Resume
Oleh
Kelompok 1
Annisaa Ahmada Atusta 190341764440
Refsya Aulia Fikri 190341864413
Wiji Astutik 190341864425
Dwi Darmayanti 190341764443
Lina Kumalasari 190341864403
Nur Annisa 190341864424
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
November 2019
A. Pendahuluan
Struktur sebagian besar sel eukariotik mempunyai protoplasma yang dikelilingi oleh
selaput sel yang disebut sitoplasma. Sitoplasma tersusun oleh bentukan-bentukan yang
terbungkus selaput. Bentukan-bentukan berselaput tersebut dinamakan organela, sedangkan
cairan di dalam protoplasma disebut sitosol. Organel merupakan komponen struktural dan
fungsional tersendiri yang menopang fungsi kehidupan suatu sel. Beberapa karakter organel
memiliki ketersinambungan (kontinuitas) fungsi yang didasarkan pada karakter strukturnya
(Campbell et al, 2010). Karakter organel diantaranya dicirikan dengan adanya struktur
membran internal sel, yang seperti halnya membran plasma sel juga tersusun atas komponen
fosfolipid bilayer yang fluid, memiliki protein-protein integral, serta reseptor.
Meskipun membran tiap organela ini mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda,
kesemuanya membentuk suatu kesatuan dimana tiap komponen menjadi bagian dari unit
kesatuan. Struktur ketersinambungan antar organel dengan karakter-karakter yang terdapat
pada masing-masing organel inilah yang pada akhirnya akan menopang fungsi seluler pada
sel. Membran-membran sel ini membentuk suatu sistem kompartmen yang saling
berinteraksi. Struktur berkesinambungan yang terdiri dari beberapa organel dengan struktur
membran sebagai dasar konstruksinya ini disebut sebagai sistem endomembran.
Organel-organel dikelompokkan menjadi sistem selaput sitoplasmik atau sistem
endomembran dan organela pembangkit penghasil energi. Sistem endomembran merupakan
satu kesatuan sistem yang dinamik di dalam sel yang terdiri dari organela-organela
berselaput, dengan struktur dan fungsi berbeda satu sama lain. Di dalam sistem endomembran
terjadi perpindahan material (misalnya protein, lipid, dan karbohidrat) dari satu tempat ke
tempat lain di dalam dan atau di antara organela-organela tersebut. Tiap transport material
berada pada jalurnya masing-masing. Organela-organela yang termasuk di dalam sistem
endomembran adalah: retikulum endoplasma (RE), kompleks Golgi/Apparatus
Golgi/Diktiosom, lisosom.
B. Sistem Endomembran (Traffic Vesikular)
1. Retikulum Endoplasma
Bedasarkan struktur dan fungsinya retikulum endoplasma (RE) dibedakan menjadi
dua macam tipe. Dua macam tipe pada retikulum endoplasma tersebut ditemukan pada sel
eukariotik, dibedakan berdasarkan ada tidaknya ribosom yang melekat pada membran RE.
Retikulum endoplama kasar (rough ER) memiliki karakter terdapat ribosom yang melekat
pada membran yang berhadapan ke arah sitosol. Translasi oleh ribosom tersebut terjadi di
sitosol, tetapi protein hasil sintesis akan masuk ke dalam lumen RE dengan cepat. Sebaliknya,
pada retikulum endoplasma halus (smooth ER) tidak ditemukan ribosom yang melekat pada
membran. Gambar elektron micrograph RE kasar dan RE halus disajikan dalam gambar 2.1
Gambar 5. Dinamin yang Ada pada Leher Tunas. (Albert et al, 2015)
Rab protein efektor berinteraksi dengan Rab protein aktif (Rab GTPs, berwarna
kuning, lokasi pada target membrane, membrane vesikel, atau keduanya, yang menetapkan
koneksi pertama diantara dua membrane yang akan berfusi. Rab efektor adalah sebuah
filament protein (warna hijau), SNARE protein pada dua membrane (merah dan biru)
berpasangan menjadi vesikel yang berkaitan (gabungan) ke membrane target dan berfusi.
SNARE protein (SNAREs) mengkatalis reaksi membrane fusi pada transport
vesicular. Pada protein transmembran bersama dengan set komplemen, dengan v SNAREs
biasanya ditemukan pada vesikel membrane dan t SNAREs basanya ditemukan pada
membrane target. Sebuah v SNAREs merupakan polipeptida rantai tunggal, mengingat t
SNAREs disusun oleh dua atau tiga protein.
t-SNARE di membran sasaran sering dikaitkan dengan protein penghambat yang
harus dikeluarkan sebelum t-snare dapat berfungsi. protein Rab dan effectors mereka memicu
pelepasan snare seperti penghambat protein. Dengan cara ini, protein snare terkonsentrasi dan
diaktifkan di yang benar lokasi di membran, di mana protein tethering menangkap vesikel
yang masuk. protein Rab sehingga mempercepat proses dimana protein Snare sesuai dalam
dua membran menemukan satu sama lain. Untuk transportasi vesikular beroperasi secara
normal, vesikel transportasi harus memasukkan yang sesuai snare dan Rab protein. Tidak
mengherankan, karena itu, banyak vesikel transportasi akan membentuk hanya jika mereka
menggabungkan pelengkap yang tepat dari snare dan Rab protein dalam membran mereka.
