Anda di halaman 1dari 11

Keterampilan Proses Sains

( Karakteristik dan Aplikasi Keterampilan Proses Sains)

Makalah
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Dasar-Dasar Pendidikan IPA

oleh
Advend Sri Rizky Sianturi (0402518039)
Aini Sa’adah (0402518045)

PENDIDIKAN IPA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Keterampilan Proses Sains.
Makalah ini telah kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar –
dasar Pendidikan IPA, dengan harapan semoga makalah tentang ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Semarang, Agustus 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan
perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,
termasuk kreativitas. Proses didefinisikan sebagai perangkat keterampilan
kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses
merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen
yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian.
Menurut Rustaman (2003), keterampilan proses adalah keterampilan yang
melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan
sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan
proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat
dalam keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan
bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga
terlibat dalam keterampilan proses karena mereka berinteraksi dengan
sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, misalnya
mendiskusikan hasil pengamatan. Keterampilan proses perlu dikembangkan
melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar.
Melalui pengalaman langsung, seseorang dapat lebih menghayati proses atau
kegiatan yang sedang dilakukan.
IPA adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, bukan hanya penguasaan kumpulan fakta, konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan (Depdiknas,
2006). IPA harus diajarkan dengan pembelajaran yang memungkinkan siswa
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya & membangun sendiri
konsepnya. Masalah yang kadang muncul di sekolah yaitu siswa mendapat
nilai yang tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka tampak kurang
mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan
maupun sikap kedalam situasi yang lain. Para siswa memang memiliki
sejumlah pengetahuan, namun banyak pengetahuan itu diterima dari guru
sebagai informasi, sedangkan mereka sendiri tidak dibiasakan untuk mencoba
menemukan sendiri pengetahuan atau informasi itu. Akibatnya pengetahuan itu
tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari dan cepat terlupakan.
Pembelajaran sains di sekolah saat ini dioreitasikan pada pemecahan
masalah yang bertujuan agar pembelajaran tidak sebatas pengetahuan saja
namun dapat berupa keterampilan tertentu untuk memecahkan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari. Kumpulan keterampilan kompleks yang dimiliki
siswa untuk memecahkan masalah sains disebut dengan Keterampilan Proses
Sains (KPS). Rustaman(2005) menyatakan bahwa KPS seharusnya
dikembangkan sejak siswa belajar di bangku SLTP.Keterampilan proses sains
dapat memfasilitasi siswa untuk mencapai pembelajaran sains dengan
menemukan sendiri fakta, konsep pengetahuan & menumbuhkembangkan
sikap dan nilai yang dituntut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Klasifikasi dan aplikasi pendekatan keterampilan proses sains
2. Penelitian yang mendukung peningkatan keterampilan proses sains

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui klasifikan dan aplikasi pendekatan keterampilan proses sains


2. Mengetahui beberapa penelitian dalam peningkatan keterampilan proses sains.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Keterampilan Proses Sains
Menurut Rustaman (2003), keterampilan proses adalah keterampilan yang
melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan
sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan
proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan proses perlu dikembangkan
melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar. Melalui
pengalaman langsung, seseorang dapat labih menghayati proses atau kegiatan
yang sedang dilakukan. Keterampilan proses sains (KPS) adalah perangkat
kemampuan kompleks yang biasa digunakan oleh para ilmuwan dalam melakukan
penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses pembelajaran. Menurut Dahar
(1996), KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam
memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat
penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam
mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
2.2 Klasifikasi dan Aplikasi Keterampilan Proses Sains
Funk (1985) dalam Dimyati dan Mudjiono, (2009) mengutarakan bahwa
keterampilan proses dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a. Keterampilan proses dasar (basic skill)
Keterampilan proses dasar meliputi kegiatan yang berhubungan dengan:
1. Observasi / Pengamatan : pengumpulan informasi dengan menggunakan
seluruh indra/alat bantu. Mengamati merupakan tanggapan terhadap
berbagai objek dan peristiwa alam dengan pancaindra. Dengan obsevasi,
siswa mengumpulkan data tentang tanggapan-tanggapan terhadap objek
yang diamati. Contoh: siswa diminta untuk mengidentifikasi beberapa benda
tentang berapa massanya, volumenya, kerapatan molekulnya, bentuknya,
dan teksturnya.
2. Komunikasi: kegiatan menyampaikan hasil pengamatan/hasil kajian ilmiah
pada orang lain secara langsung maupun tak langsung. Mengkomunikasikan
dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan
prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara dan visual
(Dimyati dan Mudjiono, 2009). Contoh: membaca peta, tabel, grafik, bagan,
lambang-lambang, diagram, demontrasi visual.
3. Klasifikasi: Menggolongkan dan mengamati persamaan, perbedaan dan
hubungan serta pengelompokan objek berdasarkan kesesuaian dengan
berbagai tujuan. Sejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam
kehidupan di sekitar, lebih mudah dipelajari apabila dilakukan dengan cara
menentukan berbagai jenis golongan. Contoh: siswa diminta untuk
mengelompokkan besaran menurut Satuan Internasional (SI) apakah
termasuk dalam besaran pokok atau besaran turunan.
4. Pengukuran: keterampilan dalam menggunakan alat dalam memperoleh
data. Contoh: siswa mengukur suhu suatu air mendidih dengan termometer,
mengukur diameter kawat dengan mikrometer skrup, serta menghitung
besar suatu arus listrik DC dengan amperemater.
5. Prediksi: mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang
akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau
kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip
dalam pengetahuan (Dimyati dan Mudjiono, 2009). Contoh: siswa diminta
memprediksi suatu keadaan misalnya apa yang akan terjadi apabila es batu
dibiarkan di tempat yang panas.
6. Inferensi: keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau
peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui. Contoh:
siswa menyimpulkan sifat beberapa larutan berdasarkan hasil percobaan uji
daya hantar listrik dan sifat asam – basa larutan dengan menggunakan
indikiator asam – basa.

