ANALISIS VEKTOR
Tujuan
Mahasiswa memahami dan mampu menerapkan aljabar, diferensial, medan, dan
integral vektor pada masalah-masalah fisika.
1. Pendahuluan
Pada bab 3 telah dibahas dasar aljabar vektor. Pada bab ini dibahas
kalkulus vektor. Di sub bab 2 dan 3 diperkenalkan beberapa terapan perkalian
vektor sedang di sub bab 4 dan seterusnya dibahas diferensial dan integral dari
fungsi vektor. Seperti telah diketahui bahwa Hukum II Newton dapat dituliskan
sebagai persamaan diferensial vektor posisi. Di dalam kelistrikan, akan dijumpai
Hukum Gauss yang menggunakan integral permukaan dari komponen suatu
vektor searah normal. Teorema dan persamaan vektor akan sering dijumpai di
perkuliahan Mekanika, Mekanika Kuantum, Elektrodinamika, Teori Panas,
Hidrodinamika, Optik, dan lainnya.
r r
F F
r
r
θ
θ
r
r
r sin θ
θ
r
r
n ⋅ (r × F ) = (2i − 2 j + k ) ⋅ (2i − 3 j − 7k ) = 1
1
3
3. Diferensial Vektor
r
Jika A = i Ax + j Ay + k Az, dimana Ax, Ay, dan Az merupakan fungsi dari
t, maka turunan vektor A terhadap t dapat didefinisikan sebagai
r
dA dA dAy dA
=i x + j +k z …(5.6)
dt dt dt dt
Untuk perkalian vektor baik untuk hasil kali vektor dengan suatu konstanta, hasil
kali skalar dengan vektor, maupun hasil kali antara dua vektor, rumusan
diferensial vektor mengikuti persamaan berikut
Tampak bahwa cos θ < 0 sehingga θ = 1800, dengan persamaan (5.11) diperoleh
v2
r a (− 1) = −v 2 . or a= …(5.12)
r
Secara teoritis kita telah membuktikan persamaan percepatan sentripetal untuk
gerak melingkar dengan laju tetap.
Sejauh ini diferensial vektor baru dinyatakan pada koordinat Kartesius.
r
Pada koordinat polar, vektor satuan penyusunnya adalah vektor satuan searah r
yaitu êr dan vektor satuan searah θ yaitu êθ . Hubungan vektor satuan ini dengan
Contoh Soal 2:
r ) ) r
Diberikan A = Ar er + Aθ eθ , di mana Ar dan Aθ adalah fungsi dari t, carilah d A /dt
Jawab :
r )
dA ) dAr der dA deˆ
= er + Ar + eˆθ θ + Aθ θ
dt dt dt dt dt
r
dA dAr dθ dA dθ
= eˆr + eˆθ Ar + eˆθ θ − eˆr Aθ
dt dt dt dt dt
Banyak besaran fisika yang memiliki nilai yang berbeda untuk setiap titik
di dalam ruang pada setiap saat. Misalnya, temperatur ruangan yang berbeda-beda
untuk setiap titik di dalam ruangan dan berbeda pula dari detik ke detik. Medan
listrik dari muatan titik juga memiliki nilai yang berbeda-beda dari suatu titik ke
titik yang lain. Gaya gravitasi dari suatu satelit juga demikian halnya, nilainya
bergantung pada jarak satelit terhadap bumi. Besaran fisika yang memiliki nilai
bergantung pada kedudukannya di dalam ruang sedemikian rupa disebut medan.
Temperatur, potensial gravitasi dan potensial listrik merupakan contoh medan
skalar, sedang gravitasi dan medan listrik termasuk medan vektor.
Ada satu konsep penting pada medan skalar yaitu garis iso potensial yang
merupakan garis dengan potensial yang sama. Di sepanjang garis ini tidak ada
perubahan potensial terhadap jarak. Sementara laju perubahan potensial terhadap
jarak paling maksimum akan terjadi di sepanjang garis tegak lurus garis iso
potensial yang disebut sebagai gradien dari potensial bersangkutan. Jika φ(x,y,z)
adalah suatu potensial, maka gradien dari φ dapat dituliskan sebagai
∂φ ∂φ ∂φ
∇φ = gradφ = i + j +k …(5.16)
∂x ∂y ∂z
Dengan demikian laju perubahan φ pada arah vektor u atau yang sering disebut
sebagai turunan arah dapat ditentukan berdasarkan
dφ
= ∇φ ⋅ uˆ …(5.17)
ds
atau
dφ
= ∇φ cosθ …(5.18)
ds
Dalam koordinat polar, gradien suatu potensial dapat diungkapkan sebagai
∂φ 1 ∂φ
∇φ = eˆr + eˆθ …(5.19)
∂r r ∂θ
5. Diberikan φ = x 2 − y 2 z
a). Carilah gradiennya pada (1,1,1)
b). Carilah turunan nya pada (1,1,1) dalam arah i –2j + k.
