Anda di halaman 1dari 47

SISTEM ENDOMEMBRAN (Traffic Vesikular)

Resume

Ditulis untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Biologi Sel Molekuler


yang diampu oleh Bapak Hendra Susanto, S.Pd., M.Kes., Ph.D

Oleh
Kelompok 1
Annisaa Ahmada Atusta 190341764440
Refsya Aulia Fikri 190341864413
Wiji Astutik 190341864425
Dwi Darmayanti 190341764443
Lina Kumalasari 190341864403
Nur Annisa 190341864424

PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
November 2019
A. Pendahuluan
Struktur sebagian besar sel eukariotik mempunyai protoplasma yang dikelilingi oleh
selaput sel yang disebut sitoplasma. Sitoplasma tersusun oleh bentukan-bentukan yang
terbungkus selaput. Bentukan-bentukan berselaput tersebut dinamakan organela, sedangkan
cairan di dalam protoplasma disebut sitosol. Organel merupakan komponen struktural dan
fungsional tersendiri yang menopang fungsi kehidupan suatu sel. Beberapa karakter organel
memiliki ketersinambungan (kontinuitas) fungsi yang didasarkan pada karakter strukturnya
(Campbell et al, 2010). Karakter organel diantaranya dicirikan dengan adanya struktur
membran internal sel, yang seperti halnya membran plasma sel juga tersusun atas komponen
fosfolipid bilayer yang fluid, memiliki protein-protein integral, serta reseptor.
Meskipun membran tiap organela ini mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda,
kesemuanya membentuk suatu kesatuan dimana tiap komponen menjadi bagian dari unit
kesatuan. Struktur ketersinambungan antar organel dengan karakter-karakter yang terdapat
pada masing-masing organel inilah yang pada akhirnya akan menopang fungsi seluler pada
sel. Membran-membran sel ini membentuk suatu sistem kompartmen yang saling
berinteraksi. Struktur berkesinambungan yang terdiri dari beberapa organel dengan struktur
membran sebagai dasar konstruksinya ini disebut sebagai sistem endomembran.
Organel-organel dikelompokkan menjadi sistem selaput sitoplasmik atau sistem
endomembran dan organela pembangkit penghasil energi. Sistem endomembran merupakan
satu kesatuan sistem yang dinamik di dalam sel yang terdiri dari organela-organela
berselaput, dengan struktur dan fungsi berbeda satu sama lain. Di dalam sistem endomembran
terjadi perpindahan material (misalnya protein, lipid, dan karbohidrat) dari satu tempat ke
tempat lain di dalam dan atau di antara organela-organela tersebut. Tiap transport material
berada pada jalurnya masing-masing. Organela-organela yang termasuk di dalam sistem
endomembran adalah: retikulum endoplasma (RE), kompleks Golgi/Apparatus
Golgi/Diktiosom, lisosom.
B. Sistem Endomembran (Traffic Vesikular)
1. Retikulum Endoplasma
Bedasarkan struktur dan fungsinya retikulum endoplasma (RE) dibedakan menjadi
dua macam tipe. Dua macam tipe pada retikulum endoplasma tersebut ditemukan pada sel
eukariotik, dibedakan berdasarkan ada tidaknya ribosom yang melekat pada membran RE.
Retikulum endoplama kasar (rough ER) memiliki karakter terdapat ribosom yang melekat
pada membran yang berhadapan ke arah sitosol. Translasi oleh ribosom tersebut terjadi di
sitosol, tetapi protein hasil sintesis akan masuk ke dalam lumen RE dengan cepat. Sebaliknya,
pada retikulum endoplasma halus (smooth ER) tidak ditemukan ribosom yang melekat pada
membran. Gambar elektron micrograph RE kasar dan RE halus disajikan dalam gambar 2.1

Gambar 1. a. Retikulum endoplasma kasar b. Retikulum endoplasma halus (Hardin, 2012)

Membran RE kasar biasanya berbentuk lembaran-lembaran luas yang rata,


sedangkan RE halus berrbentuk struktur tubular. Meskipun memiliki struktur yang berbeda,
RE kasar dan RE halus bukanlah organel yang terpisah melainkan lumen pada RE kasar dan
RE halus adalah saling menyatu dan berkelanjutan, sehingga material dalam sel dapat melalui
RE kasar dan RE halus tanpa harus dibantu oleh vesikel lain. RE kasar maupun RE halus
terdapat pada seluruh sell eukariot, tetapi terdapat variasi yang cukup terhadap jumlah dari
masing-masing tipe, hal ini tegantung pada masing-masing aktivitas sel. Sel yang terlibat
dalam proses biosintesis protein, seperti sel-sel hati, dan sel-sel yang memproduksi enzim-
enzim pencernaan cenderung memiliki RE kasar dalam jumlah banyak. Di sisi lain sel yang
memproduksi hormon steroid, seperti testis dan ovarium, mengandung sangat banyak RE
halus.
a. Fungsi Retikulum Endoplasma pada Sistem Endomembran
Retikulum endoplasma (RE) merupakan salah satu sistem endomembran kelanjutan
dari membran nukleus luar. Retikulum endoplasma terdiri dari: selaput RE (50% dari total
membran dalam sel) dan struktur seperti kantong/ruangan yang disebut tubulus/lumen RE /
sisterna RE (10 (%) dari total volume sel). Protein transmembran dan lipid pada sistem
endomembrane (RE, Golgi, selaput sel, selaput organel lain) awalnya disintesis dan
disekresikan dari RE. Dengan demikian fungsi utama dari retikulum endoplasma adalah
sebagai pusat biosintesis sel. Namun pada RE kasar maupun RE halus memiliki fungsi
masing-masing dalam proses sistem endomembran.
Ribosom yang terlekat di sisi sitosolik pada membran RE kasar bertanggung jawab
pada proses sintesis protein yang terlarut di plasma dan yang mengikat di membran untuk
sistem endomembran. Sintesis protein yang diperuntukkan untuk sistem endomembran
berawal di ribosom sitoplasma yang kemudian melekat pada RE kasar melalui protein
receptor dalam membran RE setelah proses inisiasi dalam translasi. Protein sintesis masuk ke
dalam sistem endomembran secara cotranslasional. Protein-protein tersebut masuk melalui
sebuah compleks pori pada membran RE ke dalam lumen RE kasar dan menjadi polipeptida
yang disintesis oleh ribosom yang melekat pada RE. Setelah biosintesis, protein akan
mengikat pada membran RE yaitu pada wilayah hidrophobic atau oleh ikatan kovalen pada
membran lipid. Protein- protein tertentu akan tertinggal pada membran RE kasar untuk
mendukung fungsi dari membran tersebut, namun protein-protein tertentu, seperti protein
sekretori akan dilepaskan pada unen retikulum endoplasma (Hardin, 2012).
Fungsi pada RE hasul adalah terlibat pada mekanisme detosifikasi obat,
metabolisme karbohidrat, penyimpanan kalsium, dan proses biosintesis steroid. Hardin
(2012) lebih lanjut menjelaskan bahwa pada fungsi detoksifikasi obat melibatkan enzim yang
dikatalisasi oleh hidroxylasi. Melokel reseptor hidroxilasi ini dikatalis oleh suatu protein
cytochrome P-450 yang secara umum ditemukan dalam RE halus di sel hati. Pada proses
biosintesi karbohidrat, RE halus telibat pada proses enzimatic untuk memecah glucose 6
phospat menjadi glucosa + P. Pada mekanisme penyimpanan Ca, ini melibatkan retikulum
sarkoplasma yang merupakan jenis dari RE halus yang terspesialisasi untuk penyimpanan
calsium dan banyak ditemukan di sel otot. Mekasnisme biosintesis hormon hampir
seluruhnya melibatkan fungsi dari RE halus. Sehingga pada organ-organ yang berfungsi
mensekresikan hormon akan banyak dijumpai RE halus. Beberapa hormo n yang dihasilkan
oleh RE halus adalah testosteron, cortisol, steroid, dan sebagainya. Sebagai pusat biosintesis
dalam sel maka keberadaan RE dalam sel merupakan ha yang sangat esensial. Sebuah
diagram tentang biosintesis sel disajikan pada gambar 2.1.2.
Biosintesis dan jalur sekretoris mengarah keluar dari reticulum endoplasma (RE)
menuju apparatus golgi dan permukaan sel, dengan sebuah rute utama ke lisosom, yang mana
jalur endositosis utama dari membrane plasma. Untuk melakukan fungsinya, setiap
transportasi vesikel yang bertunas dari suatu kompartemenan harus selektif. Harus
mengambil hanya molekul yang sesuai dan harus fusi hanya dengan sasaran membran yang
tepat. Sebuah vesikel membawa kargo (muatan) dari apparatus golgi ke membrane plasma.
Gambar 2. peta biosintesis sekretorik dan jalur endositik. (Albert et al, 2015)

Sebelum vesikel berfusi dengan membrane target, mereka melepaskan lapisannya,


saat diperlukan untuk dua permukaaan membran sitosol untuk berinteraksi secara langsung
dan berfusi. Lapisan vesikel melakukan dua fungsi utama. Pertama, memusatkan membrane
protein spesifik pada potongan khusus, yang kemudian memberikan tambahan pada membran
vesikel. Pada jalur ini diseleksi molekul yang tepat untuk transport. Kedua, cetakan lapisan
pembentuk vesikel. Ada tiga tipe karakterisik lapisan vesikel, dibedakan oleh lapisan protein:
lapisan clathrin, lapisan COPI, dan lapisan COPII. Setiap tipe digunakan untuk tahap
transport yang berbeda. Vesikel lapisan clathrin , seperti menengahi transport dari apparatus
golgi dan dari membrane plasma, sedangkan vesikel lapisan COPI dan COPII biasanya paling
menengahi transport dari RE dan dari Golgi cisternae.
Komponen protein utama pada vesikel lapisan clathrin adalah clathrin itu sendiri.
Setiap subunit clathrin terdiri dari tiga besardan tiga kecil rantai polipeptida yang bersama
membentuk struktur berkaki tiga yang disebut triskelion. Perakitan clathrin triskelion
menjadi berbentuk seperti keranjang kerangka cembung heksagon dan pentagon dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 3. Vesikel dan Lubang Lapisan Clathrin


(Albert et al, 2015)
Protein adaptor, merupakan komponen lapisan utama lain pada vesikel lapisan
clathrin. Protein adaptor mengikat lapisan clathrin ke membrane dan memerangkap berbagai
protein transmembran, termasuk reseptor transmembran dan menangkap molekul kargo
(muatan) yang terlarut dalam vesikel yang disebut cargo reseptor. Jalur ini, dipilih protein
transmembran bersama dengan protein yang larut yang berinteraksi dengan mereka, adalah
dikemas menjadi setiap bentukan baru lapisan clathrin transport vesikel dapat terlihat pada
Gambar 4.

Gambar 4. Perakian dan Pembongkaran Lapisan Clathrin. (Albert et al, 2015)


Proses perakitan dan pembongkaran lapisan clathrin yaitu perakitan lapisan
memperkenalkan kelengkungan ke membran, yang memimpin gilirannya untuk pembentukan
tunas dengan lapisan yang seragam. Protein adaptor mengikat clathrin triskelions dan
membrane yang terikat cargo reseptor, sehingga menengahi perekrutan selektif dari kedua
membran dan kargo (muatan) molekul menjadi vesikel. Lapisan clathrin cepat hilang tak
lama setelah vesikel terbentuk. Protein adaptor ditemukan di lapisan clathrin juga mengikat
phophoinositides (PIPs), yang memiliki peran utama dalam mengarahkan kapan dan dimana
perakitan lapisan di sel. Beberapa lapisan sebagai perakitan spesialisasi protein yang
membentuk potongan yang didedikasikan untuk protein kargo yang spesifik. Contohnya
adalah lapisan yang disebut retromer yang ada pada endosom.
Dinamin adalah perakitan seperti cincin disekitar masing-masing leher tunas.
Dinamin berisi P1 (phosphatidylinositol 4,5) P2 domain yang berikatan, yang mana
menamabatkan protein ke membrane, dan GTP ase domain, yang mana meregulasi penjepitan
vesikel dari membrane. Sekali melepaskan dari membrane, vesikel cepat kehilangan lapisan
clathrin. Sebuah PIP fosfat mengemas menjadi vesikel lapisan clathrin menghabiskan PI
(4,5) P2dari membrane, yang lemah mengikat adaptor protein. Sebagai tambahan, HSP 70
protein chaperon berfungsi sebagai uncoat ATPase, menggunakna energy ATP
menghidrolisis kulit pada lapisan chlathrin. Auxillin, vesikel protein lain, diaktifkan oleh
ATP ase. Karena lapisan tunas tahan lebih lama dari pada lapisan vesikel, sebagai tambahan
mekanisme control harus mencegah chlathrin untuk melepasya sebelum membentuk vesikel
lengkap.

