Anda di halaman 1dari 31

PROBLEMATIKA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENANAMKAN KESADARAN SALAT BAGI PESERTA DIDIK DI SMP


SWASTA ALI IMRAN MEDAN

PROPOSAL
Dosen Pengampu : Siti Marisa, MA, M.Pd

Oleh:
Cintami Nurafni Pratiwi
Nim : 71220211044
Kelas : 3 - C

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 7
2.1 Guru Pendidikan Agama Islam .................................................................. 7
2.1.1 Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ................................... 7
2.1.2 Syarat-syarat Guru Pendidikan Agama Islam ............................... 11
2.1.3 Sifat-sifat Guru Pendidikan Agama Islam .................................... 14
2.1.4 Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam ....... 15
2.2 Kajian Tentang Kesadaran ......................................................................... 19
2.2.1 Pengertian Kesadaran.................................................................... 19
2.2.2 Indikator Kesadaran ...................................................................... 20
2.3 Kajian Tentang Ibadah Salat ...................................................................... 21
2.3.1 Pengertian Ibadah Salat................................................................. 21
2.3.2 Kedudukan Salat dalam Syariat Islam .......................................... 23
2.3.3 Hikmah Salat dan Keutamaan Salat .............................................. 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 26
3.1 Latar Penelitian .......................................................................................... 26
3.2 Data dan Sumber Data ............................................................................... 26
3.3 Metode Penelitian....................................................................................... 28
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 28
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 32

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salat merupakan bagian dari rukun islam, juga kewajiban yang
diperintahkan Allah Swt kepada orang-orang yang mengaku dirinya sebagai
muslim. Kewajiban salat fardhu harus dikerjakan oleh seorang muslim yang
sudah mukallaf (Aqil dan Baligh) secara rutin dalam sehari semalam sebanyak
lima waktu, tidak boleh ditinggalkan karena hukumnya wajib, walau dalam
kondisi dan situasi apapun, seperti: kondisi sibuk bekerja, dalam perjalanan,
maupun dalam kondisi sakit.
Salat juga merupakan tiang agama, dan barang siapa yang mendirikan
salat maka berarti orang tersebut telah mendirikan agama, dan barang siapa
yang meninggalkan salat, maka orang tersebut telah merobohkan tiang agama,
karena salat berpengaruh positif terhadap pelaksanaan ibadah-ibadah lainnya
dan tingkah laku seorang muslim. Dengan melaksanakan ibadah salat tersebut
fikiran dan hati seorang muslim menjadi lebih baik.
Allah Swt menciptakan semua makhluknya agar mereka mau
mengabdikan diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada-Nya, karena
setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah Swt dan
manusia bukan hanya sebagai khalifah dimuka bumi tetapi juga mempunyai
fungsi sebagai hamba yaitu untuk menyembah dan beribadah kepada Allah
Swt. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Adz-Dzariyaat/51: 56,

‫س ا َِّْل ِل َي ْعبُد ُْو ِن‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬

Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku”. (Terjemahan Kemenag 2019)
Berdasarkan ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menciptakan jin
dan manusia hanya untuk mengabdikan diri kepada-Nya. Adapun salah satu
bentuk pengabdian tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan ibadah salat.
Karena ibadah salat merupakan salah satu bentuk ketaatan dan kecintaan
manusia kepada Allah Swt, dan ibadah salat juga merupakan sarana

1
2

komunikasi manusia untuk mendekatkan dirinya kepada penciptanya yakni


Allah Swt.
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat
manusia. Agar menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan
yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran
agama bagi kehidupan umat manusia, internalisasi nilai-nilai agama dalam
kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan. Hal itu dapat ditempuh
melalui pendidikan dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Untuk menjadikan generasi Islam yang berkualitas, diperlukan
wawasan yang luas agar remaja menjadi generasi yang baik dan
mengembangkan potensi dan bakat yang ada pada dirinya dengan semaksimal
mungkin. Masih banyak para remaja yang meninggalkan salat, dikarenakan
banyaknya faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah dari pergaulan
sehari-hari yang yang bersifat negatif, malas, pengaruh dari teman, belum
begitu mengenai arti dari kewajiban salat lima waktu, dan yang terpenting
adalah faktor dari keluarga. Banyak sekali para pelajar di era globalisasi ini
yang tergelimang oleh arus sosial media dan teknologi sehingga membuat
mereka terkadang enggan dalam menjalankan ibadah salat. Hal ini disebabkan
oleh faktor kesadaran anak tersebut masih kurang, sekaligus kontrol
pengawasan dari kedua orangtua. Pentingnya orangtua dan guru menjadi patner
untuk pengawasan dan kontrol sekaligus memberikan pembinaan. Penanaman
pengamalan terhadap ajaran agama ini sangat penting, mengingat siswa tidak
hanya dituntut untuk sekedar mengetahui, menghafal dan menguasai materi
pelajaran, tetapi siswa dituntut untuk terbiasa mengamalkan ajaran agama
islam termasuk dalam pengamalan ibadah salat.
Oleh karena itu SMP Swasta Ali Imran Medan merupakan sekolah
yang menerapkan program penanaman kebiasaan salat Zuhur berjamaah
disekolah. Hal tersebut secara tidak langsung bertujuan untuk melatih
kesadaran pesera didik dalam beribadah. Kemudian pada saat kegiatan belajar
mengajar dikelas, guru pendidikan agama islam senantiasa memberikan
pelajaran dan motivasi yang baik kepada siswa dengan harapan agar siswa
3

