Anda di halaman 1dari 51

URGENSI PENGAMALAN AJARAN

ISLAM PERSPEKTIF Q.S AL-FURQAN: 30

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Pengajuan


Penelitian dan Laporan Skripsi

Oleh:
Muh Risal
NIM 19011150

Dosen Pembimbing
Ust. Umar Farouq, Lc,. MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI ILMU USHULUDDIN
DARUL HIKMAH BEKASI
1444 H / 2023 M
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………....……...…..

BAB I PENDAHULUAN …………………………………..………….


1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………..………
1.2 Batasan Masalah …………………………….………….………
1.3 Rumusan Masalah ………………………………………………
1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………………..
1.5 Metode Penelitian ……………………………………………….
1.5.1. Jenis penelitian …………………………………... …….....
1.5.2. Sumber data ……………………..……………..... ………..
1.5.3. Teknik pengumpulan data ………………………………....
1.5.4. Teknik analisis data ………………………………………..
1.6 Penelitian Terdahulu ……………………………………………...
1.7 Sistematika Penulisan …………………………………………......
BAB II …………………….. ……………………………………………..
2.1 Pengertian Pengamalan Ajaran Islam ….. …………………………
2.2 Konsep Pengamalan Ajaran Islam.....................................................
2.3 Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi Pengamalan Ajaran Islam..
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai umat Islam, kita memahami dan meyakini bahwa semua fungsi
agama Islam, semua kesempurnaan agama Islam, semua kemuliaan agama Islam,
hanya dapat kita nikmati. jika kita amalkan dengan baik dan benar dalam semua
aspek kehidupan kita. Oleh karena Islam tanpa pengamalan adalah kitab suci yang
tidak mensucikan, Islam tanpa pengamalan adalah warisan mulia yang tidak
memuliaka, Islam tanpa pengamalan adalah petunjuk keselamatan yang tidak
menyelamatkan. Jadi Islam tidaklah cukup hanya dengan keyakinan sebagai suatu
kebenaran, tetapi harus ada tindakan nyata dalam kehidupan pribadi, keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Karena Islam sebagai agama tidak hanya
mempersoalkan urusan pribadi tetapi lebih dari itu Islam sebagai suatu sistem
sehingga bisa mengurusi negara dan masyarakat luas.

Dengan hadirnya agama Islam, ingin melaksanakan ajaran-ajaran agama


yang merupakan kesepakatan mutlak para pemeluknya yang berdasar pada al-
Qur’an dan al-Hadis. Maka Islam dapat dipahami sebagai sistem nilai dan ajaran
yang bersifat illahiah. Karena itu, Islam juga bersifat transenden.

Sebagaimana firman Allah Swt Qs. An-Nahl/16 : 97

ً‫طيِّبَ<<ة‬ َ ُ‫<<ر َأ ْو ُأ ْنثَى َوه‬


َ ً‫<<و ُم<< ْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهُ َحيَ<<اة‬ ٍ ‫ص<<الِحًا ِّم ْن َذ َك‬ َ ‫َم ْن َع ِم‬
َ ‫<<ل‬
‫۝‬.‫َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم َأجْ َر هُ ْم ِبَأحْ َس ِن َما َكانُ ْوا يَ ْع َملُ ْو َن‬
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.1”
1
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:PT. Sinergi Pustaka Indonesia,
2012), h. 378-379.
Adapun tafsir Qs. An-Nahl/16: 97 sebagaiman dalam Tafsir ibnu Katsir
disebutkan bahwa:

Janji Allah ini ditujukan kepada orang yang beramal saleh. Yang dimaksud
dengan amal saleh ialah amal perbuatan yang mengikuti petunjuk Kitabullah dan
Sunnah Nabi-Nya, baik dia laki-laki ataupun perempuan dari kalangan anak
Adam, sedangkan hatinya dalam keadaan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dan bahwa amal yang dilakukannya itu merupakan amal yang diperintahkan
serta disyariatkan dari sisi Allah. Maka Allah berjanji akan memberinya
kehidupan yang baik di dunia, dan akan memberinya pahala yang jauh lebih baik
daripada amalnya kelak di akhirat.2

Pada ayat ini Allah Swt menekankan bahwa laki-laki dan perempuan
dalam Islam mendapat pahala yang sama jika melaksanakan amal saleh yang
harus disertai dengan iman, dengan balasan kehidupan yang baik. Dengan
demikian umat Islam harus memahami dengan benar ajaran agama Islam yang
kemudian dapat direalisasikan dalam bentuk pengamalan dalam kehidupan sehari-
hari.

Kesadaran untuk mengamalkan ajaran Islam tidak terlepas dari


pengetahuan serta pemahaman agama yang utuh, karena dibutuhkan kesadaran
serta semangat yang besar untuk terus belajar mencari ilmu. Ilmu tidak hanya
diperoleh di lembaga formal, tetapi juga informal, karena keluarga, pergaulan dan
lingkungan dapat membangun perubahan dan berpartisipasi aktif di dalamnya,
sehingga manusia dapat dibentuk menjadi makhluk moral spiritual (moral-
spiritual-being), agar menjadi lebih baik dan bertaqwa kepada sang pencipta.3

Aqidah, Ibadah dan Akhlaq adalah konsep utama ajaran Islam yang
merupakan kunci pembuka dalam mengamalkan ajaran Islam. Ini mengandung
arti bahwa ajaran Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi

2
Ismail bin Katsir, E-book Tafsir ibnu Katsir, https://www.alquran- sunnah.com/artikel/buku-
islam/ebook-islami/454-e-book-tafsir-ibnu-katsir-salah-satu-kitab-tafsir- al-quran-terbaik.html
3
Samhi Muawan Djamal, Penerapan Nilai-nilai Ajaran Islam dalam Kehidupan Masyarakat Di
Desa Garuntungan Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba. Jurnal Adabiyah Vol. 17 Nomor
2/2017
dirinya dan masyarakat serta tenang dan gemar mengamalkan dan
mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah Swt dan dengan
sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta
ini untuk kepentingan hidup di dunia dan di akhirat nanti.

Merenungkan kondisi ummat secara umum dengan kacamata


pengorbanan, niscaya kita menjumpai sangat banyak contoh keengganan banyak
kalangan dari umat Islam untuk melakukan pengamalan ajaran Islam.

Faktanya, kurangnya kesadaran untuk mengamalkan ajaran Islam. Banyak


umat yang menjadikan ajaran Islam itu sebagai formalitas saja, seperti halnya
rajin shalat tapi amalan shalatnya tidak mempengaruhi prilakunya bahkan di
zaman sekarang malah banyak orang yang tidak shalat. Pola pikir masyarakat
masih sangat rendah dalam memahami ajaran Islam, hal inilah yang mendasari
sehingga sebagian masyarakat masih melakukan hal-hal yang menyimpang dari
syariat Islam yang sebenarnya.

Menurut Amiruddin Z Nur.4 Mengungkapkan bahwa pola pikir


masyarakat masih sangat rendah dalam memahami ajaran Islam, hal inilah
yang mendasari sehingga sebagian masyarakat masih melakukan hal-hal yang
menyimpang dari syariat Islam yang sebenarnya. Misalnya masyarakat masih
memperingati hari kematian, mempercayai hal-hal yang mistis, dll. Masyarakat
melakukan hal demikian karena kurangnya perhatian yang positif terhadap ajaran
agama Islam yang akan membawa masyarakat lebih kritis tentang keadaan-
keadaan sosial yang terjadi di lingkungannya sebagai implementasi dari
perumpamaan-perumpamaan yang telah digariskan oleh Allah Swt.

Dr. Muzakkir M. Arif, Lc, MA.5 Mengungkapkan bahwa kurangnya


kesadaran orang tua dalam mengamalkan ajaran Islam khususnya kepada anak
contohnya, orang tua mencontohkan anaknya bermain tik-tok, berjoget-joget di
depan umum dan masih malas dalam belajar ajaran agama Islam secara sistematis
4
Amiruddin Z Nur. 2018 pengamalan ajaran islam dalam kehidupan bermasyarakat, Jurnal Al-
Mu’izhah vol. 1 No. 1, september 2018. Hal 2
5
Dr. Muzakkir M. Arif , MA( Anggota Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sul-Sel). Orang tua yang
merusak fitrah anaknya, Channel PKM TV.
sehingga kita menjumpai orang-orang berpendidikan tinggi akan tetapi masih
salah cara membaca al-qur’an, cara berwudhu masih salah dan inilah yang disebut
belajar Islam belum sistematis. Seharusnya mereka mendorong anaknya untuk
mempelajari al-Qur’an, belajar tentang syariat Islam, membiasakan diri untuk
mengamalkan ajaran Islam kepada anak-anaknya dan rajin dalam mempelajari
ajaran Islam secara sistematis.

Widianti.6 Menjelaskan bahwa di lingkungan SMP Muhammadiyah 3


Metro belum optimal untuk membiasakan mengucapkan salam, berjabat
tangan, santun dalam berbicara, sopan dalam bersikap, dan saling
menghormati baik dengan guru maupun sesama teman contohnya, kenakalan
remaja, perkelahian, premanisme, minuman keras dan sebagainya, walaupun tidak
secara langsung ada keterkaitan dengan pola metodologi pendidikan agama yang
selama ini berjalan konvensional-tradisional. Seharusnya pendidikan
mengamalkan ajaran Islam lah yang mesti menjadi pelajaran wajib agar terbentuk
seorang pribadi yang baik secara perilaku seseorang dimana mampu membedakan
dan dapat pula menentukan baik buruknya sesuatu itu pun nilai religiuslah yang
dijadikannya pedoman.

Sitti Utari Lamangga.7 Mengungkapkan bahwa pengamalan ajaran


agama Islam di SD Inpres Bunaken KecamatanBunaken Kepulauan para
siswa tidak mengaplikasikan apa yang diterima disekolah walaupun di SD
Inpres Bunaken Kecamatan Bunaken Kepulauan dominan beragama Islam
begitupun guru pada mata pelajaran PAI hanyalah guru honorer dan Peserta didik
juga sangat dipengaruhi oleh permainan digadget sehingga kebiasaan belajar
sangat terpengaruh. Kebiasaan ucapan yang keluar dari mulut dalam kehidupan
sehari-hari adalah ucapan makian maka dalam pembiasaan pengamalan akhlak
dalam bertutur kata juga dipengaruhi oleh lingkungan hidup peserta didik.

6
Widianti.2018 Implementasi Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Nilai-Nilai Religius
Peserta Didik SMP Muhammadiyah 3 Metro (UIN Raden Intan Lampung 2017/2018), Tesis PDF
7
Sitti Utari Lamangga. 2020 Pengamalan Ajaran Agama Islam Pada Peserta Didik Di SD Inpres
Kecematan Bunaken Kepulauan Kota Manado (IAIN Manado 2020) Skripsi PDF
Penelitian-penelitian yang dipaparkan diatas, kebanyakan mengungkap
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, kurangnya kesadaran dalam
mengamalkan ajaran agama Islam yang telah di ketahui dan mencampur adukkan
ajaran Islam dengan ajaran nenek moyang terdahulu dan penelitian tersebut belum
membahas pentingnya pengamalan ajaran Islam menurut al-Qur’an dan para
muffassir. Sedangkan penelitian ini membahas secara komprehensif tentang
pengamalan ajaran agama Islam. Penelitian ini juga belum pernah dilakukan
sebelumnya, sehingga penting untuk dilakukan.

Berdasarkan uraian-uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa


penelitian ini adalah sangat penting untuk dikaji dan diteliti lebih mendalam
dengan alasan bahwa mengamalkan ajaran agama Islam sangat penting dibiasakan
bahkan sebagai syarat untuk masuk syurga. Sehingga agama Islam wajib
diamalkan dan selalu menuntut kita untuk selalu belajar sampai menjelang wafat
dan pada kesempatan ini penulis bermaksud untuk menuliskannya dalam skripsi
yang berjudul “Urgensi Pengamalan Ajaran Islam Perspektif Q.S Al-Furqan
Ayat 30.”

1.2 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Penelitian ini dibatasi pada Q.S Al-Furqan Ayat 30 karena surat tersebut
berkaitan dengan judul skripsi yang akan dibahas dan juga agar kita terhindar
dari sifat orang-orang quraisy yaitu sikap tidak mengacuhkan Al-Qur’an ialah
tidak mau merenungkan dan memahami maknanya, tidak mengamalkannya
dan tidak melaksanakan perintah-perintahnya, serta tidak meninggalkan
larangan-larangannya.