Dalam kurikulum 2013, penguasaan keterampilan proses sains dijelaskan


pada keterampilan dasar ilmu pengetahuan alam dari kompetensi inti ke-4
(kompetensi ketampilan). Kompetensi dasar untuk kelas IV meliputi:
melakukan pengamatan, mmembuat laporan tertulis, membuat tabel atau
grafik, melakukan dan menyajikan hasil percobaan, membuat karya/model.
Kelas V meliputi: pengamatan rantai makanan, membuat bagan, klasifikasi
manfaat bagian tumbuhan, merancang rangkaian listrik, membuat kompas
dan electromagnet, memprediksi ganngguan keseimbangan alam,
melaporkan tentang jenis penyakit organ tubuh.

b. Keterampilan terintegrasi (integarted skill)


Keterampilan terintegrasi merupakan perpaduan dua kemampuan
keterampilan proses dasar atau lebih. Keterampilan terintegrasi terdiri atas:
1. Identifikasi Variabel: Keterampilan mengenal ciri khas dari faktor yang
ikut menentukan perubahan.Dalam penyelidikan ilmiah para ilmuan sering
mengendalikan variable eksperimen atau penelitian.
2. Tabulasi: Keterampilan penyajian data dalam bentuk tabel, untuk
mempermudah pembacaan hubungan antarkomponen (penyusunan data
menurut lajur-lajur yang tersedia).
3. Grafik: Keterampilan penyajian dengan garis tentang turun naiknya sesuatu
keadaan.
4. Deskripsi hubungan variabel: Keterampilan membuat sinopsis/pernyataan
hubungan faktor-faktor yang menentukan perubahan. Variabel adalah faktor
yang berpengaruh. Sebagai contoh, guru dapat melatih anak-anak dalam
mengendalikan variabel untuk membuktikan bahwa tanaman jagung yang
diberi pupuk akan lebih cepat tumbuh.
5. Perolehan dan proses data: Keterampilan melakukan langkah secara urut
untuk memperoleh data. Data yang dikumpulkan melalui observasi,
penghitungan, pengukuran, eksperimen dapat dicatat dan disajikan dalam
bentuk grafik, tabel, histogram, atau diagram.
6. Analisis penyelidikan: Keterampilan menguraikan pokok persoalan atas
bagian-bagian dan terpecahkannya permasalahan berdasarkan metode yang
konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasar.
7. Hipotesis: Keterampilan merumuskan dugaan sementara. Hipotesis
menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan perkiraan
penyebab suatu terjadi. Dengan berhipotesis di ungkapkan cara melakukan
pemecahan masalah.
8. Ekperimen: Keterampilan melakukan percobaan untuk membuktikan suatu
teori/penjelasan berdasarkan pengamatan dan penalaran.