b. Mekanisme Pensinyalan pada Sorting Protein Untuk Retikulum Endoplasma
Sintesis polipeptida selalu bermula di sitosol, kestika ribosom bebas mulai
mentranslasikan seutas molekul mRNA. Polipeptida yang disintesis ada yang berhenti sampai
selesai di dalam sitosol namun ada pula protein tertentu yang harus dibawa menuju RE. RE
mengkap protein-protein tertentu dari sitosol dan akan disintesiskan lebih lanjut di dalam
lumen RE. Terdapat dua tipe protein, yaitu transmembrane protein yang mana hanya akan
melekat pada membran RE, dan jenis kedua adalah water-soluble protein yang mana akan
melalui membran dan dilepaskan ke lumen. Water-soluble protein akan digunakan untuk
proses sekresi atau akan dibawa lebih lanjut oleh lumen organel lain
Polipeptida-polipeptida yang akan menuju ke lumen RE memiliki RE signal
sequence, yang mana akan menginisiasi proses translokasinya. RE signal sequence dibimbing
menuju membran RE oleh sedikitnya 2 komponen yaitu sebuah signal-recognition particle
(SRP) dan SRP reseptor. Proses diawali ketika sebuah koding mRNA untuk sebuah
polipeptida yang akan menuju ke RE ditranslasikan oleh ribosom bebas di sitosol. Proses
sintesis polipeptida terjadi sampai signal sequence telah terbentuk dan muncul di permukaan
ribosom. Mekanisme pensignalan dengan SRP selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:
1. Pada tahap ini SRP akan mengikat RE signal sequence dan memberhentikan proses
translasi. Kemudian SRP akan mengikatkan ribosom pada sebuah struktur khusus di
membran RE yang dinamakan translocon. Translocon adalah sebuah protein complek
yang tersusun dari beberapa komponen yang terkibat pada proses cotranslasional,
termasuk SRP reseptor, ribosom reseptor, dan sebuah pori protein yang berbentuk sebuah
channel sebagai media masuknya polipeptida ke dalam lumen RE.
2. SRP mengikat pada SRP reseptor, dan diikuti ribosom berikatan dengan ribosom
reseptor. Selanjutnya GTP mengikat pada SRP dan SRP reseptor, menghilangkan
pmblokan pada traslasi dan mengakibatkan transfer transfer rangkaian signal pada pori
protein dan mengakibatkan channel sentral membuka selanjutnya rangkaian signal
disisipkan.
3. GTP kemudian terhidrolisis dibarengi dengan lepasnya SRP
4. Polipeptida mengalami proses elongasi di dalam lumen RE dan selanjutnya enzim
peptidase akan memotong sequen, dan akan cepat terdegradasi.
5. Setelah sintesis polipeptida selesai, ujung akhir polipeptida akan terlepas ke dalam
lumen, channel translocon akan tertutup.
6. Pada tahap terakhir ribosom akan melepaskan mRNA dan kembali ke sitosol.
Gambar 8. Proses Pensignalan dengan SRP pada sorting protein (Hardin, 2012)
Tahapan ikatan N pada glikosilasi dalam pelipatan protein di RE dijelaskan dengan gambat
dibawah ini.
Gambar 10. Tahapan ikatan N pada glikosilasi dalam pelipatan protein di RE (Alberts, 2008)
Protein chaperon pada RE yang dinamakan calnexin dan calreticulin akan mengikat
protein yang memiliki lipatan yang tidak sempurna dan mengandung terminal glukosa ikatan
N oligosaccarida. Calnexin akan menjebak protein dalam RE. Selanjutnya ia akan
menghilangkan terminal glukosa dengan enzim glucosidase dengan cara melepaskan protein
dari calnexin. Glucosil tranferase adalah enzim yang sangat penting karena akan menentukan
protein mana yang sudam memiliki lipatan yang tepat dan yang belum tepat. Jika protein
masih memiliki lipatan yang tidak sempurna makan enzim memberikan glukosa baru dari
UDP-glukosa ke ikatan N oligosacarida sehingga akan memperbaharui afinitas protein untuk
calnexin dan tetap masih tertahan di RE dan melakukan siklus yang sama sampai protein
memiliki lipatan yang sempurna. Apabila protein sudah memiliki lipatan yang sempurna
maka protein akan dilepaskan keluar dari RE menuju lumen dari vesikel lain.
2. Kompleks Golgi
a. Struktur Kompleks Golgi
Pengamatan dengan mikroskop elektron menun-jukkan bahwa badan golgi tampak
menyerupai kantung-kantung pipih dengan sejumlah struktur-struktur perifer yang bervariasi.
Setiap kantung pipih diberi nama sakula atau lamella atau sisterna. Setiap sakula berbatas
membran dengan tebal kurang lebih 7,5 nm dan di dalamnya terdapat ruang dengan lebar
berkisar 15 nm yang diberi nama lumen (Sheeler dan Bianchii, 1983). Pada sel tumbuhan,
tumpukan sejumlah lamella dinama-kan diktiosom. Jarak antar lamella dalam suatu
diktiosom berkisar 20 nm. Jumlah lamella pada suatu diktiosom kurang lebih 10 buah.
