MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Mikrobiologi Terapan dengan dosen
pengampu Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Mikrobiologi Terapan dengan judul
“Aktivitas Bakteri Dan Kapang Perusak Tanaman” dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Dra. Utami Sri
Hastuti, M.Pd selaku dosen pengampu matakuliah Mikrobiologi Terapan, yang
telah membantu dalam berbagai hal sehingga tugas makalah ini dapat selesai
dengan baik.
Walaupun pikiran dan pengetahuan yang penulis miliki telah sepenuhnya
penulis kerahkan dalam penyelesaian tugas makalah Mikrobiologi Terapan ini,
penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih memiliki kekurangan dan belum
sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah Makalah 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah 2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah 3
BAB 2. PEMBAHASAN 4
2.1 Jenis-jenis Kerusakan pada Tanaman Akibat Aktivitas Bakteri dan Kapang
Parasit 4
2.2 Faktor Biotik yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri dan Kapang
Patogen 23
2.3 Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri dan Kapang
Patogen 25
2.4 Mekanisme Infeksi Kapang Parasit pada Tanaman 33
BAB 3. PENUTUP 40
3.1 Kesimpulan 40
3.2 Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 41
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
yang menyebabkan penyakit pada organism lain. Kemampuan pathogen untuk
menyebabkan penyakit disebut dengan patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah
mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi
inang oleh mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang.
Infeksi berbeda dengan penyakit. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya
mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis sehingga
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan
disemua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan
hidup manusia. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer
(udara) serta makanan, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat
masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia
atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan
inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.
5
b. Bagi pembaca dapat memperoleh manfaat dan menambah referensi dan
pengetahuan mengenai Aktifitas Bakteri dan Kapang Perusak Tanamanan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
dengan cepat menginfeksi tanaman yang lain jika kondisi mendukung bibit
penyakit ini untuk menyebar.
Sedangkan pada bakteri gejala yang diakibatkannya yaitu timbulnya gejala
penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan
pathogen. Penanaman gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit,
perubahan bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Parasite
yang menyebabkan penyakit pada tanaman pada umumnya membentuk bagian
vegetative di dalam jaringan tanaman sehingga tidak tampak dari luar. Tetapi
walaupun demikian ia membentuk bagian reproduktifnya pada permukaan
tanaman yang diserangnya atau hanya tampak pada permukaan tersebut. Selain
itu sering terjadi pembentukan propagul dalam bentuk istirahat pada permukaan
tanaman. (Filzahari, 2008)
8
Gambar 1:
(crown gall pada batang mawar) (crown gall pada akar blue berry)
2. Layu Bakteri
Kelayuan pada tanaman terutama pada bagian daun, tunas atau tanaman
secara keseluruhan, dapat disebabkan karena hilangnya turgor pada bagian-
bagian tersebut. Hilangnya turgor tersebut dapat disebabkan karena adanya
gangguan di dalam berkas pembuluh/pengangkutan atau adanya kerusakan
pada susunan akar, yang menyebabkan tidak seimbangnya penguapan dengan
pengangkutan air. Penyakit layu (wilt disease) pada tanaman dapat
disebabkan oleh faktor biotik yaitu bakteri sehingga disebut layu bakteri
(Pseudomonas solanacearum) atau oleh jamur/cendawan yang disebut
penyakit layu Fusarium (Fusarium oxysporum). Selain karena penyakit
biotik, kelayuan pada tanaman juga dapat disebabkan karena faktor abiotik
(kekurangan air) (Semangun. 1990).
a. Layu karena bakteri (Pseudomonas solanacearum)
Pseudomonas solanacearum merupakan salah satu bakteri penyebab
layu bakteri atau penyakit lender pada tanaman. Karakteristik bakteri ini
adalah:
1. Selnya berbentuk batang dan bergerak dengan satu flagel.
2. Bakteri ini dapat bertahan di dalam tanah dan dapat cepat berkembang biak
pada keadaan tanah yang lembab.
3. Bakteri ini dapat menginfeksi akar-akar tanaman melalui luka-luka karena
pemindahan bibit, ketika pembumbunan, luka karena gigitan serangga, luka
9
karena tusukan nematoda, dan ternyata bakteri ini juga dapat menginfeksi
tanaman melalui luka-luka pada daun.
4. Tanaman yang diserang antara lain: kentang, tomat, pisang, cabai, terung dan
lebih dari 140 jenis tanaman terutama yang termasuk dalam keluarga
Solanaceae.
5. Patogen ini menyerang jaringan pengangkutan air sehingga mengganggu
transportasi air tanaman inang, akibatnya kelihatan tanaman menjadi layu,
menguning dan kerdil, dan biasanya dalam beberapa hari tanaman akan mati.
6. Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat melarutkan dinding
sel akar dan dapat menyebabkan perubahan warna pada jaringan
pengangkutan yang dapat dilihat jika batang dipotong (melintang) atau
dibelah. Gejala penyakit layu bakteri pada tomat dan tembakau ditandai
dengan perubahan warna pada bagian berkas pembuluhnya biasanya menjadi
berwarna coklat dan perubahan warna ini dapat meluas sampai ke tulang daun
bahkan sampai ke empulur. dan akar tanaman yang sakit berwarna coklat.
7. Umumnya pertama kali gejala terlihat pada tanaman yang berumur kurang
lebih 6 minggu. Gejala yang terlihat adalah daun-daun layu, biasanya dimulai
dari daun-daun muda (ujung). Terkadang kelayuan tidak terjadi dengan tiba-
tiba, bahkan terjadi kelayuan sepihak, pada bagian yang layu daging daun
diantara tulang-tulang daun atau di tepi daun menguning, kemudian
mengering dan akhirnya seluruh daun layu dan tanaman menjadi mati.
8. Bila batang tanaman yang sakit dipotong dan potongan tersebut dimasukkan
ke dalam gelas/wadah berisi air, yang jernih, kemudian dibiarkan beberapa
lama, akan keluar eksudat (cairan berwarna putih kotor) yang berisi jutaan
bakteri.