Gambar 5. Dinamin yang Ada pada Leher Tunas. (Albert et al, 2015)

Menyeimbangkan lalu lintas vesikular ke dan dari sebuah kompartemen, lapisan


protein harus merakit kapan dan dimana mereka dibutuhkan. yang mana lokal produksi PIPs
memainkan bagian utama regulasi perakitan lapisan chlathrin pada membrane plasma dan
apparatus Golgi, Sel-sel memberikan tambahan jalan regulasi formasi lapisan. Lapisan rekrut
GTP ase, contoh mengontrol perakian lapisan chlathrin pada endosom dan lapisan COPI dan
COPII pada Golgi dan RE.
GTP mengikat banyak proses regulasi protein di sel eukaroitik. Mereka melakukan
pertukaran molekul, bila diantara keadaan aktif dengan ikatan GTP dan inaktif keadaan
dengan ikatan GDP. Arf potein, yang merespon untuk perakitan kedua lapisan COPI dan
lapisan chlathrin pada membrane Golgi, dan Sar 1 protein, yang merespon untuk perakitan
lapisan COPII pada membrane RE.
Lapisan rekrut GTP ase biasanya ditemukan di konsentrasi tinggi sitosol yang
inaktif., keadaan berikatan dengan GDP. Ketika vesikel lapisan COPII bertunas dari
membrane RE, sebuah spesifik Sar 1 GEF menempel di membrane RE yang berikatan dengan
sitosol Sar 1, menyebabkan Sar 1 melepaskan GDP dan berikatan dengan GTP di tempat
tersebut. Dalam keadaan ikatan GTP, Sar 1 protein membuka amphiphilic helix, yang
disisipkan ke sitoplasma lipid bilayer pada membrane RE. ikatan erat Sar 1 sekarang rekrut
coat subunit protein ke RE membrane untuk inisiasi tunas dapat dilihat dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 6. Formasi Lapisan Vesikel COPII. (Albert et al, 2015)


Menjamin mengawal arus lalu lintas vesicular, transport vesicular harus selektif
dalam mengenalai membrane target yang benar dengan berfusi. Karena perbedaan dan
sisitem membrane pada sitoplasma, sebuah vesikel memiliki banyak target potensial
membrane sebelum menemukan satu yang benar. Proses ini tergantung pada dua protein yaitu
Rab Protein dan SNARE protein. Tambatan vesikel ke membrane target dapat dilihat pada
Gambar 2.1.8

Gambar 7. Tambatan Vesikel ke Membrane Target. (Albert et al, 2015)

Rab protein efektor berinteraksi dengan Rab protein aktif (Rab GTPs, berwarna
kuning, lokasi pada target membrane, membrane vesikel, atau keduanya, yang menetapkan
koneksi pertama diantara dua membrane yang akan berfusi. Rab efektor adalah sebuah
filament protein (warna hijau), SNARE protein pada dua membrane (merah dan biru)
berpasangan menjadi vesikel yang berkaitan (gabungan) ke membrane target dan berfusi.
SNARE protein (SNAREs) mengkatalis reaksi membrane fusi pada transport
vesicular. Pada protein transmembran bersama dengan set komplemen, dengan v SNAREs
biasanya ditemukan pada vesikel membrane dan t SNAREs basanya ditemukan pada
membrane target. Sebuah v SNAREs merupakan polipeptida rantai tunggal, mengingat t
SNAREs disusun oleh dua atau tiga protein.
t-SNARE di membran sasaran sering dikaitkan dengan protein penghambat yang
harus dikeluarkan sebelum t-snare dapat berfungsi. protein Rab dan effectors mereka memicu
pelepasan snare seperti penghambat protein. Dengan cara ini, protein snare terkonsentrasi dan
diaktifkan di yang benar lokasi di membran, di mana protein tethering menangkap vesikel
yang masuk. protein Rab sehingga mempercepat proses dimana protein Snare sesuai dalam
dua membran menemukan satu sama lain. Untuk transportasi vesikular beroperasi secara
normal, vesikel transportasi harus memasukkan yang sesuai snare dan Rab protein. Tidak
mengherankan, karena itu, banyak vesikel transportasi akan membentuk hanya jika mereka
menggabungkan pelengkap yang tepat dari snare dan Rab protein dalam membran mereka.
b. Mekanisme Pensinyalan pada Sorting Protein Untuk Retikulum Endoplasma
Sintesis polipeptida selalu bermula di sitosol, kestika ribosom bebas mulai
mentranslasikan seutas molekul mRNA. Polipeptida yang disintesis ada yang berhenti sampai
selesai di dalam sitosol namun ada pula protein tertentu yang harus dibawa menuju RE. RE
mengkap protein-protein tertentu dari sitosol dan akan disintesiskan lebih lanjut di dalam
lumen RE. Terdapat dua tipe protein, yaitu transmembrane protein yang mana hanya akan
melekat pada membran RE, dan jenis kedua adalah water-soluble protein yang mana akan
melalui membran dan dilepaskan ke lumen. Water-soluble protein akan digunakan untuk
proses sekresi atau akan dibawa lebih lanjut oleh lumen organel lain
Polipeptida-polipeptida yang akan menuju ke lumen RE memiliki RE signal
sequence, yang mana akan menginisiasi proses translokasinya. RE signal sequence dibimbing
menuju membran RE oleh sedikitnya 2 komponen yaitu sebuah signal-recognition particle
(SRP) dan SRP reseptor. Proses diawali ketika sebuah koding mRNA untuk sebuah
polipeptida yang akan menuju ke RE ditranslasikan oleh ribosom bebas di sitosol. Proses
sintesis polipeptida terjadi sampai signal sequence telah terbentuk dan muncul di permukaan
ribosom. Mekanisme pensignalan dengan SRP selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:
1. Pada tahap ini SRP akan mengikat RE signal sequence dan memberhentikan proses
translasi. Kemudian SRP akan mengikatkan ribosom pada sebuah struktur khusus di
membran RE yang dinamakan translocon. Translocon adalah sebuah protein complek
yang tersusun dari beberapa komponen yang terkibat pada proses cotranslasional,
termasuk SRP reseptor, ribosom reseptor, dan sebuah pori protein yang berbentuk sebuah
channel sebagai media masuknya polipeptida ke dalam lumen RE.
2. SRP mengikat pada SRP reseptor, dan diikuti ribosom berikatan dengan ribosom
reseptor. Selanjutnya GTP mengikat pada SRP dan SRP reseptor, menghilangkan
pmblokan pada traslasi dan mengakibatkan transfer transfer rangkaian signal pada pori
protein dan mengakibatkan channel sentral membuka selanjutnya rangkaian signal
disisipkan.
3. GTP kemudian terhidrolisis dibarengi dengan lepasnya SRP
4. Polipeptida mengalami proses elongasi di dalam lumen RE dan selanjutnya enzim
peptidase akan memotong sequen, dan akan cepat terdegradasi.
5. Setelah sintesis polipeptida selesai, ujung akhir polipeptida akan terlepas ke dalam
lumen, channel translocon akan tertutup.
6. Pada tahap terakhir ribosom akan melepaskan mRNA dan kembali ke sitosol.

Gambar 8. Proses Pensignalan dengan SRP pada sorting protein (Hardin, 2012)

c. Protein Disintesis dalam RE Kasar Terglikolisis oleh Penamban Ikatan N


Oligosakarida
Separuh dari protein sel eukariotik terglisosilasi selama proses biosintesis di dalam
RE terglikosilasi dalam artian mengalami penambahan gugus gula pada polipeptidanya.
Sebaliknya sedikit sekali protein yang mengalami glikosilasi pada sintesis pada sitosol.
penambahan gugus gula ini yaitu dengan menambahkan sebuah N-glucosamine pada serine
atau threonin. Penambahan oligosakarida ini bermanfaat sebagai penanda atau mark dalam
proses pelipatan protein sehingga akan terbentuk ikatan protein yang tepat. Hal tersebut
dibutuhkan karena lipatan protein yang tidak tepat pada RE akan di keluarkan dari RE dan
terdegradasi di sitosol. Gambar penambahan gugus glucosamine ditunjukkan pada gambar 9.
Gambar 9. Ikatan gugus glucosamine (Albert, 2008)

Tahapan ikatan N pada glikosilasi dalam pelipatan protein di RE dijelaskan dengan gambat
dibawah ini.

Gambar 10. Tahapan ikatan N pada glikosilasi dalam pelipatan protein di RE (Alberts, 2008)

Protein chaperon pada RE yang dinamakan calnexin dan calreticulin akan mengikat
protein yang memiliki lipatan yang tidak sempurna dan mengandung terminal glukosa ikatan
N oligosaccarida. Calnexin akan menjebak protein dalam RE. Selanjutnya ia akan
menghilangkan terminal glukosa dengan enzim glucosidase dengan cara melepaskan protein
dari calnexin. Glucosil tranferase adalah enzim yang sangat penting karena akan menentukan
protein mana yang sudam memiliki lipatan yang tepat dan yang belum tepat. Jika protein
masih memiliki lipatan yang tidak sempurna makan enzim memberikan glukosa baru dari
UDP-glukosa ke ikatan N oligosacarida sehingga akan memperbaharui afinitas protein untuk
calnexin dan tetap masih tertahan di RE dan melakukan siklus yang sama sampai protein
memiliki lipatan yang sempurna. Apabila protein sudah memiliki lipatan yang sempurna
maka protein akan dilepaskan keluar dari RE menuju lumen dari vesikel lain.
2. Kompleks Golgi
a. Struktur Kompleks Golgi
Pengamatan dengan mikroskop elektron menun-jukkan bahwa badan golgi tampak
menyerupai kantung-kantung pipih dengan sejumlah struktur-struktur perifer yang bervariasi.
Setiap kantung pipih diberi nama sakula atau lamella atau sisterna. Setiap sakula berbatas
membran dengan tebal kurang lebih 7,5 nm dan di dalamnya terdapat ruang dengan lebar
berkisar 15 nm yang diberi nama lumen (Sheeler dan Bianchii, 1983). Pada sel tumbuhan,
tumpukan sejumlah lamella dinama-kan diktiosom. Jarak antar lamella dalam suatu
diktiosom berkisar 20 nm. Jumlah lamella pada suatu diktiosom kurang lebih 10 buah.
Permukaan kompleks golgi yang terorientasi ke arah retikulum endoplasma disebut
permukaan pembentukan atau permukaan cis. Sedangkan permukaan yang lain disebut
permukaan matang atau permukaan trans yang terorientasi ke arah membran plasma (Sheeler
dan Bianchii, 1983). Sisterna pada permukaan pembentukan berbentuk cembung, sedangkan
sisterna pada permukaan matang berbentuk cekung. Vesikula-vesikula sederhana yang berada
di sekitar permukaan pembentukan akan berfusi dan ber-kontribusi menambah struktur badan
golgi. Vesikula-vesikula yang terdapat di sekitar permukaan matang lebih besar dan dibentuk
dari permukaan sisterna. Vesikula-vesikula sederhana juga dilepaskan dari bagian tepi
sisterna diantara permukaan pemebentukan dan permukaan.

