Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH STUDI HADITS

Ilmu Rijalil Hadits

Disusun oleh :

RANA SYIFA (11960124910)

SITI NURJANA (11960120892)

Dosen Pengampu :
Dr. Ahmadin Tohar, M. A.

UIN SUSKA RIAU

FAKULTAS PSIKOLOGI

PEKANBARU

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah untuk mata kuliah Ilmu
Hadits. Dan juga kami berterima kasih pada bapak Dr. Ahmadin Tohar., MA. Selaku
dosen Ilmu Hadits yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami bisa
menelaah lebih dalam tentang materi ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Ilmu Rijal al-Hadits. kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa
yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Pekanbaru, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. i


Daftar Isi ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Ilmu Rijal al-Hadits
a) Pengertian Ilmu Rijal al-Hadits ................................................................. 3
b) Urgensi Ilmu Rijal al-Hadits dalam Studi Hadits ...................................... 4
c) Contoh Aplikasi Ilmu Rijal al-Hadits ........................................................ 6
d) Kitab-Kitab Rijal al-Hadits......................................................................... 10
B. 3 Hadits Tentang Jiwa (an-nafs) dan Penjelasannya ........................................ 11
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bahwa sanad itu ialah rawi hadits yang dijadikan
sandaran oleh pentakhrij hadits dalam mengemukakan suatu matan hadits. Nilai
suatu hadits dangat dipengaruhi oleh hal-hal, sifatsifat, tingkah laku, biografi, dan
mazhab-mazhab yang dianutnya dan cara-cara menerima dan menyampaikan
hadits dari rawi.
Seorang penuntut ilmu hadits belum dianggap sempurna, jika belum
mendalami ilmu-ilmu yang berhubungan dengan sanad, di sampinh ilmu-ilmu
yang berpautan dengan matan hadits, seperti ilmu gharibil hadis, Asbabul wurud,
Tawarikhul mutun, Ilalul hadis, dan lain sebagainya. Sebab sudah dimaklumi
bersama, bahwa hadis itu terdidi dari matan dan sanad. Dengan demikian
menguasai ilmu sanad berarti dapat mengetahui setengah dari ilmu hadis. Dalam
ilmu hadis terdapat berbagai macam cabang ilmu yang membahas ilmu hadits dari
akar-akarnya hingga buah-buahnya. Salah satunya adalah ilmu Rijal al-Hadits.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Ilmu Rijalil Hadits
2. Apa Urgensi Ilmu Rijal al-Hadits dalam Studi Hadits
3. Apa sajakah Contoh Aplikasi Ilmu Rijal al-Hadits
4. Apa sajakah 3 Hadits Tentang Jiwa (an-nafs) dan Penjelasannya
5. Apa saja Kitab-Kitab Rijal al-Hadits
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Ilmu Rijalil Hadits
2. Mengetahui Urgensi Ilmu Rijal al-Hadits dalam Studi Hadits
3. Mengetahui Contoh Aplikasi Ilmu Rijal al-Hadits
4. Mengetahui 3 Hadits Tentang Jiwa (an-nafs) dan Penjelasannya
5. Mengetahui Kitab-Kitab Rijal al-Hadits

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ilmu Rijalil Hadits
a) Pengertian Ilmu Rijalil Hadits
Secara bahasa: kata rijalul hadis berasal dari kata: RIJAL dan HADITS,
dimana kata rijal berasal dari bahasa Arab yang berarti: beberapa laki-laki. Dan
kata tersebut , merupakan jama’ dari mufrad “‫ ”رجل‬yang artinya laki-laki.
Sedangkan kata hadits artinya: sesuatu yang disandarkan kepada nabi
Muhammad saw baik berupa perkataan, perbuatan dan penatapan, jadi ilmu
rijal hadits adalah: ilmu yang membahas tentang seseorang yang
menyandarkan segala sesuatu kepada Nabi Muhammad saw. Secara istilah:
‫العلم الذىبحث فيه عن احوال الرواة وسيرهم من الصحابة والتابعين واتباع التابعين‬
“ilmu pengetahuan yang dalam pembahasannya , membicarakan hal ihwal
dan sejarah kehidupan para rawi dari golongan sahabat, tabi’in dan tabi’it
tabi’in”
Maksudnya adalah ilmu yang membicarakan seluk beluk dan sejarah
kehidupan para perawi, baik dari generasi sahabat, tabi’in maupun tabi’it
tabi’in. ada pula yang berpendapat bahwa Ilmu Rijal al-Hadits adalah ilmu
yang mempelajari sejarah perawi-perawi hadits yang berpegang kepada
madzhab itu, dapat diterima atau ditolak riwayat mereka, dan pegagngan-
pegangan mereka, serta cara mereka menerima hadits. Ilmu Rijal al-Hadits
dinamakan juga dengan Ilmu Tarikh Ar-Ruwwat (Ilmu Sejarah Perawi) adalah
ilmu yang diketahui dengannya keadaan setiap perawi hadits, dari segi
kelahirannya, wafatnya, guru-gurunya, orang yang meriwayatkan darinya,
negeri dan tanah air mereka, dan yang selain dari itu yang ada hubungannya
dengan sejarah perawi dan keadaan mereka.
Dari pengertian tersebut, dapat diambil pemahaman bahwa kedudukan ilmu
ini sangat penting, mengingat objek kajiannya pada “matan” dan “sanad” ,
sebab kemunculan Ilmu Rijal al-Hadits bersamasama dengan periwayatan