10
Gambar 2: layu bakteri pada tanaman kentang oleh bakteri Pseudomonas
solanacearum
Sumber: http://www.agroatlas.ru/en/content/diseases/Solani/
11
Gambar 3: Hawar pada daun catton oleh bakteri Xanthomonas axonopodis
Sumber: http://www.arkansas-crops.com/2011/07/20/alert-bacterial
12
yang berdampingan, sellulase yang mendegradasi sellulase, hemicellulases,
arabanases, cyanoses dan protease (Dwidjoseputro. 1964).
Gambar 4: Busuk Lunak pada Tanaman Kubis oleh Bakteri Erwinia Carotovora
Sumber : http://www.corbisimages.com/stock-photo/rights-managed/42-
13
jamur patogenik. Jamur patogenik menyebabkan penyakit tumbuhan melalui
proses infeksi. Perubahan yang tampak pada tumbuhan sebagai akibat dari
terjadinya infeksi disebut gejala penyakit (disease symptoms), sedangkan
pertumbuhan patogen yang tampak pada permukaan jaringan sakit disebut tanda
penyakit (disease signs) (Ahmad, 2009).
14
pada gabah. (Harahap
& Tjahjono, 1997)
3 Bulai Perenosclerospora Jagung Terlihat adanya warna
maydis putih sampai
kekuningan pada
permukaan daun,
diikuti oleh garis-garis
klorotik, daun
berbentuk kaku, tegak
dan menyempit, bentuk
tongkol tidak normal.
4 Bercak Cercosporidium Ubi Kayu Gejala penyakit
Coklat henningsii terdapat pada daun-
daun di batang bagian
bawah (daun tua),
Gejala awal penyakit
ini berupa bercak kecil
berwarna putih hingga
coklat muda terlihat
jelas pada sisi atas
daun.
5 Bercak Daun Cercosporidium Kacang Tanah Gejala bercak daun
personantum awal menurut CMI
(1974) dan Sri
Hardaningsih et al.
(1988) adalah berupa
bercak-bercak
berbentuk bulat
kadang-kadang tidak
teratur dengan diameter
1–10 mm, berwarna
coklat tua sampai hitam
15
pada permukaan bawah
daun dan coklat
kemerahan sampai
hitam pada permukaan
atas, selalu terdapat
halo berwarna kuning
yang jelas
6 Karat Phakopsora Kedelai Bintik-bintik kecil yang
pachyrhizi kemudian berubah
menjadi bercak-bercak
berwarna coklat pada
bagian bawah daun,
yaitu uredium
penghasil uredospora.
Serangan berat
menyebabkan daun
gugur dan polong
hampa.
7 Busuk Daun Phytophthora Kentang Gejala awal bercak
(Hawar infestan pada bagian tepid an
Daun) ujung daun, bercak
melebar dan terbentuk
daerah nekrotik yang
berwarna coklat.
Bercak dikelilingi oleh
massa sporangium yang
berwarna putih dengan
belakang hijau kelabu.
Serangan dapat
menyebar ke batang,
tangkai dan umbi.
16
8 Akar Pekuk Plasmodiophora Kubis Pembesaran akar halus
(Akar Gada) brassica dan akar sekunder yang
membentuk seperti
gada. Bentuk gadanya
melebar di tengah dan
menyempit di ujung.
Akar yang telah
terserang tidak dapat
menyerap nutrisi dan
air dari tanah sehingga
tanaman menjadi kerdil
dan layu.
9 Tepung Erysiphe Labu Gejala yang
cichoracearum ditimbulkan oleh
penyakit ini adalah
permukaan daun dan
batang muda terdapat
lapisan putih
bertepung, yang terdiri
atas miselium,
konidiofor dan
konidium cendawan
penyebab penyakit.
Jika penyakit berat,
daun dan batang muda
dapat mati. Jika semua
daun pada tanaman
bersangkutan terinfeksi,
tanaman menjadi
lemah, pertumbuhan
terhambat, dan buahnya
dapat terbakar
17
matahari, atau masak
sebelum waktunya.
10 Layu Fusarium Tomat Gejala awal pada ini
Fusarium oxysporum adalah menjadi
pucatnya tulang tulang
daun, terutama daun
daun atas, kemudian
diikuti dengan
menggulungnya daun
yang lebih tua (efinasti)
karena merunduknya
tangkai daun, dan
akhirnya tanaman
menjadi layu secara
keseluruhan. Kadang
kadang kelayuan
didahului dengan
menguningnya daun.
11 Sigatoka Mycospherella Pisang Berupa bercak kecil
(Becak Daun musicola berwarna kuning pucat.
Cercospora) Bercak atau garis-garis
ini makin lama makin
membesar dan
memanjang sehingga
membentuk bercak
bulat telur dengan pusat
mengering berwarna
abu-abu.
12 Blendok Phytophthora sp. Jeruk Jika terserang diplodia
basah, batang, cabang
atau ranting tanaman
jeruk yang terinfeksi
18
akan mengeluarkan
blendok/gumosis
berupa cairan berwarna
kuning keemasan
(Dwiastuti et.al., 2004).
Jika tanaman jeruk
terserang diplodia
kering, batang, cabang
atau ranting tanaman
yang terserang akan
mengering tanpa
mengeluarkan blendok,
kulit tanaman pecah-
pecah, serta pada celah
kulit terlihat adanya
spora jamur berwarna
putih yang pada
akhirnya menjadi hitam
(Cahyani et.al., 2013).
13 Busuk Hati Phytophthora sp. Nenas Tanaman muda yang
dan Busuk terserang busuk hati
Akar mempunyai daun yang
nekrorotis dengan
ujung nekrosis. Daun
daun muda mudah
dicabut dan pangkanya
busuk. Bagian daun
yang busuk mempunyai
batas berwarna coklat.
Selain busuk hati jamur
juga menyebabkan
pembusukan pada
19
bagian besar sistem
perakaran.
14 Bercak Alternaria solani Tomat Tibul bercak coklat dan
Coklat berair pada permukaan
daun dan buah. Garis
tengah bercak
mencapai 2 mm. dapat
juga menyebabkan
daun menggulung,
kering, dan rontok.
15 Becak Ungu Alternaria porri Bawang Terjadinya becak kecil,
melekuk, berwarna
putih sampai kelabu.
Jika membesar, becak
tampak bercincin, dan
warnanya agak
keunguan. Bisa
menginfeksi sampai
umbi lapis yang
mengalami
pembusukan mulai
leher, dan mudah
dikenali dari warnanya
kuning sampai merah
kecoklatan.
