I. IDENTITAS
Mata kuliah : Fisika Umum
Program Studi : Fisika/Pendidikan Fisika
Jurusan : Fisika
Fakultas : MIPA
Dosen : Tim Fisika Umum
SKS : 4 sks
Kode : FMA 019
Minggu ke : 7 dan 8
III. MATERI
A. Pendahuluan
Pada Pokok Bahasan sebelumnya, mulai dari Kinematika, Dinamika, Usaha dan
Energi, sampai Momentum Linier, pembahasan masih dibatasi pada partikel atau titik
materi, di mana ukuran partikel tidaklah diperhitungkan. Ini berarti semua benda dianggap
sebagai partikel atau titik, sebuah kelereng, sebuah bola volly, atau sebuah mobil, sebuah
kapal api atau sebuah pesawat terbang semua dianggap sebuah titik, berapapun besarnya.
Pada Pokok Bahasan Momentum Sudut dan Benda Tegar yang akan dibahas
selanjutnya, adakalanya ukuran benda tidak lagi bisa diabaikan, harus diperhitungkan.
Pembahasan akan dimulai dari momentum sudut partikel, sistem partikel, dan benda tegar,
dilanjutkan dengan perbandingan antara gerak translasi dan gerak rotasi, terutama tentang
hukum-hukum Newton, uasaha dan energi, termasuk momentum. Terakhir, akan dibahas
tentang keseimbangan benda tegar atau statika benda tegar
B. Momentum Sudut Partikel Tunggal
L Y
r
m
84
Jika sebuah benda melakukan gerak lurus atau gerak translasi, sebuah partikel yang
bergerak dengan kecepatan v , diketahui mempunyai momentum sebesar p = m v , yang
arahnya sama dengan arah kecepatan partikel. Bagaimana pula jika benda melakukan
gerak melingkar atau gerak lengkung lainnya ? Sama halnya dengan pada gerak lurus,
partikel yang bergerak melingkar atau gerak lengkung lainnya juga mempunyai
momentum p , tetapi arahnya selalu berubah tergantung arah kecepatannya setiap saat. Di
samping itu, partikel tersebut juga mempunyai momentum sudut yang disimbulkan
dengan L dan didefenisikan sebagai :
L r x p mrx v , (6-1)
di mana r adalah vektor posisi, yang menunjukkan posisi di mana partikel itu berada,
sedangkan besar momentum sudut partikel tersebut adalah :
L L rp sin α = m r v sin α (6-2)
Dari defenisi tersebut, jelaslah bahwa momentum sudut adalah besaran vektor, yang
dihasilkan dari perkalian silang antara vektor posisi r dan momentum p , sehingga arahnya
tegak lurus terhadap bidang yang dibentuk oleh kedua vektor tersebut, sesuai dengan
kaidah tangan kanan, seperti diperlihatkan pada Gambar (6-1). Dalam sistem Satuan
Internasional (SI), momentum sudut dinyatakan dalam kg m2 /sec.
Sebetulnya dari persamaan (6-3), dapat ditulis dalam bentuk lain, yakni :
d
r x F = ( r x p ),
dt
85
d dr dp
( r x p ) = x p + r x .
dt dt dt
dr
Dengan mengubah v = , dan p = m v , persamaan (6-5) dapat ditulis :
dt
d dp
( r x p ) = v x m v + r x .
dt dt
Karena v x m v = 0, maka :
d dp
( r x p ) = r x .
dt dt
d
atau r x F = ( r x p )
dt
Persamaan (6-6) di atas, merupakan perluasan hukum Newton I, yang diperoleh dari
pengertian momentum sudut.
86
D. Momentum Sudut Sistem Partikel
Misalkan suatu sistem yang terdiri dari tiga partikel dan pada sistem tersebut tidak
ada gaya luar yang bekerja, jadi yang ada hanya gaya internal, yaitu gaya interaksi antara
partikel-partikel dalam sistem, seperti terlihat pada Gambar (6-2). Gaya yang dialami oleh
partikel 1 adalah :
F1 F12 F13
di mana F12 adalah gaya yang disebabkan oleh partikel 2 dan F13 adalah gaya yang
disebabkan oleh partikel ke 3, begitu juga untuk partikel-partikel lainnya.. Jika massa
partikel-partikel berturut-turut m1, m2, dan m3, terletak pada posisi r1 , r2 , dan r3 , dan
bergerak dengan kecepatan v 1 , v 2 , dan v 3 , maka momentum sudut dari masing-masing
partikel adalah :
y m1 m2
m3
87
1 2 3
(6-8)
L1 L 2 L 3
d dL
dt dt
di mana L L1 L2 L3 adalah momentum sudut total dari sistem partikel.
m3 v3
Jika benda tegar ini diputar dengan sumbu putar tegak lurus terhadap pusat massa
sistem ini, maka kecepatan linier ketiga partikel berbeda, sedangkan kecepatan sudutnya
haruslah sama. Momentum sudut partikel pertama adalah :
L 1 = r1 x p1 = m1 r1 x v1 = m1 ri x ( x r1 ).