3
hadits dan bahkan sudah mengambil porsi khusus untuk mempelajari ilm ini
sangat penting. Sebab nilai suatu hadits sangat dipengaruhi oleh karakter dan
perilaku serta biografi perawi itu sendiri.
Pertama kali orang yang sibuk memperkenalkan ilmuu ini secara ringkas
adalah Al-Bukhari (w.230 H) kemudian Muhammad bin Sa’ad (w.230 H)
dalam Thabaqatnya. Kemudian berikutnya Izzudin Bin al-Atsir (w.630 H)
menulis Usud Al-Ghabah Fi Asma Ash-Shahabah, Ibnu hajar Al-aswalani
(w.852 H) yang menulis Al-Ishabah Fi Tamyiz Ash-shahabah kemudian
dieingkas oleh as-suyuthi (w.911 H) dalam bukunya yang berjudul ‘ayn Al-
Ishabah. Al-Wafayat karya Zabir Muhammad bin Abdullah Ar-rubi (w.379 H)
b) Urgensi Ilmu Rijal al-Hadits dalam Studi Hadits
Secara eksplisit, penelitian atau kritik hadis selalu diarahkan pada kritik
sanad/kritik eksternal/naqd al-khariji dan kritik matan/kritik internal/naqd al-
dakhili. Pada naqd al-khariji, kajian difokuskan pada kualitas para perawi dan
metode periwayatan yang digunakan. Apakah kredibilitas para perawi dalam
hadis tersebut diakui dan apakah adat tahammul dan ada’nya menunjukkan
bahwa itu otentik hadis Nabi.
Berangkat realitas focus kajian kritik sanad pada penelitian kualitas para
rawi, maka keberadaan ilmu rijalil hadis tidak bisa dipandang sebelah mata.
Pertama, karena dengan ilmu ini terkuak data-data rijalil hadis yang terlibat
dalam civitas periwayatan hadis dari masa ke masa semenjak zaman
Rasulullah, baik dari segi biografi maupun dari segi kualitas rijalnya. Kedua,
dengan ilmu ini diketahui pula sikap dan pandangan para ahli hadis yang
menjadi kritikus (jarihun dan mu’addilun) terhadap para rawi yang menjadi
transmitter hadis dan sikap mereka dalam menjaga otentisitas hadis-hadis
Nabi. Ketiga, ini yang paling urgen, dengan ilmu ini-meski tidak secara
langsung-dapat diketahui kualitas dan otentisitas suatu hadis.
Terorientasinya ilmu Rijalil Hadis yang memiliki anak cabang Ilmu Tarikh
al-Ruwah (sejarah hidup Rawi) dan Ilmu Jarh wa al-Ta’dil (justifikasi kualitas

4
pribadi dan intelektualitas rawi), menjadikan kajian historis merupakan sesuatu
yamg teramat penting untuk ilmu ini.
Sebagai produk historisitas yang terikat spatio-temporal tertentu, Ilmu
Rijalil Hadis yang menjadikan manusia sebagai subyek dan sekaligus
obyeknya harus dapat memaparkan bahasan dan temuannya dalam skala
intersubyektif. Kajian Ilmu Rijalil Hadis yang mengarahkan para figure rawi
dalam dataran teoritis seharusnya menginformasikan jawaban terhadap
pertanyaan what, who, where dan why.
Idealitas yang demikian tentu perlu diupayakan semaksimal mungkin,
karena dataran realitas berbicara lain. Dalam dataran realitas, bagaimanapun
juga harus diakui aktivitas Ilmu Rijalil Hadis yang melibatkan tokoh dan pakar
yang hidup beberapa abad sebelumnya sampai pada masanya terpaku pada
kajian terhadap kitab-kitab yang berkompeten tentang itu. Dus, kajian terhadap
rawi yang memiliki rentang waktu yang panjang dari masa sekarang pada
akhirnya merupakan kajian terhadap produk-produk tertulis yang mereka
wariskan kepada kita.
Dengan menjadikan kitab-kitab Rijalil Hadis sebagai acuan, memunculkan
banyak persoalan. Bagaimana sebenarnya kedudukan kitab-kitab tersebut
dengan mempertimbangkan data-data yang umumnya diberikan. Ini sangat
penting, karena realitas kajian yang dilakukan seorang peneliti biografi dan
kualitras pribadi maupun intelektualitas rawi pada umumnya tidak berhenti
pada kajian terhadap beberapa orang, tetapi terhadap ribuan bahkan puluhan
ribu rawi yang semasa maupun yang hidup beberapa abad sebelumnya, yang
seringkali memiliki kesamaan nama sampai beberapa tingkat. Mungkinkah ahli
hadis/kritikus dapat memahami secara menyeluruh terhadap berpuluh ribu
rawi.
Persoalan semakin bertambah dengan adanya realitas perbedaan metode
yang digunakan para peneliti rawi dalam menuliskan karyanya yang nantinya
dijadikan acuan bagi orang-orang yang hidup sesudahnya. Ada yang disusun