2. Penelitian ini dibatasi pada pendapat 2 mufassir klasik yaitu, tafsir Al-
Qurthubi dan tafsir Ibnu Katsir dengan alasan bahwa tafsir Al-Qurthubi
dikenal memiliki wawasan yang sangat luas terutama di bidang ilmu fiqih dan
tafsir sedangkan tafsir Ibnu Katsir adalah salah seorang ulama tafsir yang
kemampuannya diakui oleh para ulama lainnya. Dan 2 mufassir kontemporer
yaitu, tafsir Fi Zilalil-Qur’an karena kitab tafsir ini menggunakan metode
tahlili, suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat
Al-Qur’an dan seluruh aspeknya. Dan tafsir Al-Munir karena metode
penulisannya adalah metode tematik atau maudhu’i.

3. Penelitian ini dibatasi QS. Al-Furqan Ayat 30 tentang urgensi pengamalan


ajaran Islam.

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang
akan dikaji adalah sebagai berikut:

1. Apakah makna dan konsep urgensi pengamalan ajaran Islam?

2. Bagaimana kajian QS. Al-Furqan Ayat 30 dan bagaimana penafsirannya?

3. Bagaimana langkah strategis penyadaran akan urgensi pengamalan ajaran


Islam?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memenuhi syarat kelulusan
program pendidikan sarjana strata satu (S1) Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Sekolah
Tinggi Ilmu Ushuluddin Darul Hikmah, Adapun tujuan khusus penelitian ini
adalah untuk menjawab rumusan masalah atau pertanyaan-pertanyaan penelitian
diatas, yaitu:

1. Untuk mengetahui makna dan konsep urgensi pengamalan ajaran Islam.

2. Untuk menjelaskan kajian Q.S Al-Furqan ayat 30 dan bagaimana


penafsirannya tentang urgensi pengamalan ajaran Islam.
3. Untuk menganalisis langkah strategis penyadaran akan urgensi pengamalan
ajaran Islam.

1.5 Metode Penelitian

Metode penulisan skripsi ini merujuk pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Skripsi, Jurnal) Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin, Darul Hikmah, Bekasi, Tahun
2022 dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), tahun 2016.

1.5.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif


merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan,
menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh
sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan
kuantitatif.8

1.5.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa :


1. Data Primer.

Data primer adalah data utama atau data pokok yang digunakan dalam
penelitian. Data pokok dapat dideskripsikan sebagai jenis data yang diperoleh
langsung dari tangan pertama subjek penelitian atau responden atau informan.
Adapun data primer dari penelitian ini adalah al-Quran.

2. Data Sekunder

Data Sekunder diambil untuk menunjang data primer diantaranya dengan


melakukan studi pustaka dan dokumentasi. Sumber data sekunder merupakan data
yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder diperoleh
8
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2011
dari catatan-catatan, dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. Data
sekunder ini berfungsi sebagai pelengkap atau pendukung data primer. Data
sekunder dari penelitian ini adalah kitab-kitab tafsir, kitab-kitab hadits, kitab-
kitab fiqh serta rujukan lain seperti skripsi, tesis, jurnal dan lain-lain.

1.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam


penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.9 Pada
penelitian ini peneliti menggunakan teknik studi Pustaka (library research).
Secara umum studi pustaka adalah cara untuk menyelesaikan persoalan
dengan menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya
diantaranya kitab – kitab yang mendukung sebagai rujukan dalam penulisan
penelitian ini.

1.5.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Analisis
deskriptif merupakan suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum.10

1.6 Penelitian Sebelumnya (min 10: jurnal, skripsi, tesis dan lainnya)

Penelitian sebelumnya menghadirkan tema-tema yang pernah dibahas sebelumnya


oleh para penulis untuk membandingkan hasil / kesimpulan serta menguatkan
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Diantara penelitian-penelitian sebelumnya
yang berkaitan dengan penelitian saya yang berjudul “Urgensi Pengamalan Ajaran
Islam Perspektif Q.S Al-Furqan ayat 30, yaitu:
9
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2011
10
Ibid
1. Skripsi yang disusun oleh Nur Oktavianti pada tahun 2021 mahasiswa
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama
Islam (IAIN) Purwokerto dengan judul Pengamalan pendidikan
Agama Islam Bagi Karyawan Rumah Makan Ayam Penyet Surabaya
Cabang Purwokerto. Pada kajiannya penulis mengamati pengamalan
pendidikan agama Islam tidak hanya dapat diperoleh di sekolah saja
melainkan dapat diperoleh dimana saja termasuk dalam dunia kerja.
yang memiliki kesamaan ialah bahwa pengamalan agama Islam juga
sangat penting untuk dilaksanakan oleh siapapun dengan penelitian
yang sedang diteliti. Metodologi dalam penelitian tersebut berjenis
penelitian lapangan (field research), dengan menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan datanya menggunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi serta dianalisis dengan teknik
reduksi data (data reduction) penyajian data (data display) dan
penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengamalan pendidikan agama islam bagi
karyawan dilaksanakan melalui beberapa kegiatan keagamaan yang
diterapkan dan wajib dilaksanakan oleh karyawan ketika bekerja. Namun
penelitian tersebut belum membahas dalam perspektif al-Qur’an.
Pembaharuan dari penelitian ini adalah melakukan penelitian dari aspek
Qur’an surat al-Furqan ayat 30 serta para mufassir klasik maupun
kontemporer.

2. Jurnal nasional yang disusun oleh Noor Hidayanti pada tahun 2019
dengan judul Problematikan Pengamalan Ajaran Agama Islam Di
Kalangan Siswa SMA Negeri 1 Gambut Kabupaten Banjar. Pada
kajiannya penulis mengamati Problematikan Pengamalan Ajaran
Agama Islam Di Kalangan Siswa SMA Negeri 1 Gambut Kabupaten
Banjar. yang memiliki kesamaan ialah pengamalan agama Islam masih
kurang dihayati dan dibiasakan dalam keseharian dengan penelitian
yang sedang diteliti. Metodologi dalam penelitian tersebut berjenis
penelitian lapangan (field research), dengan menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan datanya menggunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengolahan data adalah
editing, Klasifikasi data dan interpretasi data, setelah itu penulis
mengadakan analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
problematikan dalam hal pengamalan peserta didik pada aspek akhlak.
Namun penelitian tersebut belum membahas dalam perspektif al-
Qur’an. Pembaharuan dari penelitian ini adalah melakukan penelitian
dari aspek Qur’an surat al-Furqan ayat 30 serta para mufassir klasik
maupun kontemporer.

3. Jurnal nasional yang disusun oleh Amiruddin Z Nur & Nuriati pada
tahun 2018 dengan judul Pengamalan Ajaran Islam Dalam Kehidupan
Bermasyarakat. Pada kajiannya penulis mengamati bahwa ternyata
ajaran islam sedikit demi sedikit telah ditinggalkan oleh masyarakat.
Yang memiliki kesamaan ialah Pengamalan Ajaran Islam dengan
penelitian yang sedang diteliti. Metodologi dalam penelitian tersebut
berjenis penelitian kualitatif, dengan sumber data pendekatan deksriptif
analisis, teknik pengumpulan data yaitu obserpasi, wawancara dan
dokumentasi serta dianalisis dengan teknik tahapan reduksi data, penyajian
data, dan yang terakhir adalah verifikasi atau menarik kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: 1). Pada umumnya masyarakat yang ada
di Dusun Uru Desa Ledan Kecematan Buntu Batu Kabupaten Enrekan
sudah memahami dengan baik ajaran agama Islam juga pemahaman dalam
bentuk pendidikan. 2). Masyarakar yang ada di Dusun Uru Desa Ledan
Kecematan Buntu Batu Kabupaten Enrekan sudah mengamalkan ajaran
Islam diantaranya ibadah shalat dan dalam membina keluarga. Namun
penelitian tersebut belum membahas dalam tafsir klasik maupun
kontenporer dan perspektif al-Qur’an. Pembaharuan dari penelitian ini
adalah melakukan penelitian dari aspek Qur’an surat Al-Furqan ayat
30 serta para mufassir klasik maupun kontemporer.
4. Jurnal nasional yang disusun oleh Wike Anggraini & Nella Safira pada
tahun 2019 dengan judul Penegakan Syariat Islam Di Kota Banda Aceh
Kinerja Wilayatul Hisbah. Pada kajiannya penulis mengamati Kinerja
Wilayatul Hisbah, faktor penghambat dan faktor pendukung serta upaya
yang dilakukan Wilayatul Hisbah dalam penegakan Syariat Islam di Kota
Banda. yang memiliki kesamaan kurangnya pemahaman dan kesadaran
hukum masyarakat untuk mengamalkan syariat Islam. Metodologi
dalam penelitian tersebut berjenis penelitian kualitatif, dengan pendekatan
induktif, teknik pengumpulan data yaitu obserpasi, wawancara dan
dokumentasi serta dianalisis dengan teknik tahapan reduksi data, penyajian
data, dan yang terakhir adalah verifikasi atau menarik kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Kinerja Wilayatul Hisbah dalam
penegakan syariat Islam di Kota Banda Aceh sudah relatif baik tetapi
masih perlu ditingkatkan. Hambatan yang dihadapi oleh Wilayatul
Hisbah dalam penegakan syariat Islam salah satunya disebabkan oleh
kurangnya pemahaman dan kesadaran hukum masyarakat untuk
mengamalkan syariat Islam serta kurangnya personil Wilayatul Hisbah
Kota Banda Aceh. Namun penelitian tersebut belum membahas tentang
pengamalan ajaran islam menurut al-Qur’an dan para mufassir.
Pembaharuan dari penelitian ini adalah melakukan penelitian dari aspek
al-Qur’an dan para mufassir berkaitan dengan pentingnya
pengamalan ajaran Islam dalam keseharian.

5. Tesis yang disusun oleh Widianti pada tahun 2019 mahasiswa Fakultas
UIN Raden Intan Lampung, dengan judul Implementasi Pendidikan
Agama Islam Dalam Membangun Nilai-Nilai Religius Pada Pada Peserta
Didik SMP Muhammadiyah 3 Metro. Pada kajiannya penulis mengamati
Implementasi Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Nilai-Nilai
Religius Peserta Didik SMP Muhammadiyah 3 Metro, yang memiliki
kesamaan Implementasi Pendidikan Agama Islam dengan penelitian yang
sedang diteliti. Metodologi dalam penelitian tersebut berjenis penelitian
lapangan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan
sumber data yang digunakan dipilih secara purposive dan bersifat snowball
samping. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi. serta dianalisis dengan teknik deskripsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Implementasi Pendidikan Agama
Islam Dalam Membangun Nilai-Nilai Religius Peserta Didik SMP
Muhammadiyah 3 Metro dilakukan dengan baik dan efektif dengan
diterapkannya dalam kegiatan keseharian seperti membiasakan
mengucapkan salam, berjabat tangan, santun dalam berbicara, sopan dalam
bersikap, dan saling menghormati baik dengan guru maupun sesama
teman. Namun penelitian tersebut belum membahas tentang pengamalan
ajaran islam menurut al-Qur’an dan para mufassir. pembaharuan dari
penelitian ini adalah melakukan penelitian dari aspek al-Qur’an dan para
mufassir berkaitan dengan pentingnya pengamalan ajaran Islam dalam
keseharian.

6. Skripsi yang disusun oleh Andini Ardyalestari pada tahun 2016


mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi (UIN) Alauddin
Makassar dengan judul Metode Pembinaan Pengamalan Ajaran Islam
Terhadap Santri Di Pondok Pesantren Ihyaul ‘Ulum DDI Baruga
Kecamatan Banggae Timur Kabupaten Majene. Pada kajiannya penulis
mengamati pembinaan pengamalan ajaran agama Islam terhadap santri.
yang memiliki kesamaan ialah pengamalan ajaran agama Islam dan lebih
fokus pada pembinaan akhlak terhadap santri dengan penelitian yang
sedang diteliti. Metodologi dalam penelitian tersebut berjenis penelitian
kualitatif, dengan menggunakan pendekatan sosiologi dan bimbingan,
teknik pengumpulan datanya menggunakan metode observasi, wawancara
mendalam dan dokumentasi. Teknik pengelolaan dan analisis data
menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembinaan pengamalan
ajaran islam terhadap santri di pondok pesantren Ihyaul ‘Ulum DDI
Baruga pembinaan akhlak yaitu pemberian materi akhlak pelajaran akhlak,
keteladanan, pembiasaan melalui latihan serta kedisiplinan. Namun
penelitian tersebut belum membahas dalam perspektif al-Qur’an terkait
pentingnya mengamalkan ajaran Islam. Pembaharuan dari penelitian ini
adalah melakukan penelitian dari aspek al-Qur’an dan para mufassir
berkaitan dengan pentingnya pengamalan ajaran Islam dalam keseharian.

