Anda di halaman 1dari 23

Matakuliah Metaabolisme Sel

RETIKULUM ENDOPLASMA

Di Susun Oleh Kelompok:

1. Dwi Setyorini (0402518016)


2. Yuliana Putri (0402518018)

JURUSAN PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
judul Retikulum Endoplasmik. Penulisan makalah ini sebagai salah satu penilaian tugas
dalam mata kuliah Metaboliesme Sel.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan serta
tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
penulis berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah dibuat.
Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam
kemajuan dunia pendidikan dan secara umum kepada semua pihak.

Semarang, 5 Mei 2019

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam sel pada sitoplasma terdapat membrane yang berbentuk pembuluh,


gelembung atau vakuola dan rongga rongga pipih yang saling berhubungan yang
disebut reticulum Endoplasma. Reticulum endoplasama merupakan organel yang
tidak statis dan dapat dianggap sebagai salah satu komponen dari suatu sistem
dinamik yang mempunyai hubungan dengan membrane plasma dan membran luar
selaput inti. Sedangkan organel organel lain tidak mempunyai hubungan langsung
tapi dapat terjadi interaksi secara langsung atau tidak.

Sistem Membran secara spesifik tidak hanya mebahas mengenai membran


sel, tetapi juga lebih luas pembahasannya termaksud didalamnya Retikulum
endoplasma. Pada bagian sitosol dari sel terdapat lipatan-lipatan akibat invaginasi
maupun evaginasi berulang-ulang dari membran sel. Lipatan-lipatan ini membentuk
ruang di dalam sitoplasma yang disebut organela. Mempunyai fungsi dan aktivitas
yang berbeda, secara umum memiliki tujuan untuk mendukung kehidupan sel
(Mariati dan Sumadi, 2007)

Reticulum endoplasma mempunyai fungsi dalam berbagai sintesis, dapat


ditemukan pada sel eukariotik dan memiliki struktur yang menyerupai kantung
berlapis-lapis. Kantung ini disebut cisternae. Fungsi retikulum endoplasma bervariasi,
tergantung pada jenisnya. Retikulum Endoplasma (RE) merupakan labirin membran
yang demikian banyak sehingga retikulum endoplasma meliputi separuh lebih dari
total membran dalam sel-sel eukariotik. (kata endoplasmik berarti “di dalam
sitoplasma” dan retikulum diturunkan dari bahasa latin yang berarti “jaringan”).

3
Pada bagian bagian Retikulum endoplasma tertentu terdapat ribuan ribosom.
Ribosom merupakan tempat dimana proses pembentukan protein terjadi didalam sel.
Bagian ini di sebut Retikulum Endoplasma Kasar atau REK ( Rough endoplasmic
reticulum ) yang mengisolir dan membawa protein tersebut kebagian lainnya.
Sedangkan reticulum endoplasma yang tidak diselimuti oleh ribosom disebut
Retikulum Endoplasma Halus atau REH ( smooth endoplasmic reticulum ) untuk
membentuk lemak dan steroid. Sistem endomembran mencangkup retikulum
endoplasma, aparatus golgi, lisosom, berbagai jenis vakuola dan membran plasma
(Cambell, 2008). Secara lebih spesifik dalam makalah ini membahas mengenai sistem
endomembran pada retikulum endoplasma.

1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur, fungsi dan mekanisme retikulum endoplasma?
2. Mengapa retikulum endoplasma disebut sebagai sistem endomembran?
3. Bagaimana retikulum endoplasma dikaji dalam penelitian?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini ialah sebagai berikut:

1. Menjelaskan struktur, fungsi dan mekanisme dari Retikum Endoplasma


2. Menganalisis artikel yang berkaitan dengan Retikulum Endoplasma (RE)

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Retikulum Endoplasma


Pada tahun 1887, Gamier mencatat bahwa sitoplasma sel kelenjar sering
berbeda warna dengan bagian lain dalam sitoplasma. Pada bagian ini sering terlihat
adanya gambaran seperti guratan atau lempen. Dengan hal tersebut berhubungan
dengan proses sekresi dan bagian tersebut banyak mengandung RNA. RNA bersifat
asam berarti memiliki afinitas kuat terhadap basa, seperti metilen blue dan toloidin
blue sehingga disebut basofil. Sitoplasma basofil tidak hanya terdapat pada sel
kelenjar tetapi juga pada sel-sel yang giat tumbuh dan pada sel-sel yang aktif
mensintesis protein. Ergatoplasma di dalam sel saraf disebut dengan Badan Nissl
menjelang yang disebut dengan retikulum endoplasma (artinya jala-jala dalam
plasma).