Permukaan kompleks golgi yang terorientasi ke arah retikulum endoplasma disebut
permukaan pembentukan atau permukaan cis. Sedangkan permukaan yang lain disebut
permukaan matang atau permukaan trans yang terorientasi ke arah membran plasma (Sheeler
dan Bianchii, 1983). Sisterna pada permukaan pembentukan berbentuk cembung, sedangkan
sisterna pada permukaan matang berbentuk cekung. Vesikula-vesikula sederhana yang berada
di sekitar permukaan pembentukan akan berfusi dan ber-kontribusi menambah struktur badan
golgi. Vesikula-vesikula yang terdapat di sekitar permukaan matang lebih besar dan dibentuk
dari permukaan sisterna. Vesikula-vesikula sederhana juga dilepaskan dari bagian tepi
sisterna diantara permukaan pemebentukan dan permukaan.
d. Dua Model Menggambarkan Aliran Lipid dan Protein Melalui Kompleks Golgi
Dua model telah diusulkan untuk menjelaskan pergerakan lipid dan protein dari
CGN ke TGN melalui cisternae medial kompleks Golgi. Menurut model cisternae stasioner,
setiap kompartemen dari tumpukan Golgi adalah struktur yang stabil. Perjalanan antara
cisternae berturut-turut dimediasi oleh vesikel shuttle yang tunas dari satu cisterna dan
sekering dengan sisterna berikutnya dalam cis ke urutan trnas nya. Protein yang ditujukan
untuk TGN hanya dibawa ke depan oleh vesikula antar-jemput, sedangkan molekul yang
termasuk dalam ER dan kompartemen Golgi berturut-turut secara aktif ditahan atau diambil
kembali.
Menurut model kedua, yang dikenal sebagai model pematangan cisternal, yang
cisternae Golgi adalah kompartemen sementara yang secara bertahap berubah dari CGN
cisternae melalui cisternae medial ke TGN cisternae. Dalam model ini, vesikel transisi dari
ER berkumpul untuk membentuk CGN, yang mengakumulasi enzim spesifik untuk tahap
awal pengolahan protein. Langkah demi langkah, masing-masing cis berubah pertama
menjadi medial cisterna menengah dan kemudian menjadi trans cisterna karena memperoleh
enzim tambahan. Enzim yang tidak lagi dibutuhkan di kompartemen akhir kembali di
vesikula ke kompartemen awal. Pada kedua model tersebut, TGN membentuk vesikel
transportasi atau butiran sekretori yang berisi muatan diurutkan yang ditargetkan untuk
berbagai tujuan di luar kompleks Golgi.
Gambar 14. Immunochemical Pewarnaan Dari Kompleks Golgi (Hardin, 2012)
e. Mekanisme Transport Vesikular RE ke Aparatus Golgi
Protein yang baru disintesis melintasi membran RE dari sitosol untuk memasuki
jalur biosintesis-sekretorik. selanjutnya mereka transportasi, dari RE ke aparatus Golgi dan
dari aparat Golgi ke permukaan sel dan di tempat lain, protein ini berturut-turut dimodifikasi
ketika mereka melalui serangkaian kompartemen. Beberapa vesikel transport molekul kargo
dan mereka bergerak ke kompartemen di jalur berikutnya, sementara yang lain berhasil
melarikan diri protein dan mengembalikan mereka ke kompartemen sebelumnya dimana
mereka biasanya berfungsi. Dengan demikian, jalur dari RE ke permukaan sel terdiri dari
banyak pemilahan langkah-langkah, yang terus pilih membran dan protein lumenal larut
untuk kemasan dan transportasi vesikel atau fragmen organel bertunas dari RE dan aparat
Golgi.
Aparatus Golgi juga terletak di rute keluar dari RE, dan sebagian besar dari
karbohidrat yang membuat dilampirkan sebagai rantai samping oligosakarida dengan banyak
protein dan lipid. Bagian dari kelompok-kelompok oligosakarida berfungsi untuk
mengarahkan protein tertentu menjadi vesikel yang kemudian mengangkut mereka ke
lisosom. Tetapi kebanyakan protein dan lipid, setelah mereka telah memperoleh oligosakarida
mereka tepat di apparatus Golgi.
Untuk memulai perjalanan mereka di sepanjang jalur biosintesis-sekretorik, protein
yang telah memasuki RE dan ke aparatus Golgi dikemas dalam vesikel transportasi COPII.
Banyak protein membran aktif direkrut ke dalam vesikel tersebut, di mana mereka menjadi
terkonsentrasi. komponen mantel bertindak sebagai reseptor kargo dan didaur ulang kembali
ke RE setelah mereka telah menyampaikan kargo mereka ke aparatus Golgi. Protein kargo
larut dalam lumen RE, sebaliknya, memiliki sinyal keluar yang melampirkannya ke
transmembran reseptor kargo, yang pada gilirannya mengikat melalui sinyal komponen
lapisan COPII, protein sekretori yang dibuat dalam konsentrasi tinggi mungkin meninggalkan
RE tanpa bantuan reseptor kargo, kemudian keluar dari RE dan menuju apparatus golgi.
Pengarahan protein larut dari ER untuk transportasi ke aparatus Golgi dan seterusnya tidak
dipahami dengan baik. Beberapa transmembran protein yang berfungsi sebagai reseptor
kargo untuk kemasan beberapa protein sekretori ke vesikel COPII yang mengikat
oligosakarida.
Untuk keluar dari RE, protein harus benar dilipat dan, jika mereka subunit dari
kompleks protein, mereka mungkin harus benar-benar dirakit. Itu yang gagal melipat atau
tidak lengkap dirakit tetap di RE, di mana mereka terikat pendamping protein seperti BiP atau
calnexin. protein yang gagal tersebut akhirnya diangkut kembali ke sitosol, di mana mereka
didegradasi oleh proteosome. Setelah vesikel transportasi telah bertunas keluar dari RE dan
telah melepaskan mantel mereka, mereka mulai menyatu dengan satu sama lain. Fusi
membran ini dari kompartemen yang sama disebut fusion homotypic, fusion homotypic
membutuhkan cocok dengan SNAREs.
Proses homotipic fusi yaitu tahap 1 NSF berpasangan dengan v SNAREs dan t
SNAREs dan membrane keduanya. Pada tahap 2 dan 3 pasangan memisah pada interaksi
membrane. Yang memimpin formasi kompartemen yang disebut kumpulan vesicular tubular.
