Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti mempunyai pedoman hidup untuk beragama.
Dalam agama Islam terdapat banyak peraturan yang perlu kita patuhi salah
satunya adalah disiplin dalam menjalankan perintah Allah.. 1 Manusia
merupakan makhluk social yang artinya dalam kehidupannya setiap saat
bertemu dengan masyarakat banyak. Hidup dengan masyarakat harus siap
mental karena setiap manusia mempunyai karakter yang berbeda-beda
sehingga dalam mengahadapinya kita perlu belajar dengan orang yang ahli
atau berepengalaman dalam bidang tersebut. Salah satu wujud
pembelajarannya adalah bimbingan. Dengan adanya bimbingan diharapkan
masyarakat Indonesia perilakunya dapat terbentuk sejak dini. Untuk
membentuk perilaku santri yang disiplin peran bimbingan keagamaan sangat
diperlukan. Agar manusia selalu berada di jalan Allah maka perlu adanya
peran bimbingan keagamaan. Bimbingan keagamaan Islam merupakan proses
pemberian bantuan terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya
senantiasa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. 2
Kedisiplinan dipandang sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Nilai-nilai
tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupan. 3 Disiplin terjadi dan
terbentuk sebagai hasil dan dampak dari proses binaan yang cukup panjang
yang dilakukan oleh keluarga dari kecil dan berlanjut dalam pendidikan di
pesantren dan pengalaman. Dalam konteks pendidikan agama yang diajarkan
di pesantren ada hal yang sangat berkaitan dengan disiplin. Menurut Hasan
Langgulung dalam bukunya Manusia dan pendidikan suatu analisa psikologi,

1
Leli fitrina, Ridwan Ahmad, Yuherman. Peranan Santri Dalam Mengelola Kebersihan
Lingkungan Asrama Di Pondok Pesantren M.Natsir Alahan Panjang Kabupaten Solok. Sumatra
Utara : Skripsi PGRI. 2012. Hal 2.
2
Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan dan Konseling Islam, Yogyakarta :UI Press.2001. Hal 61
3
D. Soemarmo, 1997. Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah,
Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi. Hal. 20.

1
filsafat dan pendidikan, menyatakan bahwa shalat wajib lima waktu dalam
waktu-waktu tertentu dapat membentuk disiplin yang kuat pada seseorang.4
Disiplin mencerminkan sikap malu untuk berbuat menyimpang,
orang yang memiliki rasa malu, ia akan merasa setiap perbuatan menyimpang
yang dilakukannya akan membuat ia merasa bersalah, gelisah, bahkan akan
memunculnkan emosi yang tidak terkontrol, seperti saat seorang santri yang
tidak disiplin membersihkan lingkungkan pesantren, santri tersebut akan
gelisah jika terkena hukuman atau teguran oleh pengurus pesantren, dan akan
merasa bersalah bahkan muncul suatu luapan emosi negative dengan marah
kepada teman sebayanya.
Kebersihan lingkungan pondok pesantren merupakan salah satu
wujud penting untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat pondok
pesantren. Sering timbulnya penyakit pada santri pondok salah satu
penyebabnya adalah faktor kebersihan lingkungan. Kebersihan lingkungan
sangat berpengaruh terhadap timbulnya penyakit. Banyak santri pondok yang
sering terkena penyakit tanpa menyadari bahwa faktor penyebab adalah
ketidakdisiplinan pada kebersihan lingkungan pondok pesantren.
Ketidakdisiplinan muncul karena berbagai penyebab antara lain kurangnya
pendidikan kebersihan lingkungan.
Ketidakdisiplinan disebabkan oleh ketidakmampuan menyesuaikan
diri, kegagalan, dan tekanan perasaan. Dukungan keluarga, teman sangat
diperlukan mereka yang mempunyai kemalasan dalam melaksanaan ibadah
shalat wajib lima waktu agar mereka lebih disiplin dalam melaksanakannya.
Arti khalifah di sini adalah: “seseorang yang diberi kedudukan oleh
Allah untuk mengelola suatu wilayah, ia berkewajiban untuk menciptakan
suatu masyarakat yang hubungannya dengan Allah baik, kehidupan
masyarakatnya harmonis, dan agama, akal dan budayanya terpelihara”.5
Berdasarkan Undang -Undang Lingkungan Hidup Nomor 4 tahun
1982 tentang pengelolaan lingkungan hidup, bahkan definisi lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam
4
Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi, Filsafat dan
Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al-Husna. 1986. Hal. 401.
5
Quraish Shihab. Membumikan Al-Quran, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, Jakarta: Penerbit Mizan, 1996. Hal 32

2
itu sendiri, kelangsungan perkembangan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup merupakan faktor utama dalam
kehidupan, semua lapisan masyarakat dan pemerintah berkewajiban untuk
menjaga kebersihan lingkungan dan kesejahteraan bagi manusia.6
Kebersihan lingkungan hidup sekitar sangatlah penting terutama
dalam kehidupan sehari-hari bagi setiap manusia yang hidup di muka bumi
ini karena jika lingkungan hidup sekitar terjaga kebersihannya maka hidup
akan terasa nyaman, tentram dan tidak adanya wabah penyakit terhadap
manusia yang hidup di lingkungan tersebut. Menurut Zakiah Daradjat
“Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap
anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan
mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan
hidup (Way of Life)”.7 Salah satu amalan ajaran Islam adalah menjaga
kebersihan. Di sini tampak jelas bahwa kita sebagai umat manusia dianjurkan
untuk menjaga kebersihan lingkungan, tetapi pada zaman sekarang ini malah
sebaliknya. Kebanyakan tidak bisa menjaga lingkungan hidup sehingga
akibatnya manusia itu sendiri yang menderita berbagai macam penyakit.
Padahal jika mereka sadari itu adalah akibat ulah mereka sendiri.8
Indonesia pada umumnya adalah suatu negara yang menganut agama
Islam, lebih dari 80 persen wilayah Indonesia adalah orang–orang Islam.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan, tetap istiqamah dan konsisten dalam
melakukan perannya sebagai pusat pendalaman ilmu-ilmu agama, lembaga
dakwah islamiyah, serta ikut mencerdaskan bangsa. Hal ini, dibuktikan
dengan keberhasilannya dalam mencetak tokoh-tokoh agama, pejuang
bangsa, serta tokoh masyarakat, baik pada masa praperdekaan, setelah
kemerdekaan, dan sampai zaman sekarang.9 Pelestarian alam dan lingkungan
hidup ini tak terlepas dari peran manusia, sebagai khalifah di muka bumi,

6
Leli fitrina, Ridwan Ahmad, Yuherman. Peranan Santri Dalam Mengelola Kebersihan
Lingkungan Asrama Di Pondok Pesantren M.Natsir Alahan Panjang Kabupaten Solok. Sumatra
Utara : STKIP PGRI. 2012. Hal 2.
7
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Buni Aksara, 1996), Cet-3.2000, Hal. 86
8
Wahyudi, M. Nur. Pola Hidup Sehat Dalam Perpektif Al-Qur’an. Skripsi UIN Walisongo.
2015. Hal 7
9
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Paramadina, Jakarta,
1997, Hal.5

3
sebagaimana yang disebut dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30 yang
berbunyi:10










Artinya:“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:


"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Kabupaten Kudus sejak dulu telah dikenal sebagai kota santri,


sebutan itu tidak lepas dari banyaknya pondok pesantren yang ada di kota
kretek. Berdasarkan data statistik jumlah ponpes di Indonesia berjumlah
14.798 dengan jumlah santri 3.464.334 orang. Data Dinas kesehatan
Kabupaten Kudus tahun 2016 tentang hygiene sanitasi atau kebersihan
lingkungan dari 94 pondok pesantren di Kabupaten Kudus hanya 51 pondok
pesantren yang sudah memenuhi hygiene sanitasi, artinya hanya 51 pondok
pesantren yang sudah disiplin melaksanakan kegiatan kebersihan lingkungan
pondok.11
Kebersihan merupakan faktor yang paling menunjang dalam
pembentukan lingkungan sehat. Lingkungan yang sehat merupakan
lingkungan yang bebas dari sampah, polusi, dan segala macam bibit penyakit.
Dengan demikian diharapkan para santri dapat bebas dari berbagai macam
penyakit. Kebersihan lingkungan pesantren tersebut meninggalkan dampak-
dampak yang mungkin dapat bermanfaat bagi seluruh siswa. Jika kebersihan
lingkungan pesantren tersebut tidak dapat dicanangkan dengan baik, maka
lingkungan akan menjadi kotor dan berpolusi, baik itu polusi air maupun
polusi udara. Oleh karena itu maka Islam hanya menciptakan suatu sikap
10
Al-Quran dan Terjemahanya Surat Al-Baqarah Ayat 30
11
Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus. Buku Laporan Dinas Kabupaten Kudus Tentang
Kesehatan Lingkungan Ponpes. 2015. Hal 153.