Retikulum endoplasmik adalah sistem sangat luas membran di dalam sel,


yang terdiri dari ruang-ruang atau rongga-rongga yang saling berhubungan.
Membrannya mempunyai struktur lipid-protein yang sama dengan yang ada pada
membran lain sel. Setiap membran pada retikulum endoplasmik memiliki satu
permukaan yang menghadap sitosol dan satu lagi menghadap bagian dalam rongga
tersebut. dalam penampakan dengan mikrograf elektron, terlihat danya baris-baris

5
ribosom yang berjarak sama menempel pada permukaan membran retikulum yang
menghadap sitosol (Kimbal., 1990).

2.2. Struktur dan Fungsi Retikulum Endoplasma

Retikulum endoplasma (RE) merupakan salah satu sistem endomembran


kelanjutan dari membran nukleus luar. Retikulum endoplasma terdiri dari: selaput RE
(50% dari total membran dalam sel) dan struktur seperti kantong/ruangan yang
disebut tubulus / lumen RE /sisterna RE (10 (%) dari total volume sel). Retikulum
endoplasma mempunyai fungsi yang bervariasi, hal ini menyebabkan adanya variasi
secara morfologis. Selaput RE merupakan struktur berkesinambungan mengelilingi
lumen RE. Selaput RE lebih tipis dari selaput/membran sel. Komposisi molekul
selaput RE lebih banyak mengandung glikoprotein dibanding selaput sel dan rantai
asam lemak fosfolipidnya lebih pendek sehingga lebih mudah dilalui suatu senyawa.
Pada selaput RE terdapat protein-protein berupa enzim-enzim misalnya: hidrolase
(berupa glukosa 6 fosfatase dan nukleosida-fosfatase untuk metabolisme asam lemak,
sintesa fosfolipid), enzim glikotransferase untuk sintesa glikoprotein dan glikolipida
an rantai molekul pembawa elektron (sitokrom P450 dan b5). Sisterna RE berisi
cairan akuosa (larutan berbagai jenis protein) yang berbeda tiap jenis set, misalnya:
pada sel plasmosit berisi immunoglobin, pada sel berisi protokolagen, pada sel beta
pankreas berisi proinsulin dan pada sel pankreas berisi hidrolase & protein bersulfat.