c). Tentukan persamaan garis tegak lurus permukaan φ = x 2 − y 2 z = 0 pada
(1,1,1).
∇ × V = curlV
∂V ∂V y ∂Vx ∂Vz ∂V y ∂Vx
= i z − + j − + k −
∂y ∂z ∂z ∂x ∂z ∂y
Pernyataan lain yang tak kalah pentingnya adalah Laplacian dari fungsi
skalar φyang dituliskan sebagai
∂ ∂θ ∂ ∂θ ∂ ∂θ
∇ 2φ = ∇ ⋅ ∇φ = div gradφ = + +
∂x ∂x ∂y ∂y ∂z ∂z
…(5.23)
∂ 2φ ∂ 2φ ∂ 2φ
= 2 + 2 + 2
∂x ∂y ∂z
Berikut ini beberapa persamaan penting yang melibatkan operasi ∇
∇ ⋅ (φV ) = ∇ φ ⋅ (φV ) + ∇ v ⋅ (φV ) …(5.24)
∇ ⋅ (φV ) = V ⋅ ∇φ ⋅ +φ (∇ ⋅ V ) ...(5.25)
3. V = x 2 i + y 2 j + z 2 k 4. V = x 2 yi + y 2 xj + xyzk
7. (x2 − y 2 8. ( x 2 + y 2 + z 2 )1 / 2
7. Integral garis
Integral garis dapat dipahami dari kasus usaha yang dilakukan oleh gaya F
untuk memindahkan suatu benda dari A ke B (Gambar 5.5) yaitu
dr
B
A
F
Gambar 5.5. Usaha yang dilakukan oleh gaya F untuk memindahkan benda
dari A ke B
Ellianawati, M.Si - Fismat 1 - 2011 56
Besar usaha yang dilakukan oleh gaya F dapat dinyatakan dalam persamaan
B
W = ∫ A
F ⋅ dr ...(5.26)
Integral demikian ini disebut integral garis yang berarti integral sepanjang kurva
atau garis.
(
Marilah kita tinjau gaya yaitu F1 = xyiˆ − y 2 ˆj dan F 2 = x 2 − y 2 iˆ − 2 xyˆj ,)
kemudian kita hitung usaha yang dilakukan kedua gaya tersebut dari (0,0) ke (2,1)
sepanjang lintasan 1,2 dan 3 seperti tampak pada Gambar (5.6) lintasan I berupa
1
garis lurus y = x , lintasan II berupa garis patah dari (0,0) ke (0,1) kemudian ke
2
1 2
(2,1) sedang lintasan III adalah garis lengkung dengan persamaan y = x .
4
y
(2,1)
II I
III
(0,0) x
Gambar 5.6. Usaha yang dilakukan oleh gaya F melalui berbagai lintasan
( 2,1)
Usaha oleh F1 adalah W = ∫( 0, 0 )
xy dx − y 2 dy
1 1
• Lintasan I, y = x → dy = dx
2 2
2
2 1 1 1
WI = ∫ x x dx − x ⋅ dx
0 2 2 2
2 3 2 x3
WI = ∫ x dx = 2
0 =1
0 8 8
• Lintasan II, dari (0,0) ke (0,1), x = 0 → dx = 0
1 y3 1
W = ∫ − y 2 dy = − =−
0 3 3
dari (0,1) ke (2,1) y = 1 → dy = 0
W =∫
( 2,1)
( 0, 0 )
(x 2
)
− y 2 dx − 2 xy dy
1 1
• Lintasan I , y = x → dy = dx
2 2
2 1 2
2 1 1
WI = ∫ x − x dx − 2 x ⋅ x ⋅ dx
0
2 2 2
23 x2 2 x
2
x3 2 8
= ∫ x 2 dx − dx = ∫ dx = 0 =
0 4 2 0 4 12 12
• Lintasan II , dari (0,0) ke (0,1), x = 0 dan dx = 0
W = ∫ (0 − 0 ) = 0
1
1 2 1
• Lintasan III, y = x → dy = xdx
4 2
8. Teorema Green
Dari kalkulus dikatakan bahwa integral dari suatu turunan dari fungsi
adalah fungsi itu sendiri.