5
berdasarkan abjad, ada yang berdasar tabaqah dan ada yang didasarkan pada
criteria-kriteria tertentu. Kondisi inilah yang menyulitkan bagi pengkaji Ulum
al-Hadis, karena adanya keharusan merujuk sebanyak mungkin kitab-kitab
dengan berbagai metodenya untuk mendapatkan data yang selengkap mungkin.
Diskurusus yang muncul dalam penilaian ahli hadis terhadap rawi sebagai
final step ialah adanya perbedaan kaedah yang dipegangi ahli hadis dalam
memberikan penilaian seringnya terjadi perbedaan pandangan di kalangan
mereka. Sebagaian menilai seorang rawi dengan predikat “cacat”, sementara
yang lain menilai sebaliknya. Kenyataan inilah yang membawa pada
perbedaan sikap dalam menghadapi fenomena penilaian yang tidak seragam
terhadap rawi yang sama. Ada ahli hadis yang menentukan penilaian rawi
berdasarkan pandangan mayoritas, ada pula yang menentukan didasarkan pada
penilaian yang diikuti argumentasi yang jelas, dan sebagainya.
Namun sebenarnya, diskursus yang lebih penting bukan sekedar pada
ketidakseragaman penilaian ulama’ hadis terhadap rawi yang dikritiknya
ataupun ketidakseragaman kaedah jarh dan ta’dil yang dipeganginya. Tetapi
lebih pada realitas keberadaan kritikus-bagaimana kondisi sosio-kulturalnya,
ada tidaknya persoalan pribadi antara penilai dengan rawi yang dinilai, apa
spesialisasi kritikus, atas dasar parameter apa kritukus melakukan aktivitas
penilaian, metode/pendekatan apa yang dipergunakan kritikus dalam
mengumpulkan data dan menilai para rawi serta dapat tidaknya penilaian
kritikus diterima secara akademis-terhadap rawi yang dikritiknya.
Dengan demikian pada dasarnya persoalan yang ada dalam aktivitas
kritikus sanad melalui wadah Ilmu Rijalil Hadis adalah bagaimana metodologi
yang diberlakukan ulama’ hadis dalam melakukan penilaian dan bagaimana
pula metodologi yang seharusnya berlaku dalam Ilmu Rijalil Hadis.
c) Contoh Aplikasi Ilmu Rijal al-Hadits
Dengan ilmu ini kita dapat mengetahui, keadaan para perawi yang
menerima hadits dari Rasulullah dan keadaan perawi yang menerima hadits

6
dari sahabat dan seterusnya. Dan juga dapat ditentukan kualitas serta tingkatan
suatu hadis dalam permasalahan sanad hadis.
،َ‫ َع ْن أَبِي ُه َر ْي َرة‬،‫ين‬ ِ ‫ َع ْن ُم َح َّم ِد ْب ِن ِس‬،‫ َع ْن ِه َش ٍام‬،‫ان‬
َ ‫ير‬ َ ‫ َح َّدثََنا ُم َح َّم ُد ْب ُن َم ْر َو‬:‫ال‬َ َ‫ ق‬،‫َو َح َّدثََنا َج ِمي ُل ْب ُن اْل َح َس ِن‬
ٍ ‫َن ي ْغس َل س ْبع م َّر‬ ِِ ِ ‫اء أ‬ِ
‫ات‬ َ َ َ َ ُ ْ‫ب أ‬ ُ ‫َحد ُك ْم ِإ َذا َولَ َغ فيه اْل َكْل‬
َ ‫ور ِإَن‬ ُ ُ‫ “طُه‬:‫ال‬ َ َ‫النبِ ِّي ق‬
َّ ‫”ع ِن‬
َ
Artinya : “ Dan telah mengatakan pada kami Jamil bin Hasan, berkata
bahwa Muhammad bin Marwan telah berkata dari Hisyam, dari Muhammad
bin Sirin, dari Abu Hurairah, bahwasannya Nabi Muhammad bersabda “
(Cara) Mensucikan sebuah bejana salah satu dari kalian apabila terkena air
liur seekor anjing adalah dengan membasuhnya sebanyak tujuh kali ”
Dalam penelitian sebuah hadits untuk melihat kashahihan hadist tersebut,
kaidah ilmu hadis menyatakan bahwa yang pertama kali perlu diteliti adalah
sanad-nya. Bila sanad-nya dinyatakan shahih, barulah matan-nya bisa
diperhatikan. Bila tidak, maka matan-nya dipandang tidak shahih lagi. Untuk
menguji keshahihan sanad hadis di atas, berikut ini akan ditelusuri identitas
para perawinya. Jalur periwayatannya adalah :
Rasulullah Abu Hurairah, Muhammad bin Sirin, Hisyam, Muhammad bin
Marwan, Jamil bin Hasan, Ibnu Khuzaimah
Berikut adalah pemaparan identitas para perawi tersebut:
1. Abu Hurairah
Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Shahr. Beliau memiliki nama
julukan Abu Hurairah dan nama yang masyhur Abu Hurairah Ad-Dausi.
Beliau adalah seorang sahabat Rasulullah. Ibnu Hajjar al-Asqalani berkata
bahwa beliau adalah seorang hafidz yang terkenal.
Beliau tinggal di Yaman, dan wafat pada tahun 57 H.
Beliau meriwayatkan hadits langsung dari Rasulullah S.A.W. Selain itu
beliau juga meriwayatkan hadits dari Abu Bakar, Umar, Aisyah, Ubay bin
Ka’ab, dan lainnya.
Sedang murid-murid beliau adalah, Muhammad bin Sirin, Ibrahim bin
Ismail, Anas bin Malik, Jabir bin Abdillah dan masih banyak lagi.