16 Antraknosa Colletotrichum Cabai Terdpat bercak
capsici melingkar, cekung
berwarna coklat, bercak
ini menyebabkan
pembusukan.
20
17 Antraknosa Colletotrichum Anggrek Pada daun timbul
gloeoporiodes bercak coklat berwarna
kuning atau hijau
muda. Pada stadia
serangan lanjut dapat
terlihat lingkaran-
lingkaran coklat yang
meluas, ditandai
dengan adanya
lingkarang berwarna
kuning kecoklatan pada
bagian luar serangan.
18 Becak Hitam Diplocarpon rosae Mawar Bercak hitam terdapat
pada bagian daun.
Bercak ini lama
kelamaan akan
membesar sehingga
jaringan didekatnya
berbah warna menjadi
kuning.
19 Karat Daun Hemileia vastatrix Kopi Ecara khas penyakit ini
dikenal seperti luka
berwarna kuning yang
ditutupi bedak atau
noda yang tampak pada
permukaan bagian
bawah daun. Pada luka
21
yang masih muda
tampak noda kuning
pucat dengan sporulasi
yang jelas.
20 Cacar Teh Exobasidium vexans Teh Gejala awal, cacar
tampak seperti bercak
kecil hijau pucat
tembus cahaya pada
daun muda, kemudian
bercak melebar bercak
berubah warna menjadi
putih dan mengandung
spora. Gejala serangan
lanjut, pusat berwarna
coklat tua, mati dan
daun berlubang.
21 Busuk Phytophthora Lada Tanaman menjadi layu,
Pangkal capsica (P. kemudian batang
Batang palmivora) berubah menjadi coklat
hitam, dan daun akan
gugur. Pangkal batang
kemudian akan
membusuk dan akan
menimbulkan lendir
22
terinfeksi akan
meluluh, melengkung
ke atas, tetapi
terkadang ke bawah.
Bagian bercak yang
melepuh biasanya
terdapat titik-titik
hitam. Gejala yang
sama juga ditunjukkan
pada daun yang
terinfeksi sudah
berwarna hijau.
23 Busuk Buah Phytophthora Coklat Gejala serangan awal
dan Kanker palmivora berupa bercak coklat
Batang pada permukaan buah,
umumnya pada ujung
atau pangkal buah yang
lembab dan basah.
Selanjutnya bercak
membesar hingga
menutupi semua bagian
kulit buah.
24 Jamur Upas Corticium Coklat Adanya benang-benang
salmonicolor halus yang mirip
dengan benang laba-
laba pada bagian
cabang yang diserang,
selanjutnya patogen
membentuk kumpulan-
kumpulan hypha yang
dilanjutkan dengan
pembentukan kerak
23
yang berwarna merah
jambu (salmon). Pada
tahap tersebut kulit dan
kayu yang ada di
bawahnya telah
membusuk.
25 Embun Capnidium Kopi, Coklat, Jeruk Pada permukaan daun
Jelaga terdapat lapisan
berwarna hitam yang
merupakan koloni
jamur root-down.
Daun-daun tersebut
biasanya terdapat
banyak semut hitam
yang berkumpul.
26 Busuk Fusarium Vanili Pada batang terjadi
Batang oxysporum bercak-bercak
berwarna hitam yang
akan meluas dan
melingkar dengan
cepat. Batang terserang
akan keriput, berwarna
coklat dan akhirnya
kering.
27 Akar/Batang Rigidoporus Karet Akar menjadi busuk
Putih microporus dan apabila perakaran
dibuka maka pada
permukaan akar
terdapat semacam
benang-benang
berwarna putih
kekuningan dan pipih
24
menyerupai akar
rambut yang menempel
kuat dan sulit dilepas.
25
2.2 Faktor Biotik yang Memengaruhi Pertumbuhan Bakteri dan Kapang
Patogen
Faktor abiotik yang memengaruhi bakteri dan kapang patogen terjadi ketika
makhluk hidup lain melakukan interaksi terhadap bakteri dan kapang patogen.
Interaksi tersebut dibagi menjadi dua yaitu interaksi pada patogen dalam satu
populasi dan interaksi yang terjadi antar populasi.
a. Interaksi Patogen dalam Satu Populasi
Interaksi antar organisme dalam satu populasi yang sama ada dua macam,
yaitu interaksi positif maupun negatif. Interaksi positif menyebabkan meningkatnya
kecepatan pertumbuhan sebagai efek sampingnya. Meningkatnya kepadatan
populasi, secara teoritis meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Interaksi positif
disebut juga kooperasi. Sebagai contoh adalah pertumbuhan satu sel mikroba
menjadi koloni atau pertumbuhan pada fase lag (fase adaptasi). Interaksi negatif
menyebabkan turunnya kecepatan pertumbuhan dengan meningkatnya kepadatan
populasi. Misalnya populasi mikroba yang ditumbuhkan dalam substrat terbatas,
atau adanya produk metabolik yang meracun. Interaksi negatif disebut juga
kompetisi (Strauch, dkk., 2016)
b. Interaksi antar Populasi
Apabila dua populasi yang berbeda berasosiasi, maka akan timbul berbagai
macam interaksi.
1) Komensalisme
Komensalisme merupakan interaksi dua populasi yang mengakibatkan salah
satu populasi diuntungkan tetapi populasi lain tidak terpengaruh. Contohnya
adalah: Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein
(Mudatsir, 2007). Sistein dapat digunakan oleh Legionella pneumophila.
Legionella pneumophila adalah bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan
penyakit pnemonia (Weissenbergera, dkk., 2007).
2) Antagonisme
Antagonisme merupakan interaksi antar spesies mikroba yang menyebabkan
salah satu pihak dirugikan, pihak lain diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun.
Umumnya merupakan cara untuk melindungi diri terhadap populasi mikroba lain
(Mudatsir, 2007). Contohnya Trichoderma sp menghambat pertumbuhan
26
Fusarium solani yang menginfeksi daun tanaman kentang (Hastuti dan
Rahmawati, 2016)
3) Parasitisme
Parasitisme merupakan interaksi antara dua populasi, dimana populasi satu
diuntungkan (parasit) dan populasi lain dirugikan (inang). Umumnya parasitisme
terjadi karena keperluan nutrisi dan bersifat spesifik. Ukuran parasit biasanya lebih
kecil dari inangnya (Mudatsir, 2007). Terjadinya parasitisme memerlukan kontak
secara fisik maupun metabolik serta waktu kontak yang relatif lama. Contohnya
adalah bakteri Bdellovibrio yang berkembangbiak di sel E. coli.