4
selalu peduli terhadap kebersihan lingkungan manapun, terutama dipesantren,
Sebaiknya santri pesantren menerapkan prinsip hidup bersih mulai dari
sekarang. Sudah saatnya bagi kita untuk menyelamatkan lingkungan
pesantren dari berbagai macam polusi dan kotoran.12
Rasulullah SAW melalui berbagai haditsnya mengajarkan agar umat
Islam menjadi pelopor dalam hal menjaga kebersihan. Baik kebersihan badan,
pakaian, maupun lingkungan. Berikut ini merupakan kandungan hadis-hadis
Rasulullah SAW tersebut :13

Artinya :“Diriwayatkan dari Abi Malik al-Asy’ari dia berkata,


Rasulullah SAW bersabda kebersihan adalah sebagian dari iman
dan bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan (timbangan), dan
bacaan subhanallahi walhamdulillah memenuhi kolong langit, bumi,
dan shalat adalah cahaya dan shadaqah adalah pelita, dan sabar
adalah sinar, dan Al Quran adalah pedoman bagimu.” (HR.
Muslim)14

Berdasarkan hadits di atas dapat dipahami bahwa kebersihan,


kesucian, dan keindahan merupakan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT.
Jika kita melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT, tentu
mendapatkan nilai dihadapannya, yakni berpahala. Dengan kata lain, kotor,
jorok, sampah berserakan, lingkungan yang semrawut dan tidak indah itu
tidak disukai oleh Allah SWT.15
‫اإْل ْيَم اِن ِم َن الَّنَظاَفُة‬

12
Mukono, HJ. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga University
Press. Hal 32
13
Rahmat AW, Implemetasi Konsep Kebersihan Sebagian Dari Iman Di IAIN Raden Fatah
Palembang, Jurnal, Vol 1, No 1.Juni 2015. Hal 2
14
Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjāj, Sahīh Muslim, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah).
1991 Hal 203
15
Rahmat AW, Implemetasi Konsep Kebersihan Sebagian Dari Iman Di IAIN Raden Fatah
Palembang, Jurnal, Vol 1, No 1.Juni 2015. Hal 173

5
Hadits sahih dari Nabi SAW yang mirip dengan kalimat ”Kebersihan
sebagian dari iman”. Hadits itu adalah sabda Nabi SAW yang berbunyi,”Ath-
thahuuru syatrul iimaan” (HR. Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi).16
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam yang
masih bisa survive sampai hari ini karena kehadiran pesantren sebgai institusi
yang mampu memberikan sumbangan penting dan krusial dalam proses
transmisi ilmu-ilmu islam, reproduksi ulama, pemeliharaan ilmu dan tradisi
islam, bahkan pembentukan dan ekspansi masyarakat muslim santri. 17
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, tentang
peran bimbingan keagamaan dalam mengatasi ketidakdisiplinan kebersihan
yang difokuskan di bidang kebersihan lingkungan dengan memberikan
penyuluhan tentang pendidikan keagamaan dan kebersihan dalam
meningkatkan derajat kesehatan santri pondok pesantren. Oleh karena itu
peneliti tertarik mengangkat tema dalam skripsi yang berjudul: “Peran
Bimbingan Keagamaan Dalam Mengatasi Ketidakdisiplinan Kebersihan
Lingkungan Santri Pondok Pesantren An-nur Al-Islamy Kauman
Jekulo Kudus”

B. Fokus Peneltian
Penelitian ini difokuskan pada peran bimbingan keagamaan dan kondisi
kebersihan lingkungan yang meliputi sanitasi lingkungan dan personal
hygiene di Ponpes An-Nur Al-Islamy Kauman Jekulo Kudus.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana gambaran atau kondisi kebersihan lingkungan santri Pondok
Pesantren An-nur Al-Islamy Kauman Jekulo Kudus ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi ketidakdisiplinan santri pondok
pesantren An-nur Al-Islamy Kauman Jekulo Kudus ?

16
Hadist Riwayat Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi
17
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru.
Hal 95

6
3. Bagaimana peran bimbingan keagamaan dalam mengatasi
ketidakdisiplinan kebersihan lingkungan di pondok pesantren An-nur Al-
Islamy Kauman Jekulo Kudus ?

D. Tujuan
1. Mengetahui kondisi kebersihan lingkungan di pondok pesantren An-nur
Al-Islamy Kauman Jekulo Kudus.
2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi ketidakdisiplinan santri
pondok Pesantren An-nur Al-Islamy Kauman Jekulo Kudus.
3. Untuk mengetahui peran bimbingan keagamaan dalam mengatasi
ketidakdisiplinan kebersihan di lingkungan pondok pesantren.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan referensi untuk
memberikan kontribusi pemikiran dari pondok pesantren. Serta
memperluas pengetahuan wacana pemikiran, tentang Peran Bimbingan
Keagamaan Dalam Mengatasi Kebersihan Lingkungan Santri Ponpes An-
nur Al-Islamy Kauman Jekulo Kudus.

2. Manfaat secara Praktis.


a. Bagi lembaga Pondok Pesantren : diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran dan pemahaman untuk meningkatkan
kedisiplinan santri ponpes dalam menjaga kebersihan lingkungan.
b. Bagi Santri Ponpes : diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan
kebersihan lingkungan Pondok Pesantren.
c. Bagi Peneliti: Penelitian ini dapat melatih kemampuan diri dalam
menyusun dan menganalisa suatu masalah secara ilmiah. Berkaitan
tentang pemahaman secara detail akan Peran Bimbingan Keagamaan
Dalam Mengatasi Ketidakdisiplinan Kebersihan Lingkungan Ponpes
An-nur Al-Islamy Kauman Jekulo Kudus.

7
F. Sistematika Pembahasan

8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
PERAN BIMBINGAN KEAGAMAAN DALAM MENGATASI
KETIDAKDISPLINAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN
SANTRI PONDOK PESANTREN

A. Diskripsi Pustaka
1. Peran Bimbingan Keagamaan
a. Pengertian Bimbingan Keagamaan
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris
yaitu guidance yang berasal dari kata kerja to guide yang berarti
bantuan atau tuntunan. Pengertian bimbingan adalah menunjukan
memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang lebih
bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa yang akan datang. 18
Menurut Bimo Walgito bimbingan adalah bantuan atau pertolongan
yang diberikan kepada individu dalam menghindari atau mengatasi
kesulitan-kesulitan di dalam kehidupanya agar individu atau
sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.19
Menurut D. Ketut Sukardi dalam bukunya dasar-dasar bimbingan
dan penyuluhan di pesantren, bimbingan adalah proses bantuan yang
diberikan kepada seseorang agar mampu memperkembangkan potensi
(bakat minat dan kemampuan) yang dimiliki, mengenali dirinya
sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga mereka dapat
menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa
tergantung kepada orang lain.20
Bimbingan agama Islam menurut Faqih dalam bukunya bimbingan
dan konseling Islam diartikan sebagai proses pemberian bantuan
terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat. Bimbingan agama Islam dengan demikian merupakan
18
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT
Golden Terayon Pres, 1994, Hal. 1.
19
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset, 2004,
Hal. 4.
20
D. Ketut Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Surabaya: Usaha
Nasioanal, 1983, Hal. 20.

9
proses bimbingan sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya, tetapi
dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya
berlandaskan Al-Quran dan Sunnah Rasul.21 Musnamar juga
menjelaskan bimbingan agama Islam adalah proses pemberian
bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan
ketentuan Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat.22

b. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Keagamaan


Fungsi dari bimbingan agama Islam menurut Fakih dalam
bukunya bimbingan dan konseling Islam, yaitu23 :
1) Preventif yakni membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi dirinya.
2) Kuratif atau korektif, yakni membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3) Preserfatif yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan
kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi
baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.
4) Development atau pengembangan yakni membantu individu
memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah
baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak
memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa
bimbingan agama Islam adalah proses membantu individu yang
sedang bermasalah, dengan mengembangkan fitrah atau kembali pada
fitrah, memberdayakan iman, akal, dan kemauan yang diturunkan
Allah Swt, sehingga dapat mengembangkan potensinya dan dapat
menyelesaikan masalah, dengan tujuan mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Tujuan bimbingan agama Islam adalah Islam dapat
dirumuskan sebagai usaha membantu individu mewujudkan dirinya
21
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konselin Islam, Yogyakarta: UI Press, 2001, Hal. 4.
22
Thohar Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,
Yogyakarta: UI Press, 1992, Hal. 5.
23
Ainur Rohim Faqih, Bimbingan Dan Konseling Islam, Yogyakarata: UI Press, 2001,
Hal. 37.

10
menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat. Individu yang dimaksudkan di sini adalah orang
yang dibimbing atau diberi konseling, baik orang perorangan ataupun
kelompok. Mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya berarti
mewujudkan sesuai dengan hakikatnya sebagai manusia yang sesuai
perkembangan unsur dirinya dan pelaksanaan fungsi atau
kedudukannya sebagai makhluk Allah (makhluk religius), makhluk
individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk berbudaya.24
Tujuan yang ingin dicapai melalui bimbingan agama Islam adalah
agar fitrah yang dikaruniakan oleh Allah kepada individu dapat
berkembang dan berfungsi dengan baik, sehingga menjadi pribadi
yang kaaffah, dan secara bertahap mampu mengaktualisasikan apa
yang diimaninya dalam kehidupan sehari-hari, tampil dalam bentuk
kepatuhan terhadap hukum-hukum Allah dalam melaksanakan tugas
kekhalifahan di bumi, dan ketaatan dalam beribadah dengan mematuhi
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Tujuan
bimbingan ini dengan kata lain adalah meningkatkan iman, Islam, dan
ikhsan individu yang dibimbing hingga menjadi pribadi yang utuh.
Bimbingan pada akhirnya diharapkan mampu mengantar hidup
bahagia di dunia dan akhirat.25
Amin dalam bukunya Bimbingan dan Konseling Islam
menjelaskan bahwa bimbingan agama Islam juga memiliki tujuan
yang secara rinci dapat disebut sebagai berikut26 :
1) Menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, damai
muthmainnah, bersikap lapang dada radhiyah, dan mendapatkan
pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya mardhiyah.
2) Menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan
tingkah laku yang dapat memberikan manfaat, baik pada diri

24
Thohar Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,
Yogyakarta: UII Press, 1992, Hal. 32.
25
Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islam Teori dan Praktik, Semarang: Widya
Karya, 2009, Hal. 205.
26
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah , 2010, Hal. 43.