7. Skripsi yang disusun oleh Fannanah Al Firdausi pada tahun 2015


mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (UIN) Maulana
Malik Ibrahim Malang dengan judul Pengamalan Nilai-Nilai Agama
Islam Pada Remaja Masjid Di Masjid Sabilillah Malang. Pada kajiannya
penulis mengamati pengamalan nilai-nilai agama pada khususnya remaja
masjid di lingkungannya di tengah arus globalisasi dan pengaruh budaya
barat akhir-akhir ini. yang memiliki kesamaan ialah pengamalan ajaran
agama Islam dan penerapannya pada remaja dengan penelitian yang
sedang diteliti. Metodologi dalam penelitian tersebut berjenis penelitian
kualitatif deskriptif, teknik pengumpulan datanya menggunakan metode
interview, dan dokumentasi. Teknik pengelolaan dan analisis data
menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengamalan nilai-
nilai agama Islam pada Remaja Masjid adalah shalat berjamaah, nilai
akhlak. Namun penelitian tersebut belum membahas dalam perspektif al-
Qur’an terkait pentingnya mengamalkan ajaran Islam serta pendapat para
mufassir. Pembaharuan dari penelitian ini adalah melakukan penelitian
dari aspek Qur’an surat al-Furqan ayat 30 dan para mufassir
berkaitan dengan pentingnya pengamalan ajaran Islam dalam
keseharian.

8. Tesis yang disusun oleh Amin Kutby pada tahun 2022 mahasiswa
Fakultas Program Pascasarjana (IIQ) Jakarta, dengan judul pengaruh
pengamalan ajaran agama dan interaksi dengan al-Qur’an terhadap akhlak
siswa (studi kasus di SMP muhammadiyah 38 jakarta). Pada kajiannya
penulis mengamati kondisi dan situasi kegiatan belajar mengajar di
sekolah yang sebagian siswa masih memiliki sikap dan akhlak kurang
baik, yang memiliki kesamaan ialah pengamalan ajaran agama Islam
memiliki arah pengaruh positif terhadap akhlak. Metodologi dalam
penelitian tersebut berjenis penelitian explanatory research dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif, subyek penelitian tersebut adalah
seluruh siswa di SMP Muhammadiyah 36 Jakarta, berjumlah 172
responden dengan teknik sample secara random. Teknik pengelolaan dan
analisis data menggunakan analisis deskirptif dan analisis regeresi linier
berganda dengan bantuan program SPPS versi 23. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh pengamalan ajaran agama dan interaksi
dengan al-Qur’an secara bersamaan terhadap akhlak siswa dengan nilai
Fhitung sebesar 5027,92 lebih besar jika dibandingkan dengan Ftabel
sebesar 3,05. Namun penelitian tersebut belum membahas perspektif al-
Qur’an dan para mufassir mengenai perumpamaan orang yang tidak
mengamalkan ajaran agama Islam. pembaharuan dari penelitian ini adalah
melakukan penelitian dari aspek al-Qur’an dan para mufassir berkaitan
dengan pentingnya pengamalan ajaran Islam dalam keseharian.

9. Jurnal internasional yang disusun oleh Lestari pada tahun 2016 dengan
judul keyakinan, pemahaman, dan pengamalan eksklusivis Islam
perspektif insklusivis Islam. Pada kajiannya penulis mengamati bahwa
keimanan, pemahaman, dan amalan umat Islam memiliki ragam bentuk
dan sikap serta ekspresi yang berbeda, yang secara umum terbagi dalam
dua tipologi yaitu inklusif dan eksklusif. Yang memiliki kesamaan ialah
Pengamalan Ajaran Islam dengan penelitian yang sedang diteliti.
Metodologi dalam penelitian tersebut berjenis penelitian kualitatif, dengan
sumber data pendekatan deksriptif analisis, teknik pengumpulan data yaitu
obserpasi, wawancara dan dokumentasi serta dianalisis dengan teknik
tahapan reduksi data, penyajian data, dan yang terakhir adalah verifikasi
atau menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Islam
eksklusif/eksklusivisme islam lebih melihat Islam sebagai agama yang
totalistik dan definitif dalam memberikan solusi atas permasalahan yang
dihadapi dalam segala aspek kehidupan dan di setiap kondisi zaman.
Namun penelitian tersebut belum membahas pengamalan ajaran Islam
dalam pandangan al-Qur’an dan para mufassir. Pembaharuan dari
penelitian ini adalah melakukan penelitian dari aspek pentingnya
pengamalan ajaran Islam perspektif Q.S Al-Furqan ayat 30.

10. Skripsi yang disusun oleh Ahmad Asmu Fadli pada tahun 2021
mahasiswa Fakultas Agama Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam
(Universitas Muhammadiyah Makassar) dengan judul Pengamalan
Nilai-Nilai Ajaran Islam Pada Remaja Masjid Babul Jannah. Pada
kajiannya penulis mengamati pengamalan nilai-nilai ajaran Islam pada
khususnya remaja masjid di lingkungannya di tengah kemajuan teknologi.
yang memiliki kesamaan ialah pengamalan nilai-nilai Islam pada remaja
dengan penelitian yang sedang diteliti. Metodologi dalam penelitian
tersebut berjenis penelitian kualitatif, dengan sumber data pendekatan
deksriptif analisis, teknik pengumpulan data yaitu obserpasi, wawancara
dan dokumentasi serta dianalisis dengan teknik tahapan reduksi data,
penyajian data, dan yang terakhir adalah verifikasi atau menarik
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengamalan nilai-nilai
ajaran Islam pada remaja masjid adalah salat berjamaah dan nilai akhlak
yaitu sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Namun penelitian
tersebut belum membahas dalam perspektif al-Quran. Pembaharuan dari
penelitian ini adalah melakukan penelitian dari aspek Qur’an surat al-
furqan ayat 30 serta para mufassir klasik maupun kontemporer.

Berikut ringkasan 10 penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan


penelitian yang ingin dikaji adalah sebagai berikut:
Nama, Tahun, Judul
Metode Hasil / Kesimpulan Keterbaruan /
Masalah Novelity

Widianti, 2019 Kurangnya lembaga pendidik Kualitatif, Implementasi pddkan agama Belum membahas
implementasi mengenalkan dan menanamkan Teknik pengumpulan islam dlm membangun nilai2 dlm perspektif ajaran
pendidikan islam tauhid/akidah kpd peserta didik data yaitu: observasi, religius di lingkungan SMP Islam, (QS. Al-
sbg pondasi awal interview dan muhammadiyah 3 metro, Furqan ayat 30,
dokumentasi. membiasakan mengucapkan mufassir, waktu )
Analisis data deskriptif salam, berjabat tangan dll.

Ahmad Asmu Pengamalan nilai-nilai ajaran Kualitatif, Shalat berjamaah dengan tepat Belum membahas
Fadli,2021 pengamalan islam pada remaja terkendala Teknik pengumpulan waktu, memanajemen waktu dlm perspektif ajaran
nilai2 ajaran islam pd krn kurangnya pembiasaan data yaitu: observasi, dalam bekerja, pemahaman lebih Islam, (QS. Al-
remaja interview dan dalam terhadap nilai-nilai akidah Furqan ayat 30 ,
dokumentasi. islam mufassir, waktu )
Analisis data deskriptif

Noor Hidayanti, 2019 Anak didik menganggap Kualitatif, Problematika dlm hal Belum membahas
Problematika pelajaran pendidikan islam observasi, interview dan pengamalan peserta didik pd dlm pandangan al-
pengamalan ajaran hanya mrpkan ilmu dokumentasi. aspek akhlak seperti membuang quran dan mufassir.
islam pengetahuan biasa dan kurang Editing, klasifikasi data sampah tdk pd tmpnya maupun
dihayati shg tdk diterapkan dlm dan interpretasi data. adab berpakaian
kehidupan Analisis data deskriptif

Nur Oktavianti, 2021. Pendidikan ajaran islam pada Kualitatif, pengamalan pendidikan agama Belum membahas
Pengamalan pendidikan karyawan belum sepenuhnya Field research, islam tidak hanya dapat diperoleh perumpamaan org yg
agama islam mengamalkan ajaran islam observasi, interview dan di sekolah saja melainkan dapat tdk mengamalkan
pada saat bekerja dokumentasi. diperoleh dimana saja termasuk ajaran Islam
Analisis data deskriptif dalam dunia kerja perspektif surah Al-
Furqan ayat 30

Wike Anggraini &


Nella Safira, 2019 Kurangnya Kualitatif, Kinerja Wilayatul Hisbah dalam Belum membahas
Penegakan Syariat pemahaman&kesadaran hukum Pendekatan induktif, penegakan syariat Islam di Kota dlm perspektif ajaran
Islam DiKota Banda masyarakat untuk Analisis data & Banda Aceh sudah relatif baik Islam, (QS. Al-
Aceh mengamalkan syariat islam dan deskriptif tetapi masih perlu ditingkatkan. Furqan ayat 30 ,
kurangnya personil wilayatul mufassir, waktu )
hisbah kota banda aceh

Andini Ardya Lestari, Keadaan pengawas yang masih Kualitatif, Strategi pembinaan pengamalan Belum membahas dlm
2016 Metode kurang terhadap santri shng Teknik pengumpulan ajaran islam terhadap santri perspektif ajaran Islam,
Pembinaan Pengamalan pergaulan santri dgn data yaitu: observasi, terbagi Dua : 1. Strategi (QS. Al-Furqan ayat 30
Ajaran Islam Terhadap lingkungan luar mudah dan interview dan pembinaan akhlak/pembiasaan , mufassir, waktu )
santri pemahaman orang tua santri dokumentasi. mlalui latihan. 2.pelaksanaan tata
trhdp visi & misi pondok Analisis data deskriptif tertib yaitu teguran, memberikan
hukuman dll.

Fannanah Al Firdausi, Kurangnya penerapan nilai- Kualitatif, Pelaksanaan Pengamalan nilai- Belum membahas dlm
2015 Pengamalan nilai agama islam pada remaja Teknik pengumpulan nilai agama islam pada remaja perspektif ajaran
Nilai-Nilai Agama mesjid seperti, sholat data yaitu: observasi, masjid sabilillah Malang adalah Islam, (QS. Al-Furqan
Islam pd Remaja berjamaah, nilai akhlaknya dll.. interview dan sholat berjamaah dll.. ayat 30 , mufassir,
dokumentasi. waktu )
Analisis data deskriptif

Amin Kutby, 2022 Bersumber pd kondisi&situasi Explanatory research Ada pengaruh pengamalan ajaran Belum membahas dlm
Pengaruh pengamalan KBM di sekolah yg sebagian Kuantitatif , agama dan interaksi dengan al- perspektif ajaran
ajaran agama&interaksi siswa msh memiliki sikap dan Subjek : slrh siswa quran secara bersamaan trhp Islam, (QS. Al-Furqan
dgn quran trhdp akhlak akhlak kurang baik Analisis data deskriptif akhlak siswa dgn nilai Fhitung ayat 30 , mufassir,
siswa & Analisis data regeresi sebesar5027,92 lbh bsr jk waktu )
linier dibandingkan dgn Ftabel sebesar
3,05.

Lestari,2016 Kaum Insklusivis islam melihat Peneliti menggunakan Islam eksklusif/eksklusivisme Belum membahas dlm
Keyakinan,Pemahaman islam sbg agama yg totalistik Konsep-konsep yg islam lbh melihat islam sbgai perspektif ajaran
, Dan Pengamalan dan definitif dlm memberikan ditawarkan oleh agama yg totalistik dan definitif Islam, (QS. Al-Furqan
Eksklusivis Islam solusi/berbagai persoalan yg beberapa tokoh Muslim dlm memberikan solusi atas ayat 30 , mufassir,
Perspektif Insklusivis dihadapi ummat islam dlm sgl modern dan permasalahan yg dihadapi dlm waktu )
Islam aspek kehidupan & kondisi kontemporer segala aspek kehidupan & di
zaman setiap kondisi zaman
1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan penulis akan memuat uraian secara garis besar dari isi
penelitian dalam tiap bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan dari latar belakang
masalah sehingga perlu dan penting untuk dibahas, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, penelitian sebelumnya dan
terakhir sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas secara mendalam
tentang teori-teori yang mendukung proses penelitian ini. Definisi, konsep,
kriteria, urgensi, dan implementasi pentingnya pengamalan ajaran Islam
perspektif Q.S Al-Furqan ayat 30 yang diambil dari berbagai sumber, sehingga
dapat dikatakan bahwa bagian dari bab ini yaitu landasan teori, kajian pustaka,
dan kerangka berpikir.

BAB III KAJIAN QS. Al-Furqan ayat 30 Pada bab ini akan dibahas secara
mendalam tentang kajian surat, keutamaannya, kandungannya. Kemudian akan
dibahas tentang kajian ayat, teks ayat & kosakata, asbabun nuzul, munasabah,
keutamaan, kandungan ayat secara spesifik. Serta yang terakhir adalah
pembahasan tafsir QS. Al-Furqan ayat 30 menurut mufassir Ibnu Katsir, Imam Al
Qurtubi, Sayyid Qutb, dan Wahbah Az-zuhayli yang akan dibahas baik persamaan
dan perbedaannya.

