RETIKULUM ENDOPLASMA
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
judul Retikulum Endoplasmik. Penulisan makalah ini sebagai salah satu penilaian tugas
dalam mata kuliah Metaboliesme Sel.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan serta
tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
penulis berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah dibuat.
Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam
kemajuan dunia pendidikan dan secara umum kepada semua pihak.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
3
Pada bagian bagian Retikulum endoplasma tertentu terdapat ribuan ribosom.
Ribosom merupakan tempat dimana proses pembentukan protein terjadi didalam sel.
Bagian ini di sebut Retikulum Endoplasma Kasar atau REK ( Rough endoplasmic
reticulum ) yang mengisolir dan membawa protein tersebut kebagian lainnya.
Sedangkan reticulum endoplasma yang tidak diselimuti oleh ribosom disebut
Retikulum Endoplasma Halus atau REH ( smooth endoplasmic reticulum ) untuk
membentuk lemak dan steroid. Sistem endomembran mencangkup retikulum
endoplasma, aparatus golgi, lisosom, berbagai jenis vakuola dan membran plasma
(Cambell, 2008). Secara lebih spesifik dalam makalah ini membahas mengenai sistem
endomembran pada retikulum endoplasma.
1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur, fungsi dan mekanisme retikulum endoplasma?
2. Mengapa retikulum endoplasma disebut sebagai sistem endomembran?
3. Bagaimana retikulum endoplasma dikaji dalam penelitian?
1.3. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
ribosom yang berjarak sama menempel pada permukaan membran retikulum yang
menghadap sitosol (Kimbal., 1990).
6
Ada dua macam retikulum endoplasma sebagai berikut :
7
ribosom harus terikat dengan mRNA yang berisi informasi tentang urutan asam
amino yang akan disintesis membentuk polipeptida (Kimball, 1983).
8
2.3. Mekanisme Kerja Retikulum Endoplasma
1. Biosintesis Protein
Translokasi protein ke retikulum endoplasma (RE) dengan menggunakan
signal sequence pertama kali didemontrasikan oleh George Palade. Adapun tahapan
mekanisme pada gambar tersebut adalah (1) ribosom melalui mentranslasi mRNA
dan (2) urutan polipetida yang pertama disintesis adalah signal sequence, (3)
selanjutnya signal Recognitif Partcle (SRP) mendekati dan mengikat signal sequence
beserta ribosom (4) kemudian SRP berikatan dengan GTP dan menuju ke repon SRP
(5) tahapan selanjutnya ribosom akan menempel pada transkolon (pori-pori pada RE)
yang diikuti dengan lepasnya SRP melalui hidrolisis GTP menjadi GDP+Pi (6)
ribosom masih melakukan elongasi kearah lumen RE dan (7) pada saat itu signal
sequence akan dilepaskan dari polipeptida oleh signal petidase (8) setelah proses
translasi, ribosom akan melepaskan diri dari RE dan daur ulang untuk proses
berikutnya (Leingher et al, 2000).
9
Tahap-tahap berlangsungnya sintesis protein membran reticulum endoplasma
adalah sebagai berikut:
1. mRNA keluar dari inti dan berlekatan dengan ribosom untuk memulai sintesis
protein. Ribosom pada mRNA bergerak menuju start codon, dan selanjutnya
mentranslasi kodon untuk protein isyarat menghasilkan protein isyarat atau
signal peptida. Translasi berlangsung di dalam sitosol, dan di dalam sitosol
terdapat partikel pengenal isyarat (signal recognition particel = SRP).
2. Protein isyarat (signal peptide) berikatan partikel pengenal isyarat (SRP).
Protein pengenal isyarat selanjutnya terikat pada reseptor yang terdapat pada
permukaan membran reticulum endoplasma
3. Ikatan antara protein pengenal isyarat dengan reseptornya menyebabkan
saluran translokasi protein pada membrane RE terbuka dan memungkinkan
polipeptida (protein isyarat) masuk ke dalam lumen retikulum endoplasma.
Untuk sementara sintesis protein terhenti hingga protein isyarat menembus
celah yang terdapat pada membran reticulum endoplasma.