6
Ada dua macam retikulum endoplasma sebagai berikut :

1. Retikulum Endoplasma Kasar (REK)


Terdapat dua jenis RE yakni RE halus dan RE kasar, pada membran luar REK
melekat ribosom melalui reseptornya di membran REK, sehingga permukaan REK
tampak kasar. REK merupakan anyaman lembaran kantung pipih yang disebut
lamela, dengan lebar lumen 20-30 nm. Struktur REK dihubungkan dengan REH yang
merupakan jaringan halus berbentuk tabung atau tubul dan vesikula dengan diameter
30-60 nm (Sumadi dan Marianti, 2007). Di permukaan RE kasar, terdapat bintik-
bintik yang merupakan ribosom. Ribosom ini berperan dalam sintesis protein. Maka,
fungsi utama RE kasar adalah sebagai tempat sintesis protein yang akan dikirim ke
membran. Selain itu juga terjadi modifikasi protein seperti sulfatisasi, pelipatan, dan
glikosilasi dalam RE kasar. Sehingga protein-protein tersebut menjadi bahan untuk
pembentukkan sel integral dan lemak pada membran (Kimball, 1983).
Retikulum endoplasma kasar (rough ER) yang ditutupi oleh ribosom pada
permukaan luarnya berfungsi pada sintesis protein (Mader, 2000). Perlekatan ribosom
ke permukaan RE menyebabkan protein hasil sintesis dimasukkan ke dalam lumen
RE (Sumadi dan Marianti, 2007). Kegunaan Retikulum Endoplasma Kasar adalah
untuk mengisolir dan membawa protein tersebut ke bagian-bagian sel lainnya.
Kebanyakan protein tersebut tidak diperlukan sel dalam jumlah banyak dan biasanya
akan dikeluarkan dari sel. Contoh protein tersebut adalah enzim dan hormon. RE
kasar banyak terkandung dalam sel-sel glandular yang mensekresi protein (Kimball,
1983).
Ribosom yang menempel pada RE kasar merupakan molekul yang berukuran
20 -25 nm, terdiri dari 2 sub unit protein; yaitu sub unit besar dan sub unit kecil, dan
rRNA. Sub unit protein besar berikatan langsung dengan membran RE kasar. Selain
menempel pada RE kasar, ribosom juga terdapat bebas pada matriks sitoplasma.
Kedua bentuk ribosom (terikat pada retikulum dan bebas pada sitoplasma) memiliki
fungsi yang sama, yaitu mensintesis protein. Untuk menjalankan fungsi tersebut,

7
ribosom harus terikat dengan mRNA yang berisi informasi tentang urutan asam
amino yang akan disintesis membentuk polipeptida (Kimball, 1983).

2. Retikulum Endoplasma Halus ( REH )


Merupakan retikulum endoplasma yang membrannya tidak ditempeli ribosom.
REH ini banyak terdapat pada sel yang terutama berfungsi untuk metabolisme lemak,
misalnya sel-sel yang mensintesis hormon steroid dari kolestrol yang terjadi pada sel
sel adrenal bagian korteks. RE halus berfungsi dalam beberapa proses metabolisme
yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan konsentrasi kalsium, detoksifikasi
obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor pada protein membran sel.Retikulm
endoplasma halus berfungsi dalam berbagai macam proses metabolisme, termasuk
sintesis lipid, metabolisme karbohidrat, dan menawarkan obat dan racun yang larut
dalam air (Istanti dan Anni, 1999).
Di dalam retikulum endoplasma halus juga terdapat retikulum endoplasma
sarkoplasmik. RE sarkoplasmik adalah jenis khusus dari RE halus. RE sarkoplasmik
ini ditemukan pada otot licin dan otot lurik. Yang membedakan RE sarkoplasmik dari
RE halus adalah kandungan proteinnya. RE halus mensintesis molekul, sementara RE
sarkoplasmik menyimpan dan memompa ion kalsium. RE sarkoplasmik berperan
dalam pemicuan kontraksi otot. RE halus berfungsi dalam beberapa proses
metabolisme yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat dan konsentrasi kalsium,
detoksifikasi obat-obatan, dan tempat melekatnya reseptor pada protein membran sel
(Istanti dan Anni, 1999).

8
2.3. Mekanisme Kerja Retikulum Endoplasma
1. Biosintesis Protein
Translokasi protein ke retikulum endoplasma (RE) dengan menggunakan
signal sequence pertama kali didemontrasikan oleh George Palade. Adapun tahapan
mekanisme pada gambar tersebut adalah (1) ribosom melalui mentranslasi mRNA
dan (2) urutan polipetida yang pertama disintesis adalah signal sequence, (3)
selanjutnya signal Recognitif Partcle (SRP) mendekati dan mengikat signal sequence
beserta ribosom (4) kemudian SRP berikatan dengan GTP dan menuju ke repon SRP
(5) tahapan selanjutnya ribosom akan menempel pada transkolon (pori-pori pada RE)
yang diikuti dengan lepasnya SRP melalui hidrolisis GTP menjadi GDP+Pi (6)
ribosom masih melakukan elongasi kearah lumen RE dan (7) pada saat itu signal
sequence akan dilepaskan dari polipeptida oleh signal petidase (8) setelah proses
translasi, ribosom akan melepaskan diri dari RE dan daur ulang untuk proses
berikutnya (Leingher et al, 2000).