tersebut mampu mengamalkan dan mengimplementasikannya dilingkungan


sekolah maupun diluar lingkungan sekolah. Dengan demikian, karakter
pembiasaan dalam beribadah terutama ibadah salat akan mengalir dengan
sendirinya tanpa adanya paksaan karena sudah terbiasa dan kemungkinan besar
hal tersebut akan mejalar keberbagai aktivitas lain yang akan dilaksanakan.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMP Swasta Ali
Imran Medan, ternyata harapan tersebut belum terwujud sebagaimana
mestinya. Dikarenakan fakta yang peneliti temui kesadaran peserta didik dalam
melaksanaan program penanaman ibadah salat disekolah kurang terlaksana
dengan baik, dan perilaku siswa yang tidak mendukung, sarana prasarana yang
mendukung pembelajaran pendidikan agama islam belum memadai, sedangkan
mushallah yang sudah ada tetapi kurang dimanfaatkan serta kurangnya kerja
sama antara guru pendidikan agama islam dengan guru mata pelajaran lain
yang merasa itu tidak menjadi tanggung jawabnya. Sebagai contoh dalam
pelaksanaan salat dhuha dan salat Zuhur berjamaah, ketika jadwal salat itu tiba
masih banyak siswa yang tidak datang ke musallah untuk mengambil air
wudhu dan menunaikan salat, sebagian besar dari mereka justru mengerjakan
aktivitas lain yang mungkin kurang ada manfaatnya, misalnya berlarian, pergi
ke kantin, atau membuat gaduh, bahkan ketika itu ada pula siswa yang
bersembunyi dan tidur di dalam kelas, padahal guru pendidikan agama islam
sudah memgarahkannya untuk pergi kemusallah. Sehingga karena kelalaian
tersebut masih terdapat siswa yang tidak melaksnakan salat karena sudah
keluar dari waktunya. Tentu dalam situasi tersebut sangatlah dibutuhkan kerja
sama antara guru pendidikan agama islam dengan guru mata pelajaran lain, dan
bekerja lebih ekstra dalam mengarahkan dan menggerakkan pada setiap
menjalankan salat.
Pihak sekolah sangat berharap kepada guru pendidikan agama islam
mampu menumbuhkan dan menginternalisasikan ibadah salat kepada peserta
didik tanpa harus disuruh secara ancaman diberikan hukuman ketika mereka
tidak melaksanakan ibadah tersebut. Peserta didik tidak hanya diberi
pemahaman tentang arti pentingnya salat saja namun guru pendidikan agama
4

islam memberikan contoh kepada peserta didik secara praktik atau secara
langsung.
Dengan demikian, peran sekolah dan guru sangat diperlukan dalam
membina kesadaran beribadah siswa, terutama ibadah salat agar anak tersebut
mau melaksanakan dan tekun menjalankan ibadah salat. Maka penulis sangat
tertarik untuk, mengadakan penelitian secara langsung dan mengangkat judul
skripsi “Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Menanamkan Kesadaran Salat bagi Peserta Didik di SMP Swasta Ali
Imran Medan”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka adapun masalah
yang di teliti dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.2.1 Apa saja problematika yang dihadapi guru pendidikan agama Islam
yang bersumber dari diri siswa dan orangtua dalam menanamkan
kesadaran salat bagi peserta didik di SMP Swasta Ali Imran Medan?
1.2.2 Upaya apa saja yang dilakukan guru pendidikan agama Islam untuk
mengatasi problematika dalam menanamkan kesadaran salat bagi
peserta didik di SMP Swasta Ali Imran Medan?

1.3 Tujuan Penelitian


Segala sesuatu yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau
kegiatan selesai. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan suatu usaha dan
kegiatan yang memiliki tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1.3.1 Untuk mendeskripsikan problematika yang dihadapi guru pendidikan
agama Islam yang bersumber dari diri siswa dan orangtua dalam
menanamkan kesadaran salat bagi peserta didik di SMP Swasta Ali
Imran Medan
5

1.3.2 Untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan guru pendidikan agama


Islam untuk mengatasi problematika dalam menanamkan kesadaran
salat bagi peserta didik di SMP Swasta Ali Imran Medan

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
sumbangan pemikiran bagi para guru agar lebih meningkatkan kerja
samanya dalam menanamkan kesadaran melaksanakan salat sehingga
serta dapat menjadi pedoman bagi penelitian selanjutnya
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti, diharapkan agar penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bekal dan menambah wawasan yang berguna bagi karir
peneliti baik secara teori maupun praktik untuk menjadi pendidik
profesional dimasa yang akan datang.
b. Bagi guru, melalui penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan
yang berarti sebagai bahan evaluasi dalam memberikan
pendidikan salat untuk peserta didik.
c. Bagi peserta didik, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan motivasi pada peserta didik agar lebih giat lagi
melaksanakan ibadah salat lima waktu.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Guru Pendidikan Agama Islam


2.1.1 Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Undang-undang No 14/2005 tentang guru dan dosen yang
telah diundang pada 30 September 2005 yang menjadi payung regulasi
dalam peran, fungsi, status dan ekstensi guru. Disebutkan dalam pasal 1
ayat (1) guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. (2005, 2006)
Menurut Ahmad Tafsir, guru adalah orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan siswa dengan mengupayakan seluruh
potensi siswa, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi
psikomotorik. (Tafsir, 1972)
Guru adalah pekerja profesional yang secara khusus dipersiapkan
untuk mendidik anak yang telah diamanatkan orangtua untuk dapat
mendidik anakanya disekolah. Dan guru juga adalah salah satu faktor yang
sangat penting dalam pendidikan dan pengajaran, karena gurulah yang
akan bertanggung jawab dalam membentuk pribadi seorang murid. Guru
harus memenuhi kriteria profesional sebagai berikut:
a. Fisik: sehat jasmani dan rohani dan tidak mempunyai cacat tubuh yang
bisa menimbulkan ejekan/cemohan atau rasa kasihan dari anak didik.
b. Mental/Kepribadian: berkepribadian/berjiwa Pancasila, mampu
mengahayati GBHN, mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa
kasih sayang kepada anak didik, berbudi pekerti yang luhur, berjiwa
kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara
maksimal, mampu menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang
rasa, mampu mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang
besar akan tugasnya, mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi,