27
2.3 Faktor Abiotik yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri dan Kapang
1. Suhu
a. Suhu pertumbuhan mikroba
Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu. Kisaran suhu
pertumbuhan dibagi menjadi suhu minimum, suhu optimum, dan suhu
maksimum. Suhu minimum adalah suhu terendah tetapi mikroba masih dapat
hidup. Suhu optimum adalah suhu paling baik untuk pertumbuhan mikroba.
Suhu maksimum adalah suhu tertinggi untuk kehidupan mikroba.
Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat
dikelompokkan menjadi mikroba psikrofil (kriofil), mesofil, dan termofil.
Psikrofil adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-300C
dengan suhu optimum sekitar 150C. Mesofil adalah kelompok mikroba pada
umumnya, mempunyai suhu minimum 150C suhu optimum 25-370C dan suhu
maksimum 45-550C.
Mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam
mikroba termofil. Mikroba ini mempunyai membran sel yang mengandung
lipida jenuh, sehinggatitik didihnya tinggi. Selain itu dapat memproduksi protein
termasuk enzim yang tidak terdenaturasi pada suhu tinggi.Di dalam DNA-nya
mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang relatif besar, sehingga
molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi. Kelompokini mempunyai suhu
minimum 40 0C, optimum pada suhu 55-60 0C dan suhu maksimum untuk
pertumbuhannya 75 0C.
Untuk mikroba yang tidak tumbuh dibawah suhu 30 0C dan mempunyai
suhu pertumbuhan optimum pada 60 0C, dikelompokkan kedalam mikroba
termofil obligat. Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh dibawah suhu 30
0C,dimasukkan kelompok mikroba termofil fakultatif. Bakteri yang hidup di
dalam tanah dan air, umumnya bersifat mesofil, tetapi ada juga yang dapat hidup
diatas 50°C (termotoleran).
Contoh bakteri termotoleran adalah Methylococcus capsulatus. Contoh
bakteri termofil adalah Bacillus, Clostridium, Sulfolobus,dan bakteri pereduksi
sulfat/sulfur. Bakteri yang hidup di laut (fototrof) dan bakteri besi (Gallionella)
termasuk bakteri psikrofil.
28
1) Suhu tinggi
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu tinggi diatas suhu maksimum,
akanmemberikan beberapa macam reaksi. (1) Titik kematian thermal, adalah
suhu yang dapat memetikan spesies mikroba dalam waktu 10 menit pada
kondisi tertentu. (2) Waktu kematian thermal, adalah waktu yang diperlukan
untuk membunuh suatu spesies mikroba pada suatu suhu yang tetap. Faktor-
faktor yang mempengaruhi titik kematian thermal ialah waktu, suhu,
kelembaban, spora, umur mikroba, pH dan komposisi medium.
2) Suhu rendah
Apabila mikroba dihadapkan pada suhu rendah dapat menyebabkan
gangguan metabolisme. Yaitu seperti (1) Cold shock , adalah penurunan suhu
yang tiba-tiba menyebabkan kematian bakteri, terutama pada bakteri muda
atau pada fase logaritmik, (2) Pembekuan (freezing), adalah rusaknya sel
dengan adanya kristal es di dalam air intraseluler, (3) Lyofilisasi , adalah
proses pendinginan dibawah titik beku dalam keadaan vakum secara
bertingkat. Proses ini dapat digunakan untuk mengawetkan mikroba karena
air protoplasma langsung diuapkan tanpa melalui fase cair (sublimasi).
Aspergillus glaucus dan jamur benang lain dapat tumbuh pada aw 0,8.
Bakteri umumnya memerlukan aw atau kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi
bakteri halofil hanya memerlukan aw 0,75. Mikroba yang tahan kekeringan
adalah yang dapat membentuk spora, konidia atau dapat membentuk kista.
3. Tekanan osmosis
Tekanan osmosis sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan
air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan
29
mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding
sel akibat mengkerutnya sitoplasma.
Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel mikroba akan
mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke dalam sel,
sel membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmosis yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi
1) mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi,
2) mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam
halogen yang tinggi,
3) mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati)
tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat
mencapai 30 %. Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir.
Khamir osmofil mampu tumbuh pada larutan gula dengan konsentrasi
lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94). Contoh mikroba halofil adalah bakteri yang
termasuk Archaebacterium, misalnya Halobacterium. Bakteri yang tahan pada
kadar garam tinggi, umumnya mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam
selnya. Selain itu bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi untuk
stabilitas ribosomnya. Bakteri halofil ada yang mempunyai membran purple
bilayer, dinding selnya terdiri dari murein, sehingga tahanterhadap ion Natrium.
30
1) mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH
2,0-5,0.
2) mikroba mesofil (neutrofil) adalah kelompok mikroba yang dapat hidup
pada pH 5,5-8,0.
3) mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH
8,4-9,5.
b) Buffer
Untuk menumbuhkan mikroba pada media memerlukan pH yang
konstan, terutama pada mikroba yang dapat menghasilkan asam. Misalnya
Enterobacteriaceae dan beberapa Pseudomonaceae. Oleh karenanya ke
dalam medium diberi tambahan buffer untuk menjaga agar pH nya konstan.
Buffer merupakan campuran garam mono dan dibasik, maupun senyawa-
senyawa organik amfoter. Sebagai contoh adalah buffer fosfat anorganik
dapat mempertahankanpH diatas 7,2. Cara kerja buffe adalah garam dibasik
akan mengadsorbsi ion H+ dan garam monobasik akan bereaksi dengan ion
OH-.
c) Ion-ion lain
Logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, dan Pb pada kadar rendah
dapat bersifat meracun (toksis). Logam berat mempunyai daya
oligodinamik, yaitu daya bunuh logam berat pada kadar rendah. Selain
logam berat, ada ion-ion lain yang dapat mempengaruhi kegiatan fisiologi
mikroba, yaitu ion sulfat, tartrat, klorida, nitrat, dan benzoat. Ion-ion
tersebut dapat mengurangi pertumbuhan mikroba tertentu.