7
2. Muhammad bin Sirin
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Sirin Al-Anshari, Abu Bakar
bin Abi Amrah Al-Bashri. Julukan beliau adalah Ibnu Sirin.
Beliau lahir pada 33 H dan wafat pada 110 H.
Ibnu Mu’in berkata bahwa ia adalah perawi yang tsiqah.
Beliau pernah berguru kepada Abu Darda, Abu Hurairah, Abi Said Al-
Khudri, Abi Qatadah Al-Anshari, dan lainnya.
Sedang murid-murid beliau adalah Habib bin Syahid, Qatadah, Ayub,
Hisyam bin Hasan, Tsabit, dan lainnya.
3. Hisyam
Nama lengkapnya adalah Hisyam bin Hasan Al-‘Azdi Al-qurdusy Abu
‘Abdillah bin Al-Bashri. Beliau adalah seorang perawi yang tsiqah.
Beliau berasal dari Bashrah, dan wafat pada 145 H.
Guru- guru beliau yaitu : Anas bin Siriin, Humaid bin Hilal, Hasan Al-
Bashri, Muhammad bin Sirin, Abi Ma’sar Ziyad bin Kalib, Ayub bin
Musa, Abdul Aziz bin Shahib, Qais bin Said Al-Maki, Hisyam bin ‘Urwah,
Muhammad bin Wasi’, Suhail bin Abi Shalih, dan lainnya.
Murid-murid beliau yaitu : Akramah bin Umar, Said bin Abi ‘Urwah,
Syu’bah, Zaidah, Hamadan, Sufyanan, Abdullah bin Idris, dan seterusnya.
4. Muhammad bin Marwan
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Marwan bin Qudamah
Al-‘Uqaili. Beliau mempunyai nama popular Muhammad bin Marwan Ajli.
Al-Ajiri berpendapat dari Abu Dawud bahwa ia adalah orang yang jujur.
Dan berkata lagi bahwa ia adalah orang yang tsiqah.
Guru-gurunya adalah : Said Al-Maqbiri, Yunus bin Abid, Dawud bin Abi
Hanid, Abdul Malik bin Abi Nadhirah, Hisyam bin Hasan, Umarah bin
Abi Hafshah,dan lainnya.
Murid-muridnya adalah : Musadad, Yahya bin Mu’in, Jamil bin Hasan,
Siyar bin Hatim, Muhammad bin Abi Bakar Al-Maqriyi, Abdillah bin

8
Yusuf Al-jizy, Ahmad bin ‘Abidillah Al-Ghadani,Abu Bakar bin Abi
Syibah, Abu Musa Muhammad bin Matsna, Muhammad bin Abi As-Sari
Al-‘Asqalani, dan seterusnya.
5. Jamil bin Hasan
Nama lengkap beliau adalah Jamil bin Hasan bin Jamil Al-‘Ataki Al-
Jahdhami. Nama populernya adalah Jamil bin Hasan Al-Hamshi.
Beliau tinggal di Bashrah, dan wafat pada tahun 251 H.
Guru-gurunya adalah Abdul A’la bin Abdul A’la, Al-Hadzil bin Hakam,
Muhammad bin Marwan Al-A’qili, Abdul Wahab Ats-Tsaqafi,
Muhammad bin Hasan, dan lainnya.
Murid-Muridnya adalah Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Abu Bakar bin Abi
Daud, Al-qadli Abu Umar Muhammad bin Yusuf, dan lainnya.
Periwayatannya dinilai dhaif. Abu Ahmad bin ‘Adi berkata bahwa aku
telah mendengar dua orang budak yang menghadap kepada Jamil bin
Hasan berkata bahwa ia adalah seorang pembohong yang fasiq dan fajir.
6. Ibnu Khuzaimah
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah
al-Naisabury. Lahir di Naisabur, bulan Shafar tahun 223 H. Wafat pada 2
Dzul Qa’dah 311 H.
Penilaian ulama terhadap Ibnu Khuzaimah salah satunya perkataan At-
Thabrani “Ibnu Khuzaimah adalah orang yang kokoh hafalannya, tidak
memiliki tandingan.
Diantara guru-guru beliau adalah : Muhammad bin Mihran, Musa bin Sahl
al-Ramli, Abdul Jabbar bin al-‘Alaa’, Muhammad bin Harb, dan masih
banyak yang lainnya.
Sedang diantara murid-muridnya adalah : Yahya bin Muhammad bin Sa’id,
Abu Ali bin an-Naisaburi dan Khalaiq.