6
7

bersifat terbuka, peka, dan inovatif, menunjukkan rasa cinta kepada


profesi, ketaatannya akan disiplin, dan memiliki sense of humor.
c. Keilmiahan/Pengetahuan: memahami ilmu yang dapat melandasi
pembentukan pribadi, memahami ilmu pendidikan dan keguruan,
menerapkannya sebagai tugas pendidik, memahami, menguasai, serta
mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan.
d. Keterampilan: mampu berperan sebagai organisator proses belajar
mengajar, mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan
struktural, interdisipliner, fungsional, bahavior, dan teknologi, mampu
menyusun garis besar program pengajaran (GBPP), mampu
memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik
dalam mencapai tujuan pendidikan, mampu merencanakan dan
melaksanakan evaluasi pendidikan, memahami dan melaksanakan
kegiatan dan pendidikan luar sekolah. (Muchith M. S., 2016)
Guru adalah seseorang yang lebih dewasa dalam melakukan
kegiatan pengajaran, pendidikan dan pelatihan. Guru merupakanfaktor
penentu yang sangat dominan dalam pendidikan umumnya, karena guru
memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, dimana proses
pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
yang bertujuan terjadinya proses perubahan tingkah laku anak. (Mahmud,
2013)
Guru juga merupakan tenaga pendidik yang tugas utamanya
mengajar, yakni mengembangkan ranah cipta, rasa, dan karya siswa
sebagai implementasi konsep ideal mendidik (Syarifuddin, 2003). Dalam
literatur kependidikan islam, pengertian guru mengacu pada kata murabbi,
mu’allim, yang memiliki fungsi yang berbeda-beda. Murabbi berasal dari
kata rabba yurabbi yang berarti membimbing, mengurus, mengasuh dan
mendidik. Sementara mu’allim merupakan bentuk isim fa’il dari ‘allama-
yu’allimu yang berarti mengajar (Kurniawan, 2014:163). Sebagaimana
Q.S Al-Baqarah:31
ۤ
ْ ِ‫علَى ْال َم ٰل ِٕى َك ِة فَقَا َل اَ ْۢ ْنبِـُٔ ْون‬
‫ي بِا َ ْس َم ۤا ِء‬ َ ‫ض ُه ْم‬ َ ‫اْل ْس َم ۤا َء ُكلَّ َها ث ُ َّم‬
َ ‫ع َر‬ َ ْ ‫علَّ َم ٰادَ َم‬
َ ‫َو‬
8

ۤ َ ‫ٰ ٰٓهؤ‬
)31 :2/‫ ( البقرة‬٣ َ‫ُْل ِء ا ِْن ُك ْنت ُ ْم صٰ ِدقِيْن‬
Artinya: “Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda)
seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat,
seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu
benar!” (Al-Baqarah/2:31) Terjemahan Kemenag 2019
Pengertian seorang guru dapat dipahami sebagai seorang pemimpin
yang dikagumi dan diteladani, guru merupakan faktor penentu
keberhasilan dan pemenuhan tanggung jawab seorang pendidik. Seorang
guru adalah sosok yang memiliki kepemimpinan atas siswa. Baik guru
ataupun siswa memiliki keterbatasan didalam kelas dimana siswa merasa
malu dan sopan kepada guru. (Adriyani, 2016)
Pendidikan agama Islam dapat dijabarkan dalam dua bagian yaitu
pendidikan dan agama islam. Pendidikan diartikan sebagai satu proses
transformasi nilai budaya yang ditata sedemikian rupa untuk memberikan
bimbingan dan pembinaan bagi seseorang mengenal, mengembangkan
serta mengendalikan potensi yang ada pada dirinya agar dapat berjalan
secara wajar dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada. Sementara
itu agama islam adalah satu ajaran yang diwahyukan dari Allah SWT
melalui Nabi Muhammad SAW dengan kitab suci Al-Qur’an sebagai
sumber hukum dan sumber pengetahuan. Jadi apabila digabungkan kedua
kata tersebut maka pendidikan agama islam adalah proses bimbingan dan
pembinaan seseorang agar dapat berjalan secara wajar dan benar sesuai
dengan ajaran Nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
Hadist.
Dengan demikian, bahwa Guru Pendidikan Agama Islam adalah
orang yang memberikan materi pengetahuan agama islam dan memberikan
bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaanya, dan juga medidik
murid-muridnya agar mereka kelak menjadi manusia yang bertakwa
kepada Allah Swt. Disamping itu guru pendidikan agama Islam juga
berfungsi sebagai pembimbing agar para murid mulai dari sekarang dapat
9

bertindak dengan prinsip-prinsip islam dan dapat memperaktikkan syariat


Islam. (Paryadi, Juni 2022)
Maka disamping itu profesi sebagai guru pendidikan agama Islam
hendaklah menjaga kewibawaan agar jangan sampai seorang guru
pendidikan agama Islam melakukan hal-hal yang bisa menyebabkan
hilangnya kepercayaan yang telah diberikan masyarakat, serta bertanggung
jawab penuh dalam perkembangan jasmani dan rohani guna merubah
tingkah laku individu sesuai dengan ajaran agama islam agar tercapainya
tingkat kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang berbudi
pekerti yang baik dan memahami, menghayati, serta menerapkan
pembelajaran yang sudah diperoleh dalam hidup sehari-hari dan ajaran
agama tersebut dijadikan sebagai pedoman, dan petunjuk hidup sehingga
memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.

2.1.2 Syarat-syarat Guru Pendidikan Agama Islam


Guru rela mengabdikan diri dengan memberikan ilmu kepada anak
didiknya. Dengan segala kemampuannya guru berusaha membimbing dan
membina anak didiknya agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan
bangsa di kemudian hari, maka karenanya sangat wajar dipundak guru
diberikan atribut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Untuk menjadi
seorang guru yang berdasarkan ketulusan hati nurani tidaklah semua orang
dapat melaksanakannya. Guru dituntut mempunyai pengabdian yang
dedikasi dan loyalitas, serta ikhlas, sehingga bisa menciptakan anak didik
yang tumbuh dengan kedewasaan, berakhlak, dan berketerampilan.
Dikalangan masyarakat, guru sosok yang amat dihormati, dengan
kewibawaanya yang menyebabkan guru bisa diterima dan disegani.
Menjadi guru tidak sembarangan, tetapi harus memunuhi beberapa
persyaratan seperti di bawah ini:
1. Takwa Kepada Allah SWT
Guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan islam, maka tidak
mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah SWT jika ia
10

sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab beliau merupakan teladan