Oleh karena itu sering digunakan untuk mengawetkan suatu bahan,
misalnya digunakan dalam pengawetan makanan. Ada senyawa lain yang
jugamempengaruhi fisiologi mikroba, misalnya asam benzoat, asam asetat,
dan asam sorbat.
d) Listrik
Listrik dapat mengakibatkan terjadinya elektrolisis bahan penyusun
medium pertumbuhan. Selain itu arus listrik dapat menghasilkan panas yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Sel mikroba dalam suspensi
akan mengalami elektroforesis apabila dilalui arus listrik.
31
Arus listrik tegangan tinggi yang melalui suatu cairan akan
menyebabkan terjadinya shock karena tekanan hidrolik listrik. Kematian
mikroba akibat shock terutama disebabkan oleh oksidasi. Adanya radikal
ion dari ionisasi radiasi dan terbentuknya ion logam dari elektroda juga
menyebabkan kematian mikroba.
e) Radiasi
Radiasi menyebabkan ionisasi molekul-molekul di dalam
protoplasma. Cahaya umumnya dapat merusak mikroba yang tidak
mempunyai pigmen fotosintesis. Cahaya mempunyai pengaruh germisida,
terutama cahaya bergelombang pendek dan bergelombang panjang.
Pengaruh germisida dari sinar bergelombang panjang disebabkan oleh
panas yang ditimbulkannya, misalnya sinar inframerah. Sinar x (0,005-1,0
Ao), sinar ultra violet (4000-2950Ao), dan sinar radiasi lain dapat
membunuh mikroba. Apabila tingkat iradiasi yang diterima sel mikroba
rendah, maka dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada mikroba.
Cahaya tidak terlampau diperlukan untuk pertumbuhan fungi/
kapang secara keseluruhan. Namun cahaya menjadi sangat penting dalam
pembentukan tubuh buah atau pembentukan spora atau pelepasan spora
yang bersifat fototropisme positif.
f) Tegangan
Tegangan mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan
tersebut menyerupai membran yang elastis. Seperti telah diketahui
protoplasma mikroba terdapat di dalam sel yang dilindungi dinding sel,
maka apabilaada perubahan tegangan muka dinding sel akan mempengaruhi
pula permukaan protoplasma.
Akibat selanjutnya dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan
bentuk morfologinya. Zat-zat seperti sabun, deterjen, dan zat-zat pembasah
(surfaktan) seperti Tween80 dan Triton A20 dapat mengurangi tegangan
cairan/larutan. Umumnya mikroba cocok pada tegangan yang relatif tinggi.
g) Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan
mikroba. Umumnya tekanan 1-400 atm tidak mempengaruhi atau hanya
32
sedikit mempengaruhi metabolisme danpertumbuhan mikroba. Tekanan
hidrostatik yang lebih tinggi lagi dapat menghambat atau menghentikan
pertumbuhan, oleh karena tekanan hidrostatik tinggi dapat menghambat
sintesis RNA, DNA, dan protein, serta mengganggu fungsi transport
membran sel maupun mengurangiaktivitas berbagai macam enzim. Tekanan
diatas 100.000 pound/inchi2 menyebabkan denaturasi protein.
Akan tetapi ada mikroba yang tahan hidup pada tekanan tinggi
(mikroba barotoleran), dan ada mikroba yang tumbuh optimal pada tekanan
tinggi sampai 16.000 pound/inchi2 (barofil). Mikroba yang hidup di laut
dalam umumnya adalah barofilik atau barotoleran. Sebagai contoh adalah
bakteri Spirillum.
h) Getaran
Getaran mekanik dapat merusakkan dinding sel dan membran sel
mikroba. Oleh karenaitu getaran mekanik banyak dipakai untuk
memperoleh ekstrak sel mikroba. Isi sel dapat diperoleh dengan cara
menggerus sel-sel dengan menggunakan abrasif atau dengan cara
pembekuan kemudian dicairkan berulang kali. Getaran suara 100-10.000 x/
detik juga dapat digunakan untuk memecah sel.
i) Daya oligodinamik
Ion-ion logam berat seperti Hg++ , Cu++ , Ag++ dan Pb++ pada
kadar yang sangat rendah bersifat toksis terhadap mikrobia. Karena ion-ion
tersebut dapat bereaksi dengan bagian-bagian penting dalam sel. Daya
bunuh logam-logam berat pada kadar yang sangat rendah ini di sebut daya
oligodinamik. Garam dari beberapa logam berat seperti air rasa dan perak
dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh bakteri, daya mana di sebut
oligodinamik. Persenyawaan air rasa yang organic dapat pula dipergunakan
untuk membersihkan biji-bijian supaya terhindar dari gangguan bangsa
jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak digunakan untuk menetesi selaput
lender, misalnya pada mata bayi yang baru lahir untuk mencegah
gonorhoea. Banyak juga orang yang mempergunakan persenyawaan perak
dan protein. Garam tembaga jarang dipakai sebagai bakterisida, akan tetapi
33
banyak digunakan untuk menyemprot tanamantanaman mematikan
tumbuhan ganggang dikolam-kolam renang.
j) Sinar gelombang pendek
Sinar-sinar yang mempunyai panjang gelombang pendek (misalnya
sinar, sinar Ultra violet, sinar gama), mempunyai daya penetrasi yang cukup
besar terhadap mikribia. Sinar-sinar tersebut dapat menyebabkan kematian.
Perubahan genetik (mutasi) atau penghambatan pertumbuhan mikrobia.
Sinar-sinar tersebut banyak digunakan di dalam praktek sterilisasi dan
pengawetan bahan makanan. Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan
fotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat berbahaya bagi kehidupannya.
Sinar yang nampak oleh mata kita, yaitu yang bergelombang antara 390 m
μ sampai 760 m μ, tidak begitu berbahaya; yang berbahaya ialah sinar yang
lebih pendek gelombangnya, yaitu yang bergelombang antara 240 m μ
sampai 300 m μ. Lampu air rasa banyak memancarkan sinar bergelombang
pendek ini. Lebih dekat, pengaruhnya lebih buruk. Dengan penyinaran pada
jarak dekat sekali, bakteri bahkan dapat mati seketika, sedang pada jarak
yang agak jauh mungkin sekali hanya pembiakannya sajalah yang
terganggu.