Gambar 11. Struktur Kompleks Golgi (Sheeler and Bianchii, 1983)


Badan golgi pada kebanyakan sel terutama berfungsi dalam hubungannya dengan
fungsi sekresi. Permukaan pembentukan yang terletak di dekat inti atau di dekat bagian
khusus dari retikulum endoplasma yang tidak memiliki ribosom dinamakan retikulum
endoplasma transisi. Membran inti dan retikulum endoplasma halus adalah sumber vesikula-
vesikula sederhana yang berfusi dengan permukaan pembentukan. Beberapa vesikula-
vesikula besar dibentuk dari permukaan matang dinamakan vesikula sekresi dan kelak akan
berfusi dengan membran plasma. Jika vesikula-vesikula dilepaskan dari permukaan matang
badan golgi, juga memungkinkan terbentuk-nya struktur-struktur internal sel seperti yang
terjadi selama pembentukan akrosom pada sel sperma. Atau pembentukan lisosom (Sheler
dan Bianchii, 1983).
Kompleks Golgi, glikoprotein dari ER menjalani proses lebih lanjut dan bersama
dengan membran lipid, diurutkan dan dikemas untuk transportasi ke tujuan yang tepat dalam
atau di luar sel. Dengan demikian, kompleks Golgi memainkan peran umum dalam membran
dan pembawa/peran protein dalam sel eukariotik. Kompleks Golgi (atau Golgi aparatus)
namanya berasal dari Camillo Golgi, ahli biologi Italia yang pertama kali
menggambarkannya pada tahun 1898. Dia melaporkan bahwa sel-sel saraf direndam dalam
osmium tetroksida/ferri menunjukkan deposito/simpanan dari osmium dalam jaringan benang
mengelilingi inti. Reaksi pewarnaan yang sama ditunjukkan dengan berbagai jenis sel dan
logam berat lainnya. Namun, tidak ada struktur seluler yang bisa diidentifikasi yang
menjelaskan pewarnaannya. Akibatnya, keadaan yang terjadi, keberadaan-dari kompleks
Golgi tetap kontroversial sampai tahun 1950an, ketika keberadaannya akhirnya dikonfirmasi
oleh mikroskop electron.
Tabel 1. Perbandingan Komposisi Lipida RE, Badan Golgi dan Membran Plasma

b. Golgi Kompleks Terdiri dari Seri Membran-Bounded cisternae


Kompleks Golgi adalah serangkaian membran (membrane-bounded) dibatasi oleh
cisternae, kantung berbentuk cakram yang ditumpuk bersama-sama seperti yang digambarkan
pada Gambar 2.2.3-a. Serangkaian cisternae tersebut disebut tumpukan Golgi dan dapat
divisualisasikan dengan mikroskop elektron (Gambar 2.2.3-b). Biasanya, ada 3-8 cisternae
per tumpukan, meskipun jumlah dan ukuran tumpukan Golgi bervariasi sesuai dengan jenis
sel dan dengan aktivitas metabolik sel. Beberapa sel memiliki satu tumpukan besar,
sedangkan yang lainnya, terutama sel sekretori aktif memiliki ratusan bahkan ribuan
tumpukan Golgi. Baik ER dan kompleks golgi biasanya dikelilingi oleh banyak vesikel
transportasi yang membawa lipid dan protein dari ER ke kompleks Golgi, antara cisternae
dan dari kompleks Golgi ke berbagai tujuan di sel, termasuk endosomes, lisosom, dan butiran
sekretori. Dengan demikian, lumen kompleks golgi, atau ruang intracisternal, merupakan
bagian dari jaringan endomembran jaringan ruang internal.

Gambar 12. Sistem Endomembran ( Hardin, 2012)


 
c. Dua Sisi Tampilan dari Tumpukan Golgi
Setiap tumpukan Golgi memiliki dua sisi yang berbeda. Wajah cis berorientasi pada
ER. Kompartemen Golgi yang paling dekat dengan ER adalah jaringan tubulus yang dibatasi
pipih, yang disebut sebagai jaringan cis-Golgi (CGN). Vesikel yang mengandung lipid yang
baru disintesis dan protein dari ER terus sampai tiba di CGN, di mana mereka berfusi dengan
membran CGN. Sisi berlawanan dari kompleks Golgi disebut wajah trans. Kompartemen di
sisi kompleks golgi memiliki morfologi yang sama dan disebut sebagai jaringan -Golgi trans
(TGN). Di sini, protein dan lipida meninggalkan Golgi di vesikula melaui pengangkutan yang
terus menerus di tunas tip dari TGN cisternae. Vesikula pengangkut ini membawa lipid dan
protein dari kompleks Golgi ke butiran sekretoris, endosom, lisosom, dan membran plasma.
Kantung tengah antara CGN dan TGN terdiri dari cisternae medial tumpukan Golgi,
di mana banyak dari pengolahan protein terjadi. CGN, TGN, dan cisternae medial kompleks
Golgi secara biokimia dan fungsional berbeda. Setiap kompartemen mengandung protein
reseptor spesifik dan enzim yang diperlukan untuk langkah-langkah tertentu dalam protein
dan membran pengolahan, seperti yang ditunjukkan oleh teknik pewarnaan imunologi dan
sitokimia. Polaritas biokimia ini diilustrasikan dalam Gambar 4, yang menunjukkan
tumpukan Golgi dalam sel ginjal kelinci. Pewarnaan untuk mendeteksi N- asetilglukosamin
transferase I, enzim yang mengubah rantai samping karbohidrat glikoprotein, menunjukkan
bahwa enzim terkonsentrasi di cisternae medial dari kompleks Golgi.

Gambar 13. Struktur Golgi (Hardin, 2012)

d. Dua Model Menggambarkan Aliran Lipid dan Protein Melalui Kompleks Golgi
Dua model telah diusulkan untuk menjelaskan pergerakan lipid dan protein dari
CGN ke TGN melalui cisternae medial kompleks Golgi. Menurut model cisternae stasioner,
setiap kompartemen dari tumpukan Golgi adalah struktur yang stabil. Perjalanan antara
cisternae berturut-turut dimediasi oleh vesikel shuttle yang tunas dari satu cisterna dan
sekering dengan sisterna berikutnya dalam cis ke urutan trnas nya. Protein yang ditujukan
untuk TGN hanya dibawa ke depan oleh vesikula antar-jemput, sedangkan molekul yang
termasuk dalam ER dan kompartemen Golgi berturut-turut secara aktif ditahan atau diambil
kembali.
Menurut model kedua, yang dikenal sebagai model pematangan cisternal, yang
cisternae Golgi adalah kompartemen sementara yang secara bertahap berubah dari CGN
cisternae melalui cisternae medial ke TGN cisternae. Dalam model ini, vesikel transisi dari
ER berkumpul untuk membentuk CGN, yang mengakumulasi enzim spesifik untuk tahap
awal pengolahan protein. Langkah demi langkah, masing-masing cis berubah pertama
menjadi medial cisterna menengah dan kemudian menjadi trans cisterna karena memperoleh
enzim tambahan. Enzim yang tidak lagi dibutuhkan di kompartemen akhir kembali di
vesikula ke kompartemen awal. Pada kedua model tersebut, TGN membentuk vesikel
transportasi atau butiran sekretori yang berisi muatan diurutkan yang ditargetkan untuk
berbagai tujuan di luar kompleks Golgi.
Gambar 14. Immunochemical Pewarnaan Dari Kompleks Golgi (Hardin, 2012)
e. Mekanisme Transport Vesikular RE ke Aparatus Golgi
Protein yang baru disintesis melintasi membran RE dari sitosol untuk memasuki
jalur biosintesis-sekretorik. selanjutnya mereka transportasi, dari RE ke aparatus Golgi dan
dari aparat Golgi ke permukaan sel dan di tempat lain, protein ini berturut-turut dimodifikasi
ketika mereka melalui serangkaian kompartemen. Beberapa vesikel transport molekul kargo
dan mereka bergerak ke kompartemen di jalur berikutnya, sementara yang lain berhasil
melarikan diri protein dan mengembalikan mereka ke kompartemen sebelumnya dimana
mereka biasanya berfungsi. Dengan demikian, jalur dari RE ke permukaan sel terdiri dari
banyak pemilahan langkah-langkah, yang terus pilih membran dan protein lumenal larut
untuk kemasan dan transportasi vesikel atau fragmen organel bertunas dari RE dan aparat
Golgi.
Aparatus Golgi juga terletak di rute keluar dari RE, dan sebagian besar dari
karbohidrat yang membuat dilampirkan sebagai rantai samping oligosakarida dengan banyak
protein dan lipid. Bagian dari kelompok-kelompok oligosakarida berfungsi untuk
mengarahkan protein tertentu menjadi vesikel yang kemudian mengangkut mereka ke
lisosom. Tetapi kebanyakan protein dan lipid, setelah mereka telah memperoleh oligosakarida
mereka tepat di apparatus Golgi.
Untuk memulai perjalanan mereka di sepanjang jalur biosintesis-sekretorik, protein
yang telah memasuki RE dan ke aparatus Golgi dikemas dalam vesikel transportasi COPII.
Banyak protein membran aktif direkrut ke dalam vesikel tersebut, di mana mereka menjadi
terkonsentrasi. komponen mantel bertindak sebagai reseptor kargo dan didaur ulang kembali
ke RE setelah mereka telah menyampaikan kargo mereka ke aparatus Golgi. Protein kargo
larut dalam lumen RE, sebaliknya, memiliki sinyal keluar yang melampirkannya ke
transmembran reseptor kargo, yang pada gilirannya mengikat melalui sinyal komponen
lapisan COPII, protein sekretori yang dibuat dalam konsentrasi tinggi mungkin meninggalkan
RE tanpa bantuan reseptor kargo, kemudian keluar dari RE dan menuju apparatus golgi.
Pengarahan protein larut dari ER untuk transportasi ke aparatus Golgi dan seterusnya tidak
dipahami dengan baik. Beberapa transmembran protein yang berfungsi sebagai reseptor
kargo untuk kemasan beberapa protein sekretori ke vesikel COPII yang mengikat
oligosakarida.
Untuk keluar dari RE, protein harus benar dilipat dan, jika mereka subunit dari
kompleks protein, mereka mungkin harus benar-benar dirakit. Itu yang gagal melipat atau
tidak lengkap dirakit tetap di RE, di mana mereka terikat pendamping protein seperti BiP atau
calnexin. protein yang gagal tersebut akhirnya diangkut kembali ke sitosol, di mana mereka
didegradasi oleh proteosome. Setelah vesikel transportasi telah bertunas keluar dari RE dan
telah melepaskan mantel mereka, mereka mulai menyatu dengan satu sama lain. Fusi
membran ini dari kompartemen yang sama disebut fusion homotypic, fusion homotypic
membutuhkan cocok dengan SNAREs.
Proses homotipic fusi yaitu tahap 1 NSF berpasangan dengan v SNAREs dan t
SNAREs dan membrane keduanya. Pada tahap 2 dan 3 pasangan memisah pada interaksi
membrane. Yang memimpin formasi kompartemen yang disebut kumpulan vesicular tubular.
Kompartemen tumbuh oleh fusi homotipic dengan vesikel dari membrane yang samayang
cocok dengan SNAREs. Rab protein membantu regulasi fusi homotipik dapat dilihat pada
Gambar 15.

.
Gambar 15. Proses Homotipic Fusi. (Albert et al, 2015)
Struktur terbentuk ketika vesikel berasal dari RE berfusi dengan satu sama lain yang
disebut kelompok vesicular tubular, kelompok ini merupakan kompartemen baru yang
terpisah dari RE dan tidak memiliki banyak protein yang berfungsi di RE. Mereka dihasilkan
terus menerus dan berfungsi sebagai wadah transportasi yang membawa materi dari RE ke
aparatus Golgi daapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. vesicular kelompok tubular. (Albert et al, 2015)

Kelompok vesicular tubuler berpindah sekitar mikrotubulus membawa protein dari


RE ke apparatus Golgi. Lapisan COPI menengahi pertunasan vesikel yang kembali ke RE.
Jalur pengambilan untuk kembali protein lolos kembali ke RE tergantung pada sinyal RE.
Sinyal pengambilan COPI terdiri dari dua lysines, diikuti oleh dua lainnya asam amino, di
ekstrim c-terminal akhir protein membran Retikulum Endoplasma..
Aparatus Golgi terdiri dari tumpukan cisternae. Rekonstruksi dari apparatus Golgi
terlihat pada Gambar 17 merupakan bagian dari apparatus Golgi, letak dari cis Golgi dekat
dengan RE.