Dengan menggunakan sifat perkalian silang a (b c) b(a c) c(a b) , maka persamaan ini
dapat dibuat lebih sederhana menjadi :
r1 (1 r1 ) 1 ( r1 r1 ) r1 ( r1 1 ) .
Jika vektor r terletak pada bidang di mana benda bergerak melingkar, maka r1 tegak lurus
, sehingga :
88
r1 r1cos 900 0 ,
maka : r1 ( r1 ) r 21 ,
artinya momentum sudut partikel 1 dapat ditulis sebagai :
L1 m1r 21 .
Dengan cara yang sama dapat disimpulkan bahwa momentum sudut partikel 2 dan 3 ,
adalah :
L 2 m 2 r 2 2 ,
L3 m3r 23 ,
sedangkan momentum sudut total sistem ini adalah :
L L1 L 2 L 3 ,
L (m1 r 21 m 2 r 2 2 m 3 r 2 3 ) , . (6-7)
Besaran ( m1r 21 m2r 2 2 m3r 23 ) disebut momen inersia sistem, biasa disimbulkan
dengan I, di mana :
3
I mi ri .
2
(6-8)
i 1
L = I. (6-9)
Persamaan (6-9) ini menunjukkan bahwa hubungan antara L , I dan mirip dengan
hubungan antara momentum linier p , m dan v pada gerak translasi, yaitu :
p = mv.
Karena masing-masing partikel pada sistem di atas terpisah, maka partikel-partikel
dalam sistem tersebut dikatakan terdistribusi secara diskrit. Jika jumlah partikel dalam
sistem besar sekali, sehingga memenuhi ruangan sekitar pusat massa, maka sistem ini
disebut benda pejal, sedangkan distribusi partikel dalam sistem ini disebut kontinu. Perlu
diingat, bahwa tidak semua sistem partikel dengan distribusi kontinu bersifat sebagai
benda tegar, contohnya air. Momen inersia benda pejal adalah :
I = r2 dm (6-10)
Berikut ini adalah momen inersia dari beberapa bentuk benda tegar bermassa M, dan
berjari-jari R, yang diputar dengan sumbu tegak lurus pusat massa.
89
Tabel 1. Momen Inersia Benda Tegar
Bentuk Benda Pejal Momen Inersia
2
Silinder tipis atau roda I = MR
Silinder tebal I = ½ M (R12 +R12)
Silinder pejal I = ½ MR2
Batang/tongkat tipis I = ½ ML2
Bola pejal I = 2/5 MR2
Bola tipis I = 2/3 MR2
Jika sumbu putar tidak melalui pusat massa benda, maka momen inersia benda dapat
dihitung dengan menggunakan dalil atau theorema sumbu sejajar berikut ini :
I = Io + Ma2 (6-11)
di mana I = Momen inersia benda dengan sumbu putar tidak melalui pusat massa,
Io = Momen inersia benda dengan sumbu putar tidak melalui pusat massa,
M = Massa benda,
a = Jarak antara sumbu putar dengan pusat massa.
Agar lebih jelas marilah kita coba untuk menghitung momen inersia sebuah benda yang
diputar melalui pusat massa, dan penggunaan dalil sumbu sejajar untuk menghitung
momen inersia benda, melalui contoh soal berikut ini :
Contoh soal 1
Sebuah batang homogen yang panjangnya L dan massanya M dan luas penampangnya A berputar pada suatu
sumbu di tengah-tengah batang.
1
a). Tunjukkan bahwa momen inersia batang tersebut adalah ML2.
12
1
b), Jika batang ini diputar dengan sumbu putar di ujung batang, momen inersianya menjadi : ML2. c).
