Anda di halaman 1dari 16

BAB V

ANALISIS VEKTOR

Tujuan
Mahasiswa memahami dan mampu menerapkan aljabar, diferensial, medan, dan
integral vektor pada masalah-masalah fisika.

1. Pendahuluan

Pada bab 3 telah dibahas dasar aljabar vektor. Pada bab ini dibahas
kalkulus vektor. Di sub bab 2 dan 3 diperkenalkan beberapa terapan perkalian
vektor sedang di sub bab 4 dan seterusnya dibahas diferensial dan integral dari
fungsi vektor. Seperti telah diketahui bahwa Hukum II Newton dapat dituliskan
sebagai persamaan diferensial vektor posisi. Di dalam kelistrikan, akan dijumpai
Hukum Gauss yang menggunakan integral permukaan dari komponen suatu
vektor searah normal. Teorema dan persamaan vektor akan sering dijumpai di
perkuliahan Mekanika, Mekanika Kuantum, Elektrodinamika, Teori Panas,
Hidrodinamika, Optik, dan lainnya.

2. Beberapa Terapan Perkalian Vektor di Fisika

2.1. Usaha : Gaya kali Pergeseran


r
Jika sebuah benda dikenai gaya ( F ) yang mengakibatkan benda tersebut
r
mengalami pergeseran posisi ( r ), maka usaha (W) yang dilakukan dapat
dinyatakan sebagai
r r
W = Fr cos θ = F ⋅ r …(5.1)
di mana θ adalah sudut antara vektor gaya dengan vektor pergeseran.

r r
F F

r
r
θ

Gambar 5.1 Gaya konstan Gambar 5.2 Gaya non konstan

Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 48


r
Tentu saja rumus di atas berlaku untuk gaya F konstan seperti pada Gambar 5.1.
Untuk gaya yang tidak konstan seperti pada Gambar 5.2, maka secara umum
berlaku
r r
dW = F . dr
r r …(5.2)
W = ∫ F . dr

2.2 Torque atau Momen terhadap Suatu Titik


Dari perkuliahan Fisika Dasar telah diketahui bahwa besar momen sama
dengan gaya dikalikan lengan. Untuk arah gaya dan lengan yang sembarang
(Gambar 5.3), secara umum dapat dituliskan
rr
M = F .r sin θ
r r …(5.3)
M = Fxr
r
F

θ
r
r

r sin θ

Gambar 5.3 Gaya dan lengan beban integer

2.3. Kecepatan Sudut


Dari materi yang telah dibahas pada Fisika Dasar diketahui bahwa pada
gerak melingkar (Gambar 5.4), kecepatan translasi sama dengan kecepatan sudut
dikalikan dengan jejari yang memiliki arah tegak lurus bidang lingkaran. Secara
umum dapat dituliskan:
v = ω r sin θ
r r …( 5.4)
v = ω xr

Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 49


ω

θ
r
r

Gambar 5.4 Gerak melingkar

2.4. Momen terhadap Garis


Jika momen terhadap suatu titik merupakan besaran vektor, maka momen
terhadap garis merupakan besaran skalar yang didefinisikan sebagai komponen
seluruh momen searah dengan garis bersangkutan.
r r
Mg = nˆ.( Fxr ) …(5.5)
di mana n̂ adalah vektor satuan searah garis.
r
L
r
F
r
r

Gambar 5.5 Momen terhadap garis


Contoh Soal 1:
r r
Jika F = i + 3 j − k bekerja pada titik (1,1,1), carilah momen gaya F terhadap
r
garis L = 3i + 2k + (2i − 2 j + k ) t
Jawab :
Dicari momen terhadap suatu titik pada garis L , misalnya (3,0,2) sehingga jarak
r
antara titik tangkap gaya dengan titik tersebut adalah r = (-2,1,-1). Momen

terhadap titik tersebut adalah:

Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 50


i j k
r r
r × F = − 2 1 − 1 = 2i − 3 j − 7 k
1 3 −1

dan momen terhadap garis L adalah

n ⋅ (r × F ) = (2i − 2 j + k ) ⋅ (2i − 3 j − 7k ) = 1
1
3

Latihan Soal sub Bab 2


r
1. Gaya F = 2 i – 3 j + k bekerja pada titik (1,5,2), Carilah momen gaya
terhadap
a). titik asal
b). sumbu y
c). garis x/2 = y/1 = z/(-2)
2. Sebuah gaya dengan komponen (1,2,3) bekerja pada titik (3,2,1). Carilah
momen terhadap titik asal dan ketiga sumbu koordinatnya.
3. Sebuah daun pintu dirancang bebas bergerak searah sumbu x dan sumbu y
dengan engsel terpasang pada sumbu z. Jika pegangan pintu berada pada
(1,0,1) dan anda mendorong pintu dengan gaya (5,2,1), carilah momen gaya
terhadap sebuah engsel yang terpasang pada (0,0,1). Tentukan pula momen
gaya dorong pintu terhadap sumbu pintu.

3. Diferensial Vektor

r
Jika A = i Ax + j Ay + k Az, dimana Ax, Ay, dan Az merupakan fungsi dari
t, maka turunan vektor A terhadap t dapat didefinisikan sebagai
r
dA dA dAy dA
=i x + j +k z …(5.6)
dt dt dt dt
Untuk perkalian vektor baik untuk hasil kali vektor dengan suatu konstanta, hasil
kali skalar dengan vektor, maupun hasil kali antara dua vektor, rumusan
diferensial vektor mengikuti persamaan berikut

Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 51


r
d
dt
( )
r da r
aA =
dt
A+a
dA
dt
,
r r
( )
d r r r dB dA r
A⋅ B = A⋅ + ⋅ B, …(5.7)
dt dt dt
r r
d
dt
(
r r
A× B = A×)
r dB dA r
dt dt
+ × B.

Misal, gerak partikel melingkar dengan laju tetap dapat dituliskan


r r
r 2 = r ⋅ r = const.,
r r …(5.8)
v 2 = v ⋅ v = const.
Kita diferensialkan kedua persamaan tersebut menggunakan persamaan (3.2)
r
r dr r r
2r ⋅ = 0 or r ⋅ v = 0,
dt
r …(5.9)
r dv v r
2v ⋅ = 0 or v ⋅ a = 0.
dt
r r
Jika r ⋅ v = 0 didiferensialkan diperoleh
r r r r r r
r ⋅ a + v ⋅ v = 0 or r ⋅ a = −v 2 …(5.10)
r r
Persamaan pertama pada (3.4) mengatakan bahwa r dan v saling tegak lurus,
r r
dan persamaan kedua nya mengatakan bahwa a tegak lurus v . Dengan demikian
r r
antara r dan a saling paralel atau anti paralel, sehingga
r r
r ⋅ a = r a cos θ = −v 2 . …(5.11)

Tampak bahwa cos θ < 0 sehingga θ = 1800, dengan persamaan (5.11) diperoleh
v2
r a (− 1) = −v 2 . or a= …(5.12)
r
Secara teoritis kita telah membuktikan persamaan percepatan sentripetal untuk
gerak melingkar dengan laju tetap.
Sejauh ini diferensial vektor baru dinyatakan pada koordinat Kartesius.
r
Pada koordinat polar, vektor satuan penyusunnya adalah vektor satuan searah r
yaitu êr dan vektor satuan searah θ yaitu êθ . Hubungan vektor satuan ini dengan

vektor satuan pada koordinat Kartesius diberikan oleh


eˆ r = i cos θ + j sin θ ...(5.13)
)
eθ = −i cos θ + j sin θ ...(5.14)

Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 52


Turunan vektor satuan tersebut tehadap t adalah
)
d er dθ dθ ) dθ
= −i sin θ + j cos θ = eθ ,
dt dt dt dt
) ...(5.15)
d eθ dθ dθ ) dθ
= −i cos θ − j sin θ = −e r .
dt dt dt dt