4. Setelah protein isyarat menembus membran reticulum endoplasma, sintesis
polipeptida baru dimulai. Protein isyarat yang terdapat di dalam lumen
retikulum endoplasma selanjutnya dilepaskan oleh signal peptidase.
10
5. Seiring dengan terlepasnya protein isyarat, perpanjangan polipeptida
berlangsung di dalam lumen hingga ribosom mencapai kodon stop.
Selanjutnya polipeptida baru dilepaskan kedalam lumen. Ribosom yang telah
selesai melaksanakan translasi mengalami disosiasi dan terlepas di dalam
sitoplasma (Albert, dkk, 2009)
2. Mensekresikan Protein
11
Dua Jalur Sekresi Protein (Alberts, dkk., 2009)
Proses pembentukan protein integral dimulai (1) setelah ribosom terikat pada
translocon dalam membran RE, selanjutnya urutan sinyal N-terminal dipotong oleh
enzim signal peptidase. (2,3) terjadi proses elongasi sampai rantai idrofobik stop-
transfer anchor sequence disintesis dan memasuki translocon. Rantai ini mencegah
pembentukan rantai baru yang masuk ke dalam lumen RE. (4) stop-transfer anchor
sequence kemudian bergerak ke kanan pada membran RE yang diikuti dengan
menutupnya translocon. (5) proses elongasi berlanjut lagi namun namun tidak masuk
kedalam lumen RE melainkan akan terbentuk dibagian luar dari membran RE (bagian
sitosol). (6) protein integral terbentuk dengan ujung N-terminal (NH3+) berada di
dalam lumen dan C-terminus (COO-) berada di sitosol (Cambell, 2010).
12
4. Sintesis Phospolipid
13
Proses pembentukan phosphatidylcholine akan dilanjutkan dengan proses
pengembalikan phosphatidylcholine sehingga phosphatidylcholine akan membentuk
dua lapisan satu bagian menghadap ke sitosol dan satu bagian dari
phosphatidylcholine menghadap ke lumen RE. Proses pembalikan ini dibantu oleh
enzim flippase yang mengubah letak phosphatidylcholine pada membran RE.
14
bagian lain dari sel. Glikolisasi pendahuluan berlangsung di dalam RE yang
karbohidrat dipindahkan ke protein dan menghasilkan glikoprotein yaitu molekul
yang memiliki rantai oligosakarida.
15
amino asparagine (Asn). Hanya asparagin yang mempunyai urutan Asn-X-Ser atau
Asn-X-Thr (yang X adalah sembarang protein kecuali proline) yang akan mengalami
glikosilasi. Reaksi glikosilasi dikatalis oleh enzim yang terkait membran RE yaitu
enzim oligosaccharyl transferase (glikosil transferase). Oligisakarida yang akan
ditambahkan terikat pada membran RE melalui molekul lipida khusus yang disebut
dolichol (Sumadi dan Marianti, 2007).
Reaksi glikolisis didalam lumen REK terjadi segera saat rantai polipeptida
memasuki lumen REK, glikosilasi didalam lumen REK disebut glikosilasi core. Hasil
glikosilasi ini (sebagai oligoprotein) selanjutnya akan diangkut dengan cara
pertunasan membran dan berada dalam vesikula transfer atau vesikula transisi yang
akan melanjutkan glikosilasi didalam kompleks golgi (Sumadi dan Marianti, 2007).
16
Semua lipid yang digunakan untuk mengganti membrane plasma dibentuk
pada REH, yaitu fosfolipid, glikolipid dan kolesterol. Fosfolipid yang disintesis
adalah pospatidilcolin (PC). PC dibuat dari gliserol-pospat dari kalin. RE juga
menghasilkan seramida. Seramida dibawa ke golgi, pada golgi menjadi
glikosfingolipida dan sfingomielin. Jadi dua jenis molekul lipid ini dibuat di golgi
karena enzim yang berperan sebagai katalisator pembentukkannya berada pada
membrane golgi.