3
Tunjukkan jawaban soal b dengan menggunakan dalil sumbu sejajar.
dm
1
Io = M L2 (terbukti)
12
..................... r.................... dr .......................
b). Jika batang diputar di tengah-tengah batang,
----------------- L ----------------- batas integral yang digunakan adalah dari
1 1
- L ke + L, sedangkan jika diputar di
Gambar (6-4) 2 2
ujung kiri, batasnya adalah dari 0 ke L, jadi :
90
L
1
atau Io = ρ A L3,
12
dan karena M = ρ A L, maka :
Selanjutnya, jika suatu benda tegar berotasi dengan kecepatan sudut , maka laju
dari bagian benda tegar yang terletak pada jarak r dari sumbu putar adalah :
ds d d
v (r) r r ,
dt dt dt
Vektor kecepatan sudut didefinisikan :
d
lim .
t 0 t dt
Arah pergeseran sudut sejajar dengan arah sumbu putar, sedangkan arah akan
sejajar dengan arah d seperti pada Gambar (6-3). Arah vektor sejajar dengan sumbu
putar, sesuai arah perpindahan sekrup, jika diputar ke kanan akan maju, dan jika diputar
ke kiri, akan mundur.gerak rotasi.
Vektor kecepatan linier dari benda yang bergerak melingkar dengan kecepatan
sudut dan berada pada posisi r , mempunyai arah tangensial, dalam notasi vektor dapat
ditulis :
v r
91
Gambar (6-4)
Persamaan ini menunjukkan bahwa v adalah tegak lurus dan r , dan pada arah sejajar
dengan perpindahan sekrup jika diputar dari arah ke arah r . Hubungan ini
juga berlaku untuk hal yang lebih umum, yaitu jika titik asal 0 dari sumbu koordinat tidak
terletak pada pusat lingkaran gerak. Dalam hal ini maka arah v adalah tegak lurus arah
dan r , sedangkan besar v diberikan oleh:
v = r sin θ
di mana θ adalah sudut yang dibentuk antara dan r .
92
n
I = mR 2
I = R 2
dm
W = F• dx
x1
93
Dengan mengganti F dengan , dan dx dengan Rdθ, maka diperoleh usaha W yang
R
dilakukan oleh momen gaya τ, yang mengakibatkan terjadinya perpindahan sudut dari θ 1
ke θ2, yakni :
2
W d (6-14)
1
Benda tegar yang melakukan gerak rotasi, mempunyai energi kinetik yang disebut energi
kinetik rotasi, yang dapat diperoleh berdasarkan energi kinetik translasi, yakni
1
Ek = mv2.
2
Jika v2 diganti dengan ω2R2, diperoleh :
1
Ek = m R2 ω2,
2
dan karena kuantitas mR2 adalah bentuk umum rumusan momen inersia, maka energi
kinetik rotasi sebuah benda tegar yang bermomen inersia I, dan berotasi dengan kecepatan
sudut ω, adalah :
1
Ek = I ω2 . (6-15)
2
Tidaklah berbeda halnya dengan gerak translasi, pada gerak rotasi juga berlaku hubungan
antara usaha dan energi.
Jika dalam sebuah sistem terdapat beberapa bagian, satu bagian bergerak translasi,
sedangkan bagian lain bergerak rotasi, maka dalam menyelesaikan masalah ini, kita dapat
menggunakan persamaan gerak translasi untuk bagian yang bertranslasi, dan persamaan
gerak rotasi untuk bagian yang berotasi. Agar lebih jelas, marilah kita bahas contoh-contoh
soal di bawah ini.
Contoh soal 2
Mesin Atwood seperti terlihat pada Gambar (6-5), mempunyai katrol berbentuk silinder pejal dengan massa
2 kg. Massa m1 dan m2 itu berturut-turut adalah 5 kg dan 3 kg. Jika jari-jari katrol 15 cm , tentukanlah : a).
percepatan linier benda b). Tegangan dalam tali. c). Tegangan pada tali yang menahan katrol.
94
Jawab :
/////////////////////////////////////// ///////////////////////////////////////
T
T1 T2
T2
T1
w2
Gambar (6-5) a w1 Gambar (6-5) b
Jika massa katrol diabaikan, tegangan tali T 1 dan • Benda m1 (gerak translasi )
T2 sama besar. Karena massa katrol tidak Σ F = ma
diabaikan, T1 tdak sama dengan T2. w1 - T1 = m1 a
• Katrol (gerak rotasi) 50 - T1 = 5 a................................2)
Σ τ = I α • Benda m2 (gerak translasi )
1 a Σ F =ma
(T1 - T2 ) R = mk R2
2 R T2 - w2 = m1 a
1 T2 - 30 = 3 a................................3)
(T1 - T2 ) = . 2. a
2
Dari persamaan 1, 2, 3, diperoleh :
(T1 - T2 ) = a ................................1)
c) Tegangan tali penahan katrol
a). percepatan linier masing-masing benda
T = T1 + T2
20 T = 75,6 N
a = m/s2 = 2,22 m/s2.