Contoh Soal 2:
r ) ) r
Diberikan A = Ar er + Aθ eθ , di mana Ar dan Aθ adalah fungsi dari t, carilah d A /dt

Jawab :
r )
dA ) dAr der dA deˆ
= er + Ar + eˆθ θ + Aθ θ
dt dt dt dt dt
r
dA dAr dθ dA dθ
= eˆr + eˆθ Ar + eˆθ θ − eˆr Aθ
dt dt dt dt dt

Latihan Soal sub Bab 3


1. Jika vektor posisi (dengan ekornya ada di titik asal) dari partikel yang
r r
bergerak adalah, r = r (t ) = t 2 i − 2tj + (t 2 + 2t ) k di mana t menyatakan waktu.
a). Tunjukkan bahwa partikel bergerak melalui titik (4,-4,8), dan kapan ?
b). Tentukan vektor kecepatan dan laju partikel pada saat t, kapan partikel
melalui titik (4,-4,8)
c). Tentukan persamaan garis tangensial terhadap kurva gerak partikel dan
bidang tegak lurus kurva pada titik (4,-4,8)
r
2. Posisi partikel pada saat t diberikan oleh persamaan r = i cos t + j sin t + kt .
Tunjukkan bahwa laju dan besarnya percepatan tetap. Gambarkan gerak
partikel tersebut.
3. Gaya yang bekerja pada partikel bermuatan yang bergerak di dalam medan
r r r r
magnetik B adalah F = q (v × B) di mana q adalah muatan listrik partikel dan
r
v adalah kecepatannya. Misalkan partikel bergerak pada bidang (x,y) dengan
r
B seragam berarah sumbu z. Dengan berdasarkan Hukum II Newton
r
dv r
m = F , tunjukkan bahwa gaya dan kecepatan saling tegak lurus dan
dt
keduanya memiliki besar yang tetap.

Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 53


r
4. Di dalam koordinat polar, vektor posisi partikel adalah r = r eˆ r . Tentukan
kecepatan dan percepatannya

5. Medan, Turunan Arah, dan Gradien

Banyak besaran fisika yang memiliki nilai yang berbeda untuk setiap titik
di dalam ruang pada setiap saat. Misalnya, temperatur ruangan yang berbeda-beda
untuk setiap titik di dalam ruangan dan berbeda pula dari detik ke detik. Medan
listrik dari muatan titik juga memiliki nilai yang berbeda-beda dari suatu titik ke
titik yang lain. Gaya gravitasi dari suatu satelit juga demikian halnya, nilainya
bergantung pada jarak satelit terhadap bumi. Besaran fisika yang memiliki nilai
bergantung pada kedudukannya di dalam ruang sedemikian rupa disebut medan.
Temperatur, potensial gravitasi dan potensial listrik merupakan contoh medan
skalar, sedang gravitasi dan medan listrik termasuk medan vektor.
Ada satu konsep penting pada medan skalar yaitu garis iso potensial yang
merupakan garis dengan potensial yang sama. Di sepanjang garis ini tidak ada
perubahan potensial terhadap jarak. Sementara laju perubahan potensial terhadap
jarak paling maksimum akan terjadi di sepanjang garis tegak lurus garis iso
potensial yang disebut sebagai gradien dari potensial bersangkutan. Jika φ(x,y,z)
adalah suatu potensial, maka gradien dari φ dapat dituliskan sebagai
∂φ ∂φ ∂φ
∇φ = gradφ = i + j +k …(5.16)
∂x ∂y ∂z
Dengan demikian laju perubahan φ pada arah vektor u atau yang sering disebut
sebagai turunan arah dapat ditentukan berdasarkan

= ∇φ ⋅ uˆ …(5.17)
ds
atau

= ∇φ cosθ …(5.18)
ds
Dalam koordinat polar, gradien suatu potensial dapat diungkapkan sebagai
∂φ 1 ∂φ
∇φ = eˆr + eˆθ …(5.19)
∂r r ∂θ

Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 54


Latihan Soal sub Bab 5
1. Carilah gradien dari w = x 2 y 2 z pada (1,2-1)

2. Bermula dari titik (1,1), dalam arah mana fungsi φ = x 2 + y 2 + 2 xy berkurang


paling maksimum
3. Carilah laju perubahan xy 2 + yz pada (1,1,2) dalam arah vektor 2 i –j + 2 k.