Spora-spora dan virus lebih dapat bertahan terhadap sinar ultra-ungu.
Sinar ultra-ungu biasa dipakai untuk mensterilkan udara, air, plasma darah
dan bermacam-macam bahan lainya. Sinar X dan sinar radium yang
bergelombang lebih pendek daripada sinar ultra-ungu juga dapat membunuh
mikroorganisme, akan tetapi memerlukan lebih banyak dosis daripada sinar
ultra-ungu. Bakteri yang disinari dengan sinar X kerap kali mengalami
mutasi. Aliran listrik tidak nampak berbahaya bagi kehidupan bakteri. Jika
ada bakteri yang mati karenanya, hal ini di sebabkan oleh panas atau oleh
zat-zat yang timbul di dalam medium sebagai akibat daripada arus listrik,
seperti ozon dan klor (chlor).
5. Kebasahan dan Pengeringan
Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan
dapat hidup di dalam air. Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat
hidup subur; hal ini di sebabkan karena kurangnya udara bagi mereka. Tanah
34
yang cukup basah baiklah bagi kehidupan bakteri. Banyak bakteri menemui
ajalnya, jika kena udara kering. Meningococcus, yaitu bakteri yang
menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu kurang daripada satu jam, jika
digesekkan di atas kaca obyek. Sebaliknya,spora-spora bakteri dapat bertahan
beberapa tahun dalam keadaan kering.
Pada proses pengeringan, air akan menguap dari protoplasma. Sehingga
kegiatan metabolisme berhenti. Pengeringan dapat juga merusak protoplasma
dan mematikan sel. Tetapi ada mikrobia yang dapat tahan dalam keadaan
kering, misalnya mikrobia yang membentuk spora dan dalam bentuk kista.
Adapun syarat-syarat yang menentukan matinya bakteri karena kekeringan itu
ialah:
Bakteri yang ada dalam medium susu, gula, daging kering dapat
bertahan lebih lama daripada di dalam gesekan pada kaca obyek. Demikian pula
efek kekeringan kurang terasa, apabila bakteri berada di dalam sputum ataupun
di dalam agar-agar yang kering.
Pengeringan di dalam ruang terang itu pengaruhnya lebih buruk
daripada pengeringan di dalam ruang gelap. Pengeringan pada suhu tubuh
(37°C) atau suhu kamar (+ 26 °C) lebih buruk daripada pengeringan pada suhu
titik-beku.Pengeringan di dalam udara efeknya lebih buruk daripada
pengeringan di dalam vakum ataupun di dalam tempat yang berisi nitrogen.
Oksidasi agaknya merupakan faktor-maut.
6. Desinfektan
Pada umumnya bakteri muda itu kurang daya-tahannya terhadap
desinfektan dariphaada bakteri yang tua. Pekat encernya konsentrasi, lama
berada dibawah pengaruh desinfektan, merupakan faktor-faktor yang masuk
pertimbangan pula. Kenaikan suhu menambah daya desinfektan. Selanjutnya,
medium dapat juga menawar daya desinfektan. Susu, plasma darah, dan zat-zat
lain yang serupa protein sering melindungi bakteri terhadap pengaruh
desinfektan tertentu. Dalam menggunakan desinfektan haruslah diperhatikan
hal-hal tersebut dibawah ini. Apakah suatu desinfektan tidak meracuni suatu
jaringan, apakah ia tidak menyebabkan rasa sakit, apakah ia tidak memakan
logam, apakah ia dapat diminum, apakah ia stabil, bagaimanakah baunya,
35
bagaimanakah warnanya, apakah ia mudah dihilangkan dari pakaian apabla
desinfektan tersebut sampai kena pakaian, dan apakah ia murah harganya.
Faktor-faktor inilah yang menyebabkan orang sulit untuk menilai suatu
desinfektan. Zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
bakteri dapat dibagi atas garam-garam logam, fenol dan senyawa-senyawa lain
yang sejenis, formaldehida, alcohol, yodium, klor dan persenyawaan klor, zat
warna, detergen, sulfonamide, dan anti biotik.
Gambar 8. Skema penetrasi jamur patogen pada dinding sel tanaman (Cook et al,
1983)
2.5.2 Secara Kimia
Pengaruh jamur patogen terhadap tumbuhan inang hampir seluruhnya
terjadi secara proses biokimia karena terdapat senyawa kimia yang dikeluarkan
patogen atau karena terdapat senyawa kimia yang diproduksi tumbuhan akibat
36
adanya serangan patogen (Semangun, 1996). Substansi kimia yang dikeluarkan
patogen diantaranya enzim, toksin, zat tumbuh dan polisakarida. Dari keempat
substansi kimia tersebut memiliki peranan yang berbeda-beda terhadap kerusakan
inang, misalnya enzim berperan terhadap timbulnya gejala pembusukkan basah,
sedang zat tumbuh sangat berperan pada terjadinya pembengkakan suaty bagian
tumbuhan seperti akar atau batang. Selain itu, toksin berpengaruh terhadap
terjadinya hawar tanaman (Cook et al, 1983).
a. Enzim
Secara umum, enzim patogen berperan dalam memecah struktur komponen
sel inang, merusak substansi makanan dalam sel dan merusak fungsi protoplas.
Enzim oleh sebagian besar jenis patogen dikeluarkan setelah kontak dengan
tumbuhan inang. Tempat terjadinya kontak antara patogen dengan permukaan
tumbuhan adalah dinding sel epidermis yang terdiri dari beberapa lapisan substansi
kimia. Degradasi setiap lapisan tersebut melibatkan satu atau beberapa enzim yang
dikeluarkan pathogen. (Gandjar, 1999).
Gambar 9: bagian tanaman yang telah rusak akibat adanya enzim dari patogen
tanaman (Gandjar, 1999).
b. Toksin
Toksin merupakan substansi yang sangat beracun dan bekerja efektif pada
konsentrasi yang sangat rendah. Toksin dapat menyebabkan kerusakan pada sel
inang dengan merubah permeabilitas membran sel, inaktivasi atau menghambat
kerja enzim sehingga dapat menghentikan reaksi-reaksi enzimatis. Toksin tertentu
juga bertindak sebagai antimetabolit yang mengakibatkan defisiensi faktor
pertumbuhan esensial. Toksin yang dikeluarkan oleh patogen dapat dikelompokkan
37
menjadi tiga, yaitu patotoksin, vivotoksin dan fitotoksin (Departemen Pertanian,
2010).