bagi anak didiknya sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan
bagi umatnya.
2. Berilmu
Guru mempunyai untuk mendorong, membimbing dan
memberikan fasilitas belajar bagi siswa untuk melihat segala sesuatu
yang terjadi dalam sistem pendidikan. Guru Pendidikan Agama Islam
memiliki landasan yang teramat kuat akan keharusan kepemilikan
profesional karena islam adalah agama yang mementingkan
keprofesionalan dalam arti harus dengan benar dan itu hanya mungkin
dilakukan oleh orang ahli, dalam prespektif agama, syarat menjadi
guru yang ideal, ada tiga belas macam yaitu:
a. Selalu Istiqomah dan Muraqabah kepada Allah SWT yaitu
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
b. Senantiasan berlaku Khauf (takut kepada Allah) dalam segala
ucapan dan tindakan.
c. Senantiasa bersikap tenang.
d. Senantiasa bersikap wara’, Menurut Ibrahim bin Adham wara’
adalah meninggalkan perkara syubhat dan perkara yang tidak
bermanfaat.
e. Selalu bersikap tawadu’, Syeh Junaidi mengatakan bahwa tawadu’
adalah merendahkan diri dan melembutkan diri terhadap mahkluk,
atau patuh pada kebenaran dan tidak berpaling dari hikmah,
hukum, dan kebijaksanaan.
f. Selalu bersikap khusyuk kepada Allah SWT.
g. Menjadikan Allah SWT sebagai tempat meminta pertolongan
dalam segala keadaan.
h. Tidak menjadikan ilmunya sebagai tangga mencapai keuntungan
duniawi, baik jabatan, harta, popularitas, atau lebih maju dibanding
temannya yang lain.
i. Selalu menjaga syiar-syiar Islam.
11

j. Menegakkan sunnah-sunnah dan menghapus segala hal yang


mengandung unsur bid’ah, menegakkan segala hal mengandung
kemaslahatan bagi kaum muslimin dengan jalan yang dibenarkan
syariat, dengan cara baik dan lembut, baik menurut adat dan watak.
k. Bergaul dengan yang baik, seperti menampakkan wajah yang
berseri, banyak mengucap dan memperluas salam.
l. Membersihkan hati dan tindakan dari akhlak yang tercela dan
dilanjutkan dengan perbuatan.
m. Senantiasa bersemangat mengembangkan ilmu dan bersungguh-
sungguh dalam setiap aktivitas ibadah seperti membaca,
menghafal, sehingga tidak ada waktu yang terbuang kecuali untuk
mencari ilmu dan mengamalkan ilmu. (Asmani, 2018)
Dikarenakan besarnya tanggung jawab seorang guru kepada anak
didiknya, dengan itu guru meluangkan segala waktunya untuk kepentingan
anak didiknya, walaupun terkadang terlihat ada anak didiknya yang
berperilaku kurang sopan terhadapnya maupun kepada orang lain, seorang
guru sudah seharusnya sabar dan bijaksana dalam mengajarkan dan
memberi nasihat cara memperlakukan orang lain dengan bertingkah laku
yang sopan dan santun.
2.1.3 Sifat-sifat yang Harus Dimiliki Guru Pendidikan Islam
Mengingat beratnya tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh
guru, maka perlu adanya sifat-sifat yang dimiliki terutama dalam aspek
kepribadian dalam diri seorang guru. (Kosim, 2008)
Menurut Athiyah Al-Abrasyi, “Seorang guru penddidikan agama
islam harus memiliki sifar-sifat yang baik dalam menjalankan tugasnya
sebagai guru”. Adapun sifat-sifat itu diantaranya:
a. Memiliki sifat zuhud. Dengan tidak menjadikan materi hal yang
utama, mengajar ingin menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan hanya
mengharap ridho Allah SWT semata.
12

b. Seorang guru harus bersih tubuhnya, dalam artian jauh dari dosa besar,
sifat ria’ (mencari nama), dengki, permusuhan, perselisihan, dan sifat
tercela lainnya.
c. Ikhlas dalam pekerjaan. Dengan cara menyesuaikan antara perkataan
dan perbuatan, bahkan tidak boleh malu dalam berkata jujur jika
sewaktu ia tidak tahu terhadap masalah yang memang belum ia
ketahui.
d. Memiliki sifat pemaaf. Seorang guru harus memiliki sifat pemaaf yang
tinggi. Ia sanggup menahan diri, menahan amarah, lapang hati, banyak
bersabar dan jangan terpancing emosi karena sebab-sebab kecil,
berkepribadian dan mempunyai harga diri.
e. Seorang guru harus mengusai mata pelajaran yang diberikannya serta
memperdalam ilmu pengetahuannya. Oleh karena itu, janganlah
pelajaran itu bersifat dangkal, sehingga peserta didik tidak bisa
menerimanya secara keseluruhan.
2.1.4 Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
Tugas guru sebagai profesi suatu profesi menuntut kepada guru
untuk mengambangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik
adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak
didik, sedangkan tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik, sedangkan tugas
guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada anak diidk. Maka tugas profesional dari
seorang guru yaitu meneruskan dan transmisi ilmu pengetahuan,
keterampilan dan nila-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak
dan seharusnya diketahui oleh anak. (Kosasi, 1994)
Tugas guru dalam pandangan islam adalah mendidik, yaitu
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik
psikomotor, kognitif, maupun potensi afektif. Pendidikan islam bertujuan
13

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan


peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang
bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Amanah artinya bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas
tanpa menyalah gunakan kekuasaan dan kedudukan. Tanggung jawab guru
dalam mendidik peserta didiknya merupakan limpahan tanggung jawab
dari orangtua kepada anaknya, sebagaimana yang telah diamanahkan oleh
Allah Swt kepada setiap orangtua. Allah Swt dalam Firman-Nya Q.S At-
Tahrim ayat 6:

‫علَ ْي َها‬ َ ‫اس َو ْال ِح َج‬


َ ُ ‫ارة‬ ُ َّ‫َارا َّوقُ ْودُهَا الن‬ َ ُ‫ٰ ٰٓيا َۤيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا قُ ْٰٓوا اَ ْنف‬
ً ‫س ُك ْم َواَ ْه ِل ْي ُك ْم ن‬
٦ َ‫ّٰللا َما ٰٓ اَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُ ْونَ َما يُؤْ َم ُر ْون‬
َ ‫ص ْونَ ه‬ ُ ‫ظ ِشدَادٌ َّْل يَ ْع‬ ٌ ‫َم ٰل ِٕى َكةٌ ِغ ََل‬
)6 :66/‫( التحريم‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.
Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak
durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim/66:6) Terjemahan
Kemenag 2019
Kewajiban orangtua dalam mendidik dirinya dan anggota
keluarganya merupakan kewajiban. Kemudian di serahkan kepada guru.
Penyerahan orangtua terhadap kewajiban mendidik anak-anaknya kepada
guru karena adanya keterbatasan orangtua baik dalam ilmu pengetahuan
dan pengalaman yang dimilikinya.
Secara spesifik guru pendididkan agama islam adalah orang yang
pekerjaannya mengajarkan pelajaran agama islam. Oleh karena itu, dapat
dijelaskan bahwa guru penddiikan agama islam adalah sosok yang
senantiasa mengajarkan mata pelajaran agama islam kepada peserta didik.
Dalam hal ini tugasnya bukan hanya mengajarkan pengetahuan agama,
tetapi juga mendidik dan menanamkan nilai-nilai yang baik kepada anak
didiknya. (Hawi, 2015)
14