4. Carilah turunan ze x cos y pada (1,0,π/3) searah dengan vektor i + 2 j.

5. Diberikan φ = x 2 − y 2 z
a). Carilah gradiennya pada (1,1,1)
b). Carilah turunan nya pada (1,1,1) dalam arah i –2j + k.
c). Tentukan persamaan garis tegak lurus permukaan φ = x 2 − y 2 z = 0 pada
(1,1,1).

6. Beberapa Pernyataan menggunakan ∇

Kita sebut ∇ sebagai operator vektor yaitu


∂ ∂ ∂
∇=i + j +k …(5.20)
∂x ∂y ∂z
yang belum memiliki makna fisis sebelum operator tersebut dioperasikan terhadap
suatu fungsi baik skalar maupun vektor.
Jika operator tersebut dioperasikan terhadap suatu fungsi V(x,y,z) melalui
perkalian skalar, maka hasilnya disebut divergensi dari V yang sering dituliskan
sebagai
∂V x ∂V y ∂V z
∇ ⋅ V = divV = + + …(5.21)
∂x ∂y ∂z
Jika operator tersebut diopersikan terhadap V melalui perkalian vektor,
hasilnya disebut rotasi dari V atau curl V yang dituliskan sebagai

∇ × V = curlV
 ∂V ∂V y   ∂Vx ∂Vz   ∂V y ∂Vx 
= i z −  + j −  + k − 
 ∂y ∂z   ∂z ∂x   ∂z ∂y 

Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 55


i j k
∂ ∂ ∂ …(5.22)
=
∂x ∂y ∂z
Vx V y Vz

Pernyataan lain yang tak kalah pentingnya adalah Laplacian dari fungsi
skalar φyang dituliskan sebagai
∂ ∂θ ∂ ∂θ ∂ ∂θ
∇ 2φ = ∇ ⋅ ∇φ = div gradφ = + +
∂x ∂x ∂y ∂y ∂z ∂z
…(5.23)
∂ 2φ ∂ 2φ ∂ 2φ
= 2 + 2 + 2
∂x ∂y ∂z
Berikut ini beberapa persamaan penting yang melibatkan operasi ∇
∇ ⋅ (φV ) = ∇ φ ⋅ (φV ) + ∇ v ⋅ (φV ) …(5.24)

∇ ⋅ (φV ) = V ⋅ ∇φ ⋅ +φ (∇ ⋅ V ) ...(5.25)

Latihan Soal sub Bab 6


Carilah divergensi dan curl dari vektor berikut
1. r = xi + yj + zk 2. V = zi + yj + xk

3. V = x 2 i + y 2 j + z 2 k 4. V = x 2 yi + y 2 xj + xyzk

Carilah Laplacian dari medan skalar di bawah ini


5. x 3 − 3 xy 2 + y 3 6. ln( x 2 + y 2 )

7. (x2 − y 2 8. ( x 2 + y 2 + z 2 )1 / 2

7. Integral garis

Integral garis dapat dipahami dari kasus usaha yang dilakukan oleh gaya F
untuk memindahkan suatu benda dari A ke B (Gambar 5.5) yaitu
dr

B
A
F

Gambar 5.5. Usaha yang dilakukan oleh gaya F untuk memindahkan benda
dari A ke B
Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 56
Besar usaha yang dilakukan oleh gaya F dapat dinyatakan dalam persamaan
B
W = ∫ A
F ⋅ dr ...(5.26)