Kompartemen tumbuh oleh fusi homotipic dengan vesikel dari membrane yang samayang
cocok dengan SNAREs. Rab protein membantu regulasi fusi homotipik dapat dilihat pada
Gambar 15.
.
Gambar 15. Proses Homotipic Fusi. (Albert et al, 2015)
Struktur terbentuk ketika vesikel berasal dari RE berfusi dengan satu sama lain yang
disebut kelompok vesicular tubular, kelompok ini merupakan kompartemen baru yang
terpisah dari RE dan tidak memiliki banyak protein yang berfungsi di RE. Mereka dihasilkan
terus menerus dan berfungsi sebagai wadah transportasi yang membawa materi dari RE ke
aparatus Golgi daapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. vesicular kelompok tubular. (Albert et al, 2015)
Gambar 19. Proses Oligisakarida di RE dan Aparatus Golgi. (Albert et al, 2015).
Pada titik ini, glucosyl tertentu transferase di ER dikenal sebagai UGGT (UDP-
glukosa: glikoprotein glucotransferase) bertindak sebagai sensor untuk lipat yang tepat dari
glikoprotein yang baru disintesis. UGGT mengikat protein yang dilipat dengan tidak benar
dan menambahkan satu unit glukosa, membuat protein menjadi substrat untuk putaran lain
ikatan CNX / CRT dan ikatan disulfida. Begitu konformasi yang tepat tercapai, UGGT tidak
lagi mengikat glikoprotein baru, yang kemudian bebas keluar dari UGG dan pindah ke Golgi.
Enzim yang mengkatalisis langkah spesifik glikosilasi dan selanjutnya modifikasi
protein berada pada kompartemen yang berbeda ER dan Golgi kompleks. Pengolahan terjadi
secara berurutan sebagai protein perjalanan dari kompartemen ke kompartemen. Langkah-
langkah yang tercantum di Angka tersebut adalah contoh modifikasi potensial dan tidak tentu
terjadi dengan semua glikoprotein.
i. Glikosilasi lebih lanjut terjadi di Kompleks Golgi
Pengolahan lebih lanjut dari protein N-glikosilasi terjadi di kompleks Golgi sebagai
glikoprotein bergerak dari muka cis melalui cisternae medial ke trans menghadapi tumpukan
Golgi Ini glycosylations terminal di Golgi menunjukkan variabilitas yang luar biasa di antara
protein dan menjelaskan banyak keragaman dalam struktur dan fungsi rantai samping
oligosakarida protein. Glikosilasi terminal selalu mencakup pemindahan beberapa unit
karbohidrat dari oligosakarida inti. Dalam beberapa kasus, tidak ada pemrosesan lebih lanjut
yang terjadi di kompleks Golgi. Dalam kasus lain, oligosakarida yang lebih kompleks yang
dihasilkan oleh penambahan lebih lanjut dari GlcNAc dan monosakarida lainnya, termasuk
galaktosa, asam sialic, dan fucose. Beberapa glikoprotein mengandung unit galaktosa yang
ditambahkan oleh galactosyl transferase, penanda enzim unik untuk Golgi. Mengingat peran
kompleks Golgi di glikosilasi, tidaklah mengherankan bahwa dua kategori yang paling
penting dari enzim hadir dalam tumpukan Golgi adalah glucan sintetase, yang menghasilkan
oligosakarida dari monosakarida, dan glikosil transferase, yang melampirkan kelompok
karbohidrat dengan protein. ER dan Golgi kompleks mengandung ratusan glikosil yang
berbeda transferase, yang menunjukkan kompleksitas potensi rantai samping oligosakarida.
Dalam tumpukan Golgi, masing-masing cisterna mengandung seperangkat enzim pengolahan
yang khas. Perhatikan pada pembahasan sebelumnya bahwa oligosakarida dewasa di
glikoprotein hanya ditemukan di sisi lumen dari ER dan membran kompleks Golgi dan
dengan demikian memberikan kontribusi membran asimetris. Karena sisi lumenal dari
membran ER adalah topologi setara dengan permukaan luar sel, mudah untuk melihat
mengapa semua membran plasma glikoprotein oligosakarida ditemukan di sisi ekstraselular
membran.
j. Peran RE dan Golgi Kompleks dalam Trafficking Protein
Protein yang terikat membran dan larut disintesis dalam ER kasar harus diarahkan ke
berbagai intraselular lokasi, termasuk ER itu sendiri, kompleks Golgi, endosom, dan lisosom.
Apalagi sekali protein mencapai organel tempat tinggal, harus ada mekanisme untuk
mencegahnya pergi kembali. Kelompok lain protein yang disintesis dalam ER kasar
ditetapkan penggabungan ke dalam membran plasma atau untuk melepaskannya di bagian
luar sel. Oleh karena itu, setiap protein mengandung protein spesifik "tag" yang menargetkan
protein ke vesikel transportasi yang akan membawa bahan dari satu lokasi seluler tertentu ke
yang lain. Tergantung pada protein dan tujuan, protein “tag” bisa berupa urutan asam amino
pendek, oligosakarida rantai samping, domain hidrofobik, atau lainnya fitur struktural Tag
juga mungkin terlibat dalam mengecualikan bahan dari vesikula tertentu Lipid membran juga
bisa ditandai untuk membantu vesikula mencapai tujuan yang benar. Tag ini bisa jadi satu
atau gugus fosfat lebih melekat pada posisi 3, 4, dan / atau 5 dari molekul membran
phosphatidylinositol (PI) oleh kinase spesifik. Sebagai contoh, fungsional PI 3-kinase adalah
diperlukan untuk pemilahan vesikula yang tepat ke vakuola di ragi. Pada sel mamalia,
penghambatan kinase inositol mengganggu perdagangan vesikel ke lisosom tersebut. Selain
beberapa tag tertentu pada beberapa lipid, panjang dan derajat saturasi lipida membran
tertentu juga terbukti penting dalam perdagangan vesikel. Gambaran dari perdagangan yang
melibatkan ER dan Golgi kompleks disajikan pada Gambar 7. Penyortiran protein dimulai di
ER dan kompartemen awal tumpukan Golgi, yang mengandung mekanisme untuk mengambil
atau mempertahankan protein spesifik kompartemen. Langkah penting ini mempertahankan
fungsi spesifik kompartemen yang dibutuhkan untuk menjaga integritas jalur glikosilasi dan
pengolahan. Pemilahan akhir material yang akan meninggalkan kompleks Golgi terjadi di
TGN, di mana lipid dan protein secara selektif dikemas ke dalam populasi vesikula
transportasi yang berbeda yang ditakdirkan untuk lokasi yang berbeda di dalam sel. Di
beberapa sel, kompleks Golgi juga terlibat dalam pengolahan protein yang masuk ke sel oleh
endositosis.