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan menyajikan data-data


dan temuan-temuan penelitian serta memastikan permasalahan utama penelitian
terjawab, didukung oleh pendapat para mufassir dan para ulama, penelitian-
penelitian terdahulu (menguatkan / bertentangan), kemudian penulis memberikan
analisis, argumentasi dan pemikirannya dari hasil temuan tersebut dengan
mengkorelasikan dengan teori-teori, penelitian-penelitian sebelumnya, baik yang
menguatkan maupun yang bertolak belakang.

Bab V PENUTUP. Pada bab ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan


yang dihasilkan untuk menjawab rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini,
kemudian penulis memberikan saran-saran baik untuk kepentingan masyarakat,
kepentingan akademik dan kepentingan pemerintah.
BAB II

DISKURSUS SEPUTAR PENGAMALAN AJARAN ISLAM

2.1 Pengamalan Ajaran Agama Islam

2.1.1 Urgensi Pengamalan

Pengamalan berasal dari kata amal yang berarti perbuatan atau pekerjaan,
mendapan imbuhan pe-an yang mempunyai arti hal atau perbuatan yang
diamalkan.11 Pengamalan adalah proses perbuatan atau pelaksanaan suatu
kegiatan, tugas atau kewajiban. Sedangkan pengamalan dalam dimensi
keberagamaan adalah sejauh mana implikasi ajaran agama mempengaruhi
seseorang dalam kehidupan sosial.12

Sedangkan menurut Djamaludin Ancok, dalam Kamus Besar Bahasa


Indonesia dimensi pengamalan menunjukkan pada seberapa tingkatan muslim
berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yakni bagaimana individu
berelasi dengan dunianya terutama dengan manusia lain.13

2.1.2 Ajaran Agama Islam

Kata ajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa ajaran
adalah segala sesuatu yang diajarkan, nasihat, petuah, atau petunjuk,14 diantara
arti-arti kata tadi dapat digunakan sesuai dengan kalimat.

Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah agama sering digunakan seperti


agama Islam, agama Kristen, umat beragama, toleransi antar umat beragama dan
sebagainya. Istilah agama ini tampak menyatu dengan kehidupan masyarakat,
bahkan menjadi suatu bentuk ciri khas dan karakter. Hal ini menjadi salah satu
identitas kehidupan bagi masyarakat.

11
WJS Poerwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka. 1085), h 33.
12
M. Nur Ghufron, Dkk, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: AR-Ruzz Media, 2012), h. 170.
13
Djamaludin Ancok, Psikologi Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 80
14
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta : Balai Pustaka, 1988), Cet ke, h. 13
Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi oleh
manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia.
Ikatan itu berasal dari satu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan
gaib yang tidak dapat ditanggkap oleh panca indera.15

Istilah Islam berasal dari bahasa Arab dengan beberapa bentuk kata jadian
dari kata kerja, antara lain aslama, yang berarti menyerahkan diri dengan tulus
hati atau mengikhlaskan; kemudian kata salima atau salam dapat berarti selamat,
sejahtera, tempat sejahtera, kesejahteraan, keselamatan. Hal ini dapat dilihat
dalam firman Allah Swt QS. Al-Jin /72 ayat 14, sebagai berikut:

َ ‫َوَأنَّا ِمنَّا ْال ُم ْسلِ ُم ْو َن َو ِمنَّا ْال ٰق ِسطُ ْو َن ؖ فَ َم ْن َأ ْسلَ َم فَُأ ْولَِئ‬
‫ك تَ َحر َّْوا َر َشدًا ۝‬
“Dan Sesungguhnya di antara Kami ada orang-orang yang taat dan ada
(pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang
taat, Maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.16”

Ayat tersebut diatas menggambarkan bahwa Islam merupakan bentuk


penyerahan dan ketulusan akan kepatuhan dan ketaatan kepada Allah Swt.
Penyerahan diri adalah suatu bentuk pengakuan diri untuk tunduk dan patuh
kepada Allah, dan di dalamnya kamu mendapat ganjaran yang besar, yaitu
keselamatan kedamaian dan kesejahteraan.

2.2 Konsep Pengamalan Ajaran Agama Islam

Konsep utama ajaran Islam ialah Aqidah, Ibadah dan Akhlaq ketiga
konsep utama ini merupakan kunci pembuka dalam mengamalkan ajaran Islam.
Islam di bangun atas dasar aqidah yang baik dan benar, kemudian ibadah menjadi
isi ajaran dan akhlaq merupakan penampilan atau aksi dari ajaran Islam.

Menurut H.M. Arifin, Konsep pendidikan pengamalan ajaran-ajaran


Agama Islam merupakan proses keIslaman kedalam diri pribadi manusia

15
5 Haru Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Jilid I, (Jakarta: UI Press, 1979), h. 9-10
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/Pentafsir Al-Qur-an,1971) , h.985.
mengingat pada hakekatnya bertujuan untuk membentuk pribadi yang beriman
dan bertakwa dalam kehidupan lahiriah dan batiniah manusia.17

Ajaran agama Islam difungsikan sebagai sistem acuan sikap dan dasar
pijakan para pemeluknya dalam interaksi sosial yang toleran, rasa solidaritas,
menjaga kerukunan di dalam masyarakat. Isyarat ini dapat dilihat dalam berbagai
aspek ajaran agama Islam. Begitu pula pada agama-agama lain. Pesan-pesan cinta
dan kasih, menebar kedamaian terhadap sesama manusia serta kerukunan antar
masyarakat. Dilihat dari konteks inilah sesungguhnya peran penyuluh agama
menempati tempat strategis dalam masyarakat umat beragama. Sebab salah satu
dari fungsi penyuluh agama adalah sebagai ujung tombak yang berhubungan
langsung dengan masyarakat dalam membina umat beragama untuk
mengimplementasikan ajaran-ajaran agama secara benar.

2.3 Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Pengamalan Ajaran Islam

a. Keluarga

Pendidikan keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa


keagamaan. Dalam awal kehidupan, anak-anak memunyai sifat dasar yang sangat
lentur sehingga sangat mudah untuk dibentuk seperti tanah liat yang akan
digunakan pengrajin menjadi tembikar. Maka hendaknya Pendidikan Agama
Islam sudah mulai ditanamkan sejak kecil bahkan sejak dalam kandungan. Dalam
mengajarkan Pendidikan Agama Islam orang tua harus menjadi pelopor amar
ma’ruf nahi munkar. Agar seorang anak dewasanya menjadi pribadi yang
berakhlak mulia. Namun fenomena saat ini orang tua kurang mencontohkan,
kurang memberikan teladan kepada anaknya. Banyak orang tua yang
mengharapkan anaknya menjadi anak yang sholeh-sholehah tapi orang tua tidak
memberikan contah menjadi orang tua yang sholeh-sholehah, banyak orang tua
yang mengharapkan anaknya rajin beribadah di masjid akan tetapi orang tua
sendiri tidak rajin sholat berjama’ah di masjid.

b. Pergaulan
17
H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, Ed.2, (Cet.IV, Jakarta: Bumi Aksara,
2000), h. 128.
Teman-teman memang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan mental yang
sehat bagi anak pada masa-masa pertumbuhan. Apabila teman sepergaulan itu
menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia),
maka anak cenderung berakhlak mulia, serta pengamalan pendidikan Agama
Islam juga baik. Namun apabila sebaliknya, yaitu perilaku teman sepergaulannya
itu menunjukkan kebobrokan moral, maka anak akan cenderung terpengaruh
untuk berperilaku seperti temannya tersebut dan tentu pengamalan Agama Islam
juga buruk.

c. Lingkungan

Lingkungan yang memiliki tradisi keagamaan juga kuat akan berpengaruh


positif bagi perkembangan jiwa keberagamaan, sebab kehidupan keagamaan
terkondisi dalam tatanan nilai maupun institusi keagamaan. Keadaan seperti ini
akan berpengaruh dalam pembentukan jiwa keagamaan.18

2.4 Keutamaan Mengamalkan Ajaran Islam

a. Ilmu yang bermanfaat

Ilmu yang bermanfaat ialah ilmu yang diamalkan terutama untuk diri kita
terlebih dahulu dan kita amalkan, kita sebarkan kepada orang lain maka itu akan
menjadi ilmu yang bermanfaat.

Sebagai contoh syekh Utsaimin Rahimahullah, beliau punya murid sangat


banyak, beliau menyibukkan dirinya dengan belajar dan banyak lagi syekh-syekh
yang hobinya mengajar, mengamalkan ilmu kepada orang lain maka subhanallah
beliau-beliau Allahyarhamuh yang sudah terbujur kaku dikubur, sudah tidak
mampu lagi untuk bisa shalat, sudah tidak bisa lagi mampu untuk bersedekah
namun murid-murid beliau punya murid lagi dan murid-muridnya pun punya
murid di seluruh penjuru dunia maka setiap hari beliau-beliau/guru-guru kita
semuanya mendapatkan transferan pahala dari murid-muridnya.19

18
James, Julian M. dan Jhon Alfred, The Accelerated Learning for Personality, terj. Tom Wahyu,
(Yogyakarta: Pustaka baca,2008), h.27-30
19
Imroatul azizah.2021 “Pahala Keutamaan Mengamalkan Ajaran Islam” Kajian Muslimah
Inilah betapa pentingnya ketika kita mengetahui suatu ilmu bukan hanya
sekedar tahu tetapi niatkan untuk kita bisa mengamalkannya yang pertama kali
kita niatkan adalah untuk kita bisa amalkan untuk diri kita terlebih dahulu karena
sejatinya Allah Swt memberikan peringatan yang sangat-sangat besar ketika diri
kita mengajak orang lain ber’amar ma’ruf nahi mungkar kemudian diri kita, kita
lalaikan atas semua itu.

Allah Swt berfirman :

َ ٓ ُ‫ون َما اَل تَ ْف َعل‬ ۟ ُ‫ين َءامن‬


‫ون‬ َ ُ‫وا لِ َم تَقُول‬ َ َ ‫َأيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan”? (Qs. As-Saff : 02)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, ia berkata kepada Rasullullah


shallallahu'alaihi wa sallam:

‫اريَ < ٍة َو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ < ُع‬ َ ‫ان ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ ِإاَّل ِم ْن ثَاَل ثَ ٍة ِم ْن‬
ِ ‫ص < َدقَ ٍة َج‬ ُ ‫ات اِإْل ْن َس‬
َ ‫ِإ َذا َم‬
.ُ‫ح يَ ْد ُعو لَه‬
ٍ ِ‫صال‬َ ‫بِ ِه َو َولَ ٍد‬
"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga
perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do'a anak yang
sholeh" (HR. Muslim no. 1631)

b. Allah Swt akan Memberikan Pahala

Allah Swt akan memberinya kehidupan yang baik di dunia dan akan
memberinya pahala yang jauh lebih baik daripada amalnya kelak di akhirat.

Sebagaimana firman Allah Swt :

ً‫طيِّبَ<<ة‬ َ ُ‫<<ر َأ ْو ُأ ْنثَى َوه‬


َ ً‫<<و ُم<< ْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهُ َحيَ<<اة‬ ٍ ‫ص<<الِحًا ِّم ْن َذ َك‬ َ ‫َم ْن َع ِم‬
َ ‫<<ل‬
‫۝‬.‫َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم َأجْ َر هُ ْم ِبَأحْ َس ِن َما َكانُ ْوا يَ ْع َملُ ْو َن‬
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (Qs. An-Nahl : 97)

Sebagaimana seorang ulama berpesan, "Amalkan apa saja yang kalian


mau setelah kalian berilmu, Allah tidak akan memberikan pahala atas ilmu kalian
hingga diamalkan."

c. Allah Swt akan Menyelamatkan Dari Kehancuran.

Mengetahui ilmu agama meski sedikit, namun bila diamalkan akan


menyelamatkan dari kehancuran yang tentunya atas kehendak Allah SWT.
Mengetahui hadits adalah bagian dari ilmu agama yang jika diamalkan akan
selamat dunia akhirat.

Seperti yang diriwayatkan oleh Muhammad Suhadi Lc dalam bukunya


“30 Nasihat Nabi Harian Penting untuk Diajarkan, Mudah Diamalkan”, bahwa
ada seorang hamba Khalifah Harun Ar-Rasyid yang selamat dari murka Amirul
Mukminin.

Ceritanya, seorang anak yang pandai, ia bekerja sebagai abdi dalam istana
khalifah. Suatu hari, Khalifah Harun Ar-Rasyid sedang menjamu tamu-tamu
penting seperti menteri gubernur, dan panglima perang. Saat pesta, bocah itu
membawa minuman dalam kendi. Tapi secara tidak sengaja, oops! Tiba-tiba
minuman itu tumpah dan mengenai jubah kebesaran Khalifah Harun Ar-Rasyid,"
ujarnya.