B. Kajian Empiris
Penulisan makalah ini didasarkan dari penelitian-penelitian yang telah ada,
yaitu:
Menurut hasil Penelitian Subali (2011) menunjukkan bahwa Keterampilan
proses sains baik dalam Biologi maupun dalam bidang IPA lainnya harus
dijadikan satu sasaran yang diprioritaskan dalam pembelajaran, terlebih
pembelajaran keterampilan proses sains dengan tujuan untuk
mengembangkan kreativitas peserta didik. Hal tersebut dapat dilakukan
manakala teknik pengukuran juga memberi kesempatan pada pengukuran
dengan bentuk alat ukur berupa bentuk uraian terbuka. Keterampilan proses
sains merupakan keterampilan kinerja (performance skill) yang memuat
aspek keterampilan kognitif (cognitive skill), keterampilan intelektual yang
melatarbelakangi penguasaan keterampilan proses sains dan keterampilan
sensorimotor (sensorimotor skill). Penelitian oleh Astuti(2012) menunjukkan
bahwa pembelajaran IPA pada materi limbah dan pemanfaatan limbah
melalui pendekatan keterampilan proses sains dengan eksperimen terbimbing
lebih efektif dibandingkan dengan metode eksperimen bebas termodifikasi.

Meurut penelitian Wiwin 2013 meunjukkan Inkuiri terbimbing merupakan


suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola pembelajaran
kelas. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran kelompok
dimana siswa diberi kesempatan untuk berfikir mandiri dan saling membantu
dengan teman yang lain. Pembelajaran inkuiri terbimbing membimbing siswa
untuk memiliki tanggung jawab individu dan tanggung jawab dalam
kelompok atau pasangannya. Penelitian yang telah dilakukan menyimpulkan
bahwa pendekatan inkuiri terbimbing yang melibatkan proses secara ilmiah
melalui eksperimen untuk membuktikan kebenaran suatu materi yang
dipelajari mampu meningkatkan keterampilan proses sains dasar pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta.
Siwa (2013) juga menyebutkan bahwa Terdapat perbedaan hasil belajar
keterampilan proses sains antara kelompok siswa yang mengikuti model
pembelajaran proyek dengan kelompok siswa yang mengikuti model
pembelajaran Konvensional.
Menurut Wahyudi (2013), siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran yang disajikan guru dalam bentuk LKS (Lembar Kerja Siswa)
yang mencerminkan keterampilan proses sains, serta dilakukan dengan
menggunakan metode ilmiah tertentu yang merupakan prosedur untuk
mendapatkan ilmu.Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
melatihkan keterampilan proses sains dapat meningkatkan hasil belajar di
kelas. Menurut Rahayu (2011) penerapan pembelajaran dengan pendekatan
keterampilan proses dilaksanakan dengan praktikum pada materi kalor dapat
meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
KPS adalah kemampuan menerapkan metode ilmiah dalam memahami,
mengembangkan & menemukan ilmu pengetahuan. KPS penting bagi setiap
siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam
mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. Keterampilan proses dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu keterampilan proses dasar & keterampilan
terintegrasi. Keterampilan proses dasar meliputi: observasi, komunikasi,
klasifikasi, pengukuran, prediksi & inferensi. Keterampialn terintegrasi
meliputi: identifikasi variabel, tabulasi, grafik, deskripsi hubungan variabel,
perolehan dan proses data, analisis penyelidikan, hipotesis & eksperimen.
3.2 Saran
Pendekatan keterampilan proses sains dalam pembelajaran perlu
diterapkan agar siswa dapat memahami dan merasakan bagaimana
menemukan sendiri suatu pengetahuan atau informasi, sehingga pengetahuan
atau informasi yang diperoleh dapat melekat lebih dalam di dalam memori
siswa. Meski demikian, pada pelaksanaannya dalam menerapkan
keterampilan proses sains dalam pembelajaran siswa perlu mendapat
bimbingan dari guru agar tidak terjadi salah konsep (missconcept) mengenai
ilmu atau pengetahuan yang sedang dipelajarinya.
Daftar Pustaka
Astuti, R., W. Sunarno & S. Sudarisman. 2012. Pembelajaran Ipa Dengan
Pendekatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode Eksperimen
Bebas Termodifikasi Dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau Dari Sikap Ilmiah
Dan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Inkuiri, 1(1): 51-59
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Rustaman, Nuryani,. 2003 Common textbook Strategi Belajar Mengajar Biologi,
Jurusan Pendidikan Biologi, Bandung.
Siwa, I.B., I.W.Muderawan, I.N. Tika. 2013. Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Proyek Dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Keterampilan Proses Sains
Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa. E-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha, 3: 1-13
Subali, Bambang. 2011. Pengukuran Kreativitas Keterampilan Proses Sains
Dalam Konteks Assessment For Learning. Cakrawala Pendidikan,3(1):130-
144
Wiwin Ambarsari .2013 penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap
keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi siswa kelas viii smp
negeri 7 surakarta. Jurnal Inovasi Pendidikan Biologi, 5(1): 62 – 65
.

Anda mungkin juga menyukai