1) Patotoksin
Patotoksin ialah toksin yang sangat berperan dalam menentukan
tingkat keparahan penyakit. Berdasarkan luas kisaran inangnya patotoksin
digolongkan menjadi dua, yaitu spesifik dan non-spesifik. Vivotoksin dan
fitotoksin umumnya bersifat non-spesifik (Cook et al, 1983).
2) Vivotoksin
Vivotoksin ialah substansi kimia yang diproduksi oleh patogen
dalam tumbuhan inang dan/atau oleh inang itu sendiri yang ada kaitanya
dengan terjadinya penyakit, tetapi toksin ini bukan agen yang memulai
terjadinya penyakit. Beberapa kriteria yang ditunjukkan oleh vivotoksin
diantaranya: dapat dipisahkan dari tumbuhan inang yang sakit, dapat
dipurifikasi dan karakterisasi kimia, menyebabkan dari sebagian gejala
kerusakan pada tumbuhan sehat, dan dapat diproduksi oleh organisme
penyebab penyakit (Cook et al, 1983).
3) Fitotoksin
Fitotoksin adalah toksin yang diproduksi oleh parasit yang dapat
menyebabkan sebagian kecil atau tidak sama sekali gejala kerusakan pada
tumbuhan inang oleh pathogen. Tidak ada hubungan antara produksi toksin
oleh patogen dengan patogenesitas penyebab penyakit (Cook et al, 1983).
c. Zat Tumbuh
Zat tumbuh yang terpenting yaitu auksin, giberellin dan sitokinin, selain itu
etilen dan penghambat tumbuh juga memegang peranan penting dalam kehidupan
tumbuhan. Patogen tumbuhan dapat memproduksi beberapa macam zat tumbuh
atau zat penghambat yang sama dengan yang diproduksi oleh tumbuhan, dapat
memproduksi zat tumbuh lain atau zat penghambat yang berbeda dengan yang ada
dalam tumbuhan, dan dapat memproduksi substansi yang merangsang atau
menghambat produksi zat tumbuh atau zat penghambat oleh tumbuhan
(Departemen Pertanian, 2010).
Patogen seringkali menyebabkan ketidakseimbangan sistem hormon
tumbuhan dan mengakibatkan pertumbuhan yang abnormal sehingga pada
38
tumbuhan yang terinfeksi oleh patogen tersebut akan timbul gejala kerdil,
pertumbuhan berlebihan, terlalu banyaknya akar-akar cabang dan berubahnya
bentuk batang. Seperti yang telah ditunjukkan gambar 3 (Gandjar, 1999).
d. Polisakarida
Beberapa patogen mungkin dapat mengeluarkan substansi lender yang
menyelubungi tubuh pathogen tersebut untuk melindungi diri dari faktor
lingkungan luar yang tidak menguntungkan. Peranan polisakarida pada penyakit
tumbuhan hanya terbatas pada tanaman yang layu. Pada vaskuler, polisakarida
dalam jumlah yang cukup banyak akan terakumulasi pada xilem yang akan
menyumbat aliran air pada tanaman (Horiuchi, 2000).
Tanaman dikatakan sakit apabila terdapat perubahan pada seluruh atau
sebagian organ-organ tanaman yang menyebabkan gangguan kegiatan secara
fisiologis. Penyakit dapat tumbuh dan berkembang pada tumbuhan, dimulai dari
kontak antara spora kapang dengan organ tumbuhan, kemudian menempel pada
permukaan organ tumbuhan, dan diakhiri dengan fase infeksi dalam tubuh tanaman
inang. Kapang terlebih dahulu harus dapat menembus lapisan protektif luar dari
tumbuhan inang, yaitu lapisan epidermis untuk dapat mengambil makanan serta
agar parasit dapat berkembang (Pracaya, 2006).
Proses dimulai saat spora kapang menempel (melakukan kontak langsung
dengan tumbuhan inang). Selanjutnya apabila kondisi lingkungan sesuai dan
menguntungkan, spora kapang akan berkecambah dan terus mengadakan
pertumbuhan dengan menghasilkan hifa penetrasi. Kapang atau patogen lain dapat
masuk dengan berbagai cara. Ada yang langsung dapat menembus permukaan
epidermis yang melapisi inang atau juga melalui bagian tanaman inang yang kurang
39
dipertahankan, yaitu stomata. Adapula yang masuk melalui luka yang diakibatkan
aktifitas manusia, serangga serta bahan kimia (Pracaya, 2006)
Proses infeksi kapang yang parasit dan menyebabkan penyakit pada
tumbuhan (patogen), merupakan suatu siklus yang meliputi: inokulasi (penularan),
penetrasi (masuk tubuh), infeksi (pemanfaatan nutrien inang), invasi (perluasan
serangan ke jaringan lain), penyebaran ke tempat lain. Menurut Ginting (2013)
infeksi kapang patogen pada tanaman adalah sebagai berikut.
1. Inokulasi atau penularan
Inokulasi merupakan terjadinya kontak pertama kali antara patogen dengan
tanaman. Bagian dari patogen atau patogen yang terbawa agen tertentu yang
mengadakan kontak dengan tanaman disebut inokulum atau penular.Oleh karena
itu, inokulum merupakan bagian dari patogen atau patogen itu sendiri yang dapat
menyebabkan penyakit pada tanaman. Pada kapang atau cendawan, inokulum dapat
berupa miselium, spora, atau sklerotium. Langkah-langkah yang terjadi pada proses
inokulasi, dimulai dari: inokulum kapang sampai ke permukaan tubuh tanaman
inang melalui perantaraan angin, air, serangga dan sebagainya. Meskipun inokulum
yang dihasilkan patogen banyak sekali tetapi yang dapat mencapai tanaman inang
yang sesuai hanya sedikit sekali.
Beberapa tipe inokulum yang terbawa tanah, seperti zoospora dapat
mencapai tanaman inang yang sesuai melalui substansi yang dikeluarkan oleh akar
tanaman. Semua patogen memulai melakukan serangan pada tingkat pertumbuhan
vegetatif. Dengan demikian, spora jamur harus berkecambah terlebih dahulu,
sehingga diperlukan suhu yang sesuai dan kelembaban dalam bentuk lapisan air
pada permukaan tanaman. Keadaan basah atau bentuk lapisan air ini harus
berlangsung cukup lama sampai patogen mampu masuk atau melakukan penetrasi
ke dalam sel atau jaringan. Jika hanya berlangsung sebentar maka patogen akan
kekeringan dan mati, sehingga gagal melakukan serangan.