Integral demikian ini disebut integral garis yang berarti integral sepanjang kurva
atau garis.
(
Marilah kita tinjau gaya yaitu F1 = xyiˆ − y 2 ˆj dan F 2 = x 2 − y 2 iˆ − 2 xyˆj ,)
kemudian kita hitung usaha yang dilakukan kedua gaya tersebut dari (0,0) ke (2,1)
sepanjang lintasan 1,2 dan 3 seperti tampak pada Gambar (5.6) lintasan I berupa
1
garis lurus y = x , lintasan II berupa garis patah dari (0,0) ke (0,1) kemudian ke
2
1 2
(2,1) sedang lintasan III adalah garis lengkung dengan persamaan y = x .
4
y
(2,1)

II I

III

(0,0) x

Gambar 5.6. Usaha yang dilakukan oleh gaya F melalui berbagai lintasan

( 2,1)
Usaha oleh F1 adalah W = ∫( 0, 0 )
xy dx − y 2 dy

1 1
• Lintasan I, y = x → dy = dx
2 2
2
2 1 1  1
WI = ∫ x x dx −  x  ⋅ dx
0 2 2  2
2 3 2 x3
WI = ∫ x dx = 2
0 =1
0 8 8
• Lintasan II, dari (0,0) ke (0,1), x = 0 → dx = 0
1 y3 1
W = ∫ − y 2 dy = − =−
0 3 3
dari (0,1) ke (2,1) y = 1 → dy = 0

Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 57


2 x2
W = ∫ x ⋅ 1 dx − 0 = 2
0 =2
0 2
1 5
Sehingga W II = − + 2 =
3 3
1 2 1
• Lintasan III, y = x → dy = xdx
4 2
2
2 1 1  1
W III = ∫ x ⋅ x 2 dx −  x 2  ⋅ xdx
0 4 4  2
2 x3 x5
W III = ∫ dx − dx
0 4 32
x4 x6 1 2
WIII = − 2
0 = 1− =
16 192 3 3
Tampak bahwa usaha yang dilakukan F1 bergantung pada lintasan.
Marilah kita hitung usaha yang dilakukan oleh gaya F2.

W =∫
( 2,1)
( 0, 0 )
(x 2
)
− y 2 dx − 2 xy dy

1 1
• Lintasan I , y = x → dy = dx
2 2
 2  1 2 
2 1 1
WI = ∫  x −  x   dx − 2 x ⋅ x ⋅ dx
0  
 2   2 2
23 x2 2 x
2
x3 2 8
= ∫ x 2 dx − dx = ∫ dx = 0 =
0 4 2 0 4 12 12
• Lintasan II , dari (0,0) ke (0,1), x = 0 dan dx = 0

W = ∫ (0 − 0 ) = 0
1

, dari (0,1) ke (2,1), y = 1 dan dy = 0


2
(  x3 
) 8
W = ∫ x 2 − 1 dx =  − x  02 = − 2 =
2
0
 3  3 3

1 2 1
• Lintasan III, y = x → dy = xdx
4 2

Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 58


2 1  1 1
W III = ∫  x 2 − x 4  dx − 2 x ⋅ x 2 ⋅ xdx
0
 16  4 2
2 x4 x4  2 5x 4 
= ∫  x 2 − − dx = ∫  x 2 − dx
0
 16 4  0
 16 
x 3 5x 5 4 2
= − = −2=
3 80 3 3
Tampak bahwa usaha yang dilakukan F2 tidak bergantung pada lintasan, tetapi
bergantung pada posisi awal dan posisi akhir dari benda.