11
sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun
lingkungan sosial dan alam sekitar.
3) Menghasilkan kecerdasan rasa emosi pada individi sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong
menolong, dan rasa kasih sayang.
4) Menghasilkan kecerdasan spiritual pada individu sehingga
muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat
kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya,
serta ketabahan menerima ujian-Nya.
5) Menghasilkan potensi Ilahi, sehingga dengan potensi itu
individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan
baik dan benar, dapat dengan baik menanggulangi berbagai
persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan
keselamatan bagi lingkungannya pada beberapa aspek
kehidupan.
Menurut Amin dalam bukunya bimbingan dan konseling Islam
menjelaskan bahwa tujuan bimbingan agama Islam juga menjadi
tujuan dakwah Islam. Karena dakwah yang terarah adalah
memberikan bimbingan kepada umat Islam untuk mencapai dan
melaksanakan keseimbangan hidup di dunia dan akhirat. Bimbingan
dan konseling Islam dengan demikian merupakan bagian dari dakwah
Islam, demikian pula tujuan dan bimbingan konseling Islam juga
merupakan tujuan dari dakwah Islam.27

c. Metode dan Teknik Bimbingan Keagamaan


Metode bimbingan keagamaan dapat diklasifikasikan berdasarkan
segi komunikasi. Pengelompokannya yaitu : pertama, metode
komunikasi langsung atau disingkat metode langsung, dan kedua,
metode komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung. Maka
untuk lebih jelasnya akan dikemukakan secara rinci metode
bimbingan agama Islam ini menurut Faqih dalam buku bimbingan dan
konseling Islam menyatakan sebagai berikut :
a. Metode Langsung
27
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta : Amzah. 2010. Hal. 40

12
Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode
dimana pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap
muka) dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci
lagi menjadi dua metode, yaitu metode individual dan metode
kelompok :
1) Metode individual
Pembimbing dalam metode individual ini melakukan
komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang
dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik: pertama, percakapan pribadi, yakni pembimbing
melakukan dialog secara langsung tatap muka dengan pihak
yang dibimbing; kedua, kunjungan ke rumah (home visit), yakni
pembimbing mengadakan dialog dengan kliennya tetapi
dilaksanakan di rumah klien sekaligus untuk mengamati
keadaan rumah klien dan lingkungannya; ketiga kunjungan dan
observasi kerja, yakni pembimbing/konseling jabatan,
melakukan percakapan individual sekaligus mengamati kerja
klien dan lingkungan.
2) Metode kelompok
Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan
klien dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-
teknik, yaitu: pertama diskusi kelompok, yakni pembimbing
melaksanakan bimbingan dengan cara mengadakan diskusi
dengan/bersama kelompok klien yang memiliki masalah yang
sama; kedua karyawisata, yakni bimbingan kelompok yang
dilakukan secara langsung dengan mempergunakan ajang
karyawisata sebagai forumnya; ketiga sosiodrama, yakni
bimbingan dan konseling yang dilakukan dengan cara bermain
peran untuk memecahkan atau mencegah timbulnya masalah
(psikologis); keempat psikodrama, yakni bimbingan dan
konseling yang dilakukan dengan cara bermain peran untuk
memecahkan atau mencegah timbulnya masalah (psikologis);
kelima group teaching, yakni pemberian bimbingan dan

13
konseling dengan memberikan materi bimbingan dan konseling
tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah disiapkan.28
b. Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung)
adalah metode bimbingan dan konseling yang dilakukan melalui
media komunikasi masa. Hal ini dapat dilakukan secara individual
maupun kelompok bahkan massal. Metode individual, yakni
melalui surat menyurat, telepon, dan sebagainya. Metode kelompok
atau massal yakni melalui papan bimbingan, melalui surat kabar
atau majalah, brosur, radio (media audio), dan televisi. Metode dan
teknik yang dipergunakan dalam melaksanaakan bimbingan
menurut Faqih dalam bukunya bimbingan dan konseling Islam,
tergantung pada masalah atau problem yang sedang dihadapi,
tujuan penyelesaian masalah keadaan yang dibimbing atau klien,
kemampuan bimbingan dan konselor mempergunakan metode atau
teknik, sarana dan prasarana yang tersedia, kondisi dan situasi
lingkungan sekitar, organisasi dan administrasi layanan bimbingan
dan konseling, serta biaya yang tersedia.29
Adapun bimbingan dan penyuluhan adalah proses perbuatan
seseorang (konselor) untuk berhubungan dengan seseorang (klien) yang
dilakukan secara dekat dalam rangka untuk menggali permasalahan
dengan metode yang terencana secara cermat agar memperoleh hasil
sesuai dengan yang diinginkan. Metode atau teknik Bimbingan dan
Konseling adalah Serangkaian cara yang telah disusun secara sistematis
yang digunakan oleh seorang konselor dalam melaksanakan kegiatan
Bimbingan dan Konseling pada suatu kegiatan atau aktifitas.30
Macam-macam metode Bimbingan Konseling Islam :
1) Wawancara, adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan
yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya
hidup kejiwaan anak bimbing pada saat tertentu yang memerlukan
bantuan. Segala fakta yang diperoleh dari anak bimbing dicatat secara
28
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, Hal. 57.
29
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, Hal. 56.
30
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling , Jakarta
: Rineka Cipta, 2012, Hal 27.

14
teratur dan rapi di dalam buku catatan cumulative records untuk anak
bimbing yang bersangkutan serta disimpan baik-baik sebagai
dokumen penting. Pada saat dibutuhkan, catatan pribadi tersebut
dianalisis dan diidentifikasi untuk bahan pertimbangan tentang metode
apakah yang lebih tepat bagi bantuan yang harus diberikan
kepadanya.
2) Metode Group-Guidance (Bimbingan Kelompok), yaitu cara
pengungkapan jiwa/batin serta pembinaannya melalui kegiatan
kelompok, seperti ceramah, diskusi, seminar, symposium atau
dinamika kelompok dan sebagainya. Metode ini menghendaki agar
setiap anak bimbing melakukan komunikasi timbal balik dengan
teman-temannya, melakukan hubungan interpersonal satu sama lain
dan bergaul melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi
peningkatan pembinaan pribadi masing-masing.
3) Metode Non-Direktif (cara yang tidak mengarahkan), metode ini
dibagi 2 yaitu:
a) Client-centered, yaitu cara pengungkapan batin yang dirasakan
menjadi penghambat anak bimbing dalam belajar dengan system
pancingan yang berupa satu-dua pertanyaan yang terarah.
Selanjutnya klien diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
menceritakan segala peristiwa yang menekan batin yang disadari
menjadi hambatan jiwanya. Pembimbing bersikap memperhatikan
dan mendengarkan serta mencatat point-point penting yang
dianggap rawan untuk diberi bantuan.
b) Metode Direktif yaitu pengungkapan tekanan perasaan yang
menghambat perkembangan dengan mengkorek sampai tuntas
sumber hambatan dan ketegangan dengan cara client centered,
yang diperdalam dengan permintaan/pertanyaan yang motivatif dan
persuasive (meyakinkan) untuk mengingat-ingat, serta didorong
untuk berani mengungkap perasaan tertekan sampai ke akar-
akarnya.

4) Metode Psikoanalitis (penganalisaan psikis)

15
Metode ini berasal dari teori psiko-analisa Freud yang
dipergunakan untuk mengungkapkan segala tekanan perasaan, terutama
perasaan yang tidak disadari. Menurut teori ini manusia yang senantiasa
mengalami kegagalan usaha dalam mengejar cita-cita atau keinginan,
menyebabkan timbulnya perasaan tertekan yang makin lama makin
membengkak. Bilamana tumpukan perasaan gagal tersebut tidak dapat
diselesaikan, maka akan mengendap ke dalam lapisan bawah sadarnya.
Pada saat tertentu perasaan tertekan ini dapat muncul kembali ke
permukaan dalam berbagai bentuk, antara lain berupa mimipi-mimpi yang
menyenangkan atau mengerikan, atau tingkah laku yang serba salah yang
tidak disengaja/disadari, misalnya salah ucap, salah mengambil benda,
salah tulis dan sebagainya.
Untuk memperoleh data-data tentang jiwa tertekan bagi
penyembuhan klien tersebut, diperlukan metode psikoanalitis yang
menganalisa gejala tingkah laku baik melalui mimpi atau tingkah laku
yang serba salah tersebut dengan menitikberatkan pada perhatian berulang-
ulang.
5) Metode Direktif, bersifat mengarahkan kepada anak bimbing untuk
berusaha mengatasi kesulitan yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan
kepada anak bimbing ialah dengan memberikan secara langsung jawaban-
jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sumber kesulitan yang
dihadapi anak bimbing.
6) Metode Sosiometri, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mengetahui
kedudukan anak bimbing dalam berhubungan kelompok. Sosiometri
merupakan tehnik penggambaran struktur hubungan yang ada di dalam
bentuk sosiogram. Sosiogram adalah hasil pengukuran atau tes terhadap
sekelompok anak-anak yang dilakukan menurut tehnik sosiometris yang
digambarkan dalam bentuk diagram. Kegunaan sosiometri bagi konselor
yang paling penting ialah bahwa dengan sosiometri tersebut dapat
diidentifikasikan mana anak yang sangat memerlukan bantuan dalam
penyesuaiannya terhadap kelompok. Sosiometri ini akan dapat
memberikan ramalan tentang sosialisasi yang akan berkembang di luar