Gambar 17. Aparatus Golgi. (Albert et al, 2015)


Semua glycosidases Golgi dan transferase glikosil yang protein transmembran banyak
yang diatur dalam multienzyrne kompleks. Ada du kegiatan dalam biosintesis dalam
apparatus Golgi yaitu proses rantai oligosakarida dan proteoglikan dalam apparatus Golgi.
Proses pembentukan oligosakarida terdapat enzim-enzim yang berpengaruh yang ada dalam
cis Golgi cisternae, dan sampai pada trans Golgi cisternae.
Gambar 18. Proses Rantai Oligosakarida dalam Apparatus Golgi. (Albert et al, 2015)

Pada proses pembentukan oligosakarida meliputi 1) proses ini dimulai di RE dengan


menghapuskan glukosa dari oligasakarida asal transfer ke protein, kemudian manosidase di
RE membrane menghapuskan manose yang spesifik. 2) sisa kejadian tahap penyusunan
Golgi, dimana Golgi manosidase I pertama menghapus lebih dari tiga manose. 3) N-
acetylglucosamine transferase I kemudian menanbahkan N-acetylglucosamine. 4)
monosidase II kemudian menghapus dua tambahan manose. Akhirnya ada tiga manose pada
oligasakarida kompleks. Ikatan dari dua N-acetylglucosamine menjadi resisten pada
endoglikosida. Kemudian terjadi perlakuan enzim lagi pada manose oligasakarida.

Gambar 19. Proses Oligisakarida di RE dan Aparatus Golgi. (Albert et al, 2015).

f. Transportasi Anterograde dan Retrograde


Pergerakan materi dari ER melalui kompleks Golgi menuju membran plasma disebut
transportasi anterograde (antero berasal dari bahasa Latin yang berarti “depan,” dan kelas
terkait dengan sebuah kata yang berarti “langkah”). Setiap kali sekrup sekretori menyatu
dengan membran plasma dan membuang isinya dengan exocytosis, sedikit membran yang
berasal dari UG menjadi bagian dari membran plasma. Untuk menyeimbangkan aliran lipid
ke membran plasma dan untuk memastikan persediaan komponen untuk membentuk vesikula
baru, sel mendaur ulang lipid dan protein yang tidak lagi diperlukan selama tahap akhir
transport anterograde. Hal ini dicapai dengan transportasi retrograde (retro adalah kata Latin
yang berarti “kembali”), aliran vesikel dari Golgi cisternae kembali ke ER. Pada model
stasioner cisternae, aliran retrograde memfasilitasi baik pemulihan lipid dan protein ER-
spesifik yang diturunkan dari ER ke CGN dan pengangkutan protein spesifik kompartemen
ke kutub perisai yang berbeda pada tumpukan Golgi. Bahan yang dituju untuk TGN terus
berlanjut. Entah lalu lintas retrograde seperti itu terjadi langsung dari semua cisternae medial
tumpukan Golgi kembali ke UGD atau dengan aliran balik melalui cisternae berturut-turut
belum jelas. Dalam model pematangan cisternal, aliran retrograde membawa bahan kembali
ke yang baru terbentuk kompartemen setelah reseptor dan enzim tidak lagi diperlukan dalam
kompartemen yang lebih matang.
g. Peran RE dan Golgi Kompleks di Protein Glikosilasi
Banyak dari pengolahan protein dilakukan dalam ER dan Golgi kompleks
melibatkan glikosilasi selain dari rantai samping karbohidrat untuk residu asam amino
spesifik protein, membentuk glikoprotein. Reaksi enzymecatalyzed berikutnya kemudian
memodifikasi rantai samping oligosakarida yang melekat pada protein. N-linked glikosilasi
(atau N-glikosilasi) melibatkan penambahan unit oligosakarida khusus untuk atom nitrogen
pada kelompok amino terminal residu asparagin tertentu. O-linked glikosilasi melibatkan
penambahan oligosakarida dengan atom oksigen pada gugus hidroksil serin tertentu atau
residu treonin. Setiap langkah glikosilasi sangat bergantung pada modifikasi sebelumnya.
Kesalahan pada satu langkah, mungkin karena enzim yang rusak, dapat memblokir
modifikasi lebih lanjut dari rantai samping karbohidrat dan dapat menyebabkan penyakit
pada organisme.
h. Glikosilasi awal Terjadi di ER
Enzim spesifik yang mengkatalisis berbagai langkah glikosilasi dan modifikasi
selanjutnya terdapat di kompartemen spesifik kompleks ER dan Golgi. Langkah-langkah
awal N-glikosilasi berlangsung pada permukaan sitosol membran ER dan langkah-langkah
selanjutnya terjadi pada lumen ER (Gambar 6). Meskipun berbagai oligosakarida ditemukan
di glikoprotein yang matang, semua rantai samping karbohidrat ditambahkan ke protein
dalam ER awalnya memiliki oligosakarida inti umum terdiri dari dua unit N-
asetilglukosamin sembilan unit mannose, dan tiga unit glukosa.
Glikosilasi dimulai sebagai dolichol fosfat, pembawa oligosakarida, dimasukkan ke
dalam membran ER (Gambar 6, langkah 1). GlcNAc dan kelompok mannose kemudian
ditambahkan ke grup fosfat dolichol fosfat (langkah 2). Oligosakarida inti tumbuh kemudian
translokasi dari sitosol ke lumen ER oleh flippase sebuah (langkah 3). Begitu berada di dalam
lumen ER, ditambahkan lebih banyak unit mannose dan glukosa (langkah 4). Oligosakarida
inti selesai kemudian ditransfer sebagai satu kesatuan dari dolichol ke residu asparagin dari
protein penerima (langkah 5). Akhirnya, oligosakarida inti yang menempel pada protein
dipangkas dan dimodifikasi (langkah 6).
Biasanya, oligosakarida inti ditambahkan ke protein karena polipeptida disintesis
oleh ribosom yang terikat pada membran RE. Kita tahu bahwa cotranslational ini glikosilasi
membantu untuk mempromosikan lipat protein yang tepat karena penghambatan
eksperimental glikosilasi mengarah ke penampilan gagal melipat, protein agregat.
Penambahan satu unit glukosa memungkinkan protein ER lain berinteraksi dengan
glikoprotein yang baru disintesis untuk memastikan lipatannya yang tepat. Salah satu dari dua
protein ER dikenal sebagai calnexin (CNX, membran-terikat) dan calreticulin (CRT, larut)
dapat mengikat glikoprotein monoglucosylated dan mempromosikan disulfida pembentukan
ikatan dengan membentuk kompleks dengan glikoprotein dan tiol sebuah oksidoreduktase
dikenal sebagai ERp57, yang mengkatalisis disulfida pembentukan ikatan. Kompleks protein
kemudian berdisosiasi, dan unit glukosa akhir dihapus oleh enzim bernama glukosidase II.

Gambar 20. Kompartementalisasi Langkah-Langkah Glikosilasi Dan Modifikasi Protein Selanjutnya


Sumber: Hardin, 2012

Pada titik ini, glucosyl tertentu transferase di ER dikenal sebagai UGGT (UDP-
glukosa: glikoprotein glucotransferase) bertindak sebagai sensor untuk lipat yang tepat dari
glikoprotein yang baru disintesis. UGGT mengikat protein yang dilipat dengan tidak benar
dan menambahkan satu unit glukosa, membuat protein menjadi substrat untuk putaran lain
ikatan CNX / CRT dan ikatan disulfida. Begitu konformasi yang tepat tercapai, UGGT tidak
lagi mengikat glikoprotein baru, yang kemudian bebas keluar dari UGG dan pindah ke Golgi.
Enzim yang mengkatalisis langkah spesifik glikosilasi dan selanjutnya modifikasi
protein berada pada kompartemen yang berbeda ER dan Golgi kompleks. Pengolahan terjadi
secara berurutan sebagai protein perjalanan dari kompartemen ke kompartemen. Langkah-
langkah yang tercantum di Angka tersebut adalah contoh modifikasi potensial dan tidak tentu
terjadi dengan semua glikoprotein.
i. Glikosilasi lebih lanjut terjadi di Kompleks Golgi
Pengolahan lebih lanjut dari protein N-glikosilasi terjadi di kompleks Golgi sebagai
glikoprotein bergerak dari muka cis melalui cisternae medial ke trans menghadapi tumpukan
Golgi Ini glycosylations terminal di Golgi menunjukkan variabilitas yang luar biasa di antara
protein dan menjelaskan banyak keragaman dalam struktur dan fungsi rantai samping
oligosakarida protein. Glikosilasi terminal selalu mencakup pemindahan beberapa unit
karbohidrat dari oligosakarida inti. Dalam beberapa kasus, tidak ada pemrosesan lebih lanjut
yang terjadi di kompleks Golgi. Dalam kasus lain, oligosakarida yang lebih kompleks yang
dihasilkan oleh penambahan lebih lanjut dari GlcNAc dan monosakarida lainnya, termasuk
galaktosa, asam sialic, dan fucose. Beberapa glikoprotein mengandung unit galaktosa yang
ditambahkan oleh galactosyl transferase, penanda enzim unik untuk Golgi. Mengingat peran
kompleks Golgi di glikosilasi, tidaklah mengherankan bahwa dua kategori yang paling
penting dari enzim hadir dalam tumpukan Golgi adalah glucan sintetase, yang menghasilkan
oligosakarida dari monosakarida, dan glikosil transferase, yang melampirkan kelompok
karbohidrat dengan protein. ER dan Golgi kompleks mengandung ratusan glikosil yang
berbeda transferase, yang menunjukkan kompleksitas potensi rantai samping oligosakarida.
Dalam tumpukan Golgi, masing-masing cisterna mengandung seperangkat enzim pengolahan
yang khas. Perhatikan pada pembahasan sebelumnya bahwa oligosakarida dewasa di
glikoprotein hanya ditemukan di sisi lumen dari ER dan membran kompleks Golgi dan
dengan demikian memberikan kontribusi membran asimetris. Karena sisi lumenal dari
membran ER adalah topologi setara dengan permukaan luar sel, mudah untuk melihat
mengapa semua membran plasma glikoprotein oligosakarida ditemukan di sisi ekstraselular
membran.
j. Peran RE dan Golgi Kompleks dalam Trafficking Protein
Protein yang terikat membran dan larut disintesis dalam ER kasar harus diarahkan ke
berbagai intraselular lokasi, termasuk ER itu sendiri, kompleks Golgi, endosom, dan lisosom.
Apalagi sekali protein mencapai organel tempat tinggal, harus ada mekanisme untuk
mencegahnya pergi kembali. Kelompok lain protein yang disintesis dalam ER kasar
ditetapkan penggabungan ke dalam membran plasma atau untuk melepaskannya di bagian
luar sel. Oleh karena itu, setiap protein mengandung protein spesifik "tag" yang menargetkan
protein ke vesikel transportasi yang akan membawa bahan dari satu lokasi seluler tertentu ke
yang lain. Tergantung pada protein dan tujuan, protein “tag” bisa berupa urutan asam amino
pendek, oligosakarida rantai samping, domain hidrofobik, atau lainnya fitur struktural Tag
juga mungkin terlibat dalam mengecualikan bahan dari vesikula tertentu Lipid membran juga
bisa ditandai untuk membantu vesikula mencapai tujuan yang benar. Tag ini bisa jadi satu
atau gugus fosfat lebih melekat pada posisi 3, 4, dan / atau 5 dari molekul membran
phosphatidylinositol (PI) oleh kinase spesifik. Sebagai contoh, fungsional PI 3-kinase adalah
diperlukan untuk pemilahan vesikula yang tepat ke vakuola di ragi. Pada sel mamalia,
penghambatan kinase inositol mengganggu perdagangan vesikel ke lisosom tersebut. Selain
beberapa tag tertentu pada beberapa lipid, panjang dan derajat saturasi lipida membran
tertentu juga terbukti penting dalam perdagangan vesikel. Gambaran dari perdagangan yang
melibatkan ER dan Golgi kompleks disajikan pada Gambar 7. Penyortiran protein dimulai di
ER dan kompartemen awal tumpukan Golgi, yang mengandung mekanisme untuk mengambil
atau mempertahankan protein spesifik kompartemen. Langkah penting ini mempertahankan
fungsi spesifik kompartemen yang dibutuhkan untuk menjaga integritas jalur glikosilasi dan
pengolahan. Pemilahan akhir material yang akan meninggalkan kompleks Golgi terjadi di
TGN, di mana lipid dan protein secara selektif dikemas ke dalam populasi vesikula
transportasi yang berbeda yang ditakdirkan untuk lokasi yang berbeda di dalam sel. Di
beberapa sel, kompleks Golgi juga terlibat dalam pengolahan protein yang masuk ke sel oleh
endositosis.

