebudayaan adalah sebuah “logical construct” yang diabstraksikan dari
tingkah laku manusia. Kebudayaan adalah sebuah konsep yang dibangun dari
keseragaman-keseragaman yang dapat diamati dalam urutan tingkah laku

9
dengan menggunakan sebuah proses abstraksi logis. Implikasi pandangan
konseptualis tentang kebudayaan terhadap pendidikan adalah bahwa dalam
pendidikan generasi baru harus mempelajari warisan budayanya sesuai dengan
perhatiannya dan mengembangkan gambaran mereka sendiri mengenai
kebudayaannya secara objektif. Sebab itu, menurut pandangan konseptualis
pendidikan dipandang dapat menjadi alat perubahan budaya dalam arti
menciptakan iklim opini yang merangsang pemikiran dan penerimaan
pemikiran inovatif.
3. Pandangan Realis.
Kebudayaan merupakan sebuah konsep dan realita empiris. Sebagaimana
dikemukakan David Bidney dalam Manan (1989), kebudayaan merupakan
“warisan budaya” yaitu abstraksi atau generalisasi dari “perilaku” nyata
anggota-anggota masyarakat. Hal ini berarti kebudayaan merupakan sebuah
konsep (abstraksi) dan juga sebuah realita (tingkah laku). Implikasi pandangan
realis tentang kebudayaan terhadap pendidikan: pengikut pandangan realis
meyakini bahwa anak manusia memiliki daya penyesuaian terhadap realita
yang mengelilinginya, baik terhadap yang bersifat fisik maupun sosial-budaya.
Untuk mengembangkan daya penyesuaian tersebut mereka harus diberi
berbagai pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan yang disediakan oleh
kebudayaan mereka. Mereka menginginkan sistem pendidikan yang berfungsi
untuk melatih generasi muda mempunyai kemampuan untuk
mempertimbangkan secara objektif perubahan sosial budaya yang sesuai
dengan nilai-nilai dasar budayanya.

E. Kebudayaan dan Kepribadian


Kebudayaan dan kepribadian merupakan tempat bertemunya psikologi dan
antropologi. Menurut William H. Sewell dalam Manan (1989: 41) faktor dasar
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan kepribadian tidak perlu metode
tertentu atau alat-alat yang digunakan untuk melatih anak-anak, melainkan seluruh
situasi personal dan sosial dalam mana praktik-praktik pengasuhan anak
dilaksanakan, termasuk sikap dan perilaku ibu. Akan tetapi meskipun pengalaman

10
masa kanak-kanak mungkin meletakkan dasar-dasar keppribadian dewasa,
pengalaman tersebut tidaklah membentuk kepribadian tersebut secara
keseluruhan.
Menurut Manan (1989: 46-48) premis dasar yang ditemukan dalam kajian
Kebudayaan dan Kepribadian adalah bahwa metode pengasuhan anak dalam
kebudayaan tertentu menghasilkan suatu struktur kepribadian yang sesuai dengan
nilai-nilai pokok kebudayaan dan institusi-institusinya. Para pengkaji hubungan
kebudayaan dan kepribadian sangat menekankan peran pengasuhan anak terhadap
pembentukan kepribadian anak. Kebudayaan dengan nilai-nilai tertentu akan
menghasilkan tipe kepribadian tertentu.
Menurut Benedict setiap kebudayaan itu disusun disekitar sebuah etos
sentral dan dengan demikian merupakan suatu konfigurasi. Melalui internalisasi
etos budaya yang sama, anggota-anggota suatu masyarakat akan memiliki struktur
psikologi dasar yang sama, yaitu mereka akan mempunyai suatu konfigurasi atau
bentuk kepribadian pokok yang sama. Abraham Kardiner menjelaskan bahwa
pengalaman sosial dalam keluarga, terutama selama masa pengasuhan dan dalam
teknik subsistensi akan meghasilkan suatu struktur kepribadian dasar yang sama
pada mayoritas anggota suatu masyarakat. Kemudian melalui interaksi sosial ciri-
ciri dari kepribadian dasar diproyeksikan ke dalam institusi kedua.
Margaret Mead mengatakan bahwa praktik pengasuhan anak tertentu akan
menghasilkan struktur karakter tertentu pula. Erich Fomm mengembangkan lebih
lanjut teori watak bangsa dipandang sebagai watak masyarakat. Dia
mengembangkan watak masyarakat dengan kebutuhan objektif masyarakat pada
suatu masa.
Menurut pandangan pendekatan tradisional, masa-masa pendidikan awallah
yang membentuk pola dari kepribadian dewasa, karena masa kanak-kanak yang
sama akan menghasilkan kepribadian dewasa yang sama. Kebudayaan
menentukan apa yang harus diajarkan orang tua dengan cara bagaimana, kita
mengharapkan kebudayaan tertentu akan menghasilkan tipe kepribadian tertentu.
Menurut Purwanto (2007: 163-166) kebudayaan tumbuh dan berkembang di
dalam masyarakat. Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri

11
masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dimana
orang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi
perkembangan dan pembentukan kepribadian, antara lain adalah:
1. Nilai-nilai
2. Adat dan tradisi
3. Pengetahuan dan keterampilan
4. Bahasa
5. Milik kebendaaan

12
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti
keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan
merupakan gejala kebudayaan, ini dinyatakan dengan definisi pendidikan sebagai
tingkah laku sampai pembentukan jiwa nasionalisme pada manusia. Pendidikan
membuat orang berbudaya. Makin banyak orang menerima pendidikan makin
berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggi pula pendidikan
atau cara pendidikannya.
Perubahan sosial dan budaya secara tidak langsung memang tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh pendidikan. Jika pendidikan tidak dapat berbuat
yang lain, paling tidak pendidikan dapat melatih pemimpin-pemimpin dalam
semua lapangan kehidupan untuk menjadi lebih sadar secara intelektual tentang
kekuatan-kekuatan yang membentuk kemajuan dan kesejahteraan kubudayaan
dimana-mana.
Kebudayaan membebaskan dan sekaligus membatasi manusia.
Kebudayaan membatasi kebebasan bertindak secara eksternal (melalui hukum dan
sanksi) dan secara internal (melalui kebiasaan dan kesadaran) untuk menciptakan
tertib sosial yang perlu bagi kehidupan manusia. Kepribadian bersifat psikofisik,
yang berarti baik faktor jasmaniah maupun rohaniah individu itu bersama-sama
memegang peranan dalam kepribadian. Ia juga bersifat unik, artinya kepribadian
seseorang sifatnya khas, mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dari
individu yang lain. Kebudayaan dan kepribadian merupakan tempat bertemunya
psikologi dan antropologi. Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri
masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dimana
orang itu dibesarkan.

13
DAFTAR RUJUKAN

Manan, iman.1989. Dasar- Dasar sosial Budaya Pendidikan. Jakarta: P2LPTK


---------------. 1989. Antropologi Pendidikan. Jakarta: P2LPTK
Purwanto, M. N. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syam, M. Noor. (1988). Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional

14

Anda mungkin juga menyukai