Guru ialah sosok figur pemimpin. Guru mempunyai hak dan


kekuasaan guna membentuk serta membangun kepribadian anak didik
menjadi seorang yang berguna nantinya, baik bagi agama, nusa, dan
bangsa. Guru merupakan profesi yang memiliki jabatan yang dimana
seorang guru dituntut untuk mengembangkan profesionalitas dirinya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengajar,
mendidik, dan melatih anak didik ialah tugas guru sebagai profesi guru.
(Djamarah, 2010)
Bagi seorang guru pendidikan agama Islam tugas dan
kewajibannya merupakan amanah yang diterima oleh guru atas dasar
pilihannya untuk memangku jabatan seorang guru. Amanah tersebut wajib
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Guru seperti itulah yang
diharapkan untuk mengabdikan diri dilembanga pendidikan. Bukan guru
yang hanya menuangkan ilmu pengetahuan saja kepada peserta didik,
semetara jiwa dan wataknya tidak dibina.
Pada dasarnya, tugas pendidik adalah mendidik dengan
mengupayakan pengembangan seluruh potensi peserta didik, baik aspek
kognitif, efektif, maupun psikomotoriknya. Potensi peserta didik ini harus
dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat keilmuan tertinggi dan
mengintegrasi dalam diri peserta didik. Upaya pengembangan potensi
peserta didik tersebut dilakukan dengan penyucian jiwa-mental, penguatan
metode berfikir, penyelesaian masalah kehidupan. Tugas guru pendidikan
agama Islam salah satunya adalah mendidik dan membimbing. Mendidik
adalah tugas yang bukan ringan dan membutuhkan seseorang yang mampu
memiliki yang sesuai dengan jabatannya. Mendidik adalah suatu pelajaran
yang profesional yang tidak dapat diberikan kepada orang yang tidak
mampu. (Rokhmah, Mei 2021)
Menjadi seorang guru adalah suri tauladan bagi anak-anaknya
karena seorang guru pasti akan ditiru oleh peserta didiknya. Selain itu,
guru juga harus mempunyai sifat humor, berwibawa, adil, serta yang
terpenting yaitu sabar dan tenang. (Yasyakur, Januari 2016) Tugas
15

pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan,


menyucikan, serta membawa hati manusia untuk mendekatkan diri
(taqarrub) kepada Allah Swt.
Menurut Al-Ghazali, tugas dan tanggung jawab guru pendidikan
agama islam yang pertama adalah menyempurnakan, membersihkan,
menyucikan, serta membawa hati manusia untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Hal tersebut karena tujuan pendidikan agama islam yang
utama adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Adapun tugas dan
tanggaung jawab guru pendidikan agama islam sebagai berikut: (Akrim,
2020)
1. Guru bertugas sebgai korektor, yaitu guru bisa membedakan mana
perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, koreksi yang
dilakukan bersifat menyeluruh dari afektif sampai ke psikomotorik.
2. Guru bertugas sebgai inspirator, yaitu guru menjadi inspirator atau
ilham bagi kemajuan belajar siswa, petunjuk bagaimana belajar yang
baik dan bagaimana caranya mengatasi permasalahan lainnya.
3. Guru bertugas sebagai informator, yaitu guru harus memberikan
informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Guru bertugas sebagai motivator, yaitu guru harus mampu mendorong
siswa agar bergairah dan aktif belajar.
5. Guru bertugas sebagai fasilitator, yaitu guru dapat memberikan
fasilitas yang memungkinkan untuk kemudahan siswa dalam kegiatan
belajar.
Jika mengulas perubahan-perubahan tradisional dalam pengajaran
maka tentu akan menimbulkan atau menambah tanggung jawab guru
menjadi lebih besar. Adapun tanggung jawab guru pendidikan agama
islam sadalah sebagai berikut:
1. Guru bertanggung jawab menuntun murid-murid belajar
Tanggung jawab guru yang paling penting ialah merencanakan
dan menuntun siswa dalam melakukan kegiatan belajar agar siswa
memperoleh keterampilan-keterampilan, pemahaman, perkembangan
16

berbagai kemampuan, kebiasaan baik dan perkembangan sikap yang


serasi
2. Guru bertanggung jawab membina diri siswa
Guru bertanggung jawab untuk membina siswa agar menjadi
manusia yang berbudi pekerti baik. Dengan tujuan agar kepribadian
siswa dapat berkembang, maka guru perlu menyediakan kesempatan
kepada siswa untuk mengalami, menghayati, situasi-situasi yang hidup
dan nyata. Selain itu, perilaku dan tingkah laku guru juga perhatikan,
karena hal tersebut akan menajdi contoh yang kongkret bagi siswa.
3. Guru bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada siswa
Memberikan bimbingan kepada siswa agar dapat mengenali
dirinya sendiri, memecahkan masalahnya, mampu menghadapi
kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik. Selain itu guru
perlu menghormati kepribadian siswa, agar siswa menjadi pribadi yang
tau akan hak-hak orang lain.

4. Guru bertanggung jawab kesulitan siswa dalam belajar


Guru bertanggung jawab menyesuaikan semua situasi belajar
dengan minat, bakat, latar belakang dan kematangan siswa. Selain itu
guru juga bertanggung jawab mengadakan evaluasi terhadap hasil
belajar siswa serta melaksanakan diagnosis dengan cermat terhadap
kesulitan dan kebutuhan siswa.