Kemudian, para tamu undangan yang hadir melihat peristiwa memalukan


itu. Tentu saja Khalifah merasa risih dan malu dengan tindakan ceroboh hamba
tersebut. "Kejadian itu juga membuatnya kesal, Khalifah memandang hamba itu
dengan napas lega," katanya. Pelayan yang cerdik itu segera berbicara dan
menenangkan khalifah. “Wahai Amirul Mukminin, ingatlah firman Allah,“…’dan
orang-orang yang menahan amarahnya’…”
Mendengar itu, khalifah terdiam, lalu menjawab. “Baiklah hamba, kini
aku telah menahan amarahku." Pelayan itu berkata lagi “…dan maafkan
kesalahan orang…” khalifah menjawab “Oke, sekarang aku maafkan
kesalahanmu.” Kata pelayan itu lagi. "Dan Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik." Khalifah juga mengatakan. "Sekarang aku membebaskanmu demi
Tuhan."

Masya Allah! Betapa bahagianya hamba itu. Kini setelah ia menjadi


manusia merdeka, tentu ia bersyukur atas kebaikan sang khalifah yang mampu
menahan amarahnya. Dan itu contoh jika suatu Ilmu diamalkan bisa
membebaskan diri dari kecelakaan.

Maka dari itu, kalau kita mengetahui dan memahami suatu ilmu, terutama
ilmu agama segera amalkan agar ilmu tersebut menjadi ilmu yang bermanfaat,
bermanfaat untuk diri sendiri juga untuk semua umat, bermanfaat di dunia ini juga
bermanfaat di akhirat nanti.

2.5 Cakupan Pengamalan Ajaran Islam

Ajaran Islam diyakini oleh para ilmuwan mencakup bidang yang luas,
tidak hanya mencakup pengetahuan, melainkan juga bidang sosial-politik,
sekaligus etika atau moral.

Banyak kalangan sadar betapa luasnya ajaran agama ini. Keluasan agama
Islam sebab ajaran itu diturunkan oleh Pencipta manusia, yang benar-benar Maha
Tahu apa yang dibutuhkan olen manusia di dalam kehidupan ini. Pencipta
manusia itu mengenalkan dirinya dengan Nama Allah, yang Mencipta serta
Memelihara Alam Semesta ini, melalui kitab sucinya yaitu Al-Qur’an al-Karim.

Seberapa jauhkah sebenarnya cakupan ajaran Islam di dalam kehidupan?


Berikut ini diantaranya dapat dijelaskan melalui sebuah paragraf kecil sebagai
bahan renungan.

1. Ajaran Islam bersumber dari wahyu Allah yang tertulis dalam Al-Qur’an
serta Hadis. Al-Qur’an yang terdiri atas 6.236 ayat, 30 juz, 114 surat
menyampaikan ajaran yang luas, yang disebut ayat-ayat Qur’aniyah.
Selain itu, yang tercantum di alam semesta juga ayat-ayat Tuhan, yang
disebut ayat-ayat Kauniyah. Hadis, selain menjelaskan isi umum dan
globar dari Al-Qur’an juga menyampaikan hukum yang merupakan
kewenangan Nabi saw atas izin Allah Swt.

2. Ajaran Islam turun dalam masa sekitar 23 tahun, sehingga dapat


menjawab banyak peristiwa dalam kehidupan masyarakat. Dengan masa
22 tabun 9 bulan 13 hari itu, banyak ajaran yang dapat ditulis oleh
masyarakat pada masa Nabi, yang dikenal dengan sahabat. Selain menulis
ajaran, sahabat menghafalkan ajaran, serta mengamalkan ajaran Islam pada
masa Nabi. Bahkan, jika ada persoalan yang terjadi pada masa itu mereka
dapat menanyakan langsung kepada Nabi saw.

3. Pokok-pokok ajaran Islam selain berisi akidah, ibadah, mu’amalah, juga


akhlak. Empat bidang inilah yang menjadikan Islam benar-benar tidak
hanya berupa pengetahuan keagamaan, tetapi mencakup bidang yang luas
yakni sosial-kemasyarakatan atau sosial politik, bahkan juga etika dalam
kehidupan. Maka tidak heran jika pada masanya, Nabi Muhammad selain
menjadi Rasul juga pernah menjadi Kepala Negara.

4. Nabi Muhammad saw selain menyampaikan ajaran, juga teladan bagi umat
manusia. Mantapnya Islam terlihat dari pribadi penyampai ajaran. Nabi
Muhammad selain seorang Rasul yang menyampaikan ajaran Rahmat
bagi seluruh alam, pribadinya merupakan profil teladan bagi kehidupan
ini. Dari pribadinya, banyak contoh perilaku baik yang dapat dipetik di
dalam kehidupan ini.20

Secara singkatnya ajaran Islam memiliki cakupan yang luas, yang dapat
dipetik manfaatnya bagi kehidupan sekarang dan yang akan datang.

2.6 Kesimpulan Tentang Pengamalan Ajaran Islam

20
Dr. H.M Erfan Subahar, 2014 mengenal lingkup Ajaran Islam, Artikel
Pengamalan ajaran Islam dalam diri kita masing-masing senantiasa
memerlukan pembelajaran, untuk mengamalkan ajaran Islam yang sangat banyak,
yang mencakup semua aspek kehidupan selalu menuntun kita untuk belajar.
Jangan berhenti belajar, belajar sampai tua, belajar sampai menjelang wafat
karena pengamalan ajaran Islam berawal dari belajar dan membutuhkan
pembiasaan dalam diri kita masing-masing.

Konsep utama ajaran Islam adalah aqidah yang kuat dan benar, ibadah
yang konsisten serta akhlak yang baik, konsep utama ini merupakan kunci
pembuka dalam mengamalkan ajaran Islam. Pengamalan ajaran Islam dapat
dipengaruhi oleh faktor keluarga, pergaulan dan lingkungan. Diantara keutamaan
mengamalkan ajaran Islam yaitu ilmu yang bermanfaat, terhendar dari sifat orang-
orang munafik, Allah Swt akan memberinya pahala yang jauh lebih baik daripada
amalnya kelak di akhirat dan Allah Swt akan menyelamatkan dari kehancuran.
BAB III

KAJIAN TAFSIR SURAT AL-FURQAN AYAT 30

3.1 Kajian Surat Al-Furqan

3.1.1 Profil Surat Al-Furqan

Surah Al-Furqan adalah surah ke-25 dari al-Quran. Surah ini terdiri atas 77
ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Dinamai Al-Furqan yang
artinya pembeda, diambil dari kata al-Furqan yang terdapat pada ayat pertama
surah ini. Yang dimaksud dengan Al-Furqan dalam ayat ini ialah Al-Quran.

Surah ini dinamakan surah al-Furqaan karena dibuka dengan pujian


kepada Allah SWT yang telah menurunkan al-Furqaan, kitab yang mulia ini
kepada Rasul-Nya Muhammad saw. Kitab ini adalah kenikmatan besar, yang
dengannya Allah memisahkan antara yang haq dan yang batil. Dia jadikan Kitab
ini sebagai peringatan kepada dua makhluk, yaitu jin dan manusia, yang
merupakan makhluk ciptaan Allah.21

3.1.2 Keutamaan Surat Al-Furqan

Setelah mengetahui profil surat Al-Furqan, maka berikut ini ada


keutamaan-keutamaan yang luar biasa bila kita membaca beberapa ayat dalam
surat al-Furqan. Dan berikut ini beberapa keutamaan tersebut:

Pertama. Termasuk Al-Matsani untuk Rasulullah, sebagai pengganti Injil.


Apabila kita mengamalkan surat Al-Furqan, insyaa Allah akan mendapatkan
jaminan masuk syurga tanpa hisab dari Allah Swt bagi mereka yang rutin
membacanya.

Kedua. Mendapatkan Karunia Akhlak yang Teguh. Kemudian keutamaan


surat Al Furqan yang lainnya yaitu, dapat menjadi sebuah asupan iman yang
membuat akhlak seseorang bisa teguh. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa,
21
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir: Akidah, Syariah, Manhaj Jilid 10 (Jakarta: Gema Insani,
2016), hal. 31.
orang yang membaca surat ini akan dikarunia oleh Sang Khalik berupa keimanan
yang teguh akan hari akhir dan hari kebangkitan serta dirinya kelak akan
dimasukkan ke dalam surga tanpa harus melalui proses perhitungan amal.

Ketiga. Menghapus Azab. Tidak hanya itu saja, membaca surat Al Furqan
juga bisa membantu dalam menghapus azab buruk yang mungkin akan terjadi.
Imam Musa al-Kazhim mengatakan hal serupa di mana kita sangat dianjurkan
untuk rutin membaca surat Al Furqan setiap malam. Hal ini karena Allah SWT
akan menghapus azabnya dan menghadiahkan kita surga yang tingkatannya
tinggi.

Keempat. Mempermudah jodoh seseorang. Keistimewaan surat pada ayat


74-76 ini bila diamalkan, mereka yang belum menikah dan ingin menikah,
niscaya Allah akan memudahkan pernikahannya.

Ibnu Asyur dalam Tafsir at-tahrir wat-tanwir menerangkan bahwa, para


hamba Allah yang Maha Pengasih (ibadurrahman) mereka memiliki karakteristik
yang kuat dalam menentukan visi, tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan juga
untuk keluarga terdekatnya seperti para istri dan anak.

Sementara itu, Muhammad Taqi Al Muqaddam dalam bukunya yang


berjudul Khazanah Al-Asrar memaparkan keistimewaan surat Al Furqan ayat 74-
76. Bagaimana surat ini bisa membantu mereka yang ingin mendapatkan jodoh,
hingga mereka yang ingin memiliki rumah tangga yang baik di jalan Allah Swt.

3.1.3 Kandungan Surat Al-Furqan

Surah ini sebagaimana halnya surah Makkiyyah yang lain, memiliki


perhatian terhadap perkara aqidah yang terdiri dari ketauhidan, kenabian, dan
kondisi hari Kiamat.

Surah ini dimulai dengan penetapan ke-Esaan Allah SWT, kebenaran al-
Qur'an, keabsahan risalah Nabi saw., serta kepastian terjadinya hari kebangkitan
dan balasan pada hari Kiamat. Allah mencela para penentang aqidah ini, Dia sebut
para penyembah berhala, patung, dan yang menisbahkan anak kepada Allah SWT
sebagai orang musyrik. Juga ketidakpercayaan mereka terhadap hari kebangkitan
dan hari Kiamat. Dan ancaman bagi mereka dengan berbagai jenis siksaan dan
balasan yang akan mereka dapati di neraka jahannam. Juga kejutan yang mereka
dapatkan di dalam surga dengan berbagai kenikmatan yang ada di dalamnya.22

Kemudian surah ini menjelaskan nasib buruk beberapa orang musyrik,


seperti 'Uqbah bin Abi Mu'ayth yang telah mengenal kebenaran dan kemudian
murtad, Al-Qur'an menamakannya sebagai orang yang zalim,

"Dan (ingatlah) pada hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua jarinya."
(al- Furqaan: 27)

Terpengaruh dengan temannya yang dijuluki setan, yaitu Ubay bin Khalaf.
Kemudian diceritakan kisah beberapa nabi sebelumnya, dan umat mereka yang
mendustakan kenabian mereka, serta berbagal kebinasaan dan bencana yang
menimpa orang-orang kafir tersebut akibat ketidak percayaan mereka terhadap
para utusan Allah, seperti halnya kaum Nabi Nuh, Ad, Tsamud, penduduk Rass,
kaum Nabi Luth, serta orang-orang lainnya yang seperti mereka.23

Surah ini juga menguraikan kekuasaan dan ke-Esaan Allah, yang dapat
dilihat dengan berbagai keajaiban ciptaan di dunia yang spektakuler ini. Serta dari
apa yang ada di bumi yang terdiri dari berbagai tanda penciptaan-Nya kepada
manusia, laut, penciptaan langit dan bumi yang berjalan dalam waktu enam hari,
penurunan hujan, pengiriman angin yang menjadi kabar gembira bagi datangnya
hujan, Dia ciptakan gugusan bintang di langit, dan bergantinya waktu
malam dan siang.24

Kemudian surah ini ditutup dengan menjelaskan berbagai sifat hamba-


hamba Allah yang ikhlas dan penuh keyakinan, serta berbagai akhlak mulia dan
etika yang baik yang mereka miliki, yang membuat mereka berhak mendapatkan

22
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir: Akidah, Syariah, Manhaj Jilid 10 (Jakarta: Gema Insani,
2016), hal. 32.
23
Ibid
24
Ibid, hal. 32
kemuliaan dari Allah dan gan- jaran-Nya yang besar di surga yang penuh
dengan kenikmatan.

