Anda di halaman 1dari 15

BAB 5

INTEGRAL KOMPLEKS

1.1 Pendahuluan

Uraian tentang integral kompleks akan dimulai dengan uraian tentang integral

untuk fungsi kompleks tetapi dari variabel real.namun lebih dahulu ada baiknya

kalau ditinjau ulang integral real dari variabel real yang telah dibahas dalam
b b

∫ f ( x) ∫ g( x)
kalkulus. Dalam kalkulus telah dikenal definisi a dx= a dx. Untuk

fungsi f :[a,b] →R. ekstitensi integral ini dijamin jika diketahui bahwa f kontinu

pada [a,b]. diberikan fungsi g dengan g(x) = f(x) untuk a<x<b, sedang di a dan b

nilai g tidak perlu sama dengan nilai f, bahkan g tidak perlu didefinisikan
b
dikedua titik itu. apabila f terintegral pada [a,b], demikian juga fungsi g dan ∫ a
b
f(x) dx = ∫ a g(x) dx. Jika f kontinu sepotong- sepotong pada [a,b], maksudnya

jika terdapat {c0, c1,….,cn} dengan a = c0<c1<….<cn = b sehingga f kontinu pada


b
selang terbuka (cj-1, cj) dengan j = 1,…n, maka f terintegral pada [a,b] dan ∫ a f(x)
n
∑ ∫c cj

dx = j=i j−1 f(x) dx.

Fungsi kompleks dari variabel real F(t) dapat ditulis sebagai F(t) = U (t) + i V(t)

dengan U dan V fungsi real dari variabel real t.

P
101
1.2 Penyajian

1.2.1 Fungsi Kompleks Dari Variabel Real

Definisi :

Untuk fungsi bernilai kompleks dari variabel real F(t) = U(t) +i V(t) dengan a≤

t ≤ b, didefinisikan

∫ ba F(t) dt = ∫ ba U(t) dt +i ∫ ba V(t) dt. (1)

Integral kompleks diruas kiri(1) telah terdefinisikan dengan baik, sebab kita

telah mengenal definisi kedua integral fungsi real di rual kanan. Jika U dan V

kontinu sepotong – sepotong pada [a,b], maka kedua integral diruas kanan (1)

ada, dan demikian juga integral diruas kiri.

Sifat – Sifat

Tentang integral (1) berlaku sifat- sifat sebagai berikut

Re( ∫ b
a F (t )dt )=∫ b
a Re(F (t )dt (2)

Im
(∫ ba F (t )dt=∫ ba Im( F (t )dt (3)

∫ ba kF (t )dt=k∫ ba F(t )dt ,untuk konstanta k (4)

∫ ba F (t )dt=−∫ ba F (t )dt (5)

│ ∫ ba F (t )dt │≤ ∫ ba │F(t)│dt (6)

P
102
Untuk membuktikan (4) dituliskan k= p+iq dimana p dan q e real dan F(t) =

U(t) +i V(t), dan selanjutnya digunakan definisi (1). Kecuali rumus (6),

rumus- rumus yang lain tidak sukar dibuktikan.

Dimisalkan ∫ ba F (t )dt=r e iθ
diman r dan θ berturut –turut modulus dan

argument dari integral. Jika r = 0 maka ruas kiri dari (6) adalah nol, sehingga

(6) dengan sendirinya benar. Sekarang ditinjau untuk r > 0. Jadi │ ∫ ba F (t )dt │

= r > 0. Menurut (4), r = Re


(∫ b −iθ
a e F (t )dt= ∫
│ a
b −iθ
e F(t )dt │. Menurut (1)

diperoleh r = Re
(∫ ba e−iθ F (t )dt=∫ ba Re(e−iθ F(t )dt , menurun sifat integral

fungsi real, asalkan a≤ b, berlaku r ≤ ∫ ba │Re(e -iθ


F(t))│ dt < ∫ ba │e -iθ
F(t) │

dt = ∫ ba │F(t)│dt karena │e -iθ


│= 1. Denagn demikian lengkaplah bukti sifat

(6).