Peleburan yang terjadi pada vesikel sekretori dengan membrane plasma pada
umumnya dipicu oleh signal ekstraseluler tertentu. Pada sebagian besar kasus, signal berupa
hormone atau neurotransmitter yang berikatan dengan reseptor spesifik pada permukaan sel
sehingga memicu sintesis atau pelepasan second messenger dalam sel. Eksositosis protein
tertentu terbatas untuk permukaan sel tertentu. Missal, sel sekretori dalam usus melepaskan
enzim pencernaan hanya pada sisi sel yang menghadap pencernaan interior. Fenomena ini
disebut dengan polarized secretion.
Proses RME dimulai dengan pengikatan molekul tertentu (ligand) dengan reseptor
(1), Saat reseptor-ligan bercampur (berikatan) terhadap membrane, maka akan menuju pada
daerah tertentu yang disebut coated pits (2), akumulasi reseptor-ligan kompleks pada coated
pits mengakibatkan akumulasi protein tambahan pada membrane plasma bagian dalam
(sitosol) penambahan protein (protein adaptor, clathrin, dinamin dibutuhkan untuk pelekukan
dan invaginasi pit) (3), invaginasi berlanjut hingga pit terjepit dari membrane plasma
membentuk coated vesicle (4), selanjutnya clathrin coat/lapisan dilepaskan meninggalkan
membrane plasma (5), Lapisan protein dan dinamin selanjutnya didaur ulang ke membrane
plasma, agar dapat membentuk vesikel baru (6).
4. Coated Vesicle
Pada umumnya vesikel yang terlibat dalam transfer lipid dan protein disebut dengan
coated vesicle karena pada saat pembentukannya lapisan protein menyelubungi sitosol
karakter selubung, lapisan. Pada umumnya pada coated vesicle terdapat lapisan protein pada
bagian sitosol membrane yang mengelilingi vesikel. Lapisan protein berpartisipasi dalam
berbagai langkah pembentukkan vesikel transport. Jenis lapisan protein pada vesikel
membantu dalam pemilihan molekul yang diperuntukkan untuk tujuan tertentu dalam sel.
Lapisan protein tertentu pada vesikel bertindak sebagai indicator asal dan tujuan vesikel
dalam sel (Hardin et al, 2012).
Triskelion tersusun secara overlap, bertumpukan satu sama lain. Susunan semacam ini
akan dapat memperluas kontak antara clarith polipeptida dan dapat memberi kekuatan
mekanis yang dibutuhkan saat pembentukan vesikel (Hardin et al, 2012).
Selain clarith, clarith coat vesicle juga mengandung protein adaptor (AP2). AP2
mengandung berbagai macam subunit dengan berbagai fungsi. AP terdiri dari 4 polypeptida,
2 diantaranya merupakan subunit adaptin, satu rantai medium dan satu rantai kecil. µ subunit
berfungsi mengikat ekor sitoplasma pada membrane plama spesifik. Β-adaptin subunit
mengikat dan merekrut molekul clathrin.
Gambar 28. Molekul organisasi coated vesicle
Sumber: Karp, 2010
Gambar 29. Hipotesis SNARE untuk Transport Vesikel Target dan Fusi
Sumber: Hardin, 2012
Gambar 33. Penargetan Enzim Lisosom terlarut terhadap endosom dan lisosom oleh Mannose-6-fosfat.
Sumber : Hardin, 2012
Pada endosom, enzim hidrolitik akan terlepas dari reseptor M6P karena adanya
penurunan pH menjadi 5. Setelah terlepas, reseptor M6P akan dibawa oleh vesikel transpor
dari endosom kembali ke membran trans golgi untuk digunakan kembali. Transpor, baik
menuju endosom atau kebalikannya membutuhkan peptida penanda (signal peptide) yang
terdapat pada ekor sistoplasmik dari reseptor M6P. Namun demikian, tidak semua molekul
dengan M6P dikirim ke lisosom, ada yang lolos dari pengepakan dan ditransfer ke luar sel.