9
Tahap-tahap berlangsungnya sintesis protein membran reticulum endoplasma
adalah sebagai berikut:

1. mRNA keluar dari inti dan berlekatan dengan ribosom untuk memulai sintesis
protein. Ribosom pada mRNA bergerak menuju start codon, dan selanjutnya
mentranslasi kodon untuk protein isyarat menghasilkan protein isyarat atau
signal peptida. Translasi berlangsung di dalam sitosol, dan di dalam sitosol
terdapat partikel pengenal isyarat (signal recognition particel = SRP).
2. Protein isyarat (signal peptide) berikatan partikel pengenal isyarat (SRP).
Protein pengenal isyarat selanjutnya terikat pada reseptor yang terdapat pada
permukaan membran reticulum endoplasma
3. Ikatan antara protein pengenal isyarat dengan reseptornya menyebabkan
saluran translokasi protein pada membrane RE terbuka dan memungkinkan
polipeptida (protein isyarat) masuk ke dalam lumen retikulum endoplasma.
Untuk sementara sintesis protein terhenti hingga protein isyarat menembus
celah yang terdapat pada membran reticulum endoplasma.
4. Setelah protein isyarat menembus membran reticulum endoplasma, sintesis
polipeptida baru dimulai. Protein isyarat yang terdapat di dalam lumen
retikulum endoplasma selanjutnya dilepaskan oleh signal peptidase.

10
5. Seiring dengan terlepasnya protein isyarat, perpanjangan polipeptida
berlangsung di dalam lumen hingga ribosom mencapai kodon stop.
Selanjutnya polipeptida baru dilepaskan kedalam lumen. Ribosom yang telah
selesai melaksanakan translasi mengalami disosiasi dan terlepas di dalam
sitoplasma (Albert, dkk, 2009)

2. Mensekresikan Protein

Sekresi protein merupakan mekanisme mengeluarkan protein dari RE ke


tempat di mana protein dibutuhkan. Terdapat 2 jalur dalam sekresi protein: jalur
sekresi (secretory pathway), dan jalur endositik (endocytic pathway). Jalur sekresi
terjadi jika protein yang disintesis di RE, ditransport ke badan golgi (untuk
modifikasi protein), kemudian disekresikan ke berbagai tujuan melalui pembentukan
lisosom. Tujuan ini bisa ke luar sel, ke membran sel, atau ke organel yang
membutuhkan. Jalur endositik terjadi jika jalurnya melawan jalur sekresi, artinya
protein yang dikeluarkan dari badan golgi tidak disekresikan namun berfusi dengan
endosome.

11
Dua Jalur Sekresi Protein (Alberts, dkk., 2009)

3. Pembentukan Protein Integral

Proses pembentukan protein integral dimulai (1) setelah ribosom terikat pada
translocon dalam membran RE, selanjutnya urutan sinyal N-terminal dipotong oleh
enzim signal peptidase. (2,3) terjadi proses elongasi sampai rantai idrofobik stop-
transfer anchor sequence disintesis dan memasuki translocon. Rantai ini mencegah
pembentukan rantai baru yang masuk ke dalam lumen RE. (4) stop-transfer anchor
sequence kemudian bergerak ke kanan pada membran RE yang diikuti dengan
menutupnya translocon. (5) proses elongasi berlanjut lagi namun namun tidak masuk
kedalam lumen RE melainkan akan terbentuk dibagian luar dari membran RE (bagian
sitosol). (6) protein integral terbentuk dengan ujung N-terminal (NH3+) berada di
dalam lumen dan C-terminus (COO-) berada di sitosol (Cambell, 2010).