Sintesis kolesterol dari asam asetat berlangsung di selaput RE, dari membrane
RE, kolesterol dibawa ke membrane mitokondria untuk diubah menjadi pregnenolon,
yang merupakan zat hormone steroid. Proses ini melibatkan mitokondria karena
melibatkan O2, NADPH, dan sitokrom P450. Kemudian pregnenolon dibawa kembali
ke RE untuk diselesaikan pembentukkannya menjadi hormone steroid (Sheler and
Bianchy, 1987).
7. Detoksifikasi
17
Detoksifikasi artinya proses menetralkan senyawa-senyawa racun, senyawa-
senyawa yang berbahaya diubah menjadi tidak berbahaya. Enzim pada RE halus yang
banyak berperan dalam detoksifikasi adalah Sitokrom P450. Proses detoksifikasi
banyak berlangsung di hati, tapi juga ada di usus, ginjal, paru-paru, dan kulit. Di
dalam selaput RE halus pada sel-sel organ ini, racun yang sebagian besar terlarut di
dalam lipid, dibuat tidak aktif oleh serangkaian reaksi yang umumnya adalah reaksi
oksidasi. Contohnya adalah reaksi hidroksilasi, yaitu reaksi kimia yang dapat
meningkatkan larut senyawa-senyawa tersebut dalam air, sehingga lebih mudah
dikeluarkan dari tubuh.
18
2.4. Analisis Jurnal
Judul Penelitian : Pengaruh Antioksidan Flavonoid Terhadap Kadar Protein
Mikrosomal Hati Tikus Yang Diinduksi Dengan Karbontetraklois
Penulis : Agustina Dwi Wijayanti, Syarifudin Tato dan Soesanta
Mangkoewidjojo Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah
Mada, Jurnal Sains Veteran XXI (2) 2003
A. Pendahuluan
Penggunaan obat yang mengandung senyawa antioksidan guna menangkal
radikal bebas misalnya penyakit jantung koroner dan aterosklerosis. Menurut Stinor
dan Crowley (1984) oksidasi asam lemak dapat membentuk peroksida yang sangat
rekatif dengan radikal bebas dan dapat merusak struktur membran lipid. Salah satu
senyawa antioksidan adalah karbontetrakloid yang diketahui dapat menyebabkan
proses oksidasi dalam hati, mengganggu sintesis protein dan aktivitas beberapa enzim
(Hayes, 1989).
Efek hepatoksis karbon tetrakloid (CCl4) sudah diketahui lebih dari 50 tahun
sitotosisitas CCl4 terutama terjadi pada mitokondria serta aktivasi enzimatik terhadap
senyawa CCl4 menjadi radikal bebas dalam membran retikulum endoplasma.
Menurut Reynold dan Moslen (1980) mengatakan metabolit CCl4 akan berikatan
secara kovalen dengan protein dan lemak di dalam retikulum endoplasma beberapa
menit setelah keracunan. Setelah satu jam keracunan, terjadi penurunan sintesis
protein, depresi aktivitas enzim glukosa 6 fosfat dan beberapa komponen enzim
dalam mixed function oxidase system di dalam hati. Metabolit CCl4berikatan dengan
protein mikrosomal dan mengakibatkan kerusakan enzim mikrosomal sitokrom p-450
(Anders, 1988).
B. Metodologi
Alat Bahan
1. Ultrasentrifuse 1. Flavonoid rutin
19
2. Homogenizer 2. Tikus wistar jantan
3. Spektrofotometer 3. CCl4
4. Timbangan digital 4. Bio rad protein assay
5. Freezer 5. Buffer A (Tris-Asetat)
6. Mikropipet 6. Buffer B (kalium firofosfat)
7. Tabung sentrifuse
8. Kuvet
9. Spet
10. Spet berkanul
11. Parafilm
C. Prosedur
1. Hewan diberlakukan sesuai dengan metode kumaravelu (1996) yang telah
dimodivikasi
2. Pembuatan homogenant yang dilakukan secara ultrasentrifugasi
3. Pengukuran protein mikrosomal secara kolorimetrik dengan biorad protein assay
yang dibaca menggunakan standar BSA
4. Analisis data dilakukan dengan analisa varian satu arah (complecity Randomized
Design) kemudian data dipresentasikan dalam bentuk rerata
20
mikrosomal. Hasil ini menunjukkan bahwa flavonoid memiliki daya antioksidan yang
mampu melindungi molekul protein.