Reseptor M6P juga terdapat di membran plasma yang berguna untuk menangkap enzim
hidrolitik yang lolos tersebut dan membawanya kembali ke endosom (Hardin, 2012).
c. Enzim Lisosom Penting dalam Beberapa Proses Pencernaan
Lisosom penting dalam aktivitas sel yang beragam seperti pembentukan nutrisi,
pertahanan, mendaur ulang komponen sel, dan proses deferensiasi. Yang membedakan proses
pencernaan yang bergantung pada enzim lisosom adalah berdasarkan lokasi aktivitas dan asal
bahan yang dicerna. Terkadang aktivitas pencernaan bersifat intraseluler, dan juga terkadang
lisosom dapat melepaskan enzim ke bagian luar sel secara eksositosis. Bahan yang akan
dicerna seringkali berasal dari ekstraseluler, walaupun ada juga proses penting yang
melibatkan pencernaan lisosom secara intraseluler. Untuk membedakan lisosom yang matang
berdasarkan dari asal usul yang berbeda, mengacu pada zat yang terkandung berasal dari
ekstra seluler yang disebut sebagai lisosom heterophagic, sedangkan yang mengandung
bahan yang berasal dari intraseluler disebut lisosom autophagic. Proses spesifik dimana
enzim lisosom yang terlibat adalah secara fagositosis, endositosis yang dimediasi reseptor,
autophagy, dan pencernaan ekstraseluler (eksositosis).
d. Fagositosis dan Endositosis yang dimediasi oleh reseptor: Lisosom dalam
Pertahanan dan Nutrisi
Agar sel tetap baik dan sehat, maka sel-sel harus menyerap nutrisi tertentu dan zat
lainnya. Banyak molekul yang diperlukan untuk kesehatan sel, termasuk protein dan nutrisi
lainnya, terlalu besar untuk melewati membran sel, sehingga sel tergantung pada proses yang
disebut endositosis untuk menyerap zat ini. Endositosis memungkinkan sel untuk
mengelilingi molekul vital dengan membran selnya, sehingga menyerap mereka ke dalam
tubuh sel. Selama endositosis, sebagian dari membran sel mengelilingi substansi yang akan
diserap, membentuk kantung ke bagian dalam sel. Membran ini kemudian menutup jalan
keluar sekitar substansi, menciptakan vesikel yang disebut endosom atau fagosom yang
kemudian berpindah ke dalam sitoplasma sel. Endosom memberikan isinya dengan struktur
lain dalam sel yang disebut lisosom. Endosom dan lisosom menyatu bersama, memungkinkan
proses pencernaan terjadi di dalam lisosom.
Fagositosis melibatkan penyerapan sel bahan padat, dan pinositosis sel menyerap
cairan. Endositosis dimediasi clathrin menggunakan reseptor khusus untuk menarik dan
menyerap bahan tertentu seperti lipoprotein dan antibodi. Dala, clathrin-mediated endositosis,
sel membentuk lubang atau caveolae pada membran eksterior. Lubang ini dilapisi dengan
reseptor. Ketika lubang menjadi penuh dengan lipoprotein atau molekul lain yang
dimaksudkan untuk melekat pada reseptor yang ada, maka membentuk vesikel dan diserap ke
dalam sel. Namun pada neuron atau sel saraf tidak mempunyai claveolae.
Salah stau fungsi yang paling penting dari enzim lisosom adalah mampu
mendegradasi bahan asing yang dibawa ke sel eukariotik secara fagositosis dan endositos
yang dimediasi reseptor. Fagositik vakola yang ditransformasikan menjadi lisosom dengan
endosom awal, sedangkan vesikel yang mengandung bahan spesifik yang dibawa ke dalam
sel secara endositosis yang dimediasi reseptor juga akan membentuk endosom awal.
Endosom awal yang menghasilkan vesikel dari trans golgi mengandung asam hidrolase, dan
akan membentuk endosom akhir dan lisosom, bahwa bahan yang tertelan akan segera
dicerna.
Produk yang telah larut dalam pencernaan seperti gula, asam amino, dan nukleotida
akan diangkut melintasi membran lisosom ke dalam sitosol dan digunakan sebagai sumber
nutrisi oleh sel. Zat-zat yang lain dapat berdifusi dan menjalani transpor aktif. Kondisi
asamyang dipengaruhi oleh gradien ion hidrogen berpengaruh terhadap pemberian energi
untuk mengangkut zat-zat keluar masuk dari sitosol (Hardin, 2012).
Bahan-bahan yang tidak dapat dicerna akan tersisa di lisosom, dan menjadi sisa
tubuh karena proses pencernaan berhenti. Lisosom yang berfungsi dalam pencernaan
intraseluler pada berbagai keadaan. Amoeba dan banyak protista lain makan dengan jalan
menelan organisme dan partikel makanan lain yang lebih kecil, suatu proses yang disebut
fagositosis. Vakola makanan yang terbentuk dengan cara ini kemudian bergabung dengan
lisosom yang enzimnya dapat mencerna makanan tadi. Sebagian sel manusia juga melakukan
fagositosis, diantaranya adalah makrofage, sel yang membantu mempertahankan tubuh
dengan merusak bakteri dan penyerang lainnya. Leukosit tertentu dari sistem kekebalan tubuh
menggunakan enzim, setelah neutrofil mencerna dan menginfeksi mikroorganisme melalui
fagositosis pada lisosom, maka mereka melepaskan sisa-sisa yang diambil oleh makrofage.
Kemasan makrofage ini merupakan butiran-butiran yang akan masuk ke kelenjar getah
bening dan akan menjadi kekebalan lainnya sebagai limfosit B dan limfosit T untuk
menyeleksi mengenai benda asing yang ditemukan di tubuh. Proses ini menyebabkan limfosit
membentuk sel memori yang akan cepat merespon jika terjadi mikroorganisme yang sama
nantinya (Hardin, 2012).
(Campbell, 2010).