12
4. Sintesis Phospolipid

Proses sintesis lipid terjadi di membran retikulum endoplama termaksuk di


dalamnya fosfolipid dan kolesterol yang banyak digunakan untuk memproduksi
membran sel baru. Fosfolipid yang banyak di sintesis di membran retikulum
endoplasma adalah jenis fosfatidiloklin atau yang sering disebut lesitin. Pembentukan
fosfatidiloklin dibentuk melalui tiga tahapan utama yaitu kolin, dua asam lemak dan
gliserol fosfat. Setiap langkah yang dikatalisis oleh enzim yang terdapat di dalam
membran RE yang memiliki situs aktif yang menghadap sitosol. Tahapan pertama
asam lemk di sitosol yang tidak larut dalam air diikat oleh asam lemak binding
protein untuk di bawa ke membran RE. Tahapan berikutnya terjadi penambahan CoA
ke asam lemak oleh enzim CoA transferase. Kemudian diikuti penambahan gliserol
3-fosfat yang dibantu oleh enzim acyl transferase, pada proses ini juga terjadi
pelepasan CoA sehingga terbentuk asam phosphatidic. Tahapan selanjutnya terjadi
pelepasan phospat pada asam phosphtidic yang dibantu oleh enzim phosphatase,
setelah kehilangan satu phospat yang dilanjutkan dengan pengikatan CDP choline
(cytidinedisphospat choline) pada asam phospatidic yang sudah kehilangan satu
phospat yang di bantu oleh enzim cholin phosphatransferase proses ini
mengakibatkan pelepasan CMP (Chistidine Mono Phospat) sehingga membentuk
phosphatidylcolyn (Cambell, 2010).

13
Proses pembentukan phosphatidylcholine akan dilanjutkan dengan proses
pengembalikan phosphatidylcholine sehingga phosphatidylcholine akan membentuk
dua lapisan satu bagian menghadap ke sitosol dan satu bagian dari
phosphatidylcholine menghadap ke lumen RE. Proses pembalikan ini dibantu oleh
enzim flippase yang mengubah letak phosphatidylcholine pada membran RE.

5. Glikolisasi Pada Retikulum Endoplasma

Sebagian protein di ribosom yang melekatkan RE kasar yang masuk dalam


siterna atau lumen retikulum endoplasma mengalami glikosilasi sebelum diangkut ke

14
bagian lain dari sel. Glikolisasi pendahuluan berlangsung di dalam RE yang
karbohidrat dipindahkan ke protein dan menghasilkan glikoprotein yaitu molekul
yang memiliki rantai oligosakarida.

Pada mulanya oligosakarida tersebut terikat pada lipid membran dengan


orientasi ke arah sitoplasma. Melalui bantuan enzim pemindahan yang disebut
flipase, fosfatidilkolin dipindahkan melalui gerakan flip-flop. Sehingga berada pada
permukaan luminal dari retikulum endoplasma. Rantai oligosakarida terdiri dari 14
buah monosakarida yang terdiri dari atas dua molekul N-asetil glukosamin (Nag), 9
molekul monosa (man) dan 3 molekul glukosa.
Oligosakarida terikat secara kovalen pada gugus NH2 residu asparagin
(Oligosakarida berikatan N), kadang-kadang terikat pada gugus OH, suatu residu,
serin, treonin, atau hidroksilisin. Pemindahan oligosakarida ke molekul protein
dibantu oleh enzim transmembran, yaitu glukosil transferase. Pada waktu
oligosakarida masih berada di dalam lumen retikulum endoplasma, satu mannosa dan
tiga unit glukosa dihilangkan dan selanjutnya glikoprotein dipindahkan ke permukaan
kompleks golgi (Karp and Geral, 2002).
Selanjutnya terhadap senyawa protein itu akan ditambah senyawa karbohidrat
atau protein yang mengalami glikosilasi. Karbohidrat yang ditambahkan oleh Manosa
(Man) glukosa (Glc) dan asetil glukosamin (GlcNAc) yang membentuk rantai
oligosakarida dengan 14 residu gula. Rantai oligosakarida ini berikatan ke asam