Gambar 21. Glikosilasi N-linked Protein di ER


Sumber: Hardin, 2012
 Gambar 22. Jalan Sel Eukariot Melalui Sistem Endomembrane
Sumber: Hardin, 2012

k. Protein ER-Spesifik Mengandung Retensi dan Protein Tag Retrieval


Komposisi protein yang dibutuhkan di ER dipertahankan baik dengan mencegah
beberapa protein keluar saat Kuncup vesikel dari membran ER dan dengan mengambilnya
protein lain yang telah meninggalkan ER dan mencapai CGN. Tidak sepenuhnya jelas
bagaimana protein yang tidak pernah meninggalkan ER dipertahankan, namun satu teori
mengusulkan bentuknya kompleks luas yang secara fisik dikecualikan dari vesikula
berkembang dari ER.
Beberapa protein lokal ke ER mengandung tripeptide yang Urutan RXR (Arg -X-
Arg, di mana X adalah setiap amino asam), yang tampaknya meningkatkan retensi di ER. Ini
tag retensi juga ditemukan di beberapa protein multisubunit yang ditakdirkan untuk membran
plasma. N -methyl- D-aspartate (NMDA) reseptor, yang penting dalam neurotransmisi di
otak mamalia, berisi tag semacam itu.
Diperkirakan itu tripeptide menyebabkan subunit individu NMDA menjadi ditahan
di ER sampai perakitan multisubunit yang Kompleks di ER selesai. Perakitan yang tepat
masker Urutan RXR, memungkinkan kompleks berkumpul untuk pergi ER.
Bukti lain menunjukkan bahwa fosforilasi protein ini di dekat urutan RXR
mendorong pelepasan ER. Retrieval oleh aliran retrograde vesikula dari CGN ke ER lebih
baik dipahami daripada retensi. Banyak larut protein ER-spesifik mengandung tag
pengambilan bahwa berikatan dengan reseptor transmembran tertentu menghadapi Golgi
lumen yang kompleks. Tagnya adalah asam amino terminal C singkat urutan seperti KDEL
(Lys-asp- Glu - Leu) atau KKXX (dimana X bisa menjadi asam amino) pada mamalia dan
HDEL (Nya-asp- Glu - Leu) dalam ragi.
Bila mengandung protein Tanda seperti itu mengikat reseptornya, reseptor
mengalami a perubahan konformasi, dan kompleks reseptor-ligan dikemas ke dalam vesikel
transportasi untuk kembali ke ER. Bukti pentingnya tag penarikan datang dari percobaan
yang melibatkan protein chimeric buatan, juga dikenal sebagai protein fusi. Mereka dibuat
dengan bergabung dengan Urutan DNA mengkodekan dua segmen polipeptida dari protein
yang berbeda, memungkinkan polipeptida hibrida diproduksi dari DNA yang tergabung.
Protein biasanya disekresikan dari sel diubah dengan cara ini untuk memasukkan amino asam
yang mewakili tag penarikan ER, dan protein ini kemudian ditemukan di ER bukan
disekresikan. Menariknya, beberapa protein chimeric ini ditemukan di ER telah mengalami
pengolahan parsial oleh enzim yang ditemukan hanya di kompleks Golgi. Temuan ini
menunjukkan bahwa tag yang dicurigai tidak hanya mencegahnya Melarikan diri dari protein
dari ER namun secara aktif dipromosikan pengambilan protein khusus ER dari kompleks
Golgi.
l. Golgi Kompleks Protein Diurutkan Menurut Panjang Membran-Spanning
Seperti protein penduduk yang dibutuhkan di ER, beberapa penduduk Protein dari
kompleks Golgi mengandung retensi atau tag pengambilan Apalagi di kompleks Golgi seperti
di ER, pembentukan kompleks besar yang dikecualikan dari vesikula transportasi mungkin
berperan dalam mempertahankan komposisi protein kompleks Golgi. Selain itu, kami
Selanjutnya akan terlihat mekanisme ketiga yang jelas berbeda juga mungkin bekerja di
organel ini-sebuah mekanisme melibatkan daerah hidrofobik protein Golgi. Semua protein
spesifik Golgi yang diketahui adalah membran integral protein yang memiliki satu atau lebih
hidrofobik Membran-membentang domain yang menancapkannya ke Golgi membran.
Panjang domain hidrofobik mungkin tentukan di mana cisterna kompleks Golgi masing-
masing Protein terikat membran tergabung saat bergerak melalui organel Ingatlah bahwa
ketebalan seluler Membran meningkat secara progresif dari ER (sekitar 5 nm) ke membran
plasma (sekitar 8 nm). Di antara Golgispecific protein, ada peningkatan yang sesuai dalam
panjang membran hidrofobik-mencakup domain yang terjadi dari CGN ke TGN. Protein
semacam itu cenderung bergerak dari kompartemen ke kompartemen sampai ketebalan
membran melebihi panjang dari membranespanning mereka domain, sehingga menghalangi
migrasi lebih lanjut.
m. Target dari larutan lisosomal Protein untuk endosomes dan Lisosom Merupakan
Model untuk Protein Sorting di TGN
Selama perjalanan mereka melalui ER dan kompartemen awal dari kompleks Golgi,
enzim lisosom solubl, Seperti glikoprotein lainnya, mengalami N-glikosilasi diikuti dengan
pengangkatan unit glukosa dan mannose. Di dalam Golgi kompleks, residu Namun, mannose
pada karbohidrat rantai sisi lysoso enzim mal yang terfosforilasi, membentuk oligosakarida
yang mengandung mannose-6 fosfat. Tag oligosakarida ini membedakan larut protein
lisosom dari glikoprotein lain dan memastikan pengiriman mereka ke lisosom (Gambar 8).
Fosforilasi residu mannose dikatalisis oleh dua enzim khusus di kompleks golgi. Yang
pertama, berlokasi di area kompartemen awal tumpukan Golgi, adalah phosphotransferase,
yang menambahkan GlcNAc-1-phosphate ke carbon atom 6 dari mannose. Kedua, terletak di
pertengahan Golgi kompartemen, menghilangkan GlcNAc, meninggalkan residu mannose-6-
fosfat. Permukaan interior membran TGN memiliki reseptor mannose-6-phosphate (MPRs)
yang mengikat ke residu mannose-6-fosfat protein lisosom. PH TGN sekitar 6,4, yang lebih
baik mengikat larut lysosomal enzim untuk reseptor ini.
Berikut pengikatan protein lisosomal ditandai dengan MPRS, kompleks reseptor-
ligan dikemas ke dalam transportasi vesikula dan disampaikan ke endosome. Di sel hewan,
enzim lisosom dibutuhkan untuk degradasi bahan dibawa untuk sel oleh endositosis diangkut
dari TGN ke organel dikenal sebagai endosomes paling lambat. Ini berkembang dari
endosomes awal, yang terbentuk oleh koalesensi vesikula dari TGN dan plasma selaput.  
Sebagai endosom awal matang untuk membentuk endosom akhir, pH lumen menurun
menjadi sekitar 5,5, menyebabkan enzim lisosomal terikat untuk memisahkan dari MPRs Ini
mencegah gerakan mundur ini Enzim kembali ke Golgi bersamaan dengan reseptor itu didaur
ulang di vesikula yang kembali ke TGN. Akhirnya, endosom akhir baik jatuh tempo untuk
membentuk lisosom baru atau memberikan isinya ke lisosom aktif.
Dukungan yang kuat untuk model ini enzim lisosomal Penargetan berasal dari
penelitian tentang kelainan genetik manusia disebut penyakit I-cell. Sel fibroblast berbudaya
dari pasien dengan penyakit I-sel mensintesis semua lisosomal yang diharapkan enzim tapi
kemudian melepaskan sebagian besar protein terlarut ke media ekstraselular alih-alih
menggabungkannya menjadi lisosom. Fitur pembeda yang salah arah Protein adalah tidak
adanya mannose-6-phosphate residu pada rantai samping oligosakarida mereka. Tag (protein)
mannose-6-fosfat jelas penting untuk menargetkan glikoprotein lysosomal larut ke lisosom
tersebut. Seperti yang bisa Anda tebak, I-sel hasil penyakit dari phosphotransferase yang
cacat diperlukan untuk menambahkan mannose- 6-fosfat untuk oligosakarida rantai pada
enzim lisosom. Namun, sementara residu mannose-6-phosphate penting untuk mengarahkan
lalu lintas dari UE ke lisosom, jalur lain tampaknya juga terlibat. Misalnya, pada pasien
dengan penyakit I-sel, hidrolase asam lisosom entah bagaimana masih mencapai lisosom
dalam sel-sel hati.
Gambar 23. Target Dari Soluble Lisosomal Enzim Untuk Endosomes Dan Lisosom Oleh
Mannose- Tag 6-Fosfat
Sumber: Hardin, 2012

n. Sekretori Persiapan Transportasi Molekul ke luar sel


Integral ke lalu lintas vesikular ditunjukkan pada Gambar 7 jalur sekretorik dimana
protein bergerak dari ER melalui kompleks Golgi untuk vesikel sekretorik dan butiran
sekretori, yang kemudian melepaskan isinya ke bagian luar sel. Peran bersama ER dan
kompleks Golgi sekresi yang ditunjukkan pada tahun 1967 oleh James Jamieson dan George
Palade di sekretori sel dari irisan jaringan pancreas babi ATIC. Mereka menggunakan
elektron mikroskopis autoradiography untuk melacak pergerakan protein berlabel radioaktif
dari tempatnya sintesis di ER melalui kompleks Golgi untuk kemasan selanjutnya di vesikula
sekretori. Hasil dari percobaan klasik ini disajikan pada Gambar 9. Tiga menit setelah
paparan singkat dari irisan jaringan untuk asam amino radioaktif, protein yang baru disintesis
diberi label dengan radioaktif asam amino (warna tidak teratur gelap) ditemukan terutama di
RE kasar (panel).

Gambar 24.. Autoradiographic Bukti Dari Jalur Sekretori


Sumber: Hardin, 2012
3. Endositosis dan Eksositosis
Dua metode yang digunakan untuk memindahkan materi melewati membrane
plasma adalah eksositosis, proses dimana sekretori granule melepas isinya keluar sel, dan
endositosis, proses dimana sel memasukkan materi kedalam. Dilihat dari pergerakannya,
eksositosis dan endositosis memeiliki efek yang saling berlawanan. Bila eksositosis
menambahkan protein dan lipid pada membrane plasma, maka endositosis sebaliknya. Hal ini
menyebabkan terjadinya keseimbangan komposisi membrane plasma.
a. Eksositosis
Pada eksositosis, protein dalam vesikel dikeluarkan menuju exterior sel, seiring
meleburnya vesikel dengan membrane plasma. Adapun proses eksositosis yang terjadi, pada
awalnya Vesikel yang mengandung produk seluler untuk sekretori bergerak menuju
permukaan sel (1), Selanjutnya membrane vesikel akan melebur dengan membrane plasma
(2), Peleburan dengan membrane plasma mengakibatkan terjadinya pelepasan isi vesikel ke
bagian luar sel (3), Pada proses tersebut, membrane dari vesikel menjadi terintegrasi dengan
membrane plasma, bagian dalam (luminal) vesikel menjadi bagian luar lapisan membrane
plasma (4). Mekanisme eksositosis vesikel menuju permukaan sel masih belum jelas. Bukti
saat ini masih menunjukkan adanya pengaruh mikrotubul pada pergerakan vesikel.

Peleburan yang terjadi pada vesikel sekretori dengan membrane plasma pada
umumnya dipicu oleh signal ekstraseluler tertentu. Pada sebagian besar kasus, signal berupa
hormone atau neurotransmitter yang berikatan dengan reseptor spesifik pada permukaan sel
sehingga memicu sintesis atau pelepasan second messenger dalam sel. Eksositosis protein
tertentu terbatas untuk permukaan sel tertentu. Missal, sel sekretori dalam usus melepaskan
enzim pencernaan hanya pada sisi sel yang menghadap pencernaan interior. Fenomena ini
disebut dengan polarized secretion.