2.2 Kajian tentang Kesadaran


2.2.1 Pengertian Kesadaran
Paulo Freire mengemukakan konsep kesadaran, dalam Kamus
Ilmiah Populer kesadaran bermula dari kata “sadar”. Secara etimologi arti
kata sadar berarti mengingat tentang diri atau Insaf dan merasa. Adapun
secara terminologi kesadaran memiliki arti keinsafan akan tindakannya
serta kondisi atau realitas yang sedang dijalaninya.
Berkaitan dengan kesadaran, Carl Rogers memelopori sebuah teori
Bernama Eksitensi Humanistik. Teori yang mengutamakan aspek
17

tanggung jawab dan kesadaran ini terdapat dalam konseling dan terapi
yang berkaitan dengan kegiatan penyadaran untuk menciptkan kesadaran.
Berdasarkan konsep dan teori tersebut, manusia memiliki kemampuan
dalam menyadari dirinya sendiri. Semakin besarnya kebebasan dalam diri
seseorang, menandakan orang tersebut memilikikesadaran yang kuat.
Suatu aspek yang esensial dalam diri manusia adalah kemampuan
untuk menentukan berbagai pilihan secara bebas namun masih dalam
Batasan tertentu. Konsep ini juga menerangkan bahwa Nasib dan
keberdaaan manusia menjadi tanggung jawabnya pribadi. Hal tersebut
menandakan bahwa kebebasan bertindak dan memilih tersebut juga harus
dibarengi dengan sikap tanggung jawab.
Dalam islam kesadaran sangat diperlukan untuk dimunculkan. Hal
ini dikarenakan kehidupan yang lebih baik dapat dirai dengan kesadaran.
Kesadaran diri menjadi inti dari hidup yang sebenarnya. Manusia
seharusnya menyadari keberadaannya sebagai mahkluk yang lemah
dihadapan Allah Swt, menghamba kepadaNya, dan memikul amanah
khalifah disuniabekal dalam hidup didunia dan akhirat, lawan hidup,
teman hidup, tugas hidup, tujuan hidup, dan sebagainya.
2.2.2 Indikator Kesadaran
Soekanto mengatakan bahwa kesadaran memiliki empat indicator
yang masing-masing indicator merujuk pada suatu tahapan menuju
tahapan berikutnya yang merujuk pada suatu tahapan menuju tahapan
berikutnya yang merujuk pada tingkat tertentu, diawali dari yang rendah
samapi kepada tingkat yang tinggi. Keempat indikator tersebut ialah:
a) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan bagian yang krusial dalam membentuk
seseorang. Pengetahuan diartikan sebagai hasil dari tahu dan
didapatkan setelah orang tersebut mendeteksi suatu objek tertentu.
Pada umumnya, manusia mendapatkan sebagaian besar pengetahuan
melalui indra penglihtan dan pendengaran.
b) Pemahaman
18

Memahami adalah keahlian untuk memaparkan tentang suatu


objek yang dikenali dengan benar dan mampu mendefinisikan materi
tersebut dengan tapat.
c) Sikap
Sikap adalah respon atau reaksi seseorang yang masih belum
terlihat terhadap rangsangan atau objek tertentu.
d) Tindakan (Pola Perilaku)
Tindakan memiliki data tingkatan, yakni guided response (respon
terpimpin) dan perception (persepsi).
Selain itu, terdapat indikator kesadaran yang dijadikan karakteristik
khusus atau identitas dari kesadaran, antara lain:
a. Mempunyai kesanggupan dalam meniti kehidupan dan memamahi
konsekuensi logis berupa tantangan atau cobaan yang dihadapi selama
hidup.
b. Menerima, memahami, dan bersedia mengenal diri sendiri, baik itu
dalam aspek kekurangan atau kelebihan
c. Memiliki kesiapan dalam mengemban amanah
d. Memiliki tanggung jawab
e. Memamai apa yang dikatakan dan tindakan yang diperbuat

2.3 Kajian tentang Ibadah Salat


2.3.1 Pengertian Salat
Salat menurut Bahasa adalah doa. Hasbi Ash Shiddieqy dalam
buku “Pedoman Salat” juga mengatakan bahwa perkataan salat dalam
pengertian bahasa Arab ialah doa, memohon kebijakan dan pujian. Adapun
arti salat menurut istilah syara’, salat ialah suatu ibadah yang dimulai
dengan takbiratul ihram dan di akhiri dengan salam, serta dilengkapi
dengan beberapa perbuatan dan ucapan. (Shiddieqy, 2001)
Sedangkan arti salat yang melengkapi bentuk, hakikat, dan jiwa
salat itu sendiri adalah berhadap jiwa kepada Allah SWT yang
mendatangkan rasa takut, yang menumbuhkan rasa kebebasan dan
19

kekuasaan-Nya dengan khusyuk dan Ikhlas di dalam ucapan dan perbuatan


yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam.
Kewajiban salat langsung ditunjukkan Rasulullah SAW, begitu
juga umat islam diwajibkan untuk mengerjakan salat, bertemu dengan
Allah SWT selama lima kali dalam sehari semalam. Dengan menjalankan
salat, kita bisa merasakan keagungan dan kekuasaan-Nya. Salat tidak
hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhannya saja dalam hubungan
jiwa atau rohani sebagaimana telah disebutkan, namun juga mengatur
hubungan manusia dengan manusia dan juga dengan masyarakat.
Dalil yang mewajibkan salat banyak sekali, baik dalam Al-Qur’an
maupun dalam Hadist Nabi Muhammad Saw, inilah beberapa dalil ayat
Al-Qur’an yang mewajibkan salat yaitu Q.S Al-Ankabut/29:45, Q.S Al-
Baqarah/2:43, dan Q.S Al-Isra’/17:78