9
b). Tegangan pada masing-masing tali
T1 = 38,9 N
T2 = 36,7 N.
Contoh soal 3
Suatu momen putar konstan sebesar 20 Nm bekerja pada roda yang dapat berputar, selama 10 detik. Selama
waktu ini, kecepatan roda berubah dari nol sampai 100 rpm. Setelah 10 detik, momen ini tidak bekerja lagi,
dan seterusnya roda berhenti akibat gesekan dengan bantalannya dalam waktu 100 detik. Hitunglah a).
Momen kelembaman roda. b), Momen putar gesekan, c). Jumlah putaran yang dilakukan roda.
95
Jawab :
Begitu juga halnya dengan sebuah benda tegar, momentum sudutnya juga kekal, apabila
resultan momen gaya yang bekerja padanya sama dengan nol, atau dapat ditulis :
L = I = konstan.
Momen inersia I, bisa berubah ketika benda bergerak, sehingga , ikut pula berubah,
karena I konstan. Kenyataan ini dapat dilihat pada penari balet, yang bila ingin
memperlambat putarannya, misalnya ketika mau berhenti, ia akan mengembangkan kedua
tangannya. Ini berarti, untuk memperkecil ω, ia harus memperbesar momen inersia I
96
dengan cara mengembangkan kedua tangannya, agar jari-jari putarannya juga makin besar.
Begitu juga sebaliknya, bila ia ingin mempercepat putarannya, ia akan merapatkan kedua
tangannya ke tubuhnya, dengan maksud agar momen inersianya menjadi lebih kecil,
sehingga kecepatan sudutnya menjadi lebih besar. Contoh lain dapat pula dilihat misalnya
pada seorang atlit loncat indah, seperti diperlihatkan pada gambar (6-6).
I. Gerak Menggelinding
Menggelinding (terguling) adalah kombinasi dari gerak translasi dan gerak rotasi
yang sekaligus dilakukan oleh sebuah benda pada saat yang bersamaan, misalnya sebuah
silinder pejal seperti ditunjukkan pada Gambar (6-7).
fs x
w
Gambar (6-7). Menggelinding
Kalau diperhatikan gaya-gaya yang bekerja pada silinder ini, gaya berat w dan gaya
normal N, tidaklah menghasilkan momen putar pada silinder, karena bekerja di pusat
massa. Satu-satunya gaya yang menghasilkan momen putar adalah gaya gesekan statis fs,
gaya inilah yang menyebabkan silinder berputar, artinya jika gaya gesekan tidak ada,
misalnya karena permukaan licin, peristiwa menggelinding tidak akan terjadi. Hal ini dapat
dicontohkan dengan roda mobil yang bergerak di jalanan licin akibat hujan, roda tidak
bisa menggelinding, tetapi meluncur yang diistilahkan dengan slip. Hal ini jelas sangat
berbahaya, karena bisa menimbulkan kecelakaan.
Sama halnya dengan pada gerak translasi murni, dan gerak rotasi murni,
penyelesaian masalah tentang peristiwa menggelinding, dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan-persamaan yang berlaku pada masing-masing gerak, baik untuk
masalah Kinematika, Dinamika, maupun masalah kaitan antara usaha dan energi. Untuk
lebih jelasnya, kita perhatikan contoh-contoh soal berikut ini.
97
Contoh soal 4
Sebuah silinder pejal berjari-jari 20 cm dan bermassa 10 kg ditarik dengan sebuah tali yang dililitkan pada
silider tersebut. Jika tali ditarik dari keadaan diam dengan gaya 30 N, tentukanlah a). Berapa percepatan
linier dan percepatan sudut silinder ? b). Berapa laju silinder setelah menempuh jarak 32 m? c). Berapa
jarak yang ditempuh silinder ketika lajunya 40 m/s?
Jawab :
a). Perhatikan Gambar (6-9)
• Gerak translasi F v
ΣF = ma
F- f = ma
30 - f = 10 a ..........................(1) f x
• Gerak rotasi Gambar (6-9)
Σ τ = I α b). Selanjutnya berlaku hubungan :
1 a v2 - vo2 = 2 a x,
(F + f)R = mR2.