Gambar 25. Eksositosis.


b. Endositosis
Endositosis dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu endositosis bulk-phase
(pinocytosis) dan endositosis termediasi. Endositosis bulk-phase merupakan pengambilan
cairan ekstracelluler tidak spesifik. Molekul besar ataupun molekul kecil yang berada pada
cairan akan dapat masuk kedalam sel. Berlawanan dengan endositosis bulk-phase, endositosis
terfasilitasi membawa makromolekul(ligand) ekstraseluler spesifik menuju kedalam
membrane plasma (Karp et al, 2010 ).
Endositosis terfasilitasi, Receptor-mediated endocytosis (RME) memberikan cara
yang efisien dan selektif terhadap makromolekul yang konsentrasinya rendah pada cairan
ekstraseluler untuk masuk. Sel memiliki reseptor untuk pengambilan bermacam ligand yang
berbeda, termasuk hormone, factor pertumbuhan, enzim dan darah protein pembawa nutrisi.
Proses ini menggunakan reseptor spesifik pada bagian luar membrane plasma (Hardin et al,
2012). Substansi yang masuk kedalam sel melalui RME akan berikatan dengan reseptor pada
daerah membrane plasma yang disebut coated pits. Coated pits terdeteksi oleh micrograph
protein sebagai daerah yang permukaanya menjorok dan bagian membrane plasma
sitoplasmiknya tertutup oleh bristly, electron padat berisi clathrin.
Gambar 26. Endositosis
Sumber: Hardin, 2012

Proses RME dimulai dengan pengikatan molekul tertentu (ligand) dengan reseptor
(1), Saat reseptor-ligan bercampur (berikatan) terhadap membrane, maka akan menuju pada
daerah tertentu yang disebut coated pits (2), akumulasi reseptor-ligan kompleks pada coated
pits mengakibatkan akumulasi protein tambahan pada membrane plasma bagian dalam
(sitosol) penambahan protein (protein adaptor, clathrin, dinamin dibutuhkan untuk pelekukan
dan invaginasi pit) (3), invaginasi berlanjut hingga pit terjepit dari membrane plasma
membentuk coated vesicle (4), selanjutnya clathrin coat/lapisan dilepaskan meninggalkan
membrane plasma (5), Lapisan protein dan dinamin selanjutnya didaur ulang ke membrane
plasma, agar dapat membentuk vesikel baru (6).

Gambar 2.3.3. Reseptor – Endositosis termediasi


Sumber: Hardin, 2012
Gambar 2.3.4. Proses Endositosis (RME) yolk protein
Sumber: Hardin, 2012

4. Coated Vesicle
Pada umumnya vesikel yang terlibat dalam transfer lipid dan protein disebut dengan
coated vesicle karena pada saat pembentukannya lapisan protein menyelubungi sitosol
karakter selubung, lapisan. Pada umumnya pada coated vesicle terdapat lapisan protein pada
bagian sitosol membrane yang mengelilingi vesikel. Lapisan protein berpartisipasi dalam
berbagai langkah pembentukkan vesikel transport. Jenis lapisan protein pada vesikel
membantu dalam pemilihan molekul yang diperuntukkan untuk tujuan tertentu dalam sel.
Lapisan protein tertentu pada vesikel bertindak sebagai indicator asal dan tujuan vesikel
dalam sel (Hardin et al, 2012).

Tabel 2. Berbagai jenis coated vesicle


Sumber: Hardin, 2012
a. Clarith-coat vesicle
Salah satu contoh coat vesicle adalah Clarith-coat vesicle. Clarith-coat vesicle
dikelilingi oleh dua macam lapisan multimer protein yaitu clarith dan adaptor protein. Clarith
dan AP membentuk protein lattice yang tersusun atas polygon. Struktur dasar clarith lattice
adalah berbentuk struktur tiga kaki yang disebut dengan triskelions. Setiap triskelion tersusun
atas protein multimer yang tersusun oleh tiga polipeptida besar (heavy chain) dan tiga
polipeptida kecil (light chain).

Gambar 27. Clathrin Triskelions


Sumber: Hardin, 2012

Triskelion tersusun secara overlap, bertumpukan satu sama lain. Susunan semacam ini
akan dapat memperluas kontak antara clarith polipeptida dan dapat memberi kekuatan
mekanis yang dibutuhkan saat pembentukan vesikel (Hardin et al, 2012).
Selain clarith, clarith coat vesicle juga mengandung protein adaptor (AP2). AP2
mengandung berbagai macam subunit dengan berbagai fungsi. AP terdiri dari 4 polypeptida,
2 diantaranya merupakan subunit adaptin, satu rantai medium dan satu rantai kecil. µ subunit
berfungsi mengikat ekor sitoplasma pada membrane plama spesifik. Β-adaptin subunit
mengikat dan merekrut molekul clathrin.
Gambar 28. Molekul organisasi coated vesicle
Sumber: Karp, 2010

b. Pembentukan Clathrin coated vesicle

Pengikatan kompleks AP pada membrane plasma dan adanya konsentrasi reseptor


atau reseptor-ligan kompleks pada coated pit memerlukan ATP dan GTP. Pembentukan
clathrin coat pada daerah sitosol membrane memberikan energy untuk pembentukan vesikel.
Adanya banyak clathrin triskelion mengakibatkan bertambahnya lattice, kombinasi hexagonal
dan pentagonal yang dapat mengakibatkan clathrine coat melekuk disekitar budding vesikel.
Ketika clathrin terkumpul disekitar budding vesikel, setidaknya ada satu protein lagi
yang berpartisipasi dalam proses tersebut yaitu dinamin. Dinamin merupakan GTPase
sitosolik yang diperlukan dalam penyempitan pit dan penutupan vesikel. Beberapa
mekanisme memerlukan uncoat clathrine coat membrane. Clathrine coat akan tetap
menempel sepanjang membrane masih bagian dari coated pit. Namun, akan berpisah bila
vesikel telah sepenuhnya terbentuk. Proses ini juga memerlukan energy, dengan hidolisis 3
ATP per triskelion. Protein uncoating ATPase, sangat penting untuk proses ini walaupun
uncoating hanya terjadi pada pemisahan clathrin triskelion dari AP.
c. Fusi Vesikel Transport dengan Membran
Lalu lintas intraseluler dengan bantuan coated vesikel adalah spesifik. Setelah
vesikel terbetuk, diperlukan adanya protein tertentu untuk memastikan tujuan dari vesikel
transport. Mekanisme ini dijelaskan dengan adanya hipotesis SNARE. Menurut hipotesis
SNARE terdapat dua protein yang bisa menentukan arah tujuan vesikel yaitu v-SNAREs
(vesicle-SNAP receprors) yang ditemukan pada vesikel transport dan t-SNAREs (target-
SNAP reseptor) yang ditemukan pada membrane target. Adanya dua protein ini dapat
membuat vesikel transport mengenali membrane target sehingga melakukan fusi/ peleburan.
Ketika vesikel sampai pada membrane target, protein Rab GTPases bekerja. GTPase bersifat
spesifik, sehingga hanya mengenali target tertentu. Setelah vesikel transport dan membrane
bertumbukan Rab protein akan mengasosiasi t-SNARE dan v-SNARE sehingga terjadi fusi.
Setelah terjadi fusi, N-ethymaleimide-sensitive factor (NSF) dan soluble NSF attachment
protein (SNAPs) melepaskan v- dan t-SNAREs. Penelitian terbaru memberikan ide bahwa
terdapat tatehering protein yang bertindak sebagai pengkoneksi jarak jauh vesikel transport
dan membrane target.

Gambar 29. Hipotesis SNARE untuk Transport Vesikel Target dan Fusi
Sumber: Hardin, 2012

5. Lisosom dan Penceranaan Seluler


Lisosom merupakan kantung terikat membran dari enzim hidrolitik yang digunakan
untuk mencerna makromolekul. Terdapat enzim lisosom yang dapat menghidrolisis protein,
polisakarida, lemak, dan asam nukleat yang merupakan kelas utama makromolekul. Enzim
hidrolitik ini dapat mendegradasi bahan ekstraseluler yang dibawa ke dalam sel secara
endositosis dan dapat mencerna struktur intrasel dan makromolekul yang rusak atau tidak
dibutuhkan lagi. Lisosom merupakan organel yang memiliki diameter 0,5 – 1,0 mm dan
dikelilingi oleh membran tunggal (Hardin, 2012).
Gambar 30. Tampilan Lisosom
Sumber : Hardin, 2012
Lisosom digunakan oleh sel sebagai penyimpan enzim hidrolase, yang merupakan
enzim yang dapat mencerna molekul biologis tertentu. Sel membutuhkan enzim pencernaan
semacam itu, untuk mencerna molekul makanan dan untuk memecah unsur penyusun sel
yang rusak. Enzim tersebut merupakan enzim yang spesifik sesuai dengan kebutuhan yang
digunakan oleh sel, karena agar tidak mencerna komponen normal yang ada. Enzim tersebut
digunakan hanya untuk mencerna komponen sel yang rusak. Waktu dalam mencerna
komponen sel yang rusak tidak terjadwalkan, sehingga bekerja kapan saja. Seperti halnya
pada protein sekretori, enzim lisosom disintesis pada Retikulum Endoplasma kasar, dibawa
ke kompleks Golgi, dan kemudian dikemas dalam bentuk vesikula dan akan menjadi lisosom.
Permukaan yang berada di dalam membran lisosom adalah lapisan karbohidrat, bahwa
lapisan ini melindungi membran dari aktivitas enzim hidrolitik saat bekerja sesuai yang
dibutuhkan dalam lumen lisosom dan dilengkapi reseptor hidrolasenya. Lapisan karbohidrat
dibentuk secara kontinu yang tampak melindungi protein membran dari protease lisosom.
Lisosom mampu memecah hampir semua jenis molekul biologis, sehingga produk
pencernaan cukup kecil untuk melewati membran ke dalam sitosol, dan dapat digunakan
kembali untuk mensintesis lebih banyak makromolekul – mendaur ulang pada tingkat sel
(Hardin, 2012).
Enzim pada lisosom bekerja baik pada pH asam, yaitu sekitar pH 4 - 5. Membran
lisosom mempertahankan pH ini dengan memompakan ion hidrogen dari sitosol ke dalam
lumen lisosom. Jika lisosom pecah atau membocorkan kandungannya, aktivitas enzim
berkurang dalam lingkungan sitosol yang netral. Akan tetapi bocoran yang berlebihan dari
sejumlah besar lisosom dapat merusak sel akibat pencernaannya sendiri. Sebenarnya lisosom
juga menyediakan suatu ruang tempat sel untuk dapat mencerna makromolekul secara aman,
tanpa terjadinya kerusakan umum, yang akan terjadi jika enzim hidrolitik menyebar secara
luas (Campbell, 2010).

a. Lisosom mengisolasi enzim pencernaan dari sisa sel


Lisosom merupakan
kompartemen tertutup pada
membran yang diisi dengan
enzim hidrolitik terlarut yang
dapat mengendalikan pencernaan
intraseluler makromolekul.
Lisosom mengandung sekitar 40
jenis enzim hidrolitik yang
merupakan kelompok asam Gambar 31. Jaringan diinkubasi dalam media yang
mengandung timbal nitrat dan β-gliserofosfat terlarut, yang
hidrolase. Agar aktivitas dibelah oleh asam fosfatase, dan mengahsilkan gliserol
pencernaan optimal, maka perlu bebas dan anion fosfat.
Sumber : Hardin, 2012
aktivasi enzim (Albert, 2008).
Lisosom ditemukan pada awal tahun 1950 oleh Christian de Duve dan rekan-
rekannya. Lisosom pada awalnya ditemukan dengan fraksinasi biokimia ekstrak sel,
kemudian tampak jelas menggunakan mikroskop elektron. Peneliti melakukan sentrifugasi
diferensial (sentrifugasi turunan) yang akhirnya membuat pada peneliti menyadari asam
fosfatase yang mulanya dianggap hanya terletak di mitokondria, sebenarnya juga terletak di
kelas partikel yang belum dilaporkan sebelumnya. Sehingga adanya organel baru
mengandung enzim hidrolitik lain yaitu termasuk β-glucuronidase, deoxyribonuclease,
ribonuklease, dan protease. Karena perannya yang nyata dalam melisiskan sel, sehingga
organel tersebut ditemukan dan diberi nama lisosom (Hardin, 2012).
Di dalam lisosom dilakukan pertahanan kondisi asam, kondisi asam tersebut
bergantung pada pompa proton yang dibantu oleh ATP. Lisosom lebih menyukai pencernaan
enzimatik makromolekul baik dengan mengaktifkan asam hidrolase atau dengan
mendenaturasi sebagian makromolekul yang ditargetkan untuk degradasi. Produk pencernaan
kemudian diangkut melintasi membran ke sitosol, dan memasuki berbagai jalur sintetis atau
dieskpor dari sel. Ada beberapa enzim yang terkandung sebagai asam hidrolase – enzim
hidrolitik yaitu 5 fosfatase, 14 protease dan peptidase, 2 nuklease, 6 lipase, 13 glikosidase,
dan 7 sulfatase. Karena enzim lisosom dapat mencerna semua kelas utama molekul biologis,
maka enzim diasingkan atau dijauhkan dari sisa sel lainnya, karena enzim-enzim tersebut
tidak dapat dengan cepat menghancurkan sel itu sendiri, dan dikhawatirkan akan merusak sel
normal di sekitarnya (Hardin, 2012).
Lisosom tidak hanya memiliki enzim yang unik yang mampu mencerna
makromolekul, tetapi juga memiliki membran di sekitarnya yang unik, yang mampu
melakukan glikosilasi dan membantu melindungi dari protease lisosomal di lumen lisosom.
Transpor protein di membran lisosom membawa produk akhir dari pencernaan makromolekul
seperti asam amino, gula, dan nukleotida yang akan dibawa ke sitosol, dan sel dapat
menggunakan kembali atau mengeluarkannya (Albert, 2008).
Sebuah vakola H+ ATP ase pada membran lisosom menggunakan energi ATP yang
terhidrolisis untuk memompa ion H+ masuk ke dalam lisosom, tujuannya adalah untuk
mempertahankan kondisi asam pada lumen lisosom dan menyediakan pH asam bagi enzim
hidrolitik, hal ini menggunakan prinsip pompa hidrogen tipe V ATP ase. Dimana tipe V ATP
ase identik mengasamkan semua organel endositik dan eksositik, termasuk lisosom,
endosom, kompartemen lainnya dari komleks Golgi dan transportasi lainnya yang menjadi
vesikula sekretori. Selain memberikan lingkungan pH asam yang cocok, untuk reaksi yang
terjadi di lumen lisosom tersebut, gradien ion H + juga menyediakan sumber energi yang
mendorong pengangkutan metabolit kecil ke membran organel (Albert, 2008).
Membran lisosom juga sangat terglikosilasi yang dikenal dengan lysomal-associated
membran protein (LAMP). Sampai saat ini sudah terdeteksi LAMP-1, LAMP-2, dan
CD63/LAMP-3. LAMP berguna sebagai reseptor penerima kantong vesikel pada lisosom.