8. Teorema Green

Dari kalkulus dikatakan bahwa integral dari suatu turunan dari fungsi
adalah fungsi itu sendiri.
b d
∫ a dx
f ( x)dx = f (b) − f (a ) ...(5.27)

Selanjutnya, kita akan mempelajari generalisasi dari teorema ini. Misal: P(x,y)
dan Q(x,y) adalah fungsi yang turunan parsial pertamanya kontinu, maka integral

rangkap dari Q( x, y ) keseluruh kotak A pada Gambar 5.7 akan sama dengan
∂x
integral garis di sepanjang batas kotak (keliling). Dapat dituliskan
∂Q ( x, y ) d b ∂Q ( x, y ) d
∫∫A ∂x
dxdy = ∫ ∫
c a ∂x
dxdy = ∫ Q(b, y ) − Q(a, y ) dy
c
...(5.28)

Gambar 5.7. Teorema Green pada kasus kurva tertutup

Marilah kita hitung integral garis di sepanjang kurva tertutup dengan arah
berlawanan arah jarum jam yaitu ∫ Q( x, y)dy . Di sepanjang garis atau kurva

mendatar, untuk y konstan, maka dy = 0. Di sepanjang garis vertikal sebelah

Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 59


kanan, dimana x = b dan y bergerak dari c ke d, sementara pada garis vertikal
sebelah kiri x = a dan y bergerak dari d ke c. Dengan demikian

Q (b, y )dy + ∫ Q(a, y )dy = ∫ [Q (b, y ) − Q(a, y )]dy


d c d
∫ Q( x, y )dy = ∫
c c d c
...(5.29)

Persamaan (8.2) dan (8.3) menghasilkan


∂Q
∫∫ A ∂x
dxdy = ∫ Qdy
c
...(5.30)

Dengan cara yang sama


∂P
− ∫∫ dxdy = ∫ Pdx ...(5.31)
∂y c

Penggabungan (8.4) dan (8.5) diperoleh


 ∂Q ∂P 
∫∫  ∂x − ∂y dxdy = ∫ Pdx + Qdy
A c
...(5.32)

yang dikenal sebagai Teorema Green.

Contoh soal 3:

∫ xydx − y
2
Carilah integral garis dy sepanjang lintasan tertutup seperti pada

gambar 8.3!
Jawab:
∂ ∂
W = ∫ xy dx − y 2 dy = ∫∫ 
∂A A ∂x ∂y
( 
)
− y 2 − ( xy ) dx dy = ∫∫ − x dx dy = − ∫ ∫ x dx dy
1 2 y

y =0 x =0
  A

11

0 2
(2
) 1
= − ∫ 2 y dy = − ∫ 2 ydy = −1
0

Banyak sekali manfaat dari aplikasi teorema Green ini. Pertama, misalkan

Q = V x , P = −V y dimana V = iˆV x + ˆjV y ...(5.33)

Maka
∂Vx ∂Vy ∂Q ∂P
∇ ⋅V = + = − ...(5.34)
∂x ∂y ∂x ∂y

Di sepanjang kurva yang membatasi luasan A, vektor dr = iˆ dx + ˆj dy adalah

vektor tangensial, dan vektor nˆds = iˆ dy − ˆj dx adalah vektor normal atau tegak
lurus luasan A.

Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 60


A dr
dy
dx
n̂ds

Gambar 5.8. Vektor normal dan vektor tangensial

Dengan demikian berdasarkan teorema Green pada persamaan (5.34) diperoleh


( )( )
Pdx + Qdy = −V y dx + V x dy = iˆV x + ˆjV y ⋅ iˆdy − ˆjdx = V ⋅ nˆ ds ...(5.35)

Substitusi persamaan (5.34) dan (5.35) ke dalam teorema Green didapatkan

∫∫ ∇ ⋅ Vdxdy = ∫ V ⋅ nˆds
A
∂A
...(5.36)

Dalam tiga dimensi, dapat dinyatakan

∫∫∫ ∇ ⋅ Vdxdy = ∫∫V ⋅ nˆdσ


T ∂T
...(5.37)

Manfaat yang kedua, misalkan

Q = V y , P = V x dimana V = iˆV x + ˆjV y ...(5.38)

∂V y ∂V x ∂Q ∂P
CurlV = ∇XV = − = − ...(5.39)
∂x ∂y ∂x ∂y
Dengan demikian
( )( )
Pdx + Qdy = V x dx + V y dy = iˆV x + ˆjV y ⋅ iˆdx + ˆjdy = V ⋅ dr ...(5.40)