َّ ‫ص ٰلو َۗةَ ا َِّن ال‬


َ ‫ص ٰلوةَ تَ ْنهٰ ى‬
‫ع ِن ْالفَ ْحش َۤا ِء‬ َّ ‫ب َواَقِ ِم ال‬ِ ‫ي اِلَيْكَ مِنَ ْال ِك ٰت‬ َ ‫اُتْ ُل َما ٰٓ ا ُ ْو ِح‬
٤٥ َ‫صنَعُ ْون‬ ْ َ‫ّٰللاُ َي ْعلَ ُم َما ت‬ ِ ‫َو ْال ُم ْن َك ِر َولَ ِذ ْك ُر ه‬
‫ّٰللا اَ ْك َب ُر ََۗو ه‬
)45 :29/‫( العنكبوت‬
Artinya: “Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) yang
telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu
mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah
(salat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al-'Ankabut/29:45) Terjemahan
Kemenag 2019
Berdasarkan ayat diatas, maksudnya yaitu (dan laksanakanlah salat
pada kedua siang) yaitu diwaktu pagi dan sore yang dimaksud adalah salat
subuh, zhuhur dan asar, (dan bagian pada bagian permulaan malam) yaitu
salat maghrib dan isya. (Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik) itu
seperti menjalankan salat lima waktu, (menghapuskan perbuatan-
perbuatan yang buruk) yakni dosa-dosa yang kecil. Jumlah salat wajib
dalam sehari semalam antara lain:
a. Salat subuh dua rakaat, waktu dikerjakan mulai terbit fajar sadiq
hingga terbitnya matahari
20

b. Salat zhuhur empat rakaat, waktunya setelah tergelincir matahari


sampai bayang-bayang suatu benda telah sama dengan panjang benda
itu tersebut.
c. Salat asar empat rakaat, dikerjakan setelah waktu salat zuhur habis
sampai matahari terbenam diufuk barat.
d. Salat maghrib 3 rakaat, pelaksanaanya mulai terbenamnya matahari
hingga hilangnya mega merah.
e. Salat isya empat rakaat, dimulai dari hilangnya mega merah di ufuk
barat hingga terbitnya fajar sadiq (fajar putih yang terbenam diufuk
timur). (ER, 2014)

‫ق الَّ ْي ِل َوقُ ْر ٰانَ ْالفَج َۗ ِْر ا َِّن قُ ْر ٰانَ ْالفَجْر‬


ِ ‫س‬ َ ‫ش ْم ِس ا ِٰلى‬
َ ‫غ‬ َّ ‫ص ٰلوةَ ِلدُلُ ْو ِك ال‬
َّ ‫اَ ِق ِم ال‬
)78 :17/‫اْلسراء‬ۤ ( ٧٨ ‫َكانَ َم ْش ُه ْودًا‬
Artinya: Dirikanlah salat sejak matahari tergelincir sampai
gelapnya malam dan (laksanakan pula salat) Subuh! Sesungguhnya salat
Subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al-Isra'/17:78) Terjemahan
Kemenag 2019
Ayat ini menerangkan waktu salat yang lima. Tergelincirnya
matahari menunjukkan waktu salat Zuhur dan Asar, sedangkan gelap
malam menunjukkan waktu salat Magrib, Isya’, dan Subuh. Dalam hadis
riwayat Ahmad disebutkan bahwa salat Subuh disaksikan oleh para
malaikat yang bertugas pada malam dan siang.

2.3.2 Kedudukan Salat dalam Syariat Islam


Salat dalam islam memiliki kedudukan yang tinggi yaitu sebagai
rukun dan tiang agama. Salat menempati rukun kedua setelah membaca
kedua kalimat syahadat, serta menjadi lambang hubungan yang kokoh
antara Allah SWT dan hamba-Nya.
Sebagai ibadah yang berpredikat tiang agama, salat yang
dilaksanakan harus menyentuh setiap aspek ajaran islam. Secara umum
islam mengajarkan pentingnya memelihara hubungan dengan Allah dan
sesama manusia. Dalam kaitannya dengan hubungan vertikal kepada
21

Allah, kita dianjurkan untuk dapat melaksanakan salat dengan penuh


kekhusyukan.
Kedudukan salat dalam islam seperti posisi kepala bagi badan,
salat adalah tiang penyangga agama, rukun dan syiarnya, pemisah antara
orang-orang kafir dan orang-orang muslim, syarat keselamatan, penjaga
keimanan, media penghubung antara seorang hamba dengan tuhannya,
pelipur lara dan sumber kedamaian hati. (Masyhur, 2000) Berdasarkan
keterangan diatas maka salat merupakan bagian dari pada rukun islam dan
salat merupakan pemisah bagi umat islam dan non muslim.

2.3.3 Keutamaan dan Hikmah Salat


Salat bukan hanya sekedar rutinitas atau ritual semata. Jika
diamalkan dengan sungguh-sungguh, salat akan mendatangkan ketenangan
hati dan keselamatan dalam hidup didunia maupun di akhirat nanti. Ada
beberapa keutamaan salat yang perlu diketahui setiap muslim yaitu:
a. Keutamaan salat lima waktu yaitu mencegah perbuatan keji dan
mungkar, serta menghapuskan dosa-dosa kecil.
b. Keutamaan salat sunnah yaitu penyempurnaan salat wajib dan
membiasakan salat sunnah bisa menemani Rasulullah Saw disurga.
c. Keutamaan salat berjamaah yaitu pahalanya lebih utama 27 derajat dari
salat sendirian.
Hikmah yang terkandung dalam menjalankan ibadah salat adalah:
a. Sebagai sarana untuk ingat dan bersyukur kepada Allah yang telah
memberikan beberapa nikmat kepada kita
b. Sebagai sarana untuk membuktikan bahwa manusia itu sebagai hamba
yang harus melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya
c. Untuk mengukur tingkat ketaqwaan yang dimiliki seorang hamba yang
beriman
d. Memerintahkan manusia untuk selalu menjaga kebersihan hati dan
jiwanya
e. Memerintahkan manusia untuk mempunyai hati yang lapang dan
menjaga diri dari hawa nafsu
22

f. Membentuk manusia agar mempunyai akhlakul karimah.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Latar Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Ali Imran yang beralamat di
Jln. Bersama No 21, Kota Medan, Sumatera Utara, 20222. Dengan topik
penelitian Problematika Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan
Kesadaran Salat bagi Pesera Didik di SMP Swasta Ali Imran Medan.

3.2 Sumber Data


Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji
dalam penelitian ini sebagain besar berupa data kualitatif. Menurut sumbernya
data penelitian dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
3.2.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya untuk diamati dan dicatat dalam bentuk pertama kalinya,
dan merupakan bahan utama peneliti, yaitu sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data
primer pada penelitian ini adalah Guru Pendidikan Agama Islam di
SMP Swasta Islamiyah Yayasan Hamdi Husni Medan.