3.2 Kajian Ayat 30

3.2.1 Teks Ayat & Kosakata Surat Al-Furqan Ayat 30

ْ <‫<و ِمى اتَّ َخ< ُذ ْوا ٰه< َذا ْالقُ<<رْ ٰا َن َم ْه ُج‬


: ‫<ورًا ( الفرق<<ان‬ ْ <َ‫ال ال َّرس ُْو ُل ٰي< َربِّ اِ َّن ق‬
َ َ‫َوق‬
)٣٠
“Dan Rosul (Muhommad) berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku
menjadikan Al-Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan'.” (Al Furqaan:30)

Kosakata ‫اتَّ َخ ُذ ْوا‬ artinya (kalian) mengambil/menjadikan. Kata ‫َم ْهجُورًا‬


bermakna matruuka (ditinggalkan),25 yaitu meninggalkan ajaran Islam (al-Qur'an),
dan mendustakan perintah dan larangan-Nya.

3.2.2 Asbaabun Nuzul Ayat 30

Setelah ditinjau dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir Berikut Asbaabun Nuzul
ayat karangan Imam Ibnu Katsir, peneliti tidak menemukan Asbaabun Nuzul surat
Al-Furqan ayat 30.

3.2.3 Keterkaitan Antara Surat Al-Furqan Ayat 30 dengan Surat Fussilat


Ayat 26

Surat Al-Furqan dan surat Fussilat adalah surat Makkiyah. Hubungan


kedua surat ini adalah orang-orang musyrik tidak mau mendengar Al-Qur'an
dengan penuh ketaatan, tidak mau pula mendengarnya dan tidak mau
mengamalkannya.

25
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir: Akidah, Syariah, Manhaj Jilid 10 (Jakarta: Gema Insani,
2016), hal. 69.
Allah Swt mengabarkan tentang ucapan Nabi Muhammad Saw tersebut
karena orang-orang musyrik tidak mau mendengarkan serta mengikuti ayat-ayat
al-Qur’an. Firman Allah Swt,

َ ْ‫ال ال َّرسُو ُل يَا َربِّ ِإ َّن قَ ْو ِمي اتَّ َخ ُذوا هَ َذا ْالقُر‬
‫آن َم ْهجُورًا ۝‬ َ َ‫ق‬
“Dan Rosul (Muhommad) berkata, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya
kaumku telah menjadikan al-Qu r'an ini diabaikan."

Seperti firman Allah Swt,

‫۝‬ ‫آن َو ْال َغ ْوا فِ ْي ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْغلِب ُْو َن‬


ِ ْ‫َوقَا الَّ ِذي َْن َكفَر ُْوا اَل تَ ْس َمع ُْوا لِه َذا ْالقُر‬
Dan orang-orang yang kafir berkata,"janganlah kamu mendengarkan
(bacaan) al-Qur'an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu dapat
mengalahkan (mereka).”( Fushshilat [41 ]: 26).

Apabila dibacakan al-Qur'an kepada mereka, mereka melakukan hiruk-


pikuk dan banyak berbicara tentang hal lainnya hingga orang-orang tidak dapat
mendengarkannya. Ini merupakan salah satu sikap yang menggambarkan
ketidakacuhan kepada al-Qur'an, tidak mau beriman kepada al-Qur'an serta tidak
membenarkannya, termasuk sikap meninggalkan al-Qur'an. Termasuk sikap tidak
mengacuhkan al-Qur'an ialah tidak mau merenungkan dan memahami maknanya.
Termasuk ke dalam pengertian tidak mengacuhkan al-Qur'an ialah tidak
mengamalkannya dan tidak melaksanakan perintah-perintahnya, serta tidak
meninggalkan larangan-larangannya. Termasuk pula ke dalam pengertian tidak
mengacuhkan Al-Qur'an ialah mengesampingkannya, lalu menuju kepada yang
lainnya, baik berupa syair, pendapat, nyanyian atau main-main, cerita atau pun
metode yang diambil bukan darinya.26

3.2.4 Keutamaan Ayat 30

26
‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6 (Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i,
2004), hal. 109.
Setelah ditinjau dalam kitab tafsir Ibnu Katsir dan tafsir Al-Munir. Berikut
Keutamaan Ayat karangan Imam Ibnu Katsir dan Imam Wahbah Az-Zuhaili,
peneliti tidak menemukan Keutamaan Ayat 30 surat al-Furqan.

3.2.5 Kandungan Ayat 30

Adapun pokok kandungan Ayat 30 Surat Al-Furqan adalah sebagai


berikut:

1. Tidak beriman dan membenarkan al-Qur'an;

2. Tidak mau mendalami dan menadabburi isinya;

3. Tidak mengamalkan isinya;

4. Tidak mematuhi perintah-perintah yang terdapat di dalamnya;

5. Tidak menjauhi larangan-larangannya;

6. Meninggalkan al-Qur'an dengan lebih mementingkan, mendengarkan dan


mendalami hal-hal lain, seperti syair, lagu, perkataan dan pendapat orang lain,
permainan, maupun metode yang berasal dari sumber selain al-Qur'an27.

3.3 Tafsir Ayat

3.3.1 Tafsir Klasik Al Qurthubi

Nama lengkap beliau adalah al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin


Ahmad bin Abu Bakar bin Farh al-Anshoriy al-Khazrajiy al-Andalusiy al-Qurtubi
al-Mufassir, atau yang dikenal dengan panggilan Al-Qurtubi.28 Al-Qurtubiy
sendiri adalah nama suatu daerah di Andalusia (sekarang Spanyol), yaitu Cordoba,
yang dinisbahkan kepada al-Imam Abu Abdillah Muhammad, tempat dimana ia
dilahirkan. Tidak ada data jelas yang menerangkan tanggal berapa ia dilahirkan,
namun yang jelas Al-Qurtubi hidup ketika waktu itu wilayah Spanyol berada di

27
Dr. Shalah Abdul Fattah al-Khalidi, Tafsir Ibnu Katsir jilid 5, hal. 32.
28
Muhammad Husain al-Dahabiy, Al-Tafsir Wal Mufassirun, Jilid 2, (Kairo: Darul Hadis, 2005), hal
401.
bawah kekuasaan dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Barat dan Bani
Ahmar di Granada (1232-1492 M) sekitar abad ke-7 Hijriyah atau 13 Masehi.29

Tafsir al-Qurtubi memakai sistematika mushafi, ia menafsirkan al-Quran


suai dengan urutan ayat dan surat yang terdapat dalam mushaf al-Quran, yaitu
mulai dari ayat pertama surat al-Fatihah sampai ayat terakhir surat al-Nas
Sementara penafsiran al-Quran yang mengikuti kronologis turunnya surat-surat al-
Quran atau sistematika nuzuli dipakai oleh Muhammad ‘Izzah Darwazah dengan
tafsirnya yang berjudul al-Tafsir al-Hadis.

Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa dalam Q.s. Al-Furqan ayat 30.

Firman Allah Swt, َ َ‫َوق‬


ِّ‫ال ال َّرسُو ُل يَا َرب‬ “ Berkatalah Rasul, ‘Ya Tuhanku,’
maksudnya Muhammad SAW yang mengadukan tentang mereka kepada Allah

Swt, َ ْ‫<و ِمي اتَّ َخ< ُذوا هَ< َذا ْالقُ<ر‬


‫آن َم ْهجُ<ورًا‬ ْ <َ‫“ِإ َّن ق‬Sesungguhnya kaumku telah
menjadikan Al Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan,” maksudnya adalah,
mereka berkata tentang Al-Qur’an apa yang tidak benar, seperti Al-Qur’an itu
sihir dan syair,30 sebagaimana diriwayatkan dari Mujahid dan An-Nakha’i.

Ada yang mengatakan, ‫ َم ْهجُ<<<<ورًا‬adalah matruuka


"Makna

(ditinggalkan).” Maha Suci Allah yang telah berfirman, ‫ى‬ ٍّ ِ‫ك َج َع ْلنَا لِ ُكلِّ نَب‬
َ ِ‫َو َك َذل‬
‫َع ُد ًّوا ِّم َن ْال ُمجْ ِر ِمي َْن‬ "Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap
nabi, musuh dari (kalangan) orang-orang yang berdosa,” maksudnya adalah,
sebagaimana Kami menjadikan untukmu wahai Muhammad musuh dari kalangan
orang-orang musyrik yang berasal dari kaummu yaitu Abu Jahal, menurut
pendapat Ibnu Abbas maka kami juga telah menjadikan untuk setiap nabi musuh
yang berasal dari kaumnya. Karena itu, bersabarlah atas perintah-Ku,

29
Saifudin Zuhri Qudsi, “ISLAM DI ANDALUSIA Pertemuan 9-10”, Makalah Fakultas Ushuluddin
UIN Sunan Kalijaga.
30
Atsar ini diriwayatkan oleh Ath-thabari dalam tafsirnya (19/7), dan As-Suyuthi dalam Ad-Durr Al
Mantsur (5/70).
sebagaimana mereka juga bersabar atas hal itu. Sesungguhnya Aku memberimu
petunjuk dan menolongmu atas setiap yang menyakitimu.31

Ada yang mengatakan bahwa perkataan Rasulullah SAW, ِّ‫يَا َرب‬ "Ya
Tuhanku," dikatakan ketika Hari Kiamat, atau mereka meninggalkan Al Qur'an,
meninggalkanku, dan mendustakanku. Anas berkata: Nabi SAW bersabda,
"Barangsiapa yang belajar Al Qur'an dan dia meletakkan mushafnya tanpa
memperdulikannya, dan tidak juga melihatnya, dia akan datang pada Hari
Kiamat dalam keadaan bergantung kepadanya, lalu mushaf itu berkata, 'Wahai
Tuhan seru sekalian alam, sesungguhnya hamba-Mu ini telah meninggalkanku,
maka putuskanlah suatu hukum antara aku dan dia'."32

3.3.2 Tafsir Klasik Ibnu Katsir

Nama lengkap Ibnu Katsir adalah Imad ad-Din Abu al-Fida Ismail Ibn
Amar Ibn Katsir Ibn Zara' al-Bushra al-Dimasiqy.33 Beliau lahir di Desa Mijdal
dalam wilayah Bushra (Basrah) pada tahun 700 H/ 1301 M. Oleh karena itu, ia
mendapat predikat "al-Bushrawi" (orang Basrah dalam wilayah Bushra (Basrah).34

Ibn Katsir adalah anak dari Shihab ad-Din Abu Hafsh Amar Ibn Katsir Ibn
Dhaw Ihn Zara' al-Quraisyi, yang merupakan seorang ulama terkemuka pada
masanya. Ayahnya bermazhab Syafi'i dan pernah mendalami mazhab Hanafi. 35
Menginjak masa kanak-kanak, ayahnya sudah meninggal dunia. Kemudian Ibnu
Katsir tinggal bersama kakaknya (Kamal ad-Din Abd Wahhab) dari desanya ke
Damaskus. Di kota inilah Ibn katsir tinggal hingga akhir hayatnya.36

31
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir: Akidah, Syariah, Manhaj Jilid 10 (Jakarta: Gema Insani,
2016), hal. 69.
32
Disebutkan oleh Al Alusi dalam tafsirnya, dan Ruh al Ma’ani dan di dalam sanadnya terdapat
Abu Hadbah, dan dia pendusta.
33
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, at-Tafsir wa al-Mufassirin, jilid 2, (Mesir: Maktabah Wahbah,
1985), hal. 242.
34
Manna al-Qaththan, Ibn Katsir lahir pada tahun 705 H. Lihat Manna al-Qaththan, Op.Cit., hal.
386.
35
Ibn Katsir, al-Bidayahwa al-Nihayah, jilid XIV, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), hal. 32.
36
Ibid, hal. 46.
Ibn Katsir mendapat gelar keilmuan dari para ulama sebagai kesaksian atas
keahliannya dalam beberapa bidang ilmu yang digeluti, antara lain ia mendapat
gelar seorang ahli sejarah, pakar tafsir, ahli fiqih, dan juga seorang yang ahli
dalam bidang hadits. Sebagaimana yang dikatakan oleh Manna' al-Qatthan dalam
Mabahits fil Ulum al-Qur'an, sebagai berikut. "Ibn Katsir merupakan pakar fiqh
yang dapat dipercaya, pakar hadits yang cerdas, sejarawan ulung, dan pakar tafsir
yang paripuna”.37 Dalam menjalani kehidupan, Ibn Katsir didampingi oleh
seorang istri yang bernama Zainab (putri Mizzi) yang masih sebagai gurunya.

Setelah menjalani kehidupan yang panjang, pada tanggal 26 Sya'ban 774


H, bertepatan dengan bulan Februari 1373 M. Pada hari kamis, Ibn Katsir
meninggal dunia.