9
Kesimpulan :
Dari kajian sanad di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sanad hadis ini
tidak memenuhi syarat keshahihan sanad. Sebab syarat-syarat keshahihan
sanad ialah ittishal al-sanad (ketersambungan sanad), tsiqqahu al-ruwah (para
perawinya kredibel), dhabtu al-ruwah) intelektualitas perawi. Sedang dalam
penelitian rijalil hadits di atas tidak ditemukan ketersambungan sanad pada
Hisyam dan Muhammad bin Marwan karena tidak ada bukti bahwa salah satu
murid Hisyam adalah Muhammad bin Marwan. Selain itu sanad di atas tidak
memenuhi tsiqqahu al-ruwah karena ada salah satu perawi, yaitu Jamil bin
Hasan yang kredibilitasnya diragukan. Beliau juga satu-satunya perawi yang
berstatus dhaif. Maka terdapat cela ('illat) pada sanad hadits tersebut.
d) Kitab-Kitab Rijal al-Hadits
a. Kitab-kitab tentang sahabat
- Ma’rifah man Nazala min al-Sahabah sair al-Buldan, karangan Abu al-
Hasan Ali Ibnu Abdullah al-Madani (161-234 H). Kitab ini terdiri dari
5 juz.
- Kitab al-Ma’rifah, karangan abu Muhammad Abdullah Ibnu Isa al-
Marwazi (220-293 H). Kitab ini terdiri dari 100 juz.
- Kitab al-Sahabah, karangan Abu Hatim Muhammad Ibnu Hibban al-
Busti. Kitab ini terdiri dari lima juz.
- Al-Isti’ab fi Ma’rifah al-Ashab, karangan Abu Umar Yusuf Ibnu
Abdillah Ibnu Muhammad Ibn Abdil Barr al-Namiri al-Qurtubi (368-
463 H). Kitab ini terdiri dari empat juz.
- Usul al-Gabah fi Ma’rifah al-Ashab, karangan Izzuddin Abdul Hasan
Ali Ibn Muhammad Ibn al-Asir (555-630 H). Kitab ini terdiri dari lima
jilid.
- Tajirid Asma’ al-sahabah, karangan al-Hafidz Syamal-Din Abu Abdillah
Muhammad Ibn Ahmad al-Zahabi (673-748 H). Kitab ini terdiri dari
dua juz.

10
- Al-Isabah fi Tamyiz al-sahabah, karangan Syihab al-Din Ahmad Ibn Ali
al-Kanani al-Asqalani (773-852 H). Inilah selengkap-lengkap kitab
yang telah dikarang ulama’ dalam bidang ini. Kitab ini terdiri dari
delapan juz.
- Al-Riyad al-Mustathabah fi Jumlah man Rawa fi Sahihain min al-
Sahabah, karangan Yahya Ibnu Abi Bakr al-Suyuthi (849-911 H).
- Al-Bad al-Munir fi Sahabah al-Basyir al-Nazir, karangan Muhammad
Qaim Ibn Salih al-Sindi.
b. Kitab-kitab yang ditulis dengan sistem tarikh
- Tarikh al-Ruwah, karya Ibnu Ma’in (158-233 H). Selain menulis kitab
ini Yahya Ibnu ma’in dalam bidang ini juga menulis kitab: Ma’rifah al-
Rijal dan al-tarikh wa al-Ilal.
- Al-Tarikh, Karya Abu Amr Khalifah Ibn Khayyan al-Syaibani (…-240
H).
- Al-Tarikh, karya Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hambal (164-241 H).
- Al-Tarikh al-Kabir, karya Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail al-
Bukhari (194-256 H). Kitab ini terdiri dari empat juz. Selain
mengarang kitab ini al-Bukhari dalam bidang ini juga menulis kitab: al-
Tarikh al-wasit dan al-Tarikh al-sagir.
- Al-Tarikh al-Kabir, karya Abu Umar Ahmad Ibn Sa’id al-Sudafi (284-
350 H). Ibnu Khair berkata:”kitab ini terdiri dari delapan puluh lima
juz”.
- Al-Hidayah wa al-Irsyad fi Ma’rifah ahl al-Siqah wa al-Sidad, karya
Abu al-Nasr Ahmad Ibn Muhammad Ibn Husain al-Kalabazi (306-398
H).
- Tarikh Naisabur, karya Muhammad Ibn Abdillah al-Hakim al-Naisabur
(321-405 H). Selain menulis kitab ini al-Hakim dalam bidang ini juga
menulis kitab: Tarajim al-Syuyukh dan Tasmiyah man la Akhrajahum
al-Bukhari wa Muslim.
- Tarikh Baghdad, karya Abu bakar Ahmad Ibn Ali Ibn Sabit Ibn Ahmad
al-Baghdadi al-Khatib (392-493 H). Kitab ini terdiri dari empat belas
juz. Selain menulis kitab ini al-Khatib al-baghdadi dalam bidang ini
juga menulis kitab al-Sabiq wa al-Lahiq fi Taba’udi ma baina al-
Rawiyain an Syaikhin Wahid.
- Tarikh Wasit, karya Abu al-Hasan Aslan bin Sahl (-288 H) dan lebih
terkenal dengan sebutan Bahsya al-Wasiti.