15
amino asparagine (Asn). Hanya asparagin yang mempunyai urutan Asn-X-Ser atau
Asn-X-Thr (yang X adalah sembarang protein kecuali proline) yang akan mengalami
glikosilasi. Reaksi glikosilasi dikatalis oleh enzim yang terkait membran RE yaitu
enzim oligosaccharyl transferase (glikosil transferase). Oligisakarida yang akan
ditambahkan terikat pada membran RE melalui molekul lipida khusus yang disebut
dolichol (Sumadi dan Marianti, 2007).
Reaksi glikolisis didalam lumen REK terjadi segera saat rantai polipeptida
memasuki lumen REK, glikosilasi didalam lumen REK disebut glikosilasi core. Hasil
glikosilasi ini (sebagai oligoprotein) selanjutnya akan diangkut dengan cara
pertunasan membran dan berada dalam vesikula transfer atau vesikula transisi yang
akan melanjutkan glikosilasi didalam kompleks golgi (Sumadi dan Marianti, 2007).

6. Metabolisme Fosfolipid dan Kolesterol

Metabolisme lipid merupakan reaksi enzimatis pengurai lipi menjadi asam


lemak dan monogliserida oleh lipase pankreatik dengan adanya garam empedu
sehingga menghasilkan asam lemak dan monogliserida dalam bentuk misel. Misel
tersebut berdifusi menuju mikrovili dan masuk kedalam enterosit, diikat dengan
protein pengikat asam lemak FABDP (Fatty Acid-Binding Protein). Selanjutnya
molekul tersebut diesterifikasi untuk membentuk trigliserida di dalam REH. Molekul
trigliserida ditranport menuju badan golgi untuk menjalani konversi menjadi
silomikron atau kompleks apoprotein lipid. Silikrom dikeluarkan dari enterosit
dengan proses eksositosis menuju ruang interseluler. Mekanisme metabolisme lipid
(Yunita, 2016).

16
Semua lipid yang digunakan untuk mengganti membrane plasma dibentuk
pada REH, yaitu fosfolipid, glikolipid dan kolesterol. Fosfolipid yang disintesis
adalah pospatidilcolin (PC). PC dibuat dari gliserol-pospat dari kalin. RE juga
menghasilkan seramida. Seramida dibawa ke golgi, pada golgi menjadi
glikosfingolipida dan sfingomielin. Jadi dua jenis molekul lipid ini dibuat di golgi
karena enzim yang berperan sebagai katalisator pembentukkannya berada pada
membrane golgi.

Sintesis kolesterol dari asam asetat berlangsung di selaput RE, dari membrane
RE, kolesterol dibawa ke membrane mitokondria untuk diubah menjadi pregnenolon,
yang merupakan zat hormone steroid. Proses ini melibatkan mitokondria karena
melibatkan O2, NADPH, dan sitokrom P450. Kemudian pregnenolon dibawa kembali
ke RE untuk diselesaikan pembentukkannya menjadi hormone steroid (Sheler and
Bianchy, 1987).

7. Detoksifikasi

17
Detoksifikasi artinya proses menetralkan senyawa-senyawa racun, senyawa-
senyawa yang berbahaya diubah menjadi tidak berbahaya. Enzim pada RE halus yang
banyak berperan dalam detoksifikasi adalah Sitokrom P450. Proses detoksifikasi
banyak berlangsung di hati, tapi juga ada di usus, ginjal, paru-paru, dan kulit. Di
dalam selaput RE halus pada sel-sel organ ini, racun yang sebagian besar terlarut di
dalam lipid, dibuat tidak aktif oleh serangkaian reaksi yang umumnya adalah reaksi
oksidasi. Contohnya adalah reaksi hidroksilasi, yaitu reaksi kimia yang dapat
meningkatkan larut senyawa-senyawa tersebut dalam air, sehingga lebih mudah
dikeluarkan dari tubuh.

8. Melalui Hidrolisis Glikogen menjadi Glukosa

Gula tersimpan di liver (jaringan hati) dalam bentuk glikogen, di keluarkan ke


darah dalam bentuk glukosa. Ketika diperlukan, glikogen diubah menjadi glukosa 1-
pospat oleh enzim glikogen posporilase. Kemudia diubah menjadi glukosa 6-pospat
oleh enzim phosphoglucomutase yang ada di sitosol. Kondisinya, membran plasma
impermeable (tidak dapat dilalui) oleh gula terphosporilasi, maka glukosa 6-pospat
harus didephosphorilasi terlebih dahulu dengan enzim glukosa 6-phosphatase. Enzim
ini terikat pada membran RE halus. Dengan bantuan enzim ini, glukosa 6-pospat
diubah menjadi glukosa. Glukosa keluar melewati membran plasma dengan bantuk
enzim permease, yang juga ada pada membran RE halus.

