Anda di halaman 1dari 6

UPAYA MEMPERSIAPKAN KADER-KADER MUNDZIRUL QAUM

DI BUMI UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR KAMPUS


MANTINGAN

GUNA MENAMBAH OZON KEBERKAHAN

Oleh : Helma Autharina Salsabil Nahda

Lingkungan merupakan salah satu tempat yang sangat berpengaruh dalam


membentuk akhlak seseorang. Lingkungan yang positif bisa membentuk seseorang
menjadi pribadi berkarakter positif, sebaliknya lingkungan yang negatif dan tidak
sehat bisa membentuk pribadi yang negatif pula. Dalam proses perkembangan anak,
lingkungan merupakan faktor yang sangat penting setelah pembawaan. Tanpa
adanya dukungan dari faktor lingkungan maka proses perkembangan dalam
mewujudkan potensi pembawaan menjadi kemampuan nyata tidak akan terjadi.
Oleh karena itu fungsi atau peranan lingkungan ini dalam proses perkembangan
dapat dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akan mempengaruhi
perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik1. Keluarga dan masyarakat
merupakan lingkungan yang sangat dominan dapat membentuk dan
mempengaruhi karakter dari setiap manusia, terutama mahasiswa2.

Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam membangun


karakter-karakter individu yang ada di dalamnya. Karena ini secara tidak langsung
akan berpengaruh juga terhadap cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi
dengan sesama manusia (habluminannas) ataupun dengan sang maha pencipta
(habluminallah). Seperti yang dikatakan oleh Allah SWT dalam QS. Al-A’raf ayat
58 :

1
Bang Bams, “Pengaruh Lingkungan Terhadap Karakter Anak”
https://www.kompasiana.com/www.bsaja/55107a8ea333117c39ba844a/pengaruh-lingkungan-
terhadap-karakter-anak (diakses pada 20 Mei 2012 pukul 05:01)
2
Monica Mayeni dan Rahmadi, “Manurung, Identifikasi Faktor-Faktor Pembentukan
Karakter Mahasiswa”, Jurnal Analisis Sistem Pendidikan Tinggi, Vol. 1 No. 1 (Juli 2017), p. 44
ۚ ٗ َ َّ ۡ َ َ َ َّ ۖ ۡ ُُ َ ۡ َّ ُ َ ۡ
‫َوٱل َبلد ٱلط ِّي ُب َيخ ُر ُج ن َباتهۥ ِب ِإذ ِن َ ِّرب ِهۦ َوٱل ِذي خ ُبث َل َيخ ُر ُج ِإَل ن ِكدا‬
َ ُ ۡ َ ٓۡ ُ ُ َ َ َ
٨٥ ‫ك َٰذ ِلك ن َص ِّرف ٱۡل َي ََٰٰ َِٰت ِلق ۡو ٖم َيشك ُرون‬
Artinya:

“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin


Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.
Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang
yang bersyukur”

Dari ayat diatas sudah sangat jelas bahwa lingkungan yang diumpamakan
dengan tanah itu dapat mempengaruhi dan menentukan baik buruknya karakteristik
seseorang. Ayat Al-Qur’an menjadi landasan umat manusia khususnya umat Islam
dalam berperilaku. Dari ayat-ayat tersebut manusia mentadabburinya lalu
mengamalkannya di kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu untuk mengamalkan
ayat Al-Qur’an tersebut dan semata-mata berniat untuk beribadah kepada-Nya,
maka sudah sepatutnya lingkungan dijadikan bahan dalam memperbaiki peradaban.