Imam Ibnu Katsir dalam penafsirannya Qur’an surat Al-Furqan ayat 30.
Allah Swt mengabarkan tentang ucapan Nabi Muhammad Saw tersebut karena
orang-orang musyrik tidak mau mendengarkan serta mengikuti ayat-ayat al-
Qur’an. Firman Allah Swt:

َ ْ‫يَا َربِّ ِإ َّن قَ ْو ِمي اتَّ َخ ُذوا هَ َذا ْالقُر‬


‫آن َم ْهجُورًا ۝‬
“Hai Rabbku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al-Qu r'an suatu
yang tidak diacuhkan."

Yaitu, bahwa orang-orang musyrik tidak memperhatikan dan


mendengarkan al-Qur-an, seperti firman-Nya:

‫ين َكفَرُوا اَل تَ ْس َمعُوا لِهَ َذا ْالقُرْ َءا ِن َو ْال َغوافِي ِه ﴾ اآلية‬
َ ‫ال الَّ ِذ‬
َ َ‫َوق‬
"Dan orang-orang yang kafir berkata: Janganlah kamu mendengar
dengan sungguh-sungguh akan al-Qur-an ini dan buatlah hiruk-pikuk
terhadapnya," dan ayat seterusnya. (QS. Fushshilat: 26).

37
Manna’ Khalil al Qatthan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Terj. Mudzakir, (Jakarta: Litera Antar Nusa,
1995), hal. 527.
Dahulu mereka, jika dibacakan al-Qur’an, mereka memperbanyak
keributan dan berbicara dengan yang lainnya, hingga mereka tidak mendengarnya.
Inilah bagian sikap tidak acuhnya. Tidak mengimani dan tidak membenarkannya
merupakan bagian ketidakacuhannya. Tidak mentadabburi dan tidak
memahaminya merupakan bagian ketidakacuhannya. Tidak mengamalkan dan
tidak menjunjung tinggi perintah-Nya dan tidak menjauhi larangan-Nya
merupakan bagian ketidakacuhannya. Dan berpaling kepada yang lainnya berupa
sya'ir, komentar, lagu, permainan, perkataan, atau cara lainnya merupakan bagian
ketidakacuhannya pula.38

Tatkala dibacakan ayat-ayat al-Qur'an, orang-orang musyrik semakin


gaduh dan bercakap-cakap tentang topik lainnya agar tidak mendengar bacaan al-
Qur'an tadi. Sikap ini merupakan salah satu bentuk ketidakacuhan terhadap al-
Qur'an.

3.3.3 Tafsir Kontemporer Fii Dzilalil Qur’an

Nama lengkap Sayyid Quthb adalah Sayyid Quthb Ibrahim Husain. Ia


lahir pada tanggal 9 Oktober 1906 di Kampung Mausyah, salah satu provinsi
Asyuth, di dataran tinggi Mesir. Ia dibesarkan di dalam sebuah keluarga yang
menitik-beratkan ajaran Islam dan mencintai al-Qur'an. Ia merupakan anak ketiga
dari 5 adik-beradik, yang terdiri dari tiga perempuan dan dua lelaki.39 Namun
jumlah sebenar saudara kandungnya berjumlah tujuh orang, tetapi dua orang telah
meninggal dunia sewaktu usia kecil.

Sayyid Quthb menggunakan metode tahlili, suatu metode tafsir yang


bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur'an dan seluruh aspeknya.
Mufassir mengikuti susunan ayat sesuai mushaf (tartib mushhafi), mengemukakan
arti kosakata, penjelasan arti global ayat, mengemukakan munasabah dan
membahas sabab an-Nuzul, disertai Sunnah Rasul, pendapat sahabat, tabi'i dan
pendapat penafsir itu sendiri dengan diwarnai oleh latar belakang pendidikannya,

38
‘Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir jilid 6, hal. 449.
39
Sayyid Qutub, Fii Zilalil-Qur'an, Ter. Drs. As'ad dkk, (Jakarta: Gema Insani Press, 1992), Jilid 12,
helm. 386.
dan sering pula bercampur baur dengan pembahasan-pembahasan dan lainnya
yang dipandang dapat membantu memahami nash al-Qur'an tersebut.

Sayyid Quthb dalam penafsirannya Qur’an surat Al-Furqan ayat 30 ini


bahwa mereka tak mengacuhkan al-Qur'an yang Allah turunkan kepada hamba-
Nya agar dia memberi peringatan kepada mereka, dan menunjukkan mereka jalan
yang benar. Tapi, mereka malah tak mengacuhkan al-Qur'an. Mereka tak
membuka pendengaran mereka karena mereka takut jika mendengarnya, mereka
akan tertarik dan hati mereka tak dapat menolak tarikannya itu. Mereka tak
mengacuhkannya serta tak mentadaburinya untuk mengetahui kebenaran darinya,
dan mendapatkan petunjuk melalui cahayanya. Mereka tak mengacuhkannya serta
tak menjadikannya sebagai pedoman kehidupan mereka. Padahal, al-Qur'an itu
datang agar menjadi manhaj kehidupan yang menuntun mereka ke jalan yang
paling lurus,

"Berkatalah Rasul, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaum- ku menjadikan Al-


Quran itu sesuatu yang tidak diacuh- kan." (al-Furqaan: 30)

Allah Maha Mengetahui tentang keadaan tersebut. Tapi, ucapan Rasulullah


itu merupakan doa pengaduan dan penyerahan kepada Allah, yang dengannya
beliau membuktikan bahwa beliau tak tanggung-tanggung dalam berdakwah.
Namun, kaumnya itulah yang tak mau mendengarkan al-Qur'an ini dan
tak mentadaburinya.40

Karena itu, Allah kemudian menghibur dan menenangkan hatinya. Karena


hal itu adalah sunnah yang berlangsung sebelum beliau dalam seluruh risalah.
Setiap nabi mempunyai musuh-musuh yang tak mengacuhkan petunjuk yang
dibawa oleh nabi itu, dan mereka menghalangi manusia dari jalan Allah Swt.

3.3.4 Tafsir Kontemporer Al Munir

Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili adalah cerdik cendikia (alim allamah) yang
menguasai berbagai disiplin ilmu (mutafannin). Seorang ulama fikih kontemporer

40
Sayyid Qutub, Fii Zilalil-Qur'an, Ter. Drs. As'ad Yasim dkk, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004),
Jilid 8, hal. 293.
peringkat dunia, pemikiran fikihnya menyebar ke seluruh dunia Islam melalui
kitab-kitab fikihnya.41

Wahbah Az-Zuhaili lahir di Dir 'Atiyah yang terletak di salah satu pelosok
kota Damsyik, Suria pada tahun 1351 H /1932 M. Nama lengkapnya Wahbah bin
Al-Syeikh Musthofa Az-Zuhaili. Ia putera Syekh Musthofa Az-Zuhaili seorang
petani sederhana dan alim, hafal Al-Qur'an, rajin menjalankan ibadah dan gemar
berpuasa. Di bawah pendidikan ayahnya, Wahbah menerima pendidikan dasar-
dasar agama Islam. Setelah itu, ia di sekolahkan di Madrasah Ibtidaiyah di
kampungnya, hingga jenjang pendidikan formal berikutnya.42 Wahbah Az-Zuhaili
dibesarkan di lingkungan ulama-ulama mazhab Hanafi, yang membentuk
pemikirannya dalam mazhab fiqih. Walaupun bermazhab Hanafi, namun beliau
tidak fanatik terhadap fahamnya dan senantiasa menghargai pendapat-pendapat
mazhab lain. Hal ini, dapat dilihat dari bentuk penafsirannya ketika mengupas
ayat-ayat yang berkaitan dengan fiqih.43

Syekh Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili meninggal dunia, hari Sabtu sore
waktu setempat tanggal 9 Agustus 2015. Kabar berita ini disampaikan oleh media
Palestineps.com, yang berdomisili di Damaskus Suriah. Berita duka tersebut
memicu kesedihan publik Damaskus dan negara Timur Tengah. Syekh Wahbah
yang berulang kali pernah berkunjung ke Indonesia itu, merupakan salah satu
ulama Sunni terkemuka abad ini. la termasuk anggota Dewan Pakar Komite Fikih
di sejumlah negara seperti Arab Saudi, India, Amerika, dan Sudan. Ia juga
didaulat sebagai ketua jurusan fikih Islam Universitas Damaskus.

Imam Wahbah Az-Zuhaili menafsirkan Qur’an surat Al-Furqan ayat 30 ini


bahwa Rasulullah saw. mengadu kepada Allah keburukan perilaku dan perkataan
dusta kaum musyrikin. Beliau berkata, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku
Quraisy sudah tidak lagi peduli kepada Al-Qur'an, tidak mengimaninya, dan tidak

41
Abu Samsudin, Wawasan Alquran Tentang Ulul Albab, (Skripsi, Program Sarjana, UIN Sunan
Ampel, Surabaya, 2016). Hal. 1.
42
Syaiful Amin Ghofur, Mozaik Mufasir Alquran, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2013), h. 136-
137.
43
Abu Samsudin, Wawasan Alquran Tentang Ulul Albab, hal. 1.
mendengarkan serta mengikutinya.” Mereka tidak mau peduli dan mendengarkan
Al-Qur'an.44 Ini sebagaimana diceritakan oleh Allah SWT.

"Dan orang-orang yang kafir berkata, "Janganlah kamu mendengarkan


(bacaan) Al- Qur'an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu dapat
mengalahkan (mereka)" (Fushshilat: 26)

Jika dibacakan Al-Qur'an, mereka justru berisik dan banyak bicara dengan
orang lain hingga mereka tidak mendengarnya. Inilah bentuk dari perbuatan
mereka meninggalkan Al-Qur'an. Demikian pula tidak mengimani Al-Qur'an dan
tidak membenarkannya termasuk bentuk dari perbuatan meninggalkan Al-Qur'an.
Tidak mau mentadaburi dan memahami Al-Qur'an, serta tidak mengamalkan
perintah dan menjauhi larangannya juga merupakan bentuk meninggalkan Al-
Qur'an. Mereka berpaling kepada selain Al-Qur'an berupa syair, obrolan,
nyanyian, atau hal-hal yang melalaikan juga termasuk bentuk meninggalkan Al-
Qur'an, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir.45

3.3.5 Kesimpulan Para Mufassir Tentang Surat Al-Furqan Ayat 30

Dari beberapa penafsiran yang disajikan para mufassirin diatas baik oleh
Al Qurtubi, Ibnu Katsir, Sayyid Qutb dan Wahbah az-Zuhaili terhadap penafsiran
ayat 30 surat Al-Furqan, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Para
mufassirin sepakat pada ayat ini bahwa dahulu mereka (orang-orang musyrik),
jika dibacakan al-Qur-an, mereka mengabaikan, lebih banyak membicarakan hal-
hal yang lain, tidak mengamalkan dan tidak menjunjung tinggi perintah dan
larangan yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. Seperti tafsir yang diberikan
Imam Wahbah Az-Zuhaili bahwa tidak mengimani al-Qur’an, tidak membenarkan
al-Qur’an dan tidak mentadaburinya juga bentuk meninggalkan al-Qur’an,
meninggalkan ajaran agama Islam dan tak mau mengamalkan ajaran Islam serta
masa bodoh terhadap ajaran agama Islam, lebih mementingkan ajaran nenek
moyang mereka. Na’udzubillah Min Dzalik.
44
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir: Akidah, Syariah, Manhaj Jilid 10 (Jakarta: Gema Insani,
2016). hal. 74.
45
Tafsir Al-Qur'an al-Adzim: 3/317.
3.4 Hubungan Judul Dengan Q.S Al-Furqan Ayat 30

Sebagaimana penafsiran yang disajikan para mufassirin diatas baik oleh Al


Qurtubi, Ibnu Katsir, Sayyid Qutb dan Wahbah az-Zuhaili terhadap penafsiran
ayat 30 surat Al-Furqan, peneliti menyimpulkan bahwa surat tersebut sangat erat
hubungannya dengan judul yang sedang diteliti, seperti tafsir Ibnu Katsir bahwa
Allah Swt mengabarkan tentang ucapan Nabi Muhammad Saw tersebut karena
orang-orang musyrik tidak mau mendengarkan ajaran Islam serta mengikuti ayat-
ayat al-Qur’an. Ini merupakan salah satu sikap yang menggambarkan
ketidakacuhan kepada al-Qur’an yaitu tidak mau mengamalkannya dan tidak
melaksanakan perintah-perintahnya serta tidak meninggalkan larangan-
larangannya.