3.2.2 Data Sekunder


Data yang diperoleh dan digunakan untuk pendukung data
primer. Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data seperti lewat orang lain atau lewat dokumen.
Sumber data sekunder pada penelitian ini adalah kepala
sekolah, peserta didik serta segala arsip dan dokumen resmi yang
tersimpan di SMP Swasta Islamiyah Yayasan Hamdi Husni Medan.

23
24

3.3 Pendekatan dan Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang
ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan menganalisa fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok.
Menurut Creswell dan Juliansyah Noor, penelitian kualitatif sebagai
suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan-
pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami.
Penelitian ini akan memberikan gambaran empiris mengenai
problematika guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan kesadaran
salat bagi peserta didik di SMP Swasta Ali Imran Medan. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan yang berusaha
mengungkapkan kenyataan sosial secara keseluruhan utuh dan tuntas.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategi
dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan
data. Untuk mengumpulkan data dilapangan dalam rangka menjawab fokus
penelitian maka digunakan metode pengumpulan data yaitu observasi,
wawancara dan dokumentasi. (Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan:
Penedekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, 2014)
3.4.1 Taknik Wawancara
Menurut Mardianto menyatakan bahwa, wawancara merupakan
salah satu metode pengumpulan data dengan cara komunikasi, yaitu
melalui percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewanwancara
dan responden, data yang dikumpulkan dapat bersifat fakta, sikap,
pendapat, keinginan, dan pengalaman. Wawancara yang dimaksud
disini adalah terkait dnegan pengumpulan data yang akurat untuk
keperluan proses pemecah masalah tertentu.
Wawancara dapat dilakukan secara struktur, tidak struktur,
langsung, ataupun tidak langsung. Tujuan dari wawancara adalah untuk
25

memporoleh informasi yang dilakukan dengan tanya jawab antara


peneliti dengan objek yang diteliti. Dalam metode ini kreativitas
pewawancara sangat diperlukan karena dapat dikatakan bahwa hasil
interview yang teliti banyak bergantung pada kemampuan penyelidik
untuk mencari jawaban, mencatat dan menafsirkan setiap jawaban.
3.4.2 Studi Dokumen
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumtasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumentasi digunakan untuk melengkapi
data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang
bersumber dari dokumen atau rekaman. Dokumentasi adalah salah satu
metode yangpeneliti gunakan data pengumpulan data kualitatif yakni
seperti dokumen-dokumen maupun foto-foto kegiatan yang barkaitan
dengan penelitian. (Maskur, 2015).

3.5 Tenik Analisis Data


Neong Muhadjir (1998: 104) mengemukakan pengertian dari analisis
data supaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil dari observasi,
wawancara dan dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti
tentang peristiwa yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang
lain. Untuk mendapatkan gambaran data hasil dari penelitian maka perlu
dilakukan prosedur, sebagai berikut:
3.5.1 Reduksi Data
Miles dan Huberman dan Sugiyono mengatakan bahwa
reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar
yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Mereduksi data
bisa berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanyandan membuang
yang tidak perlu. (Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan :
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, 2014)
26

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitive yang


memerlukan kecerdasan dan keleluasan serta kedalaman wawasan
bagi yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru dalam melakukan
reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang
dipandang ahli. Melalui diskusi tersebut maka wawasan peneliti akan
berkembang sehingga dapat meredukit data-data yang memiliki nilai
temuan dan pengembangan teori signifikan.
3.5.2 Penyajian Data atau Display Data
Display adalah format yang menyajikan informasi secara
sistematik kepada pembaca. penelitian kualitataif memfokuskan pada
kata-kata, tindakan-tindakan orang yang terjadi pada konteks tertentu
yang dapat dilihat sebagai aspek relavan segala situasi yang
bersangkutan maupun sebagai aspek relavan dari system social.
(Zulfa, 2010:132)
Penyajian data adalah kegiatan Ketika sekumpulan informasi
disusun, sehingga memberikan kemungkinan akan adanya penarikan
kesimpulan dan pengampilan tindakan. Bagitu pun penyajian data
kualitatif dapat berupa data teks naratif berbentuk catatan lapangan
dan lain sebagainya. Dari bentuk-bentuk tersebut dapat
menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang
padu dan mudah diraih. Makan dalam menyjian data terhadap
peneltian kualitatif lebih berbentuk uraian yang singkat dan jelas.
3.5.3 Penarikan Kesimpulan
Djam’an & Aan (2013: 219) suatu kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, serta dapat berubah jika tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk mendudkung data yang
dikumpulkan. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukan pada tahap
awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Adapun hal yang dilakukan
27

peneliti dalam menarik kesimpulan dari peneliti ini adalah meringkas


point-point penting dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

2005, U. R. (2006). Tentang Guru dan Dosen . Jakarta: PT. Asa Mandiri.

Andayani, A. M. (2004). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.


Bandung: PT Rosadakarya.

Djamarah, S. B. (2010). Guru dan Anak Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Djarat, Z. (2003). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan BINTANG.

ER, U. (2014). Panduan Salat & Do'a disertai Juz Amma. Jakarta: Lingkar Media.

Getteng, A. R. (2009). Menuju Guru Profesional dan Ber-Etika. Yogyakarta:


Graha Guru.

Kebudayaan, D. P. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Kosasi, R. (1994). profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Masjkur, M. (2018). Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam membangun


Self Control Remaja di Sekolah. Bojonegoro: At-Tuhfah.

Maslow, A. (2004). Psikologi Sains. Jakarta: Teraju.

Muchith, M. S. (2016). Guru PAI yang Profesional. QUALITY Vol. 4, No. 2, 19.

Mulyasa. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Rauf. (2003). Salat Menurut Tuntutan rasulullah SAW. Jakarta: Karya Dunia
Fikir.

Shiddieqy, M. H. (2001). Pedoman Salat. Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Syarifuddin. (2003). Garis-Garis Besar Fikih. Bogor: Kencana..

Yaumi, M. (2004). Action Research . Yogyakarta: PT. Remaja Rosdakarya.

Zainuddin, d. (1991). Seluk Beluk Pendidikan Al-Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara.

28
29

Anda mungkin juga menyukai