11
- Al-Jami’ Baina al-Sahihain, karya Abu al-Fadl Muhammad Ibn Tahir
al-Maqdisi (448-507) H. Kitab ini terdiri dari dua jilid. Selain menulis
kitab ini al-Maqdisi dalam bidang ini juga menulis kitab; Tarikh Ahli
al-Syam wa Ma’rifah al-Aimmah minhum wa al-A’lam, Idlah al-Isykal
fi Man Ubhima Ismuhu Min al-Nisa wa al-Rijal, dan al-Mughni fi
Asma’ Rijal al-Hadis.
- Tarikh Dimasyq, karya Abu al-Qasim Ali Ibn al-Husain Ibn Asakir al-
Dimasyqi (499-571 H). Kitab ini terdiri dari empat puluh jilid. Selain
menulis kitab ini Ibnu Asakir dalam bidang ini juga menulis: Tarikh al-
Mizzah, Mu’jam al-Syuyukh wa al-Nubala’, dan al-Mu’jam al-
Musytamil ala asma’ al-Kutub al-Sittah.
- Al-Kamal fi Asma’ al-Rijal, karya Abu Muhammad abdul Ghani Ibn
Abdul Wahid al-Maqdisi (541-600 H).
- Jami’ al-Ushul li Ahadis al-Rasul, karya Majduddin Abu al-Sa’adat
Mubarak Ibn Muhammad Ibn al-Asir al-jazairi (544-606 H). Kitab ini
terdiri dari sepuluh juz.
- Al-Mu’jam fi Tarikh al-Muhaddisin, karya Abu al-Mudaffar Abdul
Karim Ibn  Mansur al-Sam’anni (…615 H). Kitab ini terdiri dari empat
jilid.
- Al-Taqyid Li Ma’rifah Ruwah al-Sunan wa al-Masanid, karya
Muhammad Ibnu Abdil Gani Ibn Abi Bakr Ibn Nuqtah al-Hanbali al-
Bagdadi (…629 H).
- Tahzib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal, karya Jamaluddin Abu al-Hajjaj
Yusuf Ibnu Abd al-Rahman al-Mizzi al-Dimasyqi (654-743 H0. Kitab
ini terdiri dari lima puluh juz. Kitab ini memperbaiki kitab al-Kamal fi
Asma’ al-Rijal karya Abdul Gani Ibnu Abdil Wahid al-Maqdisi.
- Tazhib Tahdzib al-Kamal, karya Muhammad Ibn Ahmad Ibn Usman al-
Dzahabi (673-748 H). Kitab ini mengikhtisharkan kitab Tahzib al-
Kamakl karya al-Mizzi. Selain menulis kitab ini al-Zahabi dalam
bidang ini juga menulis kitab: Al-Kasyif an-Rijal al-Kutub al-Sittah.
Seperti halnya kitab al-Tahzib, kitab al-Kasyif ini pun
mengikhtisharkan kitab Tahzib al-Kamal; Tarikh al-Islam wa Tabaqah
al-Masyahiri wa al-A’lam. Kitab ini terdiri dari tiga puluh enam jilid;
Siyar al-A’lam al-Nubala. Kitab ini mengikhtisarkan kitabnya Tarikh
al-Islam tersebut. Kitab ini terdiri dari empat belas jilid.
- Al-Tazkirah bi Rijal al-Asyrah, karya Muhammad Ibn Ali Ibn Hamzah
al-Husaini al-Dimasyqi (715-765 H)). Kitab ini menerangkan rawi-rawi
dalam Muwatta’ Malik, Musnad a-Syafi’i, Musnad Ahmad, Musnad
Abu Hanifah dan al-Kutub al-Sittah.
- Tahzib al-Tahzib, karya syihabuddin Abul Fadl Ahmad Ibn Ali Ibnu
Hajar al-Asqalani (773-852 H). Kitab ini terdiri dari dua belas jilid.
Kitab ini menyarikan kitab Tahzib al-Kamal karya al-Mizzi. Selain
menulis kitab ini menyarikan kitab Tahzib al-Tahzib tersebut.