2 R v2 - 0 = 2. 4. 32,
1 v = 16 m/s.
( 30 + f ) = . 10. a
2
c). dengan menggunakan persamaan yang sama,
( 30 + f ) = 5 a ...................(2)
v2 - vo2 = 2 a x,
Dari pers. (1) dan (2), diperoleh :
402 - 0 = 2. 4. x,
2
a = 4 m/s ,
x = 200 m
a
dan α =
R
atau α = 8 rad/s2.
Selanjutnya karena gaya F yang menyebabkan terjadinya dua macam gerak sekaligus,
yakni gerak rotasi dan gerak translasi, maka usaha yang dilakukan oleh gaya F yang
menyebabkan sebuah benda menggelinding, adalah jumlah dari usaha pada gerak rotasi
(Wrot) dan usaha pada gerak translasi (Wtrns), jadi :
W = Wrot + Wtrns,
atau W = τ θ + F. x.
Timbul pertanyaan, bagaimana kaitan antara usaha dan energi kinetik benda ? Sama halnya
dengan kaitan antara usaha dan energi kinetik pada gerak translasi atau gerak rotasi,
namun karena benda menggelinding, maka energi kinetik benda tersebut merupakan
jumlah energi kinetik translasi dan energi kinetik rotasi, jadi :
1 1
Ek = m v2 + I ω2 .
2 2
{Lihat Fisika Dasar (Mekanika) Sutrisno, hal. 217 s.d 218}
98
Contoh soal 5
Dengan menggunakan prinsip energi, tunjukkan bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya F pada contoh soal 4
di atas sama dengan perubahan energi kinetik silinder.
Jawab :
W = Wrot + Wtrns, 1 1
Δ Ek = m v2 + I ω2,
W = τ θ + F. x. 2 2
x 1 1 1 v2
= F.R + F. x = m v2 + . m R2 ,
R 2 2 2 R2
= 2Fx 3
= m v2,
= 2 30. 32 4
W = 1920 J. 3
= 10 162,
Ketika x = 32 m, laju silinder v = 16 m/s, maka 4
• Gerak translasi : N
ΣF = ma f
mg sin θ - f = m a mg sinθ
5. 10.0,8 - f = 5 a mg cosθ
40 - f = 5 a ..........................(1) mg
• Gerak rotasi h
Σ τ = I α
2 a 53o
f R = mR2.
5 R
2 Gambar (6-10)
f = m a
5 40
a = m/s2 = 5,71 m/s2.
f = 2a .......................(2) 7
• Dari pers. (1) dan (2), diperoleh : 1 1
mgx sin 53o = m v2 + I ω2,
2 2
99
a). Laju bola di kaki bidang miring diperoleh 1 1 2 v2
5. 10. 35. 0,8 = m v2 + . m R2 ,
dengan menggunakan persamaan : 2 2 5 R2
v2 - vo2 = 2 a x, 7
= m v2,
40 10
v2 - 0 = 2. . 35
7 7
1400 = .5. v2,
diperoleh 10
v = 20 m/s. diperoleh :
b). Energi potansial bola di puncak bidang mi- v = 20 m/s
ring, sama dengan energi kinetik bola di kaki
bidang miring, jadi,
mgh = Δ Ek
Bagaimana pula bila benda digelindingkan dari kaki bidang miring ? Lihat contoh soal
berikut ini :
Contoh soal 7
Sebuah silinder pejal massa 4 kg digelindingkan dari kaki sebuah bidang miring, yang sudut miringnya 53 o,
dengan kecepatan awal 20 m/s. sampai berapa jauh silinder ini bisa naik di bidang miring ?
Jawab :
• Gerak translasi :
ΣF = ma
- (mg sin θ + f ) = m a
- (4. 10.0,8 + f ) = 4 a
- 32 - f = 4 a ..........................(1)
• Gerak rotasi h
Σ τ = I α N
o
1 a 53
f R = mR2.
2 R mgsinθ
1 Gambar (6-11) mgcosθ f
f = m a
2
mg
f = 2a .......................(2)
kan persamaan :
• Dari pers. (1) dan (2), diperoleh :
vo2 - v2 = 2 a x,
32
a = - m/s2 = - 5,33 m/s2. 32
6 202 - 0 = 2. .x
6
a negatif, artinya benda diperlambat
diperoleh
x = 37,5 m.
a). Sampai berapa jauh silinder naik di bidang
3
miring dapat ditentukan dengan mengguna- m v2 = 32 x
4
b). Energi kinetik bola di kaki bidang miring sama 3
.4. 202 = 32 x
dengan,energi potansial bola di puncak bidang 4
100
miring, jadi, diperoleh :
Δ Ek = mgh x = 37,5 m.