Gambar 32. Lisosom.


Sumber: Albert, 2008
b. Lisosom Berkembang dari Endosom
Enzim lisosom disintesis oleh ribosom yang melekat pada retikulum endoplasma
kasar dan ditranslokasikan melalui pori di membran retikulum endoplasma ke lumen
retikulum endoplasma sebelum diangkut ke kompleks Golgi. Setelah dilakukan modifikasi
dan pengelolahan kompartemen di kompleks golgi dan RE, maka enzim lisosom akan disortit
dari protein lain di TGN (trans - Golgi network). Enzim lisosom dikemas dalam vesikula
berlapis clathrin yang berasal dari TGN, yang kehilangan lapisan proteinnya, dan melakukan
perjalanan ke salah satu kompartemen endosomal (Hardin, 2012).
Endosom akhir pada dasarnya adalah kumpulan enzim pencernaan yang baru
disintesis serta bahan ekstraseluler dan intraseluler yang digunakan untuk pencernaan, dan
dikemas untuk melindungi sel dari enzim hidrolitik. Langkah terakhir dalam perkembangan
lisosom adalah aktivasi asam hidrolase yang terjadi karena enzim dan substratnya memenuhi
lingkungan yang lebih asam.
Pada sel eukariotik dalam menyelesaikan langkah ini memiliki dua cara, yaitu
pompa proton yang bergantung pada ATP yang dapat menurunkan pH lumen endosom akhir
menjadi pH 4 – 5, dan mengubah endosom akhir menjadi lisosom, sehingga menghasilkan
organel baru. Endosom akhir juga dapat mentransfer material ke lumen pada lisosom (Hardin,
2012).

Gambar 33. Penargetan Enzim Lisosom terlarut terhadap endosom dan lisosom oleh Mannose-6-fosfat.
Sumber : Hardin, 2012

Enzim hidrolitik dibuat pada retikulum endoplasma, yang mengalami pemaketan di


badan golgi dan kemudian ke endosom lanjut yang nantinya akan menjadi lisosom. Untuk
prosesnya ini, enzim ini mempunyai molekul penanda unik, yaitu manosa 6-fosfat (M6P)
yang berikatan dengan oligosakarida terikat-N. Seluruh glikoprotein yang ditransfer oleh
retikulum endoplasma ke cis golgi memiliki rantai oligosakarida terikat-N yang identik,
dengan manosa di ujung terminalnya. Untuk membentukmanosa 6-fosfat, cis golgi
membutuhkan situs pengenalan yang disebut signal patch. Pembentukan M6P ini
memerlukan dua buah enzim, yaitu GlcNac fosfotransferase yang berfungsi mengikat enzim
hidrolitik secara spesifik dan menambahkan GlcNac fosfat ke enzim. Kemudian terdapat
enzim kedua yang memotong GlcNac sehingga membentuk M6P. Satu enzim hidrolitik
mengandung banyak oligosakarida sehingga dapat mengandung banyak residu M6P. Setelah
itu dari cis golgi, enzim hidrolitik ini akan ditransfer ke trans golgi. M6P yang terikat pada
enzim hidrolitik akan berikatan pada reseptor protein M6P yang berada pada jaringan trans
golgi. Reseptor ini terikat pada membran dan berguna untuk pemaketan enzim hidrolitik
dengan memasukkan enzim tersebut ke vesikel clathrin coats, dan nantinya vesikel tersebut
dikirim ke endosom lanjut. Pemaketan ini terjadi pada pH 6,5 – 6,7 dan dikeluakan pada pH 6
(Hardin, 2012).

Gambar 34. Proses Pematangan Lisosom


Sumber: Albert, 2008

Pada endosom, enzim hidrolitik akan terlepas dari reseptor M6P karena adanya
penurunan pH menjadi 5. Setelah terlepas, reseptor M6P akan dibawa oleh vesikel transpor
dari endosom kembali ke membran trans golgi untuk digunakan kembali. Transpor, baik
menuju endosom atau kebalikannya membutuhkan peptida penanda (signal peptide) yang
terdapat pada ekor sistoplasmik dari reseptor M6P. Namun demikian, tidak semua molekul
dengan M6P dikirim ke lisosom, ada yang lolos dari pengepakan dan ditransfer ke luar sel.
Reseptor M6P juga terdapat di membran plasma yang berguna untuk menangkap enzim
hidrolitik yang lolos tersebut dan membawanya kembali ke endosom (Hardin, 2012).
c. Enzim Lisosom Penting dalam Beberapa Proses Pencernaan

Gambar 35. Formasi dari Lisosom dan Peran di Sel


terhadap Proses Pencernaan

Lisosom penting dalam aktivitas sel yang beragam seperti pembentukan nutrisi,
pertahanan, mendaur ulang komponen sel, dan proses deferensiasi. Yang membedakan proses
pencernaan yang bergantung pada enzim lisosom adalah berdasarkan lokasi aktivitas dan asal
bahan yang dicerna. Terkadang aktivitas pencernaan bersifat intraseluler, dan juga terkadang
lisosom dapat melepaskan enzim ke bagian luar sel secara eksositosis. Bahan yang akan
dicerna seringkali berasal dari ekstraseluler, walaupun ada juga proses penting yang
melibatkan pencernaan lisosom secara intraseluler. Untuk membedakan lisosom yang matang
berdasarkan dari asal usul yang berbeda, mengacu pada zat yang terkandung berasal dari
ekstra seluler yang disebut sebagai lisosom heterophagic, sedangkan yang mengandung
bahan yang berasal dari intraseluler disebut lisosom autophagic. Proses spesifik dimana
enzim lisosom yang terlibat adalah secara fagositosis, endositosis yang dimediasi reseptor,
autophagy, dan pencernaan ekstraseluler (eksositosis).
d. Fagositosis dan Endositosis yang dimediasi oleh reseptor: Lisosom dalam
Pertahanan dan Nutrisi
Agar sel tetap baik dan sehat, maka sel-sel harus menyerap nutrisi tertentu dan zat
lainnya. Banyak molekul yang diperlukan untuk kesehatan sel, termasuk protein dan nutrisi
lainnya, terlalu besar untuk melewati membran sel, sehingga sel tergantung pada proses yang
disebut endositosis untuk menyerap zat ini. Endositosis memungkinkan sel untuk
mengelilingi molekul vital dengan membran selnya, sehingga menyerap mereka ke dalam
tubuh sel. Selama endositosis, sebagian dari membran sel mengelilingi substansi yang akan
diserap, membentuk kantung ke bagian dalam sel. Membran ini kemudian menutup jalan
keluar sekitar substansi, menciptakan vesikel yang disebut endosom atau fagosom yang
kemudian berpindah ke dalam sitoplasma sel. Endosom memberikan isinya dengan struktur
lain dalam sel yang disebut lisosom. Endosom dan lisosom menyatu bersama, memungkinkan
proses pencernaan terjadi di dalam lisosom.
Fagositosis melibatkan penyerapan sel bahan padat, dan pinositosis sel menyerap
cairan. Endositosis dimediasi clathrin menggunakan reseptor khusus untuk menarik dan
menyerap bahan tertentu seperti lipoprotein dan antibodi. Dala, clathrin-mediated endositosis,
sel membentuk lubang atau caveolae pada membran eksterior. Lubang ini dilapisi dengan
reseptor. Ketika lubang menjadi penuh dengan lipoprotein atau molekul lain yang
dimaksudkan untuk melekat pada reseptor yang ada, maka membentuk vesikel dan diserap ke
dalam sel. Namun pada neuron atau sel saraf tidak mempunyai claveolae.
Salah stau fungsi yang paling penting dari enzim lisosom adalah mampu
mendegradasi bahan asing yang dibawa ke sel eukariotik secara fagositosis dan endositos
yang dimediasi reseptor. Fagositik vakola yang ditransformasikan menjadi lisosom dengan
endosom awal, sedangkan vesikel yang mengandung bahan spesifik yang dibawa ke dalam
sel secara endositosis yang dimediasi reseptor juga akan membentuk endosom awal.
Endosom awal yang menghasilkan vesikel dari trans golgi mengandung asam hidrolase, dan
akan membentuk endosom akhir dan lisosom, bahwa bahan yang tertelan akan segera
dicerna.
Produk yang telah larut dalam pencernaan seperti gula, asam amino, dan nukleotida
akan diangkut melintasi membran lisosom ke dalam sitosol dan digunakan sebagai sumber
nutrisi oleh sel. Zat-zat yang lain dapat berdifusi dan menjalani transpor aktif. Kondisi
asamyang dipengaruhi oleh gradien ion hidrogen berpengaruh terhadap pemberian energi
untuk mengangkut zat-zat keluar masuk dari sitosol (Hardin, 2012).
Bahan-bahan yang tidak dapat dicerna akan tersisa di lisosom, dan menjadi sisa
tubuh karena proses pencernaan berhenti. Lisosom yang berfungsi dalam pencernaan
intraseluler pada berbagai keadaan. Amoeba dan banyak protista lain makan dengan jalan
menelan organisme dan partikel makanan lain yang lebih kecil, suatu proses yang disebut
fagositosis. Vakola makanan yang terbentuk dengan cara ini kemudian bergabung dengan
lisosom yang enzimnya dapat mencerna makanan tadi. Sebagian sel manusia juga melakukan
fagositosis, diantaranya adalah makrofage, sel yang membantu mempertahankan tubuh
dengan merusak bakteri dan penyerang lainnya. Leukosit tertentu dari sistem kekebalan tubuh
menggunakan enzim, setelah neutrofil mencerna dan menginfeksi mikroorganisme melalui
fagositosis pada lisosom, maka mereka melepaskan sisa-sisa yang diambil oleh makrofage.
Kemasan makrofage ini merupakan butiran-butiran yang akan masuk ke kelenjar getah
bening dan akan menjadi kekebalan lainnya sebagai limfosit B dan limfosit T untuk
menyeleksi mengenai benda asing yang ditemukan di tubuh. Proses ini menyebabkan limfosit
membentuk sel memori yang akan cepat merespon jika terjadi mikroorganisme yang sama
nantinya (Hardin, 2012).