12
- As’af al-Mubatta’ bi Rijal al-Muwatta’, karya Jalaluddin Abdurrahman
Ibn al-Kamal al-Suyuti (849-911 H).
c. Kitab-kitab yang ditulis dengan sistem Tabaqat
- Al-Tabaqh al-Kubra, karya Muhammad Ibn Sa’ad Ibn Mani’ (168-230
H). Kitab ini terdiri dari tiga belas jilid. Selain menulis kitab ini Ibn
Sa’ad dalam bidang ini juga menulis kitab al-Tabaqah al-Sugra.
- Tabaqah al-Ruwah, karya Abu Amer Khalifah Ibn Khayyat al-Syaibani
(…240 H).
- Tabaqah al-Tabi’in, karya Muslim Ibn al-Hajjaj al-Qusyairi (204-261
H).
- Al-Tabi’in, karya Abu Hatim Muhammad Ibn Hibban al-Busti (270-
354 H). Kitab ini terdiri dari dua belas juz. Selain menulis kitab ini,
Ibnu Hibban dalam bidang ini juga menulis kitab: Atba’ al-Tabi’in,
terdiri dari lima belas juz; Tubba’ al-Tabi’I, terdiri dari lima belas juz;
dan al-Tabaqat al-Asbihaniyyah.
- Tabaqah al-Muhaddisin wa al-Ruwah, karya Abu Nu’aim Ahmad Ibn
Abdillah Ahmad al-Asbihani (336-430 H).
- Tabaqah al-Huffaz, karya Syamsuddin Muhammad Ibn Ahmad Ibn
Usman al-Zahabi (673-748 H). Kitab ini terdiri dari empat juz. Selain
menulis kitab ini al-Zahabi dalam bidang ini juga menulis kitab Tarikh
al-Islam wa Tabaqah al-Masyahir wa al-A’lam.
- Tabaqah al-Huffaz, karya Jalaluddin Abdurraman Ibn al-Kamal Ibn
Abi Bakr al-Suyuthi (849-911 H).
- Mukhtasar Tabaqah Ulama’ Afriqiyyah wa Tunis, karya Abu al-Arab
Muhammad bin Ahmad al-Qairuni (-333 H). Kitab inilah yang
kemudian diringkas kembali oleh Abu Umar Ahmad bin Muhammad
al-Mu’ariifi al-Talmanki, dalam bidang ini juga menulis kitab: Al-
Asma wa al-Kuna al-Asma al-Mubham fi al-Anba al-Muhkamah, dan
Talkhis al-Mutasyabih fi al-Rasm fi Asma al-Ruwah.
d. Kitab-kitab tentang nasab-nasab
- Ma Ittafaqa min Asma’ al-Muhaddisin wa Ansabuhu Gaira Anna fi
Ba’dlihi Zyadah Harf Wahid, karya Abu Bakr ahmad Ibn Ali Ibn Sabit
al-Baghdadi (al-Khatib) (392-463 H).
- Al-Ansab al-Muttafaqah fi al-Khatt al-Mutamasilah fi al-Naqd wa al-
Dabt, karya Muhammad Ibn Tahir al-Maqdisi (488-507 H).
- Iqtibas al-Anwar wa Iltimas al-Azhar fi Ansab al-Sahabah wa Ruwah
al-Asar, karya Abu Muhammad Abdullah Ibn Ali al-Lakhmi al-
Andalusi (al-Rasyati) (446-542 H).

13
-
Al-Ansab, karya Taj al-Islam Sa’id Abdul Karim Ibn Muhammad Ibn
Abi al-Tamimi Sam’ani (506-562 H).
- Al-Lubab, karya Ali Ibn Muhammad al-Syaibani al-Jazari (555-630 H).
Kitab ini terdiri dari tiga jilid. Kitab ini mengikhtisarkan kitab al-Ansab
karya al-Sam’ani.
- Nisbah al-Muhaddisin ila al-Aba’ wa al-Buldan, karya Muhibuddin
Muhammad Ibn Mahmud Ibnu al-Najjar (578-643 H).
- Al-Aknab fi Takhsis Kutub al-Ansab, karya Qutbuddin Muhammad Ibn
Muhammad al-Khaidari al-Syafi’I (821-894 H).
B. 3 Hadits Tentang Jiwa (an-nafs) dan Penjelasannya
1. ‫ فَأَبَ َواهُ يُهَ ِّودَانِ ِه أَوْ يُنَصِّ َرانِ ِه أَوْ يُ َمجِّ َسانِ ِه‬،ُ‫ب َع ْنهُ لِ َسانُه‬ ْ ِ‫ُكلُّ َموْ لُوْ ٍد يُوْ لَ ُد َعلَى ْالف‬
ِ ‫ َحتَّى يُع‬،‫ط َر ِة‬
َ ‫ْر‬
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara),
maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.”
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan ath-Thabarani dalam al-
Mu’jamul Kabir. Al-Imam
Penjelasan :
Disini dijelaskan bahwa manusia lahir dengan fitrah nya yang suci, orang
tua nya lah yang menjadikan majusi, yahudi, atau agama/kepercayaan lain
nya.
2. Diriwayatkan bahwa Muslim bin Musykam berkata bahwa dia mendengar
al-Khusyani berkata, “saya pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘beri
tahukanlah kepada saya bagaimana caranya mengetahui bahwa sessuatu itu
di halalkan atau diharamkan bagi saya.’ Rasulullah SAW. Kemudian
berdiri. Setelah meluruskan pandangannya beliau bersabda,“Sesuatu yang
baik itu adalah yang membuat perasaan (nafs) tenteram dan hati tenang.
Sebaliknya, dosa itu adalah yang membuat perasaan tidak tenang dan hati
gelisah sekalipun orang banyak memberikan fatwa.” (HR. Ahmad).
Penjelasan :
Rasulullah saw menerangkan bahwa fitrah (karakter dasar) manusia
adalah baik (cenderung kepada kebaikan) dan sesungguhnya Allah