Demikian pentingnya mengamalkan ajaran agama Islam agar kita


terhindar dari sikap orang-orang musyrik, agar kita tidak mendahulukan ajaran
nenek moyang serta adat istiadat yang tidak ada tuntunannya dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Sehingga ajaran Islam wajib diamalkan dan selalu menuntut kita
untuk selalu belajar sampai menjelang wafat.
BAB IV

URGENSI PENGAMALAN AJARAN ISLAM PERSPEKTIF Q.S AL-


FURQAN: 30

Menganalisa bagaimana kondisi umat yang semakin jauh dari nilai-nilai


ajaran Islam, menjadi faktor kurangnya kesadaran untuk mengamalkan ajaran
Islam. Banyak umat yang menjadikan ajaran Islam itu sebagai formalitas saja,
seperti halnya rajin shalat tapi amalan shalatnya tidak mempengaruhi prilakunya
bahkan di zaman sekarang malah banyak orang yang tidak shalat. Pola pikir
masyarakat masih sangat rendah dalam memahami ajaran Islam, hal inilah yang
mendasari sehingga sebagian masyarakat masih melakukan hal-hal yang
menyimpang dari syariat Islam yang sebenarnya.

4.1 Penyebab Kurangnya Kesadaran Dalam Mengamalkan Ajaran Islam

Salah satu penyebab malasnya mengamalkan ajaran Islam ialah malas


dalam belajar agama Islam secara sistematis, tidak bersungguh-sungguh dalam
memahami ajaran Islam, sehingga penulis membagi dengan menjadi 2 (dua)
faktor, sebagai berikut :

1. Faktor Internal

Faktor internal umat saat ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan


dan keilmuan yang benar terhadap nilai-nilai Islam, sehingga tidak peduli
terhadap pentingnya mengamalkan ajaran Islam dan lebih mementingkan ajaran
nenek moyang mereka.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang membuat umat lemah dalam memiliki kesadaran


terhadap pengamalan ajaran Islam antara lain :

a. Faktor keluarga.

Pendidikan dimulai dari keluarga, artinya orang tualah yang berperang


penting terhadap anaknya untuk mempelajari al-Qur’an, membiasakan untuk
mengamalkan ajaran Islam dan rajin dalam mempelajari ajaran Islam secara
sistematis.

b. Faktor lingkungan, baik lingkungan rumah, sekolah maupun tempat


kerja.

Lingkungan adalah salah satu faktor yang paling besar pengaruhnya bagi
pendidikan. Lingkungan mempengaruhi perkembangan karakter seseorang. Bila
seseorang tersebut tumbuh dan berkembang di lingkungan yang baik, santun dan
taat beragama maka seseorang pun akan menjadi pribadi yang baik.

c. Faktor komunitas yang diikuti seseorang.

d. Faktor pengaruh negatif sosial media.

e. Faktor Ghozwul Fikri.

Yakni pihak-pihak luar yang tidak suka terhadap Islam yang mereka
melakukan segala upaya untuk menjauhkan umat dari nilai-nilai ajaran Islam yang
benar.

4.2 Ajaran Agama Islam Wajib Diamalkan

Allah Swt membuat sebuah perumpamaan bagi orang-orang yahuni yang


tidak mengamalkan taurat dan tidak beriman kepada nabi Muhanmad Saw.
Sebagaimana firman Allah Swt :

‫َمث َُل اذَّل ِ ْي َن مُح ِ ّلُوا التَّ ْو ٰرى َة مُث َّ لَ ْم حَي ْ ِملُ ْوهَا مَك َثَلِ الْ ِح َم ِار حَي ْ ِم ُل َا ْس َف ًارا ۗ ِبْئ َس َمث َ ُل الْ َق ْو ِم اذَّل ِ ْي َن َك َّذبُ ْوا‬
َ ‫اِب ٰ يٰ ِت اهّٰلل ِ َۗواهّٰلل ُ اَل هَي ْ ِدى الْ َق ْو َم ٰ ّالظ ِل ِمنْي‬
“Perumpamaan orang-orang yang dibebani tugas mengamalkan Taurat,
kemudian tidak mengamalkannya, adalah seperti keledai yang membawa kitab-
kitab (tebal tanpa mengerti kandungannya). Sangat buruk perumpamaan kaum
yang mendustakan ayat-ayat Allah. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum
yang zalim.”
Tafsir Ringkas Kemenag Allah Swt mengecam manusia yang mendapat
karunia-Nya menjadi ahli agama, tetapi tidak mengamalkannya. Perumpamaan
orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, menjadi ulama dan bertugas
membimbing manusia beragama, kemudian mereka tidak membawanya, tidak
mengamalkan agama dan tidak menjadikan dirinya teladan bagi umat adalah
seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal, dirinya dibebani oleh
pengetahuan agama, tetapi pengetahuan agama itu tidak membawa kebaikan apa
pun bagi dirinya. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat
Allah yang diwahyukan kepada Nabi dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak akan pernah
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim, yang membiarkan dirinya
gelap, padahal mereka memegang lampu.

Maimun bin Mihram berkata, “Keledai itu tidak tahu apakah buku tebal
yang ada di punggungnya ataukah keranjang. Demikian pula dengan orang-orang
yahudi. Pada perumpamaan ini terdapat peringatan dari Allah Swt bagi orang-
orang yang membawa Al Kitab, yakni dia harus mempelajari pengertian-
pengertiannya, sekaligus mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya.
Tujuannya adalah agar mereka tidak menerima celaan yang diterima oleh orang-
orang itu (Yahudi).”46

4.3 Langkah Strategis Penyadaran Akan Pentingnya Pengamalan Ajaran


Islam

Langkah strategis yang dapat dilakukan dalam membangun kesadaran


umat terhadap pentingnya pengamalan ajaran Islam, menurut penulis adalah
sebagai berikut :

1. Senantiasa Melakukan Pembelajaran

2. Senantiasa Melakukan Pembiasaan Kebaikan

46
Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr Al-Ansari. Tafsir Al-Qurthubi, Jilid 18
(Jakarta: Pustaka Azzam, n.d), hal. 461.
3. Memberikan kesadaran akan pentingnya mengamalkan ajaran Islam

Menanamkan kesadaran umat sangat penting, agar setiap individu muslim


memiliki kekuatan untuk dapat mendidik, melatih, membiasakan diri untuk
mengamalkan ajaran Islam dari apa yang telah diketahui.

4. Senantiasa melakukan renungan (tafakkur)

Untuk mengolah ilmu menjadi yakin kita butuh tafakkur.

5. Senantiasa melakukan pendidikan yang mendidik

4.4 Analisa ayat surat Al-Furqan Ayat 30

Dari pemahaman penulis dari ayat tersebut berdasarkan tafsir Al-Qurthuby


bahwa mengamalkan ajaran Islam sangatlah penting bagi setiap hamba agar kita
terhindar dari orang-orang munafik dan sifat tercela mereka bahwa mereka tidak
mengimani al-Qur’an, tidak membenarkan al-Qur’an dan tidak mentadaburinya
juga bentuk meninggalkan al-Qur’an, meninggalkan ajaran agama Islam dan tak
mau mengamalkan ajaran Islam serta masa bodoh terhadap ajaran agama Islam,
lebih mementingkan ajaran nenek moyang mereka.

Pengamalan ajaran Islam dalam diri kita masing-masing senantiasa


memerlukan pembelajaran, untuk mengamalkan ajaran Islam yang sangat banyak,
yang mencakup semua aspek kehidupan selalu menuntun kita untuk belajar.
Jangan berhenti belajar, belajar sampai tua, belajar sampai menjelang wafat
karena pengamalan ajaran Islam berawal dari belajar dan membutuhkan
pembiasaan dalam diri kita masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim.
Kitab tafsir Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr Al-Ansari.
Tafsir Al-Qurthubi Jilid 13. (Jakarta: Pustaka Azzam, n.d.)
Kitab tafsir Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6 (Bogor:
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2004), hal. 109.
Kitab tafsir Sayyid Qutub, Fii Zilalil-Qur'an, Ter. Drs. As'ad dkk, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1992), Jilid 12.
Kitab tafsir Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir: Akidah, Syariah, Manhaj Jilid
10 (Jakarta: Gema Insani, 2016).
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:PT. Sinergi
Pustaka Indonesia, 2012), h. 378-379.
Samhi Muawan Djamal, Penerapan Nilai-nilai Ajaran Islam dalam Kehidupan
Masyarakat Di Desa Garuntungan Kecamatan Kindang Kabupaten
Bulukumba. Jurnal Adabiyah Vol. 17 Nomor 2/2017.
Wike
Anggraini, and Safira Nella. "Penegakan Syariat Islam Di Kota Banda
Aceh." Jurnal Tatapamong\September 2019: 75-94. 2019.

Widianti.2018 Implementasi Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Nilai-


Nilai Religius Peserta Didik SMP Muhammadiyah 3 Metro (UIN Raden
Intan Lampung 2017/2018). Tesis
Sitti Utari Lamangga. 2020 Pengamalan Ajaran Agama Islam Pada Peserta Didik
Di SD Inpres Kecematan Bunaken Kepulauan Kota Manado (IAIN
Manado 2020). Skripsi
Dr. Muzakkir M. Arif, Lc, MA Anggota Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sul-
Sel. 2021. Orang tua yang merusak fitrah anaknya, Channel PKM TV.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, Bandung,
Alfabeta, 2011
Amiruddin Z Nur and Nuriati. Pengamalan Ajaran Agama Islam Dalam
Kehidupan Bermasyarakat. Jurnal Al-Mau'izhah Vol. 1 Nomor 1/2018.
Noor Hidayanti. Problematika Pengamalan Ajaran Agama Islam Di Kalangan
Siswa SMA Negeri 1 Gambut Kabupaten Banjar. (UIN Antasari), 2019.
Andini Ardyalestari. Metode Pembinaan Pengamalan Ajaran Islam Terhadap
Santri Di Pondok Pesentren Ihyaul 'ulum DDI Baruga Kec. Banggae
Timur Kab. Majene, (UIN Alauddin Makassar). 2016
Amin Kutby. Pengaruh Pengamalan Ajaran Agama Dan Interaksi Dengan Al-
Qur'an Terhadap Akhlak Siswa. (IIQ) Jakarta, 2022.
Lestari. Keyakinan, Pemahaman, Dan Pengamalan Eksklusivis Islam Perspektif
Insklusivis Islam. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Darussalimin NW
Lombok Tengah, Vol. IX Nomor 1 Januari - Juni 2016.
James, Julian M. dan Jhon Alfred, The Accelerated Learning for Personality, terj.
Tom Wahyu, (Yogyakarta: Pustaka baca,2008), h.27-30
H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, Ed.2, (Cet.IV, Jakarta:
Bumi Aksara, 2000), h. 128.
Haru Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Jilid I, (Jakarta: UI Press,
1979), h. 9-10
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta : Balai Pustaka, 1988), Cet
ke, h. 13
Djamaludin Ancok, Psikologi Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 80
M. Nur Ghufron, Dkk, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: AR-Ruzz Media,
2012), h. 170.
WJS Poerwadaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka.
1085), h 33.
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir: Akidah, Syariah, Manhaj Jilid 10 (Jakarta:
Gema Insani, 2016), hal. 31.
Dr. Shalah Abdul Fattah al-Khalidi, Tafsir Ibnu Katsir jilid 5, hal. 32.
Muhammad Husain al-Dahabiy, Al-Tafsir Wal Mufassirun, Jilid 2, (Kairo: Darul
Hadis, 2005), hal 401.
Saifudin Zuhri Qudsi, “ISLAM DI ANDALUSIA Pertemuan 9-10”, Makalah
Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.
Muhammad Husein Adz-Dzahabi, at-Tafsir wa al-Mufassirin, jilid 2, (Mesir:
Maktabah Wahbah, 1985), hal. 242.
Manna al-Qaththan, Ibn Katsir lahir pada tahun 705 H. Lihat Manna al-Qaththan,
Op.Cit., hal. 386.
Ibn Katsir, al-Bidayahwa al-Nihayah, jilid XIV, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), hal. 32.
‘Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir jilid 6, hal. 449.
Sayyid Qutub, Fii Zilalil-Qur'an, Ter. Drs. As'ad dkk, (Jakarta: Gema Insani Press,
1992), Jilid 12, helm. 386.
Sayyid Qutub, Fii Zilalil-Qur'an, Ter. Drs. As'ad Yasim dkk, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2004), Jilid 8, hal. 293.
Abu Samsudin, Wawasan Alquran Tentang Ulul Albab, (Skripsi, Program
Sarjana, UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2016). Hal. 1.
Syaiful Amin Ghofur, Mozaik Mufasir Alquran, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,
2013), h. 136-137.
Abu Samsudin, Wawasan Alquran Tentang Ulul Albab, hal. 1.
Ismail bin Katsir, E-book Tafsir ibnu Katsir, https://www.alquran-
sunnah.com/artikel/buku-islam/ebook-islami/454-e-book-tafsir-ibnu-
katsir-salah-satu-kitab-tafsir- al-quran-terbaik.html

Anda mungkin juga menyukai