16
sekolah atau masyarakat di masa dewasa juga kepemimpinan siswa nanti
dalam masyarakat dapat diramalkan31

2. Perilaku Ketidakdisiplinan Dalam Kebersihan Lingkungan


Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk menerapkan disiplin
dalam berbagai aspek baik dalam beribadah maupun kehidupan lainnya.
Disiplin dipandang sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian
perilaku dalam kehidupan.32
Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan dampak dari proses
binaan yang cukup panjang yang dilakukan oleh keluarga dari kecil dan
berlanjut dalam pendidikan di sekolah dan pengalaman. Dalam konteks
pendidikan agama yang diajarkan di sekolah ada hal yang sangat berkaitan
dengan disiplin. bahwa shalat wajib lima waktu dalam waktu-waktu tertentu
dapat membentuk disiplin yang kuat pada seseorang.33
Ketidakdisiplinan disebabkan oleh ketidakmampuan menyesuaikan diri,
kegagalan, dan tekanan perasaan. Dukungan teman sangat diperlukan mereka
yang mempunyai kemalasan dalam membersihkan lingkungan pesantren.
Selain memerlukan dukungan dari teman, santri pondok pesantren juga perlu
sadar diri bahwa sebagai umat Islam wajib menjaga kebersihan lingkungan
maupun kebersihan badan. Kebersihan merupakan salah satu kunci kesehatan.
Ketika tubuh kita sehat maka semua aktifitas dapat kita lakukan.
Ketidakdisiplinan ditimbulkan oleh rasa malas yang tumbuh muncul dari diri
kita sendiri, sehingga ketika rasa malas itu muncul santri pondok pesantren
tidak dapat menjaga kebersihan lingkungan pondok. Kebiasaan yang sering
kali dilakukan santri pondok adalah ketidakdisiplinan dalam membuang
sampah yang tidak pada tempatnya, selain itu kebersihan lingkungan kamar
tidur dan kamar mandi sering di abaikan.34
31
M. Arifin, Teori-teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta : Golden Terayon Press.
2003. Hal 197-204
32
D. Soemarmo, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional dan Tata Tertib Sekolah 1998,
Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 1997, Hal. 20.
33
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi,Filsafat dan
Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986, Hal. 401.
34
Rosmila, Sanitasi dan Perilaku Personal Hygiene Santri Pondok Pesantren Darul Akbar
Kabupaten Bone. Skripsi UIN Alaudin Makasar. 2013. Hal 33

17
Pelaksanaan bimbingan agama Islam sangat berperan sekali untuk
meningkatkan kedisiplinan kebersihan lingkungan. Bimbingan agama Islam
juga sangat dibutuhkan oleh para santri pondok pesantren untuk membantu
mereka agar dapat menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan pondok
pesantren sehingga dapat memenuhi kebutuhan psikologinya dan dapat hidup
dengan selaras dalam ketentuan dan petunjuk Allah. Disiplin atau tidak
disiplinnya santri bergantung pada sikap dan perilaku santri dalam menjalani
kehidupannya sehari-hari. Sikap disiplin akan menjadi kebiasaan jika santri
membiasakan perilaku disiplin sejak dini dan mau merubah pola hidup. 35
Sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang berlangsung
dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman individual masing-masing,
36
mengarahkan dan menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi.
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat di tafsirkan terlibih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap
memiliki beberapa tahapan. Tahapan sikap antara lain :37
1) Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
35
Notoadmojo. Ilmu dan Perilaku Kesehatan Masyarakat. (Jakarta :Rineka Cipta). 2008.
Hal 33
36
Meinarno, Eko A. Manusia Dalam Kebudayaan dan Masyarakat. (Jakarta: Salemba
Medika). 2011. Hal 4
37
Budiman dan Riyanto. Kuesioner Pengetahuan dan Sikap. (Jakarta: Salemba Medika).
2013. Hal 78

18
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang laijn terhadap suatu masalah adalah sutu indikasi
sikap.
4) Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan
segala resiko. Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan
tidak langsung.38
Kebersihan pangkal kesehatan. Kata-kata ini sudah tidak asing lagi,
termasuk di dalam dunia pendidikan. Di suatu lingkungan sekolah seringkali
sebuah sekolah mengalami permasalahan tentang kebersihan. Kebersihan
merupakan faktor yang paling menunjang dalam pembentukan lingkungan
sehat. Lingkungan yang sehat merupakan lingkungan yang bebas dari sampah,
polusi, dan segala macam bibit penyakit. Dengan demikian diharapkan para
santri dapat bebas dari berbagai macam penyakit. Kebersihan tersebut
mencakup kebersihan badan, pakaian dan kebersihan pondok pesantren.
Ketidakdisiplinan kebersihan lingkungan pesantren tersebut dapat dampak-
dampak yang mungkin dapat merugikan santri.39 Terkadang sekarang ini ada
sebagian dari pengurus pesantren yang kurang memperhatikan tentang
kebersihan lingkungan pondok pesantren, padahal kebersihan itu sangatlah
penting. Kebersihan pesantren bukan hanya kewajiban bagi pengurus pesantren
atau petuga kebersihan saja, tetapi merupakan kewajiban bagi seluruh
pengrurus pondok dan santri. Dan setiap pengurus hendaknya selalu menegur
santri untuk selalu menjaga kebersihan pesantren. Kebersihan lingkungan
hidup sekitar sangatlah penting terutama dalam kehidupan sehari-hari bagi
setiap manusia yang hidup di muka bumi ini karena jika lingkungan hidup
sekitar terjaga kebersihannya maka hidup akan terasa nyaman, tentram dan
tidak adanya wabah penyakit terhadap manusia yang hidup di lingkungan
tersebut. Salah satu tujuan pendidikan agama Islam adalah membentuk peserta
didik mempunyai pengetahuan, sikap dan perilaku mampu menjaga
keseimbangan, keserasian, keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan,
38
Notoadmodjo,Soekidjo.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.(Jakarta:Rieka Cipta).
2007. Hal 67
39
Nurul Adyanti. Hubungan Pendidikan Agama Islam Dengan Kbersihan Lingkungan
Sekolah SMPN 6 Tangerang Selatan. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013. Hal 1-2

19
manusia dan alam semesta.40 Tujuan pendidikan tersebut merupakan faktor
penting terciptanya kehidupan yang bahagia, tenteram, aman dan damai di
muka bumi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan agama Islam
harus mampu menciptakan manusia yang beriman, takwa, soleh, arif, cerdas,
sekaligus mampu menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan alam di muka
bumi.
Munculnya permasalah lingkungan hidup pada hakikatnya dimulai dari
interaksi manusia dengan alam. Bila terjadi ketidakseimbangan hubungan
antara manusia dengan lingkungan disitulah terjadi permasalahan.
Permasalahan manusia dalam teori lingkungan dikatakan bahwa manusia
terkadang bersikap baik terhadap lingkungan terkadang sebaliknya. Sehingga
terjadi kerusakan lingkungan dan sumber daya alam.41
Dalam proses pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhi prestasi
siswa. Salah satunya yaitu kebersihan lingkungan pesantren, baik kebersihan di
dalam maupun di luar pesantren. Kebersihan sangat mempengaruhi
konsentrasi belajar siswa. Jika pesantren bersih, indah dan tertata rapi maka
kemungkinan besar kenyamanan dalam proses pembelajaran akan tercapai.
Selain itu konsentrasi pun bisa lebih fokus, dengan begitu sistem kerja otak
akan semakin meningkat. Tetapi sebaliknya, jika lingkungan pesantren
terutama kamar terlihat kotor dan kumuh, materi yang akan diberikan akan
sulit diterima oleh santri, hal ini disebabkan karena pecahnya konsentrasi
akibat situasi tempat belajar yang tidak nyaman. Suasana pesantren yang
seperti ini juga menyebabkan santri bosan atau mengantuk. Maka dari itu
tempat belajar ngaji harus selalu dalam keadaan bersih agar santri bisa
meningkatkan prestasinya. Kebersihan di luar pesantren, seperti halaman dan
makanan harus terpelihara kebersihannya. Halaman pesantren yang bersih dan
makanan yang sehat akan membuat para santri merasakan kenyamanan ketika
berada di lingkungan pesantren.
Kebersihan lingkungan pada dasarnya merupakan upaya untuk
mencegah apa saja faktor yang akan menimbulkan berbagai hal yang
menyangkut tentang kesehatan dan kesejahteraan ataupun kelangsungan hidup

40
Lihat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam untuk semua
Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta; BNSP, 2007), Hal 3.
41
Rahmat. K. Dwi Susilo, Sosiologi Lingkungan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), Hal 16.