Kebanyakan organel seluler berada dalam keadaan fluks dinamis, dengan organel
baru terus disintesis sementara organel tua dihancurkan. Ada dua jenis autofagi, yaitu
macrophagy dan microphagy. Macrophagy dimulai saat struktur organel terbungkus dalam
membran ganda berasal dari retikulum endoplasma. Vesikel yang dihasilkan disebut vakola
authophagyc (autofagosom). Sedangkan microphagy melibatkan pembentukan vakola
autophagy yang jauh lebih kecil, dan dikelilingi oleh fosfolipid bilayer yang membungkus
potongan sitoplasma kecil dan bukan keseluruhan organel.
Autofagi sering terjadi dalam perkembangan sel darah merah, sebagian besar sel
darah merah yang sudag matang, hampir semua konten intraselulernya hancur termasuk
mitokondria. Kerusakan ini dilakukan dengan pencernaan autofagi. Proses autofagi
merupakan upaya sel untuk tetap menyediakan kebutuhan energi, sel juga mengkonsumsi
strukturnya sendiri untuk tetap menyediakan energi (Hardin, 2012).
f. Pencernaan Ekstraseluler
Sebagian besar proses pencernaan yang melibatkan enzim lisosom terjadi secara
intra seluler, namun dalam beberapa kasus lisosom melepaskan enzim ke luar sel secara
eksositosis yang menghasilkan cairan ekstraseluler. Salah satu contoh pencernaan
ekstraseluler terjadi saat fertilisasi pada sel hewan. Kepala sperma melepaskan enzim lisosom
dan mampu merendahkan penghalang secara kimiawi yang seharusnya menjaga agar sperma
tidak menembus permukaan sel telur. Isi lisosom sperma dilepaskan keluar sel untuk
melakukan pencernaan atas membran pembatas disekiling sel telur, ini membantu peleburan
sel sperma dan sel telur. Setelah dua sel tergabung, mitokondria sel sperma dihancurkan
dengan lisosom sel telur. Mitokondria sel sperma cenderyng mengakumulasi mutasi genetik
karena aktivitas metabolisme sel sperma yang tinggi. Karena itu perlu dihilangkan dari sel
yang sudah menyatu untuk menghindari transfer mutasi ke embrio yang dihasilkan (Hardin,
2012).
Ada beberapa penyakit inflamasi tertentu seperti rheumatoid arthritis yang dapat
terjadi karena pelepasan enzim lisosom secara tidak sengaja oleh sel darah putih di
persendian, yang dapat merusak jaringan sendi. Hormon steroid kortison dan hidrokortison
dianggap sebagai agen antiinflamasi yang efektif karena perannya dalam menstabilkan
membran lisosom dan dengan demikian dapat menghambat pelepasan enzim lisosom yang
tidak disengaja (Hardin, 2012). Lisosom dapat membantu perbaikan membran sel dengan
menggunakan hidrolase khusus yang disebut asam sphingomyelinase (ASM). Lisosom juga
dapat bergabung dengan membran, menyediakan tambahan lipid dan mencegah penyusutan
sel.
g. Beberapa Lisosom Mengalami Eksositosis
Target bahan ke lisosom tidak diperlukan di akhir jalur. Sekresi lisosom tidak
mencerna semua isi yang memungkinkan semua sel mengeliminasi zat sisa. Beberapa jenis
sel, terdiri atas lisosom yang khusus yang dibutuhkan “mesin” untuk berfusi dengan
membran plasma. Melanosit pada kulit, sebagai contoh memproduksi dan menyimpan
pigmen di lisosom mereka. Pigmen ini terdiri atas melanosom mengeluarkan pigmen ke
ruang ekstrasel epidermis dengan eksositosis. Pigmen kemudian dinaikkan oleh keratinosit,
untuk pigmentasi kulit normal. Di beberapa kelainan genetik, cacat melanosom eksositosis
memblok proses transfer ini, menyebabkan pembentukan hipopigmentasi (albinism) (Albert,
2008).
6. Vakuola Tumbuhan : Organel Multifungsi
Sebagian besar sel tumbuhan dan jamur (termasuk ragi) mengandung satu atau
beberapa vesikel berisi cairan yang sangat besar yang disebut vacoulas. mereka biasanya
menempati lebih dari 30% volume sel, dan sebanyak 90% pada beberapa jenis sel. vacoule
tanaman dapat bertindak sebagai organ penyimpanan untuk produk nutrisi dan produk sisa
pembuangan (Albert, 2008).
Sel tumbuhan yang mengandung kompartemen tertutup membran asam disebut
vakuola yang menyerupai lisosom yang ditemukan di sebagian besar sel hewan. Biogenesis
vakuola sejajar mirip dengan lisosom. Sebagian besar komponen disintesis di Retikulum
Endoplasma dan dipindahkan ke komplaks golgi, tempat protein menjalani proses lanjutan.
Vesikel diselebungi atau dilapisi oleh lipid dan protein untuk vakuola menjadi pravakuola
yang dianalogikan seperti endosom. Pravakuola matang akan membentuk vakuola fungsional
yang dpaat mengisi 90% volume sel tumbuhan (Hardin, 2012).
Vakuola dan vesikula merupakan kantung terikat membran di dalam sel, tetapi
vakoula lebih besar dari vesikula. Vakuola mempunyai berbagai macam fungsi. Selama
fagositosis, sel menyimpan makanan dalam vakuola dengan membran yang terlepas secara
internal dari membran plasma. Vakuola makanan bergabung dengan lisosom, dan enzim
hidrolitik mencerna makanan tersebut. Setelah terhidrolisis, gula sederhana, asam amino, dan
monomer lain melewati membran lisosom untuk menuju ke dalam sitosol sebagai nutrien
untuk sel tersebut.
Vakuola memiliki fungsi sebagai pembatas enzim hidrolitik, mempertahankan
tekanan tugor (Tekanan osmotik yang mendorong ke luar pada dinding sel dan membuat
tanaman tidak layu), menjaga tekanan osmotik, dan mencegah sel-sel tumbuhan rusak. Pada
dasarnya tekanan turgor mencegah tumbuhan dari layu, dan dapat mendorong ekspansi sel.