Protein mikrosomal merupakan protein yang dikandung oleh fraksi
mikrosomal homogenant yang berasal dari retikulum endoplasma (Ganngoli and
Philips, 1996). Hambatan sintesis protein dalam sel hati terlihat secara elektron
mikroskopi dengan ditandai terjadinya dilatasi sisterna retikulum endoplasma dan
hilangnya partikel ribosom pada membran. Terhambatnya sintesis protein tersebut
mengakibatkan gangguan pembentukan lipoprotein, protein hepatik, albumin, dan
fibrinogen.
Dengan demikian, penambahan dosis flavonoid pada penelitian ini
dimungkinkan dapat meningkatkan daya antioksidan dan perlindungan terhadap
sintesis protein mikrosomal. Flavonoid memiliki daya antioksidan yang mampu
melindungi molekulprotein radikal bebas CCl4. Flavonoid mencegah terjadinya
ikatan metabolit CCl4 protein dengan membentuk radikal flavonoid dan akan bereaksi
dengan membentuk radikal flavonoid dan akan bereaksi dengan metabolit CCl4
membentuk kompleks non toksik yang kemudian dieksresikan ke luar tubuh (Torel et
al, 1986).
Kesimpulan
1. Daya antioksidan flavonoid rutin mampu menjaga konsentrasi protein mikrosomal
hati
2. Konsentrasi protein mikrosomal kelompok falvonoid lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok CCl4
3. Flavonoid mampu mengikat metabolit toksik CCl4 sehingga mencegah ikatan
metabolit tersebut dengan dengan protein mikrosomal.
4. Kadar protein kelompok flavonoid + CCl4 lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok CCl4 dan ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan yang mampu
menaikkan sintesis protein.
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam penelitain ini ialah sebagai berikut:
1. Retikulum endoplasma merupakan struktur membran yang memanjang
(struktur yang merupakan perpanjangan dari membran nucleus). Retikulum
endoplasma (RE) jika diamati tampak berupa lembaran berlipat-lipat,
mengelilingi suatu ruangan yang disebut lumen atau sisternae yang berbentuk
labirin. Yang terdiri dari tubulus-tubulus, vesikel, dan kantong pipih yang
menempati ruang sitoplasma.
2. Secara umumum dibagi menjadi dua macam yaitu RE kasar (REK) atau RE
granular (REG), jika permukaan membran luarnya ditempeli ribosom, dan RE
halus (REH) atau RE agranular (REA) jika membrannya tidak ditempeli
ribosom. Fungsi retikulum endoplasma antara lain untuk sintesis lipid, lemak,
fosfolipid dan steroid; mengatur metabolisme karbohidrat dan menghancurkan
racun dan obat-obatan di dalam sel hati dan menyimpan ion kalsium yang
penting untuk kontraksi otot.
3.2. Saran
Dalam penulisan ini masih kurang mebahas lebih lanjut proses endomembran
pada Retikulum Endoplasma sehingga materi masih perlu perbaikan. Dan harapannya
apada membaca memberikan kritik dan saran bagi penulis demi makalah ini
kedepannya. Atau bagi pra pembaca sebagai bahan bacaan untuk yang meneliti
ataupun membuat makalah berikutnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Alberts, Bruce, Hopkin Johnson, Lewis Raff, Roberts Walter. 2009. Essential Cell
Biology: 3rd Edition. Retrieved on July 20 2015 from
http://www.garlandscience.com
Istanti, dan Annie. 1999. Biologi Sel. Malang: Universitas Negeri Malang.
Karp and Gerald. Cell and Molecular Biology: Consept and Experiment. New York:
John Wiley
Kimball, John. 1983. Biology Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
___________. 1990. Biologi Jilid 1. Erlangga. Terjemahan
Leigher. 2000. Principle of Biochemitry. New York: Word Publisher
Nuraida,Dede. 2008. Struktur dan Perkembangan.Tuban: Press
Sumadi & Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu
Yunita O. 2016. Biologi Sel. PT. Gelora Aksara Pratama: Erlangga
23