1.2.3 Lintasan

Jika g dan h fungsi bernilai real dan kontinu dari variabel real t dalam selang

tertutup [a,b], maka himpunan titik- titik (g(t),h(t) dibidang –xy dinamakan

suatu kurva. Jadi himpunan titik z dalam bidang kompleks, adalah suatu kurva

bila z = x +iy untuk x= g(t) dan y= g(t) dengan g dan h fungsi real kontinu

dari variabel real t dan t ε [a,b]. titik g (a)+ ih(a) dinamakan titik awal dan

g(b)+ih(b) dinamakan titik akhir kurva tersebut. Jika tidak ada titik kurva

P
103
yang berkawan kan dengan dua nilai t yang berlainan didalam [a,b], maka

kurva dinamakan kurva tunggal. Suatu kurva yang titik awal dan titik

akhirnya berimpitan, dinamakan kurva tertutup. Kurva tertutup yang tidak

memotong dirinya sendiri, dinamakan kurva tertutup tunggal. Kurva yang

tidak tertutup disebut kurva terbuka. Sebagai contoh, persamaan parameter

x=cost
C1 ( y=sin t 0 ≤ t ≤ π adalah kurva tunggal dan terbuka,

x=5 cost
C2 ( y=3sin t 0 ≤ t≤ 2 π adalah kurva tertutup tunggal.

Jika suatu kurva C = {z =g(t) +ih(t): a≤ t ≤b}mempunyai sifat bahwa g’ dan h’

ada dan kontinu pada [a,b], dan untuk t ∈ [a,b], nilai g’ (t) dan h’ (t) tidak

pernah bersama – sama nol, maka C disebut kurva mulus. Syarat untuk g’ dan

h’ ini menjamin bahwa gradien garis singgung pada C berubah kontinu

apabila P yang menyatakan titik singgung pada kurva bergerak dari titik yang

satu ke titik yang lain. Alasan inilah mengapa istilah mulus digunakan untuk

C.

Jika kurva C merupakan rangkaian beberapa kurva mulus C1, C2,….,Cn

sedemikian hingga tiitk akhir Cj berimpit dengan titik awal Cj+1 untuk j =

1,2….,n-1, maka kurva C dinamakan suatu lintasan. Jadi suatu lintasan

adalah suatu kurva yang mulus sepotong- sepotong. Lintasan C ini juga ditulis

C1+C2+….+Cn. dalam hal ini titik awal dan titik akhir C berturut- turut adalah
P
104
titik awal C1 dan titik akhir Cn. lintasan yang titik awal dan titik akhirnya

berimpit disebut lintasan tertutup. Lintasan tertutup yang tidak memotong diri

sendiri disebut lintasan tertutup tunggal. Lintasan tertutup yang tidak tertutup

tunggal disebut lintasan tertutup ganda. Perbatasan suatu daerah segitiga atau

daerah cakram adalah lintasan tertutup tunggal. Lintasan yang tidak tertutup

disebut lintasan terbuka. Perlu diperhatikan bahwa istilah terbuka dan tertutup

untuk kurva dan lintasan berbeda dengan yang untuk himpunan. Kurva

tunggal yang mulus adalah suatu lintasan dan kita namakan lintasan tunggal.

Diandaikan C suatu lintasan tunggal dengan persamaan x = g(t), y= h(t),

dengan a ≤ t ≤ b. arah positif C ditentukan sebagai arah sepanjang lintasan

dari titik awal menuju ke titik akhir. Arah yang sebaliknya dinamakan arah

negatif lintasan itu. jika C suatu lintasan yang tertutup tunggal, maka jika kita

bergerak ke depan menelusuri C sedemikian hingga daerah Int(C) selalu

berada disebelah kiri kita, maka arah ini kita namakan arah positif C;

sedangkan arah yang berlawanan disebut arah negatif. Gambar 17 akan

memperjelas perihal lintasan dan arahnya.

Gambar

P
105
Terbuka Tunggal Tertutup tunggal berarah positif

Tertutup tunggal berarah negatif

Terbuka ganda

Tertutup ganda

Pengertian lintasan ini sangat penting dalam teori integral fungsi bernilai

kompleks dari variabel kompleks, yang akan berperan sebagai selang

pengintegralan dalam teori integral tentu fungsi real dari satu variabel real.