20
pada masyarakat. Sebuah tempat tinggal yang sehat tidak terlepas dari syarat –
syarat agar suatu perumahan atau tempat tinggal tersebut dapat dikatakan
sebagai standar lingkungan yang sehat. Kegiatan pemeliharaan kesehatan
lingkungan dapat dimulai dari lingkungan terkecil yaitu lingkungan tempat
tinggal kita sendiri, yang harus kita jaga kebersihan seperti memelihara,
menjaga dan mencegah agar lingkungan tetap sehat bersih dan nyaman untuk
kita tempati sehari hari.42
Masyarakat dan keluarga berkewajiban menumbuhkan dan
mengembangkan kesadaran masyarakat akan tanggung jawab dan mengelola
lingkungan melalui penyuluhan dan bimbingan, sadar akan lingkungan yang
bersih diharapkan dapat menciptakan kesehatan lingkungan yang optimal baik
bagi kesahatan maupun kehidupan yang sehat bagi masyarakat secara
menyeluruh.
Sikap dan perilaku santri dalam menjaga kebersihan lingkungan dan
kebersihan individu (personal hygiene) dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah43 :
1) Budaya. Sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat
menjelaskan bahwa saat individu sakit ia tidak boleh dimandikan
karena dapat memperparah penyakitnya.
2) Status sosial-ekonomi. Untuk melakukan personal hygiene yang
baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, seperti kamar
mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi yang cukup
(misalnya sabun, sikat gigi, sampo, dll). Itu semua tentu
membutuhkan biaya. Dengan kata lain, sumber keuangan individu
akan berpengaruh pada kemampuan mempertahankan personal
hygiene yang baik.
3) Agama. Agama juga berpengaruh pada keyakinan individu dalam
melaksanakan kebiasaan sehari-hari. Agama Islam misalnya, umat
Islam diperintahkan untuk selalu menjaga kebersihan karena
kebersihan adalah sebagian dari iman. Hal ini tentu akan

42
Fitriana Leli. Peranan Santri Dalam Mengelola Kebersihan Lingkungan Asrama Pondok
Pensantren .M.Natsir Alahan Panjang Kabupaten Solok. Hal 4.
43
Notoadmodjo,Soekidjo.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.(Jakarta:Rieka Cipta).
2007. Hal 79.

21
mendorong individu untuk mengingat pentingnya kebersihan diri
bagi kelangsungan hidup.
4) Tingkat pengetahuan atau perkembangan individu. Kedewasaan
seseorang akan memberi pengaruh tertentu pada kualitas diri orang
tersebut, salah satunya adalah pengetahuan yang lebih baik.
Pengetahuan itu penting dalam meningkatkan status kesehatan
individu. Sebagai contoh, agar terhindar dari penyakit kulit, kita
harus mandi dengan bersih setiap hari.
5) Status kesehatan. Kondisi sakit atau cedera akan menghambat
kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri. Hal ini
tentunya berpengaruh pada tingkat kesehatan individu. Individu
akan semakin lemah yang pada akhirnya jatuh sakit.
6) Kebiasaan. Ini ada kaitannya dengan kebiasaan individu dalam
menggunakan produk-produk terentu dalam meningkatkan
perawatan diri, misalnya mengguanakan shower, sabun padat,
sabun cair, shampo, dll.
7) Cacat jasmani/mental bawaan. Kondisi cacat dan gangguan mental
menghambat kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri
secara mandiri.
Di dalam memelihara kebersihan lingkungan maupun kebersihan
individu semua pihak ikut serta untuk menjaganya termasuk santri yang
bertempat tinggal di asrama pondok pesantren, kebersihan asrama di pesantren
tersebut perlu peranan yang sangat tinggi dari semua santri dan orang orang
yang tinggal di asrama tersebut dalam menciptakan tempat tinggal yang bersih
dan sehat termasuk pengembangan kesadaran serta tanggung jawab santri dan
orangorang yang tinggal di asrama terhadap kebersihan lingkungan asrama di
pesantren.

3. Kebersihan Lingkungan
Lingkungan adalah suatu sistem komplek yang berada di individu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Usaha
perbaikan lingkungan dan perubahan tingkah laku merupakan usaha yang
efesien dan efektif untuk meningkatkan derajat kesehatan. Adapun untuk
mencapai lingkungan yang bersih dan sehat adalah dengan menyediakan
22
berbagai fasilitas penunjang kebersihan seperti penyediaan air bersih, wc yang
baik, kamar mandi, tempat pembuangan sampah serta tempat penyaluran air
limbah.44
Memperhatikan masalah kebersihan adalah merupakan salah satu unsur
penting dalam perilaku beradab. Hal ini tidak pernah diajarkan dalam agama
dan falsafah apapun. Islam menganggap kebersihan sebagi suatu sistem
peradaban dan ibadah. Karena itu kebersihan menjadi bagian dari kehidupan
sehari-hari seorang muslim.45 Kebersihan merupakan salah satu dari segi
kualitas hidup yang perlu di lakukan dan dijaga dalam kehidupan manusia.
Dengan kata lain kebersihan dan kesehatan lingkungan merupakan salah satu
kebutuhan pokok bagi manusia, termasuk di dalamnya kesehatan lingkungan.
Lingkungan hidup yang serasi dan seimbang sangat kita perlukan karena
merupakan unsur penentu kehidupan suatu bangsa.46
Dalam kehidupan sehari hari manusia tidak terlepas dari keterkaitannya
pada lingkungan seperti udara, air yang menjadi bagian dari lingkungan hidup
yang perlu di tingkatkan. Peningkatan kebersihan lingkungan hidup bertujuan
untuk mencapai suatu keadaan terkendali dalam lingkungan hidup yang
seimbang dengan dinamika pertumbuhan hidup dalam menunjang terwujudnya
derajat kesehatan dan kesejahteraan yang optimal serta terwujudnya manusia
Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindakan
melindungi serta membina dan memelihara lingkungan hidup yang bisa
menghindari penyebab kerusakan lingkungan. Kebersihan merupakan salah
satu dari segi kualitas hidup yang perlu di lakukan dan dijaga dalam kehidupan
manusia. Dengan kata lain kebersihan dan kesehatan lingkungan merupakan
salah satu kebutuhan pokok bagi manusia, termasuk di dalamnya kesehatan
lingkungan. Lingkungan hidup yang serasi dan seimbang sangat kita perlukan
karena merupakan unsur penentu kehidupan suatu bangsa. Kebersihan
lingkungan pada dasarnya merupakan upaya untuk mencegah apa saja faktor
yang akan menimbulkan berbagai hal yang menyangkut tentang kesehatan dan

44
Efrida. Ade. Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Pasar di Kanagarian Aua Kuniang
Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. Skripsi STKIP PGRI :Padang, 2011. Hal 27
45
Yusuf Al-Qardhawi, Fiqih Peradaban Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004), Hal 361
46
Nurul, Adiyati. Hubungan Pendidikan Agama Islam Dengan Kebersihan Lingkungan
Sekolah SMPN 6 Tangerang Selatan. Skripsi Universitas Islam Syarif Hidayatullah: Jakarta. Hal
69

23
kesejahteraan ataupun kelangsungan hidup pada masyarakat. Sebuah tempat
tinggal yang sehat tidak terlepas dari syarat –syarat agar suatu perumahan atau
tempat tinggal tersebut dapat dikatakan sebagai standar lingkungan yang sehat.
Kegiatan pemeliharaan kesehatan lingkungan dapat dimulai dari lingkungan
terkecil yaitu lingkungan tempat tinggal kita sendiri, yang harus kita jaga
kebersihan seperti memelihara, menjaga dan mencegah agar lingkungan tetap
sehat bersih dan nyaman untuk kita tempati sehari hari. Masyarakat dan
keluarga berkewajiban menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran
masyarakat akan tanggung jawab dan mengelola lingkungan melalui
penyuluhan dan bimbingan, sadar akan lingkungan yang bersih diharapkan
dapat menciptakan kesehatan lingkungan yang optimal baik bagi kesahatan
maupun kehidupan yang sehat bagi masyarakat secara menyeluruh.47
Indonesia pada umumnya adalah suatu negara yang menganut agama
Islam, lebih dari 80 persen wilayah Indonesia dihuni oleh orang–orang Islam.
Islam mengajarkan kepada para pemeluknya untuk selalu menjaga kesehatan
dan kebersihan lingkungan dalam kehidupan karna kebersihan merupakan
sebagian dari iman. Dalam kehidupan bernegara, masyarakat berkewajiban
menjaga kebersihan lingkungan. Berdasarkan Undang -Undang Lingkungan
hidup nomor 4 tahun 1982 tentang pengelolaan lingkungan hidup yang
berdefenisi lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perkembangan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. 48
Lingkungan hidup merupakan faktor utama dalam kehidupan, semua
lapisan masyarakat dan pemerintah berkewajiban untuk menjaga kebersihan
lingkungan dan kesejahteraan bagi manusia. Lingkungan itu meliputi halaman
pekarangan, rumah, jalan, dan lingkungan sekitar, segala sesuatu yang terjadi
di lingkungan akan berpengaruh terhadap kelangsungan kesejahteraan manusia
dan makhluk hidup lainnya. Lingkungan adalah upaya perlindungan,
pengelolaan dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan
ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.
47
Fitriana Leli. Peranan Santri Dalam Mengelola Kebersihan Lingkungan Asrama Pondok
Pensantren .M.Natsir Alahan Panjang Kabupaten Solok. Jurnal Vol 5. No. 1. 2012. Hal 6.
48
Undang -Undang Lingkungan hidup nomor 4 tahun 1982 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup

24
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal
yang esensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesahatan.
Lingkungan memberikan kontribusi terhadap timbulnya masalah kesehatan
masyarakat, lingkungan pada dasarnya merupakan usaha untuk mengelola
semua faktor yang ada pada lingkungan yang berkaitan dengan perkembangan
fisik dan kesehatan sedemikian rupa sehingga kesehatan dapat ditingkatkan
yang salah satunya melalui cara yaitu dengan menjaga kebersihan
lingkungan.49
Pondok pesantren termasuk tempat berkumpulkan masyarakat yang
sedang mencari atau mendalami ilmu tentang keagamaan Islam. Dalam
kesehariannya santri pondok pesantren melakukan aktifitas dengan berbagai
sarana yang telah disediakan termasuk sarana sanitasi untuk menjaga dan
merawat kebersihan lingkungan pondok pesantren. Berikut ini adalah beberapa
sarana sanitasi yang seharusnya ada di pondok pesantren. :
1. Ventilasi dan kelembaban udara
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan
pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun
mekanis. Dengan adanya ventilasi yang baik maka udara segar dapat dengan
mudah masuk ke dalam ruangan. Ventilasi yang memungkinkan sinar
matahari pagi dapat masuk dan proses pertukaran udara juga tidak lancar.
Persyaratan sanitasi dari aspek pencahayaan, bahwa lingkungan Pondok
pesantren baik di dalam maupun diluar ruangan harus mendapat
pencahayaan yang memadai. Mutu udara harus memenuhi persyaratan,
seperti tidak berbau (terutama H2S dan Amoniak), serta kadar debu tidak
melampaui konsentrasi maksimum. Jaringan instalasi, pemasangan jaringan
instalasi air minum, air limbah, gas, listrik, sistem sarana komunikasi dan
lain-lain harus rapi, aman, dan terlindung.
Apabila lubang penghawaan pada bangunan pondok pesantren harus
dapat menjamin pergantian udara didalam kamar/ruang dengan baik. Luas
lubang penghawaan yang dipersyaratkan antara 5%-15% dari luas lantai dan
berada pada ketinggian minimal 2.10 meter dari lantai. Bila lubang
penghawaan tidak menjamin adanya pergantian udara dengan baik harus

49
Efrida. Ade. Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Pasar di Kanagarian Aua Kuniang
Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat. Skripsi STKIP PGRI :Padang,2011. Hal 38

25
dilengkapi penghawaan mekanis. Dari aspek kelembaban udara ruang,
dipersyaratkan ruangan mempunyai tingkat kelembaban udara dengan
kriteria buruk jika tingkat kelembaban > 90%, kelembaban baik (65-90%).
Kelembaban sangat berkaitan dengan ventilasi. Tingkat kelembaban yang
tidak memenuhi syarat ditambah dengan perilaku tidak sehat, misalnya
dengan penempatan yang tidak tetap pada berbagai barang dan baju,
handuk, yang tidak tertata rapi, serta kepadatan hunian ruangan ikut
berperan dalam penularan penyakit berbasis lingkungan seprti scabies
(memudahkan tungau penyebab/sarcoptes scabies) berpindah dari reservoir
dari reservoir ke barang sekitarnya hingga mencapai pejamu baru.
2. Dapur dan fasilitas pengolahan makanan
Syarat bangunan dapur berdasarkan aspek sanitasi, ruang dapur harus
menggunakan pintu yang dapat membuka dan menutup sendiri atau harus
dilengkapi dengan pegangan yang mudah dibersihkan.
3. Kepadatan penghuni
Kepadatan hunian adalah perbandingan antara luas lantai yang
ditempati untuk tidur setiap santri. Bersdasarkan persyaratan kesehatan
pemondokan hunian yang baik sebasar ≥ 4 m2 / jiwa. Dalam kenyataan,
kepadatan hunian ruang/bilik pemondokan rata-rata 1,51 m2 / jiwa.
4. Fasilitas sanitasi
Termasuk dalam aspek kesehatan fasilitas sanitasi, sebuah pondok
pesantren harus memenuhi persyaratan antara lain meliputi penyediaan air
minum serta toilet dan kamar mandi. Fasilitas sanitasi mempunyai kriteria
persyaratan sebagai berikut:
a. Kualitas : tersedianya air bersih yang memenuhi syarat kesehatan
b. Kuantitas : Tersedia air bersih minimal 60 lt/tt/hr
c. Kontinuitas : Air minum dan air bersih bersedia pada setiap tempat
kegiatan yang membutuhkan secara berkesinambungan
5. Pengelolaan sampah
Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, permukaan
bagian dalam rata/licin. Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam atau
apabila 2/3 bagian telah terisi penuh. Jumlah dan volume tempat disesuaikan
dengan perkiraan volume sampah yng dihasilkan oleh setiap kegiatan.
Tempat sampah harus disediakan minimal 1 buah untuk setiap radius 10
26
meter dan setiap jarak 20 meter pada ruang tunggu dan ruang terbuka.
Tersedia tempat pembuangan sampah sementara yang mudah dikosongkan,
tidak terbuat dari beton permanen, terletak dilokasi yang mudah dijangkau
kendaraan pengangkut sampah dan harus dikosongkan sekurang-kurangnya
3 x 24 jam.
6. Pengelolaan air limbah
Pondok pesantren harus memiliki system pengelolaan air limbah
sendiri yang memenuhi persyaratan teknis apabila belum ada atau tidak
terjangkau oleh sistem pengolahan air limbah perkotaan.50
Sanitasi lingkungan mengutamakan pencegahan terhadap faktor
lingkungan sedemikian rupa sehingga munculnya penyakit akan dapat
dihindari. Usaha sanitasi dapat berarti pula suatu usaha untuk menurunkan
jumlah bibit penyakit yang terdapat di lingkungan sehingga derajat
kesehatan manusia terpelihara dengan sempurna.51
Secara spesifik tujuan penyelenggaraan sanitasi menurut Depkes adalah:
1) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien, klien
dan masyarakat sekitarnya) akan pentingnya lingkungan dan perilaku
hidup bersih dan sehat.
2) Agar masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang
berhubungan dengan kesehatan lingkungan
3) Agar tercipta keterpaduan antar program kesehatan dan antar sektor
terkait yang dilaksanakan dengan pendekatan penanganan secara
holistik terhadap penyakit yang berbasis lingkungan. Meningkatkan
kewaspadaan dini terhadap penyakit yang berbasis lingkungan melalui
pemantauan wilayah setempat (PWS) secara terpadu.
4) Ketersediaan air bersih
Penyelenggaraan sanitasi meliputi beberapa konponen sanitasi
lingkungan. Adapun komponen sanitasi lingkungan adalah :
1. Penyediaan Air Bersih Air bersih menurut permenkes RI No.
416/Menkes/PER/IX/1990 tentang syarat syarat dan pengawasan
kualitas, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
50
Notoadmodjo,Soekidjo.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. (Jakarta:Rieka Cipta).
2007. Hal 46
51
Azwar, Azrul.. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. (Mutiara Sumber: Jakarta). 1995.
Hal 31

27
sehari- hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila sudah dimasak (Permenkes RI, 1990) Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/PER/IX/1990
bahwa air bersih yang memenuhi syarat adalah sebagai berikut52 :
1. Syarat kualitas
a. Syarat fisik : bersih, jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan
tidak berwarna
b. Syarat kimia : tidak mengandung zat zat yang berbahaya bagi
kesehatan seperti racun, serta tidak mengandung mineral dan
zat organik yang jumlahnya tinggi dari ketentuan
c. Syarat biologis : tidak mengandung organisme pathogen
2. Syarat kuantitas Pada daerah pedesaan untuk hidup secara sehat
dan cukup dengan memperleh 60 liter/hari/orang, sedangkan
daerah perkotaan 100-150 liter/orang/hari Air yang tidak
memenuhi syarat kualitas dan kuantitas akan menimbulkan
kemungkinan yang lebih besar untuk terjangkitnya suatu
penyakit, baik penyakit infeksi ataupun penyakit non infeksi.
2. Ketersediaan Jamban/WC Jamban adalah suatu bangunan yang
digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia
dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran tersebut dalam suatu
tempat tertentu tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori
lingkungan pemukiman. Kotoran manusia adalah semua benda atau
zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan
dari dalam tubuh. Zat zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh
berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari
proses pernafasan.53 Untuk mencegah atau sekurang kurangnya
mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka
pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik,
maksudnya harus di sutau tempat tertentu atau jamban yang sehat.
3. Sarana Pembuangan Sampah Sampah adalah suatu bahan/benda
aktivitas manusia yang tidak dipakai lagi, tidak disenangi atau padat
52
Permenkes RI No. 416/Menkes/PER/IX/1990 tentang syarat syarat dan pengawasan
kualitas air bersih
53
Notoadmodjo,Soekidjo.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.(Jakarta:Rieka Cipta),
2007. Hal 46

28
yang terjadi karena berhubungan dengan di buang dengan cara-cara
saniter kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia.54 Pengaruh
sampah terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh langsung adalah karena kontak langsung dengan
sampah misalnya sampah beracun. Pengaruh tidak langsung dapat
dirasakan akibat proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan
sampah. Efek tidak langsung dapat berupa penyakit bawaan, vektor
yang berkembang biak di dalam sampah. Mengingat efek dari pada
sampah terhadap kesehatan maka pengelolaan sampah harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan penutup.
b. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat,
permukaan bagian dalam rata dan dilengkapi dengan penutup.
c. Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam atau 2/3 bagian
telah terisi penuh.
d. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan volume
sampah yang dihasilkan setiap kegiatan.
e. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara yang mudah
terjangkau kendaraan pengangkut sampah dan harus dikosongkan
sekurang kurangnya 3x24 jam.
Pandangan Islam Terhadap Sanitasi Lingkungan Pendidikan lingkungan
telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa Sallam kepada para
sahabatnya. Abu dar’da r.a. Pernah menjelaskan bahwa di tempat belajar yang
diasuh oleh Rasulullah Sallalahu alaihi wasallam telah diajarkan tentang
pentingnya bercocok tanam dan menanam pepohonan serta pentingnya usaha
mengubah tanah yang tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan tersebut
akan mendatangkan pahala yang besar disisi Allah swt dan bekerja untuk
memakmurkan bumi adalah termasuk ibadah kepada Allah swt. Kondisi
sanitasi yang buruk, tidak terlepas dari perilaku dan kebiasaan buruk
masyarakat yang belum menjaga kelestarian lingkungan yang diperintahkan
oleh Allah swt dan telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’Alaihi wa
54
Hidayat Topik. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebersihan diri dan kesehatan
lingkungan di pesantren Nurul Huda Desa Cibatu Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun
2011.