18
2.4. Analisis Jurnal
Judul Penelitian : Pengaruh Antioksidan Flavonoid Terhadap Kadar Protein
Mikrosomal Hati Tikus Yang Diinduksi Dengan Karbontetraklois
Penulis : Agustina Dwi Wijayanti, Syarifudin Tato dan Soesanta
Mangkoewidjojo Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah
Mada, Jurnal Sains Veteran XXI (2) 2003

A. Pendahuluan
Penggunaan obat yang mengandung senyawa antioksidan guna menangkal
radikal bebas misalnya penyakit jantung koroner dan aterosklerosis. Menurut Stinor
dan Crowley (1984) oksidasi asam lemak dapat membentuk peroksida yang sangat
rekatif dengan radikal bebas dan dapat merusak struktur membran lipid. Salah satu
senyawa antioksidan adalah karbontetrakloid yang diketahui dapat menyebabkan
proses oksidasi dalam hati, mengganggu sintesis protein dan aktivitas beberapa enzim
(Hayes, 1989).
Efek hepatoksis karbon tetrakloid (CCl4) sudah diketahui lebih dari 50 tahun
sitotosisitas CCl4 terutama terjadi pada mitokondria serta aktivasi enzimatik terhadap
senyawa CCl4 menjadi radikal bebas dalam membran retikulum endoplasma.
Menurut Reynold dan Moslen (1980) mengatakan metabolit CCl4 akan berikatan
secara kovalen dengan protein dan lemak di dalam retikulum endoplasma beberapa
menit setelah keracunan. Setelah satu jam keracunan, terjadi penurunan sintesis
protein, depresi aktivitas enzim glukosa 6 fosfat dan beberapa komponen enzim
dalam mixed function oxidase system di dalam hati. Metabolit CCl4berikatan dengan
protein mikrosomal dan mengakibatkan kerusakan enzim mikrosomal sitokrom p-450
(Anders, 1988).

B. Metodologi
Alat Bahan
1. Ultrasentrifuse 1. Flavonoid rutin

19
2. Homogenizer 2. Tikus wistar jantan
3. Spektrofotometer 3. CCl4
4. Timbangan digital 4. Bio rad protein assay
5. Freezer 5. Buffer A (Tris-Asetat)
6. Mikropipet 6. Buffer B (kalium firofosfat)
7. Tabung sentrifuse
8. Kuvet
9. Spet
10. Spet berkanul
11. Parafilm

C. Prosedur
1. Hewan diberlakukan sesuai dengan metode kumaravelu (1996) yang telah
dimodivikasi
2. Pembuatan homogenant yang dilakukan secara ultrasentrifugasi
3. Pengukuran protein mikrosomal secara kolorimetrik dengan biorad protein assay
yang dibaca menggunakan standar BSA
4. Analisis data dilakukan dengan analisa varian satu arah (complecity Randomized
Design) kemudian data dipresentasikan dalam bentuk rerata

D. Hasil dan Pembahasan


Tabel 1. Pengukuran kadar protein fraksi mikrosomal hati tikus
Kelompok Protein
I (kontrol) 14,96
II (flavonoid) 13,6
III (CCl4) 10,36
IV (CCl4 + flavonoid) 10,9
Hasil pengukuran protein mikrosomal pada kelompok tikus yang diberi
flavonoid (kelompok II) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok CCl4 (kelompok
III). Penambahan dosis flavonoid pada penelitian ini dimungkinkan dapat
meningkatkan daya antioksidan dan perlindungan terhadap sintesis protein