Gambar 36. Mekanisme Fagositosis


Sumber : Albert, 2008 dan Hardin, 2012

e. Autophagy: Sistem Daur Ulang Biologis


Lisosom juga menggunakan emzim
hidrolitiknya untuk mendaur ulang materi
organik selnya sendiri, suatu proses yang
disebut dengan autofagi. Tugas terpenting
untuk lisosom adalah pemecahan struktur
dan komponen seluler yang rusak atau tidal
lagi dibutuhkan. Ini terjadi apabila lisosom
menelan organel lain atau sekumpulan kecil
sitosol. Enzim lisosom akan melepas materi
yang ditelan, dan monomer organik
dikembalikan ke sitosol untuk digunakan
lagi. Dengan bantuan lisosom, sel ini secara
terus menerus memperbaiki dirinya sendiri. Sel
hati manusia misalnya mendaur ulang
Gambar 37. Pencernaan Autofagi
separuh dari makromolekulya setiap pekan Sumber : Hardin, 2012

(Campbell, 2010).
Kebanyakan organel seluler berada dalam keadaan fluks dinamis, dengan organel
baru terus disintesis sementara organel tua dihancurkan. Ada dua jenis autofagi, yaitu
macrophagy dan microphagy. Macrophagy dimulai saat struktur organel terbungkus dalam
membran ganda berasal dari retikulum endoplasma. Vesikel yang dihasilkan disebut vakola
authophagyc (autofagosom). Sedangkan microphagy melibatkan pembentukan vakola
autophagy yang jauh lebih kecil, dan dikelilingi oleh fosfolipid bilayer yang membungkus
potongan sitoplasma kecil dan bukan keseluruhan organel.
Autofagi sering terjadi dalam perkembangan sel darah merah, sebagian besar sel
darah merah yang sudag matang, hampir semua konten intraselulernya hancur termasuk
mitokondria. Kerusakan ini dilakukan dengan pencernaan autofagi. Proses autofagi
merupakan upaya sel untuk tetap menyediakan kebutuhan energi, sel juga mengkonsumsi
strukturnya sendiri untuk tetap menyediakan energi (Hardin, 2012).

Gambar 38. ModelAutofagi


Sumber : Albert, 2008

f. Pencernaan Ekstraseluler
Sebagian besar proses pencernaan yang melibatkan enzim lisosom terjadi secara
intra seluler, namun dalam beberapa kasus lisosom melepaskan enzim ke luar sel secara
eksositosis yang menghasilkan cairan ekstraseluler. Salah satu contoh pencernaan
ekstraseluler terjadi saat fertilisasi pada sel hewan. Kepala sperma melepaskan enzim lisosom
dan mampu merendahkan penghalang secara kimiawi yang seharusnya menjaga agar sperma
tidak menembus permukaan sel telur. Isi lisosom sperma dilepaskan keluar sel untuk
melakukan pencernaan atas membran pembatas disekiling sel telur, ini membantu peleburan
sel sperma dan sel telur. Setelah dua sel tergabung, mitokondria sel sperma dihancurkan
dengan lisosom sel telur. Mitokondria sel sperma cenderyng mengakumulasi mutasi genetik
karena aktivitas metabolisme sel sperma yang tinggi. Karena itu perlu dihilangkan dari sel
yang sudah menyatu untuk menghindari transfer mutasi ke embrio yang dihasilkan (Hardin,
2012).
Ada beberapa penyakit inflamasi tertentu seperti rheumatoid arthritis yang dapat
terjadi karena pelepasan enzim lisosom secara tidak sengaja oleh sel darah putih di
persendian, yang dapat merusak jaringan sendi. Hormon steroid kortison dan hidrokortison
dianggap sebagai agen antiinflamasi yang efektif karena perannya dalam menstabilkan
membran lisosom dan dengan demikian dapat menghambat pelepasan enzim lisosom yang
tidak disengaja (Hardin, 2012). Lisosom dapat membantu perbaikan membran sel dengan
menggunakan hidrolase khusus yang disebut asam sphingomyelinase (ASM). Lisosom juga
dapat bergabung dengan membran, menyediakan tambahan lipid dan mencegah penyusutan
sel.
g. Beberapa Lisosom Mengalami Eksositosis
Target bahan ke lisosom tidak diperlukan di akhir jalur. Sekresi lisosom tidak
mencerna semua isi yang memungkinkan semua sel mengeliminasi zat sisa. Beberapa jenis
sel, terdiri atas lisosom yang khusus yang dibutuhkan “mesin” untuk berfusi dengan
membran plasma. Melanosit pada kulit, sebagai contoh memproduksi dan menyimpan
pigmen di lisosom mereka. Pigmen ini terdiri atas melanosom mengeluarkan pigmen ke
ruang ekstrasel epidermis dengan eksositosis. Pigmen kemudian dinaikkan oleh keratinosit,
untuk pigmentasi kulit normal. Di beberapa kelainan genetik, cacat melanosom eksositosis
memblok proses transfer ini, menyebabkan pembentukan hipopigmentasi (albinism) (Albert,
2008).
6. Vakuola Tumbuhan : Organel Multifungsi
Sebagian besar sel tumbuhan dan jamur (termasuk ragi) mengandung satu atau
beberapa vesikel berisi cairan yang sangat besar yang disebut vacoulas. mereka biasanya
menempati lebih dari 30% volume sel, dan sebanyak 90% pada beberapa jenis sel. vacoule
tanaman dapat bertindak sebagai organ penyimpanan untuk produk nutrisi dan produk sisa
pembuangan (Albert, 2008).
Sel tumbuhan yang mengandung kompartemen tertutup membran asam disebut
vakuola yang menyerupai lisosom yang ditemukan di sebagian besar sel hewan. Biogenesis
vakuola sejajar mirip dengan lisosom. Sebagian besar komponen disintesis di Retikulum
Endoplasma dan dipindahkan ke komplaks golgi, tempat protein menjalani proses lanjutan.
Vesikel diselebungi atau dilapisi oleh lipid dan protein untuk vakuola menjadi pravakuola
yang dianalogikan seperti endosom. Pravakuola matang akan membentuk vakuola fungsional
yang dpaat mengisi 90% volume sel tumbuhan (Hardin, 2012).
Vakuola dan vesikula merupakan kantung terikat membran di dalam sel, tetapi
vakoula lebih besar dari vesikula. Vakuola mempunyai berbagai macam fungsi. Selama
fagositosis, sel menyimpan makanan dalam vakuola dengan membran yang terlepas secara
internal dari membran plasma. Vakuola makanan bergabung dengan lisosom, dan enzim
hidrolitik mencerna makanan tersebut. Setelah terhidrolisis, gula sederhana, asam amino, dan
monomer lain melewati membran lisosom untuk menuju ke dalam sitosol sebagai nutrien
untuk sel tersebut.
Vakuola memiliki fungsi sebagai pembatas enzim hidrolitik, mempertahankan
tekanan tugor (Tekanan osmotik yang mendorong ke luar pada dinding sel dan membuat
tanaman tidak layu), menjaga tekanan osmotik, dan mencegah sel-sel tumbuhan rusak. Pada
dasarnya tekanan turgor mencegah tumbuhan dari layu, dan dapat mendorong ekspansi sel.
Selama perkembangan sel, adanya pelunakan dinding sel yang dipengaruhi oleh tekanan
turgor dengan konsentrasi lebih tinggi akan memungkinkan sel berkembang.
Peran lain dari vakuola tumbuhan adalah sebagai regulasi pH sistolik. Adanya
pompa proton ATP yang bergantung pada membran vakuolar dapat menurunkan pH sistolik
dengan mentransfer proton dari sitosol ke lumen vakuola. Vakuola berfungsi sebagai
kompartemen penyimpanan. Protein disimpan pada umumnya disintesis oleh ribosom yang
melekat pada RE kasar dan akan dimasukkan menuju lumen RE. Beberapa protein disimpan
di RE dan yang lain dipindahkan ke vakoula. Baik secara autophagy dengan pembentukan
vesikel yang tumbuh pada RE atau melalui kompleks Golgi. Ketika biji tumbuhan tumbuh,
protein yang disimpan akan dihidrolisis oleh enzim vakolar protease, sehingga terjadi
pembentukan asam amino yang dilepaskan untuk biosintesis pada protein baru yang
dibutuhkan oleh tumbuhan yang sedang tumbuh.vakoula yang besar ditemukan di sel
tumbuhan yang dapat mengakumulasi zat terlarut ke tingkat yang akan menghambat atau
membatasi proses metabolisme jika tetap berada di sitosol (Hardin, 2012).

Gambar 39. Vakoula Tumbuhan ( Albert, 2008)


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Retikulum endoplasma adalah vesikel yang sangat berperan dalam biosintesis protein,
dimana dia memiliki dua mavam tipe yaitu RE kasar yang memiliki ribosom dan RE
halus. RE kasar maupun RE halus memilki struktur dan fungsi yang spesifik. Protein
yang disintesis di dalam RE akan digunakan untuk kehidupan sel maupun akan
dibawa oleh vesikel lain dengan tujuan tertentu.
2. Struktur badan golgi adalah seperti sisterna pada permukaan pembentukan berbentuk
cembung, sedangkan sisterna pada permukaan matang berbentuk cekung. Vesikula-
vesikula sederhana yang berada di sekitar permukaan pembentukan akan berfusi dan
ber-kontribusi menambah struktur badan golgi.
3. Glikoprotein dari RE menjalani proses lebih lanjut dan, bersama dengan membran
lipid, diurutkan dan dikemas untuk transportasi ke tujuan yang tepat dalam atau di
luar sel. Dengan demikian, kompleks Golgi memainkan peran umum dalam membran
dan pembawa/peran protein dalam sel eukariotik
4. Anterograde : Pergerakan materi dari RE melalui kompleks Golgi menuju membran
plasma, dan Retrograde : aliran vesikel dari Golgi cisternae kembali ke RE.
5. Sebagai pengolahan protein dilakukan dalam ER dan Golgi kompleks melibatkan
glikosilasi selain dari rantai samping karbohidrat untuk residu asam amino.
6. Pada proses eksositosis, protein dalam vesikel dikeluarkan menuju exterior sel, seiring
meleburnya vesikel dengan membrane plasma.
7. Pada proses endositosis dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu endositosis bulk-
phase (pinocytosis) dan endositosis termediasi. Endositosis bulk-phase merupakan
pengambilan cairan ekstracelluler tidak spesifik. Molekul besar ataupun molekul kecil
yang berada pada cairan akan dapat masuk kedalam sel. Berlawanan dengan
endositosis bulk-phase, endositosis terfasilitasi membawa makromolekul(ligand)
ekstraseluler spesifik menuju kedalam membrane plasma.
8. Jaringan trans golgi menyortir semua protein yang melewati apparatus Golgi (kecuali
yang ditahan sebagai sesuatu yang permanen) menurut tujuan akhir mereka.
Mekanisme penyortiran khusus dapat dipahami dengan baik untuk protein yang dituju
dari lumen lisosom, dan pada bagian ini akan dibicarakan mengenai proses transport
selektif.
9. Sebagai Fagositosis, Endositosis, dan Autophagy
10. Selama fagositosis, sel menyimpan makanan dalam vakuola dengan membran yang
terlepas secara internal dari membran plasma. Vakuola memiliki fungsi sebagai
pembatas enzim hidrolitik, mempertahankan tekanan tugor (Tekanan osmotik yang
mendorong ke luar pada dinding sel dan membuat tanaman tidak layu), menjaga
tekanan osmotik, dan mencegah sel-sel tumbuhan rusak. Peran lain dari vakuola
tumbuhan adalah sebagai regulasi pH sistolik.

DAFTAR RUJUKAN

Alberts, B., Bray, D., Hopkin, K., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., & Walter, P.
2008. Molecular Biology of he cell, Fifth Editon. New York: Garland Science.
Alberts, B., Bray, D., Hopkin, K., Johnson, A., Lewis, J., Raff, M., Roberts, K., & Walter, P.
2015. Molecular Biology of he cell, Fifth Editon. New York: Garland Science.
Beckers, Wayne M. 2012. World Of The Cell. 2012. San Francisco: Pearson Education.
Campbell, A. Reece, J: 2010: Biologi I Edisi ke 8: Penerbit Erlangga
Hardin, J., Bertoni, G., Kleinsmith, L.J. 2012. Becker’s World of The Cell. San Francisco:
Pearson Benjamin Cummings. Lodish, et al.2004. Molecular Cell Biology (Fifth
Edition).
Karp, Gerald. 2010. Cell and Molecular Biology: Concept and Experiments. USA: John
Wiley and Son.

Anda mungkin juga menyukai