Untuk mengakhiri pembahasan tentang lintasan, akan disajikan Teorema

Kurva Jordan yang tidak akan diberikan buktinya. Meskipun sangat mudah

dipahami, tetapi teorema ini sukar dibuktikan.

P
106
Gambar C
Ekst (C)

Int (C)
C Ekst (C)

Teorema Kurva Jordan

Teorema Kurva Jordan

Jika C suatu lintasan tertutup tunggal pada suatu bidang datar, maka bidang

datar akan terbagi menjadi tiga bagian yang saling asing oleh C sebagai

berikut.

1. Kurva C itu sendiri;

2. Interior C dinyatakan dengan Int(C ), yang merupakan himpunan terbuka

dan terbatas;

3. Eksterior C, dinyatakan dengan Ekst (C ), yang merupakan himpunan

terbuka dan tak terbatas.

Kurva C merupakan perbatasan dari kedua himpunan Int(C) dan Ekst (C ).

1.2.4 Integral Garis

P
107
Agar memudahkan pembahasan dan sekaligus menjembatani pembahasan

tentang integral fungsi kompleks sepanjang suatu lintasan, akan dibahas

dahulu integral garis fungsi real dari dua variabel real P(x,y) sepanjang

lintasan tunggal C yang disajikan dengan rumus.

C {¿ y=h(t) a ≤ t ≤ b.
x=g(t)
(1)

Dibuat suatu partisi P dari [a,b], yakni himpunan bagian hingga P = {t 0, t1,

…..,tn} dari [a,b] sehingga

a = t0 < t1 < t2 <…< tn = b (2)

terbagilah [a,b] menjadi n buah selang – bagian [tj-1, tj] yang panjangnya Δtj =

tj- tj-1 denagn j = 1,2,….,n. setiap t j berkorespondensi dengan satu titik (xj,yj )

pada C dengan xj = g(tj) dan yj = h(tj). Disetiap selang- bagian [tj-1, tj] diambil

titik sembarang t’j ∈ [tj-1, tj] yang berkorespondensi dengan titik (x’j, y’j) pada

C, dimana x’j = g(t’j) dan y’j = h(t’j).

Gambar

u = P(x,y)

a tj ti b xj-1 xj xi

t0 tj-1 tj tn 0 X

yj-1

P
108
yj (x0,y0) (xn,yn)

Dibentuk jumlah
n n
∑ P( x'j , y 'j )( x j −x j−1 )= ∑ P( x'j , y 'j ) Δx j
j =1 j=1 (3)

Jika untuk sembarang partisi P dari [a,b] dan untuk sembarang pengambilan

nilai tj ∈ [tj-1,tj], jumlah (3) mempunyai limit hingga untuk semua nilai Δtj

mendekati nol, maka nilai limit ini dinamakan integral garis fungsi P(x,y)

sepanjang lintasan C terhadap x.

Jika fungsi dua variabel real U = P (x,y) disajikan secara geometris sebagai

luasan dalam ruang –xyu, maka definisi integral garis ini dapat dijelaskan

dengan Gb. di atas Integral garis P(x,y) sepanjang lintasan C dinyatakan

dengan notasi ∫ c P( x , y )dx . Diatas dikatakan bahwa C suatu lintasan tunggal,


jadi g dan h kontinu pada [a,b]. jika diketahui bahwa P[x,y] kontiinu pada C,

maka integral garis diatas ada, dan dapat dibawa menjadi integral tentu biasa

terhadap t. karena g terdiferensial pada [a,b], maka menurut teorema nilai

rata- rata, untuk setiap j terdapat suatu τ j diantara tj-1 dan tj sehingga Δxj = xj

– xj-1 = g(tj) - g(tj-1) = g’ (


τ j )(t – t ). Jadi jumlah (3) menjadi
j j-1

n
∑ P(g (t'j ),h (t 'j ))g' ( τ j ) Δt j.
j=1 (4)