20
mikrosomal. Hasil ini menunjukkan bahwa flavonoid memiliki daya antioksidan yang
mampu melindungi molekul protein.
Protein mikrosomal merupakan protein yang dikandung oleh fraksi
mikrosomal homogenant yang berasal dari retikulum endoplasma (Ganngoli and
Philips, 1996). Hambatan sintesis protein dalam sel hati terlihat secara elektron
mikroskopi dengan ditandai terjadinya dilatasi sisterna retikulum endoplasma dan
hilangnya partikel ribosom pada membran. Terhambatnya sintesis protein tersebut
mengakibatkan gangguan pembentukan lipoprotein, protein hepatik, albumin, dan
fibrinogen.
Dengan demikian, penambahan dosis flavonoid pada penelitian ini
dimungkinkan dapat meningkatkan daya antioksidan dan perlindungan terhadap
sintesis protein mikrosomal. Flavonoid memiliki daya antioksidan yang mampu
melindungi molekulprotein radikal bebas CCl4. Flavonoid mencegah terjadinya
ikatan metabolit CCl4 protein dengan membentuk radikal flavonoid dan akan bereaksi
dengan membentuk radikal flavonoid dan akan bereaksi dengan metabolit CCl4
membentuk kompleks non toksik yang kemudian dieksresikan ke luar tubuh (Torel et
al, 1986).
Kesimpulan
1. Daya antioksidan flavonoid rutin mampu menjaga konsentrasi protein mikrosomal
hati
2. Konsentrasi protein mikrosomal kelompok falvonoid lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok CCl4
3. Flavonoid mampu mengikat metabolit toksik CCl4 sehingga mencegah ikatan
metabolit tersebut dengan dengan protein mikrosomal.
4. Kadar protein kelompok flavonoid + CCl4 lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok CCl4 dan ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan yang mampu
menaikkan sintesis protein.

21
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam penelitain ini ialah sebagai berikut:
1. Retikulum endoplasma merupakan struktur membran yang memanjang
(struktur yang merupakan perpanjangan dari membran nucleus). Retikulum
endoplasma (RE) jika diamati tampak berupa lembaran berlipat-lipat,
mengelilingi suatu ruangan yang disebut lumen atau sisternae yang berbentuk
labirin. Yang terdiri dari tubulus-tubulus, vesikel, dan kantong pipih yang
menempati ruang sitoplasma.
2. Secara umumum dibagi menjadi dua macam yaitu RE kasar (REK) atau RE
granular (REG), jika permukaan membran luarnya ditempeli ribosom, dan RE
halus (REH) atau RE agranular (REA) jika membrannya tidak ditempeli
ribosom. Fungsi retikulum endoplasma antara lain untuk sintesis lipid, lemak,
fosfolipid dan steroid; mengatur metabolisme karbohidrat dan menghancurkan
racun dan obat-obatan di dalam sel hati dan menyimpan ion kalsium yang
penting untuk kontraksi otot.

3.2. Saran
Dalam penulisan ini masih kurang mebahas lebih lanjut proses endomembran
pada Retikulum Endoplasma sehingga materi masih perlu perbaikan. Dan harapannya
apada membaca memberikan kritik dan saran bagi penulis demi makalah ini
kedepannya. Atau bagi pra pembaca sebagai bahan bacaan untuk yang meneliti
ataupun membuat makalah berikutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Alberts, Bruce, Hopkin Johnson, Lewis Raff, Roberts Walter. 2009. Essential Cell
Biology: 3rd Edition. Retrieved on July 20 2015 from
http://www.garlandscience.com

Cambell., Neil A. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid I. Jakarta: Erlangga

Istanti, dan Annie. 1999. Biologi Sel. Malang: Universitas Negeri Malang.
Karp and Gerald. Cell and Molecular Biology: Consept and Experiment. New York:
John Wiley
Kimball, John. 1983. Biology Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
___________. 1990. Biologi Jilid 1. Erlangga. Terjemahan
Leigher. 2000. Principle of Biochemitry. New York: Word Publisher
Nuraida,Dede. 2008. Struktur dan Perkembangan.Tuban: Press
Sumadi & Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu
Yunita O. 2016. Biologi Sel. PT. Gelora Aksara Pratama: Erlangga

23

Anda mungkin juga menyukai