Universitas Darussalam Gontor merupakan universitas dengan lingkungan


bersistem pesantren. Kurikulum di Gontor berjalan selama 24 jam, baik ketika
sedang pembelajaran dalam kelas maupun ketika di luar kelas. Menurut konsep
Gontor, kurikulum bukan hanya komposisi mata pelajaran yang diajarkan di ruang
kelas, melainkan mencakup semua aktivitas kehidupan santri selama duapuluh
empat jam di dalam asrama, mulai bangun tidur hingga tidur kembali, sebagai
kurikulum yang sengaja diciptakan. Diantara kurikulum tersebut dinamakan hiden
curriculum, kurikulum yang tersembunyi, karena memang tidak tertulis tetapi sudah
berjalan dan menjadi kesepakatan bersama, terkultur dalam dinamika santri3.
Universitas pesantren mempunyai sistem-sistem yang mengatur kehidupan
mahasantrinya agar hidup dengan tertib sesuai ajaran Islam. Tidak ada hari tanpa
kegiatan, semua kegiatan yang di laksanakan merupakan pendidikan bagi

3
Ahmad Suharto, Senarai Kearifan Gontory; Kata Bijak Para Perintis dan Masyayikh
Gontor, (Namela Grafika: Yogyakarta, 2016), p. 126
mahasantri untuk mempersiapkan kehidupan mereka ketika sudah terjun di
masyarakat.

Seperti yang dikatakan oleh Trimurti Gontor bahwa “jangan canggung


kembali ke masyarakat, jadilah seperti ikan masuk ke dalam air, bukan seperti tikus
masuk ke dalam air”. Orientasi pendidikan Gontor adalah kemasyarakatan, agar
santri setelah tamat menyerbu masyarakat sebagai mundzirul kaum, perekan umat
karena itu selama menempuh pendidikan di pondok, santri dibekali dengan semua
hal yang kelak ketika kembali ke masyarakat akan mereka butuhkan dan temukan,
dengan demikian sepatutnya mereka tidak lagi canggung terjun ke masyarakat
seperti ikan masuk ke dalam air, bukan seperti tikus masuk ke dalam air.

Upaya untuk meningkatkan kualitas mahasantrinya yang kelak akan


menjadi panutan dalam masyarakat, maka diciptakanlah lingkungan-lingkungan
dengan program kegiatam sebagai penunjang dalam pembentukan karakter, seperti:

1. Tahsinul Qiro’ah Al-Qur’an

Tahsinul Qiro’ah merupakan kegiatan untuk memperbaiki bacaan Al-


Qur’an yang masih belum sempurna baik secara pelafalan maupun makhrojul huruf
nya. Sangat banyak manfaat yang akan terjadi jika diterapkan dalam kegiatan rutin
mahasantri. Karena akan terasa sangat nikmat dan syahdu ketika membaca al-
Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah ketentuannya sehingga akan lebih menghayati
makna yang terkandung dalam Al-Qur’an. selain itu, tahsinul Qiro’ah juga akan
memberikan dalam dalam kehudpan sehari-hari, karena orang yang sudah nikmat
ketika membaca Al-Qur’an akan bertambah rasa dekat dari seorang hamba terhadap
penciptanya yakni Allah SWT, ketika Allah dekat dengan hambanya maka apapun
ikhtiar dan hajat insyaAllah akan dikabulkan sesuai dengan kebutuhan hamba-Nya.

Tahsinul qiro’ah memiliki peranan yang cukup penting di masyarakat


khususnya lingkungan pendidikan di kampus. Kemajuan suatu bangsa bergantung
pada bagaimana bangsa kita mampu mengenal, menghargai dan memanfaatkan
sumber daya manusia yang berkaitan dengan kualitas Pendidikan.4 Sejalan dengan
tuntutan dan tantangan yang ada di masyarakat, peran mahasantri sangat dibutuhkan
eksistensinya sebagai calon-calon pendidik dan pengajar yang berkualitas bukan
hanya dalam bidang pengetahuan dan teknologi tetapi juga keagamaan, harapannya
di masa mendatang mahasantri mampu menguasai ketrampilan baca tulis al-Qur’an
dengan baik.

2. Sholawat Dan Dzikir

Shalawat adalah termasuk bagian dari dzikir.5 Dzikir sejatinya adalah


mengingat Allah SWTatau aktivitas umat muslim untuk mengingat Allah. Sholawat
dan dzikir ini sudah tentu sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari hari, karena kita
memuji Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW. Dari Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,“Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali
maka Allah akan bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh
kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di
surga kelak).” Artinya dengan bersholawat kita selalu diberikan keberkahan, do’a
yang mudah terkabul karena kedekatan kita pada Allah dan Rasulnya, dan
mendapat syafa’at ketika di hari akhir nanti.