Subtitusi (8.13) dan (8.14) ke dalam teorema Green diperoleh

∫∫ ∇XV ⋅ kˆdxdy = ∫ Vσ ⋅ dr
A

Dalam tiga dimensi, didapatkan ∫∫σ ∇XV ⋅ nˆdσ = ∫ Vσ ⋅ dr


9. Gaya serta Medan Konservatif

Jika gaya F melakukan usaha yang tidak bergantung pada lintasan, maka
gaya yang demikian disebut gaya konservatif. Sedang jika gaya F1 melakukan
usaha yang bergantung pada lintasan, gaya demikian disebut gaya non-
konservatif. Untuk mengetahui apakah suatu gaya itu konservatif atau tidak, dapat

Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 61


dilakukan dengan menghitung ∇ × F , yaitu ∇ × F = 0 untuk gaya konservatif
dan ∇ × F ≠ 0 untuk gaya non-konservatif. Untuk contoh kita terdahulu

iˆ ˆj kˆ
∂ ∂ ∂
∇ × F1 = = −kˆx
∂x ∂y ∂z
xy y2 0

iˆ ˆj kˆ
∂ ∂ ∂
∇ × F2 = = −2 y + 2 y = 0
∂x ∂y ∂z
(x 2
− y 2 ) − 2 xy 0

Dengan demikian menjadi jelas bahwa gaya konservatif memiliki sifat


∇ × F = 0 artinya gaya yang irotasional yaitu gaya yang lurus ,tidak melengkung
dan tidak keriting (curly). Ini adalah asal usul istilah curl untu operator ∇ × .
Contoh gaya konservatif adalah gaya gravitasi, elektrostatik, dan lain-lain,
sementara contoh gaya non-konservatif adalah gaya gesek, gaya magnetik dll
yang memiliki sifat ∇ × F ≠ 0 .
Dari uraian diatas, nampak bahwa terdapat hubungan antara sifat
∇ × F = 0 dengan integral garis yang hasilnya tidak tergantung pada lintasan.
Marilah kita gali lebih dalam lagi hubungan ini. Untuk sembarang fungsi potensial
skalar W, maka dapat ditunjukkan bahwa ∇ × ∇ W = 0
∂W ˆ ∂W ˆ ∂W
∇ W = iˆ +j +k ...(5.41)
∂x ∂y ∂z
sehingga

iˆ ˆj kˆ
∂ ∂ ∂  ∂ 2W ∂ 2W  ˆj  ∂W − ∂W  + kˆ ∂ W − ∂ W 
2 2
∇ × ∇W = = iˆ −  −  
∂x ∂y ∂z  ∂z∂y ∂y∂z   ∂x∂z ∂z∂x   ∂x∂y ∂y∂x 
∂W ∂W ∂W
∂x ∂y ∂z

∇ × ∇W = 0 ...(5.42)

Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 62


Dengan demikian untuk gaya konservatif ∇ × F = 0 selalu ada fungsi
potensial skalar yang memenuhi persamaan
F = ∇W ...(5.43)
 ∂W ˆ ∂W ˆ ∂W
dan F ⋅ dr = ∇ W ⋅ dr =  iˆ + j +k
 ˆ
(
 ⋅ i dx + ˆjdy + kˆdz )
 ∂x ∂y ∂z 
∂W ∂W ∂W
F ⋅ dr = dx + dy + dz
∂x ∂y ∂z

F ⋅ dr = dW
sesuai dengan teorema differensial parsial sehingga
B B
∫A
F ⋅ dr = ∫ dW = W ( B) − W ( A)
A
...(5.44)

dimana W(A) dan (WB) adalah nilai dari W pada keadaan awal dan akhir. Karena
nilai integral hanya tergantung pada nilai awal dan nilai akhir, maka hasil integral
tidak bergantung pada lintasan integral.

Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 63

Anda mungkin juga menyukai