29
Sallam yang tertera dalam Al Quran. Karena itulah diperlukan upaya dakwah
lebih lanjut agar masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam ini mau
merubah perilaku buruknya, serta merawat lingkungan sesuai dengan ajaran
Islam Islam berbicara tentang lingkungan dijelaskan dalam Q.S. Ar-
Rum/30:41.









Artinya: : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan


karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)” 55

Perhatian Islam yang tinggi terhadap masalah kebersihan adalah salah


satu dari keistimewaan agama Islam. Hal ini berdasarkan dua hal, Pertama
orang-orang sebelumnya lebih dekat kepada budaya badui. Kebanyakan
mereka tidak peduli terhadap masalah kebersihan jasmani, pakaian dan rumah
mereka. Kedua,agamaagama yang mendominasi bangsa Jazirah Arab dan
sekitarnya tidak mempunyai perhatian terhadap masalah kebersihan, bahkan
tidak pernah menganjurkannya.

4. Pondok Pesantren
Secara kultural, pesantren mencakup pengertian yang lebih luas, mulai
dari sistem nila khas yang secara intrinsik melekat di dalam pola kehidupan
santri, seperti kepatuhan pada Kyai sebagai tokoh sentral, sikap ikhlas dan
tawadlu’, serta tradisi kegamaan yang diwariskan secara turun temurun. Kyai
memiliki otoritas yang sangat besar dalam kehidupan pesantren, tidak saja
karena kedalaman ilmu agamanya, tetapi juga berkaitan dengan kewibaan

55
Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: PT Karya Toha Putra

30
moralnya yang tampak dalam kesederhanaan hidup yang tidak dipengaruhi
pamrih kehidupan dunia.. 56
Bagi setiap institusi, khususnya lembaga pendidikan pesantren, mutu
adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling
penting. Walaupun demikian, ada sebagian yang menganggap mutu sebagai
konsep yang penuh teka-teki. Mutu dianggap sebagai suatu hal yang
membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu dapat dikatakan ada apabila
sebuah layanan memenuhi spesifikasi yang ada. Mutu atau kualitas merupakan
sebuah cara yang menentukan, apakah produk terakhir sesuai dengan standar
atau belum.57
Dalam mendefinikasikan tentang mutu atau kualitas ini, Crosby
berpendapat, kualitas adalah conformance to require-ment, yaitu sesuai yang
diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan
baku, proses produksi dan produksi jadi.58 Menurut Garvin sebagaimana
dikutip oleh M.N. Nasution, kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Selera atau harapan konsumen pada suatu produk selalu berubah sehingga
kualitas produk juga harus berubah atau disesuaikan.59
Dengan perubahan kualitas produk tersebut, diperlukan perubahan atau
peningkatan keterampilan tenaga kerja, perubahan proses produksi dan tugas,
serta perubahan lingkungan perusahaan agar produk dapat memenuhi atau
melebihi harapan konsumen. Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas
yang diterima secara universal, namun ketiga definisi kualitas tersebut di atas
terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam elemenelemen sebagai berikut;
Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Kualitas
mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan. Kualitas merupakan

56
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press).
2009. Hal 22
57
D. Ketut Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,( Surabaya: Usaha
Nasioanal), 1983. Hal 53.
58
Philip B. Crosby, Quality is Free, (New York: Mc.Graw Hill Book, Inc,). 1979. Hal. 58.
59
MN. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu : Total Quality Management, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2004), hlm. 03.

31
kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas
saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).60

B. Penelitian Terdahulu.
Menguraikan tentang hasil penelitian terdahulu yang serupa, yang
dapat digunakan untuk landasan berpijak dalam menentukan pengajuan
hipotesis maupun pembahasan. Adapun hasil penelitian yang terdahulu yaitu :
Pertama, Penelitian Roudlotul Fatikhatun Ni’mah, Pelaksanaan
Bimbingan Agama Islam Tentang Kedisiplinan Shalat Lima Waktu Di Panti
Wredha Harapan Ibu Ngaliyan Semarang Program Studi Bimbingan
Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam
Negeri Walisongo Semarang, Tahun ajaran 2015. 61 Dari penelitian ini
terdapat adanya persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan
penelitian penulis sekarang. Persamaannya adalah sama-sama memberkan
bimbingan Islam tentang kedisiplinan dan ketidakdisiplinan. Perbedaannya
yaitu terdapat pada tempat lokasi penelitian dan objek penelitian serta pada
pemnelitian ini lebih difokuskan pada deskripsi atau gambaran kebersihan
lingkungan.
Kedua, Penelitian, Nurul Adyati, Hubungan Pendidikan Agama Islam
Dengan Kebersihan Lingkungan Sekolah SMP N 6 Tangerang Selatan.
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Hidayatullah Jakarta, 2013. 62 Dengan hasil
Penelitiannya lebih fokus pada hubungan pendidikan agama islam di sekolah
pada kesehatan lingkungan. Dari penelitian ini terdapat adanya persamaan
dan perbedaan penelitian terdahulu. Persamaannya adalah pada pendidikan
keagamaan yang diberikan melalui bimbingan, serta analisis keadaan
kesehatan lingkungan. Perbedaannya yaitu terdapat pada tempat penelitian,
dan fokus subyek penelitian penelitian penulis sekarang lebih fokus pada

60
Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, Total Quality Management, (Yogyakarta: ANDI,
2003),Hal. 3.
61
Roudlotul Fatikhatun Ni’mah, Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Tentang
Kedisiplinan Shalat Lima Waktu Di Panti Wredha Harapan Ibu Ngaliyan Semarang, Program
Studi Bimbingan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang, Tahun ajaran 2015
62
Nurul Adyati, Hubungan Pendidikan Agama Islam Dengan Kebersihan Lingkungan
Sekolah SMP N 6 Tangerang Selatan. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Hidayatullah Jakarta, 2013. Hal 34

32
bimbingan keagamaan dalam mengatasi ketidakdisiplinan santri pada
kebersihan lingkungan.

C. Kerangka Berfikir

Kyai
Bimbingan
Ponpes Konseling
Disiplin
Ustad

Santri

Kebersihan
Lingkungan

Sanitasi Individu Lingkungan


Sekitar

Faktor Pendukung Faktor Kendala

Solusi

Kerangka teori yang telah peneliti kemukakan di atas, sudah


membahas secara detail dari bahasan utama dari judul penelitian. Selanjutnya
peneliti akan mencoba mengurai dari beberapa landasan teori sehingga target
dari penelitian yang diharapkan bisa tercapai.
Dalam judul penelitian sudah tampak jelas bahwa harapan peneliti
adalah untuk mengetahui gambaran peran keagaman kebersihan lingkungan
dan faktor apa saja yang mempengaruhi ketidakdisiplinan santri di pondok
Pesantren An-nur Al-Islamy Kauman Jekulo Kudus.
Kerangka teori ini membahas tentang peran bimbingan agama dalam
mengatasi perilaku santri yang tidak disiplin dalam membersihkan maupun
33
menjaga lingkungan sekitar pondok pesantren. Kebersihan lingkungan
pondok merupakan salah satu kunci dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat terutama santri. Sehingga kebersihan lingkungan pondok bukan
hanya tanggung jawab petugas kebersihan namun sudah menjadi kewajiban
kita sebagai umat Islam yang diwajibkan untuk menjaga kebersihan. Pada
penelian ini akan membahas mengenai perilaku yang tidak disiplin
membersihkan lingkungan pondok. Tokoh agama (Kyai) di pondok pesantren
merupakan salah satu pimpinan yang dijadikan pedoman para santri.
Pelaksanaan bimbingan agama Islam dilakukan oleh para Kyai yang sangat
berperan sekali untuk meningkatkan kedisiplinan kebersihan lingkungan.
Bimbingan agama Islam juga sangat dibutuhkan oleh para santri pondok
pesantren untuk membantu mereka agar dapat menjaga dan memelihara
kebersihan lingkungan pondok pesantren sehingga dapat memenuhi
kebutuhan psikologinya dan dapat hidup dengan selaras dalam ketentuan dan
petunjuk Allah. Ketidakdisiplinan disebabkan oleh ketidakmampuan
menyesuaikan diri, kegagalan, dan tekanan perasaan. Dukungan teman sangat
diperlukan mereka yang mempunyai kemalasan dalam membersihkan
lingkungan pesantren. Selain memerlukan dukungan dari teman, santri
pondok pesantren juga perlu sadar diri bahwa sebagai umat Islam wajib
menjaga kebersihan lingkungan maupun kebersihan badan. Ketidakdisiplinan
ditimbulkan oleh rasa malas yang tumbuh muncul dari diri kita sendiri,
sehingga ketika rasa malas itu muncul santri pondok pesantren tidak dapat
menjaga kebersihan lingkungan pondok. Kebiasaan yang sering kali
dilakukan santri pondok adalah ketidakdisiplinan dalam membuang sampah
yang tidak pada tempatnya, selain itu kebersihan lingkungan kamar tidur dan
kamar mandi sering kali di abaikan. Gambaran kebersihan lingkungan
pondok mencermin perilaku santri pesantren tersebut.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