Dalam program ini akan lebih divariasikan sholawat dan dzikirnya dengan
nada-nada guna menumbuhkan ketertarikan mahasantri untuk mengikuti kegiatan
ini. Seperti, sholawat habsyi yang dimerjer dengan alat musik hadroh sehingga
menimbulkan gema sholawat yang lebih menarik dan penuh khidmat, sholawat
burdah yang divariasikan dengan berbagai macam nada agar khidmat dan mudah
diingat. Adapun program ini baiknya dilakukan ketika malam Jum’at yakni malam
yang penuh dengan keberkahan. Selain sholawat juga ada dzikir Rathibul Haddats

4
Eka Prasetiawati, “Pengembangan Bahan Ajar Tahsinul Qiro’ah Berbasis An-Nahdliyah
Untuk Meningkatkan Ketrampilan Membaca Al-Qur’an”, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 14 No. 2
(2019), p. 132
5
Pujakesuma, “Sholawat dan Dzikir Manakah yang Lebih Utama Menurut Umat Islam”
https://www.santrikampung.com/2020/01/shalawat-atau-dzikir-makah-yang-lebih.html (diakses
pada 6 Januari 2021)
dan Rathibul At-has yang juga akan dibaca setiap pagi dan petang namun dengan
nada-nada yang indah.

Ini tentu sangat beimplikasi jika diterapkan di UNIDA Gontor kampus putri.
Dengan lingkungan sholawat dan dzikir akan membentuk karakter dalam jiwa
menjadi lebih tenang sehingga menciptakan akhlak yang sopan, tutur kata yang baik
sehingga terciptalah ozon keberkahan dan cocok untuk dikatakan mahasantri
universitas pesantren yang menjunjung tinggi nilai-nilai kepesantrenan didalamnya.
Selain itu, ini juga sebagai bekal sebelum kita benar-benar terjun di masyarakat
banyak, mereka yang tahu latar belakang kita sebagai santri pastinya akan menjadi
sorotan masyarakat terlebih jika ada suatu acara-acara yang membutuhkan kita
sebagai menyandang status santri untuk mengisi acara tersebut.

Oleh sebab itu program ini patut untuk dirterapkan di Universitas


Darussalam Gontor kampus putri. Dengan harapan dapat membentuk akhlakul
karimah, qudwah hasanah, dan haibah yang tinggi serta menambah ozon
keberkahan di Universitas pesantren ini. karena cepat atau lambat kita akan terjun
kedunia masyarakat untuk memberikan kebermanfaatan yang banyak karna itulah
mundzirul qaum.
DAFTAR PUSTAKA

Bams, Bang. 2012. “Pengaruh Lingkungan Terhadap Karakter Anak”


https://www.kompasiana.com/www.bsaja/55107a8ea333117c39ba844a/pe
ngaruh-lingkungan-terhadap-karakter-anak

Mayeni, Monica dan Rahmadi. 2017. “Manurung, Identifikasi Faktor-Faktor


Pembentukan Karakter Mahasiswa”, Jurnal Analisis Sistem Pendidikan
Tinggi, Vol. 1 No. 1

Prasetiawati, Eka. 2019. “Pengembangan Bahan Ajar Tahsinul Qiro’ah Berbasis


An-Nahdliyah Untuk Meningkatkan Ketrampilan Membaca Al-Qur’an”,
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 14 No. 2

Pujakesuma. 2021. “Sholawat dan Dzikir Manakah yang Lebih Utama Menurut
Umat Islam” https://www.santrikampung.com/2020/01/shalawat-atau-
dzikir-makah-yang-lebih.html

Suharto, Ahmad. 2016. Senarai Kearifan Gontory; Kata Bijak Para Perintis dan
Masyayikh Gontor, (Namela Grafika: Yogyakarta)

Anda mungkin juga menyukai