1 1
m v2 + I ω2 = mgx sin 53o
2 2
1 1 1 v2
m v2 + . m R2 = 4. 10. x. 0,8
2 2 2 R2
Contoh soal 8
1 1
F.x + τ θ = m(v2 – vo2) + I (ω2 – ωo2) + m g x sin 37o,
2 2
101
x 1 1 1 v2 vo2
F.x + F.R = m(v2 – vo2) + . mR2 ( 2 – 2 ) + m g x sin 37o,
R 2 2 2 R R
3
2 F.x = m(v – vo ) + m g x sin 37 ,
2 2 o
4
3
2.81.50 = .12 (v2 – 202) + 12.10. 50. 0,6,
4
diperoleh besar kecepatan silinder, setelah menggelinding sejauh 50 m sepanjang bidang miring , yakni : v
= 30 m/s.
Sesuai dengan hukum Newton I, jika resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda
sama dengan nol, sebuah benda akan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan.
Sekarang, hukum ini dapat diperluas lagi menjadi : Jika resultan momen gaya yang
bekerja pada sebuah benda sama dengan nol, maka benda akan diam atau bergerak
dengan kecepatan sudut konstan. dalam keadaan ini, secara umum benda dikatakan berada
dalam keseimbangan mekanik. Khusus untuk benda yang sedang diam, dikatakan berada
dalam keadaan setimbang statik.
Jika benda dianggap sebagai sebuah titik, maka sesuai dengan hukum Newton I,
benda akan berada dalam keadaan seimbang statik atau diam, bila resultan gaya yang
bekerja pada benda sama dengan nol. Jika benda tidak lagi bisa dianggap sebagai sebuah
titik, pernyataan tersebut belumlah cukup, karena meskipun resultan gaya yang bekerja
pada benda tersebut sama dengan nol, tidak menjamin benda akan diam, mungkin saja
benda berotasi. Contohnya sebuah tongkat pada Gambar (6-13).
F Meskipun resultan gaya yang bekerja pada
tongkat sama dengan nol, benda tidaklah
F diam, tetapi akan berputar terhadap pusat
massanya, karena momen gaya yang bekerja
Gambar (6-13) pada benda tersebut saling memperkuat,
tidak saling meniada
kan. Oleh sebab itu, di samping resultan gaya harus nol, resultan momen gaya juga
harus nol. Jadi, secara matematis, syarat terjadinya keseimbangan statik adalah :
1. Σ Fx = 0,
2. Σ Fy = 0, …………………………(6-17)
3. Σ τ = 0.
Sebelum pembahasan tentang statika benda tegar dilanjutkan, ada baiknya dibahas
terlebih dahulu tentang titik berat benda. Titik berat sebuah benda dapat diartikan dengan
102
titik tangkap gaya gravitasi yang bekerja pada sebuah benda, jika massa benda itu
terkumpul di pusat massa benda. Bagaimana menentukan titik berat benda ?
Titik berat sebuah benda dapat ditentukan berdasarkan dalil momen, yakni :
Resultan momen beberapa buah gaya, sama dengan momen resultan gaya-gaya
tersebut. Jika dalil momen tersebut diterapkan untuk menentukan titik berat 3 buah
partikel yang beratnya w1, w2, dan w3, yang terletak berturut-turut pada posisi (x1,y1) ;
(x2,y2) ; dan (x3,y3) seperti pada Gambar(6-14), maka :
Berat total 3 partikel, adalah jumlah berat
Y masing-masing partikel, jadi :
y3 x3 w = w1 + w2 + w3,
w3 dengan vektor gaya berat dimisalkan
y2 x2 terletak pada posisi ( x , y ).
y x w2 Menurut dalil momen :
y1 x1 w1 w. x = w1 x1 + w2 x2 + w3 x3,
atau
x w1 x1 w 2 x 2 w 3 x 3
x = ,
w w1 w 2 w 3
Gambar (6-14)
Dalam bentuk lain dapat ditulis :
n
wi xi
x = (6-18)
i 1
w1
Dengan cara yang sama diperoleh :
w 1 y1 w 2 y 2 w 3 y 3
y =
w1 w 2 w 3
wi xi
y = (6-19)
i 1
wi
103