b d
∫ a dx
f ( x)dx = f (b) − f (a ) ...(5.27)
Selanjutnya, kita akan mempelajari generalisasi dari teorema ini. Misal: P(x,y)
dan Q(x,y) adalah fungsi yang turunan parsial pertamanya kontinu, maka integral
∂
rangkap dari Q( x, y ) keseluruh kotak A pada Gambar 5.7 akan sama dengan
∂x
integral garis di sepanjang batas kotak (keliling). Dapat dituliskan
∂Q ( x, y ) d b ∂Q ( x, y ) d
∫∫A ∂x
dxdy = ∫ ∫
c a ∂x
dxdy = ∫ Q(b, y ) − Q(a, y ) dy
c
...(5.28)
Marilah kita hitung integral garis di sepanjang kurva tertutup dengan arah
berlawanan arah jarum jam yaitu ∫ Q( x, y)dy . Di sepanjang garis atau kurva
Contoh soal 3:
∫ xydx − y
2
Carilah integral garis dy sepanjang lintasan tertutup seperti pada
gambar 8.3!
Jawab:
∂ ∂
W = ∫ xy dx − y 2 dy = ∫∫
∂A A ∂x ∂y
(
)
− y 2 − ( xy ) dx dy = ∫∫ − x dx dy = − ∫ ∫ x dx dy
1 2 y
y =0 x =0
A
11
0 2
(2
) 1
= − ∫ 2 y dy = − ∫ 2 ydy = −1
0
Banyak sekali manfaat dari aplikasi teorema Green ini. Pertama, misalkan
Maka
∂Vx ∂Vy ∂Q ∂P
∇ ⋅V = + = − ...(5.34)
∂x ∂y ∂x ∂y
vektor tangensial, dan vektor nˆds = iˆ dy − ˆj dx adalah vektor normal atau tegak
lurus luasan A.
∫∫ ∇ ⋅ Vdxdy = ∫ V ⋅ nˆds
A
∂A
...(5.36)
∂V y ∂V x ∂Q ∂P
CurlV = ∇XV = − = − ...(5.39)
∂x ∂y ∂x ∂y
Dengan demikian
( )( )
Pdx + Qdy = V x dx + V y dy = iˆV x + ˆjV y ⋅ iˆdx + ˆjdy = V ⋅ dr ...(5.40)
∫∫ ∇XV ⋅ kˆdxdy = ∫ Vσ ⋅ dr
A
∂
Jika gaya F melakukan usaha yang tidak bergantung pada lintasan, maka
gaya yang demikian disebut gaya konservatif. Sedang jika gaya F1 melakukan
usaha yang bergantung pada lintasan, gaya demikian disebut gaya non-
konservatif. Untuk mengetahui apakah suatu gaya itu konservatif atau tidak, dapat
iˆ ˆj kˆ
∂ ∂ ∂
∇ × F1 = = −kˆx
∂x ∂y ∂z
xy y2 0
iˆ ˆj kˆ
∂ ∂ ∂
∇ × F2 = = −2 y + 2 y = 0
∂x ∂y ∂z
(x 2
− y 2 ) − 2 xy 0
iˆ ˆj kˆ
∂ ∂ ∂ ∂ 2W ∂ 2W ˆj ∂W − ∂W + kˆ ∂ W − ∂ W
2 2
∇ × ∇W = = iˆ − −
∂x ∂y ∂z ∂z∂y ∂y∂z ∂x∂z ∂z∂x ∂x∂y ∂y∂x
∂W ∂W ∂W
∂x ∂y ∂z
∇ × ∇W = 0 ...(5.42)
F ⋅ dr = dW
sesuai dengan teorema differensial parsial sehingga
B B
∫A
F ⋅ dr = ∫ dW = W ( B) − W ( A)
A
...(5.44)
dimana W(A) dan (WB) adalah nilai dari W pada keadaan awal dan akhir. Karena
nilai integral hanya tergantung pada nilai awal dan nilai akhir, maka hasil integral
tidak bergantung pada lintasan integral.