14
menjadikannya sebagai tolak ukur (hakim) terhadap apa-apa yang akan
dilakukan atau diusahakannya. Artinya, jika nurani merasa tenang dan
mantap terhadap sesuatu maka sesuatu itu halal dan baik. Sebaliknya, jika
nurani menentang maka hal itu menandakan sesuatu itu dosa dan
penyimpangan dari kebenaran. Walaupun demikian, hal tersebut
mempunyai persyaratan bahwa nurani yang dimaksud adalah yang
senantiasa berserah diri kepada Allah.
3. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bertanya kepada Abdullah
bin Amru bin ‘Ash, “Engkau orang yang senatiasa puasa sepanjang hari
dan melakukan shalat sepanjang malam?” Abdullah menjawab, “Benar.”
Rasulullah saw. kemudian berkata, “Jika kamu teruskan kebiasaan seperti
itu maka matamu akan sakit dan jiwamu akan menjadi letih. Tidak
dibolehkan melakukan puasa dahr (setiap hari). Berpuasa tiga hari (disetiap
pertengahan bulan) adalah laksana berpuasa sepanjang tahun.”Abdullah
lalu berkata, “Akan tetapi, saya merasa sanggup melakukan yang lebih dari
itu.” Rasulullah saw. selanjutnya menjawab, “Jika demikian maka
berpuasalah seperti puasanya Dawud a.s., yaitu berpuasa sehari kemudian
berbuka sehari” (HR Bukhari).
Penjelasan :
Dalam hadist ini, Rasulullah SAW mengisyaratkan bahwa ketenangan dan
ketenteraman hati seorang mukmin sangat terkait dengan keridhaan Allah
SWT. Hadist ini menjelaskan bahwa keadaan jiwa kita akan tenang dan
letih kita akan hilang jika kita senantiasa kembali kepada allah dengan
melalui ibadah ibadah berupa sholat malam, puasa sunnah, dll

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu Rijal al-Hadits ialah ilmu yang mempelajari seluk-beluk dan sejarah
hidup para perawi hadits. Ilmu ini juga dinamakan dengan Ilmu Tarikh Ar-
Ruwwat (Ilmu Sejarah Perawi) adalah ilmu yang mengetahui keadaan setiap
perawi hadits. Ilmu Rijal al-Hadits ini berfungsi untuk mengetahui, keadaan para
perawi yang menerima hadits dari Rasulullah dan keadaan perawi yang menerima
hadits dari sahabat dan seterusnya. Dan juga dapat ditentukan kualitas serta
tingkatan suatu hadis dalam permasalahan sanad hadis.
Sebagai produk historisitas yang terikat spatio-temporal tertentu, Ilmu
Rijalil Hadis yang menjadikan manusia sebagai subyek dan sekaligus obyeknya
harus dapat memaparkan bahasan dan temuannya dalam skala intersubyektif.
Kajian Ilmu Rijalil Hadis yang mengarahkan para figure rawi dalam dataran
teoritis seharusnya menginformasikan jawaban terhadap pertanyaan what, who,
where dan why.

B. Saran
Dalam mempelajari ilmu hadits, tidak ketinggalan kita untuk memahami
lebih lanjut mengenai seluk beluk dan sejarah hidup para perawi hadits.

16
DAFTAR PUSTAKA

Desi S. Wati, dkk. 2013. Ilmu Rijal al-Hadits. IAIN Walisongo Semarang

H. Muslimin. 2017. Hakekat Jiwa dan Karakteristiknya Perspektif Al-


Qur’an. Vol. 28 No. 1

Lokman Muchsin . 2018. Pengertian jiwa menurut Al Qur’an dan Al


Hadits (AKHLAK BAG. II). Diakse pada
http://lokmanmuchsin.blogspot.com/2018/01/pengertian-jiwa-
menurut-al-quran-dan-al.html?m=1

Makalah Ringkasan Ilmu Rijalul Hadis. 2016. ilmu-


ushuluddin.blogspot.com

Vilda Labiba. 2017. Aplikasi Ilmu Rijalil Hadits pada Hadits. Diakses
pada http://lalalabiba.blogspot.com/2017/10/aplikasi-ilmu-rijalil-
hadits-pada-hadits.html

Anda mungkin juga menyukai