2. Penetrasi
Penetrasi merupakan proses masuknya patogen atau bagian dari patogen ke
dalam sel, jaringan atau tubuh tanaman inang. Kapang patogen melakukan penetrasi
dari permukaan tanaman ke dalam sel, jaringan atau tubuh tanaman inang secara
40
langsung menembus permukaan tubuh tanaman, melalui lubang-lubang alami, dan
melalui luka. Patogen sering melakukan penetrasi terhadap sel-sel tanaman yang
tidak rentan sehingga patogen tidak mampu melakukan proses selanjutnya atau
bahkan patogen mati tanpa menyebabkan tanaman menjadi sakit. Kebanyakan
jamur parasit melakukan penetrasi pada jaringan tanaman dengan secara langsung.
Spora jamur yang berkecambah akan membentuk buluh kecambah yang dapat
digunakan untuk melakukan penetrasi, baik langsung menembus permukaan
maupun melalui lubang alami dan luka.
3. Infeksi
Infeksi merupakan suatu proses dimulainya patogen memanfaatkan nutrien
(sari makanan) dari inang. Proses ini terjadi setelah patogen melakukan kontak
dengan sel-sel atau jaringan rentan dan mendapatkan nutrien dari sel-sel atau
jaringan tersebut. Selama proses infeksi, kapang patogen akan tumbuh dan
berkembang di dalam jaringan tanaman. Infeksi yang terjadi pada tanaman inang,
akan menghasilkan gejala penyakit yang tampak dari luar seperti: menguning,
berubah bentuk (malformasi), atau bercak (nekrotik). Beberapa proses infeksi dapat
bersifat laten atau tidak menimbulkan gejala yang tampak mata, akan tetapi pada
saat keadaan lingkungan lebih sesuai untuk pertumbuhan patogen atau pada tingkat
pertumbuhan tanaman selanjutnya, patogen akan melanjutkan pertumbuhannya,
sehingga tanaman menampakan gejala sakit.
4. Invasi
Invasi merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan patogen setelah
terjadi infeksi. Kapang umumnya melakukan invasi pada tanaman dimulai sejak
proses infeksi dengan cara tumbuh dalam jaringan tanaman inang, sehingga
tanaman inang selain kehilangan nutrien, sel-selnya atau jaringan juga rusak
karenanya. Kapang melakukan perkembangbiakan dengan membentuk spora, baik
spora seksual maupun spora aseksual.
5. Penyebaran
Penyebaran patogen berarti proses berpindahnya patogen atau inokulum dari
sumbernya ke tempat lain. Penyebaran kapang patogen dapat terjadi secara pasif.
41
Penyebaran pasif yang berperan besar dalam menimbulkan penyakit, yaitu dengan
perantaraan angin, air, hewan (terutama serangga), dan manusia.
42
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Jenis-jenis kerusakan pada tanaman akibat aktivitas bakteri parasit seperti;
Tumor Crown Gall, layu bakteri atau penyakit lender pada tanaman, Hawar
Bakteri (Bacterial Blight), dan Busuk Lunak
2. Jenis-jenis kerusakan tanaman akibat kapang parasit seperti; blas, Bercak
Coklat, bulai, dan lain-lain
3. Faktor abiotik yang memengaruhi bakteri dan kapang patogen terjadi ketika
makhluk hidup lain melakukan interaksi terhadap bakteri dan kapang
patogen. Interaksi tersebut dibagi menjadi dua yaitu interaksi pada patogen
dalam satu populasi dan interaksi yang terjadi antar populasi.
4. Faktor abiotik yang memengaruhi bakteri dan kapang seperti; suhu,
kelembaban, ion, tekanan osmosis, dan kebasahan
5. Mekanisme infeksi kapang parasit pada tanaman dapat secara mekanik dan
kimiawi
3.2 Saran
Berdasarkan makalah ini dapat diketahui sangat banyak bakteri dan
kapang yang menyebabkan penyakit atau kerusakan bagi tanaman sehingga
perlu adanya obat alami untuk membunuh bakteri dan kapang parasittersebut
agar tidak menggangu tanaman. Obat yang digunakan seharusnya alami bukan
kimiawi agar mengurangi dampak pada lingkungan disekitarnya.
43
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, R.Z. 2009. Cemaran Kapang pada Pakan dan Pengendaliannya. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 28(1):15-22.
Cook, R. J & Baker, K. F. 1983. The Nature and Practice of Biological CoPlant
Patogen. The American Phytopathological Soceity. USA
Departemen Pertanian. 2010. Pengendalian Penyakit Layu pada Tanaman Pisang.
(Online). http://www.deptan.go.id/teknologi/horti/tpisang2.htm. diakses
tanggal 19 November 2017.
Dwidjoseputro, D, 1964. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbi Djambatan, Malang.
Elliott, Tom, dkk (2007). Mikrobiologi Kedokteran & Infeksius Edisi 4. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gandjar, I., R.A., Samson, K. van den T-V., Oetari, A., & Santoso, I. 1999.
Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ginting, Cipta. 2013. Ilmu Penyakit Tumbuhan, Teori dan Aplikasi. Lampung:
Lembaga Penelitian Universitas Lampung.
Ginting, Cipta. 2013. Ilmu Penyakit Tumbuhan, Teori dan Aplikasi. Lampung:
Lembaga Penelitian Universitas Lampung.
Gultom, Robinson, David. (2015). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Mikroorganisme. Univeritas Tidar: Program Studi
Agronomi
44
Machmud,M, 1989. Pengamatan Penyakit Pustui dan Hawar Bakteri Kedelai.
Kongres Nasional UMPFI. Cibubur. Jakarta.
Mudatsir. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Mikroba Dalam Air
Mudatsir : Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 7(1) 23-29.
Ou, S.H. 1985. Rice Disease. 2nd ed. England: Commonwealth Mycological
Institute Kew, Surrey.
Pracaya. 2006. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Sumber Swadaya.
45