P
109
Karena P(g(t), h(t)) g’(t) kontinu [a,b], maka jika semua Δt j mendekati nol,

jumlah (4) yang sama dengan jumlah (3) menuju ke ∫a P( g(t ),h(t ))g'(t )dt .
kalau maks Δtj notasi unutk nilai yang terbesar dari Δt 1, Δt2,….., Δtn, maka

integral garis P(x,y) sepanjang C terhadap x dapat dirumuskan

∫ c P( x , y )dx= maks
n
lim
Δt j 0 ∑ P(g (τ j ), h( τ j )) g '( τ j ) Δt j =∫ ba P( g(t ), h(t )) g '(t )dt
j=1 (5)

Integral yang terakhir ini ada karena diketahui bahwa P,g,h dan g’ adalh

fungsi- fungsi kontinu. Jika sudah ditetapkan lintasan C dengan titik awal A

dan titk akhir B, maka integral garis itu sering ditulis ∫ AB P( x , y )dx, dan
integral garis sepanjang C pada arah yang berlawanan dituliskan

∫ BA P( x, y)dx .

Dengan cara yang serupa didefinisikan integral garis dari fungsi Q(x,y)

∫ C Q (x , y)dy. integral ini dapat


sepanjang C terhadap y yang diberi notasi

dibawa ke integral tentu terhadap t pada [a,b], sehingga

∫ C Q (x , y)dy=∫ ba Q (g(t ),h(t ),h'(t )dt . jumlah dua integral garis

∫ C P (x , y)dx+∫ C Q( x , y )dy ditulis ∫ C ( P( x, y)dx+Q( x , y )dy ).

P
110
Sifat –Sifat

Beberapa sifat dibawah ini mudah dibuktikan, dan buktinya diserahkan

kepada pembaca.

∫ C kP( x , y )dx=k∫ C P( x , y )dx , (k konstanta)

(6)

∫ AB P( x , y )dx=−∫ BA P (x , y)dx (7)

Jika lintasan C = C1 + C2+…..+Cn, dan n positif bulat, maka

∫ C P (x , y )dx=∫ C P( x , y )dx+.. .. . .+∫ C P( x , y )dx


1 n (8)

Untuk integral sepanjang lintasan tertututp tunggal C, biasanya tanda integral

dinyatakan dengan Φ . Jika lintasan B dibentuk dari lintasan C tersebut teteapi

arahnya berlawanan, maka berlaku

ΦC ( P( x , y )dx +Q( x , y )dy )=−Φ B ( P( x , y )dx+Q( x , y)dy) (9)

Contoh

Hitunglah J = ∫ C ( x 2 ydx+xy 2 dy) dimana lintasan C adalah


a) Garis patah berawal dari titik I melalui 1+I dan berakhir di titik 1.

b) Penggal garis dengan titik awal I dan titik akhir 1.

Soal ini kita selesaikan sebagai berikut:


x=t x=1
a) Lintasan C = C1+C2 dengan C1 ( y=1 0≤t≤1 , dan C2 ( y=t 1≥t≥0 .

P
111
Jadi J =

1 −1
∫ C ( x 2 ydx+xy 2 dy )+∫ C (x 2 ydx+ xy 2 dy )=∫ i0 x 2 dx+∫ 10 y 2 dy= 3 +(
1 2 3
)=0 .

b) Persamaan lintasan C { ¿ y=1−x x=x 0≤x≤1. dalam menyajikan lintasan C kita

gunakan variabel x sebagai pengganti variabel t. jadi, J =

∫ i0 [ x 2(1−x)dx+x(1−x )2(−dx)]=∫ i0(−2 x 3+3 x 2−x)dx=0

1.2.5 Integral Lintasan Kompleks

Sekarang kita siap membicarakan integral lintasan kompleks, yang kerap juga

disebut integral kontur kompleks, dengan memberi istilah kontur untuk

lintasan.

Diberikan fungsi f(z) = u(x,y) + i v (x,y) yang didefinisikan dan kontinu

sepotong- sepotong pada lintasan pada bidang kompleks C = {z = x + iy ; x =

g(t), y = h(t), a≤t≤b} dengan titik awal α dan β yang berturut-turut

berkorespondensi dengan t = a dan t = b. p adalah sebarang partisi dari [a,b],

yakni p = { t0, t1, …, tn} dengan a = t0 < t1 < … < tn = b. Oleh p terbagilah

lintasan C atas n bagian dengan titik ujung zj = xj + yj = g(tj) + i h(tj), j = 0,1,

…n.