34
Dalam penelitian ini jenis penelitiannya adalah field research yaitu
penelitian yang dilakukan di lapangan atau lingkungan tertentu. 63 Hal tersebut
menjadi acuan peneliti dikarenakan lebih efektif jika peneliti dapat merasakan
sendiri suasana dan terjun langsung ke lapangan. Sehingga peneliti lebih
efektif dalam pengumpulan data dan berbagai hal lainnya. Dalam hal ini
peneliti meneliti ketidakdisiplinan santri dalam membersihkan lingkungan
Pesantren An-Nur Al Islamy Jekulo.
Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif
kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah di mana peneliti adalah instrumen kunci. Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
obyek yang alamiah, atau sebagai konteks dari suatu keutuhan (entinity) yaitu
(sebagai lawannya adalah eksperimen) peneliti adalah sebagai instrumen
kunci. Artinya objek yang alamiah adalah objek yang berkembang apa
adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti karena objek yang diteliti yaitu
peneliti sendiri atau manusia kemudian peneliti melakukan teknik
pengumpulan data yang bersifat perpanjangan pengamatan64. Penelitian
digunakan agar lebih luas, jelas, dan lugas dalam meneliti objek kajian
tersebut. Yaitu peran bimbingan keagamaan dalam mengatasi masalah
ketidakdisiplinan kebersihan lingkungan santri Pesantren An-Nur Al-Islamy
Kauman Jekulo Kudus Jekulo Kudus. Selain alasan tersebut, dasar
dijadikannya pertimbangan :
1. Penyesuaian pendekatan kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan jamak.
2. Pendekatan ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dan responden.
3. Pendekatan ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. 65
Selanjutnya, pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk memastikan
kebenaran data dan memahami interaksi sosial. Sehingga dengan pendekatan
63
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Rineka Cipta,
Jakarta), 1998, Hal.11.
64
Sugiyono, Penelitian kualitatif Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D)
CV Alfabeta, Bandung, 2005, Hal.13.
65
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2004, Hal. 44

35
inilah diharapkan ketidakdisiplinan kebersihan lingkungan santri pesantren
akan berubah dengan adanya bimbingan keagaamaan. 66

B. Sumber Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah dari mana data dapat
diperoleh. Sedangkan menurut Lofland menyatakan bahwa sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.67
Dengan demikian, sumber data penelitian yang bersifat kualitatif
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara
langsung dari informan di lapangan yaitu melalui wawancara
mendalam (indepth interview) dan observasi. Berkaitan dengan hal
tersebut, wawancara mendalam dan observasi dilakukan pada
pengurus pesantren An-nur Al-Islamy Kauman Jekulo Kudus.
b) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Hal ini mempunyai arti
bahwa data yang diperoleh peneliti berasal dari laporan dan
dokumentasi yang terkait dengan perilaku santri yang tidak disiplin
terhadap kebersihan lingkungan peantren An-nur Al-Islamy Kauman
Jekulo Kudus.

C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakasanakan di pondok Pesantren An-nur Al-Islamy
Kauman Jekulo Kudus Dusun Kauman Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.

D. Teknik pengumpulan data


66
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2004, Hal. 22
67
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2004, Hal. 157

36
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Observasi.
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.
Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek di tempat
terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada
bersama obyek yang diselidiki, disebut observasi langsung.
Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang
dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan
diselidiki.68 Observasi ini dilakukan untuk melengkapi data
wawancara dengan secara langsung terjun ke lapangan melihat
bagaimana kondisi atau gambaran keadaan lingkungan pesantren An-
nur Al-Islamy Kauman Jekulo Kudus.
Metode interview merupakan suatu proses tanya jawab lisan atau
tulisan antara dua orang atau lebih untuk bertukar informasi atau ide
sehingga dapat dikonstruksi makna dalam suatu topik. Peneliti akan
menggunakan metode wawancara berstruktur yaitu pertanyaan sudah
dirumuskan sebelum berhadapan dengan informan, agar dalam
pengolahan data dapat lebih mudah. Selain itu, penulis juga akan
menggunakan metode wawancara tak berstruktur berguna utuk
memahami karakter asli santri pesantren akan lebih terbuka.69
b. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-
barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, penulis
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan, dan sebagainya.
Dokumentasi sendiri dapat diartikan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen ini bisa berupa, tulisan, gambar, catatan harian,
biografi, peraturan, kebijakan, dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari pengguna metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian akan semakain
68
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Rineka Cipta, Cet.IV), Jakarta, 2004,
Hal. 158-159.
69
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Alfabeta. Bandung.
2013. Hal 319-320

37
kuat apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik yang
ada. Akan tetapi perlu dicermati tidak semua dokumen memiliki
kredibelitas yang tinggi.70
Dalam penelitian ini, studi dokumentasi akan peneliti dapatkan
melalui, buku-buku, makalah-makalah yang relevan dengan
penelitian ini. Studi dokumentasi yang dilakukan peneliti adalah
mengumpulkan data melalui pencatatan atau data-data tertulis
mengenai kegiatan kebersihan lingkungan yang selama ini sudah di
terapkan di pesantren An-nur Al-Islamy Kauman Jekulo Kudus.

E. Uji Keabsahan Data


Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif ada beberapa
macam, diantaranya :
c. Uji Credibility (validitas Internal)
Uji ini dilakukan untuk mendapatkan data yang dipercaya.
Biasanya dalam uji ini dilakukan dengan berbagai macam cara
diantaranya:
1) Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan
adanya perpanjangan pengamatan ini, diharapkan peneliti dapat
lebih akrab lagi dengan obyek yang diamati, shingga obyek yang
diamati tidak lagi merasa ada jarak. Jika sudah demikian, data-data
baru bisa diperloleh dari kedekatan tersebut dari semula yang
mungkin masih terasa rahasia atau sulit diungkap oleh obyek yang
diteliti.71
2) Meningkatkan Ketekunan.
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut
maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam
70
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif (Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Pnelitian), (UMM Press), Malang, 2004, Hal. 74
71
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. CV Alfabeta.
Bandung. 2013. Hal 329

38
secara pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan itu
juga, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah
data yang telah ditemukan itu salah atau tidak.72
3) Triangulasi.
Triangulasi teknik, dilakukan untuk menguji kredibilitas
data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik atau cara yang berbeda. Triangulasi waktu
dilakukan untuk menguji kredibilitas data yang telah dikumpulkan
dengan berbagai yakni yang berbeda dan waktu yang berbeda pula.
a. Mengadakan Member Check.
Adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti pada pemberi data. Tujuan member check ini
adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi
data apabila data yang ditemukan disepakati oleh para
pemberi data, berarti data tersebut valid. Juga sebaliknya,
jika ternyata sumber data yang lain ternyata ada yang
tidak sepakat maka data tersebut dianggap tidak valid dan
perlu ada penggalian data lagi.73
4) Uji Transferability
Uji ini diterapkan pada penelitian kualitatif supaya orang
memahami hasil penelitian secara tepat dan dapat digunakan pada
konteks dan situasi lain, sehingga peneliti membuat laporan dengan
memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat
dipercaya.74 Pengujian ini berfungsi sebagai penjelasan serta
pemerinci dari hasil penelitian yang terkait dengan peran
bimbingan keagamaan dalam mengatasi ketidakdisiplinan
kebersihan lingkungan santri pesantren An-nur Al-Islamy Kauman
Jekulo Kudus .
5) Uji Dependability
72
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. CV Alfabeta.
Bandung. 2013. Hal 369
73
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif (Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Pnelitian), (UMM Press), Malang, 2004, Hal. 375
74
Noeng Mohadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rakesarasin, Yogyakarta, 1996.
Hal. 376-377

39
Uji ini dilakukan karena banyaknya peluang seorang
peneliti mempunyai data tanpa kelapangan secara langsung, maka
penelitian ini tidak reliabel atau dependabel. Data ini terkait
dengan data dokumentasi yang telah terlampir jelas dan telah ada
sebagai data utama data dokumentasi.75

F. Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan suatu data dalam bentuk
yang mudah untuk dibaca dan dipresentasikan. Metode analisis data yang
digunakan oleh peneliti adalah mengggunakan pendapat Miles dan
Hubermen, yaitu:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum data, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya, dan membuang data yang tidak perlu.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data dirangkum, maka langkah selanjutnya yakni
mengorganisasikan data agar tersususun dalam pola hubungan,
sehinggga akan semakin mudah dipahami.
3. Conclusion Drawing / verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data ini adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukan
masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat, yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukan pada
tahap awal didukung denan bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukan merupakan kesimpulan yang
kredibel.76

75
Noeng Mohadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rakesarasin, Yogyakarta, 1996,
Hal.378
76
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. CV Alfabeta.
Bandung. 2013.
Hal, 378

40
Dalam penelitian ini digunakan metode analisis non statistik
dengan menggunakan pendekatan induksi analitik yang
dimodifikasi yaitu suatu pendekatan analisis data yang bertolak
dari problem-problem pertanyaan maupun issue specific yang
dijadikan fokus penelitian. 77
Oleh karena itu, penelitian ini merupakan studi kualitatif
phenomenologik, maka bagaimana dikemukakan oleh Bag dan
yang dikutip oleh Noeng Muhajir, bahwa model atau bentuk
analisisnya menyatu dengan penyajian data dari lapangan, analisis
dilakukan sejak awal data diperoleh dari lapangan, dengan teknik
sebagai berikut:78

Gambar:
Analisis Data

Pengumpulan data Pelaporan data

Diskusi (reduksi)
Kesimpulan verifikasi

Keterangan gambar
: berarti searah atas menuju langkah selanjutnya
: berarti dilakukan beriringan

77
Noeng Mohadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rakesarasin, Yogyakarta, 1996, Hal,
101
78
Noeng Mohadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rakesarasin, Yogyakarta, 1996 Hal.
100

41

Anda mungkin juga menyukai