Selama perkembangan sel, adanya pelunakan dinding sel yang dipengaruhi oleh tekanan
turgor dengan konsentrasi lebih tinggi akan memungkinkan sel berkembang.
Peran lain dari vakuola tumbuhan adalah sebagai regulasi pH sistolik. Adanya
pompa proton ATP yang bergantung pada membran vakuolar dapat menurunkan pH sistolik
dengan mentransfer proton dari sitosol ke lumen vakuola. Vakuola berfungsi sebagai
kompartemen penyimpanan. Protein disimpan pada umumnya disintesis oleh ribosom yang
melekat pada RE kasar dan akan dimasukkan menuju lumen RE. Beberapa protein disimpan
di RE dan yang lain dipindahkan ke vakoula. Baik secara autophagy dengan pembentukan
vesikel yang tumbuh pada RE atau melalui kompleks Golgi. Ketika biji tumbuhan tumbuh,
protein yang disimpan akan dihidrolisis oleh enzim vakolar protease, sehingga terjadi
pembentukan asam amino yang dilepaskan untuk biosintesis pada protein baru yang
dibutuhkan oleh tumbuhan yang sedang tumbuh.vakoula yang besar ditemukan di sel
tumbuhan yang dapat mengakumulasi zat terlarut ke tingkat yang akan menghambat atau
membatasi proses metabolisme jika tetap berada di sitosol (Hardin, 2012).
3.1. Kesimpulan
1. Retikulum endoplasma adalah vesikel yang sangat berperan dalam biosintesis protein,
dimana dia memiliki dua mavam tipe yaitu RE kasar yang memiliki ribosom dan RE
halus. RE kasar maupun RE halus memilki struktur dan fungsi yang spesifik. Protein
yang disintesis di dalam RE akan digunakan untuk kehidupan sel maupun akan
dibawa oleh vesikel lain dengan tujuan tertentu.
2. Struktur badan golgi adalah seperti sisterna pada permukaan pembentukan berbentuk
cembung, sedangkan sisterna pada permukaan matang berbentuk cekung. Vesikula-
vesikula sederhana yang berada di sekitar permukaan pembentukan akan berfusi dan
ber-kontribusi menambah struktur badan golgi.
3. Glikoprotein dari RE menjalani proses lebih lanjut dan, bersama dengan membran
lipid, diurutkan dan dikemas untuk transportasi ke tujuan yang tepat dalam atau di
luar sel. Dengan demikian, kompleks Golgi memainkan peran umum dalam membran
dan pembawa/peran protein dalam sel eukariotik
4. Anterograde : Pergerakan materi dari RE melalui kompleks Golgi menuju membran
plasma, dan Retrograde : aliran vesikel dari Golgi cisternae kembali ke RE.
5. Sebagai pengolahan protein dilakukan dalam ER dan Golgi kompleks melibatkan
glikosilasi selain dari rantai samping karbohidrat untuk residu asam amino.
6. Pada proses eksositosis, protein dalam vesikel dikeluarkan menuju exterior sel, seiring
meleburnya vesikel dengan membrane plasma.
7. Pada proses endositosis dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu endositosis bulk-
phase (pinocytosis) dan endositosis termediasi. Endositosis bulk-phase merupakan
pengambilan cairan ekstracelluler tidak spesifik. Molekul besar ataupun molekul kecil
yang berada pada cairan akan dapat masuk kedalam sel. Berlawanan dengan
endositosis bulk-phase, endositosis terfasilitasi membawa makromolekul(ligand)
ekstraseluler spesifik menuju kedalam membrane plasma.
8. Jaringan trans golgi menyortir semua protein yang melewati apparatus Golgi (kecuali
yang ditahan sebagai sesuatu yang permanen) menurut tujuan akhir mereka.
Mekanisme penyortiran khusus dapat dipahami dengan baik untuk protein yang dituju
dari lumen lisosom, dan pada bagian ini akan dibicarakan mengenai proses transport
selektif.
9. Sebagai Fagositosis, Endositosis, dan Autophagy
10. Selama fagositosis, sel menyimpan makanan dalam vakuola dengan membran yang
terlepas secara internal dari membran plasma. Vakuola memiliki fungsi sebagai
pembatas enzim hidrolitik, mempertahankan tekanan tugor (Tekanan osmotik yang
mendorong ke luar pada dinding sel dan membuat tanaman tidak layu), menjaga
tekanan osmotik, dan mencegah sel-sel tumbuhan rusak. Peran lain dari vakuola
tumbuhan adalah sebagai regulasi pH sistolik.
DAFTAR RUJUKAN
Alberts, B., Bray, D., Hopkin, K., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., & Walter, P.
2008. Molecular Biology of he cell, Fifth Editon. New York: Garland Science.
Alberts, B., Bray, D., Hopkin, K., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., & Walter, P.
2015. Molecular Biology of he cell, Fifth Editon. New York: Garland Science.
Beckers, Wayne M. 2012. World Of The Cell. 2012. San Francisco: Pearson Education.
Campbell, A. Reece, J: 2010: Biologi I Edisi ke 8: Penerbit Erlangga
Hardin, J., Bertoni, G., Kleinsmith, L.J. 2012. Becker’s World of The Cell. San Francisco:
Pearson Benjamin Cummings. Lodish, et al.2004. Molecular Cell Biology (Fifth
Edition).
Karp, Gerald. 2010. Cell and Molecular Biology: Concept and Experiments. USA: John
Wiley and Son.