Jika titik α dan β berturut-turut menyatakan titik awal dan titik akhir lintasan

C, akan kita nyatakan Cβα untuk menyatakan lintasan sepanjang C yang

P
112
arahnya berlawanan dengan arah C, jadi C = C αβ = - Cβα. Kita mempunnyai

rumus-rumus berikut :

∫C αβ
f (z )dz=−∫C f ( z )dz
βα (1)

∫C kf ( z )dz=k ∫C f ( z)dz , k konstanta (2)

∫C [ f 1( z)+f 2( z)]dz=∫C f 1( z)dz+∫C f 2( z )dz (3)

∫C f ( z)dz=∫C f (z )dz+∫C
1 2
f ( z)dz
(4)

Dengan C = C1 + C2 dan C1 = Cαγ + Cγβ dimana γ suatu titik pada C.

Contoh

Hitunglah ∫C f (z )dz jika f(z) = y – x + 6ix 2 dan lintasan C terdiri atas dua

penggal garis dari z = 0 sampai z = i dan dari z = I sampai z = 1 + i. pada

Gb.21 tampak bahwa


∫ C f ( z )dz=∫ C f ( z )dz +∫ C f ( z )dz
1 2 dengan persamaan

C1 { ¿ y=t x=0 (0≤t≤1 dan C2 { ¿ y=1x=t (0≤t≤1).

Menurut rumus (5):

1
∫ C f ( z )dz=∫ i0 0 dt +i∫ i0 tdt= 2 ,
1

1
∫ C f ( z)dz=∫ i0 (1−t )dt+i∫ i0 6 t 2 dt= 2 +2i .
2

i+5 i
∫ C f ( z)dz+ 2
.
Jadi
P
113
Y

i 1+i

0 X

Teorema

Jika f kontinu pada lintasan C yang panjangnya L, maka terdapat,

sehingga M≥0 , |f ( z)|≤M untuk z pada C dan |∫C F( z)dz≤M .L| (5)

Bukti

Tanpa mengurangi umumnya teorema, C dapat diambil lintasan tunggal,

dengan persamaan x = g(t), y = h(t), a≤t≤b , dengan g dan h’ kontinu untuk

t € [a,b]. Dengan demikian C sebagai himpunan bagian dari C merupakan

himpunan yang tertutup dan terbatas. Karena kontinu pada C, maka terdapat

M sehingga |f ( z)|≤ M untuk z pada C. Dalam kalkulus telah dikenal rumus

untuk panjang C adalah L = ∫a √[ g ' (t )2+h' (t )2 dt . Dengan demikian

P
114
b b
|∫ f (z )dz|=|∫a f (z(t ))z (t )dt|≤∫a |f (z(t ))||g (t )+ih (t )|dt≤
' ' '

diperoleh C

b
∫a M √ [ g' (t )2+h' (t )2 dt = ML.
Latihan Soal

Hitunglah ∫C ( y3 dx−x 3 dy) , jika C ¿¿ dengan 0 ≤ t ≤ 2π, dengan arah

C diambil arah positif.

Penyelesaian

Lintasan C adalah lingkaran berpusat di 0 dan beradius a, arah positif C

sesuai dengan gerakan (x,y) jika t bergerak dari 0 naik sampai 2π. Jadi

integral ini dapat dinyatakan dalam integral terhadap t,


∫C ( y 3 dx−x 3 dy)=∫0 3 3 3 3
[ a sin t(−a sin t )dt−a cos t (a cost )dt

4 2π 4 2π
=
−a ∫0
(sin
4
t +cos
4
t )dt=−a 0 ∫ 2 2
(1−2 sin cos t )dt

2π 3 1 3
−a 4 ∫0 ( − cos 4 t )dt=− πa 4
= 4 4 2

P
115

Anda mungkin juga menyukai